Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANGGOTA KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI


PADA NY.Y DI RUANG ANYELIR RS.DR.SUYOTO

METODOLOGI PENELITIAN

Dosen : Ns. La Saudi, S.Kep , M.Kep

DISUSUN OLEH

Dini dwi septiyani


(144012413)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KARYA HUSADA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan tekanan darah yang melebihi
tekanan darah sistole menetap diatas 140 mmHg dan diastole yang menetap 90 mmHg.
Word Healt Organization (WHO), tekanan darah normal bila kurang dari 135/85
mmHg, dan diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Namun untuk orang
indonesia, tekanan darah yang ideal adalah sekitar 110-120/80-90 mmHg (Robins
2015).
Hipertensi dapat menyerang hampir seluruh golongan masyarakat di seluruh
dunia. Jumlah penderita hipertensi yang terus bertambah dari tahun ketahun. Oleh
mereka yang tidak menjalani pengobatan sesuai anjuran tenaga kesehatan. Sehingga hal
tersebut menyebabkan hipertensi sebagai penyebab kematian tertinggi didunia
(Riskesdas 2013).
Data Word Healt Organization (WHO), pada tahun 2011 menunjukkan satu
milyar orang didunia menderita hipertensi,2/3 berada ni negara berkembang yang
berpenghasilan rendah sampai sedang, prevelensi hipertensi akan terus meningkat tajam
dan di prediksi pada tahun 2025 sebanyak 25% orang dewasa di seluruh dunia,
hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun (kemenkes
RI,2017).
Untuk kawasan Asia penyakit hipertensi telah membunuh 1,5 juta orang setiap
tahunnya. Hal ini menunjukkan satu dari 3 orang menderita tekanan darah tinggi.
Sementara di kawasan Asia tenggara, 36 % orang dewasa menderita hipertensi (Chandra
2013).
Data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 di Indonesia penderita hipertensi
diatas 18 tahun sebanyak 666.9920 orang, hipertensi lebih tinggi terjadi pada
perempuan yaitu sebanyak 346.7999 orang sedangkan perderita hipertensi laki-laki
sebanyak 319.121 orang. Prevalensi hipertensi di Indonesia berada pada urutuan 10
teratas yang dapat menyebabkan kematian pada semua kelompok umur dengan strok
sebagai penyebab kematian nomor satu jumlah angka angka hipertensi tertinggi di
indonesia (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sumatera Utara (Riskesdas
2016), Penyakit degenerative atau penyakit tidak menular jenis PTM yang masuk dalam
sepuluh besar tidak bertambah, tetapi yang menjadi catatan adalah kenaikan
peringkatnya dalam daftar tersebut. Jika pada tahun 2015 Hipertensi berada pada urutan
ke 4, maka pada tahun 2016 bergeser naik pada urutan ke 1. Hal ini secara eksplisit
menunjukkan meningkatnya jumlah hipertensi di sumatera utara (Kemenkes RI, 2016).
Upaya penatalaksanaan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan melalui
pengendalian faktor resiko dan terapi farmakologi, dimana pengendalian faktor resiko
yaitu mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi asupan garam
didalam tubuh, ciptakan keadaan rileks, malakukan olahraga teratur dan berhenti
merokok. Adapun terapi farmakologi yaitu mengendalikan angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan
gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat
tunggal, masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis di titrasi. Obat berikutnya
bungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi.
Pemulihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan
respon penderita pada obat anti hipertensi (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, 2016)
Penatalaksanaan dan perawatan hipertensi pada usia memerlukan pendekatan
tersendiri pada pemahaman yang lebih baik tentang patofisiloginya, perlindungan yang
pertama yang terbaik untuk mengatasi kerusakan pembuluh darah akibat hipertensi
adalah dengan dengan mencegahnya, perlindungan kedua yang terbaik adalah dengan
mengontrolnya secara rutine. Selain itu penting sekali suport atau dukungan keluarga
psikososial dari berbagai pihak khususnya keluarga orang yang paling dekat dengan
usia lanjut (Zulfitri 2013).
Keluarga dapat melaksanakan perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat di
lihat dari tugas kesehatan keluarga yaitu. (1) keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan keluarga, (2) keluarga mampu membuat keputusan tindakan kesehatan yang
tepat, (3) keluarga mampu memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, (4)
keluarga mampu mempertahankan suasana rumah yang sehat dan (5) keluarga mampu
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat. (Mubarak 2015).
Menurut data Rekam Medik Puskesmas Simalingkar jumlah penderita hipertensi
pada tahun 2017 berjumlah 120 penderita, pada tahun 2018 berjumlah 130 penderita.
Dari data tersebut tampak adanya kecenderungan peningkatan kasus kejadian hipertensi
di lingkungan puskesmas Simalingkar khususnya Puskesmas pembantu (Pustu
Simalingkar). (Medical Record Puskesmas Simalingkar tahun 2018).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis ingin melakukan Penelitian dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Anggota Keluaga Tn. S Dengan Hipertensi Pada
Ny.Y Di Ruang Anyelir Rs.dr.Suyoto

1.2. Tujuan Penelitian


1.2.1. Tujuan Umum
Mampu Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Anggota Keluaga Tn. S
Dengan Hipertensi Pada Ny.Y Di Ruang Anyelir Rs.dr.Suyoto
Tujuan Khusus
a. Dapat menggambarkan pengkajian pada pasien dengan Masalah Hipertensi
b. Dapat menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan dengan
Masalah Hipertensi.
c. Dapat menggambarkan perencanaan tindakan pada pasien dengan Masalah
Hipertensi
d. Dapat menggambarkan pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien
dengan Masalah Hipertensi.
e. Dapat menggambarkan evaluasi pada pasien yang mengalami masalah
Hipertensi
f. Dapat menggambarkan saran dan alternatif pemecahan masalah yang
dihadapi dalam pelayanan tindakan Asuhan Keperawatan pada pasien yang
mengalami masalah Hipertensi.

1.3. Metode Penulisan


Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriftif
yaitu metode ilmiah yang menggambarkan keadaan pasien sebenarnya melalui
pendekatan study kasus mulai pengumpulan data, menganalisa data, menegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan implementasi dan mengevaluasi tindakan,
adapun tehnik yang digunakan dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Studi kepustakaan


mengumpulkan data dengan cara mengutip buku buku pelayanan yang berkaitan
dengan masalah keperawatan Keluarga dan pengobatan terhadap penderita.

1.3.2. Wawancara
Yaitu tanya jawab secara langsung kepada pasien, keluarga pasien dan dengan
tim kesehatan lainnya untuk mendapatkan data-data yang sesuai dengan kasus
klien.

1.3.3. Observasi
Yaitu dengan mengamati prilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data-data
kesehatan yang berhubungan dengan klien secara langsung.

1.4. Sistematika Penulisan


Dalam Penulisan Karya Tulis ini terdiri dari 5 BAB yaitu :
BAB I: Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,
perumusan masalah, manfaat penelitian,dan sistematika penulisan.
BAB II: Landasan Teoritis terdiri dari konsep dasar dan asuhan keperawatan.
BAB III: Laporan Kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan
dan evaluasi.
BAB IV: Pembahasan
BAB V : Kesimpulan dan Saran

1.5. Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah mengenai” Mampu
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Anggota Keluaga Tn. S Dengan Hipertensi
Pada Ny.Y Di Ruang Anyelir Rs.dr.Suyoto dengan mengadakan pengkajian,
mendiaknosa, perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi, yang dilakukan selama
3 hari dari tanggal 06-05 Agustus 2021.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar


2.1.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Sheps, 2014).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Sheps, 2014).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolic sama atau lebih besar 90 mmHg.

2.1.2. Etiologi
1. Tidak di ketahui penyebabnya / keturunan (Hipertensi primer)
Faktor-faktor resiko :Usia, Merokok, Kelebihan berat badan atau obesitas, Kurang
olahraga,Terlalu banyak mengonsumsi minuman, keras dan Stres.
2. Disebabkan oleh penyakit lain ( hipertensi sekunder ) Antara lain penyakit :
Ginjal, Saraf dan Tumor (Lany Gunawan, 2011).

2.1.3. Patofisiologi Hipertensi


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatantahanan perifer (Smeltzer,
2013).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo,2016).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat
pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organorgan seperti
jantung. (Soeparman ,2015).

Pathway

2.1.4. Tanda Dan Gejala


Manifestasi klinis atau tanda-tanda pada klien dengan hipertensi menurut
Soeparman (2016) adalah :
a. Tekanan darah tinggi > 140/90 mmHg
b. Leher kaku
c. Kepala pusing hebat
d. Lemah dan lemas
e. Penyempitan pembuluh darah akibat merokok
f. Banyak Kencing di malam hari
g. Sulit Bernafas saat beraktivitas
2.1.5. Penatalaksanaan Hipertensi
Upaya penetalaksanaan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan melalui
pengendalian faktor risiko dan terapi farmakologi (Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular, (2016).
a. Pengendalian Faktor Risiko
1. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan.
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas
jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5
kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight).
Dengan demikian obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan.
2. Mengurangi asupan garam didalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Batasi sampai dengan
kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat memasak.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem
syaraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4
kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran dan memperbaiki
metabolisme tubuh yang ujungnya dapat mengontrol tekanan darah.
5. Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat memperburuk
hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah
tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan
denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok
pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada
pembuluh darah arteri.
b. Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan
dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan
gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat
tunggal , masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya
mungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi.
Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan
respon penderita terhadap obat anti hipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat anti
hipertensi sebagai berikut :
1. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi.
2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti
hipertensi.
3. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan
seumur hidup.
jenis-jenis Obat Anti Hipertensi (OAH)
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (Iewat kencing),
sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan dan berefek turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan
pertama pada hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya.

2. Penghambat Simpatis
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktifitas syaraf simpatis (syaraf yang
bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh obat yang termasuk dalam golongan
penghambat simpatetik adalah metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang
dijumpai adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya sel
darah merah), gangguan fungsi hati dan kadangkadang dapat menyebabkan penyakit
hati kronis. Saat ini golongan ini jarang digunakan.
3. Betabloker
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernafasan seperti asma bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah metoprolol,
propanolol, atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes harus hati-hati,
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun menjadi
sangat rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya). Pada orang dengan
penderita bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.
4. Vasodilatator
Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah prazosin dan hidralazin.
Efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit
kepala.
5. Penghambat enzim konversi angiotensin
Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang
dapat meningkatakan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah
kaptopril. Efek samping yang sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala
dan lemas.
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat
kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
nifedipin, diltizem dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

7. Penghambat reseptor angiotensin II


Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obatobatan yang
termasuk .golongan ini adalah valsartan. Efek samping yang mungkin timbul adalah
sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Tatalaksana hipertensi dengan obat anti hipertensi yang dianjurkan.
1. Diuretik: hidroclorotiazid dengan dosis 12,5 - 50 mg/hari.
2. Penghambat ACE/penghambat reseptor angiotensin II : Captopril 25 – 100
mmHg.
3. Penghambat kalsium yang bekerja panjang : nifedipin 30 - 60 mg/hari
4. Penghambat reseptor beta: propanolol 40 - 160 mg/hari
5. Agonis reseptor alpha central (penghambat simpatis): reserpin 0,05 - 0,25
mg/hari.
Tatalaksana pengendalian penyakit hipertensi dilakukan dengan pendekatan:
1. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan
publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian hipertensi.
2. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan
aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan
menghindari terjadi Rekurensi (kambuh) faktor risiko.
3. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang
diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan
berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan
penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan
organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan
dalam pengendalian 4. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada
keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi
Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan dengan
mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur
organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai
tingkatan.
2.2. Tinjauan Umum Keluarga
2.2.1. Defenisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap
anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi 2014).
Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2015) keluarga merupakan perkumpulan dua
atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-
tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
1. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2013) Struktur Keluarga terdiri dari beberapa bagian yaitu :
a. Dominasi struktur keluarga
Dominasi jalur hubungan darah Patrilineal yaitu Keluarga yang dihubungkan
atau disusun melalui jalur garis ayah,suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan
struktur keluarga patrilineal. Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
b. Elemen struktur keluarga
1. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik di dalam keluarganya
sendiri maupun peran di lingkungan masyarakat.
2. Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga.
3. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang tua, orangtua dan
anak, diantara anggota keluarga atau dalam keluarga.
Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau
mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku kearah positif.
4. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau
mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku kearah positif.
2.2.2. Macam-macam Tipe/Struktur/Bentuk
a. Keluarga Radisional
1. The nuclear family ( keluarga inti ) Keluarga yang terdiri dari suami,istri
dan anak.
2. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri ( tanpa anak ) yang hidup bersama dalam satu
rumah.
3. Keluarga usila
Kelurga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan
diri.
4. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya,yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5. The extended family ( keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari 3 generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai paman,tante,orang tua ( kakeknenek), keponakan dan lain-lain.
6. The single parent family ( keluarga duda/janda )
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua ( ayah atau ibu ) dengan anak. Hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian,kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan.
7. Commuter family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda,tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat akhir pecan ( weekend).
8. Commuter family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda,tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat akhir pecan ( weekend).
9. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya: kamar mandi, dapur,
televise dan telepon.
10. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari perkawinan sebelumnya.
The single adult living alone.
11. The single adult living alone/single- adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan ( separasi ), seperti : perceraian, atau ditinggal mati.

2.2.3. Nontradisional
1. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua ( terutama ibu ) dengan anak tanpa hubungan nikah.
2. The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
3. Commune family
Beberapa pasangan keluarga ( dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara,yang
hidup bersama dalam satu rumah,sumber dan fasilitas yang sama,pengalaman yang
sama,sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
4. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama,berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5. Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan
suami istri ( marital patners ).
6. Cohabiting couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan,karena beberapa alas an
tertentu.
7. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,yang
merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,berbagi sesuatu,termasuk sexual
dan membesarkan anaknya.
8. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan atau nilai-nilai,hidup berdekatan satu sama
lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,pelayanan dan
bertanggungjawab membesarkan anaknya.
9. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara dalam waktu
sementara,pada saar orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga aslinya.
10. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.

11. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif,dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,tetapi berkembang dalam kekerasan
dan criminal dalam kehidupannya.

2.2.4. Peran Keluarga


a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya,
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkingannya, disamping itu juga dapat berperan sebagi pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial dengan tingkat perkembangannya, baik
fisik, mental, social dan spiritual.
2.2.5. Fungsi Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2015) Fungsi Keluarga terdiri dari beberapa bagian yaitu :
a. Fungsi biologis
1. Meneruskan keturunan
2. Memelihara dan membesarkan anak
3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
b. Fungsi psikologis
1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada anak
2. Membentu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
3. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

d. Fungsi ekonomi
1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa mendatang
e. Fungsi pendidikan
1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3. mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

2.2.6. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga


Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga
disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu
tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas
tugas perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi
adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu
potensial atau aktual. Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang
dianggap stabil. Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga
melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga
mengikuti pola yang sama.

Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 2013)


a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru )
newly established couple (no children)
1. Dimulai saat individu laki-laki /perempuan membentuk kelurga l perkawinan
2. Meninggalkan keluarga mereka masing-2 baik fisik/psikologis
Tugas Perkembangannya :
1. Membina hubungan intim yang memuaskan
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)
Masalah Kesehatan Yang Muncul :
1. Penyesuaianseksual dan peran perkawinan, Aspek luas tentang KB, Penyakit
kelamin baik sebelum/sesudah menikah.
2. Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan dan hukum adat
3. Tugas Perawat : membantu setiap keluarga untuk agar saling memahami satu
sama lain.
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama
Chlid-bearing family ( oldest child birth to 2,5 years)
1. Dimulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan ( 2,5
tahun ). Keluarga menanti kelahiran & mengasuh anak.
Tugas perkembangan keluarga :
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota kelurga, peran, interaksi dan hubungan
seksual.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Masalah kesehatan keluarga :
1. Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi, konseling
perkembangan anak, KB, pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik
secara dini.
2. Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu & anak.
c. Tahap III : Keluarga Anak Usia Prasekolah
Family With Preschool Children ( oldest child 2,5 – 5 years)
Dimulai dg anak pertama berusia 2,5 – 5 th. Klg lebih majemuk & berbeda. ( Suami –
Ayah = Istri – Ibu = anak laki-laki - saudara = anak perempuan – saudari ).

2.2.7. Tugas Perkembangan Keluarga:


1. Memenuhi kebutuhan anggota kelurga seperti : tempat tinggal,privasi dan rasa
aman, membantu anak untuk sosialisasi.
2. Adaptasi dengan anak yg baru lahir dan kebutuhan anak yg lain
3. Mempertahankan hubungan yang sehat internal/ekternal kelurga, pembagian
tangungjawab anggota kelurga
4. Stimulasi tumbuh kembang anak
5. Pembagian waktu untuk indvidu, pasangan dan anak ( paling repot )
Masalah Kesehatan :
Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar, keracunan dan
kecelakaan
d. Tahap IV : Keluarga Dengan Anak Sekolah
Family With School Children ( oldest child 6 – 13 years )
1. Kelurga mencapai jumlah anggota yang maksimal, kelurga sangat
sibuk
2. Aktivitas sekolah, anak punya aktivitas masing-masing
3. Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkemb anak & dirinya
4. Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi ( dengan teman
sebayanya )
Tugas Perkembangan Keluarga:
1. Membantu sosialisasi anak : meningkatkan prestasi belajar anak.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yg bahagia.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yg semakin meningkat termasuk
biaya kesehatan.
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja
Family With Teenagers ( oldest child 13 -19/20 years )
1. Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung 6-7 th
2. Tujuan kelurga tahap ini : melonggarkan ikatan yang memungkinkan tangung
jawab dan kebebasan yg lebih optimal bagi remaja untuk menjadi dewasa muda.
3. Konflik perkembangan : menjadi tantangan perawat
4. Otonomi yg meningkat ( kebebasan anak remaja )
5. Budaya anak remaja ( perkembangan dengan teman sebaya )
6. Kesenjangan antar generasi ( beda nilai- nilai dengan orang tua)
Tugas Perkembangan Keluarga:
1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tangungjawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
2. Menfokuskan hubungan perkawinan
3. Berkomunikasi secara terbuka antara ortua dengan anak-anak
Masalah-masalah kesehatan :
1. Masalah kesehatan fisik kelurga biasanya baik, tetapi promosii kesehatan tetap
perlu diberikan.
2. Perhatian pada gaya hidup kelurga yang sehat ; penyakit jantung koroner pada
orang tua ( usia 35 tahun )
3. Pada remaja : kecelakaan, penggunaan obat-obatan, alkohol dan mulai
menggunakan rokok sebagai alat pergaulan dan kehamilan tidak dikehandaki.
4. Konseling dan pendidikan tentang sex education menjadi sangat penting.
5. Terdapat beda persepsi antara orang tua dengan anak remaja tenting sex
education –> konseling harus terpisah antara orang tua dengan anak
6. Persepsi remaja tentang sex education : uji kehamilan, AIDS, alat kontrasepsi
dan aborsi
f. Tahap VI : Keluarga dengan Anak Dewasa ( Pelepasan )
Family As Launching Center ( oldest child gone to departure of youngest )
1. Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah berakhir sama rumah menjadi
kosong.
2. Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak ( biasa berlangs 6 –
7 th ) –> faktor ekonomi menjadi kendala.
Tugas Perkembangan :
1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru dari
perkawianan anak-anaknya.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
3. Membantu orang tua lansia yang sakit-sakitan dari suami maupun istri.

Masalah Kesehatan :
Masalah komunikasi anak dengan orang tua ( jarak ), perawatan usia lanjut,
masalahpenyakit kronis : Hipertensi, Kolesterol, Obesitas, Menopause, DM, dan lain-
lain.
g. Tahap VII : Keluarga Usia Pertengahan
Middle-anged Family ( emptynest to retirement )
1. Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau kematian
pasangan.
2. Biasanya dimulai saat orang tua 45-55 tahun dan berakhir saat masuk pensiun
16-18 tahun kemudian
Tugas Perkembangan :
1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2. Memperhatikan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia (teman sebaya) dan anak-anak.
3. Memperkokoh hubungan perkawinan.
Masalah Kesehatan :
1. Kebutuhan Promosi Kesehatan : istirahat yang cukup, kegiatan waktu
luang dan tidur, nutrisi, olah raga teratur, Berat badan harus ideal, tidak
merokok dan pemeriksaan berkala.
2. Kehilangan yang lazim pada usia ini : ekonomi & pekerjaan (pensiun),
perumahan ( pindah ikut anak/panti ) , sosial ( kematian pasangan &
teman-temannya), Kesehatan (penurunan kemampuan fisik )
Tugas Perkembangan :
1. Memperhatikan pengaturan hidup yang memuaskan
2. Menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun
3. Memperhatikan hubungan perkawinan
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasngan
5. Memperhatikan ikatan keluarga antar generasi

2.2.8. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Menurut Mubarak, dkk (2015) keluarga dapat melaksanakan perawatan atau
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu sebagai
berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan. Karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan
sekecil apa pun yang dialami anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi
perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu
mencatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahanya.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan di antara nggota keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi
dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil
keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan
tempat tinggalnya.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih merasa
mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak
terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama.
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota
keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu yang lebih banyak
berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus
dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga
atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan
untuk memecahkan masalah yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga
dapat bebas dari segala macam penyakit.

2.3. Lansia
2.3.1. Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang
dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Efendi, 2009).

2.3.2. Batasan lansia


Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi lansia sebagai
berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas.
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium.
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium Menurut pendapat berbagai
ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur
lansia adalah sebagai berikut.
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun,
usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,
ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65
hingga tutup usia. d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa
lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia
(getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old
(70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).

2.3.4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan
kognitif dan perubahan spiritual.
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua organ
tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria,
endokrin dan integumen.
 Keseluruhan Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya
fat-to-lean body mass ratio dan berkuranya cairan tubuh.
b. Sistem integumen Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering
dan kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa,
kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke
kulit dan menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan
dan kaki menjadi tebal dan rapuh, pada wanita usia > 60 tahun rambut wajah
meningkat, rambut menipis atau botak dan warna rambut kelabu, kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai proteksi sudah
menurun
1. Temperatur tubuh Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme
yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak diakibatkan oleh rendahnya aktifitas otot.
2. Sistem muskular Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang,
pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos tidak begitu
terpengaruh.
3. Sistem kardiovaskuler Katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% per tahun. Berkurangnya
cardiac output, berkurangnya heart rate terhadap respon stres, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer, bertaTn. Sanjang dan lekukan, arteria
termasuk aorta, intima bertambah tebal, fibrosis.
4. Sistem perkemiha Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%,
fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang mampu mempekatkan urin, BJ
urin menurun, proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat, kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang
melemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan
pada pria akibatnya retensi urin meningkat, pembesaran prostat (75% usia di
atas 65 tahun), bertambahnya glomeruli yang abnormal, berkurangnya renal
blood flow, berat ginjal menurun 39-50% dan jumlah nephron menurun,
kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal menurun.
5. Sistem pernafasan Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku, menurunnya aktifitas cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli
ukurannya melebar dari biasa dan jumlah berkurang, oksigen arteri menurun
menjadi 75 mmHg, berkurangnya maximal oxygen uptake, berkurangnya
reflek batuk.
6. Sistem gastrointestinal Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus
melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
lambung menurun, peristaltik melemah sehingga dapat mengakibatkan
konstipasi, kemampuan absorbsi menurun, produksi saliva menurun,
produksi HCL dan pepsin menurun pada lambung.
7. Rangka tubuh Osteoartritis, hilangnya bone substance.
8. Sistem penglihatan Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul
sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar (daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat cahaya gelap), berkurangnya atau hilangnya
daya akomodasi, menurunnya lapang pandang (berkurangnya luas
pandangan, berkurangnya sensitivitas terhadap warna yaitu menurunnya
daya membedakan warna hijau atau biru pada skala dandepth perception.
9. Sistem pendengaran Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia,
membran timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan
serumen sehingga mengeras karena meningkatnya keratin, perubahan
degeneratif osikel, bertambahnya obstruksi tuba eustachii, berkurangnya
persepsi nada tinggi.
10. Sistem syaraf Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel
kortikol, reaksi menjadi lambat, kurang sensitiv terhadap sentuhan,
berkurangnya aktifitas sel T, hantaran neuron motorik melemah,
kemunduran fungsi saraf otonom.
11. Sistem endokrin Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya
ATCH, TSH, FSH dan LH, menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal
metabolisme menurun, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya
sekresi hormon gonads yaitu progesteron, estrogen dan aldosteron.
Bertambahnya insulin, norefinefrin, parathormon.
12. Sistem reproduksi Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya
ovarie dan uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi,
meskipun adanya penurunan berangsur-angsur dan dorongan seks menetap
sampai di atas usia tahun, asal kondisi kesehatan baik, penghentian produksi
ovum pada saat menopause.
13. Daya pengecap dan pembauan Menurunnya kemampuan untuk melakukan
pengecapan dan pembauan, sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu
gula, garam, mentega, asam, setelah usia 50 tahun.
c. Perubahan kondisi mental Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Dari segi mental emosional sering muncul
perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan
mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut
diterlantarkan karena tidak berguna lagi. Faktor yang mempengaruhi perubahan
kondisi mental yaitu:
1. Perubahan fisik, terutama organ perasa.
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (hereditas)
5. Lingkungan
6. Gangguan syaraf panca indera
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8. Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
d. Perubahan psikososial Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya
dengan bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa
pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk
pensiun dengan menciptakan minat untuk memanfaatkan waktu, sehingga masa
pensiun memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi banyak
pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab
dan disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah. Perubahan psikososial yang lain
adalah merasakan atau sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan diri.
lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya
kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri dan kematian pasangan hidup

2.4. Konsep Asuhan Keperawatan


Menurut Suprajitno, (2014) mengemukakan bahwa pengkajian keluarga pasien
hipertensi yaitu meliputi:
2.4.1. Data Umum :
Nama KK, Umur, Agama, Alamat, Pekerjaan, Pendidikan, dan Penghasilan

2.4.2. Data Komposisi Keluarga


L Hubungan Pendidikan
Nama / Umur dengan KK Status Imunisasi
P
BCG BCG BCG BCG

1. Genogram :
2. Tipe Keluarga :
3. Suku Bangsa :
4. Agama :
5. Status Ekonomi Keluarga :
6. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
7. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini
2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
8. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
a. Luas :
b. Jenis :
c. Sirkulasi udara dan Pencahayaan :
d. Pemanfaatan ruangan rumah :
e. Kebersihan ruangan :
f. Lantai :
g. Jarak septic tank dengan sumur :
h. Sumber air minum :
i. Pembuangan limbah :
j. Halaman dimanfaatkan :
k. Keadaan pekarangan :
l. Pembuangan sampah :
2. Denah Rumah
9. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
10. Mobilitas Geografis Keluarga
11. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
12. Sistem Pendukung Keluarga
13. Struktur Keluarga
3. Pola
4. Struktur Kekuatan Keluarga
14. Struktur Peran
15. Nilai dan Norma Keluarga
16. Fungsi Keluarga
5. Fungsi Afektif
6. Fungsi Sosialisasi
17. Fungsi Perawatan Kesehatan
1. Penyediaan makanan
2. Kemampuan mengenal masalah kesehatan
3. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
4. Merawat anggota keluarga yang sakit
5. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat
6. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di
masyarakat.
18. Fungsi Reproduksi
19. Fungsi Ekonomi
20. Stress dan Koping Keluarga
1. Stress Jangka Pendek dan Jangka Panjang
a. Stressor jangka pendek
b. Stressor jangka panjang
2. Kemampuan Keluarga Keluarga Berrespon Terhadap Stressor
3. Strategi Kopping Yang Digunakan
4. Strategi Adaptasi Disfungsional

2.4.3. Pemeriksaan Fisik


No Aspek Yang Diperiksa
1 Penampilan
2 Kesadaran
3 Tanda-tanda Vital
a. Tensi
b. Suhu
c. Nadi
d. Respirasi
4 Kepala
a. Rambut
b. Kulit
c. kepala
d. Massa/nyeri
5 Mata
a. Bentuk
b. Konjungtiva
c. Sclera
d. Lensa
e. Reflek pupil
f. Fungsi penglihatan
6 Hidung
a. Bentuk
b. Septum nasal
7 Mulut
a. Keadaan
b. Mukosa
c. Jumlah gigi
d. Caries
e. Ovula
f. Fungsi pengecapan
8 Telinga
a. Bentuk
b. Arikula
c. Serumen
d. Fungsi pendengaran
9 Leher
a. Vena jugolaris
b. Reflek menelan
c. Kelenjar getah bening

10 Dada/paru
a. Bentuk
b. Pergerakan
c. Perkusi
d. Auskultasi paru
e. Auskultasi jantung
12 Ekstremitas
a. Bentuk
b. Deformitas
c Pergerakan
d. Tonus
e. Oedema
f. Varises
g. Kekuatan otot
h .ekstremitas atas dan bawah
13 Antropometri
a. TB
b. BB

2.4.4. Harapan Keluarga


Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan :
2.4.5. Fokus Diagnosa Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi
Fokus diagnosa keperawatan keluarga pada pasien hipertensi menurut NANDA
(2018).
Kode Diagnosis
00097 Penurunan pelaksanaan aktifitas pengalih
00262 Kesipan meningkatkan literasi kesehatan
00168 Gaya hidup kurang gerak
00257 Sindrom lansia lemah
00231 Resiko sindrom lansia lemah
00215 Defisiensi kesehatan komunitas
00188 Prilaku kesehatan cenderung berisiko
00099 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
00078 Ketidakefektifan manajemen kesehatan
00080 Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
00043 Ketidakefektifan perlindungan
00002 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
000163 Kesiapan meningkatkan nutrisi
00165 Kesipan meningkatkan tidur
00198 Gangguan pola tidur
00091 Hambatan mobilitas di tempat tidur
00214 Hambatan rasa nyaman
00183 Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
00132 Nyeri akut
00133 Nyeri kronis
00214 Hambatan rasa nyaman
00183 Kesiapan meningkatkan rasa nyaman

2.4.6. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi


Effendy (2014), mendefinisikan: rencana keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam memecahkan
masalah kesehatan dan keperawatan yang telah didefinisikan.
Rencana keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan khusus yang
didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu
pada penyebab (Suprajitno, 2014). Sedangkan Friedman (2014) menyatakan ada
beberapa tingkat tujuan. Tingkat pertama meliputi tujuan-tujuan jangka pendek yang
sifatnya dapat diukur, langsung dan spesiflk. Sedangkan tingkat kedua adalah tujuan
jangka panjang yang merupakan tingkatan terakhir yang menyatakan maksud-maksud
luas yang yang diharapkan oleh perawat maupun keluarga agar dapat tercapai.
Dalam menyusun kriteria evaluasi dan standar evaluasi, disesuaikan dengan
sumber daya yang mendasar dalam keluarga pada umumnya yaitu biaya, pengetahuan,
dan sikap dari keiuarga, sehingga dapat diangkat tiga respon yaitu respon verbal,
kognitif, afektif atau perilaku, dan respon psikomotor untuk mangatasi masalahnya.
Tujuan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang (Effendy 2014).
Tujuan jangka pendek pada penderita hipertensi antara lain : setelah diberikan informasi
kepada keluarga mengenai hipertensi keluarga mampu mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat untuk anggota keluarga yang menderita hipertensi
dengan respon verbal keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala,
penyebab serta perawatan hipertensi. Respon afektif, keluarga mampu menentukan cara
penanganan atau perawatan bagi anggotanya yang menderita hipertensi secara tepat.
Sedangkan respon psikomotor, keluarga mampu memberikan perawatan secara tepat
dan memodifikasi lingkungan yang sehat dan nyaman bagi penderita hipertensi. Standar
evaluasi yang digunakan adalah pengertian, tanda dan gejala, penyebab, perawatan,
komplikasi dan pengobatan hipertensi (Effendy, 2014).
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam perawatan hipertensi adalah
masalah dalam keluarga dapat teratasi atau dikurangi setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Tahap intervensi diawali dengan menyelesaikan perencanaan perawatan.
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan
sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan. Intervensi keluarga dengan masalah
hipertensi menurut Doengoes antara lain mengkaji tekanan darah, menganjurkan kepada
keluarga menciptakan lingkungan yang nyaman, segar, bebas polusi pertahankan
pembatasan aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur dan menghindari stres (Doengoes
(2014).
Selain itu juga perlu dikaji pemahaman klien tentang hipertensi kemudian
mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi (pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, perawatan, pengobatan, serta komplikasi hipertensi). Menganjurkan pada klien
agar manghindari makan makanan yang mengandung banyak Natrium (garam/asin).
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku klien dan keluarga,
misal kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan. Berikan informasi tentang sumber-sumber di masyarakat dan
dukungan anggota keluarga (Doengoes, 2014).

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn S
b. Umur : 66 tahun
c. Agama : Islam
d. Alamat : Jl.Bima raya 1, Bogor
e. Pekerjaan : Petani
f. Pendidikan : SMP Tamat
g. Penghasilan : ± Rp 2.500.000,-/ bulan
h. Komposisi Keluarga :
L
Nama / Umur Hubungan Pendidikan Status Imunisasi
BCG BCG BCG BCG
P dengan KK
Ny.Y P 67 Istri SD - - - -
Tahun KK
Tn.H L 30 Anak SMA - - - -

3.2. Status Kesehatan Saat Ini


a. Keluhan Utama
Tn. S Membawa berobat istrinya Ny.Y ke Rs.dr.Suyoto dengan keluhan selalu
merasakan nyeri pada tengkuk jantung terasa berdebar debar. Ny Mengatakan tidak tahu
secara rinci tentang penyakit yang dideritanya dan Ny.Y tidak mengontrol kesehatannya
secara teratur ke petugas pelayanan kesehatan Rs.dr.Suyoto.
a. Faktor pencetus : Tekanan Darah Tinggi
b. Lamanya keluhan : mulai dialami klien sejak
3 hari yang lalu
c. Timbulnya keluhan : tiba-tiba
d. Faktor yang memperberat : tidak ada
Diagnosa medis : Hipertensi
b. Genogram

Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
: Tinggal 1 rumah

: Meninggal

c. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn.S adalah 1. The nuclear family ( keluarga inti ) Keluarga yang terdiri
dari suami,istri dan anak. yaitu ayah, ibu, dan anak.

d. Suku Bangsa
Keluarga klien berasal dari suku Jawa, Indonesia, kebudayaan yang dianut tidak
bertentangan degan masalah kesehatan sedangkan bahasa sehari-hari yang digunakan
adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

e. Agama
Seluruh anggota Tn.S adalah beragama Islam dan taat beribadah, sering
mengikuti pengajian yang ada di RT serta berdoa agar Ny.Y dapat sembuh dari penyakit
yang dideritanya.

f. Status Ekonomi Keluarga


Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari penghasilan Tn S sebagai Petani
sejumlah ± Rp 2.500.000/bulan. Dan ditambah penghasilan anak Tn. H sebagai mobiler
sejumlah ± Rp 2.000.000/bulan. Barang-barang yang dimiliki 1 buah TV, 1 kipas angin
dan 1 sepeda angin , 2 motor. Pada ruang tamu terdapat 1 set kursi, pada ruang tengah
terdapat 1 lemari TV dan 1 kulkas. Selain itu Tn. S juga memiliki harta pertanian berupa
sawah 1 Ha.

g. Aktivitas Rekreasi Keluarga


Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton TV bersama di
rumah, sedangkan rekreasi di luar rumah kadang-kadang ikut rombongan pengajian
yang ada (ziarah ) yang diadakan 2-3 tahun sekali.

3.3. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


a.Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini
Keluarga Tn.S dalam tahap perkembangan yaitu Tahap VIII : Keluarga Usia
Lanjut Aging Family ( retirement to death of both spouses )
Dimulai salah satu/keduanya pensiun sampai salah satu /keduanya meninggal.
Kehilangan yang lazim pada usia ini : ekonomi & pekerjaan (pensiun), perumahan
( pindah ikut anak/panti ) , sosial ( kematian pasangan & teman-temannya), Kesehatan
(penurunan kemampuan fisik )
Tugas Perkembangan :
1. Memperhatikan pengaturan hidup yang memuaskan
2. Menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun
3. Memperhatikan hubungan perkawinan
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasngan
5. Memperhatikan ikatan keluarga antar generasi
Dari semua tugas perkembangan yang diatas belum ada yang terpenuhi.
3.4. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
1. Tn.S sebagai KK jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan istirahat,
makan, maupun kebutuhan dasar yang lain. Tidak mempunyai penyakit
menurun (hipertensi) dan penyakit menular (TBC, Kusta).
2. Ny.Y (istri) menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan selalu mengeluh
pusing. Tekanan darah naik bila klien terlalu banyak mengkonsumsi jenis
daging-dagingan dan makan makanan yang berlemak.
3. Tn. H (Anak) tidak pernah mengalami masalah kesehatan.

3.5. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
1. Luas : 8 X 20 M2
2. Jenis : Permanen
3. Sirkulasi udara: 2 pintu X 1.9 X 0.9 m2 = 3.42 m2
Pencahayaan : 2 jendela X 1.2 X 0.7 m2 = 1.68 m2 dibuka
jendela X 1 X 0.6 m2 = 1.8 m2 dibuka
Angin-angin 4 X 0.3 m2 = 1.2 m2
Angin-angin 3 X 0.3 X 0.6 m2 = 0.54 m2
Total = 8.64 m2
Jadi sirkulasi udara dan pencahayaan Tn S cukup
4. Pemanfaatan ruangan rumah : perabot tertata rapi
5. Kebersihan ruangan : bersih
6. Lantai : keramik
7. Jarak septic tank dengan sumur : > 10 meter
8. Sumber air minum : tandon air hujan
9. pembuangan limbah : melalui selokan
10. Halaman dimanfaatkan dengan tanaman hias
11. Keadaan pekarangan bersih
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Hubungan antar tetangga Tn. S baik, saling membantu, bila ada tetangga yang
membangun rumah dikerjakan saling gotong-royong.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. S selama ini sebagai penduduk asli Perumnas Simalingkar dan tidak
pernah pindah rumah.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
1. TN. S (KK) mengatakan mulai bekerja pukul 08.00 – 11.00 WITA sebagai
bertani dan pada malam hari digunakan untuk berkumpul bersama seluruh
keluarganya.
2. Ny. S (Istri) mengatakan tidak lagi bertani hanya melakukan kegiatan dalam
rumah seperti memasak, menyapu dan mencuci piring pada malam hari
digunakan untuk berkumpul bersama seluruh keluarganya.
3. Tn H (Anak) mengatakan mulai bekerja pukul 08.00-17.00 WITA sebagai
mobiler dan pada malam hari digunakan untuk berkumpul bersama seluruh
keluarganya.

3.6. Sistem Pendukung Keluarga


Jumlah anggota keluarga 2 orang , yaitu istri. Sedangkan Suami (Tn S) jarang
mengantarkan klien (Ny Y) periksa ke puskesmas atau petugas kesehatan.
3.7. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Anggota keluarga berkomunikasi langsung dengan bahasa Indonesia, dan mendapat
informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan informasi lainnya didapat dari televisi.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam mengontrol prilaku anggota keluarganya Tn S selalu memberikan nasehat bila
anggota keluarganya kurang berprilaku baik. Yang berperan mengambil keputusan
dalam setiap masalah adalah Tn S dan Ny S.
c. Struktur Peran
1. Formal Tn S sebagai KK, Ny.Y sebagai istri dan Tn.H sebagai Anak
kandung.
2. Informal Tn S sebagai pencari nafkah dibantu oleh Tn.P dalam bertani.

3.8. Nilai dan Norma Keluarga


Keluarga percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur yaitu Allah SWT.
Demikian pula dengan sehat dan sakit. keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada
obatnya, bila ada keluarga yang sakit, dibawa ke Puskesmas atau petugas kesehatan.
a. Fungsi Keluarga

Fungsi Afektif
Menurut Ny.Y di keluarganya selalu ditanamkan sikap saling menghargai, saling
menghormati dan saling memiliki sehingga tercipta suasana keluarga yang harmonis,
dan pada saat sakitpun keluarga selalu mendukung dan memotivasi Ny.Y untuk selalu
berobat agar cepat sembuh.
Fungsi Sosialisasi
Ny.Y mengatakan bahwa didalam keluarganya selalu berkomunikasi dan berinteraksi
satu sama lain, dan menurut Ny.Y keluarga yang selalu bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar rumahnya seperti mengikuti kegiatan di balai Kelurhan dan Tn.S
sebagai kepala keluarga selalu menetapkan disiplin kepada anaknya.
b. Fungsi Perawatan Kesehatan
1. Penyediaan makanan selalu dimasak sendiri, komposisi nasi, lauk pauk, dan
sayur dengan frekuensi 3 kali sehari. Dan bila ada anggota kelaurga yang
sakit, keluarga merawat dan memeriksakannya ke Puskesmas atau petugas
kesehatan.
2. Kemampuan mengenal masalah kesehatan Keluarga mengatakan Ny.Y tidak
tahu secara rinci tentang penyakit yang di deritanya .
3. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan.
Bila Ny.Y sakit jarang dibawa ke Puskesmas atau petugas kesehatan ke rumah.
4. Merawat anggota keluarga yang sakit dalam merawat Ny Y, masih
memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lainnya,
pola tidur juga masih belum sesuai dan waktunya kurang lama, namun selalu
melakukan kontrol secara teratur ke pelayanan kesehatan.
5. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat Keluarga
membersihkan rumahnya setiap hari, mengepel 1 minggu sekali dan lantai
kamar mandinya tidak licin, bersih dan terawat.
6. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan: Ny Y
jarang memeriksakan diri ke Puskesmas atau petugas kesehatan setempat
bila sakit klien hanya membeli obat di warung.

c. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak 1 orang, dimana anak Tn S. Tn.H Belum menikah.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari, pakaian untuk anak dan biaya
untuk berobat.

3.9. Stress dan Koping Keluarga


a. Stress Jangka Pendek dan Jangka Panjang
1. Stressor jangka pendek
Ny.Y mengatakan sering mengeluh pusing
2. Stressor jangka panjang
Ny. Y khawatir tensinya bertambah tinggi dan makin parah
b. Kemampuan Keluarga Berrespon Terhadap Stressor
Keluarga jarang memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas atau petugas
kesehatan.
c. Strategi Kopping Yang Digunakan
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.
d. Strategi Adaptasi Disfungsional
Ny. Y bila sedang sakit pusing maka dibuat tidur atau istirahat.
3.10. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Ny. Y sebagai penderita hipertensi.
No Aspek Yang Tn . S Ny.Y
Diperiksa
1 Penampilan Baik Baik
2 Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis
3 Tanda-tanda Vital
e. Tensi 120/90 mmHg 170/120 mmHg
f. Suhu 36°0C 36°0C
g. Nadi 80x/menit 80x/menit
h. Respirasi 20xmenit 20xmenit
4 Kepala
e. Rambut Tampak beruban Tampak hitam
f. Kulit sawomatang sawomatang
g. kepala Tampak bersih Tampak bersih
h. Massa/nyeri Tidak teraba, nyeri (-) Tidak teraba, nyeri (+) pada
tengkuk, skala 3 (nyeri sedang)
5 Mata
g. Bentuk Simetris, kelopak mata Simetris, kelopak mata ada
ada lingkar hitam lingkar hitam
tidak anemis
h. Konjungtiva tidak anemis tidak ikterik
i. Sclera tidak ikterik Tampak bening
j. Lensa Tampak bening Miosis saat terkena cahaya
k. Reflek pupil Miosis saat terkena Tidak dapat membaca papan
cahaya nama pemeriksaan
l. Fungsi Tidak dapat membaca
penglihatan papan
nama pemeriksaan

6 Hidung
c. Bentuk Simetris Simetris
d. Septum nasal Di tengah Di tengah
7 Mulut
g. Keadaan Tampak bersih Tampak bersih
h. Mukosa Lembab Lembab
i. Jumlah gigi 23 buah 16 buah
j. Caries ada Tidak ada
k. Ovula Terangkat simetris Terangkat simetris
l. Fungsi Baik, dapat Baik, dapat membedakan
pengecapan membedakan asin dan manis
asin dan manis

8 Telinga
a. Bentuk Simetris kiri dan kanan Simetris kiri dan kanan
Sejajar dengan sudut Sejajar dengan sudut mata
b. Arikula mata Tidak nampak
c. Serumen Tidak Nampak Baik, dapat mendengar pada
Baik, dapat mendengar jarak 10 meter
d. Fungsi pada jarak 10 meter
pendengaran
9 Leher
a. Vena jugolaris Tidak ada peningkatan Tidak ada peningkatan
b. Reflek menelan Ada Ada
c. Kelenjar getah Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
bening

