Anda di halaman 1dari 5

107

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan

pada asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. S umur 34 tahun GIIPIA0 hamil 41

minggu dengan Serotinus di RSUD Kota Semarang, maka penulis mampu

mengambil kesimpulan.

Asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. S umur 34 tahun GIIPIA0 hamil

41 minggu dengan Serotinus dapat diterapkan melalui pendekatan manajemen

kebidanan menurut tujuh langkah Varney dengan baik sebagai berikut:

1. Pengkajian dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data

melalui wawancara dan observasi partisipatif. Data subyektif khususnya

pada keluhan utama yaitu Ny. S GIIP0 A0 hamil 41 minggu dengan

serotinus. Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik

yaitu menurut teori usia kehamilan 41 minggu belum termasuk serotinus,

sedangkan di lahan praktek usia kehamilan 41 minggu sudah termasuk

serotinus. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hanya dilakukan

pemeriksaan laboratorium saja, tidak ada pemeriksaan USG. Tujuan

dilakukan pemeriksaan USG yaitu untuk memastikan janinnya nanti lahir

dengan serotinus atau tidak, ciri dari bayi serotinus adalah bayi tampak

tua, kuku panjang, lemak kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput

terutama ditelapak tangan dan kaki, verniks kaseosa telah hilang,

107
108

pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat. Walaupun

kehamilannya belum serotinus tapi tetap harus ada pemeriksaan USG.

Tindakan ini untuk memastikan kesejahteraan janinnya.

2. Interpretasi data dari hasil pengkajian diperoleh diagnosa kebidanan Ny.S

GII PI A0, umur 34 tahun, hamil 41 minggu, janin tunggal hidup intra

uteri, letak membujur, presentasi kepala puka, divergen dengan serotinus.

dengan masalah ibu merasa khawatir dengan kehamilannya karena

kehamilannya sudah lewat bulan tetapi belum juga ada tanda-tanda untuk

melahirkan. Serta kebutuhannya yaitu induksi oksitoksin 5 UI. Pada

langkah ini penulis ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan

praktek yaitu menurut teori dipemeriksaan diagnosa kebidanannya pada

usia kehamilan 41 minggu belum termasuk serotinus, sedangkan di lahan

usia kehamilan 41 minggu sudah termasuk serotinus.

3. Diagnosa potensial pada Ny. S GII PI A0, umur 34 tahun, hamil 41

minggu dengan serotinus tidak ditemukan. Pada langkah ini tidak adanya

kesenjangan antara teori dan lahan prektek.

4. Antisipasinya yang dilakukan tidak ada karena ibu dan janinnya baik-

baik saja. Pada langkah ini penulis tidak ada kesenjangan antara teori

dengan lahan prakteknya.

5. Rencana asuhan yang diberikan pada Ny. S GII PI A0, umur 34 tahun,

hamil 41 minggu dengan serotinus terdapat kesenjangan antara teori dan

lahan praktek. Pada tahap ini ditemukan adanya kesenajangan antara

teori dan lahan praktek yaitu pada perencanaan di Rumah Sakit


109

pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan setiap jam. Sedangkan menurut

teori pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan setiap 30 menit sekali.

Perancanaan di Rumah Sakit tidak ada pemeriksaan bishop score,

sedangkan pada teori pemeriksaan bishop score sangat penting sebelum

dilakukannya induksi persalinan. Menurut teori pada induksi persalinan

oksitosin 5 IU dalam RL 500 cc dengan tetesan pertama 8 tpm dan setiap

15 menit sekali tetesannya ditambah 4 tpm terus sampai batasan

maksimal tetesannya 40 tpm atau kontraksinya sampai adekuat,

sedangkan menurut lahan praktek tetesannya ditambah setiap 30 menit

sekali dan tetesannya ditambah 4 tpm sampai 20 tpm saja.

6. Penatalaksaan asuhan Ny. S GII PI A0, umur 34 tahun, hamil 41 minggu

dengan serotinus terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktek.

Pada tahap ini ditemukan adanya kesenajangan antara teori dan lahan

praktek yaitu pada perencanaan di Rumah Sakit pemeriksaan tanda-tanda

vital dilakukan setiap jam. Pelaksanaan di Rumah Sakit tidak ada

pemeriksaan bishop score. Sedangkan menurut teori pemeriksaan tanda-

tanda vital dilakukan setiap 30 menit sekali. Menurut teori pada induksi

persalinan oksitosin 5 IU dalam RL 500 cc dengan tetesan pertama 8 tpm

dan setiap 15 menit sekali tetesannya ditambah 4 tpm terus sampai

batasan maksimal tetesannya 40 tpm atau kontraksinya sampai adekuat,

sedangkan menurut lahan praktek tetesannya ditambah setiap 30 menit

sekali dan tetesannya ditambah 4 tpm sampai 20 tpm saja. Waktu


110

pemberian induksinya ini tidak sesuai seperti pada teori dan kasus ini

terjadi persalinan tak maju.

7. Evaluasi asuhan Ny. S GII PI A0, umur 34 tahun, hamil 41 minggu

dengan serotinus tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan

praktek. Setelah melahirkan ibu sehat dan bayinya juga sehat tidak

menunjukkan tanda-tanda serotinus pada bayinya.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai

berikut :

1. Bagi Penulis

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan bagi penulis tentang kasus hamil serotinus dan diharapkan

dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan prosedur,

karena teori dan prosedur yang mendasari setiap praktik yang dapat

menghindari kesalahan.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan Tenaga Kesehatan lebih trampil dalam menangani kasus ibu

hamil dengan serotinus

3. Bagi Rumah Sakit

Disarankan agar Rumah Sakit dapat lebih meningkatkan kualitas

pelayanan secara optimal melalui penanganan segera pada kasus asuhan

kebidanan ibu hamil dengan serotinus.


111

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan mengetahui permasalahan yang timbul pada ibu

hamil dengan serotinus dan penanganan yang tepat dapat dijadikan

sebagai bahan referensi.

Anda mungkin juga menyukai