Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KIMIA ZAT PADAT

“SEMEN DAN BETON”

Disusun Oleh

KELOMPOK 10

INGRID INE’ : F1C1 19 035

INGRID INE’ : F1C1 19 035

INGRID INE’ : F1C1 19 035

INGRID INE’ : F1C1 19 035

INGRID INE’ : F1C1 19 035

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan dalam suatu Industri merupakan suatu hal yang menjadi

perhatian tersendiri bagi para pelaku industri. Perkembangan ilmu pengetahuan

dan kemajuan teknologi membuat dunia industri semakin maju dan cepat

berkembang. Salah satu Industri yang terus mengalami kemajuan di Indonesia

ialah industri semen. Industri semen di Indonesia terus-menerus meningkatkan

kualitas baik dari sisi produk, kapasitas produksi, pelayanan dan pemasaran. Hal

ini berakibatkan ragam pilihan bagi konsumen dan konsumen juga menjadi lebih

selektif dalam memilih produk mana yang berkualitas tinggi untuk digunakan atau

dikonsumsi. Para produsen pun selaku pencipta barang atau jasa akan berusaha

memuaskan konsumen dengan berbagai macam produk yang baru dengan inovasi

mutakhir agar konsumen tetap menggunakan produk tersebut.

Semen merupakan suatu produk yang sangat dibutuhkan dalam

pembangunan infrastruktur, oleh karena itu dibutuhkan semen yang berkualitas

baik. Hal ini memungkinkan produsen untuk memproduksi semen yang sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan konsumen agar konsumen terpuaskan.

Meningkatkan kualitas produk untuk memuaskan pelanggan merupakan salah satu

hal yang menjadi tujuan bagi setiap perusahaan terlebih perusahaan industri.

Banyak produk yang dihasilkan dengan berbagai macam jenis, mutu, serta bentuk,

dimana keseluruhan tersebut ditujukan untuk menarik minat pelanggan, sehingga

konsumen cenderung akan melakukan aktivitas membeli produk tersebut. Oleh


karena itu perusahaan dituntut agar mampu menciptakan produk dengan

spesifikasi yang terbaik agar kepuasan pelanggan terpenuhi (Halin, 2018). Salah

satu manfaat semen adalah untuk membuat beton.

Beton memiliki beberapa kelebihan yaitu harga yang relatife murah,

mudah dibentuk, mampu menahan beban tekan yang tinggi, ketahanan yang baik

terhadap cuaca. Adapun salah satu kelemahan beton yaitu berat jenis yang cukup

tinggi sehingga mengakibatkan besar beban mati pada struktur. Pembuatan beton

bahan diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air dan agregat pada

perbandingan tertentu. Beton memiliki banyak sekali klasifikasi dan karakteristik,

dari beton mutu rendah, sedang sampai tinggi. Seiring dengan perkembangan

teknologi saat ini banyak sekali jenis bahan dan campuran yang digunakan. Bahan

tambah dan campuran tersebut diantaranya Superplasticizer, Fly Ash, Silicafume

dan Bio Enzim (Bioconc) (Amin dkk., 2018).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu semen?

2. Apa sajakah komponen semen?

3. Bagaimana proses pembuatan semen?

4. Bagaimana karakteristik semen?

5. Apa sajakah jenis-jenis semen?

6. Bagaimana dampak industri semen terhadap lingkungan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian semen.

2. Untuk mengetahui komponen semen.


3. Untuk mengetahui proses pembuatan semen.

4. Untuk mengetahui karakteristik semen.

5. Untuk mengetahui jenis-jenis semen.

6. Untuk mengetahui dampak industri semen terhadap lingkungan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Semen

Menurut Walter H. Duda 1985, semen berasal dari bahasa latin yaitu

“Caementum” yang berarti pengikat. Secara umum pengertian semen adalah

bahan perekat yang dapat mengikat atau mempersatukan material padatan menjadi

satu kesatuan massa yang kuat. Dalam bidang teknologi, pengertian semen adalah

suatu campuran bahan – bahan kimia yang mempunyai sifat bila dicampur dengan

air akan bereaksi dan berubah menjadi suatu satuan massa yang padat dan

mengeras.

Sifat hidrolis yang dimiliki oleh semen menjadikannya sebagai bahan utama

dalam konstruksi bangunan dan sarana fisik lainnya seperti jalan, jembatan,

bendungan. Penyusun semen terdiri dari persenyawaan kalsium oksida dengan

silika, alumina dan besi oksida. Zaman Mesir kuno, bangsa Mesir sudah mampu

membangun pyramid yang batu penyusunnya terikat satu sama lain dan tahan

cuaca sampai berabad-abad lamanya. Bahan-bahan perekat yang digunakan adalah

bahan organik seperti batu gamping (quick lime), gypsum dan pozzolan (trass).

Bangsa Yunani membuat semen dengan cara mengambil abu gunung berapi di

pulau Satorin yang dikenal dengan Satorin Cement, sedangkan bangsa Romawi

menggunakan semen yang diambil dari material vulkanik yang disebut dengan

nama Pozzolan cement.

Seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris bernama Yoseph Aspadin pada

tahun 1784 berhasil membuat semen dari kalsinasi batu kapur, pada proses
pembuatannya batu kapur dan tanah liat digiling menjadi lelehan, dengan

ditambah air kemudian campuran dibakar dengan tanur sehingga terjadi proses

peruraian batu kapur tohor dan karbondioksida. Kapur tohor akan bereaksi dengan

senyawa-senyawa lain membentuk klinker, kemudian klinker digiling sampai

menjadi tepung yang dikenal dengan nama semen Portland.

D. Komponen semen

Komponen utama semen adalah silikat yang mempunyai kemampuan

untuk mengikat jika ditambahkan dengan air dan menjadi keras sehingga dapat

digunakan sebagai bahan bangunan. Komponen yang terdapat didalam semen

adalah sebagai berikut:

a. Dicalsium Silicate (2CaO.SiO2 atau C2S)

b. Tricalcium Silicate (3CaO.SiO2 atau C3S)

c. Tricalcium Alumina (3CaO.Al2O3 atau C3A)

d. Tetra Calcium Aluminate Ferrite (4CaO.Al2O3 atau C4AF)

Bahan baku pembuatan semen adalah sebagai berikut:

a. Batu Kapur (CaCO3)

b. Tanah Liat (Al2O3.2SiO2.xH2O)

c. Pasir Besi (Fe2O3)

d. Pasir Silika (Si2O3)


E. Proses Pembuatan Semen

Proses pembuatan semen dibagi menjadi:

a. Proses Basah (Wet Process)

Pada proses ini semua bahan baku dicampur dengan air, dihancurkan dan

diuapkan lalu dibakar menggunakan bahan bakar minyak (bunker crude oil).

Proses ini jarang digunakan karena keterbatasan energi BBM. Proses basah ini

diawali dengan pengecilan ukuran bahan baku (raw material) menggunakan

crusher. Setelah digiling, setiap jenis bahan baku disimpan di tempat yang

terpisah. Proses penggilingan disertai dengan penambahan air ke wash mill,

sehingga kombinasi bahan baku yang dihasilkan berupa slurry yang mengandung

air 25-40%. Slurry diaduk sehingga menghasilkan campuran yang homogen.

Slurry yang homogen dibakar menggunakan long rotary kiln untuk menghasilkan

clinker kemudian didinginkan dalam cooler. Komponen tambahan yang

diperlukan untuk membuat clinker menjadi semen Portland adalah gypsum yang

telah digiling. Gypsum dan clinker digiling dengan menggunakan ball mill,

sehingga dihasilkan semen dalam bentuk bubuk kemudian siap dikemas.

b. Proses Kering (Dry Process)

Pada proses ini teknik yang digunakan adalah teknik [69] penggilingan dan

blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batu bara. Proses ini terdiri dari

lima tahap pengelolaan, yaitu sebagai berikut:

1) Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller

meal.
2) Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk memperoleh campuran

yang homogen.

3) Proses pembakaran raw meal untuk memperoleh terak (clinker, bahan setengah

jadi yang diperlukan untuk pembuatan semen).

4) Proses pendinginan clinker.

5) Proses penggilingan akhir, dimana clinker dan gypsum digiling dengan cement

mill.

Dari proses diatas akan terjadi penguapan karena pembakaran pada suhu

900°C sehingga menghasilkan sisa (residu) yang tidak larut, sulfur trioksida, silika

yang larut, besi dan aluminium oksida, kalsium, oksida besi, magnesium, fosfor,

kapur bebas dan alkali.

Secara garis besar, proses produksi semen terdiri dari enam tahap, yaitu:

a. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah

Semen yang umum digunakan adalah semen Portland yang memerlukan

empat komponen bahan kimia utama untuk mendapatkan komposisi [72] kimia yang

sesuai. Bahan tersebut adalah batu kapur, silika, alumina (tanah liat), dan besi

oksida (bijih besi). Gypsum dalam jumlah yang sedikit ditambahkan selama

penghalusan untuk memperlambat pembekuan.

b. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah

Semua komponen atau bahan baku dihancurkan hingga menjadi bubuk

halus dan dicampur sebelum memasuki proses pembakaran.

c. Homogenisasi dan pencampuran bahan mentah


d. Pembakaran

Pada proses ini terjadi proses konversi kimia sesuai rancangan dan proses

fisika untuk mempersiapkan campuran bahan baku membentuk clinker. Proses ini

dilakukan dalam rotary kiln dengan menggunakan bahan bakar fosil berupa

padatan (batu bara), cairan (solar) atau bahan bakar alternatif.

e. Penggilingan hasil pembakaran

Proses penghalusan clinker dengan menambahkan sedikit gypsum, kurang

dari 4% untuk dihasilkan semen Portland tipe I.

f. Pendinginan dan pengepakan

Proses pendinginan semen Portland dan pengepakan untuk segera di

distribusikan.

F. Karakteristik Semen

a. Sifat Fisika Semen

1) Hidrasi Semen

Hidrasi pada semen terjadi jika ada kontak antara mineral alam dalam

semen dengan air. Faktor-faktor yang mempengaruhi rekasi hidrasi diantaranya

jumlah air yang ditambahkan, temperatur, kehalusan semen dan bahan tambahan.

Faktor-faktor tersebut yang akan mengakibatkan terbentuknya pasta semen yang

mana dalam jangka waktu tertentu akan mengalami pengerasan.

2) Panas Hidrasi

Panas hidrasi adalah panas yang dihasilkan oleh reaksi hidrasi (reaksi

eksoterm) apabila semen dicampur dengan air.


3) Setting time dan Hardening

Setting time sangat dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban relatif.

Setting time akan menurun jika klinker tidak terbakar sempurna, partikel semen

halus, tingginya kandungan alumina, alkali dan soda kasutik. Setting time akan

meningkat jika klinker dibakar pada temperatur yang sangat tinggi, partikel semen

kasar, gypsum yang ditambahkan berlebih, tingginya kadar silika, Natrium

Klorida (NaCl), Barium Klorida (BaCl2), Sulfida (SO3), senyawa sulfat dan air

sadah.

4) False set

False set merupakan hasil dari dehidrasi gypsum yang disebabkan karena

pemanasan berlebih. False set merupakan proses pengerasan semen yang tidak

normal apabila air ditambahkan ke dalam semen, sehingga dalam beberapa menit

pengerasan segera terjadi. Pengerasan ini terjadi karena adanya CaSO 4.1/2H2O

dalam semen. Plastisitas akan diperoleh apabila campuran tersebut diaduk

kembali. False set dapat dihindari dengan mengatur temperatur semen saat

penggilingan di dalam Cement Mill agar gypsum tidak berubah menjadi

CaSO4.1/2H2O, selain itu gypsum yang digunakan harus cukup kuat dan belum di

dehidrasi.

5) Kuat tekan

Kuat tekan adalah kemampuan suatu material menahan beban. Kuat tekan

sangat diperlukan dalam menetukan mix design dari beton untuk suatu konstruksi

tertentu. Nilai kuat tekan akan meningkat jika nilai Lime Saturation Factor (LSF)
tinggi, nilai alumina Ratio rendah, nilai silica Ratio tinggi, kandungan SO 3 rendah,

dan tingkat kehalusan semen tinggi.

6) Kelembaban

Semen mudah menyerap uap air dan CO2 dari udara selama penyimpanan

atau pengangkutan. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas semen.

7) Penyusutan

Ada tiga macam penyusutan yang terjadi pada pasta semen dalam

campuran beton, yaitu Hidration Shrinkage, Drying Shrinkage dan Carbonation

Shrinkage. Yang paling mempengaruhi keretakan beton adalah Drying Shrinkage.

Penyusutan terjadi karena adanya penguapan air bebas dari pasta semen selama

proses Setting time dan Hardening.

8) Daya Tahan Semen terhadap Asam dan Sulfat

Pada umumnya daya tahan semen terhadap asam lemah, sehingga mudah

terdekomposisi atau terurai oleh asam-asam kuat seperti asam klorida (HCl) dan

asam sulfat (H2SO4).

9) Kehalusan (Blaine)

Semakin halus semen, panas hidrasi, kebutuhan air satu per satuan berat

semen akan semakain tinggi, serta reaksi hidrasi akan semakin cepat.

10) Napa soil

Penambahan Napa soil menyebabkan tingginya kadar SiO 2, Al2O3, Fe2O3

dalam semen, sedangkan komposisi lain dalam semen seperti CaO, MgO, dan SO 3

menurun.
b. Sifat Kimia Semen

1) Hilang Pijar (LOI)

Pada semen sifat ini disebabkan karena terjadinya penguapan air kristal

yang berasal dari gypsum serta penguapan CO2.

2) Silica Ratio (SR)

Perubahan Silica Ratio dapat menyebabkan perubahan pada pembentukan

Coating pada Burning Zone dan Burnability Clinker. Silica Ratio yang rendah

dapat menyebabkan Raw meal mudah dibakar, temperatur klinkerisasi rendah,

cenderung membentuk ring coating dalam Kiln apalagi bila Lime Saturation

Factor (LSF) rendah, kekuatan awal tinggi tetapi dengan pertambahan waktu

sedikit sekali kenaiknannya, dan C3S banyak.

3) Alumina Ratio (AR)

Jika nilai alumnia ratio (AR) tinggi, maka akan menurunkan silica ratio

(SR), sehingga akan menghasilkan semen dengan waktu pengikatan yang cepat.

Jika Alumina Ratio (AR) rendah maka akan menyebabkan semen yang dihasilkan

tahan terhadap sulfat yang tinggi, mudah dibakar, temperatur klinkerisasi lebih

rendah, reaksi klinkerisasi lebih cepat, fasa cair banyak dan resitensi terhadap uap

air laut serta senyawa kimia tinggi.

G. Jenis-Jenis Semen

Beberapa jenis semen diantaranya sebagai berikut:

a. Semen Portland (Semen Abu), adalah bubuk berwarna abu kebiru-biruan,

dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang
diolah dalam tanur dengan suhu dan tekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan

sebagai perekat atau memplester.

b. Semen Putih (Grey Cement), adalah semen yang lebih murni dari semen

Portland dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti filter

atau pengisi. Semen ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone

murni.

c. Semen Sumur Minyak (Oil well cement), adalah semen khusus yang digunakan

dalam proses pengeboran gas alam atau minyak bumi di darat ataupun dilepas

pantai.

d. Mixed and fly ash cement, adalah campuran semen Portland dengan Pozzolan

buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari

pembakaran batubara yang mengandung amorphous silica, aluminium oksida,

besi oksida dan oksida[102] lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini

biasa digunakan untuk membuat beton.

e. Semen Pozolan, Pozolan adalah bahan yang dalam keadaan sendiri tidak terlalu

bersifat semen, namun akan muncul sifat semen jika dicampur dengan

gamping. Keunggulan dari semen ini adalah tahan terhadap korosi larutan

garam dan air laut serta lebih baik dari pada semen Portland.

f. Semen Alumina Tinggi, adalah suatu semen kalsium alumina yang dibuat

dengan cara melebur campuran batu gamping dan bauksit yang biasanya

mengandung oksida besi, silika, magnesia dan ketakmurnian lain. Kekuatan

semen ini berkembang dengan cepat dan tahan terhadap air laut serta air yang

mengandung sulfat.
g. Semen Silikat, semen ini tahan terhadap segala macam asam anorganik dalam

berbagai konsentrasi, kecuali asam flourida. Semen ini tidak cocok untuk pH

diatas 7 atau dalam sistem yang membentuk kristal. Semen ini biasanya

digunakan sebagai bahan perekat bata didalam tangki reaksi asam kromat dan

tangki alum.

h. Semen Belerang (Sulfur Cement), semen ini sangat tahan terhadap garam dan

asam yang tak mengoksidasi, namun tidak boleh dipakai bila ada alkali,

minyak, lemak dan pelarut. Semen ini biasanya digunakan sebagai bahan dasar,

perekat bata, ubin dan pipa besi cor.

i. Semen Magnesium Oksiklorida (Semen Sorel), semen ini ditemukan oleh ahli

kimia Prancis Sorel. Semen ini dibuat melalui aksi eksotermik larutan

magnesium klorida 20% terhadap suatu ramuan magnesia yang didapatkan dari

kalsinasi magnesit dan magnesia yang diperoleh dari larutan garam. Produk ini

kuat dan keras tetapi mudah terserang air yang menguras kandungan

magnesium kloridanya. Semen ini biasanya digunakan sebagai semen lantai

dengan pengisi yang tak reaktif dan pigmen pewarna serta sebagai dasar lantai

dalam seperti ubin dan terazo. Semen ini korosif terhadap korosi besi.