10 Dada/paru
a. Bentuk Simetris Simetris
b. Pergerakan Sama kiri dan kanan Sama kiri dan kanan
c. Perkusi Resonan Resonan
d. Auskultasi paru Vesikuler Vesikuler
e. Auskultasi jantung S1 dan S2 reguler S1 dan S2 reguler
11 Abdomen
a. Bentuk Datar Datar, terdapat bekas luka
b. Massa Tidak teraba operasi apendik pada
c. Nyeri tekan Tidak ada Tidak teraba
d. Bising usus Ada 12x/menit Tidak ada
diabdomen Ada 9x/menit diabdomen
kuadran kiri atas kuadran kiri atas
12 Ekstremitas Simetris kiri dan kanan
a. Bentuk Simetris kiri dan kanan Tidak ada
b. Deformitas Tidak ada Normal, dapat flexi, ekstensi,
c Pergerakan Normal, dapat flexi, aduksi, rotasi.
d. Tonus ekstensi, Kencang
e. Oedema aduksi, rotasi. Tidak ada
f. Varises Kencang Tidak ada
g. Kekuatan otot Tidak ada +4 +5
h .ekstremitas atas Tidak ada +4 +5
dan bawah +3 +5
+3 +5
13 Antropometri
a. TB 175 Cm 150 Cm
b. BB 80 Kg 47

3.11. Harapan Keluarga


Harapan keluarga Tn.S terhadap petugas kesehatan yaitu menginginkan adanya
penyuluhan kesehatan rutin mengenai kesehatan lingkungan seperti rumah sehat,
penyakit-penyakit yang sering timbul di masyarakat seperti hipertensi dan demam
berdarah. Yang dilakukan oleh petugas kesehatan setiap bulan ketiap-tiap ke rumah-
rumah untuk menambah pengetahuan mengenai kesehatan.
3.12. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Ketidakmampuan Nyeri akut
Ny.Y mengatakan selalu Keluarga merawat
merasakan nyeri pada anggota keluarga sakit
tengkuk,jantung terasa berdebar- Hipertensi
debar.
DO: Penyumbatan pembuluh
Data pemeriksaan fisik pada Ny. darah
Y
 TD :170/120 mmHg Vasokonstriksi
 N : 80x/menit
 T : 36,00c : 20x/menit Resistensi Pembuluh

1. Ny.S tampak lemah darah

2. bunyi jantung regular


3. nyeri (+) pada tengkuk, Nyeri
skala 3 (nyeri sedang)
2 DS: Ketidak mampuan Difisiensi
Ny. Y mengatakan tidak tahu keluarga mengenal pengetahuan
secara rinci tentang penyakit yang masalah Kesehatan Klien
dideritanya. Ia hanya diberitahu
bahwa ia menderita penyakit
hipertensi dan ia tidak tahu pasti
tentang penyebab tanda dan gejala
hipertensi, dan komplikasi
DO:
Data pemeriksaan fisik
pada Ny.Y
1. T : 170/120 mmHg
2. N : 80x/menit
3. 36.00C
4. R : 20x/menit
5. Ny.S tampak lemah
6. bunyi jantung regular
3 DS: Kurangnya Pemanfaatan Ketidake fektifan
1. Ny.Y mengatakan bahwa palayanan kesehatan management
dirinya tidak mengontrol yang kesehatan keluarga
kesehatannya secara
teratur ke petugas
kesehatan pustu
setempat.
2. Ny.Y mengatakan kurang
mengetahui tahu tentang
Manfaat Pelayanan
Kesehatan.
DO:
Tanda-tanda vital
1. T : 170/120 mmHg
2. N : 80x/menit
3. R : 20x/menit
4. S : 36.0C

3.13. Skala Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Diagnosa keperawatan keluarga I
Nyeri akut
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah tidak 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan yang
/ancaman memerlukan tindakan yang
Kesehatan cepat dan tepat untuk
menghindari bahaya lebih
lanjut.
2 Kemungkin 2/2 x 2 2 Dengan mudah sumber dan
Masalah dapat tindakan untuk memecahkan
diubah sebagian masalah dapat dijangkau oleh
keluarga, kesadaran dan
motivasi dari keluarga sudah
cukup kuat.
3 Potensial masalah 3/3 x 1 1 Tinggi, kesulitan masalah
Untuk dicegah mudah untuk diatasi anggota
cukup keluarga mendukung dan
peduli terhadap anggota
keluarga yang sakit.
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Masalah berat harus ditangani
Masalah masalah keluarganya menyadari dan
berat harus segera perlu segera mengatasi
Ditangani masalah tersebut.
4 2/3

2. Diagnosa keperawatan keluarga II


Difisiensi pengetahuan tentang hipertensi
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah tidak 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan yang
/ancaman memerlukan tindakan yang cepat
Kesehatan dan tepat untuk menghindari
bahaya lebih lanjut.
2 Kemungkin 2/2 x 2 2 Dengan mudah sumber dan
Masalah dapat tindakan untuk memecahkan
diubah sebagian masalah dapat dijangkau oleh
keluarga, kesadaran dan motivasi
dari keluarga sudah cukup kuat.
3 Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Tinggi, kesulitan masalah mudah
Untuk dicegah cukup untuk diatasi anggota keluarga
mendukung dan peduli terhadap
anggota keluarga yang sakit.
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Masalah berat harus ditangani
Masalah masalah keluarganya menyadari dan perlu
berat harus segera segera mengatasi masalah
Ditangani tersebut.
4 1/3
3. Diagnosa Keperawatan III

Ketidakefektifan management kesehatan keluarga


No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah tidak 3/3 x 1 1 Ancaman kesehatan yang
/ancaman memerlukan tindakan yang
Kesehatan cepat dan tepat untuk
menghindari bahaya lebih
lanjut.
2 Kemungkin 1/2 x 2 1 Hanya sebagian
Masalah dapat sumber dan tindakan untuk
diubah sebagian memecahkan masalah dapat
dijangkau oleh
keluarga, tetapi
memerlukan
kesadraan yang kuat dalam
waktu yang cukup lama.
3 Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Cukup, masalah
Untuk dicegah Sudah berlangsung cukup
cukup lama, anggota keluarga
mendukung dan peduli
terhadap
anggota keluarga
yang sakit.
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Masalah berat harus ditangani
Masalah masalah Keluarganya menyadari dan
berat harus segera perlu segera mengatasi
Ditangani masalah tersebut.
3 2/3
3.14. Rumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Nyeri akut b/d Peningkatan Tekanan Darah d/d Ny.Y mengatakan selalu
merasakan nyeri pada tengkuk,jantung terasa berdebar-debar
2. Difisiensi pengetahuan b/d Ketidak mampuan klien mengenal masalah
Kesehatan Klien d/d Ny. Y mengatakan tidak tahu secara rinci tentang penyakit
yang dideritanya.
3. Ketidakefektifan management kesehatan b/d Kurangnya Pemanfaatan palayanan
kesehatan yang d/d Ny.Y mengatakan kurang mengetahui tahu tentang Manfaat
Pelayanan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai