Anda di halaman 1dari 13

PAnalisis Kewenangan Bidan Berdasarkan

International Confederation of Midwives (ICM), Permenkes Nomor


1464/Menkes/Per/IX/2010 dan dalam Kemenkes Nomor
369/MENKES/SK /III/2007

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
Secara Internasional pengertian bidan dan praktiknya telah diakui oleh International
Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972 dan International Federation of International
Gynecologist and Obstetrian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan–badan lainnya. Pada
tahun 1990 pada petemuan Dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang
kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992), sebagai berikut “A midwife is a
person who, having been regulary admitted to a midwifery educational program fully
recognized in the country in which it is located, has successfully completed the prescribed
course of studies in midwifery and has acquired the requiste qualification to be registered
and or legally licensed to practice midwifery” (Bidan adalah seseorang yang telah
menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan
diberi ijin untuk melaksanakan praktik kebidanan di negara itu). Bidan merupakan salah
satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting terutama dalam penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Menurut WHO Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara reguler dalam
program pendidikan kebidanan sebagaimana yang diakui yuridis, dimana ia ditempatkan dan
telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan telah mendapatkan kualifikasi serta terdaftar
disahkan dan mendapatkan ijin melaksanakan praktik kebidanan.Definisi Bidan pada
Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/IX/2010,pasal 1 ayat 1. Bidan adalah seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kebidanan (Midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin
Ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran,
ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat, dan
ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dari masa pra konsepsi,
masa hamil, ibu bersalin / post partum, bayi baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi
pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan
kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
Kompetensi adalah pengetahuan yang dilandasi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan, secara aman, dan tanggung jawab sesuai dengan

2
standar dengan syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat (PP IBI, 2004). Kompetensi
tersebut dikelompokkan dalam dua kategori yang merupakan kopetensi minimal yang
mutlak diberikan oleh bidan persalin dan kompetensi tambahan/lanjutan yang merupakan
pengembangan dari pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk mendukung tugas bidan
dalam memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ruang lingkup asuhan
yang diberikan oleh seorang bidan telah ditetapkan sebagai wilayah kompetensi bidan di
Indonesia yang bisa disebut dengan Standar Kompetensi Bidan.
Lahirnya kompetensi bidan di Indonesia tidak terlepas dari Permenkes 572 Tahun
1996 tentang Registrasi Praktik Bidan, kompetensi bidan yang disusun oleh ICM pada
Februari 1999, kompetensi bidan Indonesia yang disahkan pada KONAS IBI XII di
Denpasar Bali, Peraturan Kepmenkes RI No. 900/Menkes/SK/II/2002 tentang kewenangan
praktik bidan dan Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor:
369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. Kompetensi Bidan ini merupakan
acuan Bidan dalam melakukan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Kewenangan bidan dalam praktik mandiri juga harus memenuhi ketentuan yang
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK /III/2007 Tentang
Standar Profesi Bidan. Tugas pokok bidan yang tertuang dalam Kepmenkes Nomor 369
Tahun 2007 tentang standar profesi bidan adalah melaksanakan pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya dalam mendukung pelayanan kesehatan
ibu hamil, bersalin dan nifas, pelayanan kesehatan bayi dan anak balita, serta
pelayanan Keluarga Berencana (KB), mengelola program KIA di wilayah kerjanya dan
memantau pelayanan KIA di wilayah desa berdasarkan data riil sasaran, meningkatkan
peran serta masyarakat dalam mendukung pelaksanaan pelayanan KIA termasuk pembinaan
dukun bayi dan kader, pembinaan wahana/forum peran serta masyarakat yang terkait
melalui pendekatan kepada pamong dan tokoh masyarakat.
Kewenangan yang telah diberikan itu harus di tindak lanjuti dengan
peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan supaya dapat melaksanakan
tugas dengan baik. Permenkes No.1464/Menkes/PER/2010 tentang ijin dan penyelenggaraan
praktik yang merupakan penyempurnaan Permenkes No.HK.02.02/Menkes/149/I/2010.
Pada saat ini pelayanan bidan di Indonesia mengacu pada Permenkes

3
No.1464/Menkes/PER/2010 Pasal 9 yaitu: Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang
untuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan
anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Dalam
melaksanakan tugas, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi, dan rujukan sesuai kondisi
pasien.

Analisis Kewenangan Bidan Menurut ICM, Permenkes Nomor


1464/Menkes/Per/X/2010, dan Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar
profesi bidan
a. International Confederation of Midwives (ICM)
ICM merupakan badan organisasi dunia yang mengatur mengenai masalah praktik
kebidanan dalam ranah internasional. Kewenangan bidan yang tertuang dalam ICM ini
meliputi 7 kompetensi bidan, yang mana kewenangan ini lah yang dijadikan dasar oleh
beberapa pembuat kebijakan dalam menyusun peraturan mengenaik praktik kebidanan di
Indonesia.

b. Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan


praktik kebidanan.
Bidan memiliki kewenangan dalam memberikan Pelayanan Kebidanan, Keluarga
Berencana dan Kesehatan Masyarakat. Dalam menjalankan praktik, bidan diatur dalam
beberapa ketentuan hukum. Sebelum diundangkannya Permenkes Nomor tentang ijin
dan penyelenggaraan praktik bidan ini, kewenangan bidan diatur dalam Kepmenkes
Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Kemudian
diperbaharui dengan Permenkes Nomor HK. 02.02/Menkes/149/2010 tentang ijin dan
penyelenggaraan praktik bidan. Dan berganti menjadi diundangkannya Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan.
Pada peraturan Menteri Kesehatan ini dijabarkan mengenai hal-hal terkait dengan
penyelenggaraan praktik bidan yang meliputi Surat Tanda Registrasi, surat izin kerja
bidan, surat izin praktik bidan, Standar atau pedoman yang digunakan dalam

4
menjalankan profesi, praktik mandiri serta membahas juga mengenai Organi profesi
(Ikatan Bidan Indonesia)

c. Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan


Berdasarkan Kepmenkes No. 369/Menkes SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Bidan. Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna,
berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama‐sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia
berada. Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan
untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek
pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input,
proses dan output.
Standar Profesi Bidan merupakan pedoman yang harus dipergunakan sebagai
acuan dalam menjalankan profesi yang meliputi “Standar pelayanan, Standar Profesi,
dan Standar Prosedur Opersional (SOP). Bidan merupakan profesi yang mempunyai
ukuran atau standar profesi. Standar profesi bidan sebagai acuan untuk melaksanakan
segala tindakan dan asuhan
yang diberikan kepada individu, keluarga atau masyarakat. Standar profesi bidan diatur
dalam Kepmenkes Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.
Praktik bidan didasarkan pada hukum dan peraturan Perundang‐Undangan yang
mengatur dan berkaitan dengan praktik bidan dan hukum kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI ini mencakup 9 kompetensi bidan yang
diuraikan secara detail dan jelas mengenai pengetahuan dasar, keterampilan dasar serta
keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh seorang bidan. Selain kompetensi juga
dibahas mengenai Standar pendidikan dasar maupun berkelanjutan untuk bidan, standar
pelayanan kebidanan, Standar praktik kebidanan yang telah dijelaskan secara mendalam
dalam setiap sub bagiannya.

5
 Analisis Persamaan JD0155586242dan Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007
tentang standar profesi bidan

A. Persamaan 1
International Confederation of Midwives (ICM)
Competency 1. Competency in social, epidemiologic and cultural context of
maternal and newborn care. Midwives have the requisite knowledge and skills from
obstetrics, neonatology, the social sciences, public health and ethics that form the
basis of high quality, culturally relevant, appropriate care for women, newborns,
and childbearing families.
Kompetensi 1. Kompetensi bidan berhubungan dengan konteks sosial, epidemiologi,
dan kultural/kebudayaan pada ibu dan bayi. Bidan memberikan pengetahuan dan
pelatihan keterampilan obstetric, neonatologi, ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan
etik kebidanan, keterkaitan budaya, perawatan yang sesuai untuk ibu, bayi dan
keluarga.
Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan
Kompetensi I. Standar kompetensi Bidan. Bidan mempunyai persyaratan
pengetahuan dan keterampilan dan ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik
yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya,
untuk wanita, bayi dan keluarganya.
 Pada kompetensi I ini, kedua aturan ini prinsipnya sama, bahwa bidan harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan tidak hanya yang sesuai dengan
keilmuan medisnya namun juga harus mengerti mengenai kesehatan public, etnik
yang akan menjadi dasar atau pondasi asuhan kebidanan yang bermutu tinggi
baik untuk ibu, bayi maupun keluarganya.

B. Persamaan 2
International Confederation of Midwives (ICM)
Competency 2. Competency in pre-pregnancy care and family planning. Midwives
provide high quality, culturally sensitive health education and services to all in the

6
community in order to promote healthy family life, planned pregnancies and positive
parenting.
Kompetensi 2. Kompetensi bidan dalam perawatan pra kehamilan dan perencanaan
keluarga berencana. Bidan memberikan asuhan pelayanan yang berkualitas,
memberikan edukasi kesehatan dan pelayanan berbasis komunitas dalam rangka
promosi kesehatan keluarga, perencanaan kehamilan dan pendidikan parenting
(orang tua).
Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan

Kompetensi 2. Pra konsepsi,KB dan ginekologi. Bidan memberikan asuhan yang


bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan
menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga
yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
BAB III. Penyelenggaraan Praktik
Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi pelayanan kesehatan ibu, kesehatan anak dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pada pasal 12 diuraikan lagi lebih
jelas mengenai memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana;
 Ketiga aturan ini menguraikan hal yang sama, dimana dalam praktik bidan dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu, mencakup kesehatan ibu, anak dan
keluarganya, serta diberikan pada masa pra kehamilan, kehamilan , persalinan
maupun masa nifas.

C. Persamaan 3
International Confederation of Midwives (ICM)
Competency 3. Competency in provision of care during pregnancy . Midwives
provide high quality antenatal care to maximize health during pregnancy and that
includes early detection and treatment or referral of selected complications.

7
Kompetensi 3. Kompetensi dalam memberikan pelayanan kebidanan selama masa
kehamilan. Bidan memberikan pelayanan asuhan antenatal dalam rangka menjaga
kesehatan selama kehamilan dan termasuk deteksi dini dan terapi atau rujukan bila
didapatkan komplikasi tertentu.
Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan

Pada kompetensi 3. Asuhan dan konseling selama kehamilan. Bidan memberikan


asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan
yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tetentu.
Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
Pasal 10 ayat 1 Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf
a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa
menyusui dan masa antara dua kehamilan. Pada pasal 10 ayat 2 menegaskan
mengenai pelayanan antenatal pada kehamilan normal. Pada ayat 3 juga diuraikan
beberapa poin mengenai apa saja yang diberikan pada saat asuhan antenatal
 Ketiga aturan ini membahas hal yang sama, dimana dalam penyelenggaraan
praktik kebidanan, harus dilakukan asuhan antenatal yang berkualitas selama
kehamilan karena antenatal yang berkualitas juga merupakan faktor kunci
keberhasilan dan kelancaran ibu melewati masa kehamilan hingga persalinan.
Asuhan antenatal yang berkualitas mencakup deteksi dini, pengobatan seta
melakukan rujukan pada kasus kehamilan dengan komplikasi tertentu.

D. Persamaan 4
International Confederation of Midwives (ICM)
Competency 4. Competency in provision of care during labour and birth. Midwives
provide high quality, culturally sensitive care during labour, conduct a clean and
safe birth and handle selected emergency situations to maximize the health of women
and their newborns.
Kompetensi 4. Kompetensi pelayanan kebidanan pada saat inpartu dan persalinan.
Bidan memberikan pelayanan asuhan yang berkualitas, perawatan saat persalinan,

8
melakukan pertolongan persalinan yang aman dan nyaman serta dapat mengatasi
situasi kegawatan dan melakukan penanganan yang maksimal bagi ibu dan bayi.
Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan

Kompetensi 4. Asuhan selama persalinan dan kelahiran. Bidan memberikan asuhan


yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan,
memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya
yang baru lahir.
Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
BAB III penyelenggaraan praktik pasal 10 ayat 1, 2 dan 3 mengenai pemberian
pelayanan kesehatan pada kehamilan, persalinan, serta tindakan apa saja yang masuk
dalam kompetensi bidan dan boleh dilakukan bidan secara mandiri.
 Pada ketiga aturan ini sama sama membahas mengenai kompetensi bidan dalam
menangani masalah kehamilan dan selama proses persalinan.

E. Persamaan 5
International Confederation of Midwives (ICM)
Competency 5. Competency in provision of care for women during the postpartum
period. Midwives provide comprehensive, high quality, culturally sensitive
postpartum care for women.
Kompetensi 5. kompetensi bidan berkaitan dengan pelayanan terhadap wanita pada
masa postpartum. Bidan memberikan pelayanan yang menyeluruh, berkualitas,
sesuai dengan kultur kebiasaan terhadap ibu.
Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan
Kompetensi 5. Asuhan pad aibu nifas dan menyusui. Bidan memberikan asuhan pada
ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
Pasal 10 menyebutkan mengenai pelayanan kesehatan pada masa nifas atau post
partum yang mencakup perawatan nifas dan menyusui serta konseling dan edukasi.

9
 Pada ketiga aturan tersebut diatas disebutkan mengenai praktik pelayanan
kebidanan mencakup masalah perawatan postpartum yang berkualitas

F. Persamaan 6
International Confederation of Midwives (ICM)
Competency 6. Competency in postnatal care of the newborn. Midwives provide high
quality, comprehensive care for the essentially healthy infant from birth to two
months of age.
Kompetensi 6. Kompetensi asuhan pada bayi baru lahir. Bidan memberikan
pelayanan asuhan yang berkualitas, komprehensif/menyeluruh pada bayi baru lahir
yang sehat hingga usia 2 bulan.
Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan

Kompetensi 6. Asuhan pada bayi baru lahir. Bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan
Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
Pada pasal 11 disebutkan mengenai pelayanan kesehatan anak yang diberikan pada
bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak prasekolah. Untuk penanganan asuhanbayi
baru lahir termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi
Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 – 28 hari), dan
perawatan tali pusat, penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan penanganan
kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan dengan indikasi. Imunisasi rutin,
dan pemantauan tumbuh kembang bayi.
 Pada ketiga aturan diatas sama-sama membahas mengenai kompetensi bidan
dalam penanganan bayi baru lahir hingga usia 1-2 bulan

G. Persamaan 7
Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan

Kompetensi 7. ASuhan pada bayi dan balita. Bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan-5 tahun )
Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010

10
Pada pasal 11 disebutkan mengenai kompetensi bidan dalam memberikan asuhan
pada bayi dan balita mencakup pemberian imunisasi sesuai program pemerintah,
pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah, pemberian
konseling dan penyuluhan. Pada pasal 13 juga disebutkan mengenai penanganan bayi
dan anak balita sesuai pedoman yang ditetapkan.
 Kedua aturan diatas menunjukkan kompetensi bidan dalam memberikan asuhan
komprehensif pada bayi dan balita sehat.

H. Persamaan 8
International Confederation of Midwives (ICM)
Competency 7. Competency in facilitation of abortion-elated care. Midwives provide
a range of individualised, culturally sensitive abortion-related care services for
women requiring or experiencing pregnancy termination or loss that are congruent
with applicable laws and regulations and in accord with national protocols.
Kompetensi 7. Kompetensi dalam penyelenggaraan pelayanan pada pasien dengan
abortus. Bidan memberikan asuhan yang bersifat individual kepada pasien dengan
riwayat terminasi kehamilan atau abortus medicinalis maupun spontan sesuai dengan
protocol nasional.
Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan

Kompetensi 9. Asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi. Melaksanakan


asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan system reproduksi
Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
Pada pasal 12 disebutkan bahwa Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf c, berwenang untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana serta memberikan alat kontrasepsi
oral dan kondom. melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit
lainnya;

11
 Pada ketiga aturan diatas membahas mengenai penanganan suhan kebidanan
pada wanita dengan gangguan system reproduksi, namun pada pedoman ICM
lebih mengkhususkan asuhan kebidanan pada pasien dengan abortus.

1. Analisis Perbedaan Kewenangan Bidan Menurut International Confederation of


Midwives (ICM), Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010, dan Kepmenkes
Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan

A. Perbedaan 1
Kewenangan bidan menurut International Confederation of Midwives (ICM) kompetensi
I dan Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan kompetensi I
mengenai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dan ilmu-ilmu sosial, kesehatan
masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai
dengan budaya, untuk wanita, bayi dan keluarganya, tidak tertuang dalam Permenkes
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010.

B. Perbedaan 2
Kompetensi bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan
gangguan system reproduksi pada kompetensi 9 Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007
tentang standar profesi bidan juga disebutkan pada Permenkes Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010, begitupula pada pedoman ICM. Namun pada pedoman ICM
disebutkan lebih spesifik pada pelayanan kebidanan pada wanita dengan pregnancy loss
atau abrotus.
International Confederation of Midwives (ICM)
Midwives provide a range of individualised, culturally sensitive abortion-related
care services for women requiring or experiencing pregnancy termination or loss
that are congruent with applicable laws and regulations and in accord with national
protocols.

C. Perbedaan 3

12
Pada kompetensi 7 Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 tentang standar profesi
bidan yang menyatakan mengenai Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan-5 tahun ), juga tertuang pada
Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010, namun tidak disebutkan pada pedoman
ICM, pada pedoman ICM hanya menyebutkan mengenai pemberian asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir hingga usia 2 bulan pada competency 6.

D. Perbedaan 4
Secara garis besar ketiga aturan mengenai kewenangan bidan dalam
penyelenggaraan praktik kebidanan sama tujuannya, namun dalam Permenkes
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 membahas juga mengenai izin dalam
penyelenggaraan praktik kebidanan, dan tidak terlalu jelas dan detail dalam
menguraikan apa saja kompetensi bidan dalam pelayanan dan penyelenggaraan
praktik kebidanan. Pada Kepmenkes Nomor 369 Tahun 2007 dan pedoman ICM
dijelaskan dengan lebih mendalam dan detail mengenai kompetensi bidan yang
meliputi pengetahuan dasar apa saja yang harus dipahami, keterampilan dasar yang
harus dikuasai dna pengetahuan tambahan yang perlu diketahui.

13

Anda mungkin juga menyukai