Anda di halaman 1dari 184

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE

TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA


PADA SISWA KELAS IV MI NU MIFTAHUL HUDA DI JABUNG MALANG

SKRIPSI

Oleh:
Sugeng Haryanto
07140072

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
APRIL, 2009
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE
TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA
PADA SISWA KELAS IV MI NU MIFTAHUL HUDA DI JABUNG MALANG

SKRIPSI

Diajukam Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S.Pd.)

Oleh:
Sugeng Haryanto
07140072

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
APRIL, 2009
LEMBAR PERSETUJUAN

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE


TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA
PADA SISWA KELAS IV MI NU MIFTAHUL HUDA DI JABUNG MALANG

SKRIPSI

Oleh:
Sugeng Haryanto
07140072

Telah disetujui oleh:


Dosen Pembimbing

Triyo Supriyatno, M. Ag
NIP. 150 311 702

Tanggal, 1 April 2009

Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Dra. Hj. Sulalah, M. Ag


NIP. 150 267 279
LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE


TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA
PADA SISWA KELAS IV MI NU MIFTAHUL HUDA DI JABUNG MALANG

SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Sugeng Haryanto (07140072)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
15 April 2009 dengan nilai B+
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Pada tanggal: 15 April 2009

Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang : Muhammad Walid, M.A


NIP. 150 289 265

Sekretaris : Dr. Abdul Bashit, M. Si


NIP. 150 327 264

Pembimbing : Triyo Supriyatno, M.Ag


NIP. 150 311 702

Penguji Utama : Dra Hj. Sulalah M, Ag.


NIP. 150 267 279

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony


NIP. 150 042 031
PERSEMBAHAN

Dengan rahmat dan syukur kehadirat ilahi rabbi serta hormat dan kasih sayang
kupersembahkan karya kecil ini untuk
Ayahanda dan Ibundaku
Yang tak pernah lelah mencurahkan kasih sayangnya, yang disertai dengan
untaian do’anya yang selalu mengiringi ananda
dalam menuju sebuah kesuksesan.
Semua keluarga & saudara-saudara ku tercinta, Keponakanku Lukman yang telah
banyak memberikan motivasi kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
Seseorang yang ditakdirkan oleh Allah SWT

Untuk menjadi Pendamping hidupku, baik didunia maupun diakhirat nanti

Teman-teman seperjuangan

yang penuh duka cita tawa & gembira, M.Karim Gibran Al-Jabir, Mbah Tamam,

Huda , Hamidi, Ibat, Abi, Maula, dan semua penghuni Villa Jayeng Sari ,

Penghuni Dinoyo City, Villa Tidar, dan Gasek Terimakasih atas segala dukungan

& sarannya. Begitu juga seseorang yang telah banyak membantu dalam penulisan

skripsi ini.

Dan Buat temen-temen seperjuangan PKLI Chy N JBT 15 Jabung Malang

Yang penuh suka duka dan tawa.

Thanks For Support


MOTTO

Artinya: “ Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad),


melainkan beberapa orang-laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka,
Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu
tiada Mengetahui”. (QS.Al-Anbiyaa’ Ayat 7)
Triyo Supriyatno, M.Ag
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas islam negeri malang

NOTA DINAS PEMBIMBING


Hal : Skripsi Sugeng Haryanto Malang, 1 April 2009
Lamp : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
di
Malang

Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.


Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa yang tersebut di
bawah ini:
Nama : Sugeng Haryanto
NIM : 07140072
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi : Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Tanya
Jawab Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa
Kelas IV MI NU Miftahul Huda Di Jabung Malang.

maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Triyo Supriyatno, M.Ag


NIP. 150 311 702
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 1 April 2009

Sugeng Haryanto
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin wala ‘udwana illa ‘aladhzalimin, wala haula


wala quwata illa billahil ‘aliyyil adhzim, karena hanya dengan rahmat serta
hidayahnya penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Kontekstual
Melalui Metode Tanya Jawab Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada
Siswa Kelas IV MI NU Miftahul Huda Di Jabung Malang” dapat diselesaikan
dengan curahan cinta kasihnya, penuh kedamaian dan ketenangan.
Dengan segala daya dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun pengarahan

dan hasil diskusi dari berbagai pihak dalam proses penulisan skripsi ini, maka

dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tiada batas kepada :

1. Kedua orang tua atas do’a restu, motivasi dan cinta kasihnya yang selalu

mengiringi irama jantung dan langkah ananda.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Malang.

3. Bapak Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Malang.

4. Ibu Dra. Hj. Sulalah, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Malang.

5. Bapak Triyo Supriyatno, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing, yang telah banyak

meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga

selesainya penulisan skripsi ini.

6. Bapak Syamsul Huda , S. Pd, selaku Kepala MI NU Miftahul Huda, beserta

guru-guru dan karyawan yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan

penelitian di MI NU Miftahul Huda Jabung Malang


7. Ibu Ira Nurmawati A.Ma, selaku guru bidang Studi (IPA) di MI NU Miftahul

Huda Jabung Malang, yang senantiasa membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian dari awal sampai selesai di MI NU Miftahul Huda Jabung Malang

8. Seluruh Dosen beserta staf pengajar Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan

bimbingan, pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama mengikuti studi di

UIN Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna, meskipun

penulis telah berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik sebagai tambahan pengetahuan

dan penerapan disiplin ilmu pada lingkungan yang luas.

Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga dengan skripsi yang

sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan kepada pembaca

pada umumnya.

Malang, 1 April 2009

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN . ................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

HALAMAN MOTTO ............................................................................... vi

HALAMAN NOTA DINAS .................................................................... vii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

ABSTRAK ............................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

E. Sistematika Pembahasan ............................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendekatan Kontekstual ......................................................... 12

1. Proses Belajar ..................................................................... 16

2. Transfer Belajar .................................................................. 17


3. Siswa Sebagai Pembelajar ................................................... 17

4. Pentingnya Lingkungan Belajar........................................... 18

B. Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 18

1. Pengertian (CTL) ............................................................... 18

2. Hakikat Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) .................................................................................. 24

3. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) .................................................................................. 27

C. Metode Tanya Jawab .............................................................. 34

1. Pengertian Metode Tanya Jawab ....................................... 34

2. Tujuan Metode Tanya Jawab ............................................. 37

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab ............. 39

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Tanya Jawab..42

5. Modifikasi Metode Tanya Jawab........................................ 45

6. Pelaksanaan Metode Tanya Jawab...................................... 47

7. Metode Tanya Jawab dalam Meningkatkan Efektivitas

Pembelajaran IPA ............................................................... 49

D. Prestasi Belajar ........................................................................ 51

1. Pengertian Prestasi Belajar ................................................. 51

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .......... 54

E. Tanya Jawab dengan Pendekatan Kontekstual.................... 62

F. Evaluasi Hasil Belajar IPA ..................................................... 66


BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................... 76

B. Rancangan Penelitian............................................................. 81

C. Kehadiran Peneliti.................................................................. 87

D. Lokasi Penelitian.................................................................... 88

E. Rencana Tindakan ................................................................. 89

F. Siklus Penelitian..................................................................... 91

G. Pengumpulan Data ................................................................ 92

H. Indikator Kinerja ................................................................... 93

I. Tahap Penelitian..................................................................... 94

1) Tahap Pralapangan/Orientasi ........................................... 95

2) Tahap Pekerjaan Lapangan .............................................. 95

3) Tahap Analisis Data ......................................................... 96

4) Pengecekan Keabsahan Data ........................................... 97

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data........................................................................... 98

1. Latar Belakang Obyek Penelitian ........................................ 98

2. Paparan Siklus Tindakan ................................................... 106

B. Temuan Penelitian ................................................................ 116

1. Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Tanya

Jawab Pada Mata Pelajaran IPA Dapat Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa ....................................................... 116


2. Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode

Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPA Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ............................... 119

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN

1. Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Tanya

Jawab Pada Mata Pelajaran IPA Dapat Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa ........................................................... 123

2. Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Tanya

Jawab Pada Mata Pelajaran IPA Dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa ........................................................... 137

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 143

B. Saran ...................................................................................... 144

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Bukti Konsultasi

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 6 Soal Ulangan

Lampiran 7 Daftar Nilai

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian


ABSTRAK

Haryanto, Sugeng. 2009. Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Tanya


Jawab Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV Mi Nu
Miftahul Huda Di Jabung Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyyah, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Pembimbing: Triyo Supriyatno, M.Ag.

Kata Kunci: Pendekatan Kontekstual, Tanya Jawab, Prestasi Belajar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada awal kemunculannya terbukti telah


memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemajuan peradaban modern.
Eropa adalah bangsa yang mampu mengembangkan ilmu tersebut dengan baik,
namun di negeri pengembangannya masih relatif kurang. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor terbesarnya adalah lemahnya metodologi pembelajaran
yang di terapkan dalam dunia pendidikan itu sendiri. Maka, perlu kiranya
dikembangkan metode pembelajaran IPA yang dapat memberikan pengaruh besar
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dan siswi di sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, maka kiranya perlu diadakan suatu penelitian
dengan mengangkat suatu topik yang dianggap sesuai dengan kondisi yang dihadapi
dewasa ini, dengan judul “ Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode
Tanya Jawab Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV MI
NU Miftahul Huda Di Jabung Malang” dengan subfokus 1. Apakah penerapan
pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab dapat meningkatkan prestasi
belajar IPA pada siswa kelas IV MI NU Miftahul Huda di Jabung Malang?, 2.
Bagaimana penerapan pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab dalam
meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IVa MI NU Miftahul Huda di
Jabung Malang?. Tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui penerapan
pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab dapat meningkatkan prestasi
belajar IPA pada siswa kelas IV MI NU Miftahul Huda di Jabung Malang. 2.
Mendiskripsikan penerapan pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab
dalam meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IVa MI NU Miftahul
Huda di Jabung Malang.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Malang, tepatnya di MI NU Miftahul
Huda Jabung Malang. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis
penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research ). Tahap penelitian ini
mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, yaitu berupa suatu
siklus spiral yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
dan refleksi. Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: (1) observasi;
(2) pengukuran tes hasil belajar; dan (3) dokumentasi. Data yang diperoleh dari
tindakan kemudian dianalisis. Data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil
observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif, sedangkan data yang
dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif, cukup dengan menggunakan
analisis deskriptif dan sajian visual.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
penerapan metode tanya jawab dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran
IPA dapat menigkatkan prestasi belajar siswa di MI Miftahul Huda Jabung Malang.
Dampak yang dapat dilihat adalah terhadap sembilan prestasi belajar yaitu adanya
peningkatan keaktifan individu, keaktifan secara kelompok, nilai ulangan harian,
ketangkasan menjawab pertanyaan, ketepatan waktu mengerjakan tugas, memilki
indikator, mampu mempraktekkan indikator, siswa memperhatikan guru menjelaskan
dan siswa tanggap terhadap instruksi dan rencana pembelajaran.
Adapun penerapan metode tanya jawab dengan pendekatan kontekstual pada mata
pelajaran IPA dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MI Miftahul Huda
Jabung Malang adalah sebagai berikut: Langkah pertama yang dilakukan adalah
membentuk kelompok belajar menjadi empat kelompok, yang masing-masing terdiri
dari delapan orang anggota kelompok sesuai dengan nomor urut absen. Langkah
kedua tiap kelompok diberikan peta konsep tentang sumber daya alam, kemudian
tiap kelompok diperintahkan untuk mengilustrasikan peta konsep yang telah
dibagikan kepada setiap kelompok, dan membuat ilustrasi contoh riil yang terjadi di
kehidupan sehari-hari. Langkah ketiga adalah pemberian instruksi untuk bekerjasama
dengan seluruh anggota kelompok masing-masing (yang tahu memberi tahu pada
yang belum tahu, yang pandai mengajari yang lemah). Dan diharapkan Semua
anggota kelompok bertanggungjawab atas kelompoknya masing-masing. Langkah
keempat adalah guru memberikan lontaran-lontaran pertanyaan secara langsung.
Langkah kelima adalah memberikan pertanyaan dalam bentuk tekstual.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada

setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

sepanjang hidupnya. Sedangkan proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan

yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks

interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat

perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan,

pemahaman dan ketrampilan atau sikap.1

Oleh karena itu, proses belajar mengajar yang di selenggarakan di sekolah

atau lembaga formal, dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa

secara terencana, baik perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dan

ketrampilan atau sikap. Proses belajar mengajar di sekolah atau di lembaga

formal sangat dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Lingkungan belajar tersebut

antara lain meliputi: siswa, guru, karyawan sekolah, bahan atau materi pelajaran

(buku paket, majalah, makalah dsb), sumber belajar lain yang mendukung dan

fasilitas belajar (laboratorium, pusat sumber belajar, perpustakaan yang lengkap

dan sebagainya).

Untuk memperbaiki pendidikan terlebih dahulu harus mengetahui

bagaimana manusia belajar dan bagaimana cara mengajarnya. Kedua kegiatan

tersebut dalam rangka memahami cara manusia mengkonstruksi pengetahuannya

1
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Bumi Aksara, Bandung, 2001), hlm. 48
tentang objek-objek dan peristiwa-peristiwa yang dijumpai selama kehidupannya.

Manusia akan mencari dan menggunakan hal-hal atau peralatan yang dapat

membantu memahami pengalamannya.2

Beberapa fakta pendidikan dilapangan menunjukkan bahwa proses

pembelajaran yang diformalkan seperti di sekolah-sekolah cendrung merancang

pendidikan yang kaku dengan pembelajaran yang kaku pula. Seorang guru

sekolah dasar kadang lupa bahwa anak sekolah dasar adalah usia belajar dan

bermain, jika bentuk pembelajaran mereka di formalkan atas nama prestasi maka

kecendrungan anak didik akan mengalami stres. Hasil pengamatan peneliti pada

waktu pelaksanaan PKLI dan pengamatan pra penelitian dalam penelitian skripsi

ini menunjukkan bahwa sekolah/madrasah yang masih dibawah sekolah

unggulan di kota Malang cendrung mengabaikan metode pembelajaran, guru

dalam membelajarakan anakdidiknya terkesan seadanya dan semampunya, tidak

ada kreativitas. Beberapa faktor yang bisa terlihat dengan mata kepala adalah

karena minimnya fasilitas dan jaminan kesejahteraan yang mengakibatkan para

guru tidak fokus dalam mebelajarkan mereka. Hasil wawancara tidak terstruktur

menunjukkan bahwa secara akademik pengetahuan para guru masih dibawah

standart yang diinginkan pemerintah. Dari sini nampaknya minimnya

kemampuan guru dalam mendesain pembelajaran yang baik, benar dan bermutu

sangatlah ditentukan oleh banyak faktor yang saling berkaitan diantaranya adalah

pemerintah, invidu guru, ekonomi, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

2
C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 56
Melihat kondisi realita yang ada, ketika peneliti mengadakan observasi di

sekolah yang dijadikan objek penelitian yaitu MI NU Miftada Jabung Malang,

dalam mengikuti Pembelajaran, khususnya pelajaran IPA kelas IV perlu adanya

perhatian. Pada waktu pelajaran berlangsung banyak peserta didik yang tidur,

ramai, bahkan ada yang tidak peduli dengan apa yang disampaikan gurunya. Itu

semua karena metode yang digunakan oleh guru masih sangat tradisional yaitu

ceramah dan tanya jawab tekstual. Metode tersebut diaplikasikan secara terus

menerus setiap akan mengajar pelajaran IPA sehingga mengakibatkan motivasi

peserta didik rendah, jenuh dan kurang antusias dalam mengikuti pelajaran IPA,

kesannya peserta didik tidak diikut sertakan dalam proses belajar mengajar serta

kurangnya motivasi yang diberikan guru kepada anak didiknya sehingga prestasi

yang diperoleh siswa kelas IV dalam pelajaran IPA cenderung rendah.

Untuk itu, dalam proses pembelajaran guru harus mempunyai terobosan

atau berani menerapkan metode, strategi yang baru, sehingga kelas tidak terlihat

fakum dan peserta didik tidak merasa bosan. Dengan menerapkan metode baru,

siswa bisa semangat dalam belajar, aktif dalam kelas baik bertanya, memberikan

ide/gagasan, dan lebih berinteraksi lagi dengan lingkungannya (sesama siswa,

guru maupun masyarakat).

Untuk menimbulkan motivasi yang akan mendorong anak agar dapat

berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan belajarnya, maka diperlukan adanya

peningkatan aktivitas belajar anak. Sedangkan untuk meningkatkan aktivitas

belajar anak, maka perlu adanya motivasi-motivasi guru yang sekiranya peserta

didik menjadi semangat dan giat dalam belajar. Salah satu alternatif yang penulis
tawarkan adalah dengan menerapkan Pendedkatan kontekstual melalui metode

tanya jawab pada saat kegiatan belajar berlangsung sehingga hasil pendidikan

yang sesuai dapat terwujud dengan harapan kita.3

Sehubungan dengan itu para ahli pendidikan selalu mencari akal

bagaimana menciptakan “suasana khusus” sebuah kelas agar dapat menunjang

kegiatan belajar yang cocok dan enak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

melihat atau menilai suasana kelas itu. Kemudian dari bahan-bahan penelitian

dan dijadikan bahan masukan untuk penyempurnaan.

Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang perlu

diperhatikan, dimana banyak faktor yang mempengaruhinya salah satu faktor

yang sangat berpengaruh adalah guru. Guru merupakan komponen pengajaran

yang memegang peranan penting dan utama karena keberhasilan proses belajar

mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Guru adalah orang yang penting

statusnya di dalam kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang

paling penting yaitu mengatur dan mengemudikan bahtera kehidupan kelas.

Bagaimana suasana kelas berlangsung merupakan hasil kerja dari guru. Suasana

dapat “hidup”, siswa belajar tekun tapi tidak merasa terkekang atau sebagainya,

suasana “muram”, siswa belajar kurang bersemangat dan diliputi suasana takut.

Itu semuanya sebagai akibat dari hasil pemikiran dan upaya guru.4

Setiap siswa mempunyai keunikan sendiri dalam belajar, begitu pula

guru. Namun untuk menciptakan efektifitas belajar, para guru tidak bisa

mengandalkan cara dan gaya belajarnya sendiri dalam mengajar para siswa-
3
Hasil pengamatan peneliti pada waktu pelaksanaan PKLI dan pengamatan pra penelitian
4
Supriyadi Saputro, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Umum ( Malang: IKIP, 1993),
hlm. 4
siswinya. Bobbi De Porter dalam buku Quantum Learningnya mengakui bahwa

gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kemampuan seseorang. Bahkan

Bobbi mengatakan ketika seorng guru menyadari gaya belajarnya sendiri, maka

seorang guru dapat menggunakannya untuk menyerap informasi dari luar secara

lebih optimal.5

Mengajar dengan cara dan gaya belajar siswa adalah satu cara bagi proses

pengajaran untuk mengoptimalkan hasil. Secara teori, orang yang belajar dengan

cara dan gaya belajar dominasi dari dirinya, hasilnya akan lebih optimal. 6

Di dalam kegiatan belajar-mengajar, kelas merupakan tempat yang

mempunyai sifat atau ciri khusus, yang berbeda dengan tempat lain. Belajar

adalah kegiatan khusus yang memerlukan energi dari kerja otak. Disamping itu

juga memerlukan adanya konsentrasi yang tinggi dan perhatian kita.

Dengan belajar individu mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

Perubahan dalam kepribadian yang menyatakan sebagai suatu pola baru dan pada

reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Untuk

mempertegas pengertian belajar penulis akan memberikan kesimpulan bahwa

belajar adalah suatu proses lahir maupun batin pada diri individu untuk

memperoleh pengalaman baru dengan jalan mengalami atau latihan.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan demikian prestasi adalah

hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu

pekerjaan/aktivitas tertentu. Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh

karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap

5
Amir Tengku Ramly. Menjadi Guru Idola. (Bekasi: Pustaka Inti. 2005) Hal. 75
6
Ibid, hal 75
individu menginginkan hasil yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap

individu harus belajar dengan sebaik- baiknya supaya prestasinya berhasil

dengan baik.

Pengertian dari dua kata prestasi dan belajar atau prestasi belajar berarti

hasil belajar, secara lebih khusus setelah siswa mengikuti pelajaran dalam kurun

waktu tertentu. Berdasarkan penilaian yang dilaksanakan guru di sekolah, maka

prestasi belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka( kuantitatif) dan

pernyataan verbal( kualitatif). Prestasi belajar yang dituangkan dalam bentuk

angka misalnya 10, 9, 8, dan seterusnya. Sedangkan pretasi belajar yang

dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang,

kurang, dan sebagainya.

Bagi anak yang masih mau belajar mandiri (usia sekolah dasar) bentuk

belajarnya harusnya dibimbing dan dibantu dengan pembelajaran. Jadi,

pembelajaran merupakan kumpulan aktivitas dengan metodennya untuk

membuat seseorang belajar secara mandiri. Para ahli sudah banyak menuliskan

bahwa pembelajaran merupakan hal penting untuk mendidik anak menjadi lebih

baik. Pentingnya pembelajaran dalam proses pendidikan sudah tak dapat

dielakkan lagi. Dalam hal ini pemerintah sudah membuat aturan tentang

kewajiban seorang guru dalam membelajarkan pesetadidiknya. Pada pasal

Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:

a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,


kreatif, dinamis, dan dialogis; b. mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c. memberi
teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya7

Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

hal yang signifikan dalam menentukan apakah sebuah proses pendidikan berhasil

atau tidak. Pentingnya pembelajaran dan metode pembelajaran secara nyata

dirasakan jika sudah berhadapan dengan peserta didik dengan beragam

kemampuan dan karakter.

Di sekolah ini, jika guru kelas sudah tidak lagi membuat sebuah
pembelajaran dan metode penyampaian yang dapat menarik perhatian
siswanya maka proses pendidikan tidak akan berjalan sesuai harapan.
Keadaan ini terjadi karena ragamnya karakter anak didik. Dengan
demikian peneliti menyimpulkan bahwa membuat rancangan
pembelajaran yang diringi dengan penyiapan metode yang variatif dan
kolaboratif seperti fokus penelitin ini adalah penting.8

Dari uraian diatas perlu kiranya merancang metode yang tepat untuk

menciptakan suasana kelas yang baik, sehingga baik guru maupun murid bisa

merasakan suasana kelas yang menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas, maka

kiranya perlu diadakan suatu penelitian untuk dijadikan karya tulis ilmiah dalam

bentuk skripsi. Dan penulis tertarik untuk menulis dan mengangkat suatu topik

yang dianggap sesuai dengan kondisi yang dihadapi dewasa ini, dengan judul

“PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE

TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

PADA SISWA KELAS IV MI NU MIFTAHUL HUDA DI JABUNG

MALANG”.

7
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), pasal 40 tentang hak dan kewajiban tenaga
pendidik (Bandung: Erlangga, 2003) hal 35
8
Siti Hasanah, Dampak penerapan kolaborasi metode dalam membelajarkan anak hiperaktif
di SD Bani Hasyim terhadap peningkatan prestasi bealjara (Malang: PTK Guru kelas, 2007) hal, 35.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah penerapan pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab dapat

meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV MI NU Miftahul

Huda di Jabung Malang?

2. Bagaimana penerapan pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab

dalam meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IVa MI NU

Miftahul Huda di Jabung Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui penerapan pendekatan kontekstual melalui metode

tanya jawab dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV

MI NU Miftahul Huda di Jabung Malang.

2. Untuk mendiskripsikan penerapan pendekatan kontekstual melalui

metode tanya jawab dalam meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa

kelas IVa MI NU Miftahul Huda di Jabung Malang.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengharapkan hasil penelitiannya

akan bermanfaat bagi :

1. Pihak sekolah

Sebagai bahan informasi, pertimbangan, dan acuan kerangka berpikir

bagi MI NU Miftahul Huda demi tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana


yang diharapkan oleh masyarakat, bangsa dan negara, dengan perbaikan

sistem pembelajaran.

2. Pihak Guru

Dalam penulisan skripsi ini, guru menjadi obyek utama selain siswa

itu sendiri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

sebagai bahan evaluasi tambahan demi kesempurnaan, perbaikan sistem

pembelajaran yang akan datang.

3. Bagi Siswa.

Siswa agar lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan

guru serta lebih mudah dalam memahami konsep dalam mata pelajaran IPA

untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna mengadakan

penelitian lebih lanjut. Dan untuk mengetahui sejauhmana tingkat kesulitan

dan problematika dalam proses belajar mengajar serta bagaimana solusi yang

seharusnya dilaksanakan.

E. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis

memperinci dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, penulis membahas pokok-pokok pikiran untuk

memberikan gambaran terhadap inti pembahasan, pokok pikiran

tersebut masih bersifat global. Pada bab ini terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II Memaparkan tentang kajian yang berkaitan dengan peningkatan

prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode tanya jawab

melalui pendekatan kontekstual.

BAB III Metode penelitian, yang mana dalam bab ini akan dibahas

pendekatan dan jenis penelitian, rancangan penelitian, kehadiran

peneliti, lokasi penelitian, rencana tindakan, siklus,

pengumpulan data, indikator kinerja, tahap penelitian; tahap pra

lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data,

pengecekan keabsahan data.

BAB IV Pada bab ini akan memuat uraian tentang penyajian data dan

temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan

prosedur yang diuraikan dalam bab III yang meliputi Latar

Belakang Obyek Penelitian, Paparan Siklus Tindakan, dan

Penerapan metode tanya jawab dengan pendekatan kontekstual

pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa, Penerapan metode tanya jawab dengan pendekatan

kontekstual pada mata pelajaran IPA dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa.

BAB V Pada bab ini akan diuaraikan pembahasan temuan penelitian

yang telah dikemukakan dalam bab IV yang mempunyai arti

penting bagi keseluruhan penelitian. Untuk menjawab


permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB VI Penutup, yang mana pada bab ini berisikan tentang kesimpulan

dari pembahasan, dan juga saran atas konsep yang telah

ditemukan pada pembahasan, pada bab ini terdiri dari

kesimpulan dan saran


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendekatan Kontekstual

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa

anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan

lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan

mengetahui-nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi

terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal

dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka

panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita.

Beberapa pendapat tentang konstektual dikemukakan oleh :

Erman Suherman mengemukakan, “Pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual (Contextual Teaching and Leaning, CTL) adalah pembelajaran

yang dimulai dengan mengambil (mensimulasikan, menceritakan, berdialog,

atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang

dialami siswa kemudian diangkat ke dalam konsep yang dibahas”.9

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

pendekatan konstektual memberikan penekanan pada penggunaan berpikir

tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi dan data dari

berbagai sumber. Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan

9
Erman Suherman, M.Pd.. Evaluasi Pembelajaaran Matematika. UPI (Bandung : JICA,
2003), hal. 3
konstektual lebih menekankan pada authentik assesmen yang diperoleh dari

berbagai kegiatan.

Pendekatan kontekstual dalam buku Pendekatan Kontekstual yang

diterbitkan oleh DEPDIKNAS tahun 2002, Pembelajaran Kontekstual

(contextual Teching and Leaning) adalah konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Joshua mengemukakan :“Pembelajaran konstektual adalah suatu

konsep tentang pembelajaran yang membantu guru-guru untuk

menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi-situasi dunia nyata serta

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga

negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam kegiatan belajar yang dituntut

dalam pelajaran”.10

Pendekatan kontekstual ini merupakan konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan

mendorong siwa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat. Tugas guru dalam kelas kontekstual ini adalah

membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak

berurusan dengan srtategi dari pada memberi informasi. Tugas guru

10
Jozua Sabandar. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika. (Bandung,
2003, Tidak dipublikasikan), hal 2
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan

suatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).

Pendekatan kontekstual ini perlu diterapkan mengingat bahwa sejauh

ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai

perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Dalam hal ini fungsi fungsi dan

peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif.

Melalui pendekatan kontekstual ini siswa diharapkan belajar denga cara

mengalami sendiri bukan menghapal.11

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam

bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan

dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.

Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya,

dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa

yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka

memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk

hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan
11
Asep Sugiarto, Pembuktian Hasil Belajar Siswa Dalam Penggunaan Pendekatan
Konstektual Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, (http://one.indiskripsi.com/, diakses tanggal 15
Januari 2009
berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai

pengarah dan pembimbing.12

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa

mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan

strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai

sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi

anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (baca: pengetahuan dan

keterampilan) datang dari 'menemukan sendiri', bukan dari 'apa kata guru'.

Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan

kontekstual.kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya

strategi pembelajaran yang lain. Kontekstual dikembangkan dengan tujuan

agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan

kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan

yang ada. Berikutnya akan dibahas persoalan yang berkenaan dengan

pendekatan kontekstual dan implikasi penerapannya.

Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih

berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah

menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi

belajar 'baru' yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang

mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

12
Zulfikri Kamin, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning),
(http://group.yahoo.com/group/pakguruonline), diakses tanggal 15 Januari 2009.
Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL 'dipromosikan'

menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL, siswa

diharapkan belajar melalui 'mengalami', bukan 'menghapal'

Pendekatan konstektual mendasarkan diri pada kecendrungan

pemikiran tentang belajar sebagai berikut :

1. Proses Belajar

a. Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus

mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

b. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola

bermakna dasri pengetahuan baru, dan bukan di beri begitu saja dari

guru.

c. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki ole seseorang

yang terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam

tentang sesuatu persoalan (subject matter).

d. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau

proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang

dapat diterapkan.

e. Manusia mempunya tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi

baru.

f. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak

itu berjalan seiring perkembangan organisasi pengetahuan dan

keterampilan seseorang. Untuk itu perlu dipahami, strategi belajar


yang salah dan terus menerus dijalankan akan mempengaruhi struktur

otak, yang pada akhirnya mempengaruhi cara orang berprilaku.

g. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu

yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

2. Transfer Belajar

a. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari "pemberian orang

lain".

b. Keterampilan dan penetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas

(sempit), sedikit demi sedikit.

c. Yang penting bagi siswa tahu 'untuk apa' ia belajar, dan 'bagaimana'

ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.

3. Siswa sebagai pembelajar

a. Manusia mempunya kecendrungan untuk belajar dalam bidang

tertentu , dan seorang anak mempunyai kecendrungan untuk belajar

dengan cepat hal-hal baru.

b. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu

yang baru. Akan tetapi untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat

penting.

c. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara 'yang

baru' dan yang sudah diketahui.

d. Tugas guru memfasilitasi : agar informasi baru bermakna, memberi

kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide


mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi

mereka sendiri.

4. Pentingnya lingkungan belajar

a. Belajar efektif itu di mulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada

siswa. Dari "guru akting didepan kelas, siswa menonton: ke "siswa

akting bekerja dan berkarya , guru mengarahkan".

b. Pengajaran harus berpusat pada "bagaimana cara" siswa

menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih

dipentingkan dibandingkan hasilnya.

c. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses

penilaian (assessment) yang benar.

d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu

penting.

B. Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

1. Pengertian CTL

Sebelum pembahasan tentang pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL) secara panjang lebar, terlebih dahulu penulis

jelaskan tentang Teaching and Learning.

Secara umum Teaching adalah pengajaran,9 sedangkan menurut

Drs. B. Suryosubroto pengajaran merupakan hasil proses belajar

mengajar, efektivitasnya tergantung dari beberapa unsur. Efektivitas suatu

9
Sutrisno, Ibid., hlm.32.
kegiatan tergantung dari terlaksana tidaknya perencanaan, karena

perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif.

Cara untuk mencapai hasil belajar yang efektif yaitu murid-murid harus

dijadikan pedoman setiap kali membuat persiapan dalam mengajar.10

Learning secara umum artinya pembelajaran. Menurut Dra. Hj.

Siti Kusrini pembelajaran adalah upaya pengembangan sumber daya

manusia yang harus dilakukan secara terus menerus selama manusia

hidup.11 Pembelajaran menurut Wirawan merupakan kegiatan Full-

Contact yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran,

perasaan, dan bahasa tubuh) disamping pengetahuan, sikap, keyakinan

sebelumnya serta persepsi masa mendatang.12

Menurut Abu Ahmadi dalam bukunya Slameto13 ada beberapa hal

yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode pembelajaran,

diantaranya yaitu:

a. Metode mengajar yang digunakan harus dapat mengembangkan motif,

minat, dan gairah belajar siswa.

b. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menjamin

perkembangan kegiatan kepribadian siswa.

c. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan

kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

10
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta:Rineka Cipta,1997), hlm. 9
11
Siti Kusrini, Dkk, Ketrampilan Dasar Mengajar, (Malang: Fakultas Tarbiyah UIN,2006),
hlm.9
12
Wirawan, Quantum Teaching, Alternatif Pengajaran Untuk Peningkatan Mutu
Pembelajaran, (Jakarta:Departemen Pendidikan nasional), 2005, hlm.2
13
Slameto, Op.Cit., hlm. 18
d. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang

keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan

inovasi (pembaharuan).

e. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik siswa

dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan

melalui usaha pribadi.

f. Metode yang dipergunakan harus dapat meniadakan penyajian yang

bersifat Verbalisme dan menggantinya dengan pengalaman situasi

nyata dan bertujuan.

g. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan

mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan

dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya beberapa penerapan metode pembelajaran diatas,

diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa secara lebih

optimal. Siswa tidak akan lagi merasa acuh tak acuh terhadap materi

pelajaran yang diberikan, karena mereka menganggap pelajaran

merupakan suatu kebutuhan hidup mereka.

Adanya kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk

kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika

lingkungan diciptakan secara alamiah yang mana belajar akan lebih

bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan

mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi

terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal


dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka

panjang, dan itulah yang terjadi dikelas-kelas sekolah kita.

Untuk lebih jelasnya tentang Pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL) berikut akan penulis uraikan beberapa definisinya

menurut para ahli sebagai berikut:

a. Menurut Mulyasa

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan

antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara

nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan

menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari,

peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan

memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang

dipelajarinya.14

b. Menurut Nurhadi

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata

kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan

ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari

14
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung:PT Remaja Rosda karya, 2005),
hlm.55
proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan

masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.15

c. Menurut Dr. Wina Sanjaya M.Pd

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan

materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan mereka.16

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan

konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi nyata kedalam kelas

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil

pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa

belajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke

siswa.

Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil

belajar. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak

15
Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya dalam KBK, (Malang: UNM,
2004), Edisi Revisi, Cet.I, hlm.13.
16
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam implementasi KBK, (Jakarta:Prenada Media, 2005),
Cet.1, hlm. 109.
untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis, dan melaksanakan

observasi serta menarik kesimpulan dalam jangka panjangnya. Dalam

kontekstual ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa

manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya

nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang

memerlukan suatu ebkal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari

apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya.

Dalam upaya itu mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan

pembimbing.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya

lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas

lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa

yang dipelajarinya, pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan

menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam

berbagai macam tatanan kehidupan baik disekolah maupun diluar

sekolah. Selain itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah

yang mereka hadapi dalam suatu situasi.

Bila pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

diterapkan dengan benar, diharapkan siswa akan berlatih untuk dapat

menghubungkan apa yang diperoleh dikelas dengan kehidupan dunia


nyata yang ada dilingkungannya. Untuk itu, guru perlu memahami

konsep pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terlebih

dahulu dan dapat menerapkannya dengan benar. Agar siswa dapat

belajar lebih efektif, guru perlu mendapat informasi tentang konsep-

konsep pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan

penerapannya.

2. Hakikat Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Penerapan pembelajaran Kontekstual di Amerika Serikat

bermula dari pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey pada tahun

1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang

berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran

kontekstual berakar dari paham Progresivisme John Dewey.

Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan

penyelenggaraan pendidikan sekolah berpusat pada anak (Child-

centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih

berpusat pada guru (Teacher-Centered) atau bahan pelajaran (subject-

centered).17 Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang

mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta

proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar

di sekolah.

17
Redja Mudyahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
cet.2, Hal.142
Pokok-pokok pandangan Progresivisme antara lain:
a. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat
mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang
diajarkan oleh guru.
b. Anak harus bebas agar bisa berkembang wajar.

c. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang

belajar.

d. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.

e. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.

f. Sekolah Progresif harus merupakan Laboratorium untuk melakukan

Eksperimen.18

Selain teori Progresivisme John Dewey, teori kognitif juga

melatarbelakangi filosofi pembelajaran Kontekstual. Siswa akan belajar

dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam kegiatan di kelas

dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan hasil

belajar dalam bentuk apa yang dapat mereka ketahui dan apa yang dapat

mereka lakukan. Belajar di pandang sebagai usaha atau kegiatan

intelektual untuk membangkitkan ide-ide yang masih laten melalui

kegiatan Intropeksi.

Disamping itu siswa yang menggunakan strategi kognitif

memungkinkan ketika ia mengikuti berbagai uraian dari apa yang sedang

ia baca, apa yang ia pelajari, mungkin ketrampilan intelektual, mungkin

informasi. Dia menggunakan strategi kognitif untuk memilih dan

menggunakan kode bagi apa yang dia pelajari, dan strategi lain untuk

18
Nurhadi, Op.Cit., hlm.8
mengungkapkannya kembali. Yang terpenting, dia menggunakan

beberapa strategi kognitif dalam memikirkan apa yang telah ia pelajari

dan dalam memecahkan masalah. Strategi kognitif adalah cara yang

dimiliki pelajar dalam mengelola proses belajar.13

Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus di hafal. Kelas

masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Kemudian

ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan

sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah

strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta,

tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan

pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Melalui landasan Filosofi Konstruktivisme, CTL dipromosikan

menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL, siswa

diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Menurut Filosofi Konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-

obyektif, temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu bersifat temporer,

berubah, dan tidak menentu. Kitalah yang memberi makna terhadap

realitas yang ada. Pengetahuan tidak pasti dan tidak tetap. Belajar adalah

pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar

diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna, bukan

13
Robert M.Gagne, Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran, (Surabaya:Usaha Nasional
1988), Cet.I, hlm.79
memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Otak atau akal

manusia berfungsi sebagai alat untuk melakukan interpretasi sehingga

muncul makna yang unik.

Salah satu prinsip penting dari Psikologi pendidikan adalah guru

tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa.

Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru

dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat

informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa,

dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan sendiri ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari

dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru

dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka

mencapai tingat pemahaman yang lebih tinggi, sehingga prestasi mereka

semakin meningkat, tetapi harus tetap diupayakan agar siswa sendiri yang

memanjat tangga tersebut.

3. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari

penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

dikelas. Ketujuh komponen itu adalah Konstruktivisme, bertanya

(Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning

Comunity), pemodelan (Modelling), Refleksi (Reflection), dan penilaian

sebenarnya (Authentic Assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) jika menerapkan


komponen tersebut dalam pembelajarannya, dan untuk melaksanakan hal

itu tidak sulit. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja dan

kelas yang bagaimanapun keadaannya.

Penerapan masing-masing ketujuh komponen diatas adalah:

a. Konstruktivisme (Construktivisme).

Merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu bahwa pengetahuan

dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas

melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta-fakta konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna

melalui pengalaman nyata.14 Intinya Konstruktivisme adalah:

1. Siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks terbatas.

2. Siswa mengkonstruk sendiri pemahamannya.

3. Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui pengalaman

belajar yang bermakna.

b. Menemukan (Inquiry)

Inquiry pada dasarnya adalah suatu ide yang komplek, yang

berarti banyak hal bagi banyak orang, dalam banyak konteks. Inquiry

adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan

melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah

14
Nurhadi, Op.Cit., hlm.33.
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses

menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan,

guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,

akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat

menemukan sendiri materi yang dipahaminya. Belajar pada dasarnya

merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara

mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang

secara utuh baik intelektual, mental emosional maupun pribadinya.15

Proses Inquiry dapat dipakai dalam berbagai topik mata

pelajaran. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui

beberapa langkah, yaitu:

1) Merumuskan masalah.

2) Mengajukan hipotesis.

3) Mengumpulkan data.

4) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan.

5) Membuat kesimpulan.

Penerapan asas ini dapat dipakai dalam proses - proses

Contextual Teaching and Learning (CTL), dimulai dari adanya

kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.

Dengan demikian siswa harus didorong untuk menemukan masalah.

Apabila masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas,

selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara

15
Wina Sanjaya, Op.Cit., hal. 119
sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang

akan menuntut siswa untuk melakukan observasi dalam rangka

mengumpulkan data. Manakala data telah terkumpul selanjutnya

siswa dituntut untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam

merumuskan kesimpulan. Asas menemukan seperti ini, merupakan

asas yang penting dalam pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL). Melalui proses berfikir yang sistematis diatas,

diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, yang

kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas.

Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis,

dan menemukan teori. Baik perorangan maupun kelompok.

1) Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk memahami

konsep atau fenomena.

2) Mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berfikir kritis.

c. Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab

pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari

keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan

mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses

pembelajaran melalui Contextual Teaching and Learning (CTL),

guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi

memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Oleh sebab itu

peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan


guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan

setiap materi yang dipelajarinya.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya

akan sangat berguna untuk:

1) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan

materi pelajaran.

2) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

3) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.

4) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan, dan

5) Membimbing siswa untuk menemukan dan menyimpulkan

sesuatu.

Dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran kegiatan

bertanya hampir selalu digunakan. Oleh karena itu, kemampuan guru

untuk mengembangkan teknik-teknik bertanya sangat diperlukan.

d. Masyarakat Belajar (Learning Comunity)

Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh

dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing

antara teman, antar kelompok, dan antara mereka yang tahu ke

mereka yang belum tahu. Dalam kelas dengan pendekatan

kontekstual, kegiatan pembelajaran dilakukan dalam kelompok-

kelompok belajar, siswa yang pandai mengajari yang lemah dan yang

tahu memberi tahu yang belum tahu. Siswa yang terlibat dalam

kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh


teman bicaranya dan juga meminta informasi yang diperlukan teman

bicaranya. Adapun inti dari Learning Community adalah:

1) Berbicara dengan berbagi pengalaman kepada orang lain.

2) Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran

yang lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.

e. Pemodelan (Modelling)

Yang dimaksud dengan asas Modelling adalah proses

pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang

dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh

bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara

melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh

bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberi contoh

bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan

contoh bagaimana cara menggunakan thermometer dan lain

sebagainya.16

Proses modelling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi

dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki

kemampuan. Misalkan siswa yang pernah menjadi juara dalam

membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya

didepan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap

sebagai model. Modelling merupakan asas yang cukup penting dalam

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), sebab

16
Wina Sanjaya, Op.Cit, hlm.121
melalui modelling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang

teoritis abstrak yang dapat memungkinkan verbalisme.

f. Refleksi (Reflection)

Adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa

yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau

pengetahuan yang baru saja diterima. Siswa mengendapkan apa yang

baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru saja

diterima, yang merupakan pengayaan atau kejadian, aktivitas atau

pengetahuan yang baru diterima.17

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap

berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah

dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa menafsirkan

pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang

pengalaman belajarnya.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Dalam proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan

informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar

belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki

17
Nurhadi, Op.Cit, hlm.50
pengaruh yang positif terhadap perkembangan intelektual maupun

mental siswa.

Penilaian yang Authentic dilakukan secara berintegrasi dengan

proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu,

tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil

belajar.

C. Metode Tanya Jawab

1. Pengertian Metode Tanya Jawab

Kegiatan belajar, bertanya memang peranan yang penting. Sebab

pertanyaan yang tersusun dengan baik dengan teknik pengajuan yang

tepat akan meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar,

membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang

sedang dibicarakan, mengembangkan pola pikir dan belajar aktif siswa

sebab berpikir itu sendiri sebenarnya adalah pertanyaan; menuntun proses

belajar siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa dapat

menentukan jawaban yang baik, memusatkan perhatian siswa terhadap

masalah yang sedang dibahas.

Menurut Dra. Roestiyah N.K, metode tanya jawab adalah suatu

cara mengajar di mana guru dan siswa aktif bersama, guru bertanya siswa

memberikan jawaban, siswa mengemukakan pendapat ide baru, dan

dengan ini guru bertujuan.18

18
Roestiyah, N.K, Didaktik Metodik (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986), hal.70.
Menurut Drs. Soetomo metode tanya jawab adalah suatu metode

di mana guru menggunakan/memberikan pertanyaan kepada siswa dan

siswa menjawab, atau sebaliknya siswa bertanya pada guru dan guru

menjawab pertanyaan siswa.19

Metode tanya jawab, menurut Syaiful B. Djamarah adalah cara

penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab,

terutama oleh dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada

guru.20

Menurut Armai Arief, metode tanya jawab adalah suatu teknik

penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan. Atau

suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan

siswa menjawab tentang materi yang ingin diperoleh21

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat mengambil

kesimpulan tentang pengertian metode tanya jawab ialah suatu metode

mengajar yang dijadikan adanya komunikasi langsung di mana guru

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawab tentang materi

yang diperolehnya atau sebaliknya siswa bertanya dan guru menjawab

sehingga siswa termotivasi.

Pengertian itu menunjukkan bahwa metode tanya jawab itu

diperlukan adanya komunikasi langsung antara guru dan siswa sehingga

tidak hanya terjadi komunikasi satu arah saja. Namun dalam komunikasi

19
Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), 150
20
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Renika cipta, 1995), hal. 107
21
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), hal. 140
ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan

siswa, bahkan siswa dan siswa. Karena ketika siswa memberikan jawaban

yang tepat dapat mendorong siswa yang lainnya untuk memberikan

tanggapan dan mengajukan pertanyaan. Interaksi bertanya dapat

digambarkan sebagai berikut:

GURU

Siswa Siswa Siswa

Dengan demikian metode tanya jawab merupakan ucapan verbal

yang meminta respon dari seseorang yang kenai respon yang akan

diberikan dapat berupa pengetahuan sampai pada hal-hal yang

merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulasi efektif

yang mendorong kemampuan berpikir.

Metode tanya jawab di sini dimaksudkan untuk mengenalkan

pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk

merangsang perhatian siswa dengan berbagai cara-cara (sebagai

appersepsi, selingan dan evaluasi). Selain itu, dalam sejarah

perkembangan Islam pun dikenal metode tanya jawab, karena metode ini

sering digunakan oleh para Nabi. Dan rosul pun dalam mengajarkan

ajaran yang dibawanya kepada umatnya. Disamping itu, metode ini yang

paling tua selain ceramah, namun efektifitasnya lebih besar daripada


metode yang lain.22 Karena metode ini, pengertian dan pemahaman dapat

diperoleh lebih mantap. Adapun firman Allah yang berkaitan dengan

metode tanya adalah:

Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang


lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. QS.
Al-Nahl (27) : 43.23

2. Tujuan Metode Tanya Jawab

Adapun tujuan penggunaan metode tanya jawab dalam kegiatan

belajar mengajar adalah untuk:

a. Menyimpulkan materi yang telah lalu. Setelah guru menguraikan

suatu persoalan, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab oleh siswa, sedangkan hasil

jawaban siswa yang betul/benar disusun dengan baik sehingga

merupakan ikhtisar pelajaran yang akan menjadi milik siswa.

b. Melanjutkan pelajaran yang sudah lalu. Dengan mengulang pelajaran

yang sudah diberikan dalam bentuk pertanyaan, guru akan dapat

menarik perhatian kepada pelajaran yang lalu.

c. Menarik perhatian siswa untuk menggunakan pengetahuan dan

pengalaman.

22
Arief Armai, Ibid., hal. 141
23
DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995),
d. Memimpin pengalaman atau pemikiran siswa. Ketika siswa

menghadapi suatu persoalan maka pemikiran siswa dapat dibimbing

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau seorang siswa yang

tidak memperhatikan pembicaraan guru yang dapat mengusahakan

supaya perhatiannya kepada keterangan-keterangan guru dengan

mengejutkan dengan memberikan dengan memberikan beberapa

pertanyaan.

e. Menyelengi pembicaraan untuk merangsang perhatian siswa dalam

belajar sehingga dengan demikian ada kerjasama antara siswa dengan

guru dan dapat menimbulkan semangat siswa.

f. Meneliti kemampuan siswa dalam memahami suatu bacaan yang

dibacanya atau ceramah yang sudah didengarnya.24

Adapun penggunaan metode tanya jawab dalam pembelajaran

jangan sampai mempunyai tujuan untuk hal-hal sebagai berikut:

a. Menilai taraf kemampuan siswa mengenai pelajaran mereka. Metode

tanya jawab hanya dapat memberikan gambaran secara kasar saja dan

hanya bisa untuk mengingat kembali apa yang dapat dipelajarinya

atau hubungannya dengan pelajaran itu.

b. Persoalannya sangat kompleks sedangkan jawabannya batasi oleh

guru. Apabila pertanyaan yang diajukan guru banyak menimbulkan

jawaban, maka janganlah jawaban dibatasi. Tetapi berilah kesempatan

24
Ramayulius, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), 123.
untuk menjawab seluas-luasnya atau kalau perlu laksanakan dengan

metode diskusi.

c. Pertanyaan yang diajukan jangan hendaknya terbatas pada jawaban

“ya” atau “tidak” semata, tetapi hendak jawabannya dapat mendorong

pemikiran siswa untuk memikirkan jawaban yang tepat.

d. Memberikan giliran hanya pada siswa-siswa tertentu saja. Hendaknya

pertanyaan harus diajukan kepada seluruh siswa, jangan kepada

siswa-siswa tertentu saja. Begitu juga dalam jawabannya harus

kepada seluruh siswa diberikan kesempatan, jangan hanya pada yang

pandai-pandai saja. Bahkan siswa yang pendiam atau pemalulah yang

lebih didorong untuk menjawabnya supaya ia dapat membiasakan

dirinya.25

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab

Efektivitas suatu metode mengajar di dalam kelas dipengaruhi oleh faktor

tujuan, faktor siswa, faktor situasi dan faktor guru itu sendiri. Dengan

memiliki pengetahuan secara umum tentang sifat berbagai metode,

seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling baik atau

sesuai dalam situasi dan kondisi pembelajaran yang khusus, dari sekian

banyak metode tidak ada satupun yang dianggap paling baik dan paling

cocok untuk selalu digunakan. Karena semua metode itu mempunyai

metode itu mempunyai keunggulan dan kelemahan tersendiri. Begitu juga

dengan metode tanya jawab ini.

25
Ramayulis, Ibid., hal. 124
Menurut Winarno Surakhmad keunggulan atau sisi positif dari metode

tanya jawab yaitu:

a. Metode tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif bila

dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat monolog.

b. Memberi kesempatan pada siswa atau pendengar untuk

mengemukakan hal-hal, sehingga nampak mana-mana yang belum

jelas atau belum dimengerti.

c. Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat

dibawa kearah situasi diskusi.26

Sedangkan menurut Hendayat soetopo, keunggulan atau keuntungan dari

metode tanya jawab, yaitu:

a. Lebih mengaktifkan siswa

b. Memberikan kesempatan kepada untuk mengemukakan hal-hal yang

belum jelas.

c. Dapat mengetahui perbedaan pendapat siswa, sehingga bisa dicari

titik temunya.

d. Dapat mengurangi verbalisme.

e. Memberikan kesempatan pada guru untuk menjelaskan kembali

konsep yang masih kabur.27

Dari pendapat di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

kelebihan metode tanya jawab ini adalah keadaan atau situasi akan hidup,

26
Winarno, Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar (Bandung: Tarsito, 1982),
hal. 101-102
27
Hendyat, Soetopo, Pendidikan Dan Pembelajaran (Malang: UMM Press, 2005), hal. 155
minat belajar siswa akan bangkit. Hal ini dimaksudkan untuk melatih

siswa menjadi lebih berani mengemukakan pendapatnya dan dapat

melatih cara berpikir logis dan sistematis. Dengan demikian guru dapat

mengontrol dari hasil kegiatan belajar mengajar.

Metode tanya jawab ini selain memiliki keunggulan juga memiliki

kelemahan. Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, segi kelemahan

metode tanya jawab ini adalah:

a. Apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak untuk

menyelesaikannya.

b. Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian siswa, terutama

apabila terdapat jawaban-jawaban yang kebetulan yang menarik

perhatiannya, tetapi bukan sasaran yang dituju.

c. Dapat menghambat cara berpikir, apabila guru kurang pandai dalam

penyajian materi pelajaran.

d. Situasi persaingan bisa timbul, apabila guru kurang pandai/menguasai

teknik pemakaian metode ini.28

Sedangkan menurut Hendyat Soetopo, kelemahan metode tanya jawab

yaitu:

a. Memberi peluang keluar dari pokok bahasan atau persoalan, karena

yang dinyatakan siswa menyimpang.

28
Abu, Ahmadi, et. al., Stratege Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka setia, 2005), hal. 56-
57.
b. Kekurangan waktu, apabila jika seluruh siswa ingin mendapatkan

giliran.29

Dari pendapat di atas, maka diambil kesimpulan bahwa kelemahan-

kelemahan yang terdapat pada metode tanya jawab ini tidak cukup berarti

apabila dibandingkan dengan keuntungan –keuntungannya. Dengan kata

lain metode tanya jawab ini tetap dipergunakan dalam kegiatan belajar

mengajar. Dan guru harus pandai mempergunakan metode ini. Secara

rinci peneliti dapat mengambil kesimpulan kelemahan metode tanya

jawab ini, yaitu:

a. Menyita waktu banyak.

b. Memungkinkan terjadinya penyimpangan perhatian.

c. Menghambat cara berpikir apabila guru kurang pandai

menyajikannya.

d. Sukar memperoleh jawaban yang memuaskan.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Tanya Jawab

Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang lain. Begitu juga dengan metode tanya jawab

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, adapun faktor-faktor yang

mempengaruhinya adalah:

a. Tujuan

Tujuan adalah sasaran yang ditujukan dari setiap kegiatan belajar.

Tujuan dalam pendidikan dan pembelajaran berbagai-bagai jenis dan

29
Hendyat, Soetopo, Loc-Ct.,
fungsinya. Secara hierarki tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga

yang tinggi, yaitu tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran. Tujuan

kurikuler atau tujuan kurikulum, tujuan institusional, dan tujuan

nasional.

Dari semua tujuan itu akan mempunyai pengaruh terhadap penyeleksian

terhadap metode yang harus gunakan dalam kelas. Metode yang dipilih

guru harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi dalam

diri setiap siswa. Artinya metodelah yang harus tunduk kepada

kehendak tujuan dan bukanlah sebaliknya. Karena itu, kemampuan

yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus

mendukung sepenuhnya.

b. Situasi

Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya

sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin

menciptakan situasi mengajar di alam terbuka, yaitu di ruang sekolah.

Maka guru dalam hal ini tentu memilih metode mengajar yang sesuai

dengan situasi yang diciptakan itu.

c. Fasilitas

Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan

metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar

siswa di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi

pemilihan metode mengajar.


d. Guru

Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru

misalnya kurang suka berbicara, tapi guru yang lainnya suka berbicara.

Selain itu latar belakang pendidikan setiap guru berbeda juga. Di

samping itu juga pengalaman mengajar mereka juga berbeda.

Dalam perbedaan itulah dalam menentukan atau menggunakan metode

yang harus digunakan akan berbeda dengan adanya perbedaan yang

telah di atas.

e. Siswa

Siswa adalah manusia yang berpotensi yang menghajatkan pendidikan.

Di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya. Di ruang

kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah siswa dengan latar

belakang kehidupan yang berlainan. Status sosial mereka juga

bermacam-macam.

Semua prilaku siswa mewarnai suasana kelas. Dinamika kelas terlihat

dengan banyaknya dalam kegiatan belajar mengajar. Kegaduhan

semakin terasa jika jumlah siswa sangat banyak di dalam kelas. Dan

semakin banyak siswa di kelas, maka semakin kompleks konflik yang

akan terjadi.

Perbedaan individual siswa dari segi biologis, intelektual dan psikologis

mempengaruhi pemilihan metode dan penentuan metode yang

sebaiknya guru gunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang


kreatif dalam sekolah yang relatif lama demi tercapainya tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Dengan

demikian jelas, kematangan siswa yang bervariasi mempengaruhi

pemilihan dan penentuan metode pembelajaran.30

Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam

pemilihan metode yang tepat khususnya dalam metode tanya jawab ke

lima faktor tersebut sangat menentukan dalam pemilihan metode.

Karena efektivitas suatu metode itu dipengaruhi oleh faktor tujuan,

siswa, situasi, guru.

5. Modifikasi Metode Tanya Jawab

Dalam kegiatan belajar mengajar, metode pembelajaran tidak digunakan

secara sendiri. Hal ini untuk menghindari terjadinya kejenuhan dalam

kegiatan belajar mengajar. Dan selain itu, penggunaannya secara

bervariasi dari berbagai metode mengajar. Karena setiap metode ini

mempunyai keunggulan dan kelemahan tersendiri, sehingga dengan

adanya modifikasi penggunaan metode tanya jawab dengan metode yang

lain dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran khususnya IPA.

Berikut ini kemungkinan terjadinya modifikasi metode mengajar tanya

jawab adalah:

a. Ceramah, tanya jawab, dan tugas

Mengigat ceramah banyak segi yang kurang menguntungkan, maka

penggunaannya harus didukung dengan alat dan media atau metode


30
Syaiful, B, Djamarah, Op-Cit.,88-92.
lain. Karena itu, setelah guru memberikan ceramah, maka perlu untuk

memberikan kesempatan kepada siswanya mengadakan tanya jawab.

Tanya jawab ini diperlukan untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap apa yang telah disampaikan guru melalui metode ceramah.

Dan untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan yang

telah disampaikan maka pada tahap selanjutnya siswa perlu diberi

tugas, misalnya membuat kesimpulan hasil ceramah, mengerjakan

pekerjaan rumah, diskusi dan lainnya.31

b. Diskusi, tanya jawab, dan demonstrasi

Diskusi merupakan metode pembelajaran yang secara penyajian

pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan pada suatu permasalahan

yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat

problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

Dari metode ini yang untuk mempermudah pelaksanaan yang

problematic tersebut. Maka perlu diselingi dengan penggunaan

metode tanya jawab, sehingga dengan adanya pertanyaan ini akan

mempermudah dalam memberikan pemahaman kepada yang lainnya.

Selain itu, untuk memperjelas/mempermudah lagi maka perlu juga

digunakan metode demonstrasi yang mana metode ini menyajikan

pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa

yang lain suatu proses. Situasi atau benda yang sering disertai

penjelasan lisan.

31
Ibid.,110-111.
Dengan adanya modifikasi tiga metode ini, bertujuan untuk lebih

meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Selain itu, siswa akan

mempunyai pengetahuan yang mendalam dan gambaran yang jelas

tentang materi yang sedang mereka pelajar dengan adanya modifikasi

ini.

6. Pelaksanaan Metode Tanya jawab

Dalam pelaksanaan metode tanya jawab, pertanyaan yang dirumuskan

dan yang digunakan dengan tepat dapat merupakan suatu alat komunikasi

yang ampuh antara guru dan siswa. Dalam metode tanya jawab, menurut

Ramayulis ada beberapa langkah-langkah pelaksanaannya, yaitu:

a. Tujuan pelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu dengan sejelas-

jelasnya.

b. Guru harus menyelidiki apakah metode tanya jawab, satu-satunya

metode yang paling tepat digunakan/dipakai.

c. Guru harus meneliti untuk apa metode ini dipakai,

1) Untuk menghubungkan pelajaran lama dengan pelajaran baru.

2) Untuk mendorong siswa supaya mempergunakan pengetahuan

untuk memecahkan masalah.

3) Untuk menyimpulkan uraian.

4) Untuk meningkatkan kembali terhadap apa yang telah dihafalkan

siswa.

5) Untuk menuntun pemikirannya.

6) Untuk memusatkan perhatiannya.


d. Kemudian guru harus meneliti pula, apakah

1) Corak pertanyaan itu mengandung banyak masalah atau tidak.

2) Terbatasnya ya atau tidak.

3) Hanya dijawab dengan ya atau tidak atau ada untuk mendorong

siswa berpikir untuk menjawabnya.

e. Guru memilih mana diantara jawaban-jawaban yang banyak dapat

diterima.

f. Guru harus mengajarkan cara-cara mengemukakan pendapat dengan,

1) Mengemukakan suatu fakta yang dikutip dari buku, majalah,

harian dan lain sebagainya.

2) Meneliti setiap jawaban dengan menggunakan sumbernya.

3) Dengan menjelaskan di papan tulis dengan berbagai argumentasi.

4) Menguji kebenarannya terhadap orang-orang ahli.

5) Melaksanakan exsprimen untuk membuktikan kebenarannya.32

Sedangkan Soetomo, metode tanya jawab dilakukan dengan:

a Merumuskan tujuan tanya jawab secara jelas dalam bentuk

yang khusus dan berpusat pada perubahan tingkah laku siswa.

b Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang harus diberikan

kepada siswa.

c Mengemukakan alasan mengapa kita menggunakan metode

tanya jawab.

32
Ramayulis, Op-Cit.,124-125.
d Membuat garis besar jawaban dari pertanyaan yang diberikan

sehingga mudah mengetahui mana jawaban siswa yang benar

dan salah.

e Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.33

Dengan demikian, guru melontarkan metode tanya jawab ini agar siswa

dapat mengerti atau mengingat tentang fakta yang dipelajari, didengarkan

ataupun dibaca sehingga mereka mempunyai pengertian yang mendalam

tentang fakta yang sedang atau dipelajari.

7. Metode Tanya Jawab Dalam Meningkatkan Efektivitas

Pembelajaran IPA.

Kalau mendengarkan ceramah terus menerus, siswa akan mengantuk dan

bosan. Lama kelaman perhatiannya akan menurun, apalagi bila kata-kata

dan suara si penceramah tidak menarik.

Maka untuk menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar perlu

diusahakan teknik tanya jawab atau dialog, yaitu suatu teknik untuk

memberi motivasi pada siswa agar bangkit pikirannya untuk bertanya

atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Dengan demikian akan

menciptakan pembelajaran yang efektif terutama dalam pembelajaran

IPA. Karena selama mendengarkan pelajaran atau guru mengajukan

pertanyaan mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan, siswa

seharusnya mengerti. Dan pertanyaan yang lebih luas asalkan berkaitan

dengan pelajaran atau pengalaman yang dihayati dengan jawaban itu,

33
Soetomo, Op-Cit.,151.
menyebabkan pelajaran menjadi lebih mendalam dan luas, dan

menjadikan siswa akan lebih efektif dalam menerima pelajarannya.

Selain itu, teknik tanya jawab bisa menjadikan pembelajaran lebih efektif

karena ketika guru melontarkan teknik tanya jawab siswa dapat mengerti

atau dapat mengingat fakta-fakta yang dipelajari, didengar ataupun baca,

sehingga mereka mempunyai pengetahuan yang mendalam

Penggunaan metode tanya jawab biasanya untuk maksud-maksud yang

diperlukan untuk menyimpulkan atau mengikhtisarkan pelajaran atau

materi yang dibaca. Dengan dibantu tanya jawab, siswa akan tersusun

jalan pikirannya sehingga mencapai rumusan yang tepat dan baik. Tanya

jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian terhadap pelajaran, serta

mengembangkan kemampuan menggunakan pengetahuan dan

pengalamanya, sehingga menjadi fungsional34

Penjelasan semua itu dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan

metode akan berjalan efektif dalam kegiatan belajar mengajar apabila

guru mampu menggunakan metode ini dengan baik. Karena pertanyaan

yang dirumuskan dengan tepat, merupakan suatu alat komunikasi yang

ampuh antara guru dan siswa.

D. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu ”Prestasi”

dan ”belajar”. Untuk memahami pengertian prestasi belajar, maka perlu


34
Abu, Ahmadi, Op-Cit..,131-132.
diketahui terlebih dahulu apa yang di maksud dengan ”prestasi” dan apa

yang di maksud dengan ”belajar”.

Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu ”Presesatie” yang

kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”Prestasi” yang berarti hasil

usaha.35

Mas’ud Hasan Abdul Qohar berpendapat Prestasi adalah apa yang

telah diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan

jalan keuletan kerja.36

Sementara itu Widodo dalam kamus ilmiah populer berpendapat,

bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai.37

Pada umumnya prestasi ini digunakan untuk menunjukkan suatu

pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan atau bukti suatu

keberhasilan.

Dari beberapa pendapat, penulis dapat melihat beberapa unsur dari

definisi prestasi yaitu adanya usaha dan hasil yang dicapai. Berangkat

dari unsur-unsur ini maka penulis, dapat menyimpulkan bahwa prestasi

adalah suatu hasil yang telah dicapai seseorang, baik itu menyenangkan

hati ataupun tidak, berkat adanya usaha yang keras.

Sedangkan belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

35
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,, 1991), Hal.2-3
36
Mas’ud Hasan Abdul Qohar, Kamus Ilmu Populer, (Jakarta:Bintang Pelajar,1983), hlm.56
37
Widodo, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Absolut, 2000), Hal.594
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.38

Sedangkan menurut Drs. M Uzer Usman belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan

tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat

fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar

dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapan atau

dalam ketiga aspek yakini pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan

ketrampilan (psikomotorik).39 Sementara itu Dr. Arief S. Sadiman

berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses komplek yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga

keliang lahat nanti.40

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa secara umum

pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah

mengadakan perubahan tingkah laku berkat pengalamannya dalam

berinteraksi dengan lingkungannya, atau lebih ringkasnya adalah bukti

keberhasilan yang dapat dicapai seseorang dalam kegiatan belajarnya.

Seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku

dalam dirinya. Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat

interaksi dengan lingkungannya. Tidak karena proses pertumbuhan fisik

38
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), Hlm.2
39
M. Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1993), Cet.1, Hlm.5
40
Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan Manfaatnya,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet ke-6, hlm.1-2
atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-

obatan. Kecuali perubahan tersebut bersifat relatif permanen, tahan lama

dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja.

Prestasi belajar merupakan suatu hal yang bersifat Perennial

dalam sejarah kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut

bidang dan kemampuan masing-masing. Bila demikian halnya, kehadiran

prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu

dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya yang

masih berada pada bangku sekolah.

Maka kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil

belajar siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah ”mengetahui garis-

garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tersebut) diakitkan dengan

jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur”.41

Pengambilan keputusan tentang hasil belajar ini merupakan suatu

keharusan yang harus dilakukan oleh guru untuk menentukan tinggi

rendahnya prestasi belajar siswa. Disamping itu penilaian terhadap

prestasi belajar siswa juga untuk memahami dan mengetahui tentang

siapa dan bagaimana peserta didik itu, pemahaman tentang peserta didik

ini untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan

yang dimilikinya, agar mempermudah dan membantu guru dalam

mengembangkan program pengajaran yang harus diberikan.

41
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.64
Oleh karena itu dengan adanya evaluasi atau test maka akan

diketahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu

aktivitas dan juga untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajarnya atau

dengan kata lain siswa akan mengetahui prestasi belajarnya dalam kurun

waktu tertentu.

Sedangkan untuk menentukan nilai akhir dan mengukur prestasi

belajar siswa, maka perlu evaluasi yang bisa berupa test formatis maupun

test sumatif. Akan tetapi sebelum melakukan evaluasi perlu disusun

standar penilaian terlebih dahulu untuk menentukan tinggi rendahnya

prestasi belajar siswa dengan harapan mendapat data sebagai bahan

informasi guna mempermudah dalam melaksanakan evaluasi terhadap

kegiatan pengajaran.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,

baik berasal dari dalam dirinya (Internal) maupun dari luar dirinya

(eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya

merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu

pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa

mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan

kemampuan masing-masing.
Makmun dalam buku Mulyasa42 mengemukakan komponen-

komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap

prestasi belajar adalah:

a. Masukan mentah menunjukkan pada karakteristik individu yang

mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses

pembelajaran.

b. Masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan

sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan, atau sumber dan

program.

c. Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan

suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.

Uraian di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar bukanlah

sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor yang

melatar belakanginya. Dengan demikian, untuk memahami tentang

prestasi belajar, perlu didalami faktor-faktor yang mempengaruhinya.

42
Mulyasa, Ibid., 190
a. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

peserta didik dapat digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial.

1) Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi

dalam situasi sosial. Termasuk lingkungan keluarga, sekolah,

teman dan masyarakat pada umumnya.

2) Sedangkan faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang

bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan

rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan

sebagainya.

Faktor Eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung

maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil

belajar peserta didik. Di samping itu, di antara beberapa faktor

eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah

peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan

khususnya dalam pelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan

keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal ini

efektivitas pengelolahan faktor bahan, lingkungan, dan instrumen

sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi

belajar, hampir keseluruhannya bergantung pada guru.

Proses pembelajaran tidak berlangsung satu arah melainkan

secara timbal balik. Kedua pihak berperan secara aktif dalam

kerangka kerja, serta dengan menggunakan cara dan kerangka berfikir


yang seyogyanya dipahami dan disepakati bersama. Tujuan interaksi

pembelajaran merupakan titik temu yang bersifat mengikat dan

mengarahkan aktivitas kedua belah pihak. Dengan demikian Kriteria

keberhasilan pembelajaran hendaknya ditimbang atau dievaluasi

berdasarkan tercapai tidaknya tujuan bersama tersebut.

Faktor sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang

tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi

keluarga (letak rumah) semuanya dapat memberi dampak baik atau

buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

Contoh: kebiasaan yang diterapkan orang tua dalam

memonitor kegiatan anak dapat menimbulkan dampak lebih buruk

lagi. Dalam hal ini bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga

ia cenderung berperilaku menyimpang, terutama perilaku

menyimpang yang berat seperti anti sosial.

b. Faktor Internal

Uzer mengklasifikasikan faktor internal mencakup:

1) Faktor Jasmaniah (fisiologi), yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera yang tidak

berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat

tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya

kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.


2) Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

a) Faktor Intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu

kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu

prestasi yang dimiliki.

b) Faktor Non Intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, faktor yang berasal dari

diri sendiri (Internal), seperti Intelegensi, minat, sikap dan

motivasi.

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan

dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar

yang dicapai akan bergantung pada tingkat Inteligensi. Dan hasil

belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat Intelegensinya.

Semakin tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan

tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensinya rendah.

Maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. Meskipun

demikian, tidak boleh dikatakan bahwa taraf prestasi belajar

disekolah kurang, pastilah Inteligensinya kurang, karena banyak

faktor lain yang mempengaruhinya.43

43
Slameto, Ibid, hlm. 73
Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat dapat

mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.

Sikap adalah gejala Internal yang berdimensi afektif, berupa

kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap tehadap

obyek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun

negatif.44

Selain faktor di atas yang mempengaruhi, prestasi belajar juga

dipengaruhi oleh waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang

dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh

terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian

peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk

belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada yang hanya

memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.

3. Usaha Kearah Peningkatan Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya peserta didik belajar sebagian besar

terletak pada usaha dan kegiatannya sendiri, disamping faktor kemauan,

minat, ketekunan, tekad untuk sukses, dan cita-cita tinggi yang

mendukung setiap usaha dan kegiatannya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan

prestasi belajar antara lain:

a. Keadaan Jasmani

44
Mulyasa, Ibid., hlm.194
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, diperlukan jasmani

yang sehat, karena belajar memerlukan tenaga, apabila jasmani dalam

keadaan sakit, kurang Gizi, kurang istirahat maka tidak dapat belajar

dengan efektif.

b. Keadaan Sosial Emosional.

Peserta didik yang mengalami kegoncangan emosi yang kuat,

atau mendapat tekanan jiwa, demikian pula anak yang tidak disukai

temannya tidak dapat belajar dengan efektif, karena kondisi ini sangat

mempengaruhi konsentrasi pikiran, kemauan dan perasaan.

c. Keadaan lingkungan

Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh

perangsang-perangsang dari luar, karena untuk belajar diperlukan

konsentrasi pikiran. Sebelum belajar harus tersedia cukup bahan dan

alat-alat serta segala sesuatu yang diperlukan.

d. Memulai pelajaran

Memulai pelajaran hendaknya harus tepat pada waktunya, bila

merasakan keengganan, atasi dengan suatu perintah kepada diri

sendiri untuk memulai pelajaran tepat pada waktunya.

e. Membagi pekerjaan

Sewaktu belajar seluruh perhatian dan tenaga dicurahkan pada

suatu tugas yang khas, jangan mengambil tugas yang terlampau berat

untuk diselesaikan, sebaiknya untuk memulai pelajaran lebih dulu

menentukan apa yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu.


f. Adakan kontrol

Selidiki pada akhir pelajaran, hingga manakah bahan itu telah

dikuasai. Hasil baik menggembirakan, tetapi kalau kurang baik akan

menyiksa diri dan memerlukan latihan khusus.

g. Pupuk sikap optimis

Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi

meningkat dan karena itu memupuk sikap yang optimis. Lakukan

segala sesuatu dengan sesempurna, karena pekerjaan yang baik

memupuk suasana kerja yang menggembirakan.

h. Menggunakan waktu

Menghasilkan sesuatu hanya mungkin, jika kita gunakan

waktu dengan efisien. Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama

sampai habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan

sepenuh tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang

khas.

i. Cara mempelajari buku

Sebelum kita membaca buku lebih dahulu kita coba

memperoleh gambaran tentang buku dalam garis besarnya.

j. Mempertinggi kecepatan membaca

Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyak-

banyaknya dari bacaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Karena itu harus diadakan usaha untuk mempertinggi efisiensi

membaca sampai perguruan tinggi.


Untuk suatu tindakan yang efisien diperlukan adanya kesiapan

dalam diri individu baik kesiapan fisik maupun kesiapan mental.

Demikian pula dalam belajar, kesiapan ini merupakan hal yang esensial.45

Menurut surya dalam buku Sutrisno kesiapan dapat diartikan

sebagai sejumlah pola-pola respon atau kecakapan tertentu yang

diperlukan untuk suatu tindakan. Pada dasarnya kesiapan merupakan

kapasitas fisik maupun mental untuk belajar, disertai harapan

ketrampilan yang dimiliki dan latar belakang untuk mengerjakan sesuatu.

Seseorang dikatakan siap untuk sesuatu buku bila mempunyai latar

belakang pengetahuan untuk memahami isi buku, mempunyai kemauan

untuk melakukannya, dan mempunyai harapan ketrampilan tertentu yang

akan dimiliki sesudah mempelajari buku tersebut.46

E. Tanya Jawab Dengan Pendekatan Kontekstual

Secara teoritik, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan

perspektif dari penerapan pendekatan kontekstual melalui metode Tanya

jawab. Tanya jawab disini dalam bentuk Tanya jawab secara lisan dan

tulisan.

metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar di mana guru dan
siswa aktif bersama, guru bertanya siswa memberikan jawaban, siswa
mengemukakan pendapat ide baru, dan dengan ini guru bertujuan.47

metode tanya jawab adalah suatu metode di mana guru


menggunakan/memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa

45
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003),
Cet.ke-3, hlm.100
46
Sutrisno, ibid, hlm.4
47
Roestiyah, N.K, Didaktik Metodik (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986), hal. 70
menjawab, atau sebaliknya siswa bertanya pada guru dan guru
menjawab pertanyaan siswa.48

..... adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang


harus dijawab, terutama oleh dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula
dari siswa kepada guru.49

metode tanya jawab adalah suatu teknik penyampaian pelajaran


dengan cara guru mengajukan pertanyaan. Atau suatu metode di
dalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan siswa menjawab
tentang materi yang ingin diperoleh50

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat mengambil

kesimpulan tentang pengertian metode tanya jawab ialah suatu metode

mengajar yang dijadikan adanya komunikasi langsung di mana guru

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawab tentang materi yang

diperolehnya atau sebaliknya siswa bertanya dan guru menjawab sehingga

siswa termotivasi, lebih aktif dan lebih berprestasi dalam semua komponen

dalam pembelajaran.

Masalah-masalah yang diajukan dalam bentuk pertanyaan adalah

materi-materi matapelajaran yang dipelajari bersama didalam kelas. Tetapi,

materi-materi tersebut banyak dihubungkan dengan aktifitas dan pengalaman

keseharian anakdidik setiap harinya misalkan dirumah. Jadi, pendekatan

kontekstual disini berarti bahwa materi dari pertanyaan tersebut dibungkus,

dihubungkan secara erat dengan pengalaman keseharian anakdidik agar

pembelajaran lebih berkesan terhadap mereka, lebih bisa dipahami, lebih bisa

48
Soetomo, “Interaksi” Loc-Cit.,
49
Syaiful, B. Djamarh, Op-Cit.,107.
50
Armai, Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), hal. 140.
memotivasi untuk tahu selanjutnya dan sebagai. Erman Suherman

mengemukakan:

“Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching


and Leaning, CTL) adalah pembelajaran yang dimulai dengan
mengambil (mensimulasikan, menceritakan, berdialog, atau tanya
jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami
siswa kemudian diangkat ke dalam konsep yang dibahas”.51

“Pembelajaran konstektual adalah suatu konsep tentang pembelajaran


yang membantu guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan
situasi-situasi dunia nyata serta penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif
dalam kegiatan belajar yang dituntut dalam pelajaran”.52

Jadi, Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning,

CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi siswa.

Dalam penelitian ini, penyajian metode tanya jawab disajikan dalam

dua bentuk:

Pertama, bentuk lisan: setelah dilakukan proses menjelaskan tujuan

dan indikator yang harus dikuasai serta penjelasan dan pemberian materi

pembelajaran, guru kemudian memberikan lontaran-lontaran pertanyaan

untuk memperkuat daya paham mereka. Dalam menyajikan lontaran-lontaran

51
Erman Suherman, Evaluasi Pembelajaaran Matematika. UPI (Bandung : JICA, 2003),
hal. 3
52
Jozua Sabandar. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika. (Bandung,
2003, Tidak dipublikasikan), hal 2
pertanyaan tersebut materi-materinya dihubungkan dengan pengalaman

pesertadidik dalam keseharian, misalnya ”apa saja yang kamu lihat tentang

sumber daya alam di sekitar rumahmu?”. dalam keadaan guru memberikan

lontaran pertanyaan dengan pendekatan kontekstual anakdidik langsung

menjawab ditempat. Segala aktifitas dengan metode tanya jawab dengan

pendekatan kontekstual diatas seluruhnya dilakukan pada siklus I

Kedua, bentuk tulisan: setelah anakdidik pulang kerumah masing-

masing dan diberi tugas mandiri untuk mengamati sumber daya alam

disekitar rumahnya, maka siklus selanjutnya adalah pematangan materi

pembelajaran kemudian sebagai evaluasi akhir adalah pegujian hasil

pembelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah guru buat

dalam bentuk tulisan dikertas. Beberapa pertanyaan dalam tulisan tersebut

juga masih menggunakan pendekatan kontekstual misalkan ”apa sajakah

sumber alam yang kamu pakai setiap harinya?” dan sebagainya.

Dengan demikian metode tanya jawab dengan pendekatan kontekstual

adalah tanya jawab yang materi-materi pertanyaanya dibuat dengan dihubung

eratkan dengan aktifitas keseharian pesertadidik baik pengalaman di

lingkungan sekolah maupun dirumah dan sebagainya. Metode tanya jawab

dengan pendekatan kontekstual dalam penelitian ini disajikan dalam dua

bentuk seperti terurai diatas.


F. Evaluasi Hasil Belajar IPA

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang

berarti menentukan nilai atau mengadakan serangkaian penilaian.53 Norman

E.Gronlund merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: “Evaluasi

adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat

keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh

siswa.54

Evalauasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata

evaluasi adalah assesment yang menurut Tardif, berarti proses penilaian

untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat

dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Kriteria keberhasilan guru dan siswa

dalam melaksanakan program pembelajaran dilihat dari kompetensi dasar

yang dimiliki oleh siswa. Informasi ini diperoleh melalui kegiatan evaluasi.

Ada yang beranggapan, bahwa penilaian hanya sebagian kecil dalam

proses pendidikan, yang menyatakan bahwa penilaian sama artinya dengan

pemberian angka atas prestasi belajar siswa. Padahal makna penilaian sangat

luas dan merupakan bagian sangat penting dalam upaya mengetahui hasil

pendidikan. evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk

53
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1995) hlm 209
54
Ngalaim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajara (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992) hlm 3
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan.55

Evaluasi pada umumnya mengandung fungsi dan tujuan sebagai

berikut:

1. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar para siswa. angka-

angka yang diperoleh dicantumkan sebagai laporan kepada orang tua,

untuk kenaikan kelas, dan penentuan kelulusan para siswa. 56

2. Untuk mengetahui keberhasilan program pengajaran.57

3. Untuk menempatkan para siswa kedalam situasi belajar mengajar yang

tepat dan serasi dengan tingkat kemampuan,minat dan berbagai

karakteristik yang dimiliki oleh setiap siswa. 58

4. Untuk mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan),

yang berguna baik dalam hubungan dengan fungsi kedua maupun untuk

menentukan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa. informasi yang

diperoleh dapat digunakan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan

pendidikan guna mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. 59

5. Untuk memberikan dorongan belajar bagi siswa. Bagi siswa yang

memiliki prestasi belajar yang baik melalui hasil tes yang dilakukan dapat

55
Undang-Undang Rebublik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS , op.cit., hlm
39
56
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002) hlm 211
57
Ngalim Purwanto,op.cit.,hlm 5
58
Oemar Hamalik, loc.cit.,hlm 212
59
Ibid.,
memberi dorongan yang kuat untuk meningkatkan dan mempertahankan

prestasi yang telah dicapai.60


6.
Sebagai umpan balik bagi guru yang pada giliranya dapat digunakan untuk

memperbaiki proses belajar mengajar dan program remidial bagi para

siswa. Umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input

maupun transformasi. 61

7. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar

yang telah digunakan guru dalam proses mengajar belajar.62

Evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu,

pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara

kuantitatif maupun kualitatif. Namun perlu diketahui, bahwa kebanyakan

pelaksanaan evaluasi cenderung bersifat kuantitatif lantaran penggunaan

simbol angka atau skor untuk menentukan kwalitas keseluruhan kinerja

akademik siswa dianggap sangat nisbi. Walaupun begitu guru yang piawai

dan profesional perlu berusaha mencari kiat evaluasi yang lugas, tuntas, dan

meliputi seluruh kemampuan ranah cipta, rasa dan karsa siswa guna

mengurangi kenisbian hasilnya.63 Dari pengertian evaluasi kita dapat

mengetahui bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk

menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran

hasil belajar.64

60
Tayar Yusuf dan Syaiful Bakhri, op.cit., hlm 211
61
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, op.cit.,hlm 212
62
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru, op.cit., hlm 142
63
Muhibbin Syah, Psikologi Belaja, .op.cit., hlm 196
64
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rieneka Cipta,2006) hlm 200
Sistem evaluasi hasil belajar dalam prakteknya akan berubah atau

tetap tergantung kepada kedudukan kurikulumnya. Perubahan kurikulum

yang sedang berlaku akan membawa pengaruh langsung kepada sistem

evalauasi.65

Hasil pembelajaran pendidikan IPA tidak semua berupa hasil nyata

yang dapat diukur langsung setelah belajar, karena ada hasil belajar yang

tidak bisa diamati setelah pembelajaran IPA berakhir, terutama hasil

pembelajaran ranah sikap. Ranah sikap merupakan hasil IPA yang banyak

diharapkan dan sikap lebih merupakan hasil pembelajaran IPA yang

terbentuk secara kumulatif dalam waktu yang relatif lama dan merupakan

integrasi internalisasi dari hasil sejumlah perlakuan pembelajaran IPA. 66

Dalam pengelolaan interaksi belajar mengajar, guru harus menyadari

bahwa pendidikan tidak hanya dirumuskan dari sudut normatif, pelaksanaan

interaksi belajar mengajar adalah untuk menanamkan suatu nilai ke dalam diri

siswa agar mengalami perubahan. Akhir dari interaksi belajar mengajar

diharapkan siswa merasakan perubahan-perubahan dalam dirinya. Untuk

memahami perubahan-perubahan yang terjadi itu dapat dilihat dari jangkauan

kemampuan seperti kognitif domain, afektif domain, dan psychomotorik

domain.67 Menurut Bloom, ranah (domain) pembinaan pendidikan ada tiga

macam, 68 yaitu:

65
Eddy Soewardi Kartawidjaja, Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar (Bandung: Sinar
Baru,1987) hlm 29
66
Muhaimin, Sutiah dan Nur Ali, op.cit., hlm 192
67
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm 17
68
Djumransjah, Pengantar Filsafat Pendidikan (Malang: Bayumedia Publishing, 2004) hlm
130
a. Kemamuan kognitif, yang berhubungan dengan aspek intelektual

(pengetahuan)

b. Kemapuan afektif, mengenai aspek emosi (minat, tingkah laku, dan nilai)

c. Kemampuan psikomotor, meliputi aspek keseimbangan antara fisik dan

psikis serta keahlian.

Ketiga aspek tersebut secara sederhana sebagai aspek yang bertalian

dengan “head” (aspek kognitif), “heart” (aspek afektif), “hand”

(psikomotorik), yang ketiganya saling berhubungan erat dan tidak terpisahkan

satu sama lainnya. Tiap-tiap aspek terdiri dari bagian-bagian yang berurutan

secara teratur yang disebut Taxonomy berupa tujuan pendidikan yang harus

dicapai dalam situasi belajar mengajar.

Aspek-aspek yang diperoleh dari proses belajar mengajar, menurut

Bloom dapat dijabarkan lagi dalam bentuk-bentuk yang lebih operasional,

yaitu:69

a. Aspek pengetahuan (cognitive) terdiri dari 6 (enam) kecakapan, yaitu:

1) Kecakapan pengetahuan (knowledge).

2) Kecakapan pemahaman (comprehension).

3) Kecakapan penerapan (application).

4) Kecakapan penguraian (analysis).

5) Kecakapan pemanduan (syntesis).

6) Kecakapan penilaian (evaluation).

69
Muhaimin, Abdul Ghofir dan Nur Ali, op.cit., hlm 70-72
Perubahan yang terjadi pada aspek kognitif tergantung pada

tingkat kedalaman belajar yang dialami, misalnya untuk aspek kognitif

seorang siswa dapat hanya berubah pengetahuan saja, atau lebih mendalam

lagi dapat berubah pemahamannya mengenai suatu hal, berubah

kemampuannya dalam menerapkan pengetahuannya, berubah pengetahuan

dalam menganalisis suatu kejadian, berubah kemampuannya untuk

melakukan evaluasi terhadap masalah yang dihadapinya. Seorang siswa

diharapkan akan mampu melakukan pemecahan terhadap masalah-masalah

yang dihadapinya dengan perubahan aspek kognitifnya.

b. Aspek sikap (affective) terdiri dari 5 (lima) kecakapan, yaitu:

1) Kecakapan menerima rangsangan (receiving)

2) Kecakapan merespon rangsangan (responding)

3) Kecakapan menilai sesuatu (valuing)

4) Kecakapan mengorganisir nilai (organization)

5) Kecakapan menginternalisasikan (mewujudkan) nilai-nilai/ pemilikan

(chacterization by a value or value complex).

Apabila perubahan terjadi pada aspek afektif ini, siswa diharapkan

akan lebih peka terhadap nilai dan etika yang berlaku dalam IPA. Jika

perubahan yang terjadi cukup mendasar, maka siswa tidak hanya akan

menerima dan memperhatikan sesuatu nilai saja, melainkan juga akan

mampu menanggapi serta mengikatkan diri pada nilai itu, mampu

melakukan pengaturan suatu sistem nilai yang berlaku dalam IPA. Dengan

pengertian bahwa siswa mampu menyerap sistem nilai itu, sehingga menjadi
milik pribadinya dan sebagai akibat sikap mentalnya mencerminkan sistem

nilai itu.

c. Aspek Keterampilan (pscyhomotor)

Aspek psikomotorik ini, siswa akan memperoleh keterampilan

yang bermacam-macam berdasarkan kepentingannya, meliputi: persepsi,

kesiapan, jawaban terarah, jawaban yang kompleks, adapsi, dan asli, dalam

aspek ini banyak terjadi peniruan tingkah laku.

Uraian di atas dapat diperoleh kejelasan bahwa proses belajar

mengajar pada dasarnya mengharapkan terjadinya perubahan dalam ketiga

aspek tersebut. Perubahan yang diharapkan terjadi pada ketiga aspek

tersebut akan berpengaruh terhadap tingkah laku siswa sehingga pada

akhirnya cara berfikir, cara merasa dan cara siswa melakukan sesuatu akan

menjadi relatif menetap dan membentuk kebiasaan bertingkah laku pada

dirinya. Sehingga siswa nantinya memiliki hasil belajar/prestasi belajar IPA

yang baik dan mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan sekolah maupun dalam

lingkungan masyarakat.

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap

ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses

belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku

seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini

disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak

dapat diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini
adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap

penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai

hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang
70
berdimensi karsa. Dibawah ini adalah tabel untuk memudahkan dalam

menggunakan alat dan kiat evaluasi yang dipandang tepat, reliabel dan

valid. 71

Tabel 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi

Ranah/jenis prestasi Indikator Cara Evaluasi


A. Ranah Cipta
(Kognitif)
1. Pengamatan 1. Dapat menunjukan 1. Tes lisan
2. Dapat membandingkan 2. Tes tertulis
3. Dapat menghubungkan 3. Observasi
1. Dapat menyebutkan 1. Tes lisan
2. Ingatan
2. Dapat menunjukan 2. Tes tertulis
kembali 3. Observasi
1. Dapat menjelaskan 1. Tes lisan
3. Pemahaman 2. Dapat mendefinisikan 2. Tes tertulis
dengan lisan sendiri
1. Dapat memberikan 1. Tes tertulis
contoh 2. Pemberian
4. Aplikasi/penera
2. Dapat menggunkan tugas
pan secara tepat 3. Observasi
1. Dapat menguraikan 1. Tes tertulis
2. Dapat mengklasifikasi 2. Pemberian
kan/ memilah-milah tugas
5. Analisis
1. Dapat menghubungkan 1. Tes tertulis
(Pemeriksaan
materi-materi, sehingga
dan pemilihan 2. Pemberian
menjadi kesatuan baru
secara teliti 2. Dapat menyimpulkan tugas
3. Dapat menggeneralisa
6. Sintesis
sikkan (membuat
(Membuat prinsip umun)
paduan baru dan

70
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru, op.cit, hlm 150
71
Ibid.,hlm 151-152
utuh) 1. Menunjukan sikap
menerima
2. Menunjukan sikap
1. Tes tertulis
menolak 2. Tes skala
1. Kesediaan sikap
berpartisipasi / terlibat
3. Observasi
B. Ranah rasa (Afektif)
2. Kesediaan 1. Tes skala
1. Penerimaan
memanfaatkan sikap
2. Pemberian
1. Menganggap penting tugas
dan bermanfaat 3. Observasi
2. Sambutan 2. Menganggap indah 1. Tes skala
dan harmonis penilaian
3. Mengagumi sikap
2. Pemberian
tugas
1. Mengakui dan 3. Observasi
3. Apresiasi (sikap
meyakini
menghargai ) 2. Mengingkari 1. Tes skala
sikap
2. Pemberian
tugas
1. Melembagakan atau ekspresif dan
meniadakan proyektif
2. Menjelmakan dalam 1. Pemberian
4. Internalisasi
pribadi dan perilaku tugas
(Pendalaman) sehari-hari ekspresif dan
proyektif
2. Observasi

1. Kecakapan
5. Karakterisasi mengkoordinasikan
1. Observasi
(Penghayatan) gerak mata, tangan, 2. Tes tindakan
kaki, dan anggota
tubuh lainnya
1. Tes lisan
1. Kefasihan melafalkan/
2. Observasi
C. Ranah Karsa
mengucapkan 3. Tes tindakan
(Psikomotorik)
1. Keterampilan 2. Kecakapan membuat
bergerak dan mimik dan gerakan
bertindak jasmani
2. Kecakapan
ekspresi verbal
dan non-verbal
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pedekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dalam

melakukan tindakan kepada subyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah

mengungkapkan makna; yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya

meningkatkan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan.

Menurut Bogdan dan Biklen, ada lima ciri khusus dari penelitian

kualitatif, yaitu: 1) penelitian kualitatif mempunyai latar alami (the natural

setting) sebagai sumber data dan peneliti dipandang sebagai instrumen

kunci/pokok (key instrumen), 2) penelitian kualitatif bersifat deskriptif, 3)

penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil atau produk

semata, 4) penelitian kualitatif cenderung mengarahkan datanya secara induktif,

dan 5) makna merupakan soal esensial untuk rancangan penelitian kualitatif.

Selanjutnya, terdapat enam jenis penelitian kualitatif, yaitu (1) etnografi, (2) studi

kasus, (3) grounded teori, (4) interaktif, (5) ekologi dan (6) future.72

Jenis penelitian ini adalah PTK, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan profesionalisme guru,

menyiapkan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tentang perilaku guru

mengajar dan murid belajar. Sifat PTK ini dilakukan secara secara kolaboratif-

partisipatoris, yaitu kerjasama antara peneliti dengan praktisi di lapangan (guru).

72
Robert C. Bogdan dan Biklen, Qualitative Researc for Education: An Intriduction to
Theory and Methods (Boston, 1982), hlm. 27-30
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research), dengan jenis kolaboratif

partisipatoris.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang bertujuan meningkatkan

praktek pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat

pada terlaksananya misi profesional pendidikan yang diemban guru.

Sedangkan jenis penelitian kolaboratif yaitu partisipasi antara guru-siswa

dan mungkin asisten atau teknisi yang terkait membantu proses pembelajaran.

Hal ini didasarkan pada adanya tujuan yang sama yang ingin dicapai .73

Dalam penelitian tindakan ini, peneliti melakukan suatu

tindakan/intervensi, yang secara khusus diamati terus-menerus, dilihat plus-

minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya

maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat.74

Secara singkat Classroom Action Research didefinisikan sebagai suatu

bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan

tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek

pembelajaran di kelas secara professional.75

Rochiati Wiriaatmaja mengartikan penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan

substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha

73
Soedarsono, FX.. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2001), hlm. 3
74
Suharsimi, Arikunto.. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), .hlm. 2
75
Suyanto. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Yogyakarta: IKIP
Yogyakarta. 1996/1997), hlm. 4
seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam

sebuah proses perbaikan dan perubahan.76

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang

bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk

memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut

dilakukan.77

Secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok

guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar

dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan

perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari

upaya itu.78

PTK memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan jenis

penelitian yang lain. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Masalah penelitian diangkat dari permasalahan praktek pembelajaran

sehari-hari yang dihadapi guru.

1. Ada tidakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di

kelas.

2. Ada perbedaan keadaan sebelum dilakukan PTK dan sesudah dilakukan

tindakan-tindakan.

76
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2005) hlm. 11
77
Soedarsono, Op.cit., hal.2
78
Rochiati Wiriaatmadja, Op.Cit., hlm.13
3. Guru berperan sebagai peneliti, sedangkan peran pihak luar adalah kecil, atau

guru sebagai partner penelitian lain, misalnya dosen PGSD. Dalam hal yang

disebutkan terakhir ini, PTK dilaksanakan secara kolaboratif.79

Sejalan dengan itu, Suyanto juga menyatakan bahwa karakteristik penting

dari penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah bahwasanya

problema yang diangkat untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas

(PTK) harus selalu berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari

yang dihadapi oleh guru, dan karakteristik khas dari penelitian tindakan kelas

(PTK) adalah adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses

belajar-mengajar di kelas.80

Sedangkan Soedarsono menyebutkan karakteristik dari PTK adalah:

1. Situasional, artinya berkaitan langsung dengan permasalahan konkret yang

dihadapi guru dan siswa.

2. Kontekstual, artinya upaya pemecahan yang berupa model dan prosedur

tindakan tidak lepas dari konteksnya, mungkin konteks budaya, sosial politik,

dan ekonomi di mana proses pembelajaran berlangsung.

3. Kolaboratif, partisipasi antara guru-siswa dan mungkin asisten atau teknisi

yang terkait membantu proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada adanya

tujuan yang sama yang ingin dicapai.

4. Self-reflective dan self-evaluative. Pelaksana, pelaku tindakan, serta objek

yang dikenai tindakan melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap hasil

79
Kasihani, dkk. 2003. Pembelajaran Berbasis CTL. Makalah Disampaikan pada Sarasehan
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) di Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
80
Suyanto. Op.Cit., hlm.5-6
atau kemajuan yang dicapai. Modifikasi perubahan yang dilakukan

didasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi yang mereka lakukan.

5. Fleksibel, dalam arti pemberian sedikit kelonggaran dalam pelaksanaan tanpa

melanggar kaidah metodologi ilmiah. Misalnya, tidak perlu adanya prosedur

sampling, alat pengumpul data yang lebih bersifat informal, sekalipun

dimungkinkan dipakainya instrumen formal sebagaimana dalam penelitian

eksperimental.

Ada dua tujuan utama yang dapat dicapai dalam penelitian tindakan kelas

(PTK), yaitu:

1. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan,

dan mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai upaya

pemecahan masalah.

2. Menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan

terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama, dengan melakukan

modifikasi dan penyesuaian seperlunya.81

Manfaat dari penelitian tindakan kelas (PTK) yang terkait dengan

komponen pembelajaran antara lain adalah:

1. Dalam aspek inovasi pembelajaran, penelitian tindakan kelas (PTK) mampu

melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya.

2. Dalam aspek pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas (PTK)

dapat membantu guru secara efektif untuk mengembangkan kurikulum,

81
Soedarsono, Op.Cit., hal. 3-5
karena guru kelas juga harus bertanggung jawab terhadap pengembangan

kurikulum dalam level sekolah atau kelas.

3. Dari aspek profesionalisme guru, penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan

salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang

terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-

perbaikan secara profesional, karena guru yang profesional tentu tidak

enggan melakukan perubahan-perubahan dalam praktek pembelajarannya

sesuai dengan kondisi kelasnya.82

B. Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain penelitian tindakan kelas merupakan suatu

rencana penelitian yang amat berbeda dari rancangan jenis penelitian yang lain.

Dapat dikatakan bahwa rancangan PTK merupakan pengembangan dan atau

penggabungan dari unsur-unsur tertentu dari berbagai jenis rancangan penelitian.

Sebagaimana diketahui rancangan PTK mengandung ulangan dari serangkaian

langkah yang dapat dirumuskan sebagai [R=T=O=E/R]1----[R=T=O=E/R]2---

dst., di mana R adalah rencana, T adalah tindakan, O adalah observasi atau

pengamatan, dan E/R adalah evaluasi/refleksi. Keempat langkah esensial PTK

tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan harus ada dalam

setiap PTK. Beberapa hal yang membedakan rancangan PTK dari rancangan-

rancangan penelitian ‘formal-konvensional’ di antaranya adalah:

1. Bertolak dari kebutuhan untuk meningkatkan kinerja dan hasil guna praktek

pembelajaran di kelas.

82
Suyanto. Op.cit., hlm. 9-10
2. Adanya unsur T (tindakan) yang tidak ada pada jenis penelitian lain.

3. Adanya pengulangan langkah-langkah penelitian (spiral of action) untuk

mencapai tujuan penelitian secara tuntas.

4. Kelenturan inner design atau micro design, yaitu ketakterbatasan pilihan

rancangan impelementasi perlakuan atau tindakan, teknik pengumpulan data,

dan analisis data.

5. Kemungkinan perubahan macro design pada tahap manapun untuk

meningkatkan dayaguna dan hasil guna penelitian

Dengan rancangan dasar yang memiliki sifat-sifat seperti di atas

diharapkan PTK benar-benar dapat memberikan jawaban bagi permasalahan

aktual yang dihadapi para guru di dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas.83

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau

PTK, desain dapat digambarkan sebagai berikut:

Penjajagan/as Rencana Penjajagan/


Perubahan
Awal
esi RD Pelaksanaan PTK
Desain/ asesi
Akhir Perencanaan
Perbaikan Perbaikan
Implementa peningkatan sesudah aksi
sebelum aksi lebih baik
Observasi
siObservasi Observasi Jika belum
Memuaskan

Keadaan Keadaan hasilnya


Upaya perubahan
sebelum sesudah
dengan
dilakukan Refleksi dilakukan Ke siklus selanjutnya
dilaksanakan
tindakan tindakan
tindakan
Gambar (I) Alur Kerja PTK (FX. Soedarsono, 2001: 18).

83
Kasihani, dkk, Op.Cit., hal. 5
Pada gambar 1 di atas, pada tahap awal, peneliti melakukan penjajagan

(assessment) untuk menentukan masalah hakiki yang dirasakan terhadap apa

yang telah dilaksanakan selama ini. Pada tahap ini peneliti dapat menimbang dan

mengidentifikasi masalah-masalah dalam praktek pembelajaran (memfokuskan

masalah) kemudian melakukan analisis dan merumuskan masalah yang layak

untuk penelitian tindakan. Pada tahap kedua, berdasarkan masalah yang dipilih,

disusun rencana berupa skenario tindakan atau aksi untuk melakukan perbaikan,

peningkatan dan atau perubahan ke arah yang lebih baik dari praktek

pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal atau

memuaskan. Pada tahap ketiga, dilakukan implementasi rencana atau skenario

tindakan. Peneliti bersama-sama kolaborator atau partisipan (misalnya guru,

peneliti yang lain, serta siswa) melaksanakan kegiatan sebagaimana yang ditulis

dalam skenario. Pemantauan atau monitoring dilakukan segera setelah kegiatan

dimulai (on going process monitoring). Rekaman semua kejadian dan perubahan

yang terjadi perlu dilakukan dengan berbagai alat dan cara, sesuai dengan kondisi

dan situasi kelas. Pada tahap keempat, berdasarkan hasil monitoring dilakukan

analisis data yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengadakan

evaluasi apakah tujuan yang dirumuskan telah tercapai. Jika belum memuaskan

maka dilakukan revisi atau modifikasi dan perencanaan ulang untuk

memperbaiki tindakan pada siklus sebelumnya. Proses daur ulang akan selesai

jika peneliti merasa puas terhadap hasil dari tindakan yang dilakukan sesuai

rencananya.84

84
Soedarsono, Op.Cit., hlm. 19
Menurut model Kemmis & McTaggart, prinsip pelaksanaan penelitian

tindakan kelas (PTK) mencakup empat langkah, yaitu:

1. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan.

2. Melaksanakan tindakan dan pengamatan/monitoring.

3. Refleksi hasil pengamatan.

4. Perubahan/revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya.85

Secara sederhana, prinsip pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut

model Kemmis & McTaggart dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur

yang terdiri dari empat (4) tahap dapat digambarkan sebagai berikut:

Plan
Reflect

Act &
observe Revise plan
Reflect

Act &
observe

Gambar (2) Model Kemmis dan McTaggart (Depdikbud, 1999: 21).

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart

pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu

perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut

dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada

85
Depdikbud, hal. 5
kesempatan ini ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.

Pada gambar di atas tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat

komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan

sesungguhnya jumlah siklus sangat bergantung pada permasalahan yang perlu

dipecahkan. Apabila permasalahan terkait dengan materi dan tujuan

pembelajaran dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran tidak

hanya terdiri dari dua siklus, tetapi jauh lebih banyak dari itu, barangkali lima

atau enam siklus.86

Jika model Kemmis dan Taggart tersebut diikuti, maka peneliti pada

tahap pertama menyusun rencana skenario tentang apa yang telah dilakukan, dan

perilaku apa yang diharapkan terjadi pada siswa sebagai reaksi atas tindakan

yang akan dilakukan, dalam hal ini pengaplikasian Pendekatan Kontekstual

melalui metode Tanya jawab pada bidang studi IPA dalam prestasi belajar siswa

kelas IVa di MI NU Miftahul Huda Jabung Malang. Di dalam skenario tersebut

disebutkan pula fasilitas yang diperlukan, sarana pendukung proses

pembelajaran, alat, serta cara merekam perilaku selama proses berlangsung.

Pada tahap kedua, peneliti melaksanakan rencana tindakan sesuai

skenario. Terkait dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti,

maka rencana tindakan meliputi: perencanaan satuan pelajaran dan strategi

pembelajaran, tes pengecekan kemampuan awal siswa, panduan evaluasi,

86
Depdikbud, hal. 21-22
panduan instrumen penelitian, pembentukan kelompok-kelompok kecil yang

didasarkan pada latar belakang akademi serta pedoman observasi.

Pelaksanaan tindakan meliputi pelaksanaan rencana yang telah disiapkan.

Tindakan yang dilakukan adalah dengan menerapkan pendekatan kontekstual

melalui metode Tanya jawab yang terdiri dari penyajian materi dan belajar

kelompok. Pada saat proses berlangsung, peneliti mengamati atau mengobservasi

perubahan perilaku yang diduga sebagai reaksi atau tanggapan terhadap tindakan

yang diberikan. Peneliti dalam hal ini harus mengamati dengan cermat perubahan

perilaku sesuai situasi kelas.

Tahap ketiga dalam alur daur tersebut adalah monitoring/ pemantauan.

Pada tahap monitoring, yang dilakukan adalah mengobservasi proses

pembelajaran dengan menggunakan alat check list observasi, observasi dilakukan

pada prestasi belajar siswa. Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri dengan

membuat catatan (fieldnote) yang didasarkan pada pedoman observasi.

Tahap keempat adalah refleksi. Dengan refleksi ini peneliti dapat

melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukannya. Hasil observasi

dianalisis dan dipergunakan untuk evaluasi terhadap prosedur, proses, serta hasil

tindakan. Peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui apakah yang terjadi

sesuai dengan rancangan skenario, apakah tidak terjadi penyimpangan atau

kesalahan prosedur, apakah prosesnya seperti yang dibayangkan dalam skenario,

dan apakah hasilnya sudah memuaskan sebagaimana diharapkan. Jika ternyata

belum memuaskan, maka perlu ada perancangan ulang yang diperbaiki,

dimodifikasi, dan jika perlu, disusun skenario baru jika sama sekali tidak
memuaskan. Dengan skenario yang telah diperbaiki tersebut dilakukan siklus

atau daur berikutnya.87

C. Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini karena PTK dilakukan secara kolaboratif-

partisipatoris, maka peneliti bertindak sebagai pelaku tindakan tugas peneliti

selain sebagai pengamat aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran, ia

juga sebagai pewawancara yang akan mewawancarai subyek penelitian (guru dan

siswa).

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ini, peneliti

bertindak sebagai key instrument atau alat penelitian yang utama. Hal ini berarti

peneliti harus dapat menangkap makna dengan melakukan interaksi terhadap

berbagai nilai yang ada di objek penelitian yang mana hal ini tidak mungkin

dapat dilakukan dengan motode kuesioner atau alat pengumpul data lainnya. 88

Jadi, dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul

data penelitian. Sedangkan instrumen selain manusia (peneliti) dapat pula

digunakan, namun fungsinya hanya sebagai pendukung dan pembantu dalam

pengumpulan data penelitian.

Kehadiran peneliti sebagai instrumen kunci ini disebabkan karena pada

awalnya penelitian ini belum memiliki bentuk yang jelas. Jika mengacu pada

pendapatnya Nasution, secara tegas dia menyebutkan bahwa dalam menghadapi

konstruk seperti ini, manusia merupakan satu-satunya pilihan yang tepat untuk

87
Soedarsono, Op.Cit., hlm. 21-22
88
Moleong, Op. Cit., hlm. 103
difungsikan sebagai instrumen utama karena memiliki “daya sesuai” yang

memadahi untuk memburu informasi kualitatif. Manusia juga memiliki kelebihan

untuk menilai keadaan dan dengan luwes dapat mengambil keputusan.89 Dengan

demikian, kehadiran peneliti secara langsung di lokasi penelitian mutlak

diperlukan.

Selanjutnya, Menurut Moleong kedudukan peneliti dalam penelitian

kualitatif sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis

data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitian.90 Mengingat sifatnya

yang demikian, maka peneliti berusaha menghindari pengaruh subjektif dan

menjaga lingkungan agar tetap berjalan secara alamiah agar proses sosial yang

ada dapat berjalan secara apa adanya. Peneliti juga berusaha menahan dan

menjaga diri untuk tidak terlalu intervensi dengan tetap menjaga keharmonisan

hubungan dalam berkomunikasi dan berbaur dengan mereka (para informan)

sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan dan

data yang diperoleh dapat terjamin keabsahannya.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI NU Miftahul Huda jalan raya sukolilo no.

128 Jabung Malang, peneliti memilih lokasi ini karena pembelajaran di MI NU

Miftahul Huda ini masih belum optimal dan prestasinya masih kurang. Penelitian

ini difokuskan pada kelas IV pada saat mengikuti kegiatan proses belajar

mengajar mata pelajaran IPA dengan jumlah siswa 35 orang, dengan

89
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), hlm. 17
90
Nasution, hlm. 121
menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab dalam

meningkatkan prestasi belajar IPA kelas IV MI NU Miftahul Huda.

E. Rencana Tindakan

Langkah-langkah penelitian ini yakni:

1. Perencanaan Tindakan

a. Diskusi dengan teman sejawat mengenai tema, fokus dan sub fokus

terkait dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui metode tanya

jawab.

b. Mencari gambaran judul dengan membaca referensi di perpustakaan

c. Diskusi dengan Guru mata pelajaran, tentang penerapan pendekatan

kontekstual melalui metode tanya jawab.

d. Membuat perencanaan pembelajaran

e. Menyusun materi yang akan disampaikan

f. Membuat alat observasi untuk mengetahui prestasi siswa dalam proses

belajar mengajar

g. Menyiapkan pertanyaan yang akan digunakan dalam pembelajaran

h. Menyusun langkah-langkah pembelajaran

i. Menyusun alat evaluasi

2. Implementasi Tindakan

Secara rinci pelaksanaan penerapan pendekatan kontekstual melalui

metode tanya jawab adalah sebagai berikut:

a. Guru membuka pelajaran dengan membangun motivasi belajar siswa.


b. Guru memberikan ilustrasi seputar materi yang akan dipelajari dan

kompetensi yang harus dikuasai.

c. Guru menjelaskan materi secara sistematis.

d. Guru menyuruh beberapa siswa untuk maju dan memberi pertanyaan

untuk dijawab secepat mungkin

e. Guru memberi soal-soal untuk mengetahui pemahaman siswa tentang

pelajaran yang telah diajarkan

f. Selama kegiatan berlangsung, guru mengamati dan menilai kinerja siswa.

g. Pada akhir sesi, guru melakukan evaluasi dan memberikan kesimpulan

atas pembelajaran yang telah dilakuka.

3. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan data yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan,

maka data tersebut dianalisis untuk memastikan bahwa dengan menerapkan

pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab dalam pembelajaran

IPA dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Peneliti menggunakan tehnik reduksi data, paparan data, dan

kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilahan data yang relevan dan

penting. Langkah yang digunakan yaitu dengan menyederhanakan dengan

membuat fokus, klasifikasi, abstraksi data kasar menjadi data yang bermakna

untuk dianalisis. Data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dalam

bentuk paparan data yang memungkinkan untuk ditarik kesimpulan.

Kesimpulan merupakan intisari dari analisis yang memberikan dampak dari

penelitian tindakan kelas. Data hasil pengamatan dan hasil belajar siswa,
setelah dianalisis dapat digunakan untuk menyusun refleksi. Refleksi

merupakan bagian integrasi dan interpretasi terhadap semua informasi yang

diperoleh.

Untuk mempermudah peneliti membuat indikator kinerjanya yaitu:

a. Indikator kualitatif berupa keaktifan siswa secara individu dan kerja sama

kelompok dalam mengikuti proses pembelajaran.

b. Indikator kuantitatif berupa besarnya skor hasil evaluasi dalam bentuk

tanya jawab yang dibandingkan dengan batas minimal lulus.

F. Siklus Penelitian

Siklus Penelitian Tindakan Kelas ini dipersiapkan untuk 2 kali pertemuan

yang semuanya dibentuk dalam skenario pembelajaran untuk satu kompetensi

dasar.

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yang dimulai pada

hari Ragu tanggal 18 Maret 2009 dan berakhir pada tanggal 25 Maret 2009.

adapun perencanaan tindakan kelas yang dibuat untuk dilaksanakan dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

Tahap atau siklus penelitian dalam pelaksanaan tindakan, adalah sebagai

berikut:

1. Siklus I

Siklus I ini dilaksanakan pada pertemuan I yang dimana pada siklus

pertama ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 18 Maret 2009. pada siklus

pertama ini, guru menyampaikan kompetensi dan tujuan yang diharapkan dari

pembelajaran. Pada pertemuan ini, peneliti sudah menerapkan pendekatan


kontekstual melalui metode tanyan jawab dengan menggunakan peta konsep

sebagai media dalam KBM.

2. Siklus II

Siklus II ini dilaksanakan pada pertemuan II yang mana pada siklus

kedua ini juga menerapkan pandekatan kontekstual pada materi Sumber Daya

Alam. Untuk mengetahui keberhasilan dalam KBM peneliti memberikan tes

tulis pada minggu selanjutnya..

G. Pengumpulan Data

Data yang akurat akan bisa diperoleh ketika proses pengumpulan data

tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini akan digunakan

beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian, yaitu:

1. Pengamatan Partisipatif

Cara ini digunakan agar data yang diinginkan bisa diperoleh, sesuai

dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Penelitian partisipatif

maksudnya adalah peneliti terlibat secara langsung dan bersifat aktif dalam

turut mengumpulkan data yang diinginkan dan juga peneliti kadang-kadang

mengarahkan pada data yang ingin diperoleh oleh peneliti.

2. Observasi Aktifitas Kelas

Observasi aktifitas kelas dilaksanakan oleh penliti ketika peneliti

melakukan penelitian melalui metode indic jawab dengan pendekatan

kontekstual, peneliti akan memperoleh gambaran suasana kelas dalam

penggunaan metode indic jawab dengan pendekatan kontekstual untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa.


3. Pengukuran Hasil Belajar

Data yang telah diperoleh di lapangan akan diukur untuk peneliti

dengan menggunakan pedoman lembar observasi perilaku siswa dan

presentase hasil tugas serta nilai ulangan harian kelas

Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data dan data

yang diperoleh tidak hilang maka peneliti melakukan perekaman dengan cara

membuat catatan dari hasil yang telah diperoleh selama proses penelitian.

Teknik perekaman yang dilakukan adalah dengan membuat catatan-catatan

pada pedoman observasi berdasarkan perkembangan siswa setiap siklus.

H. Indikator Kinerja

Dalam penelitian ini, indicator keberhasilan siswa dengan skor indicato

ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru atau sekolah/madrasah

yaitu dengan skor KKM 70 sebagai keberhasilan kuantitatif dari pelaksanaan

PTK. Maka siswa yang mencapai skor minimal 70 dinyatakan berhasil secara

individual dalam mengikuti program pembelajaran, demikian sebaliknya siswa

yang mencapai skor di bawah 70 dinyatakan belum tuntas mengikuti program

pembelajaran, yang selanjutnya dilakukan remidi bagi siswa yang bersangkutan.

NO HAL YANG DINILAI SKL

1 Keaktifan invidu 70

2 Keaktifan secara kelompok 70

3 Ulangan harian 70

4 Ketangkasan menjawab pertanyaan 70


5 Ketepatan waktu mengerjakan tugas 70

6 Memiliki indikator materi pembelajaran 70

7 Mampu memperaktikkan indikator materi 70

8 Siswa memperhatikan guru disaat menjelaskan materi


70
pembelajaran.

9 Siswa tanggap terhadap intruksi dan rencana pembelajaran 70

I. Tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini, penulis menggunakan tiga tahap penelitian

sebagaimana pendapat Moleong yaitu: 1) tahap pralapangan (orientasi), 2) tahap

pekerjaan lapangan, dan 3) tahap analisis data.91 Ketiga tahapan tersebut

berlangsung secara sistematis, artinya tidak bisa menggunakan tahap kedua

sebelum tahap pertama dilakukan dan begitu juga sebaliknya serta tidak dapat

menggunakan tahap ketiga sebelum tahap kedua dilakukan dan seterusnya.

1. Tahap Pralapangan/Orientasi

Dalam tahap orientasi ini, peneliti melakukan observasi ke lokasi

penelitian, yaitu MI NU Miftahul Huda. Selanjutnya, peneliti mulai menggali

informasi pada orang-orang yang terlibat dalam aktivitas madrasah tersebut

khususnya pihak guru yang dapat memberikan beberapa informasi penting

tentang metode tanya jawab dengan pendekatan kontekstual.

Berbagai aktivitas penelitian yang peneliti lakukan antara lain:

menyusun rancangan penelitian, memilih lokasi penelitian, mengurus surat-

91
Moleong, hlm. 85-103
surat yang berkaitan dengan penelitian, memilih dan menentukan informan

serta menyiapkan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan dalam

mengumpulkan data penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini, peneliti melakukan berbagai aktivitas penelitian yang

terkait dengan fokus penelitian yaitu penerapan pendekatan kontekstual

melalui metode tanya jawab pada mata pelajaran IPA untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa. Beberapa aktivitas tersebut yaitu: memahami latar

penelitian dan mempersiapkan diri, memasuki lapangan dan mengumpulkan

data/informasi yang dibutuhkan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, dalam

mengumpulkan data penulis menggunakan tiga teknik, yaitu observasi

pasrtisipasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini, peneliti mengawalinya dengan mengadakan

pengecekan data dengan para informan dan subjek penelitian serta dokumen-

dokumen yang ada untuk membuktikan keabsahan data yang diperoleh.

Selanjutnya, peneliti melakukan berbagai perbaikan data yang terkait dengan

bahasa, sistematika penulisan maupun penyederhanaan data agar laporan

penelitian ini komunikatif dan dapat dipertanggunggjawabkan.

Analisis data yang penulis lakukan mengikuti model analisis

interactive, sebagaimana yang diajukan oleh Miles dan Huberman, dimana

prosesnya dari data yang sudah terkumpul, dikomunikasikan (crossceck) dan


selanjutnya dilakukan reduksi data untuk memilih data yang sesuai dan

bermakna.92

Reduksi data penulis lakukan dengan menyeleksi/memilih data yang

relevan dan bermakna, memfokuskan pada data yang mengarah untuk

pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau menjawab pertanyaan

penelitian yang telah difokuskan, kemudian menyederhanakan, dan

selanjutnya menyusun secara sistematis dengan menonjolkan hal-hal yang

dipandang penting dari hasil temuan. Selanjutnya, hasil reduksi data disajikan

dalam bentuk display data dan penyajian data berbentuk uraian kemudian

dibuat kesimpulan.

4. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk pengecekan data yang bersifat kualitatif, dalam penelitian ini

peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

tersebut. Sebagaimana dikutip oleh Moleong bahwa Denzin membedakan

empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.93

Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini,

menggunakan triangulasi, dalam artian membandingkan dan mengecek balik

92
HB Mills dan Huberman, An Expanded Source Book: Qualitative Data Analysis,
Terjemahan (Califirnia: Sage Publication, 1980), hlm. 16
93
Ibid., hlm. 330
derajat kepercayaan status informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Pengecekan data dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain

sebagai berikut: membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, dan membandingkan hasil pengamatan dengan isi dokumen yang

berkaitan.
BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

Uraian berikut ini adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan

keberadaan lokasi penelitian dan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan. Dari beberapa hal di atas tersebut, nantinya kita akan mengetahui

apakah metode Tanya jawab melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa. Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2009

sampai 25 Maret 2009 selama tiga kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada

tanggal 18 Maret 2009, dan pertemuan terakhir tanggal 25 Maret 2009.

1. Latar Belakang Obyek Penelitian

Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Sukolilo kecamatan Jabung

berawal dari lembaga pendidikan non formal. Suatu lembaga pendidikan non

formal yang didirikan pada tahun 1949 oleh sekelompok masyarakat yang

terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat maupun tokoh agama Islam yang

memiliki kepedulian terhadap pendidikan khususnya pendidikan yang berciri

khas Islam yang dipelopori oleh H. M Sidieq (Almarhum). Sebagai lembaga

non formal dalam koridor ”Madrasah Diniyah” tentunya madrasah ini

semakin tahun mengalami banyak perubahan dan kemajuan.

Seiring dengan kemajaun tersebut pada tahun 1960, dengan segala

upaya mencoba untuk lebih menjadikan ”Madrasah Diniyah” dalam bentuk

pendidikan formal yang pada nantinya madrasah ini dapat berjalan proses
belajar mengajarnya, dapat melaksanakan ujian negara seperti halnya yang

dilaksanakan pada sekolah formal pada umumnya. Salah satu langkah yang

ditempuh adalah merubah status ”Madrasah Diniyah” menjadi ” Madrasah

Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MI NU)”, pada saat itu MI NU (cikal bakal MI

Miftahul Huda) segala sarana & prasarana dan lokasinya berdiri diatas lahan

perorangan yaitu disekitar kediaman H. M Sidieq.

Setelah enam tahun berjalan sejak berubahnya status tersebut,

tepatnya pada tahun 1967 MI NU berpindah lokasi yaitu di JL. Raya Sukolilo

128 desa Sukolilo Kec. Jabung (sampai sekarang) diatas areal tanah Waqaf

Bapak H. Nacrowi seluas 1637.5 M². Dari perpindahan lokasi iniilah

perubahan yang cukup tampak dan signifikan terhadap perkembangan

madrasah, hal ini dapat dibuktikan dengan kepercayaan masyarakat terhadap

madrasah ini yang mampu secara konsisten mendidik siswa dengan

pendidikan agama sebagai landasan, Imtaq dan ilmu pengetahuan sebagai

tuntutan.

Pada tahun 1969 terbentuklah pengurus madrasah, yang terdiri dari:

1. Pelindung : H. Ghozali (Kepala Desa Sukolilo)

2. Ketua : H. Mansyur

3. Sekretaris : Bapak Ali Sofwan

4. Bendahara : H. Nur Salim

Seksi-Seksi

1. Perlengkapan : Bapak Abdul Manaf

2. Pembangunan : Bapak M. Ridwan Salim.


Dari pembentukan pengurus madrasah inilah nama “ MIFTAHUL

HUDA” sebagai almamater lembaga pendidikan hingga saat ini. Mulai saat

itulah MI Miftahul Huda mulai belajar menata diri untuk menjadi lembaga

pendidikan formal yang mampu mendidik, membina dan membelajarkan

siswa meskipun dengan segala keterbatasan maupun sumber daya yang

dimiliki untuk memenuhi segala tuntutan pendidikan.

Perkembangan MI Miftahul Huda sebagi salah satu lembaga

pendidikan formal yang pertama berdiri diwilayah kecamatann jabung yang

telah dipandang mampu menjalankan proses belajar mengajar yang baik,

pada tahun 1986 MI Miftahul Huda terdaftar sebagai anggota lembaga

pendidikan M’arif NU wilayah Jawa Timur dengan nomor : B-20023585²

tertanggal 28 september 1986. Dengan terdaftarnya MI Miftahul Huda

sebagai salah satu anggota lembaga pendidikan NU tentunya perkembangan

dan kemajuan MI inipun selangkah lebih maju. Setelah terdaftar sebagai

anggota lembaga pendidikan Ma’arif NU wilayah Jawa Timur, MI Miftahul

Huda diberikan hak menurut hukum untuk menyelenggarakan pendidikan dan

pengajaran dan diperbolehkan untuk mengikuti ujian persamaan Madrasah

Negeri, sesuai dengan Piagam Madrasah yang dikeluarkan oleh kepala kantor

wilayah Departemen Agama RI Propinsi Jawa Timur. Dngan demikian MI

Miftahul Huda telah resmi menjadi lembaga penyelenggara pendidikan dan

pengajaran dibawah bimbingan kantor Departemen Agama dengan Nomor

Statistik Madrasah (NSM) 15205181105. Dengan demikian lengkaplah sudah


segala persyaratan mutlak yang harus dimiliki MI Miftahul Huda untuk

menyelenggarakan proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan formal.

MI NU Miftahul Huda ini terletak (di jalan raya Sukolilo no. 128

Kelurahan Sukolilo Kecamatan Jabung Kabupaten Malang di bawah naungan

Yayasan Ahmad Yani. Beberapa sarana, data guru dan siswa yang ada di MI

NU Miftahul Huda Jabung Malang:

a. Data Sarpras

No Jenis Ket
1. Ruangan Kelas (belajar) 10
2. Ruangan Kepala Sekolah 1
3. Ruangan Guru 1
4. Ruangan Perpustakaan 1
5. Kopsis 1
6. MCK 4
7. Musholla Ada
8. Gudang Ada
9. Air Bersih Sumur dan PDAM
10. Listrik Ada
11. Meja murid Baik 77
12 Meja murid Rusak 58
13. Kursi Murid Baik 80
14. Kursi Murid Rusak 55
b. Data Guru

No Nama Tempat/ Status/ Jenjang Jabatan


Tanggal Lahir Golongan
1. Syamsul Huda, Malang, GTY S1 Kepala
S.Pd. 24 April 1962 Sekolah
2. Ali Riwayat. Malang, GTT MTS Guru Bid
5 Mei 1956 Studi
3. Mustofa. Malang, GTY PAI Wa.Ka
22 Februari 1968 Sarana
4. Syaifudin Malang, GTY PAI Guru Bid
Zuhri. 30 Maret 1966 Studi
5. Sakim Malang, GTY SMA Guru Bid
Wahyudi. 23 maret 1964 Studi
6. Sugianto, S.Pd. Malang, GTY S1 Wa.Ka
15 Juli 1973 Kesiswaan
7. M. Choib. Malang, GTY SMP Staf Tata
21 April 1959 Usaha
8. Enny Suharty, Malang, GTY S1 Wa.Ka
S.Pd. 04 Juli 1976 Kurikulum
9. Siti Romlah. Malang, GTY SMEA Guru kelas
16 Agustus 1977
10. Siti Sa’adah Malang, GTY MA Guru Bid
Ch. 15 September Studi
1980
11. Siti Mariyam. Malang, GTY MA Guru Bid
19 Maret 1981 Studi
12. Ira Nurmawati, Malang, GTY D2 Guru Bid
A,Ma. 28 Oktober 1983 Studi
13. Didik Agus Malang, GTY STM Ka. Tata
Priyanto. 05 Agustus 1981 Usaha
14. M. Fauzi. Malang, GTY STM Guru Bid
22 Juli 1979 Studi
15. Mutmainnatul Malang, GTT MA Guru Kelas
Qulub. 16 Februari 1973
16. Yuyun Umul Malang, GTY S1 Bendahara
Anisah, SE. 28 Oktober 1976
17. Maya W, S.s Malang, GTY S1 Guru Bid
15 Juli 1980 Studi

C. Data Siswa Selama Tiga Tahun Terakhir

Jumlah
Tahun
Rom. KLS KLS KLS KLS KLS KLS Jumlah
Pelajaran Kelas
Bel I II III IV V VI

2006 / 2007 12 10 57 62 60 54 61 48 342

2007 / 2008 12 10 74 59 62 59 55 54 363

2008 / 2009 12 10 52 71 61 62 57 49 352


D. Struktur Organisasi

YAYASAN PENDIDIKAN
ISLAM AHMAD YANI

KOMITE KEPALA DEPAG/ DIKNAS


MADRASAH MADRASAH

STAF STAF TATA


KEUANGAN USAHA

WAKA I WAKA II WAKA


KURIKULUM KESISWAAN HUMAS,
SAR & PRAS

GURU

SISWA

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan pertemuan

pada hari sabtu tanggal 28 Februari 2009 dengan kepala sekolah MI NU

Miftahul Huda Jabung Malang

Dalam pertemuan itu peneliti menyampaikan tujuan untuk

melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Kepala sekolah dan waka


kurikulum serta guru IPA memberikan izin pelaksanaan penelitian.

Kemudian peneliti dan guru IPA berdiskusi mengenai rencana penelitian

yang akan dilaksanakan, dan disepakati bahwa kelas IVA yang dijadikan

sumber data penelitian. Dengan pertimbangan bahwa kelas IVa termasuk

kelas yang mempunyai kemampuan yang heterogen dan juga merupakan

kelas yang baik dalam disiplin dan mempunyai rasa tanggung jawab yang

besar terhadap apa yang diamanatkan oleh setiap guru.

Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu berdiskusi

dengan guru mata pelajaran IPA kelas IVa, peneliti meminta data tentang

kelas IVa, yaitu data tentang kemampuan belajar siswa, sebagai tolak ukur

dalam pengelompokan belajar dengan penerapan pendekatan kontekstual

melalui metode tanya jawab yang akan dilaksanakan di kelas IVa.

Sebelum tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan

pre tes. Pre tes dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Maret 2009 dengan

menggunakan pembelajaran tradisional, yaitu dengan metode ceramah dan

tanya jawab.

Pada pelaksanaan pre test, siswa terlihat kurang antusias terhadap

pelajaran, mereka terlihat kurang dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar

dengan baik. Hal itu diketahui dari kurangnya rasa ingin tahu mereka

terhadap materi yang akan diberikan. Kebanyakan dari mereka kelihatannya

jenuh terhadap pelajaran. Karena motivasi siswa terhadap pelajaran kurang,

maka prestasi belajar mereka juga kurang maksimal. Dari hasil evaluasi pada

saat pre test, didapatkan rata-rata kelas sebesar 60.


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seperti dalam penelitian ini

merupakan penelitian problem solving yang diharapkan menyelesaikan

permasalahan pembelajaran seperti terurai diatas. Berikut paparan data

tindakan yang diberikan terhadap permasalahan pembelajaran seperti diatas.

2. Paparan Siklus Tindakan

a. Siklus pertama

1) Perencanaan Tindakan

Pada rencana tindakan siklus pertama peneliti menerapkan

pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab, dengan model

pembelajaran ini peneliti berusaha untuk membantu siswa melihat

makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkannya dengan konteks mereka sehari-hari, yaitu dengan

konteks lingkungan peribadinya, sosialnya dan budayanya. Siklus I

dilaksanakan (1) kali pertemuan 2*40 menit. Sebelum siklus pertama

dilaksanakan peneliti melakukan beberapa tahap persiapaan, antara

lain:

a) Membuat perencanaan pembelajaran

b) Mempersiapkan instrumen penelitian yang digunakan untuk

meneliti peningkatan prestasi belajar siswa.

2) Implementasi Tindakan

a) Pendahuluan (10 menit)

(1) Mengucapkan salam.

(2) Sikap siswa siap memulai pelajaran.


(3) Guru mengadakan appersepsi dengan cara menghubungkan

pengetahuan siswa dengan materi yang akan disampaikan.

(4) Guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran saat itu.

b) Kegiatan Inti (60 menit)

(1) Guru membagi murid menjadi empat kelompok, masing-

masing kelompok terdiri atas delapan (8) orang anggota

kelompok (sesuai dengan no urut absen).

(2) Guru menunjukkan peta konsep tentang sumber daya alam dan

siswa diminta untuk mengembangkannya dengan pengalaman

masing-masing melalui diskusi kelompok.

(3) Membahas hasil diskusi, guru menjelaskan dan siswa

memahami sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk

kebutuhan manusia.

(4) Tiap kelompok melaksanakan tugas yang diberikan guru,

yaitu:

(a) Mengilustrasikan peta konsep yang telah dibagikan kepada

setiap kelompok, dan membuat ilustrasi contoh riil yang

terjadi di kehidupan sehari-hari.

(b) Bekerjasama dengan seluruh anggota kelompok masing-

masing (yang tahu memberi tahu pada yang belum tahu,

yang pandai mengajari yang lemah).

(c) Semua anggota kelompok bertanggungjawab atas

kelompoknya masing-masing.
(5) Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian

tentang aktifitas belajar siswa di kelas.

c) Penutup pembelajaran (refleksi pengalaman belajar 10 menit)

1) Memberikan kesimpulan tentang SDA

2) Siswa diberi pekerjaan rumah tekait dengan materi yang sudah

dijelaskan.

3) Observasi (Pengamatan)

Observasi ini dilaksanakan ketika pembelajaran berlangsung

dengan langsung mengamati objek penelitian. Pertemuan pertama

pada pembelajaran IPA yang terjadi dengan menggunakan pendekatan

kontekstual melaui metode tanya jawab ini, siswa terlihat begitu aktif

dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat menyenangkan,

meskipun tujuan dari pembelajaran yang telah direncanakan kurang

berjalan dengan baik.

Penelitian ini dilakukan dengan cara kolaboratif antara guru

bidang studi dengan peneliti. Peneliti memberikan konsep

pembelajaran terkait dengan materi yang akan dipelajari kepada guru

bidang studi yang bersangkutan, dan guru tersebut menerapkan

konsep yang sudah diberikan oleh peneliti, dan disini peneliti hanya

bertindak sebagai observer langsung dalam proses belajar mengajar.

Selain itu peneliti juga meminta bantuan pada teman sejawat yang

kebetulan juga melakukan penelitian untuk mengumpulkan data yang

diperlukan, terkait dengan peningkatan prestasi belajar diantaranya:


Keaktifan individu dalam proses belajar mengajar, keaktifan secara

kelompok, Siswa tangkas dalam menjawab pertanyaan yang diberikan

oleh guru, ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas, memiliki

indikator materi pembelajaran, mampu memperaktikkan indikator

materi, Siswa memperhatikan disaat guru menjelaskan materi

pembelajaran, siswa tanggap terhadap intruksi dan rencana

pembalajaran. Hal ini dilakukan untuk memperkuat dan memperoleh

data yang relevan dengan keadaan yang sebenarnya.

4) Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini bertujuan untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA.

Pada waktu pertama kali pertemuan, dengan diadakan pembelajaran

penerapan pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab siswa

masih bingung dan merasa canggung, apalagi pada waktu

mengerjakan tugas awal yaitu mengembangkan peta konsep yang

diberikan oleh guru tentang sumber daya alam. Pada waktu guru

megintruksikan siswa untuk mengaitkan yang ada di peta konsep

dengan kehidupan sehari-hari mereka kelihatan bingung dan berusaha

tidak menerimanya, dan akhirnya dengan pengarahan guru mereka

dapat menerimanya.
b. Siklus kedua

1) Perencanaan Tindakan

Pada siklus kedua ini dilaksanakan peneliti pada hari jum’at

tanggal 20 Maret 2009 di kelas IV A. Pada rencana tindakan siklus II

peneliti tetap menerapkan pendekatan kontekstual melalui metode

tanya jawab pada mata pelajaran IPA, dengan model pembelajaran ini

diharapkan dapat lebih membantu untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Menindak lanjuti hasil analisis dan refleksi pada siklus I, maka

peneliti berupaya untuk melakukan improvisasi pada proses

pembelajaran, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Membuat perencanaan pembelajaran

b) Mempersiapkan instrumen penelitian yang digunakan untuk

meneliti peningkatan prestasi belajar siswa.

2) Implementasi Tindakan

a) Pendahuluan (5 menit)

(1) Salam

(2) Mengingat materi pertemuan sebelumnya

b) Kegiatan Inti (75 menit)

(1) Membahas pekerjaan rumah

(2) Guru menjelaskan dan siswa memahami sumber daya alam

yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia meliputi

tumbuhan, hewan dan bahan alam tidak hidup dengan


menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode tanya

jawab .

(3) Mengelompokkan benda yang berasal dari tumbuhan

(a) Bahan pangan (nasi, roti, terigu, kecap, tahu, tempe dan

oncom)

(b) Bahan sandang (pakaian, kasur, bantal, guling)

(c) Peralatan rumah tangga (kusen, pintu, meja, kursi, lemari,

pensil)

(d) Produk kesehatan dan perawatan tubuh (jamu, sampo,

sabun)

(4) Mengelompokkan benda yang berasal dari hewan

(a) Bahan pangan (daging, telur, susu)

(b) Bahan sandang (kain sutera, wol, jaket, sepatu, tas)

(c) Produk kesehatan (susu kuda liar, daging biawak)

(5) Mengelompokkan benda yang berasal dari bahan alam tidak

hidup

(1) Bahan bangunan (batu bata, pasir, semen, genteng, kayu, besi)

Peralatan rumah tangga (kantong plastik, ember, baskom,

kabel listrik, gas, bensin, batu bara).

c) Penutup (10 menit)

(1) Memberikan kesimpulan benda yang berasal dari tumbuhan,

hewan dan bahan alam yang tidak hidup dapat memenuhi

kebutuhan manusia.
(2) Memberikan tugas rumah siswa disuruh mencari sumber daya

alam yang ada di sekitar rumahnya masing-masing yang

berdasarkan jenisnya.

Untuk lebih mendapatkan gambaran kualitatif secara mendalam

terhadap penerapan pendekatan kontektual melalui metode tanya jawab

pada mata pelajaran IPA dapat menigkatkan prestasi belajar siswa kelas

IVa di MI NU Miftahul Huda peneliti melakukan wawancara kepada guru

dan siswa yang ditetapkan sebagai informan.

Hasil wawancara adalah sebagai berikut, terhadap pertanyaan

“bagaimanakah tanggapan Saudara terhadap penerapan metode

pembelajaran kemarin?”.

Kalau menurut saya mas dengan diterapkannya pembelajaran yang


mas teliti sekarang ini bagus sekali dalam merangsang anak-anak
untuk aktif didalam kelas. Selama ini saya juga sering menerapkan
metode tanya jawab, Cuma pertanyaan yang saya lontarkan
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di buku paket atau
lembar kerja siswa. Sehingga anak-anak tidak begitu menanggapi
pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan. Ada sebagian anak yang
menanggapi tapi lebih banyak anak yang kurang tanggap.94

Saya kira ko’ kayaknya dengan diterapkannya pembelajaran yang


seperti kemarin itu sangat banyak sekali pengaruh positifnya sama
anak-anak, kenapa saya bilang seperti itu karena kemarin antusias
anak-anak begitu tinggi ketika saya mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan mereka. Mas
kemarinkan juga lihat bagaimana antusias anak-anak ketika saya
memberi pertanyaan anak-anak berebut mengacungkan tangan

94
Hasil wawancara peneliti dengan ibu Ira sebagai guru matapelajaran IPA di kelas VIA
MI NU Miftahul Huda Jabung Malang di kantornya jam 09.00 tanggal 27 maret 2009
untuk dikasih kesempatan menjawab pertanyaan yang saya berikan
ya kan mas? Sambil senyum-senyum Ibu Ira.95

Perbedaan ada, meskipun perbedaannya sebenarya engga’ jauh beda


dalam segi nilai, tapi dalam hal keaktifan terus perhatian anak-anak
ketika saya menerangkan kemaren itu jauh sekali, mungkin anak-
anak seneng karena ketika saya menjelaskan dengan diselingi
pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-sehari mereka,
jadi mereka lebih mudah untuk menjawabnya.96

Waduh kalau ngomongin kondusif enggaknya aku bingung mesti


jawab gimana ya? Masalahnya biasanya saya sendirian mengajar
anak-anak, sejak mas penelitian disini saya ditemani mas. Ketika
anak-anak mulai rame mas juga ikut mengkondisikan, tapi jujur,
selama saya menerapkan metode yang mas teliti ini anak-anak bisa
diam, mengikuti pelajaran dengan baik dan lebih kondusif
dibandingkan dengan pertemuan sebelum-sebelumnya, jadi
pelajaran dapat berjalan sebagaimana yang sudah direncanakan.
Mungkin anak-anak seneng ketika mengikuti pelajaran ini sehingga
anak-anak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.97

Beberapa hasil wawancara lainnya adalah dengan siswa:

... Seneng pak.


... Sekarang pak wong saiki ono sampean.
... Lek angel ora seneng pak, tapi lek gampang yo seneng- seneng
wae.
... Biasane lho pak diterangno titik mari ngono dike’i soal dikon
garap, soale angel-angel pisan.
... Ada yang gampang ada yang sulit, tapi akehan sing gampang
pak . 98

... Seneng pak.


... Sama saja pak.
... Ndelok-ndelok soale pak.
... Gak mesti pak, kadang disuruh ngerjakan soal, kadang disuruh
nulis.
... Gampang pak.99

95
Hasil wawancara peneliti dengan ibu Ira sebagai guru matapelajaran IPA di kelas VIA
MI NU Miftahul Huda Jabung Malang di kantornya jam 09.00 tanggal 27 maret 2009
96
Hasil wawancara peneliti dengan ibu Ira sebagai guru matapelajaran IPA di kelas VIA
MI NU Miftahul Huda Jabung Malang di kantornya jam 09.00 tanggal 27 maret 2009
97
Hasil wawancara peneliti dengan ibu Ira sebagai guru matapelajaran IPA di kelas VIA
MI NU Miftahul Huda Jabung Malang di kantornya jam 09.00 tanggal 27 maret 2009
98
Hasil wawancara peneliti dengan Rizal siswa matapelajaran IPA di kelas VIa MI NU
Miftahul Huda Jabung Malang di kelas jam 09.00 tanggal 20 maret 2009
... Biasa aja pak
... Lebih seneng sekaranglah pak, secara gitu lho.
... Kalo pertanyaan mudah ya seneng pak.
... Biasanya gimana ya pak, ya kayak biasanya itu pak.
... gampang-gampang susah pak.100

... Seneng pak apalagi ada pak sugeng.


... saya lebih suka sekarang.
... Suka banget pak apalagi pertanyannya gampang enggak sulit jadi
saya bisa jawab.
... Biasanya menjelaskan habis itu dikasih soal kalo belum selesai
dijadika PR.
... gampang pak wong pertanyaane aku bisa jawab tapi sama Bu Ira
gak boleh jawab.101

Beberapa hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa

penerapan metode tanya jawab dengan pendekatan kontektual pada

matapelajaran IPA kelas IVa di MI NU Miftahul Huda mempunyai

dampak yang signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa,

baik itu prestasi dalam hal antuisasme belajar, keaktifan invidu,

kerjasama kelompok, aktif mengajukan dan menjawab pertanyaan,

pengkondisian kelas dan sebagainya.

3) Observasi (Pengamatan)

Pada siklus II ini, hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa

mengalami peningkatan prestasi belajar yang cukup tinggi dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa mulai terbiasa bertanya

99
Hasil wawancara peneliti dengan Imam Aziz siswa matapelajaran IPA di kelas VIa MI
NU Miftahul Huda Jabung Malang di kelas jam 09.00 tanggal 20 maret 2009
100
Hasil wawancara peneliti dengan Isnaini Hidayatus siswa matapelajaran IPA di kelas
VIa MI NU Miftahul Huda Jabung Malang di kelas jam 09.00 tanggal 20 maret 2009
101
Hasil wawancara peneliti dengan Nindy Irna Maulia siswa matapelajaran IPA di kelas
VIa MI NU Miftahul Huda Jabung Malang di kelas jam 09.00 tanggal 20 maret 2009
dan mengemukakan pendapat apabila guru memberikan

permasalahan.

Memasuki kegiatan inti, hasil pengamatan menunjukkan bahwa

siswa begitu aktif dan antusias menjawab pertanyaan yang diberikan

oleh guru. Ketika guru memberikan pertanyaaan, dan menyuruh salah

satu dari mereka untuk menjawab mereka sangat tanggap dan tangkas

menjawab pertanyaan itu, bahkan hampir 75% dari jumlah

keseluruhan berusaha mengacungkan tangan dengan harapan diberi

kesempatan untuk menjawab pertanyaan itu. Mayoritas dari mereka

sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang peneliti

terapkan di kelas IVa ini. Ditambah lagi pada siklus II ini, peneliti

berusaha memberikan pujian pada salah satu siswa atas prestasi yang

diraih, dengan itu maka akan menjadi penyemangat bagi kelompok

lain yang belum pernah mendapatkan pujian dari peneliti.

4) Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini tetap sama dengan

siklus I, yaitu bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

terhadap mata pelajaran IPA. Pada siklus II ini, siswa sudah mulai

mengerti dengan model pembelajaran yang diterapkan peneliti.

Bahkan mayoritas dari mereka sudah mulai terbiasa dengan model

pembelajaran yang peneliti terapkan di kelas IVa ini.

Kembali pada tujuan, peneliti menerapkan pendekatan

kontekstual melalui metode tanya jawab adalah untuk meningkatkan


prestasi belajar siswa terhadap materi IPA melalui pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif, maka peneliti menyimpulkan bahwa

pada siklus II ini penerapan pendekatan kontekstual melalui metode

Tanya jawab, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang cukup

tinggi, hal ini dapat dilihat dari:

a) Keaktifan individu dalam proses belajar mengajar

b) Siswa memiliki indikator materi pembelajaran

c) Siswa tanggap terhadap instruksi dan rencana pembelajaran

d) Siswa memperhatikan disaat guru menjelaskan materi

pembelajaran.

e) Siswa tangkas dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

guru.

B. Temuan Penelitian

1. Penerapan Metode Tanya Jawab Dengan Pendekatan Kontekstual Pada

Mata Pelajaran IPA Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.

Dalam penelitian ini dapat dikemukakan bahwa Penerapan metode

tanya jawab dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA dapat

menigkatkan prestasi belajar siswa. Adapun indikasi yang dapat dijadikan

ukurannya adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa di MI Miftahul

Huda Jabung Malang, hal itu dapat dilihat dari adanya peningkatan sembilan

prestasi siswa yang dijadikan variabel dalam penelitian ini, yaitu keaktifan

individu, keaktifan secara kelompok, nilai ulangan harian, ketangkasan

menjawab pertanyaan, ketepatan waktu mengerjakan tugas, memilki


indikator, mampu mempraktekkan indikator, siswa memperhatikan guru

menjelaskan dan siswa tanggap terhadap instruksi dan rencana pembelajaran.

Pertama, keaktifan invidu: didalam kelas para siswa menunjukkan

perilaku-perilaku responsif terhadap materi pembelajaran yang dirancang

dan dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Kedua, keaktifan secara

kelompok: Pada penelitian ini keaktifan secara kelompok dapat ditemukan

meskipun indikasinya tidak sekuat keaktifan individu mengingat penelitian

ini tidaklah mengkondisikan peserta didik dalam kelompok-kelompok

tertentu secara spesifik. Ketiga, ulangan harian: hasil ulangan harian

menunjukkan bahwa 70 % siswa dan siswi kelas IVa pada mata pelajaran

IPA mempunyai nilai rata-rata diatas 70 selebihnya di atas 50. Empat,

ketangkasan menjawab: indikasi ini jelas terlihat yaitu berupa sigapnya

peserta didik dalam menanggapi dan menjawab pertanyaan yang diberikan

oleh guru. Sebagaimana pada hasil refleksi pada siklus I dan II bahwa siswa-

siswi kelas IVa dapat ditunjukkan adanya sikap yang sikap dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan langsung dari guru. Lima, ketepatan waktu

mengerjakan tugas: jika di prosentasekan rata-rata 70% siswa kelas IVa

mampu menyelesaikan tugas-tugas pelajaran sesuai dengan waktu yang sudah

ditentukan dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Enam, Memiliki

indikator materi pembelajaran: adalah peserta didik memiliki kemampuan-

kemampuan dasar yang terukur yang sesuai dengan harapan dan standar yang

telah ditentukan. Tujuh, mampu mempraktikkan indikator materi: dalam hal

ini peserta didik selain memiliki kecerdasan kognitif juga dapat menerapkan
(kecerdasan motorik) dalam kehidupan sehari-hari misalkan kemampuan

mereka untuk sigap dalam membersihkan kelas dan lingkungan sekolah

sebagai akibat dari cinta lingkungan. Delapan, siswa memperhatikan guru

disaat menjelaskan materi pembelajaran adalah peserta didik melihat,

mendengarkan secara seksama dan memberikan respon-respon yang positif

terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Sembilan, siswa tanggap

terhadap intruksi dan rencana pembelajaran adalah peserta didik dapat

menerapkan dan melaksanakan apa yang sudah direncanakan oleh guru.

Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Sebagaimana hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan II dapat

dikatakan bahwa penerapan pendekatan kontekstual melalui metode tanya

jawab dapat menigkatkan sembilan variabel prestasi belajar siswa sebagai

teruraikan penjelasan diatas. Sembilan poin variabel prestasi tersebut dapat

dilihat langsung pada saat pelaksanaan PTK dan sesudah pelaksanaan PTK di

kelas, terlebih jika dibandingkan dengan prestasi belajar siswa-siswi sebelum

tindakan penerapan pendekatan kontekstual melalui metode Tanya jawab

dilakukan di kelas tersebut.102

2. Penerapan metode tanya jawab dengan pendekatan kontektual pada

mata pelajaran IPA dalam menigkatkan prestasi belajar siswa

Dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus, yaitu siklus I

dilaksanakan dengan satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 18 Maret 2009,

102
Untuk lebih jelasnya lihat beberapa data kuantitatif sebagai hasil dari metode pengamatan
dan evaluasi materi pembelajaran pada semua pesertadidik di kelas IV MI Miftahul Huda Jabung
Malang pada saat dan sesudah penerapan metode Tanya jawab dengan pendekatan kontektual di
terapkan pada pembelajaran mata pelajaran IPA.
siklus II dilaksanakan dengan satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 20

Maret 2009.

Pada siklus I, materi diberikan selama satu kali pertemuan, dengan

perincian pada pertemuan pertama diberikan materi tentang Sumber Daya

Alam, yang meliputi tentang benda yang berasal dari tumbuhan, benda yang

berasal dari hewan dan benda yang berasal dari bahan alam tidak hidup.

Pada siklus I ini sebelum siswa diberikan tugas-tugas kelompok, guru

melakukan pembahasan materi tentang rencana pembelajaran dan

mendiskusikan tentang topik pelajaran yang dikaitkan dengan konteks

kehidupan siswa sehari-hari. Hal ini diasumsikan dapat menarik perhatian

siswa terhadap pelajaran yang diberikan guru sebab semakin jelas apa yang

ingin dicapai guru bersama siswa semakin mudah dia dapat mencapainya dan

semakin mudah pula dia dapat menyimpulkan apakah ia sudah mencapai

tujuan atau belum, dan tentunya juga diharapkan dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Pada siklus I ini peneliti menggunakan pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan kontekstual melalui metode Tanya jawab

dimaksudkan agar siswa mendapatkan peningkatan prestasi belajar dalam

mata pelajaran IPA. Prestasi belajar siswa tersebut telah di tentukan ke dalam

sembilan variabel penelitian yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

Dengan diterapkannya pendekatan kontekstual melalui metode Tanya

jawab ini, langkah pertama yang dilakukan adalah membentuk kelompok

belajar menjadi empat kelompok, yang masing-masing terdiri dari delapan


orang anggota kelompok sesuai dengan nomor urut absen. Langkah kedua

tiap kelompok diberikan peta konsep tentang sumber daya alam, kemudian

tiap kelompok diperintahkan untuk mengilustrasikan peta konsep yang telah

dibagikan kepada setiap kelompok, dan membuat ilustrasi contoh riil yang

terjadi di kehidupan sehari-hari. Bekerjasama dengan seluruh anggota

kelompok masing-masing (yang tahu memberi tahu pada yang belum tahu,

yang pandai mengajari yang lemah). Dan diharapkan Semua anggota

kelompok bertanggungjawab atas kelompoknya masing-masing. Selama

kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian tentang aktifitas belajar

siswa di kelas. Kemudian guru bersama peserta didik membahas hasil

diskusi, guru menjelaskan dan siswa memahami sumber daya alam yang

dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.

Pada pertemuan pertama, siswa terlihat kurang dapat mengikuti KBM

dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari kurangnya rasa ingin tahu mereka

terhadap materi yang akan diberikan serta minimnya pertanyaan yang

diajukan. Mereka terlihat kebingungan dengan apa yang akan mereka

pertanyakan. Akan tetapi antusias mereka terhadap tugas yang diberikan

cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari semangat dan kegembiraan mereka

selama mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan data tes, observasi dan refleksi akhir maka untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa serta mengatasi masalah-masalah yang

muncul pada siklus I peneliti mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memotivasi siswa agar lebih berani mengungkapkan gagasannya.


b. Memberi pengertian akan pentingnya komunikasi, diskusi, kerjasama

kelompok dan disarankan agar bertanya kalau mengalami kesulitan (ada

yang tidak dimengerti) dalam proses belajar mengajar.

c. Aktualisasi kecintaan terhadap lingkungan dan sumber daya alam dengan

kehidupan sehari-hari dengan cara menjaga, tidak merusak bahkan

melestarikan SDA yang mereka temui setiap hari

Kemudian pada siklus II, sebagaimana dengan siklus I pada siklus ini

materi juga diberikan selama satu kali pertemuan, dengan perincian materi

Benda yang berasal dari tumbuhan, benda yang berasal dari hewan dan benda

yang berasal dari bahan alam tidak hidup.

Selanjutnya, pada siklus II ini peneliti tetap melanjutkan pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual melalui metode Tanya jawab dimaksudkan

agar prestasi belajar siswa mengalami peningkatan lebih lanjut dari pada

prestasi belajar pada siklus I.

Ternyata, pada siklus II ini melalui pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual melalui metode Tanya jawab siswa semakin menunjukkan

adanya peningkatan prestasi belajar khususnya pada sembilan prestasi belajar

yang menjadi fokus penelitian ini. Mereka terlihat semakin antusias dalam

mengikuti KBM. Merekapun sudah mulai terbiasa mengajukan pertanyaan

kepada guru jika ada materi yang belum jelas. Selama kegiatan berlangsung,

mereka tampak riang dan gembira. Hal ini dapat dilihat dari roman muka

mereka yang tampak bersemangat selama mengikuti KBM.


Meningkatkan prestasi belajar terhadap materi IPA dengan

menerapkan pendekatan kontekstual melalui metode Tanya jawab diharapkan

dapat menciptakan kondisi persaingan positif antar peserta didik. Karena

pada umumnya situasi persaingan akan mendorong siswa untuk berlomba

mencapai tujuan dalam belajar. Siswa akan terdorong untuk belajar.

Secara umum, hasil penelitian siklus II menunjukkan peningkatan

prestasi belajar siswa kelas IVa MI NU Miftahul Huda. Hal ini dapat

ditunjukkan dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan

prestasi. Semula peserta didik kurang antusias dalam KBM namun pada

siklus kedua ini berubah derastis hal itu terbukti dengan adanya respon positif

dalam KBM. peserta didik terlihat lebih antusias baik secara individu dan

kelompok dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh

guru.
BAB V

PEMBAHASAN

1. Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Tanya Jawab Pada

Mata Pelajaran IPA Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.

Pada bab ini akan diuraikan beberapa pembahasan dari temuan-temuan

penelitian yang merupakan hasil refleksi terhadap penerapan pendekatan

kontekstual melalui metode Tanya jawab pada mata pelajaran IPA di kelas IV MI

NU Miftahul Huda Jabung Malang. Secara garis besar penerapan metode

pembelajaran tersebut dapat dilihat dampaknya pada sembilan prestasi yang

dijadikan variabel dalam penelitian ini, yaitu keaktifan individu, keaktifan secara

kelompok, nilai ulangan harian, ketangkasan menjawab pertanyaan, ketepatan

waktu mengerjakan tugas, memiliki indikator materi pembelajaran, mampu

mempraktekkan indikator materi, siswa memperhatikan ketika guru menjelaskan

dan siswa tanggap terhadap instruksi dan rencana pembelajaran.

Pertama, keaktifan invidu: adalah reaksi-reaksi individual guna merespon

pemberian informasi baru oleh sistem pembelajaran dikelas. Keaktifan individu

dalam penelitian ini adalah berupa perilaku-perilaku responsif terhadap materi

pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.

Keaktifan individu dalalm penelitian ini ternyata dapat dirangsang dan

ditimbulkan dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui metode Tanya

jawab, hal tersebut terjadi karena materi-materi pertanyaan pendekatan

kontekstual sangat dekat dengan pengalaman keseharian peserta didik sehingga


sangat mungkin membuat masing-masing dari mereka aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran.

Pengalaman keseharian yang dihadirkan dalam sajian materi-materi

pembelajaran di kelas akan dapat mengkondisikan individu pesertadidik untuk

aktif dalam pembelajaran, disisi lain adalah akan memberikan pengaruh yang

kuat dalam benak mereka masing-masing sehingga target kompotensi yang

diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Diskripsi diatas dapat diperkuat dengan beberapa pandangan teoritik

misalnya: Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,

hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran

berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan

transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih

dipentingkan daripada hasil.103

Kedua, keaktifan secara kelompok: adalah aktifitas berbagi peran dan

bekerja sama secara harmonis untuk mengikuti proses pembelajaran yang sudah

dirancang. Pada penelitian ini keaktifan secara kelompok dapat ditemukan

meskipun indikasinya tidak sekuat keaktifan individu mengingat penelitian ini

tidaklah mengkondisikan peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu

103
Zulfikri Kamin, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning
(http://group.yahoo.com/group/pakguruonline), diakses tanggal 15 Januari 2009
secara spesifik. Kecerdasan sosial adalah kecerdasan yang penting untuk

diperhatikan oleh pendidik dan memasukkannya dalam proses belajar-mengajar

di sekolah agar terasah dengan baik.

Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari

kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman,

antar kelompok, dan antara mereka yang tahu ke mereka yang belum tahu.

Dalam kelas dengan pendekatan kontekstual, kegiatan pembelajaran dilakukan

dalam kelompok-kelompok belajar, siswa yang pandai mengajari yang lemah dan

yang tahu memberi tahu yang belum tahu. Siswa yang terlibat dalam kegiatan

masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan

juga meminta informasi yang diperlukan teman bicaranya.104

Ketiga, ulangan harian adalah suatu kegiatan pembelajaran untuk

mengukur kompetensi yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses

belajar mengajar. Ulangan harian dalam penelitian ini akan difungsikan sebagai

instrument untuk mengetahui sejauh mana dampak penerapan pendekatan

kontekstual melalui metode tanya jawab terhadap kemampuan pesertadidik untuk

mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan dan untuk melihat kemampuan

mereka dalam menjawab sosal-soal di kertas, bukan sebagai satu-satunya

penentu kelulusan dalam mata pelajaran IPA di kelas IV MI NU Miftahul Huda

ini.

Oleh karena itu, dengan adanya evaluasi atau test maka akan diketahui

sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas dan juga

104
Dr. Wina Sanjaya, ibid, hlm.121
untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajarnya atau dengan kata lain siswa

akan mengetahui prestasi belajarnya dalam kurun waktu tertentu.

Sedangkan untuk menentukan nilai akhir dan mengukur prestasi belajar

siswa, maka perlu evaluasi yang bisa berupa test formatis maupun test sumatif.

Akan tetapi sebelum melakukan evaluasi perlu disusun standar penilaian terlebih

dahulu untuk menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dengan

harapan mendapat data sebagai bahan informasi guna mempermudah dalam

melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan pengajaran.

Empat, ketangkasan menjawab pertanyaan adalah sigapnya peserta didik

dalam menanggapi dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Ketangkasan menjawab pertanyaan menjadi variabel yang dinilai dalam

penelitian ini karena pengalaman keseharian pesertadidik tidak akan mempersulit

mereka sebagai akibat penerapan pendekatan kontekstual.

Kegiatan belajar bertanya mempunyai peranan yang penting. Sebab

pertanyaan yang tersusun dengan baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan

meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar,

membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang

dibicarakan, mengembangkan pola pikir dan belajar aktif siswa sebab berpikir itu

sendiri sebenarnya adalah pertanyaan; menuntun proses belajar siswa, sebab

pertanyaan yang baik akan membantu siswa dapat menentukan jawaban yang

baik, memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.

Menurut Dra. Roestiyah N.K, metode tanya jawab adalah suatu cara

mengajar di mana guru dan siswa aktif bersama, guru bertanya siswa
memberikan jawaban, siswa mengemukakan pendapat ide baru, dan dengan ini

guru bertujuan.105 Menurut Soetomo metode tanya jawab adalah suatu metode di

mana guru menggunakan/memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa

menjawab, atau sebaliknya siswa bertanya pada guru dan guru menjawab

pertanyaan siswa.106 Metode tanya jawab, menurut Syaiful B. Djamarah adalah

cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama

oleh dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.107

Menurut Armai Arief, metode tanya jawab adalah suatu teknik penyampaian

pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan. Atau suatu metode di dalam

pendidikan di mana guru bertanya sedangkan siswa menjawab tentang materi

yang ingin diperoleh108

Lima, ketepatan waktu mengerjakan tugas adalah kemampuan

menyelesaikan tugas-tugas pelajaran sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan

dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Menghasilkan sesuatu hanya

mungkin, jika kita gunakan waktu dengan efisien. Menggunakan waktu tidak

berarti bekerja lama sampai habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh

dengan sepenuh tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang

khas.

Enam, Memiliki indikator materi pembelajaran adalah peserta didik

memiliki kemampuan-kemampuan dasar yang terukur yang sesuai dengan

harapan dan standar yang telah ditentukan.

105
Roestiyah, N.K, Didaktik Metodik (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986), 70.
106
Soetomo, “Interaksi” Loc-Cit.,
107
Syaiful, B. Djamarh, Op-Cit.,107.
108
Armai, Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), 140.
Tujuh, mampu mempraktikkan indikator materi adalah peserta didik

selain memiliki kemampuan-kemampuan dasar juga dapat menerapkan

(kecerdasan motorik) dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan kontekstual ini perlu diterapkan mengingat bahwa sejauh ini

pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai

perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Dalam hal ini fungsi fungsi dan

peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif.

Melalui pendekatan kontekstual ini siswa diharapkan belajar denga cara

mengalami sendiri bukan menghapal.109

Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus di hafal. Kelas masih

berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Kemudian ceramah

sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi

belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak

mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang

mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Melalui landasan Filosofi Konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi

alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL, siswa diharapkan

belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. Di lakukan tidak nya

dipikirkan, dirasakan langsung tidak hanya refleksi tanpa makna yang

membekas.

109
Asep Sugiarto, Pembuktian Hasil Belajar Siswa Dalam Penggunaan Pendekatan
Konstektual Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, (http://one.indiskripsi.com/), diakses tanggal 15
Januari 2009
Delapan, siswa memperhatikan guru disaat menjelaskan materi

pembelajaran adalah peserta didik melihat, mendengarkan secara seksama dan

memberikan respon-respon yang positif terhadap materi yang disampaikan oleh

guru.

Sikap adalah gejala Internal yang berdimensi afektif, berupa

kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap tehadap obyek

orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun negatif.110 Respon-

respon positif itu terjadi karena pembelajaran sudah menyentuh langsung

terhadap masalah mereka. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa

yang dipelajarinya, bukan mengetahui-nya. Pembelajaran yang berorientasi

target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka

pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam

kehidupan jangka panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita.

Sembilan, siswa tanggap terhadap intruksi dan rencana pembelajaran

adalah peserta didik dapat menerapkan dan melaksanakan apa yang sudah

direncanakan oleh guru. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

Sembilan temuan peneltian diatas merupakan prestasi yang merupakan

dampak dari penerapan pendekatan kontekstual melalui metode Tanya jawab

pada matapelajaran IPA kelas IV. Pendekatan kontekstual dalam penelitian telah

terbukti ampuh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

110
Mulyasa, Ibid., hlm.194
Secara teoritik pendekatan kontekstual sudah dapat memenuhi kriteria

pembelajaran yang baik dan benar, seperti yang diungkapkan Slameto dalam

bukunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan

metode pembelajaran, diantaranya yaitu:

a. Metode mengajar yang digunakan harus dapat mengembangkan motif, minat,

dan gairah belajar siswa.

b. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menjamin perkembangan

kegiatan kepribadian siswa.

c. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan

bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

d. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang keinginan

siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi

(pembaharuan).

e. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik siswa dalam

teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha

pribadi.

f. Metode yang dipergunakan harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat

Verbalisme dan menggantinya dengan pengalaman situasi nyata dan

bertujuan.

g. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan

mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam

kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.


Dengan penerapan metode pembelajaran dengan merapkan pendekatan

kontekstual melalui metode tanya jawab diatas, diharapkan dapat meningkatkan

kualitas belajar siswa secara lebih optimal. Siswa tidak akan lagi merasa acuh tak

acuh terhadap materi pelajaran yang diberikan, karena mereka menganggap

pelajaran merupakan suatu kebutuhan hidup mereka.

Kegiatan belajar, bertanya memang peranan yang penting seperti halnya

pada penelitian ini. Sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dengan teknik

pengajuan yang tepat akan meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan

belajar mengajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap

masalah yang sedang dibicarakan, mengembangkan pola pikir dan belajar aktif

siswa sebab berpikir itu sendiri sebenarnya adalah pertanyaan; menuntun proses

belajar siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa dapat

menentukan jawaban yang baik, memusatkan perhatian siswa terhadap masalah

yang sedang dibahas.

Pengertian itu menunjukkan bahwa metode tanya jawab itu diperlukan

adanya komunikasi langsung antara guru dan siswa sehingga tidak hanya terjadi

komunikasi satu arah saja. Namun dalam komunikasi ini terlihat adanya

hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa, bahkan siswa dan

siswa. Karena ketika siswa memberikan jawaban yang tepat dapat mendorong

siswa yang lainnya untuk memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan.


Karena semua metode itu mempunyai keunggulan dan kelemahan

tersendiri. Begitu juga dengan metode tanya jawab ini. Menurut Winarno

Surakhmad keunggulan atau sisi positif dari metode tanya jawab yaitu:

a. Metode tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif bila

dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat monolog.

b. Memberi kesempatan pada siswa atau pendengar untuk mengemukakan hal-

hal, sehingga nampak mana-mana yang belum jelas atau belum dimengerti.

c. Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat dibawa

kearah situasi diskusi.111

Sedangkan menurut Hendayat soetopo, keunggulan atau keuntungan dari

metode tanya jawab, yaitu:

a. Lebih mengaktifkan siswa

b. Memberikan kesempatan kepada untuk mengemukakan hal-hal yang belum

jelas.

c. Dapat mengetahui perbedaan pendapat siswa, sehingga bisa dicari titik

temunya.

d. Dapat mengurangi verbalisme.

e. Memberikan kesempatan pada guru untuk menjelaskan kembali konsep yang

masih kabur.112

Keunggulan metode tanya jawab juga dikuti oleh kelemahan yang

mengiringinya. Secara rinci peneliti dapat mengambil kesimpulan kelemahan

metode tanya jawab ini, yaitu: Menyita waktu banyak. Memungkinkan terjadinya
111
Winarno, Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar (Bandung: Tarsito, 1982),
101-102.
112
Hendyat, Soetopo, Pendidikan Dan Pembelajaran (Malang: UMM Press, 2005), 155.
penyimpangan perhatian, Menghambat cara berpikir apabila guru kurang pandai

menyajikannya dan Sukar memperoleh jawaban yang memuaskan.

Seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku dalam

dirinya. Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat interaksi dengan

lingkungannya. Tidak karena proses pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak

karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan. Kecuali perubahan

tersebut bersifat relatif permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung

sesaat saja.

Prestasi belajar merupakan suatu hal yang bersifat Perennial dalam

sejarah kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan

kemampuan masing-masing. Bila demikian halnya, kehadiran prestasi belajar

dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan

kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya yang masih berada pada bangku

sekolah.

Maka kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa

sebagaimana yang terurai diatas adalah ”mengetahui garis-garis besar indikator

(penunjuk adanya prestasi tersebut) dikakitkan dengan jenis prestasi yang hendak

diungkapkan atau diukur”.113

Pengambilan keputusan tentang hasil belajar ini merupakan suatu

keharusan yang harus dilakukan oleh guru untuk menentukan tinggi rendahnya

prestasi belajar siswa. Disamping itu penilaian terhadap prestasi belajar siswa

juga untuk memahami dan mengetahui tentang siapa dan bagaimana peserta

113
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.64
didik itu, pemahaman tentang peserta didik ini untuk mengetahui kelebihan-

kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang dimilikinya, agar mempermudah

dan membantu guru dalam mengembangkan program pengajaran yang harus

diberikan.

Oleh karena itu dengan adanya evaluasi atau test maka akan diketahui

sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas dan juga

untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajarnya atau dengan kata lain siswa

akan mengetahui prestasi belajarnya dalam kurun waktu tertentu.

Sedangkan untuk menentukan nilai akhir dan mengukur prestasi belajar

siswa, maka perlu evaluasi yang bisa berupa test formatif maupun test sumatif.

Akan tetapi sebelum melakukan evaluasi perlu disusun standart penilaian terlebih

dahulu untuk menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dengan

harapan mendapat data sebagai bahan informasi guna mempermudah dalam

melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan pengajaran.

Dalam penelitian ini intelegensi merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan

dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai

akan bergantung pada tingkat Inteligensi. Dan hasil belajar yang dicapai tidak

akan melebihi tingkat Intelegensinya. Semakin tinggi tingkat intelegensi, makin

tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Jika

intelegensinya rendah. Maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah.

Meskipun demikian, tidak boleh dikatakan bahwa taraf prestasi belajar disekolah
kurang, pastilah Inteligensinya kurang, karena banyak faktor lain yang

mempengaruhinya.114

Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat dapat mempengaruhi

pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.

Berhasil atau tidaknya peserta didik belajar sebagian besar terletak pada

usaha dan kegiatannya sendiri, disamping faktor kemauan, minat, ketekunan,

tekad untuk sukses, dan cita-cita tinggi yang mendukung setiap usaha dan

kegiatannya.

Dalam menciptakan prestasi belajar strategi pembelajaran lebih

dipentingkan dari pada hasil. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna

belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.

Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan

begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal

untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan

berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai

pengarah dan pembimbing.115 Pembelajaran kontekstual sangatlah berpeluang

besar terhadap terciptanya prestasi belajar.

Banyak pandangan yang menyebutkan bahwa pendekatan kontekstual

sasaran inspirasi filosofinya adalah progresivisme John Dewey. Progresivisme

adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan

sekolah berpusat pada anak (Child-centered), sebagai reaksi terhadap


114
Slameto, Ibid, hlm. 73
115
Zulfikri Kamin, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning),
(http://group.yahoo.com/group/pakguruonline), diakses tanggal 15 Januari 2009.
pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (Teacher-Centered) atau

bahan pelajaran (subject-centered). Dalam progresivisme sangatlah menekankan

pengalaman dan kebutuhan konkrit pesertadidik.

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran dengan menekankan

pengalaman dan kebutuhan konkrit pesertadidik bukanlah tidak akan berdampak

negatif terhadap perkembangan cara berfikirnya dikemudian hari. Maka,

pragmatisme semacam itu harus diseimbangkan atau direkonsiliasi dengan

penerapan pendekatan non pragmatis dalam pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran pragmatisme yang menjadi landasan

pembelajaran kontesktual haruslah di rekonsiliasi dengan spritulisme mengingat

kita sebagai muslim mempunyai pandangan berbeda dalam melihat dan

memandang hidup ini serta cara menjalaninya.

Pendekatan kontekstual pada penelitian ini memang telah terbukti telah

memberikan dampak positif terhadap prestasi belajar siswa kelas IVa khususnya

pada sembilan variabel yang akan dinilai dalam peneltian ini pada mata

pelajaran IPA. Pentingnya penyeimbangan pendekatan kontekstual yang

mengajarkan tentang pragmatisme dengan spritualisme yang mengajarkan ada

nilai-nilai yang absolute haruslah dilaksanakan secara seimbang dalam

membelajarkan pesertadidik.
2. Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Tanya Jawab Pada

Mata Pelajaran IPA Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Sebagaimana hasil temuan bahwa penerapan pendekatan kontekstual

melalui metode tanya jawab pada mata pelajaran IPA dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa, langkah pertama yang dilakukan adalah membentuk

kelompok belajar menjadi empat kelompok, yang masing-masing terdiri dari

delapan orang anggota kelompok sesuai dengan nomor urut absen. Langkah

kedua tiap kelompok diberikan peta konsep tentang sumber daya alam, kemudian

tiap kelompok diperintahkan untuk mengilustrasikan peta konsep yang telah

dibagikan kepada setiap kelompok, dan membuat ilustrasi contoh riil yang terjadi

di kehidupan sehari-hari. Bekerjasama dengan seluruh anggota kelompok

masing-masing (yang tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pandai

mengajari yang lemah). Dan diharapkan Semua anggota kelompok

bertanggungjawab atas kelompoknya masing-masing. Selama kegiatan

berlangsung guru melakukan penilaian tentang aktifitas belajar siswa di kelas.

Kemudian guru bersama peserta didik membahas hasil diskusi, guru menjelaskan

dan siswa memahami sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk

kebutuhan manusia.

Pada pertemuan pertama, siswa terlihat kurang dapat mengikuti KBM

dengan baik. Berdasarkan data tes, observasi dan refleksi akhir maka untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa serta mengatasi masalah-masalah yang

muncul pada siklus I peneliti mengambil langkah-langkah pengananan dini

seperti terurai pada temuan.


Kemudian pada siklus II, sebagaimana dengan siklus I. Ternyata, pada

siklus II ini melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melalui

metode Tanya jawab siswa semakin menunjukkan adanya peningkatan prestasi

belajar khususnya pada sembilan prestasi belajar yang menjadi fokus penelitian

ini. Mereka terlihat semakin antusias dalam mengikuti KBM. Merekapun sudah

mulai terbiasa mengajukan pertanyaan kepada guru jika ada materi yang belum

jelas. Selama kegiatan berlangsung, mereka tampak riang dan gembira. Hal ini

dapat dilihat dari roman muka mereka yang tampak bersemangat selama

mengikuti KBM.

Temuan bahwa ada peningkatan prestasi yang Semula peserta didik

kurang antusias dalam KBM namun pada siklus kedua ini berubah derastis hal itu

terbukti dengan adanya respon positif dalam KBM. peserta didik terlihat lebih

antusias baik secara individu dan kelompok dalam menanggapi pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Antusiasme manusia biasanya akan seiring dengan harapan yang dia

punyai atau dengan kepentingan dia hari ini.

Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang

memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang

bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka

memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.116

Pendektan kontekstual yang berangkat dari pengalaman keseharian

anakdidik ternyata terbukti ampuh mengkondisikan mereka belajar dengan baik

116
Zulfikri Kamin, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning),
(http://group.yahoo.com/group/pakguruonline), diakses tanggal 15 Januari 2009.
karena peserta didik menjadi tolak ukur pertama dan utama dalam membuat

desain pembelajaran:

Efektivitas suatu kegiatan tergantung dari terlaksana tidaknya


perencanaan, karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi
baik dan efektif. Cara untuk mencapai hasil belajar yang efektif yaitu
murid-murid harus dijadikan pedoman setiap kali membuat persiapan
dalam mengajar.

Keaktifan belajar akan muncul seiring dengan pengakuan terhadap

masing-masing individu sehingga proses aktualisasi diri dengan pengungkapan

diri, masalahnya dapat tercapai dikelas. Kondisi tersebut tercapai dengan metode

tanya jawab yang diterapkan dikelas tersebut.

...... metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar di mana guru dan
siswa aktif bersama, guru bertanya siswa memberikan jawaban, siswa
mengemukakan pendapat ide baru, dan dengan ini guru bertujuan.117

Disamping tercapainya beberapa prestasi belajar dalam peneltian, disisi

lain masih ada beberapa problem pembelajaran, misalkan pertanyaan dan

jawaban anakdidik sering ridak terstruktur sebagaimana harapan idealnya.

Peneliti memahami ini sebagai konsekuensi dari kelemahan metode tanya jawab

sebagaimna Hendyat Soetopo berujar:

... Memberi peluang keluar dari pokok bahasan atau persoalan, karena
yang dinyatakan siswa menyimpang dan kekurangan waktu, apabila jika
seluruh siswa ingin mendapatkan giliran.118

Temuan mengenai langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual

melalui metode tanya jawab pada mata pelajaran IPA dalam meningkatkan

117
Roestiyah, N.K, Didaktik Metodik (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986), 70.
118
Hendyat, Soetopo, Loc-Ct.,
prestasi belajar siswa dalam penelitian ini memang tidak seideal sebagaimana

anjuran-anjuran teoritik misalkan:

Ramayulis berpendapat bahwa beberapa langkah-langkah

pelaksanaannya, yaitu:

a. Tujuan pelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu dengan sejelas-jelasnya.

b. Guru harus menyelidiki apakah metode tanya jawab, satu-satunya metode

yang paling tepat digunakan/dipakai.

c. Guru harus meneliti untuk apa metode ini dipakai, apakah

d. Dipakai untuk menghubungkan pelajaran lama dengan pelajaran baru.

1) Untuk mendorong siswa supaya mempergunakan pengetahuan untuk

memecahkan masalah.

2) Untuk menyimpulkan uraian.

3) Untuk meningkatkan kembali terhadap apa yang telah dihafalkan

siswa.

4) Untuk menuntun pemikirannya.

5) Untuk memusatkan perhatiannya.

e. Kemudian guru harus meneliti pula, apakah

1) Corak pertanyaan itu mengandung banyak masalah atau tidak.

2) Terbatasnya ya atau tidak.

3) Hanya dijawab dengan ya atau tidak atau ada untuk mendorong siswa

berpikir untuk menjawabnya.

f. Guru memilih mana diantara jawaban-jawaban yang banyak dapat diterima.


g. Guru harus mengajarkan cara-cara mengemukakan pendapat dengan,

1) Mengemukakan suatu fakta yang dikutip dari buku, majalah, harian

dan lain sebagainya.

2) Meneliti setiap jawaban dengan menggunakan sumbernya.

3) Dengan menjelaskan di papan tulis dengan berbagai argumentasi.

4) Menguji kebenarannya terhadap orang-orang ahli.

5) Melaksanakan exsprimen untuk membuktikan kebenarannya.119

Sedangkan Soetomo, metode tanya jawab dilakukan dengan:

a. Merumuskan tujuan tanya jawab secara jelas dalam bentuk yang

khusus dan berpusat pada perubahan tingkah laku siswa.

b. Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang harus diberikan

kepada siswa.

c. Mengemukakan alasan mengapa kita menggunakan metode tanya

jawab.

d. Membuat garis besar jawaban dari pertanyaan yang diberikan

sehingga mudah mengetahui mana jawaban siswa yang benar dan

salah.

e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.120

Dengan demikian, guru menerapkan pendekatan kontekstual melalui

metode tanya jawab ini agar siswa dapat mengerti atau mengingat tentang fakta

yang dipelajari, didengarkan ataupun dibaca sehingga mereka mempunyai

pengertian yang mendalam tentang fakta yang sedang atau dipelajari.

119
Ramayulis, Op-Cit.,124-125.
120
Soetomo, Op-Cit.,151.
Dalam penelitian ini meskipun penerapan metode tanya jawab belum

sesuai secara sempurna sesuai anjuran-anjuran teoritiknya namun hasil yang

diharapkan sudah sesuai dengan harapan dan standart yang ditetapkan MI NU

Miftahul Huda Jabung Malang.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

penerapan pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab pada mata

pelajaran IPA dapat menigkatkan prestasi belajar siswa di MI Miftahul Huda

Jabung Malang. Dampak yang dapat dilihat adalah terhadap sembilan

prestasi belajar yaitu adanya peningkatan keaktifan individu, keaktifan secara

kelompok, nilai ulangan harian, ketangkasan menjawab pertanyaan,

ketepatan waktu mengerjakan tugas, memilki indicator, mampu

mempraktekkan indicator, siswa memperhatikan guru menjelaskan dan siswa

tanggap terhadp instruksi dan rencana pembelajaran.

2. Adapun penerapan pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab pada

mata pelajaran IPA dalam menigkatkan prestasi belajar siswa di MI Miftahul

Huda Jabung Malang adalah sebagai berikut:

Langkah pertama yang dilakukan adalah membentuk kelompok belajar

menjadi empat kelompok, yang masing-masing terdiri dari delapan orang

anggota kelompok sesuai dengan nomor urut absen. Langkah kedua tiap

kelompok diberikan peta konsep tentang sumber daya alam, kemudian tiap

kelompok diperintahkan untuk mengilustrasikan peta konsep yang telah

dibagikan kepada setiap kelompok, dan membuat ilustrasi contoh riil yang
terjadi di kehidupan sehari-hari. Langkah ketiga adalah pemberian instruksi

untuk bekerjasama dengan seluruh anggota kelompok masing-masing (yang

tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pandai mengajari yang

lemah). Dan diharapkan Semua anggota kelompok bertanggungjawab atas

kelompoknya masing-masing. Langkah keempat adalah guru memberikan

lontaran-lontaran pertanyaan secara langsung. Langkah kelima adalah

memberikan pertanyaan dalam bentuk tektual. Selama kegiatan berlangsung

guru melakukan penilaian tentang aktifitas belajar siswa di kelas. Kemudian

guru bersama peserta didik membahas hasil diskusi, guru menjelaskan dan

siswa memahami sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk

kebutuhan manusia.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian penerapan metode tanya jawab dengan

pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA dalam menigkatkan prestasi

belajar siswa di MI Miftahul Huda Jabung Malang, maka dapat diajukan saran-

saran sebagai berikut:

1. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi beberapa pihak, antara

lain:

a. Kepala Lembaga Pendidikan/Kepala Sekolah

Alangkah baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan pedoman oleh

lembaga pendidikan untuk selalu meningkatkan motivasi dan prestasi

belajar siswa, sebab untuk mencapai prestasi belajar siswa secara

maksimal perlu adanya motivasi yang tinggi dari siswa itu sendiri.
b. Bagi Guru

Penerapan pendekatan kontekstual yang mengajarkan pragmatisme pada

setiap mata pelajaran dalam menigkatkan prestasi belajar siswa haruslah

diseimbangkan dengan pendekatan spritual dan moral mengajarkan

tentang absolutisme sehingga mereka berkembang menjadi manusia yang

tidak timbang..

c. Bagi Siswa

Agar siswa selalu antusias dalam KBM, lebih berani mengungkapkan

gagasannya, berkomunikasi dan berkerjasama dengan teman

kelompoknya, membiasakan aktif dalam segala permasalahan yang

ditemui dalam kehidupan sehari-hari, mengaktualisasikan materi yang

dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan pengaruh

pendekatan kontekstual terhadap cara berfikir anak mengingat gejala berfikir

pragmatis masih belum terlihat jelas pada siswa-siswi kelas IV MI Miftahul

Huda Jabung Malang.


DAFTAR RUJUKAN

Abu, Ahmadi. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arifin, Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta

Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press

Asep Sugiarto. Pembuktian Hasil Belajar Siswa Dalam Penggunaan Pendekatan


Konstektual Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,
(http://online.indiskripsi.com/diakses tanggal 15 Januari 2009)

Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar Jakarta:
Rieneka Cipta

Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

DEPAG RI. 1995. Al-Quran Dan TerjemahaNya. Semarang: PT. Karya Toha Putra

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta

Djumransjah. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing

Guru SD Bani Hasyim. 2007. Hiperaktif di SD Bani Hasyim terhadap Peningkatan


Prestasi Belajar. Malang: PTK Guru kelas

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem


(Jakarta: Bumi Aksara,)

Hasan Abdul Qohar, Mas’ud. 1983. Kamus Ilmu Popular. Jakarta:Bintang Pelajar

HB Mills dan Huberman, 1980. An Expanded Source Book: Qualitative Data


Analysis, Terjemahan, Califirnia: Sage Publication

Hendyat, Soetopo. 2005. Pendidikan Dan Pembelajaran. Malang: UMM Press


Jozua Sabandar. 2003. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika.
Bandung: Tidak dipublikasikan

Kamin, Zulfikri. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning),


(http://group.yahoo.com/group/pakguruonline), diakses tanggal 15 Januari
2009

Kasihani, dkk. 2003. Pembelajaran Berbasis CTL. Makalah Disampaikan pada


Sarasehan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) di Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang

Kusrini, Siti, dkk. 2006. Ketrampilan Dasar Mengajar. Malang: Fakultas Tarbiyah
UIN

M.Gagne, Robert. 1988. Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran. Surabaya:Usaha


Nasional

Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Mudyahardja, Redja. 2002. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Muhaimin, Abdul Ghofir dan Nur Ali. 1996 Strategi Belajar Mengajar
Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama.Surabaya: CV. Citra
Media

Muhaimin, Suti’ah dan Nur Ali. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Upaya
mengeefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung : PT Remaja
Rosda Karya

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung:PT Remaja Rosda karya

Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang:


UNM

Purwanto, Ngalaim. 1992. Prinsip-Prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: Remaja Rosdakarya

Ramayulius. 1990. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia


Robert C. Bogdan dan Biklen. 1982. Qualitative Researc for Education: An
Intriduction to Theory and Methods. Boston

Roestiyah, N.K. 1986. Didaktik Metodik. Jakarta: PT. Bina Aksara

S. Sadiman, Arief, dkk. 2003. Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan


Manfaatnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam implementasi KBK. Jakarta: Prenada


Media

Slameto. 1991. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta

Soedarsono, FX. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional

Soewardi Kartawidjaja, Eddy. 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar.


Bandung: Sinar Baru

Suherman, Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaaran Matematika. Bandung : JICA

Supriyadi Saputro. 1993. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Umum. Malang: IKIP

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta

Suyanto. 1996/1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).


Yogyakarta: IKIP Yogyakarta

Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Relajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda


Karya

Tengku Ramly, Amir. 2005. Menjadi Guru Idola. Bekasi: Pustaka Inti

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS.


Surabaya: Media Centre

Uzer Usman, M. 1993 Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Widodo. 2000. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut

Winarno, Surakhmad. 1982. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar. Bandung:


Tarsito
Wirawan. 2005. Quantum Teaching, Alternatif Pengajaran Untuk Peningkatan Mutu
Pembelajaran. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab . Jakarta: Raja Grafindo Persada
Lampiran 1

DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572533
Nomor : Un. 3.1/TL.00/296/2008 Malang, 28 februari 2009
Lampiran : 1 berkas
Perihal : Penelitian

Kepada
Yth. Kepala MI NU Miftahul Huda Jabung
di-
Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini kami mengharap dengan hormat agar mahasiswa di


bawah ini:
Nama : Sugeng Haryanto
NIM : 07140072
Semester/th. Ak : VIII/ 07
Judul Skipsi : Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode
Tanya Jawab Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Ipa Pada Siswa Kelas IV MI NU Miftahul Huda Di
Jabung Malang.
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/menyusun skipsinya, yang
bersangkutan mohon diberi izin/kesempatan untuk mengadakan penelitian di
lembaga/instansi yang menjadi wewenang Bapak/ Ibu.

Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/ Ibu disampaikan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Dekan

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony


NIP. 150 042 031
Lampiran 3

DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572533

BUKTI KONSULTASI

Nama : Sugeng Haryanto


NIM/Jurusan : 07140072 / Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dosen Pembimbing : Triyo Supriyatno, M. Ag
Judul Skripsi : Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode
Tanya Jawab Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPA
Pada Siswa Kelas IV MI NU Miftahul Huda Di Jabung
Malang.

No. Tanggal Hal yang Dikonsultasikan Tanda Tangan

1. 3 Februari 2009 Konsultasi Proposal


2. 11 Februari Revisi Proposal
2009
3. 20 Februari Konsultasi Bab II dan III
2009
4. 25 Februari Revisi Bab III
2009
5. 26 Maret 2009 Konsultasi Bab IV,
6. 27 Maret Revisi Bab IV
7 29Maret Konsultasi Bab I, II, III, IV, V, VI
8 31 Maret 2009 ACC Keseluruhan Skripsi

Malang, 31 Maret 2009

Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony


NIP. 150 042 031
Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA

A. Responden Guru

1. Bagaimana menurut Ibu tentang penerapan pendekatan kontekstual

melaului metode Tanya jawab ini?

2. Apakah ada pengaruh positif dengan diterapkannya pendekatan

kontekstual melalui metode Tanya jawab ini?

3. Apakah ada perbedaan antara penerapan metode yang saya teliti ini

dengan metode yang biasanya ibu terapkan?

4. Lebih kondusif mana menurut Ibu antara metode yang saya teliti ini

dengan metode yang biasanya ibu terapkan sebelumnya?

B. Responden siswa

1. Bagaimana perasaan kamu ketika Ibu Ira mengajar tadi?

2. Kamu lebih suka sekarang atau kemarin ketika mengikuti pelajarannya Ibu

Ira?

3. Kamu suka tidak ketika diberi pertanyaan waktu pelajaran?

4. Selama ini bagaimana cara Ibu Ira mengajar kalian?

5. Menurutmu pertanyaan yang diberikan Bu Ira tadi itu sulit engga’?


169

Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : SAINS


Materi Pokok : Sumber Daya Alam
Pertemuan / waktu : Pertama / 2 x 40 menit
Hari/Tanggal : Rabu, 18 Maret 2009
Metode : Ceramah dan tanya jawab

A. Standar kompetensi
Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan
teknologi dan masyarakat.

B. Kompetensi Dasar
11.1Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan

C. Indikator
 Menjelaskan pengertian sumber daya alam.
 Menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam.
 Menggolongkan benda menurut asalnya.
 Menjelaskan cara mengelola sumber daya alam.

D. Materi Essensial
Kelompok benda berdasarkan asalnya
 Benda yang berasal dari tumbuhan
 Benda yang berasal dari hewan
 Benda yang berasal dari bahan alam tidak hidup
170

E. Tujuan Pembelajaran
 Siswa dapat menyebutkan pegertian sumber daya alam.
 Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam.
 Siswa dapat menggolongkan benda menurut asalnya.
 Siswa dapat menyebutkan cara-cara mengelola sumber daya alam.

F. Media Belajar
 Buku SAINS SD Haryanto Erlangga Kelas IV
 Peta Konsep Sumber Daya Alam

G. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa


1. Pendahuluan
a. Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang (5 menit)
diharapkan
2. Kegiatan Inti
a. Guru menunjukkan peta konsep tentang sumber daya (60 menit)
alam dan siswa diminta untuk mengembangkannya
melalui diskusi kelompok.
b. Membahas hasil diskusi, guru menjelaskan dan siswa
memahami sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
untuk kebutuhan manusia meliputi tumbuhan, hewan
dan bahan alam tidak hidup.

3. Penutup
a. Memberikan kesimpulan tentang SDA (15 menit)
b. Memberi PR

H. Penilaian
1. Penilaian Proses
 Prosedur : Pengamatan selama proses pembelajaran
171

 Jenis : Perbuatan
 Bentuk : Aktifitas
 Alat Penilaian : Lembar Pengamatan
2. Penilaian Hasil
 Prosedur : Test tulis pada akhir pembelajaran
 Jenis : Test tertulis
 Bentuk : Sumatif
 Alat Penilaian : Soal evaluasi & Kunci jawaban

Guru Mata Pelajaran

( )
172

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : SAINS


Materi Pokok : Sumber Daya Alam
Pertemuan / waktu : Kedua / 3 x 30 menit
Hari/Tanggal : Jum’at, 20 Maret 2009
Metode : Ceramah dan pendekatan kontekstual melalui metode
tanya jawab.

A. Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan
teknologi dan masyarakat.

B. Kompetensi Dasar
11.1Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan

C. Indikator
 Memberi contoh berbagai jenis sumber daya alam di Indonesia.
 Menggolongkan benda menurut asalnya.

D. Materi Essensial
Kelompok benda berdasarkan asalnya
 Benda yang berasal dari tumbuhan
 Benda yang berasal dari hewan
 Benda yang berasal dari bahan alam tidak hidup

E. Tujuan Pembelajaran
 Siswa dapat menyebutkan pegertian sumber daya alam.
 Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis sumber daya alam.
 Siswa dapat menggolongkan benda menurut asalnya.
 Siswa dapat menyebutkan cara-cara mengelola sumber daya alam.
173

F. Media Belajar
 Buku SAINS SD Haryanto Erlangga Kelas IV

G. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa

1. Pendahuluan
(5 menit)
a. Mengingat materi pertemuan sebelumnya
b. Membahas pekerjaan rumah

2. Kegiatan Inti
(70 menit)
a. Membahas pekerjaan rumah
b. Guru menjelaskan dan siswa memahami sumber daya
alam yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia
meliputi tumbuhan, hewan dan bahan alam tidak hidup.
c. Mengelompokkan benda yang berasal dari tumbuhan
1) Bahan pangan (nasi, roti, terigu, kecap, tahu, tempe
dan oncom)
2) Bahan sandang (pakaian, kasur, bantal, guling)
3) Peralatan rumah tangga (kusen, pintu, meja, kursi,
lemari, pensil)
4) Produk kesehatan dan perawatan tubuh (jamu,
sampo, sabun)
d. Mengelompokkan benda yang berasal dari hewan
1) Bahan pangan (daging, telur, susu)
2) Bahan sandang (kain sutera, wol, jaket, sepatu, tas)
3) Produk kesehatan (susu kuda liar, daging biawak)
e. Mengelompokkan benda yang berasal dari bahan alam
tidak hidup
1) Bahan bangunan (batu bata, pasir, semen, genteng,
kayu, besi)
2) Peralatan rumah tangga (kantong plastik, ember,
174

baskom, kabel listrik, gas, bensin, batu bara).

3. Penutup
a. Memberikan kesimpulan benda yang berasal dari (15 menit)
tumbuhan, hewan dan bahan alam yang tidak hidup
dapat memenuhi kebutuhan manusia
b. Memberi Pekerjaan Rumah (PR)

H. Penilaian
1. Penilaian Proses
 Prosedur : Pengamatan selama proses pembelajaran
 Jenis : Perbuatan
 Bentuk : Aktifitas
 Alat Penilaian : Lembar Pengamatan
2. Penilaian Hasil
 Prosedur : Test tulis pada akhir pembelajaran
 Jenis : Test tertulis
 Bentuk : Sumatif
 Alat Penilaian : Soal evaluasi & kunci jawaban

Guru Mata Pelajaran

( )
175

Lampiran 6

SOAL ULANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!

1. Jelaskan apa yang dimaksud sumber daya alam dan ada

berapakah sumber daya alam, sebutkan! (Poin 15)

2. Sebutkan 5 jenis sumber daya alam yang berasal dari tumbuhan!

(Poin 10)

3. Sebutkan 5 jenis sumber daya alam yang berasal dari hewan! (Poin

10)

4. Sebutkan 5 jenis sumber daya alam yang berasal dari bahan alam

tidak hidup! (Poin 10)

5. Kertas bersal dari…….. ………….termasuk sumber daya alam yang

berasal dari……………… (Poin 5)

6. Madu berasal dari ……………….termasuk sumber daya alam yang

berasal dari ……………… (Poin 5)

7. Mengkudu (pace) merupakan sumber daya alam yang berasal

dari..................dan dapat dibuat........................ (Poin 5)

8. Jelaskan bagaimana proses pembuatan nasi! (Poin 15)

9. Jelaskan bagaimana proses pembuatan batu-bata! (Poin 15)

10. Sebutkan apa saja sumber daya alam yang ada disekitar rumah

kamu! (Poin 10)


176

Lampiran. 7
INSTRUMEN PENILAIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Mata Pelajaran : IPA
Kelas : IVa (empat)
Pertemuan Ke : I
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ket

1 Agus Firman Maulana 70 70 70 70 70 60 70 70


2 Aldheanti Nirmala Putri 70 70 70 70 70 65 70 70
3 Anis Silviyah 55 60 50 60 65 60 70 50
4 Atia rohmania 60 45 55 60 60 50 70 45
5 Auliyaurrosyida 70 40 70 70 60 50 70 70
6 Badi'atus Sholikha 60 45 60 60 60 55 70 70
7 Candra Dwi 70 70 55 55 60 60 70 50
8 Dina Mardiana 70 70 70 70 70 65 70 70
9 Dwi Rizal 70 50 70 50 55 60 70 70
10 Fandi Ahmad 70 70 70 50 65 60 70 70
11 Farah Ari Jafasa 70 70 70 70 70 65 70 70
12 Fitrotul Maulida 70 70 70 55 60 65 70 70
13 Isnaini Hidayatus 70 70 70 70 65 55 70 70
14 Khoirun Nisa' 70 70 70 70 60 60 70 70
15 Luluk Farida 70 70 70 65 60 60 70 70
16 Lyan Fatmawati 70 65 70 65 60 60 70 55
17 Laylatul maghfiroh 65 65 65 50 50 50 70 50
18 M. Imam Aziz 70 70 70 50 60 60 70 70
19 M. Irfan Muzaki 70 70 70 70 70 65 70 70
177

20 M. Khoirul Muhlisin 70 70 70 70 65 50 70 70
21 M. Wildan Adnan 70 70 70 60 70 60 70 70
22 Mizanul Khoirul Wildani 70 70 70 70 70 65 70 70
23 M. Fathur Rizqullah 70 70 70 70 70 65 70 60
24 Nailul Husna 70 40 70 55 55 60 70 70
25 Najatul Hilyati 70 45 70 65 70 55 70 70
26 Nindy Irna Maulia 70 70 70 70 70 65 70 70
27 Novendra Silvi 50 60 55 60 60 60 70 65
28 Sofyan Andi Wibowo 70 70 70 70 70 65 70 70
29 Wardatul Husna 50 55 60 55 65 60 70 60
30 Yunan Candra 70 70 70 70 70 65 70 70
31 Zuni Rosyida 70 50 70 50 55 55 70 60
32 Zulia Ulfa 70 50 70 50 60 65 70 60

KETERANGAN:

1. Keaktifan invidu 6. Memiliki indikator materi pembelajaran


2. Keaktifan secara kelompok 7. Mampu memperaktikkan indikator materi
3. Ulangan harian 8. Siswa memperhatikan guru disaat menjelaskan materi
4. Ketangkasan menjawab pertanyaan pembelajaran.
5. Ketepatan waktu mengerjakan tugas 9. Siswa tanggap terhadap intruksi dan rencana
pembelajaran
178

INSTRUMEN PENILAIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Mata Pelajaran : IPA
Kelas : IVa (empat)
Pertemuan Ke : II
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ket

1 Agus Firman Maulana 70 95 70 70 70 65 70 70


2 Aldheanti Nirmala Putri 70 95 70 70 70 70 70 70
3 Anis Silviyah 70 90 55 65 70 65 70 60
4 Atia rohmania 70 85 60 65 65 60 70 55
5 Auliyaurrosyida 70 85 70 70 60 65 70 70
6 Badi'atus Sholikha 70 100 70 60 70 70 70 70
7 Candra Dwi 70 70 65 60 70 60 70 55
8 Dina Mardiana 70 80 70 70 70 65 70 70
9 Dwi Rizal 70 100 70 65 70 70 70 70
10 Fandi Ahmad 70 85 70 65 70 65 70 70
11 Farah Ari Jafasa 70 85 70 70 70 65 70 70
12 Fitrotul Maulida 70 90 70 70 65 70 70 70
13 Isnaini Hidayatus 70 70 70 70 65 65 70 70
14 Khoirun Nisa' 70 90 70 70 65 65 70 70
15 Luluk Farida 70 100 70 70 70 70 70 70
16 Lyan Fatmawati 70 95 70 70 70 70 70 60
17 Laylatul maghfiroh 70 100 70 65 70 70 70 50
18 M. Imam Aziz 70 95 70 55 65 70 70 70
19 M. Irfan Muzaki 70 70 70 70 70 65 70 70
20 M. Khoirul Muhlisin 70 - 70 70 65 55 70 70
21 M. Wildan Adnan 70 95 70 60 70 65 70 70
179

22 Mizanul Khoirul Wildani 70 - 70 70 70 65 70 70


23 M. Fathur Rizqullah 70 60 70 70 65 65 70 60
24 Nailul Husna 70 80 70 60 65 70 70 70
25 Najatul Hilyati 70 80 70 70 70 65 70 70
26 Nindy Irna Maulia 70 - 70 70 70 65 70 70
27 Novendra Silvi 70 95 60 70 70 70 70 65
28 Sofyan Andi Wibowo 70 90 70 70 70 70 70 70
29 Wardatul Husna 70 95 60 65 70 65 70 65
30 Yunan Candra 70 85 70 70 70 65 70 70
31 Zuni Rosyida 70 75 70 60 65 65 70 65
32 Zulia Ulfa 70 75 70 60 65 65 70 65

KETERANGAN:
1. Keaktifan invidu 6. Memiliki indikator materi pembelajaran
2. Keaktifan secara kelompok 7. Mampu memperaktikkan indikator materi
3. Ulangan harian 8. Siswa memperhatikan guru disaat menjelaskan materi
4. Ketangkasan menjawab pertanyaan pembelajaran.
5. Ketepatan waktu mengerjakan tugas 9. Siswa tanggap terhadap intruksi dan rencana
pembelajaran
180

Lampiran. 8

(MI NU Miftahul Huda Tampak dari depan)

(Ruang Kepala Madrasah dan Ruang Guru )

(Ruang Perpustakaan) (Halaman Sekolah MI NU Miftada)


181

(Gudang) (Kamar Mandi Siswa)

(Suasana Kelas ketika Kegiatan Belajar Mengajar Berlangsung)

(Suasana Kelas Ketika Peneliti Melakukan Pengamatan)


182

(Suasana Kelas Ketika Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Tanya


Jawab Dan Peneliti Sedang Melakukan Pengamatan dan Pengukuran )
183

BIODATA PENULIS

Nama : Sugeng Haryanto, A.Ma.


NIM : 07140072
Tempat Tanggal Lahir : Probolinggo, 14 Februari 1987
Fak./Jur./Prog. Studi : Tarbiyah, PGMI, Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
Tahun Masuk : 2005-2006
Alamat Rumah : Jln. Prof. Dr. Hamka RT/RW 02/02 Dsn. Karang
Sambi Kareng Lor Kec Kedopok Kota
Probolinggo.
No. Tlp Rumah/Hp : 085646555642

Anda mungkin juga menyukai