Anda di halaman 1dari 21

HIV AIDS

“ HIV AIDS PADA REMAJA“

Disusun Oleh :
Eka lia lestari 1032181032

DOSEN PENGAJAR :
Ilah Muhafilah, S.kp.,M.kes

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS M.H THAMRIN
JAKARTA T.A 2020-2021

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………………… 3
BAB I
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….. 4
BAB II
2.1 Devinisi ……………………………………………………………………………... 5
2.2 Fase Perjalanan HIV ………………………………………………………………... 6
2.3 Tanda dan Gejala …………………………………………………………………… 7
2.4 faktor resiko ………………………………………………………………………… 8
2.5 Perkembangan HIV/AIDS ………………………………………………………….. 9
2.6 Pencegahan HIV/AIDS ……………………………………………………………. 10
BAB II
3.1 Sex bebas dan distribusi HIV/AIDS………………………………………………… 11
3.2 Penyalahgunaan narkoba terinfeksi HIV/AIDS …………………………………….. 13
3.3 Kurangnya Informasi pada remaja terkait HIV/AIDS ……………………………… 15
3.4 Pengetahuan HIV/AIDS dengan sigma terhadap remaja penderita HIV/AIDS…….. 17
BAB V
4.1 Perbedaan jurnal yang telah di dapat terkait HIV/AIDS……………………………. 18
4.2 Persamaan jurnal yang telah di dapat terkait HIV/AIDS …………………………… 19

2
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “HIV AIDS PADA REMAJA AKIBAT
DARI PERGAULAN BEBAS” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ilah Muhafila.
S.kp., M.kes pada mata kuliah hiv aids Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “HIV AIDS PADA REMAJA AKIBAT DARI PERGAULAN BEBAS” bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Ilah Muhafilah S.Kp.,M.kes, selaku dosen yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 28 Agustus 2020

Eka Lia Lestari

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. Virus HIV yang
menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-
orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan
penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap
AIDS . Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit
dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus
merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya
menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh (Safri, 2005).

Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak menjelaskan bahwa masa
remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek dan fungsi untuk memasuki masa dewasa Pergaulan seks bebas di kalangan
remaja sudah menempati presentasi mengkhawatirkan, persentase pergaulan bebas dari Data
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hingga September 2015 menunjukkan, remaja yang
terinfeksi HIV berjumlah 28.060 orang (15,2 persen). Sebanyak 2089 orang (3 persen) di
antaranya sudah dengan AIDS.

1.2. Rumusan Masalah


Unutuk mengeetahui seputar tentang HIV/AIDS
1.3. Tujuan Penulisan
Untuk menambah pengetahuan terkait dengan HIV AIDS

4
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Pada Masa Remaja
terjadi perubahan fisik sangat cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan
(mental emosional). Perubahan fisik pada remaja ditandai dengan munculnya tanda-
tanda seks primer yaitu berhubungan langsung dengan organ seks, dan tanda-tanda seks
sekunder seperti perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah
besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya
kumis, cambang dan kumis disekitar kemaluan dan ketiak. Pada remaja puteri
pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya
rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (Pubis) (Irianto, 2015)

Adaptasi perkembangan seksual remaja berkaitan erat dengan sejauh mana


remaja melihat dirinya sendiri sebagai makhluk seksual, mengenal orientasi seksnya
sendiri, menerima gejolak seks dan membentuk keterikatan seksual atau hubungan
romantik. Proses adaptasi seksual ini merupakan bagian dari pencapaian identitas
seksual (Bethsaida, 2013)

Masalah yang sering dialami remaja adalah masalah yang berkaitan dengan
seksualitas atau kesehatan reproduksi. Perubahan fisik dan mulai berfungsinya organ
reproduksi remaja terkadang menimbulkan permasalahan, terutama apabila remaja
kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi. Permasalahan
yang kompleks seiiring dengan masa transisi yang dialami remaja dapat berupa
kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, terinfeksi Penyakit Menular Seksual, HIV
dan AIDS, serta penyalahgunaan NAPZA (Imron, 2012).

5
2.2 fase perkembangan perjalanan HIV
Fase perkembangan perjalanan HIV di dalam tubuh manusia secara umum dibagi
dalam 4 fase, yaitu :
1) Fase Window Period (Periode Jendela)
Pada fase ini seseorang yang telah terinfeksi HIV sama sekali tidak menunjukkan
gejala apapun. Beberapa kejadian yang bisa dialami seorang pengidap HIV pada fase ini
adalah beberapa gejala flu (pusing, lemas, demam, dan lain-lain). Hal ini biasanya terjadi
antara 2-4 minggu setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada fase periode jendela ini di
dalam darah pengidap HIV belum terbentuk antibodi HIV sehingga apabila darahnya di
tes dengan jenis tes yang cara kerjanya adalah mencari antibodi HIV, maka hasil tes akan
negatif. Fase priode jendela ini bisa berlangsung selama 3 sampai 6 bulan dari saat
terinfeksi HIV

2) Fase Asymptomatic (Tanpa Gejala)


Pada fase ini seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Perlahan-lahan jumlah CD4 dalam darah menurun karena diserang oleh HIV. Kadang ada
keluhan berkaitan dengan pembengkakan di kelenjar getah bening, tempat dimana sel
darah putih diproduksi.

Menurut WHO, awalnya diperkirakan hanya sebagian kecil dari mereka yang
terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala AIDS. Namun, kini ditemukan bahwa sekitar
20% dari mereka yang HIV positif akan berkembang menjadi AIDS dalam waktu 10
tahun setelah terinfeksi. Sedangkan 50% lainnya dalam waktu 15 tahun. Berdasarkan
keterangan di atas seseorang bisa saja terkena HIV dan tidak menunjukkan gejala apapun
dalam waktu yang cukup lama (3-10 tahun)

6
3) Fase Symptomatic (Bergejala)
Pada fase ini seseorang yang mengidap HIV akan mengalami gejala-gejala
ringan, tetapi tidak mengancam nyawanya, seperti demam yang bertahan lebih
dari sebulan, menurunnya berat badan lebih dari 10%, diare selama sebulan
(konsisten atau terputus-putus). Berkeringat di malam hari, batuk lebih dari
sebulan, dan gejala kelelahan yang berkepanjangan (fatigue). Sering kali gejala-
gejala dermatitis mulai muncul pada kulit, infeksi pada mulut dimana lidah sering
terlihat dilapisi oleh lapisan putih, herpes, dan lainnya. Kehadiran satu atau lebih
tandatanda terakhir ini menunjukkan seseorang sudah berpindah dari tahap infeksi
HIV menuju AIDS. Bila hitungan CD4 turun pesat di bawah 200 sel/mm3 , maka
pada umumnya gejala menjadi kian parah sehingga membutuhkan perawatan
yang lebih intensif.

2.3 Tanda dan Gejala HIV

Tanda dan gejala HIV sangat bervariasi tergantung dengan tahapan infeksi yang
diderita.

Berikut adalah tanda dan gejala HIV :

1) Individu yang terkena HIV jarang sekali merasakan dan menunjukkan timbulnya
suatu tanda dan gejala infeksi.28 Jika ada gejala yang timbul biasanya seperti flu
biasa, bercak kemerahan pada kulit, sakit kepala, ruam-ruam dan sakit
tenggorokan.
2) Jika sistem kekebalan tubuhnya semakin menurun akibat infeksi tersebut maka
akan timbul tanda-tanda dan gelaja lain seperti kelenjar getah bening bengkak,
penurunan berat badan, demam, diare dan batuk. Selain itu juga ada tanda dan
gejala yang timbul yaitu mual, muntah dan sariawan.
3) Ketika penderita masuk tahap kronis maka akan muncul gejala yang khas dan
lebih parah. Gejala yang muncul seperti sariawan yang banyak, bercak keputihan
pada mulut, gejala herpes zooster, ketombe, keputihan yang parah dan gangguan
psiskis Gejala lain yang muncul adalah tidak bisa makan candidiasis dan kanker
servisk.

7
4) Pada tahapan lanjutan, penderita HIV akan kehilangan berat badan, jumlah virus
terus meningkat, jumlah limfosit CD4+ menurun hingga < 200sel/ul pada keadaan
ini di nyatakan aids
5) Pada tahapan akhir menunjukkan perkembangan infeksi opurtunistik seperti
meningitis, mycobacteruim avium dan penurunan sistem imum.28 Jika tidak
melakukan pengobatan maka akan terjadi perkembangan penyakit berat seperti
TBC, meningitis kriptokokus, kanker seperti limfoma dan sarkoma Kaposi.

2.4 Faktor resiko


Kelompok berisko yang berpeluang besar terkena infeksi HIV/AIDS adalah
heteroseksual, bisesksual, homoseksual, perinatal dan penasun. Populasi kunci yang
menjadi sasaran dalam strategi penanggulan HIV/ADIS yaitu pengguna napza suntik,
wanita pekerja seks (WPS), pelanggan atau pasangan seks WPS, gay, waria dan warga
binaan lapas atau rutan. 6 Perilaku dan kondisi yang menempatkan individu berisiko
tinggi tertularnya infeksi HIV/AIDS yaitu
1) Melakukan hubungan seksual secara anal, oral maupun vagina tanpa menggunakan
kondom.
2) Mempunyai infeksi menular seksual lain seperti sifilis, herpes, klamidia, gonore, dan
vaginosis bakteri
3) Penggunaan jarum suntik secara bergantian dan mendapatkan suntikan yang tidak
aman.
4) Saat melakukan transfusi darah, transpalasi jaringan dan prosedur medis tidak steril
5) Saat melakukan transfusi darah, transpalasi jaringan dan prosedur medis tidak steril

8
2.5 Perkembangan HIV
Beberapa tahap perkembangan HIV dalah sebagai berikut :
1) Setelah HIV masuk ke dalam tubuh manusia maka virus tersebut akan menyerang dan
merusak sejumlah besar sel darah putih serta berkembang biak dengan cepat.
2) Ada sejumlah tahapan perkembangan virus HIV di dalam tubuh.
a) Periode jendela Tahap ini disebut dengan periode jendela, berkisar antara 1
hingga 3 bulan bahkan ada yang hingga 6 bulan (HIV masih ‘bersembunyi’,
belum bisa dideteksi). Selama periode ini, orang tersebut di dalam tubuhnya
sudah terdapat virus dan bisa menularkannya kepada orang lain. Meskipun tidak
akan teruji positif secara laboratoris
b) Tahapan Tanpa gejala Pada tahap ini , HIV telah berkembang biak dalam tubuh
sehingga dapat diketahui dari tes HIV. Orang yang tertular HIV tetap tampak
sehat selama 5 sampai 10 tahun, dikenal dengan masa laten HIV/AIDS. Daya
tahan tubuh masih mampu mengatasi serangan dari berbagai penyebab penyakit
oportunis. Rata-rata tahapan ini berlangsung selama 7 tahun.
c) Tahapan gejala mulai muncul Pada ini, sistem kekebalan tubuh semakin menurun,
orang yang HIV+ akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS. Misalnya
dengan adanya pembengkakan kelenjar limfa pada seluruh tubuh. Tahap ini kira-
kira berlangsung selama lebih dari 1 bulan. Tahapan ini merupakan tahapan
penghancuran dan perusakan secara progresif sel darah putih oleh virus HIV
sehingga dapat melumpuhkan sistem kekebalan tubuh. Dan pada saat ini mulai
muncul penyakit oportunis karena daya tahan tubuh sudah sangat menurun.
d) Tahapan AIDS Pada tahap akhir, ketika sudah menjadi AIDS, penderita akan
semakin lemah kondisinya akibat berbagai penyakit yang tidak dapat dilawan oleh
sistem kekebalan tubuhnya.Tahapan akhir dengan berbagai jenis infeksi oportunis
seperti radang paru paru, gangguan syaraf, jamur, kanker kulit. Pada akhirnya
penderita akan meninggal karena penyakit oportunis tersebut. Infeksi Oportunistik

9
Macam-macam infeksi opurtunistik adalah TB, Pneumonia, Kandidiasis, Herpes,
Diare, Toksoplasma dan Sarkoma Kaposi.

2.6 Pencegahan HIV/AIDS


Pencegahan HIV/AIDS bertujuan untuk melindungi diri dari tertularnya HIV dan tidak
menularkan virus kepada orang lain.
Berikut adalah cara pencegahan penularan HIV/AIDS :
a) Tidak melakukan hubungan seksual berisiko.
b) Tidak berganti-ganti pasangan atau setia kepada satu pasangan yang tidak terkena
infeksi HIV.
c) Menggunakan kondom secara konsisten saat berhubungan seksual yang berisiko.
d) Hindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan secara bergantian. Terutama
bagi pengguna narkoba suntik. Terdapat cara untuk mengurangi resiko tertular HIV
pada penggunaan narkoba yaitu beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang
dapat diminum secara oral, jangan pernah menggunakan dan bergantian alat untuk
menyiapkan napza.
e) Memberikan pendidikan tentang Informasi seputar HIV dan AIDS terutama kepada
populasi kunci.
f) Penghapusan penularan HIV dari ibu ke anak.

10
BAB III

PENJELASAN ISI

Jurnal 1 “ Sex bebas dan distribusi HIV AIDS “

3.1 Sex bebas dan distribusi HIV AIDS

Kartono (2003), menyatakan bahwa salah satu bentuk perilaku seks bebas adalah
hubungan seks kelamin yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan yang bertujuan
untuk mendapatkan pengalaman seksual secara berlebihan. Sementara itu, Desmita
(2012) mendefinisikan perilaku seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan
melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti
berkencan intim, bercumbu sampai melakukan kontak seksual yang dinilai tidak sesuai
dengan norma. Berdasarkan pengertian di atas dapat tarik kesimpulan bahwa seks bebas
adalah hubungan seks untuk mendapatkan kenikmatan atas dorongan seksual dari
kematangan organ seksual. Perilaku seks bebas sebagai aktivititas seksual yang dilakukan
dua lawan jenis maupun sesama jenis sebelum ada ikatan resmi pernikanan.

Selanjutnya, Sylvia & Wilson (dalam Hutapea, Ronald.2011) AIDS adalah


singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome suatu kumpulan gejala penyakit
yang didapat akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus
HIV. HIV/AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil
akhir dari infeksi oleh HIV. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau disingkat AIDS
merupakan sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus.Virus
AIDS menyerang sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes. HIV yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.

11
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan
virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. AIDS merupakan
penyakit yang paling ditakuti pada saat ini, AIDS selama virus tersebut secara serius
merusak sistem kekebalan sehingga membuat mereka lemah dan mudah terserang
terinfeksi beberapa diantaranya menyebabkan kematian. HIV ditularkan melalui cairan
tubuh kebanyakan dalam darah, sperma, cairan vagina dan ASI.

Selanjutnya, Mazmanian dan Sabatier (1983:81) menyebut bahwa konsep atau


pemikiran implementasi sebagai “frame work, for implementation Analysis”. Dalam
rangka analisis itu menekankan bahwa peran penting dari analisis implementasi kebijakan
pemerintah adalah mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan institusi dalam proses pelaksanaan kebijakan. Sabatier dan Mazmanian
(dalam Agustino, 2006: 163-167) variabel yang dimaksud adalah Struktur manajemen
program yang mengoperasionalkan kebijakan menstrukturkan secara tepat proses
implementasi dan faktor-faktor di luar peraturan, yaitu pengaruh langsung berbagai
variabel politik terhadap keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam
keputusan kebijakan tersebut.

Berdasarkan pengertian dari implementasi yang dikemukakan diatas, maka dapat


dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan pihak-pihak
yang berwenang atau kepentingan baik pemerintah yang bertujuan untuk mewujudkan
cita-cita atau tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi dengan berbagai tindakan yang
dilakukan tersebut untuk melaksanakan atau merealisasikan kebijakan yang telah disusun
demi tercapainya tujuan dari kebijakan yang telah direncanakan, karena pada dasarnya
setiaprencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.

12
Jurnal ke 2 “ penyalahgunaan Narkoba Terinfeksi HIV “

3.2 Penyalahgunaan Narkoba Terinfeksi HIV

latar belakang penggunaan dan ketergantungan pada narkoba, menjelaskan latar


belakang penyebab terkena HIV/AIDS, pemaknaan keseluruhan kondisi diri ataupun
lingkungan terdekat yang terkait dan tindakan-tindakan apa saja yang diambil dalam
menyelesaikan masalah. memiliki pola yang sama pada latar belakang penyebab
ketergantungan mereka pada narkoba, yaitu eksternal, stability dan global. Akan tetapi
penyebab dan situasi penggunaan narkobanya berbeda-beda. Ada yang menganggap
penggunaan narkoba diawali karena merupakan dari gaya hidup remaja, sikap orangtua
yang keras serta memperlakukan kekerasan fisik dalam mendidik anak, Ada juga yang
pada awalnya menganggap ia merasa memiliki rasa ingin tahu yang besar akan narkoba
kemudian menganggap narkoba sebagai sesuatu yang keren

Dari pola explanatory style stability, terlihat penyebab mereka menggunakan


narkoba cenderung menetap. Hal ini dikuatkan dengan: Apapun yang ia usahakan tetap
akan membawanya untuk selalu kembali menggunakan narkoba . Kemudian, ada yang
merasa sudah tidak ada lagi yang dapat ia perbuat karena merasa sudah terlanjur
merasakan dan menggunakan narkoba Kondisi memiliki anak dan istri belum dapat
menghentikannya untuk berhenti menggunakan narkoba. Terakhir, gagalnya hubungan
berpacaran membuatnya dengan mudah kembali menggunakan narkoba.

Dalam melihat kondisi diri mereka sendiri terinfeksi HIV/AIDS, ketiga partisipan
cenderung memiliki pola stability. Sudah tahu terinfeksi HIV/AIDS ia tetap
menggunakan narkoba ada yang tetap menggunakan jarum suntik padahal tahu jarum
sudah digunakan oleh temannya yang positif HIV/AIDS dan ada yang masih sulit
menerima keadaan diri sebagai ODHA. Kendati demikian, masih ada di antara mereka
yang mampu mensyukuri keadaannnya dan menganggap ada orang lain yang juga
terinfeksi HIV/AIDS dengan kondisi diri yang lebih buruk dari dirinya

13
Ketiga partisipan melihat HIV/AIDS sudah mengenai seluruh aspek
kehidupannya. Ada yang setelah mengetahui dirinya positif HIV/AIDS membuatnya
semakin tidak dapat memfokuskan diri pada hidupnya. Ada yang menyadari bahwa
keadaan dirinya sudah mempengaruhi anak dan istrinya. Bahkan ada yang tidak mau
memikirkan keadaan dirinya sendiri dan sulit mengakui diri sebagai ODHA bahkan
kembali mengalami relaps (kembali menggunakan narkoba setelah mengikuti program
rehabilitasi) tidak lama sebelum wawancara berlangsung Satu orang dapat melihat bahwa
masih banyak jalan bagi ODHA untuk melanjutkan hidup dan berusaha melihat
kehidupannya lebih positif.

Cara partisipan menjelaskan situasi yang menjadi penyebab dan kondisi dirinya
terkena HIV/AIDS dan dampak yang dialami adalah ada partisipan yang mulai
memikirkan hidupnya dan mau mulai untuk belajar memahami dirinya, tetapi ada juga
partisipan masih sulit menerima keadaan dirinya sebagai ODHA. Dalam memaknai
kondisi diri dan lingkungan/keluarga terdekatnya dan tindakan-tindakan apa yang
dilakukannya dalam menyelesaikan masalah ditemukan bahwa renggangnya hubungan
dalam keluarga, sulitnya membina pertemanan dekat dengan orang lain, masalah
hubungan dengan lawan jenis, stigma lingkungan dan cara partisipan menangani masalah
hidupnya seharihari, cara mereka memaknai diri serta mempengaruhi keseluruhan aspek
hidup partisipan serta sebagai penyalahguna narkoba sekaligus penderita HIV/AIDS

14
Jurnal ke 3 “ Kurangnya Informasi pada remaja terkait HIV “

3.3 Kurangnya Informasi pada remaja terkait HIV

1. Informasi terkait HIV AIDS

Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber dalam bentuk lisan maupun
tulisan yang disebut dengan sumber informasi. Media massa merupakan sumber
informasi utama pelajar dalam mendapatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS. Walaupun
pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung,
tetapi dalam proses pembentukan sikap, peranan media massa tidak kecil. Media sangat
berperan penting dalam membentuk pengetahuan seorang remaja dalam menekan
peningkatan HIV/AIDS. Peran media massa yang diberikan secara pesan terbuka akan
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan bertindak dengan cara positif.

Kecenderungan sikap positif yang dimiliki responden untuk melakukan upaya


pencegahan yang kurang baik bisa disebabkan karena pemahaman akan HIV dan AIDS
tidak secara menyeluruh. Keterpaparan sumber informasi berpengaruh terhadap perilaku
pencegahan HIV/AIDS. Hal ini membuktikan bahwa keterpaparan sumber informasi
sangat berperan dalam perubahan perilaku pencegahan HIV/AIDS. Menurut Green dalam
Notoatmodjo (2012) menyatakan faktor yang mempengaruhi perilaku salah satunya
enabling factor dimana media merupakan komponen faktor tersebut.

15
2. Peranan Orang tua
Orang tua berperan dalam Pendidikan anak untuk menjadikan Generasi muda
berkedudukan. Menurut Abu Ahmadi dalam Hendi Suhendi dan Ramdani Wahtu
(2001:4), penjelasan tentang orang tua dalam pendidikan sebagai berikut, Setelah sebuah
keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada didalamnya memiliki tugas masing-
masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang
disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus
dilakukan didalam atau diluar keluarga. Fungsi disini mengacu pada peranan individu
dalam mengetahui, yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban.
Didalam lingkungan keluarga orang tualah yang bertanggung jawab dalam suatu
keluarga atau rumah tangga, dan sudah layaknya apabila orang tua mencurahkan
perhatian dan bimbingan untuk mendidik anak agar supaya anak tersebut memperoleh
dasar-dasar dan pola pergaulan hidup pendidikan yang baik dan benar, melalui
penanaman disiplin dan kebebasan secara serasi.
Menurut Mutis. T (1995:80) keluarga dituntut untuk memenuhi syarat-syarat antara
lain :
1. Orang tua hendaknya mengenal arti dan ciri-ciri tanggung jawab
2. Orang tua hendaknya mengenal garis besar perkembangan pribadi anak
3. Orang tua hendaknya menciptakan situasi belajar cara bertanggung jawab
dilingkungan keluarga
4. Orang tua hendaknya tahu bahwa titik berat pendidikan tata cara bertanggung
jawab dilingkungan adalah penempatan nilai nilai kepribadian

16
Jurnal Ke 4 ” Pengetahuan HIV/AIDS dengan sigma terhada orang dengan HIV/AIDS kalangan
remaja

3.4 Pengetahuan HIV/AIDS dengan sigma terhada orang dengan HIV/AIDS kalangan remaja

Stigma adalah suatu sifat yang menghubungkan seseorang yang terinfeksi HIV
dengan nilai-nilai negatif yang diberikan oleh masyarakat. Pemberian Stigma membuat
ODHA diperlakukan secara berbeda dengan orang lain dan dapat menghambat proses
pengobatan dan dapat meningkatkan jumlah pengidap AIDS.  Jenis penelitian ini adalah
penelitian Survey Analitik dengan rancangan Cross Sectional Study.Pengumpulan data
menggunakan koesener untuk megidentifikasi variabel penelitian.

Meningkatkan promosi tentang HIV dan AIDS, dan penanggulangan preventif


atau peraturan dari pemerintah pusat dan daerah dalam bentuk UU serta adanya
kontrol masyarakat terhadap hukum yang berkaitan perzinaan (seks bebas) dan kepada
peneliti selanjutnya sebaiknya mengmbil variabel selain dari penelitian ini yakni variabel
interaksi dengan ODHA dan pemberian label negatif misalnya penyakit kutukan.Dengan
pengetahuan yang cukup menunjukkan stigma terhadap ODHA. Semakin tinggi/cukup
pengetahuan seseorang maka perilaku/sikapnya akan lebih baik, namun dalam penelitian
ini hal tersebut tidak berlaku. Hal ini mungkin disebabkan semakin seseorang mengetahui
tentang HIV/AIDS, maka mereka akan lebih waspada terhadap HIV/AIDS. Jika
seseorang tidak mengetahui tentang HIV, mereka akan menganggap penyakit ini sama
dengan penyakit lain pada umumnya.

Kementerian Kesehatan diharapkan bekerja sama dengan Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyusun pelajaran dengan topik penyakit menular
seksual termasuk HIV/AIDS untuk dapat dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah serta
selalu melakukan kegiatan sosialisasi pencegahan penyakit HIV/AIDS terutama
mengenai mekanisme penularan HIV dan Voluntary Counseling and Testing (VCT).

17
BAB IV

PEMBAHASAN ( PERSAMAAN DAN PERBEDAAN )

4.1 Perbedaan

Berdasarkan hasil dari beberapa jurnal yang telah di peroleh adalah :


1. Jurnal Pertama
Desmita (2012) mendefinisikan perilaku seks bebas adalah segala cara
mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ
seksual, seperti berkencan intim, bercumbu sampai melakukan kontak seksual yang
dinilai tidak sesuai dengan norma Desmita (2012) mendefinisikan perilaku seks bebas
adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari
kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu sampai melakukan kontak
seksual yang dinilai tidak sesuai dengan norma
2. Jurnal ke 2
Penggunaan dan ketergantungan pada narkoba, menjelaskan latar belakang
penyebab terkena HIV/AIDS, pemaknaan keseluruhan kondisi diri ataupun lingkungan
terdekat yang terkait dan tindakan-tindakan apa saja yang diambil dalam menyelesaikan
masalah. memiliki pola yang sama pada latar belakang penyebab ketergantungan mereka
pada narkoba, yaitu eksternal, stability dan global. Akan tetapi penyebab dan situasi
penggunaan narkobanya berbeda-beda. Ada yang menganggap penggunaan narkoba
diawali karena merupakan dari gaya hidup remaja

3. Jurnal ke 3
Kecenderungan sikap positif yang dimiliki responden untuk melakukan upaya
pencegahan yang kurang baik bisa disebabkan karena pemahaman akan HIV dan AIDS
tidak secara menyeluruh. Keterpaparan sumber informasi berpengaruh terhadap perilaku
pencegahan HIV/AIDS. Hal ini membuktikan bahwa keterpaparan sumber informasi
sangat berperan dalam perubahan perilaku pencegahan HIV/AIDS.

4. Jurnal ke 4
Stigma adalah suatu sifat yang menghubungkan seseorang yang terinfeksi HIV
dengan nilai-nilai negatif yang diberikan oleh masyarakat. Pemberian Stigma membuat
ODHA diperlakukan secara berbeda dengan orang lain dan dapat menghambat proses
pengobatan dan dapat meningkatkan jumlah pengidap AIDS.  Jenis penelitian ini adalah

18
penelitian Survey Analitik dengan rancangan Cross Sectional Study.Pengumpulan data
menggunakan koesener untuk megidentifikasi variabel penelitian.

4.2 Persamaan
Berdasarkan dari beberapa jurnal yang telah di temui mendapatkan beberapa
persamaan terkait dengan HIV/AIDS yaitu :
HIV/AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau disingkat AIDS merupakan
sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus.Virus AIDS menyerang sel
darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes. HIV yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia

Terinfeksi HIV/AIDS ia adalah salah satunya remaja di karenakan pergaulan bebas


seperti seks bebas, penyalah gunaan narkoba dan lain sebagainya pada umumnya orang yang
infeksi positif HIV/AIDS dan ada yang masih sulit menerima keadaan diri sebagai ODHA.
Kendati demikian, masih ada di antara mereka yang mampu mensyukuri keadaannnya dan
menganggap ada orang lain yang juga terinfeksi HIV/AIDS dengan kondisi diri yang lebih
buruk dari dirinya

Salah satu factor penyebab terjadinya HIV/AIDS di kalangan remaja adalah kurangnya
pengetahuan remaja terkait dengan HIV/AIDS tersebut serta kurangnya peranan orang tua
terhadap anak Khususnya pada remaja, yang di mana pada masa remaja adalah masa
peralihan dari anak – anak menuju dewasa di masa itu remaja sedang mencari jadi diri.
Dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan HIV/AIDS serta orang tua
mengikut sertakan dalam hal ini

Kementerian Kesehatan diharapkan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan untuk menyusun pelajaran dengan topik penyakit menular seksual termasuk
HIV/AIDS untuk dapat dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah serta selalu melakukan
kegiatan sosialisasi pencegahan penyakit HIV/AIDS terutama mengenai mekanisme
penularan HIV dan Voluntary Counseling and Testing (VCT).

19
BAB V
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
HIV/AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi oleh HIV. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau disingkat AIDS
merupakan sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus.Virus
AIDS menyerang sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes. HIV yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia Salah satu factor penyebab
terjadinya HIV/AIDS di kalangan remaja adalah kurangnya pengetahuan remaja terkait
dengan HIV/AIDS tersebut serta kurangnya peranan orang tua terhadap anak Khususnya
pada remaja, yang di mana pada masa remaja adalah masa peralihan dari anak – anak
menuju dewasa di masa itu remaja sedang mencari jadi diri. Dengan memberikan
pendidikan kesehatan terkait dengan HIV/AIDS serta orang tua mengikut sertakan dalam
hal ini

20
DAFTAR PUSTAKA

Asra, E., Supriyatni, N., & Mansyur, S. (2020). Stigma terhadap Orang dengan HIV dan AIDS
(ODHA) pada Masyarakat di Kelurahan Kayu Merah Kota Ternate Tahun 2019. JURNAL
BIOSAINSTEK, 2(01), 47-57.

Rahayu, D. (2008). EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER


EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG
HIV/AIDS (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Maturo, Donna, et al ( 2015 ). "Development of a protocol for transitioning adolescents with


HIV infection to adult care." Journal of Pediatric Health Care 25: 16-23.

Taylor, B. G., & Mumford, E. A. (2016). A national descriptive portrait of adolescent


relationship abuse: Results from the National Survey on Teen Relationships and Intimate
Violence. Journal of interpersonal violence, 31(6), 963-988.

21

Anda mungkin juga menyukai