Indah PPM Pernikahan Suku Rejang
Indah PPM Pernikahan Suku Rejang
REJANG
Ditulis Oleh :
Indah Soleha
Nim: 18.7.1.211.016
Dosen pembimbing :
2020/2021
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK PROFESI
MAHASISWA
NIM/NIMKO : 18.7.1.211.016
Jakarta, 26 November2021
i
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG LAPORAN PPM
NIM : 18.7.1.211.016
NIMKO : 69720201180016
ii
ABSTRAK
Pernikahan bukanlah suatu hal yang sepele melainkan suatu hal yang sangat
sakral. Dimana di dalam sebuah pernikahan ada sebuah ikatan perjanjian
antara laki-laki dan perempuan untuk berumah tangga. Begitupun di dalam
Suku Rejang banyak pola, tata cara, atau pun ritual yang harus dilakukan
ketika akan melaksankan sebuah pernikahan. Akan tetapi akhir-akhir ini
sudah jarang orang yang menggunakan ritual-ritual tersebut dan
meninggalkan budaya-budaya para leluhur. Bahkan masih banyak
masyarakat Suku Rejang yang tidak paham akan pernikahan ini dan makna
dalam pernikahan itu sendiri. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengembangkan serta mempertahankan kembali nilai-nilai agama islam
serta tradisi-tradisi yang belakangan ini yang sudah mulai pudar, dan
bagimana pula pandangan nilai agama islam yang terkait dengan pernikahan
dalam adat pernikahan Suku Rejang ini. Dalam penelitian ini penulis
menggunkan metode kulaitatif dengan menerapkan teknik perbandingan data
sebagai alternatif untuk memahami simbol-simbol yang ada dalam adat
pernikahan Suku Rejang. Disini peneliti menemukan ada tiga nilai agama
islam yang terkandung dalam adat pernikahan Suku Rejang, yaitu ada nilai
akhlak, nilai syari’at, dan nilai aqidah. Tidak adanya pertentangan antara
adat dan agama karena, Adat bersendi agama dan gama bersendi kitabullah
jadi antara adat dan agama ini tidak bertentangan dan mereka saling
berkaitan.
iii
NILAI-NILAI ISLAM DALAM ADAT PERNIKAHAN SUKU
REJANG
Disusun Oleh:
NIM : 18.7.1.211.016
Penelitian PPM ini murni hasil kerja peneliti tidak ada karya lain yang temuat dalam
tulisan ini tanpa mencantumkan pengakuan dan keterangan, apabila di kemudian hari
tulisan ini terbukti plagiasi maka peneliti siap menerima sanksi dengan hukuman yang
sudah di tetapkan di STAI SADRA.
Jakarta,.........2021
Indah Soleha
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
A. Konsonan
B. Vocal
D. Syaddah
v
Syaddah atau tasdid ditransliterasi dengan huruf, yaitu
menggabungkan dua huruf, seperti lafal, عقليّةditulis ‘aqliyyah, فعليّة
ditulis fi’liyyah, dan ق{{ ّوةditulis quwwah, sedangkan tasdid yang
berada di akhir kata, seperti ع{{{د ّوmaka tidak ditulis dengan
menggunakan dua huruf, tetapi hanya satu huruf, yaitu ditulis ‘aduw.
E. Kata Sandang
Kata sandang “al” dilambangkan berdasarkan pada huruf yang
mengikutinya. Jika huruf setelahnya adalah huruf shamsiyyah maka
ditulis dengan huruf yang bersangkutan. Demikian juga dengan huruf
al-qamariyyah.
F. Pengecualian Transliterasi
Pengecualian transliterasi adalah kata bahasa Arab yang telah
lazim di dalam bahasa Indonesia dengan menjadi bagian dalam
bahasa Indonesia, seperti lafal سنة هللاmaka ditulis sunnatullāh, dan
juga lafal asma al-husna, seperti عب{{{{د ال{{{{رحمنmaka ditulis
‘Abdurraḥmān dan جالل الدينmaka ditulis Jalāluddīn.
KATA PENGANTAR
vi
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan karunia-Nyalah sehingga peneliti dapat menyelesaikan
proposal Praktik Profesi Mahasiswa (PPM) yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Adat Pernikahan Suku Rejang Studi Kasus di Desa
Sukarami Kecamatan taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah” dengan
tepat waktu.
Karya ini merupakan suatu bentuk curahan usaha dan upaya peneliti
untuk menyelesaikan tugas Metodelogi dalam proses pembentukan proposal
Praktek Profesi Mahasiswa (PPM) dengan tujuan agar dapat memahami
beragam Suku Rejangyang ada di Bengkulu khususnya Suku Rejang dengan
berbagai keaneka ragaman dalam proses perkawinan atau pernikahan dalam
adat istiadat Suku Rejang yang ada di Bengkulu Tengah. Namun, dalam
penelitian ini peneliti menyadari akan banyak nya kekurangan dalam metode
penilisan maupun dalam susunan kebahasaan nya. Oleh karena itu peneliti
mengharapkan kritik beserta saran dari pembaca, guna untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas dalam berkarya. Pada kesempatan ini, peneliti
hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga proposal penelitian
ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini peneliti tujukan kepada:
vii
satu dengan yang lain sehingga dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini.
Indah Soleha
viii
DAFTAR ISI
ix
D. Instrumen Penelitian...........................................................................27
E. Teknik Analisis Data..........................................................................27
F. Dokumentasi.......................................................................................30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA PEMBAHASAN........31
A. Gambaran Umum Desa Sukarami......................................................31
1. Profil Desa Sukarami..........................................................................31
2. Sejarah Terbentuknya Desa Sukarami................................................32
B. Definisi Pernikahan Menurut Para Tokoh masyarakat.......................33
C. Proses Acara Pernikahan Suku Rejang...............................................34
1. Proses Sebelum Pernikahan................................................................34
2. Proses Berlangsungnya Pernikahan....................................................35
3. Proses Setelah Pernikahan..................................................................35
E. Nilai-Nilai Agama islam Dalam Adat Pernikahan Suku Rejang........37
F. Nilai-nilai Moral Dalam Acara Pernikahan Suku Rejang.................40
G. Perbedaan dan Tradisi Yang Ada Dalam Adat Pernikahan Suku
Rejang........................................................................................................42
BAB V........................................................................................................45
PENUTUP..................................................................................................45
A. Kesimpulan.........................................................................................45
B. Saran...................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA................................................................................47
LAMPIRAN-LAMPIRAN.........................................................................50
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Rejang dan apa saja nilai-nilai agama islam yang ada pada pernikahan
adat suku Rejang.
Dalam penelitian ini berimplikasi kepada mulai berubahnya tata cara,
adat istiadat Suku Rejang dalam upacara pernikahan. Dari awalnya
banyak berbagai ritual yang akan dijalani dan sekarang satu persatu
mulai ditinggalkan seperti adat belarak dan bemecak yang beberapa
tahun belakangan ini sudah mulai tak terlihat bahkan sangat jarang
dilaksanakan. Untuk mempertahankan adat dan kebudayaan ini yaitu
dengan lebih menjaga dan melestarikan kembali budaya yang selama ini
telah berkembang, dan memperkenalkan kembali adat yang ada dengan
cara mengadakan sebuah festival seni dan budaya. Lalu melakukan
rembuk ketua adat dari masing-masing desa kemudian membukukannya
menjadi hukum adat Bengkulu Tengah.
Dalam penelitian ini peneliti mengungkapkan bahwa menikah
merupakan suatu hal yang hampir dirasakan oleh semua orang, di dalam
sebuah pernikahan yaitu menggabungkan ikatan perjanjian suci antara
laki-laki dan perempuan. Dalam pelaksanaan pernikahan nya pun
memiliki ciri khas, tata cara, dan budaya yang berbeda-beda sesuai
dengan adat istiadat di daerah masing-masing. Salah satunya adat istiadat
dalam pernikahan suku Rejang, yang mana dalam adat suku Rejang ini
terdapat berbagai ritual yang harus dilaksanakan dalam sebuah prosesi
pernikahan yang mana pernikahan tersebut suku Rejang menyebutnya
dengan istilah umbung3. Dalam penelitian ini penulis hendak
memperkenalkan kembali budaya-budaya yang ada di Bengkulu yang
belakangan ini sudah hampir ditinggalkan supaya budaya-budaya yang
sudah berdiri sejak dulu masih tetap lestari keberadaannya dan masih
bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya , mengingat bahwa adat istiadat
itu merupakan salah satu idetitas dari setiap daerah. yaitu salah satumya
dengan memperkenalkan adat istiadat dari salah satu suku Rejang yang
ada di Bengkulu, yaitu suku Rejang dengan ciri khas adat penikahan
yang terkandung di dalam nya. Agar para generasi yang akan datang
dapat mengetahui keberadaan adat kebudayaan yang ada di Bengkulu
Tengah ini ksususnya pada masyarakat Suku Rejang.
3
Umbung merupakan bahasa daerah dalam Suku Rejangrejang yang berarti pelaksaan hari
pernikahan.
3
A. Fokus Masalah
Adapun fokus masalah dalam penelitian ini yaitu apa saja nilai-nilai
agama islam yang terkandung dalam pernikahan suku Rejang serta
mengapa terjadinya suatu perubahan dalam pelaksanaan adat penikahan
Suku Rejang yang semakin berjalan nya waktu semakin memudar dan
bagaimana caranya agar kebudayaan adat Suku Rejang ini tetap terjaga.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pernikahan suku Rejang dalam pandangan nilai
keislaman dalam adat pernikahan suku Rejang
2. Apakah nilai-nilai keislaman yang terdapat dalam adat pernikahan
suku Rejang di Desa Sukarami Kecamatan Taba Penanjung
Kabupaten Bengkulu Tengah.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pernikahan suku Rejang dalam
pandangan nilai-nilai keislaman dan kebudayaan
2. Untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai keislaman dan kebudayaan
yang terdapat dalam adat pernikahan Suku Rejang di Desa Sukarami
Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoretis
Agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat terkait
budaya pernikahan dan pemahaman tentang budaya islam di
upacara pernikahan adat Suku Rejang serta agar dapat memahami
bagaimana prosesi pernikahan adat Suku Rejang yang ada di
Bengkulu Tengah.
2. Praktis
Penelitian ini guna untuk memberikan acuan bagi masyarakat
Desa Sukarami dalam upaya mengingat kembali adat istiadat Suku
Rejang dalam menjalani upacara penikahan, agar tetap lestari tanpa
adanya suatu kekurangan dalam menjalani prosesi pernikahan.
4
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teori
1. Definisi pernikahan
5
karena di dalam nya menyangkut hal tentang hukum keagamaan dan
juga tentang hukum negara. Pernikahan juga dianggap sebagai cara
terbaik untuk menjamin keteraturan dalam membesarkan anak. Pada
pernikahan idealnya pasangan mendapatkan intimasi, komitmen,
persahabatan, kasih sayang, pemuasan seksual, pendampingan dan
peluang bagi pertumbuhan emosional, serta sumber Adaptasi
pernikahan terkait dengan perbedaan latar belakang, pendidikan, suku
Rejang bahkan agama.6
6
Mengenai berlakunya Hukum Islam di Indonesia dengan
berlakunya undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan, dan peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaa undang-undang nomor
1 tahun 1974, apabila ditinjau secara sepintas dapat dianggap
tidak berlaku lagi, karena dengan berlakunya peraturan perundang-
undangan tersebut di atas, maka sejak 1 Oktober tahun 1975 hanya
ada satu peraturan perkawinan yang berlaku untuk seluruh
warga negara Indonesia tanpa melihat golongannya masing-masing.
10
Santoso, Hakekat Perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan Hukum
Islam dan Hukum Adat, UNISSULA Semarang, Vol.7, No.2, Desember 2010, hal.426
11
Qs. Ar Rum ayat 21
7
e) Harus ada upacara ijab qabul, ijab ialah penawaran dari pihak calon
istri atau walinya atau wakilnya dan qabul penerimaan oleh calon
suami dengan menyebutkan besarnya mahar (mas kawin) yang
diberikan.
f) Sebagai tanda bahwa telah resmi terjadinya akad nikah (pernikahan)
maka hendaknya diadakan walimah (pesta pernikahan).12
2. Suku Rejang
a. Sejarah Singkat Suku Rejang
Pada awalnya suku Rejang menempati wilayah Lebong
dalam yaitu sebuah kelompok kecil yang mengembara dan hidup
secara berpindah-pindah (nomaden). Kehidupan suku Rejang pada
saat itu sangat bergantung dengan lingkungan alam, dan mereka
memutuskan untuk menetap di salah satu tempat di sekitar lembah
sungai Ketahun yang di pimpin oleh seorang Ajai. Dalam sejarah
tidak tertulis bahwa bangsa berasal dari empat petulai, namun dari
keempat petulai tersebut ada seorang pemimpin yang disebut dengan
nama Ajai. Ajai memiliki empat bagian yaitu: Ajai Bintang, Ajai
Bagelan Mato, Ajai Siang,dan Ajai Tiea Keteko, pada masa itu
disebut Renah Sekelawi atau Pinang Belapis.
12
Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah, Pernikahan dan Hikmahnya Dalam
Perspektif Hukum Islam, Dalam Jurnal: YUDISIA, Vol.5, No.2, Desember 2014, hal. 292.
13
Wignjodipoero Soerojo, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, (jakarta : PT
Gunung Agung, 1984,) hal.122.
8
Pada awalnya Ajai ini datang dengan membawa keempat
sodaranya yaitu Putera Ratu Kencana Unggut dari Kerajaan
Majapahit. Dari keempat bersodara ini memiliki nama: Biku
Sepanjang Jiwa, Biku Bijenggo, Biku Bembo, dan Biku Bermano.
Mereka memiliki sifat yang arif dan bijaksana, sakti dan juga
pengasih, oleh karenanya mereka diangkat oleh empat petulai sebagai
pemimpin mereka. Di bawah pimpinan keempat Biku ini, suku
Rejang bangsa semakin bertambah dan menyebar menyusuri sungai
Ketahun sampai ke pesisir, dan menyusuri sungai Musi Rawas
dan Lahat. Mereka mulai menetap dan bercocok tanam serta
mengembangkan kebudayaan daerah sampai akhirnya memiliki
tulisan (aksara) sendiri.14
Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat Suku Rejang
adalah bahasa Rejang . Bahasa ini merupakan bahasa lisan yang
digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang di
sekitarnya baik itu di dalam maupun di luar rumah dan tentu saja
penggunaan bahasa ini tidak bisa ke seluruh masyarakat Bengkulu
sebab hanya suku Rejang yang dapat memahami makna dari bahasa
ini.15 Namun ada juga masyarakat di luar suku Rejang ini yang
mengerti akan bahasa ini yaitu hanya dalam skala kecil, karena nya
bahasa ini memiliki pola pengucapan yang cukup rumit dan sulit di
ucapkan. Ada sisi keunikan pada masyarakat suku Rejang ini, yaitu
mereka memiliki kelebihan untuk dapat memahami bahasa-bahasa
daerah lainnya secara otodidak, seperti bahasa Lembak, bahasa
Serawai, dan bahasa Melayu. Tanpa disadari masyarakat dengan
sendirinya dapat memahami bahasa-bahasa tersebut.
Suku Rejang adalah salah satu suku Rejang tertua yang ada
di Sumatra dan paling mendominasi di Provinsi Bengkulu. Suku
Rejang terbagi menjadi tiga bagian yaitu: Kepahiang, Curup, dan
Lebong dari ketiga bagian ini memiliki logat yang berbeda-beda,
dengan didasari oleh faktor jarak, faktor sosial, dan faktor psikologis.
14
Mabrur Syah, Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Kajian Historis Sejarah
Dakwah Islam di Wilayah , STAIN Curup-Bengkulu, Vol.1, No.1, 2016.
15
Titje Puji Lestari, Keberadaan Bahasa Pesisir Kabupaten Bengkulu Utara
Ditinjau Dari Segi Kesatuan Bahasanya, Universitas Dehasen Bengkulu, Vol.7, No.2,
desember 2019.
9
b. Adat Istiadat Suku Rejang
Adat istiadat adalah sebuah sistem atau tata cara yang ada di
setiap daerah dan dilestarikan secara turun-temurun dari generasi ke
generasi sehingga telah menjadi sebuah acuan dalam berpikir dan
bertindak. Ada banyak sekali ragam budaya dan adat istiadat yang
ada di Indonesia dengan ragam dan tata cara serta keunikan yang
berbeda-beda di setiap daerah nya.16 Adat istiadat adalah suatu aturan
(perbuatan dan sebagainya) yang lazim dilakukan sejak dahulu kala,
cara berperilaku yang sudah menjadi kebiasaan, wujud gagasan
kebudayaan yang terdiri atas nila-nilai budaya, norma, hukum dan
aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi suatu
sistem.17
Salah satunya hukum adat yang ada di Bengkulu yaitu adat
istiadat suku Rejang. Dalam adat istiadat suku Rejang ada sebuah
kebiasaan yang harus terus-menerus dilakukan secara turun-temurun
oleh anak cucunya, yaitu adat dalam acara pernikahan, aqiqah, dan
khitan. Dalam acara pernikahan disebut sebagai “umbung” (hajatan),
umbung merupakan sebuah prosesi dalam sebuah acara pernikahan.
Dalam adat istiadat suku Rejang untuk memulai suatu pelaksanaan
acara seperti pernikahan, aqiqah, dan khitan selalu diawali dengan
Al-Barzanji, membaca doa-doa menurut agama islam dan di akhiri
dengan Marhaban atau disebut dengan Jenang Kutei yang mana
dalam prosesi ini makna doa syukuran dan selamat.18
Dalam adat istiadat suku Rejang ada yang namanya Punjung
Nasi Sawo, ini merupakan suatu bentuk norma-norma moral yang
bisa dijadikan sebagai motivasi hidup dan etos kerja bagi seluruh
lapisan masyarakat suku Rejang dalam rangka menghadapi
perkembangan zaman yang masuk dan menyebar ke seluruh lapisan
masyarakat di Nusantara. Setiap norma-norma yang bersumber dari
interaksi antar manusia sehingga mewujudkan suatu keadaan yang
kondusif dan berdimensi vertikal maupun yang berdimensi
horizontal.
16
Richa Dwi Novita Sari, Lunturnya Adat Istiadat dan Sosial Budaya di Era
Reformasi Berdasarkan Unsur Pancasila, Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, hal.
7, 2019.
17
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
18
Nurhasanah Hastati, Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Adat Istiadat
Masyarakat , An-Nizam, vol.4, No.2, Agustus 2019, hal. 7
10
Punjung Nasi sawo ini merupakan sebuah tradisi yang harus
ada dalam sebuah upacara pernikahan adat Suku Rejang, karena ini
merupakan salah satu syarat yang sangat penting, apabila dalam
upacara penikahan tidak terdapat Punjung Nasi Sawo maka
pernikahan tersebut dianggap tidak sah dan tentunya pernikahan
tersebut menjadi batal.19 Dalam acara pernikahan Suku Rejang ada
istilah yang namanya Kawin Beleket (Kawin Jujur), sebenarnya
Kawin Beleket ini hampir sama dengan perkawinana pada umumnya,
hanya saja yang menjadi perbedaan yaitu jumlah uang yang diberikan
oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan tidak ditentukan
jumlahnya hanya saja dalam pembayaran uang jujur tidak hanya uang
yang diberikan melainkan ada tambahan cakrecik (hal selain uang),
dalam pembayaran uang jujur ini tidak sama dengan mas kawin
dalam hukum islam.
Uang Jujur merupakan suatu kewajiban adat ketika dilakukan
pelamaran yang harus dipenuhi oleh kerabat laki-laki kepada kerabat
wanita untuk dibagikan pada tua-tua kerabat (marga/Suku) pihak
wanita, sedang mas kawin adalah kewajiban agama ketika
dilaksanakan akad nikah yang harus dipenuhi oleh mempelai laki-laki
untuk mempelai wanita (pribadi). Uang jujur tidak boleh dihutang
sedang mas kawin dalam Islam boleh dihutang.20
11
Juru kalang dengan Putri Jenggai dari Petulai bermani dan
Perkawinan Rio Taun dari Petulai Juru Kalang dengan Putri Jinar
Anum dari Petulai Tubei. Perkawinan eksogami pada Suku Rejang
pada awalnya berbentuk Kawin Jujur kemudian muncul pula bentuk
Perkawinan Semendo disebabkan oleh pengaruh dari Minangkabau
Sumatera Barat kedua model perkawinan tersebut dikenal istilah asen
bleket dan asen semendo.21
Ada pula Leket coa putus yang artinya, pada saat basen atau
penyerahan uang jumputan ada beberapa cakrecik tidak diambil oleh
orang tua atau wali perempuan. Sehingga masih ada ikatan berupa
uang belum lunas. Oleh sebab itu apabila pihak orang tua perempuan
ada kesulitan dia masih berhak untuk minta pertolongan kepada pihak
laki-laki. Atau sebaliknya perempuan boleh pulang ke rumah orang
21
Ari wibowo, Pola Komunikasi Masyarakat Adat, Khazanah Sosial, Vol.1, No.1,
hal.18.
22
Ari wibowo, Pola Komunikasi Masyarakat Adat, Khazanah Sosial, Vol.1, No.1,
hal.19.
12
tuanya pada saat-saat penting dan mendesak. Model perkawinan Jujur
atau Asen Beleket menunjukkan satu hubungan kekerabatan yang
kekal dengan konsekuensi kaum kerabat laki-laki berkewajiban
kepada pihak perempuan. Laki-laki harus menyerahkan mas kawin
berupa uang leket dan barang leket.
3. Filsafat Pernikahan
a. Filsafat Moral (etika) dalam pernikahan Suku Rejang
Etika secara terminologi berasal dari Yunani, “ethos” yang
berarti “custom” atau kebiasaan yang berkaitan dengan tindakan atau
tingkah laku manusia, juga dapat berarti “karakter” manusia
(keseluruhan cetusan perilaku manusia dalam perbuatannya). Ethos
memiliki makna “anaction that is one’s own” atau suatu tindakan
yang dilakukan seseorang dan mejadi miliknya. Maka ethos semacam
ini juga dimiliki oleh kata latin “mores” , yang darinya kata “moral”
diturunkan dengan demikian ethical dan moral sinonim. Etika adalah
filsafat moral. 23
Etika merupakan suatu pembelajaran bagaimana kita
bertindak baik terhadap orang lain dan saling menghargai. Etika juga
pembelajaran secara keseluruhan/menyeluruh yang mana etika tidak
hanya sekedar penyebutan kata saja melainkan berupa tindakan
lahiriah manusia yang bisa berisikan motivasi, pembelajaran dan
23
Agustinus W.Dewantara, Filsafat Moral (pergumulan etis keseharian hidup
manusia), PT Kanisius, Deresan, Caturtunggal, Depok, D.I Yograkarta: 2017-2021, hal.3.
13
nasehat dari seseorang dan kata etika merupakan sebuah kata pendek
namun menuntun orang agar menjadi baik, baik dalam ucapan
maupun perbuatan.
Etika merupakan ilmu yang praktis, karena etika juga
berhubungan dengan ilmu-ilmu filsafat yang lain seperti logika dan
estetika yang mana kedua ilmu ini memiliki karakter yang normatif.
Logika memiliki norma-norma yang tidak mungkin dilanggar dan
estetika memiliki prinsip-prinsip yang yang mengajukan keindahan.
Berhubungan dengan etika yang memiliki nilai praktis maka ada
ilmu-ilmu filsafat yang lainnya juga sangat berhubungan dengan etika
yaitu ilmu politik dan hukum. Aristoteles mengatakan bahwa etika
adalah kebaikan yang artinya dalam setiap aktivitas manusia
memiliki tujuan untuk mengejar kebaikan maka kebaikan adalah “itu
yang dituju dan itu yang dikejar”.24
Dalam sebuah pernikahan nilai moral (etika) sangat
dibutuhkan karena, dalam membangun sebuah keluarga harus ada
nilai moral yang terkandung di dalam nya agar terciptanya keluarga
yang ideal. Keluarga yang ideal merupakan keluarga yang memiliki
jalinan secara terpadu antara unsur sakinah, mawaddah dan
warahmah yang terdiri dari unsur suami yang tulus dan jujur, ayah
yang memiliki penuh rasa kasih sayang dan ramah, ibu yang lemah
lembut dan berperasaan halus, serta putra-putri yang patuh dan taat
terhadap kedua orang tua serta kerabat dan sanak sodara yang saling
membina dan saling tolong menolong.25 Dalam ingin melangsungkan
sebuah pernikahan tentunya yang paling utama yang harus dilakukan
adalah pelamaran, lamaran merupakan sebuah cara untuk
mempertemukan dua keluarga antara keluarga laki-laki dan keluarga
perempuan yang bertujuan untuk saling mengenal, untuk mengetahui
keadaan keluarga keduanya, serta tradisi dari masing-masing pihak,
sehingga ketika akan menikah mereka sudah mempunyai pemahaman
mengenai keadaan dari masing-masing keluarga yang nantinya akan
diharapkan dapat lebih menguatkan ikatan pernikahan yang akan
24
Agustinus W.Dewantara, Filsafat Moral (pergumulan etis keseharian hidup
manusia), PT Kanisius, Deresan, Caturtunggal, Depok, D.I Yograkarta: 2017-2021, hal.8.
25
Moch.Nurcholis, Refleksi pembatasan usia perkawinan Dalam Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1947 Tentang Perkawinan Menurut Filsafat Hukum Keluarga Islam,
Fakultas Syari’ah institut Agama Islam Bani fatah Jombang, Tafaqquh: vol.2 No. 1, Juni
2014, Hal. 64.
14
dijalani.26 yaitu keluarga mempelai laki-laki melamar seorang
mempelai wanita pujaan anak nya. Namun dalam proses pelamaran
ada etika-etika yang harus dilakukan yaitu:
a) Jangan Melamar di Atas Lamaran Sahnya Orang Lain
Maksud nya yaitu dilarang untuk melamar wanita yang
diketahui sudah dilamar oleh laki-laki lain, akan tetapi
diperbolehkan melamar apa bila pelamar pertama telah
membatalkan lamaran tersebut dan sudah diberikan izin oleh
pihak wanita untuk laki-laki lain melamar anak nya. Larangan
ini bertujuan untuk menjaga perasaan orang lain sehingga
tidak ada pihak yang tersakiti yang dapat memicu perseteruan.
b) Tidak Dalam Keadaan Terpaksa
Dalam sebuah lamaran itu harus di dasarkan pada rasa cinta
dan kasih sayang yang tulus dari kedua calon mempelai, dan
ada rasa saling menjaga satu sama lain. Karena nantinya
mereka akan hidup bersama dan menjalin sebuah keluarga
yang mana akan membutuhkan suatu kepercayaan diantara
keduanya agar terciptanyasebuah keluarga yang harmonis dan
penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan dalam menjalani
rumah tangga.
c) Tidak Dalam Keadaan Ihram
Yaitu ketika seseorang sedang dalam keadaan ihram dilarang
(haram) untuk menikahi ataupun dinikahi. Karena ia dalam
keadaan dimana seseorang telah berniat untuk melaksanakan
ibadah haji atau ibadah umrah. Hal ini berdasarkan hadis
berikut:
15
Affan berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam
bersabda: orang yang sedang ihram tidak boleh menikah.
Dan tidak boleh dinikahkan, serta tidak boleh melamar, [HR.
Muslim no. 1409].27
27
Ali manshur, Hukum dan Etika Pernikahan dalam Islam, (malang, UB
press:2017), cetakan 1, hal.29.
28
Fahrudin Faiz, Kajian Filsafat Pernikahan perspektif Fahrudin Faiz, islam TV19,
Tahun.2020.
16
Mengenai kedua hal ini, tanpa menilai mana yang lebih baik
ataupun tidak, itu sudah seharusnya kita memilih manakah langkah
yang baik dalam menjalani kehidupan kedepannya, dan manakah
yang akan membuat mereka merasa lebih baik dan nyaman, sebab
pernikahan bukanlah akhhir dari sebuah perjalnanan yang harus
ditempuh oleh kedua pasangan dalam menjalani kehidupan.
Ketika kita akan memilih untuk membangun cinta sebelum
menikah, pastinya kita harus pahami terlebih dahulu pada level apa
cinta itu harus dibangun. Jangan hanya melihat dari level
keromantisan cinta saja melainkan kita juga harus melihat bagaimana
kedepannya kita harus menjalin sebuah hubungan yang harmonis.
Ketika kita melihat cinta hanya berdasarkan nilai romantik nya saja
karena cinta pada level ini akan habis pada masa nya, sebab hanya
melihat dari sisi keromantisannya semata namun tdak mencapai level
berkomitmen untuk bersama selamanya, maka dari itu bangunlah
cinta berdasarkan level komitmen antara satu sama lain agar
hubungan menjadi lebih harmonis dan kekal.
Oleh sebab itu kita sebagai manusia jangan mencari pasangan
yang sempurna, karena dirimu sendiri pun tidak sempurna. Hargai
perbedaanmu dengan pasangan mu, saling melengkapi antara satu
sama lain, mendukung apa pun yang menjadi kelebihannya masing-
masing agar terciptanya suasana yang indah, damai, harmonis, dan
kekal. Bukti cinta yang sebenarnya adalah ketika kita memiliki
banyak masalah anatara kamu dan pasangan mu dan serumit apapun
itu maka hadapilah bersama, jalani bersama dan buatlah kata-kata
“aku tidak bisa hidup tanpanya” mak dari itu penting untuk kita
saling memahami dan menghargai agar terciptanya suana yang indah
B. Kajian Terdahulu
Kajian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari
perbandingan dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk
penelitian selanjutnya, di samping itu kajian terdahulu membantu
penelitian dalam memposisikan penelitian serta menunjukkan
orsinalitas dari penelitian. Pada bagian ini peneliti mencantumkan
berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian
yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik
penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan
17
(skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya). Dengan melakukan langkah
ini, maka akan dapat dilihat sejauh mana orisinalitas dan posisi
penelitian yang hendak dilakukan dalam penelitian Pernikahan Adat
Suku Rejang, berikut ini adalah beberapa kajian terdahulu yang
berkaitan dengan tema yang diangkat oleh peneliti:
Pertama, skirpsi yang ditulis oleh Sasmita Inarti dengan judul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Emas Sembeak dalam
Pernikahan” dalam penelitian ini lebih condong ke pembahasan
mengenai sebuah mahar dalam pernikahan yang mana mahar ini
sangat berkaitan erat dengan akan dilaksanakannya sebuah prosesi
pernikahan dan seringkali menimbulkan sebuah problem (masalah),
karena mahar ini harus ada bagi menantu laki-laki untuk diberikan
kepada keluarga mempelai wanita. Mahar ini disebut dengan Emas
Sambeak adalah emas yang harus diberikan menantu laki-laki
kepada keluarga perempuan dalam hal ini terkhusus diberikan
kepada ibu dari si istri (mertua perempuan). Untuk jumlah
emas sembeak itu sendiri tidak boleh kurang dari 1 gram dan
harus berbentuk cincin emas. Emas sembeak ini diberikan setelah
selesainya acara resepsi dan setelah pasangan suami istri
tersebut sudah melakukan hubungan suami istri. Masyarakat
meyakini apabila sang suami tidak memberikan emas sembeak
tersebut maka sang suami dianggap memiliki hutang dunia akhirat
kepada ibu mertuanya.29 Dalam hal ini munculnya sebuah problem
terhadap pemberian Emas Sambeak karena memberatkan si pihak
laki-laki karena dalam hal pemberian Emas Sambeak ini tidak adanya
kesepakatan antara kedua belah pihak, dan berkaitan dengan keadaan
ek onomi bagi pihak laki-laki.
Kedua, skripsi yang ditulis oleh Mardiana yang berjudul
“Tradisi Pernikahan Masyarakat di Desa Bontolempangan
Kabupaten Gowa (Akulturasi Budaya Islam dan Budaya Lokal)”.
Dalam penelitian tersebut pembahasannya mengarah tentang
bagaimana prosesi atau pelaksanaan pernikahan pada masyarakat
Bontolempangan dipandang secara Islam maupun dari sudut pandang
adatnya. Dalam rangkaian proses pernikahan harus di tangani oleh
orang-orang yamg benar ahli dalam menangani pernikahan tersebut
29
Sasmita Inarti, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Emas Sembeak
dalam Pernikahan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu.
18
dan melakukan beberapa kegiatan yaitu musyawarah tahap sebelum
menikah dan tahap setelah menikah. Tahapan tersebut dibagi menjadi
beberapa proses yaitu, pertama Akkuta’kuta’nang (mencari
informasi) Assuro (melamar) sampai dengan pattama (penamatan
alqur’an) dan yang terakhir Barazanji. Kemudian adanya akulturasi
yaitu penggabungan budaya dilihat dari pernikahan sebelum
masuknya Islam yang mengikat han ya hukum adat yang menonjol.
Kemudia setelah masuknya Islam pernikahan ini menggabungkan
dua budaya yaitu budaya Islam dengan budaya Lokal.30
Ketiga, Praktek Profesi Mahasiswa (PPM) yang ditulis oleh
Gianjar Wisnu Kawirian Hidayat yang berjudul “Pandangan Tokoh
Agama Islam di Dusun Nipah Terhadap Adat Merariq Suku
RejangSasak” dalam penelitian ini peneliti condong ke pembahasan
mengenai adat Merariq Suku RejangSasak (kawin lari). Merariq
merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengeluarkan si
perempuan dari kekuasaan orang tua nya sehingga masuk kedalam
kekuasaan keluarga si laki-laki dan perempuan kemudian dibantu
oleh keluarga atau teman perempuan ataupun laki-laki untuk
membawa si perempuan kepada keluarga lai-laki tanpa
sepengetahuan dari kedua orang tua si perempuan. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan pandangan para tokoh untuk melihat atau
menilai adat istiadat Merarik Suku RejangSasak dalam pandangan
hukum Islam.31
Dalam ketiga tema di atas terdapat suatu persamaan nya
dengan tema yang akan saya bahas yaitu sama-sama membahas
mengenai adat istiadat dalam sebuah acara pernikahan di suatu
daerah dalam agama islam. Sedangkan perbedaan nya yaitu terletak
pada tata cara yang dilaksanakan dalam sebuah acara pernikahan
berikut dengan adat istiadat yang di gunakan dari berbagai daerah.
Suatu hal yang baru dalam penelitian yang sedang saya teliti
yaitu terletak pada pembahasan mengenai adanya larangan dalam
proses pernikahan dalam Suku Rejang dan terfokus ke nilai-nilai
30
Mardiana, Tradisi Pernikahan Masyarakat di Desa Bontolempangan Kabupaten
Gowa (Akulturasi Budaya Is lam dan Budaya Lokal)”, UIN Alauddin Makasar.
31
Gianjar Wisnu Kawirian Hidayat, Pandangan Tokoh Agama Islam di Dusun
Nipah Terhadap Adat Merariq Suku RejangSasak, Praktek Profesi Mahasiswa, Sekolah
Tinggi Filsafat Islam Sadra.
19
keislaman yang ada dalam adat pernikahan Suku Rejang. Dalam
penelitian ini penulis juga mencantumkan filsafat etika kedalam
pembahasannya, yang mana dalam kebaruan yang penulis berikan ini
belum terdapat di kajian terdahulu yang tertera di atas.
C. Hipotesa
32
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia : Edisi
keempat (Jakarta : PT Gramedia Utama).
20
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
22
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang
dimaksud bahwasannya kegiatan penelitian yang didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan, yaitu: rasional, empiris dan
sistematis.33
33
Ninik Supriyati, Metode Penelitian Gabungan (Mixed Methods),
Widyaiswara BDK Surabaya, hal.4.
34
Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif dan Penelitian Pendidikan
Bahasa, (Surakarta, 11 juni 2014), hal. 9.
35
Budiman Chandra, Pengantar Statistik Kesehatan, (Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1995).
23
1. Data primer
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapatkan melalui sumber-
sumber tertulis guna sebagai pelengkap dari data primer, seperti
buku-buku, jurnal-jurnal, media cetak majalah, dokumen-
dokumen, video, serta artikel-artikel yang berkaitan dengan adat
Pernikahan Suku Rejang.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat untuk mengumpulkan
data dalam proses penelitian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) instrumen adalah sesuatu yang dapat dipakai untuk sesuatu
yang lain.36 instrumen penelitian juga merupakan alat atau fasilitas
yang dapat digunakan dalam menumpulkan data-data terkait
penelitian yang akan dilakukan. Ada beberapa alat yang digunakan
untuk meneliti yaitu seperti buku catatan penelitian, kamera,
recorder, laptop, alat transportasi serta beberapa alat pendukung
lainnya. 37
24
tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari suatu
makna.38Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan data
kualitatif yaitu tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara
langsung. Dan peneliti juga akan menggunakan metode analisis
deskriptif, yaitu sebagai prosedur dalam memcahkan suatu masalah
yang akan diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau
obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain
sebagainya) berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya,
baik di masa dulu maupun sekarang.
38
Ahmad rijali, Analisis Data Kualitatif, jurnal: Uin Antasari Banjar
Masin, Vol.17, No.33, Januari-Juni 2018.
25
1. Kepala desa, desa Sukarami 4) Pertanyaan terkait
dengan sejarah
terbentuknya desa
sukarami.
5) Pertanyaan terkait
dengan profil Desa
Sukarami.
6) Pertanyaan terkait
dengan nilai moral
dalam kekeluargaan.
2. Tokoh adat desa Sukarami 1) Pertanyaan terkait
dengan nilai-nilai
keislaman yang ada di
proses pernikahan
Suku Rejang.
2) Pertanyaan terkait
dengan hal-hal yang
dilang dalam
pernikahan Suku
Rejang.
3) Pertanyaan terkait
dengan tradisi yang
wajib ada dalam
pernikahan Suku
Rejang.
4) Pertanyaan terkait
dengan perbedaan
pernikahan dalam
Suku Rejang dan
Suku-suku lainnya.
3. Ketua lembaga kantor KUA 1) Pertnyaan terkait
dengan definisi
pernikahan.
2) Pertanyaan terkait
dengan syarat dan
rukun nikah.
3) Pertamyaan terkait
26
dengan pendapat
beliau dalam adat
pernikahan Suku
Rejang.
4. Pemuda Desa Sukarami 1) Pertanyaan terkait
dengam bagimana
pandangan nya
mengenai adat
pernikahan Suku
Rejang ini.
2) Pertanyaan mengenai
adakah keuntungan
serta kerugian dalam
adat pernikahan Suku
Rejang ini.
5. Pasangan yang terlibat dalam 1) Pertanyaan terkait
pernikahan Suku Rejang. dengan pendapat
ketika berlangsungnya
dalam Suku Rejang.
2) Pertnyaan terkait
dengan adat dan
tradisi yang
dilaksanakan dalam
pernikahan Suku
Rejang,
F. Dokumentasi
Jenis data yang di ambil dari hasil dokumentasi bisa berupa
foto, catatan, hingga video yang bersifat stabil dan tidak berubah
sebagai bukti yang empiris dan valid atas kegiatan penelitian. Peneliti
mengambil beberapa bentuk dokumentasi seperti foto wawancara
bersama para narasumber, hasil rekaman wawancara, dan foto-foto
tempat dan lingkungan kegiatan penelitian.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA PEMBAHASAN
28
Gambar 1 Foto desa Sukarami
39
Hasil Wawancara bersama Kepala Desa Sukarami tangga 21 Juli 2021.
29
2. Sejarah Terbentuknya Desa Sukarami
Pada awal nya ada dua desa yang bernama solok belanak dan
tanjung heran. Desa solok belanak dan tanjung heran ini terbentuk
pada tahun 1942, namu kedua desa ini terdampak penyakit yang
menular dan bisa menyebabkan kematian sehingga membuat kedua
desa ini sulit untuk berkembang dan makmur karena hampir seluruh
warga desa terserang penyakit menular tersebut. Dari kejadian
tersebut maka dibentuklah sebuah desa baru pada tahun 1946 yang di
beri nama desa Sukarami. Sejarah penamaan desa ini sendiri yaitu
diambil dari kata sukar yang dalam bahasa berarti tidak suka dan
rami yang berarti keramaian, dalam artian Sukarami adalah desa yang
tidak suka dengan keramaian maka disebut dengan desa Sukarami.40
40
Hasil wawancara dengan kepala desa sukarami pada tanggal yang telah
di tentukan.
30
dan agama dan yang kedua ada dalam nikah secara pemerintah,
adat dan agama.41
41
Hasil wawancara dengan kepala desa sukarami pada tanggal yang telah
di tentukan.
42
Wawancara kepada Ketua Lembaga, Kantor KUA 16 Juli 2021.
43
Beasen, merupakan proses bertanya dari pihak keluarga calon mempelai laki-
laki kepada keluarga calon mempelai wanita, apakah calon mempelai perempuan
ini sebelum nya sudah ada yang melamar atau kah belum. Jika belum maka dari
pihak laki-laki ingin menanyakan beraapa uang mahar yang diminta oleh keluarga
perempuan.
44
mpek pitis ini merupakan peletakan separoh uang mahar yang diberikan oleh
keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan. yaitu sebagai tanda jadinya bahwa
anak mereka akan melanjutkan ke tahap jenjang pernikahan.
31
malem.45 Dalam ketiga proses ini adalah upaya untuk membentuk
tali silaturahmi antara dua keluaraga baik yang sudah saling kenal
ataupun yang belum saling kenal sebelumnya, maka dari itu
ketiga proses ini sangatlah penting sebelum dilaksanakannya
harus pernikahan.46
45
Temteu biloi malem ini merupakan sebuah proses untuk menentukan tempat,
waktu dan tanggal pernikahan dilaksanakan serta proses penyerahan sisa uang
mahar yang sebelum nya belum diserahkan semua serta sealigus penyerahan
maskawin kepada si perempuan. Dalam adat biasanya proses pernikahan atau
proses berlangsung nya ijab qabul itu terlebih dahulu dilaksankan di rumah
perempuan dan setelah selang beberapa waktu sekitar 2-3 minggu kemudian baru
menggelar acara di rumah mempelai laki-lakinya.
46
Hasil wawancara kepada ketua adat pada tanggal 26 Juli 2021.
47
Mes pengaten adalah proses mengantar penganten dari rumah calon mempelai
laki-laki menuju ke rumah calon mempelai perempuan.
48
Menyawo adalah proses makan bersama dengan makanan khusus yaitu nasi
ketan yang dimasak bersama santan yang di atas nya dilengkapi dengan inti kelapa
yang dimasak dengan gula merah dan dilengkapi dengan minuman teh hangat.
49
Hasil wawancara kepada ketua adat pada tanggal yang telah ditentukan.
32
3. Proses Setelah Pernikahan
Proses selanjutnya yang dilakukan setelah berlangsungnya
acara pernikahan yaitu syukuran, acara syukuran setelah menikah
ini bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt
serta mengucapkan terimakasih kepada sodara dan para tetangga
yang sudah membantu dalam melancarkan acara pernikahan. 50
Setelah melaksanakan syukuran mempelai laki-laki dan
perempuan yang baru saja menikah ini di anjurkan untuk
mendatangi satu per satu rumah sanak sodara dan panitia-panitia
yang bertugas pada saat acara pernikahan yang bertujuan untuk
meminta restu dan berterimakasih sekaligus memberikan cendra
mata, baik berupa uang, sabun, baju, jilbab dan lain-lain, sesuai
dengan kemampuan dan keikhlasan dari pihak terkait.
33
dipertemukan calon mempelai laki-laki dahhn perempuan
dilarang untuk bertemu terlebih dahulu, mereka akan
dipertemukan ketika akan diberlangsungkannya ijab kabul.51
a. Nilai Aqidah
51
Hasil wawancara kepada ketua adat pada tanggal yang telah ditentukan.
34
untuk beramal. Jika landasannya kuat maka kuat juga komitmen
nya dalam berperilaku.52
b. Nilai Syariat
Rumah tangga lahir ketika terjadinya perkawinan, dan setiap
orang yang berumah tangga pasti akan mengharapkan rumah
tangganya bahagia dan kekal. Semuanya akan terlihat baik ketika
di dalam sebuah keluarga saling menghargai dan saling
menyayangi satu sama lain maka dari sana akan terbentuk
keluraga yang harmonis yaitu keluarga yang sakinna mawaddah
warahmah. Jika semua ummat Islam mau bersandar dan
mengikuti jalan yang telah ditunjukkan Allah SWT. Niscaya akan
hidup dalam kebahagiaan di bawah naungan cahaya Islam,
suasana saling mencintai, kasih sayang antara sesama ummat,
disertai kemuliaan hidup bersama akan menjadi warna yang
semarak dalam kekeluargaan serta tata kemasyarakatan kita.54
52
Prayasi Anjani, Nilai-nilai Aqidah Dalam Film Munafik 2
Karya Syamsul Yusof, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, hal 14.
53
Hasil wawancara kepada ketua adat pada tanggal yang telah
ditentukan.
54
Abdullah Nasikh ‘Ulwan. Perkawinan: Masalah Orang Muda, Orang
Tua dan Negara. Cetakan 5, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm.14.
35
Sebagaimana dengan adat yang ada di Suku Rejang yaitu laki-
laki dan perempuan yang akan di nikahkan itu tidak boleh
bertemu selama waktu yang telah ditentukan, termasuk juga
ketika acara lamaran calon pengantin laki-laki dan perempuan ini
belum diizinkan untuk bertemu. Jadi lamaran nya hanya sebtas
pertemuan dan musyawarah antar dua keluarga. Maka dari itu
dapat dikatakan bahwa adat ini tetap menjunjung tinggi nilai
syariat islam.55
c. Nilai Akhlak
Keluarga merupakan suatu lembaga yang menduduki posisi
yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan masyarakat.
Keluarga merupakan ruang lingkup masyarakat yang paling kecil
yang terbentuk karena bersatunya ikatan suci dari seorang laki-
laki dan perempuan yang disebut dengan pernikahan. Di dalam
membangun sebuah acara pernikahan tentunya membutuhkan
kerja sama serta musyawarah yang baik antar sesama dan saling
menghargai satu sama lain apa lagi kepada orang yang lebih tua
dari kita. Seperi halnya dalam pernikahan adat Suku Rejang yang
juga mencerminkan dan menjunjung nilai akhlak diantaranya:
menghormati dan mendengarkan arahan berupa nasehat – nasehat
pernikahan yang diberikan oleh ketua adat,orang tua, sanak
saudara, serta anggota keluarga lainnya yang sudah lebih dahulu
menjalani ikatan pernikahan. Tentunya nasehat-nasehat tersebut
dapat menjadi bekal bagi calon pengantin laki-laki dan
perempuan agar menjalani pernikahan yang sakinnah, mawaddah
dan warahhmah.
36
usia 20 tahun atau kurang dari 20 tahun, maka ia belum bisa
menikah di kantor agama, akan tetapi bisa disahkan dengan
pernikahan s irih, karena syarat khusus dari sebuah pernikahan
yaitu rukun nikah yang terdiri dari 1 orang wali dan 2 orang
saksi, akan tetapi belum di sahkan oleh pemerintahan. Maka
pernikahan tersebut disebutkan dengan pernikahan sirih. Dan
dalam pernikahan sirih tersebut menurut adat tidak
diperkenankan menggunakan pakaian adat berupa baju adat
merah dan hiasan kepala yang disebut dengan tajuk.56 Apabila
terjadinya pernikahan di bawah umur maka pengantin pria dan
wanita tersebut wajib cuci kampung dan di tobatkan.
56
Tajuk adalah mahkota yaitu sebagai hiasan kepala bagi mempelai
perempuan yang terbuat dari logam ataupun perak yang berwarna emas yang
membentuk rangkaian bunga sehingga tajuk tersebut telihat indah. Pada zaman
dahulu dalam penggunaaan tajuk tersebut harus menggunkan gedebong pisang
yang berguna untuk menancapkan bunga-bunga logam sampai mebentuk sebuah
mahkota lalu di letakkan diatas kepala mempelai perempuan tersebut.
57
Sedingin adalah tanaman obat-obatan yang berbentuk batang, dengan bentuk
daun yang mengerucut dan bergerigi di pinggirnya, serta berwarna hijau. Tanaman
ini memiliki kandungan air yang cukup tinggi dan memiliki efek dingin ketika
diaplikasikan menjadi obat, maka dari itu tanaman ini disebut dengan sedingin.
Tidak hanya bisa digunakan sebagai obat, tanaman ini juga memiliki fungsi sebagai
syarat pelengkap dalam mengadakan suatu ritual, yaitu salah satu nya ritual cuci
kampung.
58
Hasil wawancara dengan ketua adat pada tanggal 20 juli 2021.
37
Pada awal nya nilai moral dalam diri manusia itu bermula dari
sikap dan tata cara kita di dalam sebuah keluarga, yang mana di
dalam sebuah keluarga kita harus saling menghormati, saling
menyanyangi, dan saling mengerti satu sama lain. ketika sikap
kita baik terhadap keluarga baik terhadap Ayah, Ibu, adik, kakak,
kakek, nenek, paman, maupun bibi barulah nilai moral kita akan
muncul.59 Dengan adanya nilai moral yang baik di dalam diri kita
secara otomatis akan adanya kebersamaan, dan nilai moral ini
dapat kita kembangkan dalam kemasyarakatan maupun dalam
sebuah negara. Begitu pula hal nya dengan nilai moral dan nilai
kekeluargaan yang ada di dalam sebuah pernikahan di Suku
Rejang ini, yaitu dalam acara ini menunjukan kekompakan,
kerukunan, dan kebersamaan keluarga dalam melancarkan sebuah
acara yang sakral ini.
Hasil wawancara dengan kepala desa pada tanggal yang telah ditentukan
59
60
Tarup atau dalam bahasa indonesia nya yang disebut sebagai panggunga
adalah sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, bambu dan seng, bangunan
tersebut dibuat dengan cara bergotong royong oleh warga setempat mulai dari
pencarian bahan-bahan ke hutan, pengangkutan, dan penegakan nya pun juga
dilakukan bersama-sama bahkan Sampai pembongkaran nya nanti pun juga
dilakukan bersama-sama. Tarup ini biasanya dibangun ketika ada yang
mengadakan pesta pernikahan.
38
digunakan kepada orang disekeliling mau pun masyarakat sekitar
akan tetapi digunakan juga dalam kebernegaraan.
61
Hasil wawancara kepada ketua adat pada tanggal yang telah ditentukan.
39
gula merah, serta gulai ayam yang dimasak sesuai dengan
keiinginan tuan rumah.
Adat tersebut digunakan apabila pernikahan
dilangsungkan di rumah dan jika pernikahan tersebut
dilakukan di kantor KUA maka tidak perlu menggunakan adat
tersebut. Dalam pelaksanaan pernikahan tersebut orang yang
hadir dalam ruang lingkup pernikahan itu diwajibkan untuk
memakai sarung dan peci atau kopiah berwarna hitam. Jika
tidak menggunakan peci maupun sarung maka ia tidak boleh
memasuki ruangan tempat diberlangsungkannya akad nikah.62
62
Hasil wawancara kepada ketua adat pada tanggal yang telah ditentukan.
40
Yang artinya : Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-
ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-
saudaramu yang perempuan, saudara-saudara
ayahmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu
yan perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang
menyusui kamu,saudara-saudara perempuanmu
sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak
perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam
peliharaanmu, dari istri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur tangan dengan istrimu
itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa
kamu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-
istri anak kandungmu (menantu) dan (diharamkan)
mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan
yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada
masa lampau. Sungguh Allah maha pengampun dan
penyayang.63
63
Qs. An-nisa ayat 23
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pernikahan pada umumnya merupakan suatu ikatan suci oleh
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling mencintai, yang
mana di dalam sebuah ikatan pernikahan ini nantinya akan
membangun sebuah keluarga yang harmonis yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak. Dan di dalam islam pun mengatakan bahwa menikah
merupakan hal yang sesuai dengan ketentuan Allah Swt lengkap
dengan rukun beserta syaratnya, sehingga tidak ada penghalang yang
menghalangi keabsahannya dan tidak ada unsur penipuan dari kedua
belah pihak baik suami maupun isteri atau salah satunya, serta niat
kedua mempelai sejalan dengan tuntunan syariat Islam. Dan di dalam
kebudayaan nya pun pernikahan adalah salah satu peristiwa yang
sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena di dalam
pernikahan tidak hanya menyangkut antara sepasang laki-laki dan
perempuan saja melainkan juga menyangkut kedua orang tua dari
kedua belah pihak, beserta keluarga dan saudara-saudaranya masing-
masing agar terciptanya hubungan yang harmonis anatar dua
keluarga.
42
Seperti halnya di dalam pelaksanaan sebuah pernikahan itu
tercantum nilai-nilai keislaman yang harus ada yaitu seperti nilai
aqidah, nilai syariat, dan nilai akhlak nya. dari ketiga nilai ini sangat
berperan penting dalam keberlangsungan acara penikahan. Yang di
dalam nya harus ada peraturan dan tata cara adat yang harus di
terapkan, dan kebersamaan serta saling menghargai antara satu sama
lain.
B. Saran
Saran saya sebagai penulis untuk generasi-generasi yang akan
datang agar adat serta tradisi-tradisi yang ada di setiap daerah harus
terus dilestarikan supaya nanti geneasi-generasi selanjutnya juga ikut
merasakan betapa indah nya dan betapa bangganya kita memuliki
keunikan-keunikan tersendiri dari setiap daerah.
Saya juga berharap kepada lembaga tempat saya meneliti ini agar
sejarah-sejarah seta tradisi-tradisi ini di bukukan, dan dijadikan suatu aturah
khusus yang harus terus dilaksanakan, agar tardisi ini tetap lestari dan tidak
punah karena mengingat perkembangan zaman yang sangat pesat ini yang
memiliki kemungkinan untuk mempermudah suatu acara dan meninggalkan
tradisi-tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Koentjaraningrat, pengantar antropologi 1, jakarta: Rineka cipta,
1996, hal.72
Majana Sanuri, Perkawinan Beleket Menurut Adat di Lebong
Ditinjau dari Hukum Islam, dalam jurnal Qiyas ( Bengkulu: IAIN Bengkulu.
Vol.2, No.1, April 2017), hal.99
45
Wijaya Mahendra Dkk, PEMAKNAAN PERKAWINAN: Studi Kasus
Pada Perempuan lajang Yang BekerjaDi Kecamatan Bulukerto Kabupaten
Wonogiri, Jurnal Analisa Sosiologi, April 2017, hal.75.
Wisnu Gianjar Kawirian Hidayat, Pandangan Tokoh Agama Islam di
Dusun Nipah Terhadap Adat Merariq Suku RejangSasak, Praktek Profesi
Mahasiswa, Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
46
Gambar 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
47
1. Wawancara Bersama Bapak Bambang Indarto Selaku Ketua
Lembaga Kantor KUA Pada Tanggal 16 Juli 2021
Apa yang dimaksud dengan pernikahan ?
Menurut saya pernikahan itu adalah upacara pengikatan janji
nikah yang dilaksanakan atau memiliki dua orang pelaku yaitu
seorang laki-laki dan perempuan dengan maksud meresmikan suatu
ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum dan norma
sosial. Namun dalam acara pelaksanaan pernikahan itu pun memiliki
cara yang berbeda-beda di setiap daerah.
Apa saja syarat dan rukun nikah dalam islam ?
Jadi rukun nikah itu terdiri dari pengantin laki-laki, pengantin
perempuan, seorang wali, dan dua orang saksi. Apabilla ketempat
rukun itu sudah terpenuhi maka baru bisa dilakukannya ijab qabul
(akad nikah). Dalam menjalankan sebuah pernikahan itu ada
beberapa syarat yaitu:
a. Syarat calon suami, yaitu beragama islam, leki-laki yang tertentu,
mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut, bukan
dalam ihram haji (umroh), dengan kerelaan sendiri bukan dari
paksaan, tidak mempunyai empat orang istri dalam satu waktu,
mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi sah untuk
dijadikan istri.
b. Syarat bakal istri, beragama islam, perempuan yang tertentu, bukan
seorang banci, tidak dalam ihram haji (umroh), tidak dalam iddah,
bukan istri orang..
c. Syarat wali, beragama islam, laki-laki yang sudah pubertas, dengan
kelraan sediri tanpa adanya paksaan, bukan dalam ihram haji atau
umroh, tidak cacat akal pikiran, dan usia yang terlalu tua.
Apakah arti pernikahan menurut bapak?
Menurut saya pernikahan itu adalah suatu ikatan suci antara
seorang laki-laki dan perempuan untuk membangun sebuah rumah
tangga yang harmonis sakinnah, mawaddah, warahmah. yang mana
dalam pelaksanaan pernikahan ini digelar sebuah acara sakral yang
termuat berbagai tradisi-tradisi khusus dan beragam.
Apa pendapat bapak mengenai adat pernikahan Suku Rejang
ini?
Pendapat saya selama melaksanakan tugas dalam pencatatan
nikah di wilayah KUA Kecamatan Taba Penenjung Kabupaten
48
Bengkulu Tengah ini semuanya menggunakan adat Suku Rejang.
Ketika dilihat dari prosesinya banyak menggunakan doa-doa yang
sesuai dengan mayoritas agama yang di peluk oleh Suku Rejang ini
yaitu beragama Islam, norma agama yang digunakan dalam prosesi
pernikahan yang ada pada Suku Rejang ini cukup kental.
51
merah dan hiasan kepala yang disebut dengan tajuk. Apabila
terjadinya pernikahan di bawah umur maka pengantin pria dan wanita
tersebut wajib cuci kampung dan di tobatkan. Proses cuci kampung
tersebut diadakan di rumah kediaman baik mempelai pria maupun
wanita yaitu dengan cara menggelar suatu hajatan dan berdoa
bersama serta menyembelih 1 ekor kambing yang mana darah
kambing tersebut dimbil dan dicampur dengan jeruk, dan sedingin
lalu campuran tersebut di tebar di kiri kanan jalan sepanjang 20 meter
ke hulu desa dan 20 meter ke hilir desa. Dan sebelum doa
dilaksanakan kedua mempelai tersebut wajib ditobatkan terlebih
dahulu oleh seorang imam dengan cara kedua mempelai di lingkupi
dengan kain putih sepanjang 2 meter lalu kain putih tersebut
dikembalikan ke masjid.
Apa saja tradisi yang wajib ada dalam Pernikahan Suku Rejang
ini?
Dalam proses pernikahan Suku Rejang pun ada tradisi yang
harus dipersiapkan atau wajib ada yaitu yang pertama berupa punjung
nikah (sajian), yaitu berupa nasi kuning yang dibentuk bundar seperti
tumpeng yang dilapisi dengan daun pisang yang di ukir berbentuk
bunga lalu pada bagian atas nasinya itu dilengkapi dengan olahan
satu ekor ayam utuh yang diletakkan diatas nasi tersebut dan dihiasi
dengan bendera warna-warni lalu dibawa ketika akan
dilaksanakannya akad nikah. Tradisi kedua yang wajib ada yaitu
punjung nasi sawo, yaitu berupa nasi ketan dan inti kelapa yang
dimasak dengan gula merah yang penyajian nya itu harus di tata
khusus dan rapih di atas piring putih, nasi yang diratakan di seluruh
permukaan piring bagian dalam dan di tengah-tengah nya diberikan
inti kelapa. Lalu tradisi yang ke tiga yaitu harus ada gulai ayam yang
dimasak sesuai dengan keiinginan tuan rumah.
Adat tersebut digunakan apabila pernikahan dilangsungkan di
rumah, jika pernikahan tersebut dilakukan di kantor KUA maka tidak
perlu menggunakan adat tersebut. Tradisi ke empat yaitu ketika akan
di langsungkannya akad nikah maka orang yang hadir dalam ruang
lingkup pernikahan tersebut diwajibkan memakai sarung dan peci
atau kopiah berwarna hitam. Jika tidak menggunakan peci maupun
sarung maka ia tidak boleh memasuki ruangan tempat
diberlangsungkannya akad nikah.
52
Apa perbedaan antara pernikahan di Suku Rejang dengan
pernikahan di suku lain?
Padamumnya pernikahan yang ada di Suku Rejang itu sama
baik dari segi acara maupun hantarannya, walaupun ada perbedaan
yang terletak pada tata cara atau langkah-langkah dalam pelaksanaan
pernikahannya. Seperti hal nya dalam adat bengkulu ketika akan
dilaksanakannya pernikahan ada hal-hal yang wajib dilakukan yaitu
seperti siraman air kembang, pawai pengantin yang diarak keliling
kota bengkulu, injak telur dll. Akan tetapi hal yang Berbeda dengan
adat Suku Rejang yang mana dalam proses pernikahannya itu tidak
ada prosesi seperti siraman, pawai, dan injak telur seperti adat asli
kota Bengkulu.
Pernikahan Suku Rejang juga berbeda dengan pernikahan
adat Suku Lembak yaitu berbeda dalam segi makanan yang wajib ada
di hari akan berlangsungnya akad nikah yaitu, dalam adat Suku
Lembak makanan yang wajib ada dalam prosesi pernikahan yaitu
lemang tapai. Lemang tapai merupakan makanan khas yang wajib
ada keti ka akan berlangsungnya hari akad nikah dalam Suku Lembak
yang mana lemang tapai ini berupa beras ketan dan santan yang
dimasak di dalam sebuah bambu dengan cara di bakar, dan tapai yang
terbuat dari beras ketan merah yang di fermentasi selama 4 hari,
kedua makanan tersebut disajikan secara bersamaan dalam satu
piring. Sedangkan di dalam Suku Rejang yang wajib ada yaitu.
53
Terkait dengan tata cara serta adat istiadat pernikahan yang ada
pada Suku Rejang ini bagaimana tanggapan anda?
Tanggapan saya mengenai pernikahan yang ada pada Suku Rejang ini
seru karena ada banyak hal yang dapat kita pelajari terutama
kebersamaan nya, karena menurut saya dalam menggelar acara besar
seperti acara pernikahan seperti ini harus menggunakan banyak
tenaga dan kerja sama yang baik dalam mensukses kan acara ini, jadi
disini saya melihat kerukukan serta gotong royong antar keluaga,
tetangga, dan masyarakat itu masih terjaga dengan baik. Selain
adanya kerukuran serta kebersamaan di dalam pernikahan ini juga
terdapat keunikan-keunikan dalam proses pelaksanaan nya yang
jarang dimiliki oleh daerah lain seperti belarak, bemecak, besanding,
mena’oi (menari), ada juga yang memakai tardisi belarak malam dan
sarafal anam.
6. Wawancara bersama Ibu Anggi dan Bapak Yogi yang terlibat
dalam pernikahan di Suku Rejang pada tanggal senin 2 Agustus
2021.
Bagaimana pendapat kalian setelah meelaksanakan adat
pernikahan Suku Rejang ini?
Menurut kami dalam pelaksanaan serta persiapan pernikahan
adat Rejang ini cukup hangat ia menyatukan antara dua keluaraga
yang mana kelurga pria bertandang ke rumah keluarga wanita
yangmana kedatangan tersebut disambut dengan baik dengan ke
khasan caranya dalam menyambut orang baru di keluraganya, serta
saling memperkenalkan satu persatu anggota keluarga masing-
masing. Dan dalam pagelaran acara nya pun cukup meriah dan
banyak hal-hal unik yang dilakukan. Tp disini kamu berharap agar
tradisi seperti ini tetap terjalin sampai kapan pun.
Bagimana pendapat kalian terkait dengan adat atau tradisi yang
ada pada acar pernikahaan Suku Rejang ini?
Menurut kami ini sangat menarik karena dalam setiap prosesi
nya memiliki makna tersendiri, seperti belarak dengan adanya adat
belarak ini kita bisa mengajak para sanak sodara, teman, kerabat dan
masyarakat lainnya untuk jalan bersama mengelilingi kampung
dengan iringan tabuhan rebana yang seakan meberikan semangat
kepada kita, setelah belarak kemudian dilanjutkan dengan bemecak,
yaitu yang menggambarkan seolah-olah bahwa laki-laki itu tangguh
54
seperti pedang dan mampu mengahadapi segala macam rintangan
dalam menjalin rumah tangga, dan ada tarian-tarian yang mengajak
para adik, uwak, nenek, teman, sodara, serta masyarakat yang lain
untuk ikut bergabung merasakan kebahagiaan dengan cara menari
bersama-sama.
55
Gambar 3 Wawancara Kepada Ketua Lembaga Kantor KUA Bresama
Bapak Bambang Indarto.
56
Foto wawancara kepada dimas Prayoga, pemuda desa sukarami
(minggu 1 Agustus 2021)
57
Foto belarak adat pernikahan Suku Rejang (jum’at 23 Juli 2021)
58
Foto menari pengantin pria adat pernikahan di Suku Rejang (sabtu 23
Oktober 2021)
59
60