H. Dampak Industri Semen terhadap Lingkungan

Industri semen menyebabkan dampak kerusakan lingkungan sebagai

berikut:

a. Lahan

Perubahan tata guna tanah akibat kegiatan penambangan dan penyerapan

lahan serta pembangunan fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan kapasitas air


tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kuantitas air sungai di

sekitarnya.

b. Air

Kualitas air menurun karena limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak

dan sisa air dari kegiatan penambangan. Kemudian menimbulkan lahan kritis yang

mudah terkena erosi dan pendangkalan dasar sungai, yang akhirnya akan

menimbulkan banjir pada musim hujan. Kuantitas air atau debit air menjadi

berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan akan mengakibatkan

penyerapan air tanah menipis. Sungai menjadi kering pada musim kemarau dan

banjir pada musim hujan karena tanah tidak lagi mampu menyerap air.

c. Udara

Debu yang terlihat dikawasan pabrik dalam bentuk kabut dan kepulan

debu menimbulkan pencemaran udara. Suhu udara disekitar pabrik meningkat.

Gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara

berupa gas CO, CO2, SO3 dan gas lainnya yang mengandung hidrokarbon serta

belerang.

I. Pengertian Beton

Beton menjadi salah satu material dalam konstruksi yang paling dominan.

Beton banyak digunakan dalam konsruksi gedung, jalan, bangunan air, jembatan

dan sebagainya. Mudahnya perawatan beton menjadikan material ini banyak

diminati. Bahan penyusun beton sendiri terdiri dari semen, agregat, air dan bahan

tambah. Bahan tambah beton atau biasa disebut admixture dibedakan menjadi dua

yaitu, chemical admixture (bersifat kimiawi) dan additive (bersifat mineral).


Beton berdasarkan kelas dan mutu beton di bedakan menjadi 3 kelas, yaitu

(Candra dkk., 2021):

- Beton kelas I

Beton kelas I (B0) adalah beton untuk pekerjaan non struktural yang hanya

dibatasi pada pengawasan ringan dalam hal mutu beton, dan tidak disyaratkan

pemeriksaan terhadap kekuatan tekan.

- Beton kelas II

Beton kelas II (B1) adalah beton untuk pekerjaan struktural. Dalam

pelaksanaannya harus dipimpin oleh tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam

mutu-mutu standar B1, K 125, K 175 dan K 225.

- Beton kelas III

Beton yang lebih tinggi dari K 225 tergolong dalam beton Kelas III.

Dalam pelaksanaannya, beton kelas ini harus dilaksanakan dibawah pimpinan

tenaga ahli dan perlu adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap

untuk penngawasan mutu beton secara kontinu.

J. Pengertian Beton Menurut Para Ahli

Berikut ini pengertiannya yang dirangkum berdasarkan para ahli:

1. Asroni

Beton adalah material yang dibentuk oleh pengerasan campuran dari air,

semen, agregat halus dan kasar, dan terkadang ditambahkan admixture dalam

memperbaiki kualitasnya.
2. McCormac

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah,

maupun agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan pasta yang terbuat dari

air dan semen, campuran tersebut membentuk massa mirip batuan. Kadang-

kadang, satu atau lebih bahan aditif ditambahkan agar menghasilkan karakteristik

material tertentu demi kemudahan dalam pengerjaan (workability), durabilitas dan

waktu pengerasan.

3. Standar Nasional Indonesia (SNI)

Beton adala campuran semen portland atau jenis hidrolis lainnya, agregat

halus dan kasar, air, serta dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture).

K. Komposisi Beton

Beton sebenarnya terbuat dari beberapa bahan atau komposisi, yang

membuatnya menjadi material yang sangat kuat dibanding material dikelasnya,

komposisinya adalah sebagai berikut:

1. Semen Portland

Menjadi material yang bekerja mengikat agregat sehingga berubah

menjadi pasta ketika sudah dicampur menggunakan air. Seiring pemrosesan

berdasarkan panas dan waktu, campuran ini mampu menghasilkan pengerasan

pada pasta yang ada. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia, semen yang

menjadi bahan dasar beton terbagi menjadi lima jenis, yaitu:

 Jenis I sebagai bahan baku konstruksi umum tanpa memerlukan

persyaratan khusus layaknya jenis semen lainnya.


 Jenis II untuk bahan konstruksi yang membutuhkan ketahanan terhadap

panas sedang maupun sulfat.

 Jenis III sebagai komponen konstruksi dengan persyaratan kekuatan awal

lebih tinggi.

 Jenis IV disyaratkan bagi konstruksi atau bangunan dengan panas hidrasi

lebih rendah.

 Jenis V bagi konstruksi yang membutuhkan syarat sangat tahan dalam

melalui senyawa sulfat.

2. Agregat

Berupa butiran mineral alami dan berfungsi sebagai material pengisi dari

campuran di kisaran 70% dari volume mortar. Secara umum, agregat yang

menyusun mortar diharapkan memiliki sifat kemampatan tinggi sehingga volume

pori-pori dan material pengikat yang diperlukan jauh lebih sedikit. Berdasarkan

SNI, agregat dibagi lagi menjadi empat zone atau daerah, yaitu zone I kasar, zone

II agak kasar, zone III agak halus, dan zone IV halus.

3. Air

Selain bekerja sebagai bahan reaksi dengan semen, nyatanya air juga

menjadi pelumas bagi sela-sela agregat supaya bisa dipadatkan dan dikerjakan

dengan baik. Air yang akan dipakai sebagai materi pencampuran harus memenuhi

kriteria berikut:

 Kandungan lumpur maksimal 2 gr/liter

 Garam yang berpotensi merusak tidak lebih dari 15 gr/liter

 Tidak mengandung klorida lebih dari 0,5 gr/liter


 Senyawa sulfat maksimal 1 gr/liter

L. Jenis-Jenis Beton

Material yang digunakan diberbagai macam konstruksi bangunan ini

terdiri dari berbagai macam dan jenis. Jenis-jenisnya dalah sebagai berikut

(Candra dkk., 2021):

1. Beton Ringan

Biasa disebut juga dengan lightweight concrete yang memanfaatkan

agregat bobot ringan sekaligus aditif sejenis foam agent. Hal tersebut dilakukan

supaya gelembung udara terbentuk di bagian dalam. Jenis ini bisa ditemukan pada

bata ringan dan batako styrofoam.

2. Non-Pasir

Porous atau pervious menggunakan bahan baku tanpa pasir serta hanya

terdiri dari semen, kerikil dan air. Bersifat permeabilitas tinggi agar mampu

mengalirkan air menuju lapisan di bawahnya. Contohnya adalah kolom dan

struktur ringan.

3. Beton Hampa

Hampa disebut karena diambil dari cara pembuatannya, yaitu dengan

menyedot air pengencer adukan menggunakan vacuum machine khusus.

Kekuatannya yang sangat tinggi banyak dipakai oleh proyek gedung tinggi.

4. Beton Bertulang

Beton bertulang merupakan jenis yang dihasilkan dari pencampuran antara

adukan beton dengan tulangan baja untuk meningkatkan kekuatannya terhadap


gaya tarik. Tergolong sangat umum dipakai pada konstruksi kolom bangunan,

pelat lantai, jembatan dan jalan.

5. Pra-Tegang

Tulangan baja yang akan dimasukkan harus ditegangkan dahulu sebelum

diolah menjadi jenis yang satu ini. Tujuannya adalah menghindari terjadinya

keretakan ketika menahan beban lenturan dalam kapasitas besar. Contoh

penerapannya adalah penyangga struktur bangunan bentang lebar.

6. Pra-Cetak

Biasanya lebih populer dengan industri precast dan dibangun di tempat

lain supaya kualitasnya semakin baik. Latar belakang pembuatannya adalah

kurangnya tenaga kerja atau lokasi proyek yang tidak terlalu luas. Material ini

kerap ditemui diproduksi oleh perusahaan pengadaan material.

7. Massa

Biasanya dibuat dalam jumlah yang cukup banyak dengan penuangan

sangat besar melebihi rata-rata. Ukuran dimensinya lebih dari 60 cm dengan

perbandingan dari volume maupun luas permukaan sangat besar. Umumnya,

dimanfaatkan dalam bendungan, pilar dan pondasi.

8. Cyclop Concrete

Mengaplikasikan agregat berukuran besar untuk mengisi tambahannya

kemudian dicampurkan dengan adukan normal. Ukuran permukaan agregat end

mencapai 20 cm serta digunakan pada jembatan, ending dan bangunan air lainnya.

9. Serat
Beton serat disusun dengan memasukkan serat-serat tertentu ke dalam

adukan normal beton dalam mencegah terjadinya keretakan. Contoh serat yang

biasa dipakai adalah plastik, kawat baja, tumbuhan, maupun asbes.

M. Kelebihan Dan Kekurangan Beton

1. Kelebihan

Kelebihan yang biasa ditemui pada material, termasuk karakteristik dan hasil

aplikasinya pada sebuah konstruksi yaitu (Manalip dkk., 2019):

 Lebih mudah dicetak sesuai kebutuhan dan bisa diulang-ulang agar lebih

efektif.

 Material yang masih segar mudah dipompakan untuk dituang.

 Tahan api dan aus sehingga perawatannya mudah.

 Material segar juga mudah disemprotkan atau diisikan ke beton lama yang

retak untuk memenuhi keperluan perbaikan.

 Mampu menahan gaya tekan dengan optimal.

2. Kekurangan Beton

Kekurangan dari material ini adalah sebagai berikut (Manalip dkk., 2019):

 Masih memerlukan baja tulangan supaya tidak mudah retak.

 Perlu ketelitian untuk menghasilkan beton kedap air.

 Sifatnya cenderung getas.

 Beton keras mudah mengembang serta menyusut akibat perubahan suhu.


N. Proses Pembuatan Beton

Tahap penting dalam proses pembuatan beton adalah sebagai

berikut:

1. Pencampuran Bahan yang tepat

Langkah awal dari bagaimana proses pembuatan beton yang harus

diketahui adalah mengenai pencampuran bahannya. Beberapa diantaranya adalah

agregat kasar yang terdiri dari kerikil dan agregat halus dari pasir. Selain itu juga

ada bahan lain seperti semen, air dan zat aditif untuk membuat beton cepat kering.

Komposisi bahannya pun harus tepat. Misalnya saja untuk komposisi material

pada adukan beton tiap 1  meter kubik harus sesuai dengan SNI 7394: 2008.

Misalnya saja, beton dengan mutu K125 komposisinya adalah semen sebanyak

276 kilogram, kerikil 1.012 kilogrm, air 215 kilogram dan pasir 828 kilogram.

Beton tersebut biasanya digunakan untuk konstruksi pada lantai dasar.

2. Pengangkutan Adukan Beton

Berikutnya, mengenai bagaimana proses pembuatan beton adalah dengan

proses pengangkutan adukan beton menuju tempat penuangannya. Pengangkutan

juga perlu dilakukan dengan cepat dengan tujuan supaya semen belum tercampur

maupun bereaksi dengan air. Biasanya, untuk beton yang tidak begitu besar dapat

dilakukan dengan manual seperti dengan ember maupun gerobak dorong. Akan

tetapi, jika beton tersebut berukuran besar dari segi skalanya, maka dapat

dilakukan dengan truk aduk beton, menggunakan pompa, maupun ban berjalan.

Pompa dilakukan untuk mengangkut pada tempat yang tinggi dan truk untuk
tempat yang cukup jauh. Selain itu juga dapat menggunakan crane jika tempatnya

cukup tinggi.

3. Penuangan Adukan

Proses penuangan adukan beton harus dilakukan secepat mungkin dan

harus dalam kondisi plastis. Hal itu dilakukan agar adukan tadi dapat mengalir

dengan baik ke bagian rongga maupun tulangannya. Proses penuangan harus

dilakukan dari sudut bekisting yang paling rendah. Penuangan ini tidak boleh

lebih dari jari jarak dua meter agar tidak terjadi segregasi. Agar hasilnya

maksimal, bisa menggunakan tremi dan hindari proses penuangan ketika terjadi

hujan deras dan tidak menutup bagian atasnya. Air hujan tersebut dapat masuk

dan dapat membuat kualitas betonnya menjadi menurun. Pastikan permukaan

tersebut terisi penuh dan rata.

4. Proses Pemadatan Adukan

Setelah adonan cor dan beton diaduk, maka selanjutnya adalah dengan

memadatkan adukan beton dan cor. Dalam tahap ini memiliki tujuan

menghilangkan udara yang ada dalam adukan beton. Ketika udara yang ada tidak

dikeluarkan, maka dikhawatirkan terjadi keropos dan mempengaruhi kualitas

beton tersebut. Pemadatan beton ini harus segera dilakukan setelah penuangan

selesai dan adukan itu masih kondisi diplastik. Pemadatan dapat dilakukan dengan

cara menusuk pada tuangan beton maupun dengan teknik penggetaran. Namun,

saat ini sudah ada alat khusus yang digunakan dalam pemadatan beton yakni

concrete vibrator. Alat tersebut mampu menghasilkan getaran pada bagian


permukaan dalam radius tertentu. Dengan begitu, adukannya benar-benar menjadi

padat dan tidak ada ruang di dalamnya.


5. Perataan Permukaan pada Beton

Perataan permukaan beton merupakan salah satu bagian penting dan

menjadi proses akhir mengenai bagaimana proses pembuatan tersebut.

Sederhananya, perataan tersebut dapat dilakukan dengan peralatan sederhana.

Misalnya saja menggunakan cetok maupun papan perata. Sedangkan jika perataan

dilakukan pada bagian lantai dengan sistem cor beton secara cepat, Anda dapat

menggunakan alat bantu lainnya misalnya saja dengan power trowel. Dengan

menggunakan alat tersebut, dapat membantu proses permukaan lantai cor pada

saat kondisi kering sebesar 75 persen.

6. Perawatan Beton

Sebagai proses terakhir mengenai bagaimana proses pembuatan beton

adalah perawatannya. Proses perawatan penting dilakukan agar reaksi semen

dengan air dapat bercampur dengan baik. Perawatan tersebut juga penting agar

permukaan tetap lembab sampai proses reaksinya mencapai waktu yang sudah

ditentukan yaitu kurang lebih satu bulan atau sekitar 28 hari. Apabila perawatan

tidak dilakukan dengan baik, dikhawatirkan air pada campuran beton itu akan

merembes atau keluar. Dengan begitu, beton menjadi memiliki kualitas yang

buruk dan memicu retak-retak pada bagian permukaannya. Menjaga kelembaban

dalam merawat beton ini dilakukan dengan menyirami bagian permukaan beton

tersebut, menggenanginya dengan air maupun dengan meletakkan karung basah di

bagian permukaan beton.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada awalnya semen dikenal di Mesir sekitar tahun 500 SM untuk

pembuatan piramida, dimana semen digunakan pada saat itu sebagai pengisi ruang

kosong diantara celah-celah tumpukan batu. Semen terdiri dari beberapa

komponen yaitu Dicalsium Silicate (2CaO.SiO2 atau C2S), Tricalcium Silicate

(3CaO.SiO2 atau C3S), Tricalcium Alumina (3CaO.Al2O3 atau C3A) dan Tetra

Calcium Aluminate Ferrite (4CaO.Al2O3 atau C4AF). Proses produksi semen

terbagi atas dua macam yaitu proses basah (wet process) dan proses kering (dry

process). Industri semen memiliki dampak terhadap lahan air dan udara.

Karakteristik semen dibagi atas sifat fisika yang terdiri dari hidrasi semen, panas

hidrasi, Setting Time dan Hardening, false set, kuat tekan, kelembaban,

penyusutan, daya tahan semen terhadap asam dan sulfa, kehalusan (blaine) dan

sifat kimia yang terdiri hilang pijar (LOI), Silica Ratio (SR), Alumina Ratio (AR).

Jenis-jenis semen yaitu, Semen Portland (Semen Abu), Semen Putih (Grey

Cement), Semen Sumur Minyak (Oil well cement), Mixed and fly ash cement,

Semen Pozolan, Semen Alumina Tinggi, Semen Silikat, Semen Belerang dan

Semen Magnesium Oksiklorida (Semen Sorel). Industri semen berdampak

terhadap pencemaran lingkungan yaitu perubahan tata guna tanah akibat kegiatan

penambangan, kualitas air menurun karena limbah cair dan pencemaran udara

akibat limbah udara pabrik.


O. Saran

Penggalian dan pengolahan semen sangat mendukung kemajuan suatu

Negara, tetapi yang jangan dilupakan adalah masalah limbah. Untuk mengatasi

permasalah tersebut diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, diantaranya:

a.    Industri, diharapkan sebelum membuang limbah pabriknya harus

dimenetralisasinya atau mendaurnya.

b.    Pemerintah, diharapkan melakukan pengawasan yang ketat terhadap industri-

industri, terutama dalam masalah penanggulangan limbahnya.

c.   Masyarakat, diharapkan turut serta dalam melakukan pengawasan kinerja


industri-industri terutama masalah penanggulangan limbahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, A.I., Suwarno, Heri W., Sulik A., Dwifi A. dan Karisma, 2020, Kuat
Tekan Beton Fe 21,7 MPa Menggunakan Water Reducing And High
Range admixtures, Jurnal CIVILLa, 5 (1).

Manalip, M.F.K.H. dan Steenie E.W., 2019, Kuat Tekan Dan Permeabilitas Beton
Porous Dengan Variasi Ukuran Agregat, Jurnal Sipil Statik, 7 (3).

Anda mungkin juga menyukai