Anda di halaman 1dari 5

HUKUM-HUKUM K3

NAMA : MULYA MAULANA

NIM : 191251044

KELAS : TEKNIK MESIN/MALAM A

STT Wastukancana Purwakarta

Jl. Alternative Bukit Indah - Purwakarta, Mulyamekar, Kec. Babakancikao, Kabupaten Purwakarta.
Jawa Barat 41151

Dasar Hukum Penerapan K3 (Keselamatan


dan Kesehatan Kerja) di Tempat Kerja

Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar hukum


pelaksanaan. Di antaranya ialah Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Permenaker No 4 Tahun 1987 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Rangkuman dasar-
dasar hukum tersebut antara lain :

UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :

1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.


2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 :

Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 (seratus) tenaga kerja atau lebih dan
atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).

Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (P2K3) :

1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100


(seratus) orang atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 (seratus)
orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran
radioaktif.
Dasar Hukum K3 dalam Undang-undang Dasar 1945

Undang-undang Dasar 1945 sebagai undang-undang tertinggi di Indonesia, telah


menjadi landasan hukum bagi peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja yang lain. Hal ini bisa kita lihat dalam Pembukaan Undang-undang 1 tahun
1970 bagian “mengingat” yang menyebutkan pasal 5, 20 dan 27 dari Undang-
undang Dasar 1945.

Pasal 5:

(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan


Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang


sebagaimana mestinya.

Pasal 20

(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan


Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

Pasal 27

(1)Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan


pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.

(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan

Dasar Hukum K3 berupa Undang-undang

Undang-undang merupakan tingkatan kedua sebagai dasar hukum K3 di Indonesia.


Setiap undang-undang mengatur sanksi juga atas ketidakpatuhan terhadap
pelaksanaan undang-undang.  Beberapa undang-undang yang terkait dengan K3
antara lain
Undang-undang Uap tahun 1930

Undang-undang yang paling tua dalam pengaturan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja adalah Undang-undang Uap tahun 1930 setelah dicabutnya
Veiligheidsreglement tahun 1910 (Stbl. No. 406). Undang-undang Uap tahun 1930
menyebutkan:

Pasal 6

1. “Adalah dilarang untuk menjalankan atau mempergunakan sesuatu pesawat


uap dengan tidak mempunyai Ijin untuknya, yang diberikan oleh Kepala
Jawatan Pengawasan keselamatan Kerja.”
2. “Dengan Peraturan Pemerintah dapatlah di-tunjuk pesawat-pesawat uap atau
atas nama tidak berlaku ayat sebelum ini”.

Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-undang ini mengatur tentang hubungan ketenagakerjaan termasuk terkait


dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pasal 86

(1)  Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

1. keselamatan dan kesehatan kerja;


2. moral dan kesusilaan; dan
3. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.

(2)  Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas


kerja yang optimal   diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

(3)  Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 87

(1)  Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

(2)  Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan


kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai