Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN DIARE DI RUANG

ASTER RSD. DR. SOEBANDI

Oleh :

Mohamad Rizal Fahmi (14.401.19.039)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PRODI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah yang maha esa, berkat rahmat-Nya lah
saya telah berhasil menyusun makalah yang berjudul “LAPORAN PENDAHULUAN ANAK
DENGAN DIARE DI RUANG ASTER RSD. DR. SOEBANDI” ini. Namun tentunya saya
juga berterimakasih pada dosen pembimbing mata kuliah keperawatan anak yaitu Ibu Ns.
Roshinta S. A., M.Kep yang telah memperluas wawasan saya di bidang keperawatan anak
sehingga makalah inipun dapat saya selesaikan.

Saya menyadari bahwasanya makalah ini tidak lepas dari berbagai kesalahan baik itu
kesalahan pengetikan, materi, dan lain sebagainya. Oleh karenanya saya dengan senang hati
menerima kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan kemampuan saya dalam
mengetik makalah.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1. Latar Belakang................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
3. Tujuan Umum.................................................................................................................3
4. Tujuan Khusus................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
2.1 Definisi........................................................................................................................4
2.2 Etiologi........................................................................................................................4
2.3 Klasifikasi....................................................................................................................7
2.4 Manifestasi Klinis........................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
1. Simpulan.......................................................................................................................19
2. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan konsistensi


tinja (menjadi cair) disertai peningkatan frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (>3 kali/ hari) disertai perubahan, dengan atau tanpa darah dan
atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan
diare kronik ( Suraatmaja, 2007 ).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF tahun
2012, di seluruh dunia terdapat kurang lebih dua miliar kasus penyakit
diare setiap tahunnya. 1,9 juta penderitanya adalah anak – anak yang
berusia kurang dari 5 tahun, jika tidak ditangani bisa berujung pada
kematian, utamanya di negara berkembang. Jumlah ini 18% dari semua
kematian anak di bawah usia lima tahun dan berarti bahwa lebih dari 5000
anak-anak mati setiap hari sebagai akibat dari penyakit diare (WGO, 2012)
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah
kasus diare yang ditemukan di Indonesia sekitar 246.835 penderita dengan
jumlah kematian 1.289, sebagian besar (70-80%) terjadi pada anak-anak
dengan usia dibawah lima tahun. Penemuan kasus diare di Jawa Tengah
ada sekitar 25,22 % per 1000 penduduk (Profil kesehatan Indonesia, 2010)
Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) dalam profil kesehatan,
(2012), menunjukkan bahwa penyakit diare merupakan penyebab
kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%),
sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian
yang ke empat (13,2%).
Menurut Schwartz (2005) salah satu penyebab penyakit diare
adalah infeksi, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, parasit dan virus.
Bakteri dapat masuk ketubuh manusia melalui mulut (orofekal) dengan
sarana alat alat seperti botol susu, dot, termometer ataupun melalui alat

1
makan yang tercemar feses. Orang tua yang sibuk sering memberikan
minuman ataupun susu kepada bayi dengan menggunakan botol susu
karena dianggap mudah dan praktis.
Botol susu merupakan sarana tempat berkembang biaknya kuman
maupun bakteri karena botol susu sulit dibersihkan. Pengetahuan
merupakan fakor penting dalam pencegahan penyakit. Semakin tinggi
pengetahuan ibu akan semakin tinggi kemampuan dalam melakukan
peranan ibu dalam tindakan pencegahan penyakit, khususnya adalah
pencegahan penyakit diare. Perilaku ibu dalam penggunaan botol yang
tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan
terbuka, sering menyebabkan infeksi karena botol dapat tercemar oleh
kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita beresiko
mengalami diare apabila perilaku perawatan botol susu yang dilakukan ibu
kurang tepat.
Puskesmas Gatak merupakan salah satu instansi pelayanan
kesehatan di kabupaten Sukoharjo yang memiliki angka kejadian diare
pada batita yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari
puskesmas Gatak dari bulan Januari sampai Desember sebanyak 518 batita
penderita penyakit diare pada tahun 2013 tercatat 3296 batita. Angka
tersebut termasuk angka kesakitan yang tinggi jika dibandingkan dengan
puskesmas Kartasura yang memiliki angka kesakitan diare 453 batita yang
menderita diare dari 8324 batita pada tahun 2013.
(Dinas Kesehatan Sukoharjo, 2013)
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan dengan cara
wawancara kepada ibu-ibu yang memiliki balita hanya ada 5 dari 14 ibu
mengatakan mencuci botol susu dengan sabun, kemudian botol direbus
dalam waktu kurang lebih 10 menit, setelah direbus disimpan di tempat
tertutup jika tidak digunakan, dari 5 ibu yang diwawancarai ada 1 anak
yang pernah mengalami diare, 8-9 ibu melakukan perawatan botol hanya
dengan mencuci botol susu mereka menggunakan sabun, tidak disikat,

2
tidak dilakukan perebusan setiap akan digunakan. Kemudian jika tidak
dipakai hanya digeletakan di rak piring dan tidak dimasukan ke tempat
khusus yang tertutup, sehingga mermungkinkan kuman ataupun bakteri
kembali menempel pada botol tersebut yang mengakibatkan terjadinya
diare. Dari 9 ibu yang diwawancarai ada 6 anak yang pernah mengalami
diare.
2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep penyakit peritonitis ?


2. Bagaimana asuhan keperawatan klien peritonitis ?
3. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami terkait konsep penyakit dan konsep asuhan


keperawatan pada klien dengan diare.
4. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui konsep penyakit peritonitis


2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien peritonitis

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Diare adalah buang air besar tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya.

Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja dalam satu hari (24 jam).
Dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering. Apabila buang air besar
sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare, begitu juga apabila
buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka
itu bukan diare.

Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa


lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit.

2.2 Etiologi

A. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi terjadi dalam saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :
 Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella compylobacter,
Yersinia, Aeromonas.
 Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus. Rotavirus merupakan
penyebab utama diare akut pada anak.
 Infestasi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur
2) Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar pencernaan, seperti
Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, dan
Ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.

4
B. Faktor Susunan Makanan
Faktor susunan makanan terhadap terjadinya diare tampak sebagai
kemampuan usus untuk menghadapi kendala yang berupa:
1) Antigen
Susunan makanan mengandung protein yang tidak homolog, sehingga
dapat berlaku sebagai antigen.
2) Osmolaritas
Susunan makanan baik berupa formula susu maupun makanan padat yang
memberikan osmolaritas yang tinggi sehingga dapat menimbulkan diare.
3) Malabsorpsi
Kandungan nutrien makanan yang berupa karbohidrat, lemak maupun
protein dapat menimbulkan intoleransi, malabsorpsi maupun alergi
sehingga terjadi diare pada anak maupun bayi.
4) Mekanik
Kandungan serat yang berlebihan dalam susunan makanan secara mekanik
dapat merusak fungsi mukosa usus sehingga timbul diare.
C. Faktor Lingkungan
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare di antaranya faktor
lingkungan, faktor balita, faktor ibu dan faktor sosiodemografis. Faktor
lingkungan berupa sarana air bersih (SAB), jamban, saluran pembuangan air
limbah (SPAL), keadaan rumah, tempat pembuangan sampah, kualitas
bakteriologis air dan kepadatan tempat tinggal.
D. Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat
Sosial ekonomi merupakan pengaruh langsung terhadap faktor- faktor
penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari
keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak
mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, oleh
karena itu faktor edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan dalam
pencegahan dan penanggulangan diare. Penelitian oleh Lamberti (2011)
menemukan bahwa faktor demografi yang salah satunya adalah tingkat sosial
ekonomi mempengaruhi terjadinya diare:
1) Pendidikan
Faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap kemampuan untuk
melanjutkan pendidikan yang akhirnya dapat berpengaruh juga terhadap

5
pengetahuan individu. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba di mana
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh tingkat
pendidikannya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kemampuan
untuk menyerap dan menganalisis informasi yang diterima juga semakin
tinggi. Pendidikan dalam prosesnya mempunyai tingkatan-tingkatan
tertentu yang menjadi simbol tentang level seorang individu telah
menguasai atau menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu. UU RI No. 20
Tahun 2003 pasal 14 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa
jenjang atau tingkatan pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
menengah, dan tinggi. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar
yang diperlukan peserta didik serta mempersiapkannya untuk mengikuti
pendidikan yang lebih tinggi, meliputi jenjang SD dan SMP. Pendidikan
menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta didik untuk
megikuti jenjang selanjutnya yang bertujuan untuk mewujudkan
profesionalitas dalam bidang tertentu meliputi Diploma maupun Perguruan
Tinggi.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau
pencaharian oleh individu guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya,
pekerjaan umumnya berkaita dengan tingkat pendidikan dan pendapatan.
Ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain,
sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar penyakit.
3) Perilaku
Faktor prilaku orang tua khususnya ibu yang merupakan penyebab
langsung maupun tidak langsung sakit diare pada anaknya yaitu tidak
menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/
makan, setelah buang air besar (BAB) dan setelah membersihkan BAB
anaknya.

6
2.3 Klasifikasi

Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare persisten dan
diare kronik. Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu dapat dikelompokkan
menjadi :

A. Diare Akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare akut berlangsung
kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi
penyakit diare dapat dibedakan dala empat kategori, yaitu:
1) Diare tanpa dehidrasi
2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yan hilang 2-5% dari berat
badan
3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8%
dari berat badan
4) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%
dari berat badan.
B. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
C. Diare Kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbull, atau berlangsung lama dengan
penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau
gangguan metabolism yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.
Diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan
berlangsung 2 minggu lebih.

7
2.4 Manifestasi Klinis

Menurut staf pengajar IKA FKUI (2000: 285), manifestasi klinik diare adalah
sebagai berikut:

 Anak cengeng dan gelisah


 Suhu tubuh meningkat
 Tinja cair, warna kehijau-hijauan, disertai lendir atau darah
 Anus dan daerah sekitarnya lecet
 Muntah
 Berat badan menurun
 Dehidrasi

Tabel 1. Penentuan Derajat Dehidrasi


No Tanda dan Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi Berat
Gejala Ringan Sedang
1 Keadaan Sadar, Gelisah, Mengantuk, lemas,
umum gelisah, haus Mengantuk anggota gerak dingin,
berkeringat, kebiruan,
mungkin koma, tidak
sadar.

2 Denyut nadi Normal Cepat dan Cepat, haus, kadang-


kurang dari lemah 120- kadang tak teraba,
120/menit 140/menit kurang dari 140/menit.

3 Pernapasan Normal Dalam, Dalam dan cepat


Mungkin
Cepat
4 Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
besar
5 Kelopak Normal Cekung Sangat cekung
mata
6 Air mata Ada Tidak ada Sangat kering

Sumber : Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan(5)

8
Lanjutan Tabel 2. Penentuan Derajat Dehidrasi
No Tanda dan Dehidrasi Ringan Dehidrasi Dehidrasi
Gejala Sedang Berat

7 Selaput Lembab Kering Sangat


lender kering

8 Elastisitas Pada pencubitan Sangat


kulit kulit secara elastis Lambat lambat (lebih
kembali secara dari 2 detik
normal
9 Air seni
warnanya Normal Berkurang Tidak
tua kencing

9
WOC DIARE

Infeksi Malabsorbsi KH, Makanan Psikologis


 Enteral Protein, lemak basi, alergi takut, cemas
 Parenteral
Makanan tdk diserap
Aktivitas tonus me 
ggn pada villi usus
Tek. osmotik cairan
usus meningkat
Absorbsi aktif Na dari lumen usus
me sekresi aktif NaCl & air dari
mukosa ke lumen usus me 
Volume usus meningkat hiperperistaltik

MK : Ggn. Pola tidur


Diare

Kehilangan
cairan dan
elektrolit
di vaskuler MK :
-Defisit volume cairan Pengeluaran Na+ me  Iritasi Anus
-Resiko syok hipo
volemik Na HCO3 plasma me
MK :
Kulit di Sal cerna terakumulasi Metabolisme anaerob Ggn. Rasa nyaman
perianal toksin
Ggn. Integritas kulit
Lama kontak Terjadi anoreksia, Asam laktat 
dg cairan mual, muntah
dan bakteri
MK: Asidosis
Kulit Lembab Ggn Pemenuhan nutrisi
Ggn Tumbang
Pertumbuhan Asam lambung 
bakteri
meningkat infeksi otak
MK : Ggn. nutrisi
Suhu tubuh tinggi Nafsu makan me 
Iritasi kulit Kecemasan ortu
Kejang
MK:
Resiko kerusakan MK: 10
integritas kulit Resiko cedera
2.5 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Rusepno (2005: 286), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien diare adalah:

A. Pemeriksaan tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet cilinictest bila
terdapat toleransi glukosa.

3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi

B. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH dan


cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah
menurut ASTRUP (bila memungkinkan)

C. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

D. Pemeriksaan elektronik terutama kadar natrium, kalium dan fosfat dalam serum
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

E. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuatitatif, terutama pada penderita diare kronik.

2.6 Komplikasi

 Gangguan Keseimbangan Elektrolit (Hipokalemia, Hipernatremia, dsb)

 Gangguan Sirkulasi : Syok Hipovolemia


 Dehidrasi
 Gx Asam Basa: Asidosis Metabolik
 Hipoglikemia
 Hipertermi
 Gangguan nutrisi-tumbuh kembang

2.7 Tatalaksana

WHO merekomendasikan lima tatalaksana utamadiare yang disebut lintas


penatalaksanaan diare (rehidrasi, suplement zinc, nutrisi, antibiotik selektif, dan
edukasi orangtua/pengasuh. Rehidrasi yang adekuat

11
A. Oral Rehydration Therapy (ORT)

Pemberian cairan pada kondisi tanpa dehidrasi adalah pemberian larutan oralit
dengan osmolaritas rendah. Oralit untuk pasien diare tanpa dehidrasi
diberikan sebanyak 10 ml/kgbb tiap BAB rehidrasi pada pasien diare akut
dengan dehidrasi ringan-sedang dapat diberikan sesuai dengan berat badan
penderita. Volume oralit yang disarankan adalah sebanyak 75 ml/KgBB.
Buang Air Besar (BAB) berikutnya diberikan oralit sebanyak 10 ml/KgBB.
Pada bayi yang masih mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI), ASI dapat
diberikan.7-9

B. Parenteral

Selanjutnya kasus diare dengan dehidrasi berat dengan atau tanpa tanda-tanda
syok, diperlukan rehidrasii tambahan dengan cairan parenteral. Bayii dengan
usia <12 bulan diberikan ringer laktat (RL) sebanyak 30 ml/KgBB selama
satu jam, dapat diulang bila denyut nadi masih terasa lemah. Apabila denyut
nadi teraba adekuat, maka ringer laktat dilanjutkan sebanyak 70 ml/KgBB
dalam lima jam. Anak berusia >1 tahun dengan dehidrasi berat, dapat
diberikan ringer laktat (RL) sebanyak 30 ml/KgBB selama setengah sampai
satu jam. Jika nadii teraba lemah maupun tidak teraba, langkah pertama dapat
diulang. Apabila nadi sudah kembali kuat, dapat dilanjutkan dengan
memberikan ringer laktat (RL) sebanyak 70 ml/KgBB selama dua setengah
hingga tiga jam. Penilaian dilakukan tiap satu hingga dua jam. Apanbila status
rehidrasii belum dapat dicapai, jumlah cairan intravena dapat ditingkatkan.
Oralit diberikan sebanyak 5 ml/KgBB/jam jika pasien sudah dapat
mengkonsumsi langsung. Bayi dilakukan evaluasi pada enam jam berikutnya,
sementara usia anak-anak dapat dievaluasii tiga jam berikutnya.7,9

C. Suplement Zinc

Suplement zinc digunakan untuk mengurangii durasi diare, menurunkan


risiko keparahan penyakit, dan mengurangii episode diare.10 Pengunaan
mikronutrien untuk penatalaksanaan diare akut didasarkan pada efek yang
diharapkan terjadi pada fungsi imun, struktur, dan fungsi saluran cerna
utamanya dalam proses perbaikan epitel sel seluran cerna. Secara ilmiah zinc

12
terbukti dapat menurunkan jumlah buang air besar (BAB) dan volume tinja
dan mengurangi risiko dehidrasi. Zinc berperan penting dalam pertumbuhan
jumlah sel dan imunitas. Pemberian zinc selama 10-14 hari dapat mengurangi
durasi dan keparahan diare. Selain itu, zinc dapat mencegah terjadinya diare
kembali. Meskipun diare telah sembuh, zinc tetap dapat diberikan dengan
dosis 10 mg/hari (usia < 6 bulan) dan 20 mg /hari (usia > 6 bulan).6,11

D. Nutrisi adekuat Pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan yang sama saat
anak sehat diberikan guna mencegah penurunan berat badan dan digunakan
untuk menggantikan nutrisi yang hilang. Apabila terdapat perbaikan nafsu
makan, dapat dikatakan bahwa anak sedang dalam fase kesembuhan. Pasien
tidak perlu untuk puasa, makanan dapat diberikan sedikit demi sedikit namun
jumlah pemerian lebih sering (>6 kali/hari) dan rendah serat. Makanan sesuai
gizi seimbang dan atau ASI dapat diberikan sesegera mungkin apabila pasien
sudah mengalami perbaikan. Pemberian nutrisi ini dapat mencegah terjadinya
gangguan gizii, menstimulasii perbaikan usus, dan mengurangii derajat
penyakit.

E. Antibiotik selektif Pemberian antibiotik dilakukan terhadap kondisikondisi


seperti:

1) Patogen sumber merupakan kelompok bakteria

2) Diare berlangsung sangat lama (>10 hari) dengan kecurigaan


Enteropathogenic E coli sebagai penyebab.

3) Apabila patogen dicurigai adalah Enteroinvasive E coli.

4) Agen penyebab adalah Yersinia ditambah penderita memiliki tambahan


diagnosis berupa penyakit sickle cell.

5) Infeksii Salmonella pada anak usia yang sangat muda, terjadi peningkatan
temperatur tubuh (>37,5 C) atau ditemukan kultur darah positif bakteri.

F. Edukasi Orang Tua

Orangtua diharpkan dapat memeriksakan anak dengan diare puskesmas atau


dokter keluarga bila didapatkan gejala seperti: demam, tinja berdarah, makan

13
dan atau minum sedikit, terlihat sangat kehausa, intensitas dan frekuensi diare
semakin sering, dan atau belum terjadi perbaikan dalam tiga hari. Orang tua
maupun pengasuh diberikan informasi mengenai cara menyiapkan oralit
disertai langkah promosi dan preventif yang sesuai dengan lintas diare.
Pemberian obat-obatan seperti antiemetik, antimotilitas, dan antidiare kurang
bermanfaat dan kemungkinan dapat menyebabkan komplikasi. Bayi dengan
usia kurang dari tiga bulan, tidak dianjurkan untuk menerima obat jenis
antispasmolitik maupun antisekretorik. Obat pengeras feses juga dikatakan
tidak bermanfaat sehingga obat-obatan tersebut juga tidak perlu diberikan.
Efek samping berupa sedasi atau anoreksia dapat menurunkan presentasi
keberhasilan terapi rehidrasi oral.8,9 Penanganan diare nerikutnya adalah
dengan pemberian probiotik dan prebiotik. Probiotik adalah organisme hidup
dengan dosis yang efektif untuk menangani diare akut pada anak. Probiotik
yang dapat digunakan dalam penanganan diare oleh Rotavirus pada anak-anak
adalah Lactobacillus GG, Sacharomyces boulardii, dan Lactobacillus reuterii.
Probiotik memberikan manfaat untuk mengurangi durasi diare. Probiotik
efektif untuk mengurangi durasi diare oleh virus namun kurang efektif untuk
mengurangii durasii diare yang disebabkan oleh bakteria (Guandalini).
Mekanisme probiotik sebagai tata laksana penangann diare adalah melaluii
produksi substansi antimicrobial, modifikasii dan toksin, mencegah
penempelan patogen pada saluran cerna, dan menstimulasi sistem imun.

14
1. Pengkajian

a. Anamnesis:
pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir,
asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB
< 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/
sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari
maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14
hari atau lebih adalah diare persisten.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya pasien mengalami:
 Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare.
 Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
 Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.
 Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
 Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.

15
 Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine
normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan
atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat) (Nursalam,
2008).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih sering terjadi
pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4
minggu terakhir, sebagai akibat dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien.
Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya
seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
b) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik), makan
makanan basi, karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab
diare.
c) Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan botol
susu, tidak mencuci tangan setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan
saat menjamah makanan.
d) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelumnya,
selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan
gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, faringitis,
bronkopneumonia, dan ensefalitis (Nursalam, 2008).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya anggota keluarga yang menderita diare


sebelumnya, yang dapat menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan
yang tidak dijamin kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga
melakukan perjalanan ke daerah tropis (Nursalam, 2008; Wong, 2008).
5) Riwayat Nutrisi Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare,
meliputii:
a) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko
diare dan infeksi yang serius.
b) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah
menimbulkan pencemaran.

16
c) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum
biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum
banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa
minum (Nursalam, 2008).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
a) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
b. Berat badan Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami
diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya
biasanya cekung
b) Mata Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung
(cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat
cekung.
c) Hidung Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis,
tidak ada pernapasan cuping hidung.
d) Telinga Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan
pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
(1) Jantung
(a) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat
(b) Auskultasi Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare dehidrasi
ringan atau sedang denyut jantung pasien normal hingga meningkat, diare dengan
dehidrasi berat biasanya pasien mengalami takikardi dan bradikardi. (

17
2) Paru-paru
(a) Inspeksi Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi ringan
pernapasan normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi berat pernapasannya
dalam.
h) Abdomen
(1) Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
(2) Palpasi Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien diare
dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.
(3) Auskultasi Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat
i) Ektremitas Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral
teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik, akral
dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba dingin,
sianosis.
j) Genitalia Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare menurut NANDA
Internasional (2015), adalah sebagai berikut:

a. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi, iritasi,


malabsorbsi.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan


mekanisme regulasi.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor


biologis, faktor psikologis, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB, perubahan status
cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor, penurunan imunologis.

e. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan diare, intoleransi makanan,


malnutrisi.

18
f. Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.

g. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme, penyakit.

h. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (sering BAB).

i. Ganguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit, kurang kontrol situasi.
j. Anisetas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala terkait penyakit.

k. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kurang sumber


pengetahuan.

BAB III

PENUTUP

1. Simpulan

Diare merupakan hal yang kerap dialami oleh anak, maka dari itu
penyakit ini kerap disepelekan. Padahal diare beresiko menyebabkan dehidrasi
yang memiliki angka mortalitas tinggi pada anak

2. Saran

Selalu terapkan PHBS untuk meminimalisir resiko terkena diare, dan


ingat lintas diare sebagai tatalaksana pada pasien dengan diare

19
DAFTAR PUSTAKA

Amin. (2015). Tatalaksana diare akut. Continu Medical Education, 42 (7).


Maryunani, A. (2010). Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: CV. Trans
Info
Maulana HDJ. (2009). Promosi kesehatan. Jakarta: EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai