Anda di halaman 1dari 18

Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law)

dalam masyarakat yang tentunya sesuai pula dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Nilai-nilai itu tidak lepas dari sikap dan sifat-sifat yang dimiliki orang-orang
yang menjadi anggota masyarakat dalam masyarakat yang sedang dalam proses peralihan
(instransition) nilainilai tersebut tentunya sedang dalam proses perubahan pula. Dalam proses
transisi ini yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah perubahan yang terjadi pada
manusia yang menjadi anggota masyarakat dan nilai-nilai yang dianut.
Rescoe Pound
menganggap bahwa hukum sebagai alat rekayasa sosial (Law as a tool of social
engineering and social controle) yang bertujuan menciptakan harmoni dan keserasian agar
secara optimal dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia dalam masyarakat.

Leon Duguit
Pengertian hukum menurut Leon Duguit adalah aturan tingkah laku para anggota
masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu
masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan
reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.

Ernst Utrecht
hukum adalah himpunan peraturan yang mengatur kehidupan. Peraturan tersebut
dapat berupa perintah atau larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan
harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat.
Mochtar Kusumaatmadja
Pengertian hukum yang memadai tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu
perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tapi
harus pula mencakup lembaga dan proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu
dalam kenyataan. Pendapat Mochtar Kusumaatmadja tersebut dianggap yang paling relevan
dalam menginterretasikan hukum di masa kini.

1. PENEGAKAN HUKUM

Penegakan hukum merupakan proses dalam mewujudkan kepentingan hukum menjadi


kenyataan. Salah satu cita-cita hukum didasari oleh pemikiran badan pembuat Undang-
Undang yang dirumuskan dalam peraturan hukum. Perumusan pemikiran pembuat hukum
dituangkan dalam peraturan hukum sehingga akan menentukan bagaimana penegakan hukum
itu dijalankan.

Penegakan hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar


kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat
berlangsung secara normal dan damai, tetapi bisa juga terjadi pelanggaran hukum. Dalam hal
ini hukum yang telah dilanggar harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu
akan menjadi kenyataan.

Dalam menegakan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Kepastian Hukum Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap orang


mengharapkan dapat ditetapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa yang konkrit.
Bagaimana hukumnya itulah yang harus berlaku, pada dasarnya tidak boleh menyimpang,
seperti dalam adagium hukum yang berbunyi “fiat justicia et pereat mundus” (meskipun
dunia akan runtuh, hukum harus ditegakkan). Itulah yang diinginkan oleh kepastian hukum.
Kepastian hukum merupakan perlindungan terhadap tidakan sewenang-wenang, yang berarti
seorang akan memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.

2. Manfaat Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan


hukum. Hukum dibuat untuk masyarakat, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum
harus memberi manfaat dan kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai justru karena
hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan timbul keresahan dan kerisauan di dalam
masyarakat.

3. Keadilan Masyarakat menginginkan bahwa dalam pelaksanaan dan penegakan


hukum, keadilan perlu diperhatikan, artinya pelaksanaan dan penegakan hukum itu harus adil.
Tetapi Hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap
orang, bersifat menyamaratakan. Barang siapa yang mencuri harus dihukum maksudnya bagi
siapapun yang mencuri harus dihukum, tanpa membeda-bedakan siapa yang mencuri, apakah
kalangan pejabat atau masyarakat bawah.
Efektifita Hukum

Menurut Suryono, efektifitas dari hukum di antaranya :

1. Hukum itu harus baik: a) Secara sosiologis (dapat diterima oleh masyarakat) b) Secara
yuridis (keseluruhan hukum tertulis yang mengatur bidang-bidang hukum tertentu harus
sinkron) c) Secara filosofis

2. Penegak hukumnya harus baik, dalam artian benar-benar telah melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana digariskan oleh hukum yang berlaku.

3. Fasilitas tersedia, sehingga mendukung dalam proses penegakan hukumnya.

4. Kesadaran hukum masyarakat. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang memiliki
kesadaran akan hukum, namun ada syarat yang harus dipenuhi agar hukum itu dapat berjalan
dengan baik. Adapun syarat agar masyarakat memiliki kesadaran hukum antara lain : • Tahu
hukum (law awareness) • Rasa hormat terhadap hukum (legal attitude) • Paham akan isinya
(law acqium tance) • Taat tanpa dipaksa (legal behaviore). 5. Budaya hukum masyarakat
Pandangan Ruth Benedict tentang adanya budaya malu, dan budaya rasa bersalah bilamana
seseorang melakukan pelanggaran terhadap hukum-hukum yang berlaku Cara mengatasinya :
1) Eksekutif harus banyak membentuk hukum dan selalu mengupdate 2) Para penegak
hukumnya harus betul betul menjalankan tugas kewajiban sesuai dengan hukum-hukum yang
berlaku dan tidak boleh pandang bulu 12 3) Lembaga MPR sesuai dengan ketentuan UUD
1945 melakukan pengawasan terhadap kerja lembaga-lembaga negara.

6. Kesadaran Hukum Kesadaran hukum sering dikaitkan dengan pentaatan hukum,


pembentukan hukum, dan efektivitas hukum. Kesadaran hukum merupakan
kesadaran/nilainilai yang terdapat dalam manusia tentang hukum yang ada atau tentang
hukum yang diharapkan. kesadaran : tidak ada sanksi, merupakan perumusan dari kalangan
hukum mengenai penilaian tersebut, yang telah dilakukan secara ilmiah, nilai nilai yang
terdapat dalam manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada.
Kesadaran hukum berkaitan dengan kepatuhan hukum, hal yang membedakannya yaitu
dalam kepatuhan hukum ada rasa takut akan sanksi. Indikator kesadaran hukum : 1)
Pengetahuan hukum 2) Pemahaman hukum 3) Sikap hukum 4) Pola perilaku hukum

7. Kepatuhan Hukum Kepatuhan hukum artinya ada sanksi positif dan negatif yang akan
diterima, kepatuhan atau ketaatan hukum tersebut didasarkan kepada kepuasan yang
diperoleh dengan dukungan sosial. Faktor yang menyebabkan masyarakat mematuhi hukum :
1) Compliance, yaitu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan usaha
untuk menghidarkan diri dari hukuman yang mungkin dikenakan apabila seseorang
melanggar ketentuan hukum, Adanya pengawasan yang ketat terhadap kaidah hukum
tersebut. 2) Identification, terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah hukum ada, bukan karena
nilai intrinsiknya, akan tetapi agar ke anggotaan kelompok tetap terjaga serta ada hubungan
baik dengn mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan kaidah kaidah hukum tersebut
3) Internalization, seseroang mematuhi kaidah kaidah hukum dikarenakan secara intrinsik
kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isinya sesuai dengan nilai-nilainya dari pribadi yang
bersangkutan. 4) Kepentingan-kepentingan para warga yang terjamin oleh wadah hukum
yang ada. Kesadaran hukum masyarakat masih menjadi salah satu faktor terpenting dari
efektifitas suatu hukum yang diperlukan dalam suatu Negara. Sering di sebutkan bahwa
hukum haruslah sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat. Artinya, hukum tersebut
haruslah mengikuti kehendak dari masyarakat. Selain itu, hukum yang baik adalah hukum
yang sesuai dengan masyarakat (tidak berlainan dan bertentangan).

2. HUKUM DAN NILAI-NILAI DI MASYARAKAT


 Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang menarik bagi Kita, sesuatu yang Kita cari, diinginkan, disukai serta
sesuatu yang baik. Nilai dapat diartikan sebagai sifat atas kualitas dari sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia baik secara lahir maupun batin. Max Scheler,
mengelompokkan nilaimenjadi empat macam yaitu, nilai kenikmatan (rasa enak, nikmat,
senang), nilai kehidupan (kesehatan, kesegaran, jasmaniayah), nilai kejiwaan (kebenaran,
keindahan) dan nilai kerohanian (kesucian). Nilai berkaitan dengan kegiatan meninmbang,
yakni menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang kemudian dilanjutkan dengan
memberikan keputusan yang mana orientasi dari keputusan dapat diartikan pada nilai materiil
atau nilai kerohanian. Nilai tidak hanya bagian yang positif atau manfaat tetapi juga
bagiannya yang dianggap negative dan tidak bermanfaat dalam satu penuh dengan
keduannya. Nilai dianggap menjadi sosok yang nyata dan hidup seolah mengiringi sosok
penilainnya untuk selalu dipertahankan dari sisi nilai lainnya yang membayangi.
 hukum dan nilai-nilai di masyarakat
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law)
dalam masyarakat yang tentunya sesuai pula dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Nilai-nilai itu tidak lepas dari sikap dan sifat-sifat yang dimiliki orang-orang
yang menjadi anggota masyarakat dalam masyarakat yang sedang dalam proses peralihan
(instransition) nilainilai tersebut tentunya sedang dalam proses perubahan pula. Dalam proses
transisi ini yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah perubahan yang terjadi pada
manusia yang menjadi anggota masyarakat dan nilai-nilai yang dianut.
3. TEORI TEORI PERUBAHAN SOSIAL
 Pengertian perubahan social

Perubahan sosial secara umum diartikan sebagai suatu proses pergerakan pergeseran atau
perubahan tatanan atau struktur didalam masyarakat yang meliputi pola pikir, sikap serta
kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Berikut
pandangan para ahli tentang perubahan sosial antara lain:

1. William F. Ogburn

Tidak mendefinisikan perubahan sosial namun ia memberikan pengertian spesifik mengenai


perubahan sosial itu sendiri. Menurut ogburn perubahan perubahan sosial meliputi unsur-
unsur kebudayaan baik yang material maupun nonmaterial.

2. Gillin dan Gillin

Kedua hal ini mengatakan bahwa perubahan perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-
cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan
penemuan baru dalam masyarakat.

3. Koening

Perubahan sosial merujuk pada modifikasi-modifikasi yang di dalam pola kehidupan manusia
termasuk didalamnya terkait terminologi urbanisasi ataupun perpindahan penduduk dari desa
ke kota.

4. Selo Soemarjan

Perubahan sosial sebagai perubahan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat lebih lanjut soemardjan menjelaskan bahwa fungsi, peran, dan pola pikir
masyarakat akan berubah saat struktur dalamnya berubah.

5. Parsudi Suparlan

Perubahan sosial merupakan perubahan dalam struktur sosial dan pola hubungan sosial yang
di dalamnya mencakup sistem status, hubungan keluarga, sistem politik dan kekuasaan
ataupun penduduk.
6. Hans Garth dan C. Wright Mills

Sedangkan menurut Hans garth dan C. Wright Mills, perubahan sosial adalah segala hal yang
terjadi yakni kemunculan, perkembangan, atau kemunduran dalam waktu tertentu yang
berpengaruh terhadap peran, lembaga, tatanan, dan struktur sosial.

7. Robert Mac Iver

Menurut Robert Mac iver perubahan sosial adalah adanya perubahan antara hubungan sosial
atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.

8. Kingsley Davis

Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Contoh perubahan sosial yang dimaksud adalah terjadinya organisasian buruh dalam
masyarakat industri atau kapitalis. Hal ini menyebabkan perubahan hubungan antara majikan
dan para buruh yang kemudian terjadi perubahan duka dalam organisasi politik yang ada
dalam perusahaan tersebut dan masyarakat.
 Bentuk Bentuk Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan atas beberapa bentuk yaitu
sebagai berikut:
a) Perubahan Sosial Berdasarkan Waktu

 Perubahan Sosial Lambat (evolusi)

Perubahan ini terjadi secara lambat dan terdiri dari beberapa perubahan kecil. Hal
tersebut yang membuat sebagian orang tidak menyadari adanya perubahan
tersebut.Pada umumnya, proses evolusi tidak menyebabkan konflik atau kekerasan
dalam masyarakat karena terjadi dalam skala kecil dan akan berdampak kecil, namun
kumulatif.Contohnya, dahulu dikenal yang namanya 'barter'. Setelah itu menggunakan
uang, kemudian sekarang berbelanja tidak perlu membawa uang yang dibayarkan
secara langsung, tetapi bisa melalui transfer, kartu debit atau uang digital.

 Perubahan Sosial Cepat (revolusi)

Perubahan sosial cepat adalah suatu perubahan yang terjadi secara cepat dan besar-
besaran. Dampak dari revolusi ini menyeluruh pada sendi-sendi kehidupan.Pada
umumnya, proses revolusi akan menyebabkan konflik di masyarakat. Konflik ini
berlangsung secara cepat dan sulit untuk dihindari dan bahkan bisa makin
berkembang seiring perkembangan waktu dan sulit untuk dikendalikan
b) Perubahan Sosial Berdasarkan Sudut Pandang Masyarakat
 Perubahan yang Dikehendaki

Perubahan ini terjadi karena memang sudah diperkirakan atau direncanakan oleh
pihak yang melakukan perubahan. Oleh karena dikehendaki, maka ada perencanaan
matang yang dilakukan dalam perubahan ini.Pihak yang merencanakan perubahan ini
adalah pihak yang sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat. Meskipun, biasanya
akan terjadi konflik sebelum perubahan tersebut benar-benar dilaksanakan.

 Perubahan yang Tidak Dikehendaki

Perubahan yang tidak dikehendaki biasanya terjadi secara spontan atau terjadi tanpa
kesengajaan. Perubahan ini biasanya terjadi karena di luar jangkauan masyarakat
sehingga menimbulkan dampak sosial yang tidak diinginkan.Misalnya adanya
bencana Tsunami di Aceh pada 2004 yang berpengaruh terhadap segala aspek pada
masyarakatnya. Penduduknya harus kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, keluarga.
Hal itu pasti sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka selanjutnya.

c) Perubahan Sosial Berdasarkan Pengaruh

 Perubahan Sosial Besar

Perubahan sosial besar adalah perubahan yang menyangkut masyarakat luas dan
membawa pengaruh atau dampak yang berarti bagi masyarakatnya. Perubahan ini
mengubah hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat dan struktur sosial yang telah
ada sebelumnya.Contoh perubahan sosial ini adalah perubahan dari masyarakat
agraris ke masyarakat industri. Hal ini akan berpengaruh pada perubahan mata
pencaharian penduduk yang awalnya sebagai petani, berubah menjadi buruh pabrik
atau mata pencaharian lain.

 Perubahan Sosial Kecil

Perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial dan tidak membawa pengaruh
langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan ini dialami oleh satu di antara unsur
budaya tanpa memengaruhi unsur budaya yang lain.Sebagai contoh adalah perubahan
gaya rambut serta perubahan model pakaian yang mengikuti tren terbaru atau
mengikuti artis idolanya.Hal ini tentu tidak akan berpengaruh terhadap kondisi sosial
secara menyeluruh di dalam kehidupan masyarakat.
d) Perubahan Sosial Berdasarkan Arah Perkembangan

 Perubahan Sosial Progress

Perubahan yang menuju arah kemajuan sehingga menguntungkan bagi masyarakat.


Misalnya internet sebagai perkembangan teknologi dapat digunakan oleh semua
masyarakat, listrik yang masuk ke pelosok-pelosok, dan lainnya.
 Perubahan Sosial Regress

Perubahan sosial yang menuju arah kemunduran sehingga dapat merugikan bagi
masyarakat. Misalnya penyalahgunaan obat-obat terlarang.

 Teori- Teori Perubahan Sosial


Ilmu sosiologi banyak dipengaruhi oleh berbagai ilmu pengetahuan lainnya seperti biologi
geologi dan masih banyak lagi. Dengan demikian tidak heran jika beberapa teori perubahan
sosial yang akan dijelaskan menyebutkan beberapa pemikiran yang bukan orang sosiologi
makan orang yang bukan dari latar belakang ilmu pengetahuan sosial. Maka dengan ini
perubahan sosial terjadi karena ada faktor dari dalam maupun dari luar. Adapun faktor dari
dalam yang menyebabkan perubahan sosial seperti keadaan ekonomi, teknologi, ilmu
pengetahuan, agama dan sebagainya. Sedangkan faktor dari luar yang menyebabkan
perubahan sosial seperti bencana alam, perang, gunung meletus, tsunami dan sebagainya.

Berikut adalah beberapa teori perubahan sosial antara lain:


1) Teori Evolusi
Macam-macam teori tentang evolusi:
Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan
mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang
sederhana ke bentuk yang kompleksdan akhirnya sempurna.Pelopor teori ini antara lain
Auguste Comte dan Herbert Spencer
Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembanganmasyarakat tidak perlu melalui tahap-
tahaptertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telahmengikuti suatu garis evolusi tertentu.
Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalahbahwa masyarakat merupakan
hasilperkembangan dari kelompok homogen menjadikelompok yang heterogen

Multilined Theories of Evolution


Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap tahap perkembangan tertentu
dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan sistem mata
pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan menggunakan
pemupukan dan pengairan
2. Teori Siklus
Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial
merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari. Beberapa bentuk Teori Siklis
Teori Oswald Spengler (1880-1936)
Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak, remaja,
dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan
perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran,
pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun.

Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)


Semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaanyang berputar tanpa
akhir.
• Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan
terhadap kekuatan supranatural.
• Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati
(supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan
masyarakat ideal.
• Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan tolok ukur dari
kenyataan dan tujuan hidup.
3) Teori Fungsional
Teori fungsional adalah sebuah teori menekankan perubahan pada fungsi fungsi lembaga
sosial dalam masyarakat. Masyarakat di sini memiliki sistem sosial yang saling berhubungan
satu sama lainnya sistem tersebut bergerak untuk mewujudkan tujuan memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat. Tokoh teori fungsionalis perubahan sosial ini adalah Talcott Parson yang
melihat dalam masyarakat seperti berada dalam keadaan keseimbangan alami. Menurut
talcott parsons teori fungsionalis dengan melihat masyarakat cenderung menuju kondisi stabil
dan mencapai keseimbangan. Ketika terjadi perubahan dalam salah satu unsur masyarakat
harus dilakukan penyesuaian untuk unsur lain. Jika tidak keseimbangan masyarakat akan
terancam dan tekanan akan terjadi.
Oleh karena itulah dalam kajian teori fungsionalis adanya tipe lembaga sosial dalam suatu
kehidupan manusia tidak akan bertahan, kecuali berguna bagi masyarakat. Meskipun
demikian lembaga sosial yang secara drastis berubah akan mengancam segala bentuk
keseimbangan sosial yang ada dalam masyarakat. Contoh dari teori fungsionalis perubahan
sosial ini misalnya ada peristiwa lengsernya Soeharto sebagai presiden yang menjabat selama
32 tahun tepatnya padat 2 Mei 1998 maka keseimbangan sosial di masyarakat menjadi
terganggu. Sehingga hal ini terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan secara cepat yang
tentu saja akan mengganggu kestabilan keamanan ekonomi dan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itulah beberapa presiden setelah Soeharto hanya bisa bertahan 1
sampai 2 tahun.
4) Teori Konflik
Teori konflik dalam perubahan sosial, merujuk pada pendapat yang dikemukakan Karl Marx,
yang menurutnya ketidakadilan menjadi salah satu faktor penyebab ketimpangan sosial.
Sehingga melahirkan pertentangan antar kelas sosial sehingga muncul istilah perjuangan
kelas. Sebagai tokoh sosiologi klasik dalam konflik perubahan sosial pertentangan antar kelas
sosial terjadi tanpa henti, kadang reda kadang pecah pertempuran. Pertempuran ini berakhir
dengan tersusun ulangnya masyarakat yang semakin revolusioner atau hancurnya salah satu
kelas.
Pertentangan antara kelas ini mampu mendorong masyarakat melakukan upaya upaya
menyelesaikan pertentangan tersebut untuk berubah kata-kata yang lebih maju. Oleh karena
itu terkadang konflik diperlukan untuk memperbaiki ketidakadilan dan ketimpangan sosial.
Contoh yang dapat digunakan dalam teori konflik adalah misalnya saja ada konflik sosial
antara buruh dan pemilik modal yang menyebabkan atau menimbulkan aksi-aksi demonstrasi.
Tujuan aksi demonstrasi yang menyebabkan adanya konflik adalah untuk memperbaiki
keadaan yang dianggap tidak adil. Para buruh menganggap bahwa upah yang kecil
merupakan tindakan yang kurang adil jika dibandingkan jam kerja dan kerja keras yang telah
mereka lakukan. Melalui salah satu jalan demonstrasi para buruh berharap ada perubahan
nasib dalam kehidupan mereka. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perubahan sosial dapat
dikaji menggunakan teori konflik .
E. Faktor- Faktor Perubahan Sosial
1. Faktor Penyebab
Perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat terjadi karena masyarakat tersebut
menginginkan perubahan. Perubahan juga dapat terjadi karena adanya dorongan dari luar
sehingga masyarakat secara sadar maupun tidak sadar akan mengikuti perubahan. Perubahan
berasal dari dua sumber yaitu faktor acak dan faktor sistematis. Faktor aja meliputi iklim
cuaca atau karena adanya kelompok-kelompok tertentu. Faktor sistematis adalah faktor
perubahan sosial yang di sengaja dibuat. Keberhasilan faktor sistematis ditentukan oleh
pemerintahan yang stabil dan fleksibel, sumber daya yang cukup, dan organisasi sosial yang
beragam. Jadi, perubahan sosial biasanya merupakan kombinasi dari faktor sistematis dengan
beberapa faktor acak.
2. Faktor Pendorong
a. Adanya Penemuan Baru
Adanya penemuan baru dalam sebuah komunitas tertentu akan membawa perubahan pada
sosial tersebut karena adanya budaya baru yang bisa menggantikan budaya lama atau
mencampurnya menjadi satu kesatuan.
b. Pengaruh Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk dapat mempengaruhi perubahan sosial karena dapat struktur atau tatanan
masyarakat pada suatu komunitas. Jumlah penduduk juga akan menjadi kekuatan bagaimana
perubahan sosial tersebut bisa terjadi, semakin banyak orang yang menggunakan budaya baru
maka suatu budaya lama juga akan mudah hilang atau tergantikan.
c. Munculnya Konflik
Konflik, pertarungan, atau pertentangan sangat wajar terjadi pada sebuah sosial tertentu.
Konflik pada suatu sosial bisa saja terjadi karena adanya kemajemukan atau munculnya
mayoritas dan minoritas dalam sebuah komunitas tertentu.
Dari konflik inilah maka suatu sosial harus mencari jawaban dari masalah tersebut yang
kemudian akan menghasilkan budaya baru atau fenomena sosial yang baru.

d. Terjadi Revolusi
Revolusi atau pemberontakan juga bisa mempengaruhi terjadinya perubahan sosial karena
fenomena ini menjadi tanda adanya hal baru yang harus dilakukan. Misalnya karena telah
terjadi perang atau bencana alam.
e. Keterbukaan Pada Lapisan Masyarakat
Keterbukaan pada lapisan masyarakat bisa menjadi faktor terjadinya perubahan sosial karena
kehadiran tipe masyarakat sangat berpengaruh dalam merespon sesuatu hal yang baru.
Masyarakat yang berpengaruh adalah mereka yang memiliki keterbukaan dan openmind
terhadap hal-hal baru sehingga mudah menerima perubahan tersebut. Dengan adanya
masyarakat yang selalu mengalami perubahan, maka perubahan sosial juga selalu
berkembang dan diperbaharui. Hal ini juga dibahas pada buku Sosiologi Perubahan Sosial
oleh John Scott.
3. Faktor Penghambat
Perubahan sosial tidak akan selalu berjalan mulus. Perubahan sosial seringkali dihambat oleh
beberapa faktor penghambat perubahan sosial. Faktor tersebut meliputi kurangnya hubungan
dengan masyarakat yang lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat, sikap
masyarakat yang tradisional, adat atau kebiasaan, kepentingan kepentingan yang tertanam
kuat sekali, rasa takut akan terjadinya disintegrasi (meninggalkan tradisi), sikap yang
tertutup, hambatan yang bersifat ideologis dan hakikat hidup .

F.Ciri-Ciri Perubahan Sosial:

1. Terjadi Dimana-mana
Tempat terjadinya perubahan sosial bisa di mana saja mulai dari masyarakat desa hingga
kota, meski dengan tingkat perubahan yang bisa jadi berbeda antara satu tempat dengan
tempat yang lain. Masyarakat tradisional biasanya akan mengalami pola perubahan yang
berlangsung lambat. Sedangkan masyarakat modern cenderung lebih cepat dan singkat.
2. Dilakukan Secara Sengaja
Perubahan sosial akan dilakukan secara sengaja, walaupun ada beberapa situasi di mana
perubahan yang berlangsung terjadi tanpa adanya unsur kesengajaan. Sebagai contohnya,
produsen kendaraan bermotor mengembangkan inovasi kendaraan agar bisa digunakan untuk
transportasi yang lebih baik dan lebih cepat. Akan tetapi, masyarakat tidak bisa
membayangkan jika hasil perubahan tersebut memiliki pengaruh ke berbagai unsur lainnya,
seperti keselamatan dan juga biaya penggunaannya seperti bensin atau servis bulanan.
3. Berkelanjutan
Perubahan sosial berlangsung secara berkelanjutan. Hal ini berarti bahwa masyarakat akan
selalu berubah, baik cepat atau lambat. Di mana perubahan terjadi sebagai konsekuensi dasar
karena sifat manusia yang terlahir sebagai makhluk sosial.
4. Imitatif
Imitatif atau meniru/mengikuti adalah ciri-ciri selanjutnya. Dalam berlangsungnya
kehidupan, masyarakat akan melakukan perubahan dengan mengikuti masyarakat yang lain.
Hal ini terjadi karena setiap kelompok dalam masyarakat saling memiliki pengaruh. Antara
kelompok masyarakat pun tidak bisa memisahkan atau mengisolir diri. Misalnya saja
perubahan dalam gaya berbusana, potongan rambut, desain rumah, dan lainnya.
5. Hubungan Kausalitas
Perubahan sosial bisa terjadi karena aspek material atau imaterial dengan hubungan yang
bersifat timbal balik, di mana bisa menguntungkan satu pihak atau kedua belah pihak.
4. HUKUM SEBAGAI ALAT UNTUK MENGUBAH MASYARAKAT
Bersumber dari dogma yang yang terdapat ubi Societas ibi ius yang bermakna dimana

terdapat masyarakat, sehingga adanya ikatan antara hubungan perubahan dan penemuan

hukum. Warga juga dapat menghasilkan hukum dan pergantian hukum. Pergantian hukum

dilalui lewat 2 wujud, yang pertama ialah warga yang mengalami peruban terlebih dahaulu,

baru hukum yang akan mengesahkan perubahan itu( perubahan pasif) sedangkan yang kedua

ialah hukum selaku perlengkapan umutk mengganti ke arah yang lebih baik.

Seorang atau kelompok yang memperoleh keyakinan dari warga selaku pimpinan tau

lembaga masyarakat merupakan agent of change atau pelopor perubahan. Pengendalian dan

pengawasan pelopor perubahan menjadi dasar perubahan sosial yang dikehendaki ataupun
direncanakan. Cara-cara untuk mempengaruhi warga dengan system yang tertib serta

direncanakan terlebih dulu, dinamakan sosial engineering ataupun sosial planning.

 Menurut Roscou Pound

Adapun istilah lain yang dicetuskan oleh ahli hukum Amerika yang terkenal yaitu

Roscou Pound, Pound pun mengakui bahwa fungsi lain dari hukum adalah sebagai

sarana untuk melakukan rekayasa sosial (social engineering).1

Roscoe Pound adalah salah satu ahli hukum yang beraliran Sociological

Jurisprudence yang lebih mengarahkan perhatiannya pada ”Kenyataan Hukum”.

Kenyataan hukum pada dasarnya adalah kemauan publik, jadi bukan hanya sekedar

bukum tertulis saja tetapi adanya hubungan yang cermat anatara hukum tertulis

sebagai kepastian hukum dan living law sebagai wujud dari pembentukan hukum 2

Pound juga menyatakan bahwa kontrol sosial diperlukan untuk menguatkan

peradaban masyarakat manusia karena mengendalikan perilaku antisosial yang

bertentangan dengan kaidah-kaidah ketertiban sosial. Hukum, sebagai mekanisme

kontrol sosial, merupakan fungsi utama dari negara dan bekerja melalui penerapan

kekuatan yang dilaksanakan secara sistematis dan teratur oleh agen yang ditunjuk

untuk melakukan fungsi itu.3

Inti teorinya terletak pada konsep “kepentingan”. Beliau mengatakan bahwa tjuna

kan tercapai bila kepntingan itu disadari masyarakat, jadi masyarakat berusaha

menghormati masing masing kepentingan dengan bataan yang sudah ditentukan. 4

1 Nazaruddin Lathif, “ TEORI HUKUM SEBAGAI SARANA / ALAT UNTUK


MEMPERBAHARUI ATAU MEREKAYASA MASYARAKAT” Journal unpack, edisi 1, januari-juni 2017, hal. 76.
2 Ibid.
3 Ibid, Hal. 75
4 Ibid, Hal. 76
Untuk dapat memenuhi peranannya Roscoe Pound lalu membuat penggolongan

atas kepentingan-kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum itu sendiri, yaitu

sebagai berikut5:

1. Kepentingan Umum (Public Interest)

a) Kepentingan negara sebagai Badan Hukum

b) Kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat.

2. Kepentingan Masyarakat (Social Interest)

a) Kepentingan akan kedamaian dan ketertiban

b) Perlindungan lembaga-lembaga sosial

c) Pencegahan kemerosotan akhlak

d) Pencegahan pelanggaran hak

e) Kesejahteraan sosial.

3. Kepentingan Pribadi (Private Interest)

a) Kepentingan individu

b) Kepentingan keluarga

c) Kepentingan hak milik

Adapun contoh dari penerapan teori ini. Salah satu contoh ada di dalam Undang-

Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 Tahun 2004 dimana

dalam pasal 5 yang berbunyi setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam ruang

lingkup rumah tangga. Adanya pasal ini menjukan bahwa adanya rekayasa social diman

ada undang-undang yang dibuat akan meminimalisir kekerasan yang ada pada lingkungan

rumah tangga.

5 Ibid, Hal. 77
Akhirnya dapat di garis bawahi bahwa ajaran Roscoe Pound bergerak dalam 3 (tiga)

lingkup/ dimensi utama6:

1. Bahwa hukum benar-benar berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan mengelola

masyarakat dengan

2. Diimbangi pemenuhan terhadap kebutuhan atau kepentingan-kepentingan

masyarakat, serta

3. Adanya pengawasan guna memelihara dan melanjutkan peradaban manusia.

 Menurut Prof.Mochtar Kusumaatmadja

Pandangan pertama secara progresif dikembangkan oleh Prof.Mochtar Kusumaatmadja

dengan konsep hukumnya yang memandang hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat

disamping saran untuk menjamin ketertiban dan kepastian hukum. Konsepsi dan definisi

hukum yang dikemukakan oleh Prof. Mochtar Kusumaatmadja dalam tataran praktis

menghendaki adanya inisiati dari pembentuk undang-undang untuk melakukan penemuan

hukum dalam rangka mengarahkan dan mengantisipasi dampak negatif dari perubahan sosial

yang terjadi di Indonesia. Mochtar kusumaatmadja menjelaskan hukum sebagai sarana

pembaharuan masyarakat adapun fungsi lain hukum di dalam masyarakat ialah :

 sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat

 sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir bathin

 sebagai alat penggerak pembangunan

 sebagai alat kritis

 sebagai sarana menyelesaikan pertikaian

6 Ibid, Hal. 80
Teori Hukum Pembangunan dari Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M.

dipengaruhi cara berpikir dari Herold D. Laswell dan Myres S. Mc Dougal (Policy

Approach) ditambah dengan teori Hukum dari Roscoe Pound (minus konsepsi

mekanisnya). Mochtar mengolah semua masukan tersebut dan menyesuaikannya pada

kondisi Indonesia. Mochtar Kusumaatmadja secara cemerlang mengubah pengertian

hukum sebagai alat (tool) menjadi hukum sebagai sarana (instrument) untuk

membangunan masyarakat.7

Mochtar berpendapat bahwa pengertian hukum sebagai sarana lebih luas dari hukum

sebagai alat karena:

1. Di Indonesia peranan perundang-undangan dalam proses pembaharuan hukum lebih

menonjol, misalnya jika dibandingkan dengan Amerika Serikat yang menempatkan

yurisprudensi (khususnya putusan the Supreme Court) pada tempat lebih penting.

2. Konsep hukkum sebagai “alat” akan mengakibatkan hasil yang tidak jauh berbeda

dengan penerapan “legisme” sebagaimana pernah diadakan pada zaman Hindia Belanda,

dan di Indonesia ada sikap yang menunjukkan kepekaan masyarakat untuk menolak

penerapan konsep seperti itu.

3. Apabila “hukum” di sini termasuk juga hukum internasional, maka konsep hukum

sebagai sarana pembaharuan masyarakat sudah diterapkan jauh sebelum konsep ini

diterima secara resmi sebagai landasan kebijakan hukum nasional.

Fungsi hukum dalam masyarakat Indonesia yang sedang membangun tidak cukup untuk

menjamin kepastian dan ketertiban. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum

diharapkan agar berfungsi lebih daripada itu yakni sebagai “sarana pembaharuan

masyarakat”/”law as a tool of social engeneering” atau “sarana pembangunan”

7 Dr. Lilik Mulyadi, “ TEORI HUKUM PEMBANGUNAN PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA, S.H., LL.M.”
(Microsoft Word - FILSAFAT HUKUM.doc (mahkamahagung.go.id , diakses PADA 27 DESEMBER 2021, 2019)
Aksentuasi tolok ukur konteks di atas menunjukkan ada 2 (dua) dimensi sebagai inti

Teori Hukum Pembangunan yang diciptakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, yaitu8 :

 Ketertiban atau keteraturan dalam rangka pembaharuan atau pembangunan merupakan

sesuatu yang diinginkan, bahkan dipandang mutlak adanya;

 Hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum memang dapat berfungsi sebagai alat

pengatur atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia yang

dikehendaki ke arah pembaharuan.

5. HUKUM SEBAGAI SARANA PENGATUR PERLAKUAN


Hukum sebagai alat kontrol sosial memberikan arti bahwa ia merupakan sesuatu yang dapat
menetapkan tingkah laku manusia. Tingkah laku ini dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang
menyimpang terhadap aturan hukum. Sebagai akibatnya, hukum dapat memberikan sanksi
atau tindakan terhadap si pelanggar. Karena itu, hukum pun menetapkan sanksi yang harus
diterima oleh pelakunya. Hal ini berarti bahwa hukum mengarahkan agar masyarakat berbuat
secara benar menurut aturan sehingga ketentraman terwujud. Sanksi hukum terhadap perilaku
yang menyimpang, ternyata terdapat perbedaan di kalangan suatu masyarakat. Tampaknya
hal ini sangat berkait dengan banyak hal, seperti keyakinan agama, aliran falsafat yang dianut
atau kebiasaan kebiasaan dalam masyarakat.

Dengan kata lain, sanksi ini berkaitan dengan kontrol sosial. Ahmad Ali menyebutkan sanksi
pezina berbeda bagi masyarakat penganut Islam secara konsekuen dengan masyarakat Eropa
Barat.Orang Islam memberikan sanksi yang lebih berat, sedangkan orang Eropa Barat
memberi sanksi yang ringan saja. Hukum di samping bukan satu satunya alat kontrol
sosial,tapi sebagai alat pengendali memainkan peran pasif. Artinya bahwa hukum
menyesuaikan diri dengan kenyataan masyarakat yang dipengaruhi oleh keyakinan dan ajaran
falsafat lain yang diperpeganginya.9

8 Ibid
9 3
Mushlihin, “Hukum sebagai Alat Kontrol Sosial (Tool of Social Control)” diakses dari
https://www.referensimakalah.com/2012/09/fungsi-hukum-sebagai-alat-kontrol-sosial-tool-of-social-
control.html (2021)
Sebagai sarana social engineering, hukum merupakan sarana yang ditujukan untuk mengubah
perikelakuan warga masyarakat, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya Salah satu masalah yang dihadapi dalam bidang ini adalah jika terjadi apa yang
dinamakan oleh Gunnar Myrdal sebagai softdevelopment dimana hukum-hukum tertentu
yang dibentuk dan diterapkan, ternyata tidak efektif.Gejala-gejala tersebut akan timbul,
apabila ada faktor-faktor tertentu yang menjadi halangan. Faktor-faktor tersebut dapat berasal
dari pembentuk hukum, penegak hukum, para pencari keadilan (justitiabelen), maupun
golongan-golongan lain di dalam masyarakat.Faktor faktor itulah yang harus diidentifikasi
karena merupakan suatu kelemahan yang terjadi kalau hanya tujuan-tujuan yang dirumuskan,
tanpa mempertimbangkan sarana-sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Fungsi hukum sebagai alat control social dapat berjalan dengan baik bila terdapat hal
hal yang mendukungnya.Pelaksanaan fungsi ini sangat berkait dengan materi hukum yang
baik dan jelas. Selain itu, pihak pelaksana sangat menentukan pula. Orang yang akan
melaksanakan hukum ini tidak kalah pernananya. Suatu aturan atau hukum yang sudah
memenuhi harapan suatu masyarakat serta mendapat dukungan, belum tentu dapat berjalan
dengan baik bila tidak didukung oleh aparat pelaksana yang komit terhadap pelaksana
hukum. Hal yang terakhir inilah yang sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Aparat
sepertinya dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur lain yang sepatutnya tidak menjadi factor
penentu, seperti kekuasaan, materi dan pamrih serta kolusi. Citra penegak hukum masih
rawan.

Dari pada itu, disebutkan pula bahwa fungsi hukum ini lebih diperluas sehingga tidak
hanya dalam bentuk paksaan.Fungsi ini dapat dijalankan oleh dua pihak:

1.Pihak penguasa negara. Fungsi ini dijalankan oleh suatu kekuasaan terpusat yang
berwujud kekuasaan negara yang dilaksanakan oleh the ruling class tertentu. Hukumnya
biasanya dala bentuk tertulis dan perundang-undangan.

2.Mayarakat. Fungsi ini dijalankan sendiri oleh masyarakat dari bawah. Hukumnya
biasanya berbentuk tidak tertulis atau hukum kebiasaan (living law)10

10 Muslihin “Hukum sebagai Alat Kontrol Sosial (Tool of Social Control) diakses dari
https://www.referensimakalah.com/2012/09/fungsi-hukum-sebagai-alat-kontrol-sosial-tool-of-social-
control.html (2021)

Anda mungkin juga menyukai