Sri Yekti Widadi1 , Iin Patimah2,, Zesi Nurani3,Riswan Safaat 4,Endah Nur Tri5,Aa
Sofyan6,Hesti Suci7, Yudi Suwandi8
Program Studi Profesi Ners STIKes Karsa Husada Garut
1-8
ABSTRAK
Latar Belakang : Proses perkembangan pada anak-anak didasari pada aspek perkembangan fisik yang
meliputi motorik halus dan motorik kasar, serta perkembangan sosio emosional, bahasa, dan
perkembangan kognitif. Metode yang digunakan untuk menilai perkembangan anak salah satunya
menggunakan instrumen Denver Development Screening Test II (DDST II). PGTK Paud Pelita Hati
merupakan play group dan taman kanak-kanak yang berada di kota Garut. Belum dilakukannya
pemeriksaan perkembangan pada anak PGTK Pelita Hati dikarenakan sebagian besar dari guru belum
memiliki keterampilan dalam melakukan pemeriksaan perkembangan. Tujuan : Mengetahui gambaran
bagaimana perkembangan anak di PGTK Pelita Hati melalui instrumen screening DDST II. Penyelesaian
dengan dilakukan dengan melakukan screening perkembangan anak dan melakukan DDST pada anak
PGTK Pelita Hati. Hasil : Setelah dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat ini diperoleh hasil
pemeriksaan perkembangan di PGTK Pelita Hati dapat disimpulkan hampir seluruh anak berada pada
kategori normal (87.8%) dalam penilaian ke empat aspek yang di ujian meliputi personal social, fine
motor-adaptive, languange dan gross motor.
ABSTRACT
Background: The development process in children is based on aspects of physical development which
include fine motor and gross motor skills, as well as socio emotional development, language, and
cognitive development. One of the methods used to assess child development is using the Denver
Development Screening Test II (DDST II) instrument. PGTK Paud Pelita Hati is a play group and
kindergarten in the city of Garut. There have not yet been developmental checks on a number of children
because most of the teachers do not yet have the skills in conducting development checks. Objective: To
find a picture of how the child's development in PGTK Pelita Hati through the DDST II screening
instrument. The settlement is carried out by screening the child's development and conducting DDST on
the Pelita Hati PGTK child.Results: After this community service activity was obtained the results of
development checks at the Pelita Hati PGTK can be concluded that almost all children are in the normal
category (87.8%) in the assessment of the four aspects tested including personal social, fine motor-
adaptive, languange and gross motor .
PENDAHULUAN
Anak merupakan individu yang berkembang sejalan dengan kematangan
unik dalam kehidupannya, dapat syaraf dan otot anak. Setiap
mengalami masa pertumbuhan serta gerakan sesederhana apapun merupakan
perkembangan. Dimana pertumbuhan hasil pola interaksi yang kompleks dari
dan perkembangan merupakan aspek berbagai bagian dan sistem dalam tubuh
yang paling penting dalam kehidupan yang dikontrol otak (Revina, 2010).
seseorang untuk menentukan dasar Berkaitan dengan hal tersebut
kehidupan selanjutnya. Masa depan terdapat sebuah instrumen deteksi
suatu bangsa dapat tergantung pada kelainan tumbuh kembang anak yang
pencapaian tahapan pertumbuhan dan telah terstandar dengan nama DDST.
perkembangan optimal pada anak. Penggunaan DDST II merupakan
Periode 1000 hari kehidupan merupakan pengembangan yang dimulai sejak
golden period bagi anak sekaligus masa tahun 1967 yang dikenal dengan Denver
rentan terhadap pengaruh-pengaruh Development Materials atau “Denver
negatif dalam pertumbuhan dan Scale” yang dibuat di University of
perkembangannya. Stimulasi yang tepat Colorado Medical Center di Denver
pada usia golden period akan Developmental Screening Test (DDST).
merangsang untuk untuk mencapai (Santoso, 2013). DDST Merupakan
tingkat perkembangan terkait metode deteksi yang digunakan secara
kemampuan gerak,bicara, bahasa dan global menilai kemajuan perkembangan
sosialisasi yang optimal sesuai usia anak sesuai usia. Keterlambatan
anak. perkembangan global pada pasien
Perkembangan merupakan dengan kelainan fisik nyata atau riwayat
bertambah sempurnanya fungsi-fungsi penyakit berat dapat dianalisisatau
alat tubuh yang dapat dicapai melalui dinilai lebih dini, namun hal ini lebih
belajar dan bertumbuhnya kematangan sulit pada pasien dengan fisik normal
(Wong, 2009.) Perkembangan anak dan tidak ada riwayat penyakit berat
meliputi perkembangan fisik, kognitif, atau penyakit penyerta lainnya
emosi, bahasa, motorik (kasar dan (Tjandrajani dkk., 2012.)
halus), personal sosial dan adaptif Keterlambatan perkembangan
(Soetjiningsih, 2014). Perkembangan dari sektor motorik kasar dan motorik
juga menjelaskan keadaan anak baik halus apabila ditemukan pada anak
fisik maupun psikososialnya maka dicurigai adanya gangguan pada
(Susilaningrum, et al. 2013). saraf otot serta gangguan susunan saraf
Aspek kognitif, fisik, motorik pusat pada saraf motorik anak yang
danpsikososial seorang anak dapat mempengaruhi kemampuan anak
berkembang secara pesat dari 50% untuk memahami atau bereksplorasi
menjadi 80% pada saat usia prasekolah dengan lingkungan sekitarnya , hal ini
(Kemendiknas 2010). Anak mengalami berpengaruh pada kemampuan anak
tumbuh kembang yang luar biasa, baik dalam memecahkan suatu masalah yang
dari segi fisik, motorik, emosi kognitif berhubungan dengan berbagai tingkat
maupun psikososial pada masa itu. kreatifitas anak pada tahapan anak
Salah satu aspek penting pada proses periode perkembangan selanjutnya.
perkembangan anak pada usia (Pusponegoro, 2006).
prasekolah adalah perkembangan Deteksi dini masalah
motorik karena merupakan kecerdasan perkembangan dan perilaku pada anak
dan emosi sosial (Hurlock dalam merupakan suatu hal penting agar dapat
Santrock, 2010). Pada dasarnya memberikan intervensi dini terkait
perkembangan keterampilan motorik adanya masalah perkembangan yang
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KASIH STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA Vol. 1, No. 2, (2020) 46
EISSN: 2715-2707
mulai ringan sampai berat (Depkes, sebagian kecil (6,06 %) Suspect juga
2008) . menunjukkan bahwa anak gagal
Denver Developmental melakukan satu atau dua item pada
screening test Denver II adalah alat persentil 75-95%, dimana sebesar 75%-
bantu untuk menilai tingkat 95% anak pada usia tersebut seharusnya
perkembangan anak usia sesuai dengan sudah mampu melakukan.
tugas untuk kelompok umurnya pada Gangguan perkembangan bisa
saat melakukan tes. Denver II dapat disebabkan oleh beberapa hal
digunakan untuk memonitor dan diantaranya hasil penelitian Triastutik,
memantau perkembangan bayi atau 2018, ada hubungan bermain gadget
anak dengan resiko tinggi terjadinya dengan tingkat perkembangan anak usia
penyimpangan atau kelainan 4 -6 Tahun. Dengan gadget anak
perkembangan secara berkala. Diharapkan orang tua dapat membatasi
Terdapat 125 total item yang anak dalam durasi bermain gadget dan
dinilai pada lembar observasi DDST II . mengawasi kegiatan yang dilakukan
Fokus penilaian DDST II meliputi pada anak saat bermain gadget.
Personal sosial, Motorik halus, Bahasa, Perkembangan balita harus
Motorik kasar. Skoring DDST II diperhatikan, Hartanto, Selina, & Fitra
meliputi 4 aspek. Advanced; berarti (2011) menyatakan terdapat pengaruh
anak mampu melakukan item di sebelah antara perkembangan bahasa terhadap
kanan garis usia. OK; berarti anak agal perkembangan kognitif pada anak usia
atau menolak melakukan item yang 1-3 tahun. Bayi yang mengalami
dilalui garis pada persentil 25-75. keterlambatan Bahasa awal dapat
Caution; berarti anak gagal atau dinyatakan bahwa ditemukan masalah
menolak melakukan item yang dilalui neurodevelopmental. Keterlambatan
oleh garis pada persentil 75-90. Delay; bahasa ekspresi dan reseptif oleh para
berarti anak gagal melakukan item pada ahli sering dikaitkan dengan kelemahan
area sebelah kiri garis usia. DDST II aspek kognitif secara umum.
bukan suatu tes untuk menilai tingkat Keterlambatan terjadi dapat
kecerdasan anak tetapi suatu metode ini dikarenakan kurangnya stimulasi bahasa
juga tidak untuk mendiagnosa dari orang tua ataupendamping balita.
ketidakmampuan dan kesukaran belajar, Salah satu aspek penting pada
gangguan bahasa atau gangguan proses perkembangan anak prasekolah
emosional, subtitusi evaluasi diagnostik adalah perkembangan motorik karena
atau pemeriksaan fisik anak. Tes ini merupakan kecerdasan dan emosi sosial.
lebih mengarah pada perbandingan Terdapat faktor yang memengaruhi
kemampuan atau perkembangan anak perkembangan motorik halus antara lain
dengan kemampuan anak lain yang status gizi, riwayat kelahiran, pola asuh,
seumurnya. stimulasi dan kesehatan.
Hasil pengabdian masyarakat Gizi berperan penting dalam
menunjukkan bahwa hampir seluruh pertumbuhan dan perkembangan anak.
anak berada pada kategori normal Di Indonesia, spektrum malnutrisi
(87.8%). Merujuk pada format penilaian sangat luas dan terjadi di seluruh tahap
Denver Development Screening test kehidupan antara lain dalam bentuk
(DDST) II, Bila tidak ada keterlambatan Kurang Energi Protein (KEP),
dan atau paling banyak satu caution kekurangan zat gizi mikro, bera t bayi
pada garis kiri usia. Pada kegiatan lahir rendah, dan gangguan
pengabdian masyarakat ini ditemukan pertumbuhan yang dilihat dari indikator
pada anak dengan suspect yaitu tinggi badan menurut umur. Selaras
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KASIH STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA Vol. 1, No. 2, (2020) 49
EISSN: 2715-2707
dengan penelitian Solihin , 2013 bahwa salah satu poin utama penilaian
Tingkat kecukupan gizi balita, terutama perkembangan. Kemampuan balita
energi dan protein, berhubungan dengan melakukan sosialisasi dipengaruhi oleh
status gizi dan perkembangan . pola asuh. Pola asuh ada beberapa
Pola asuh orang tua merupakan macam salah satunya ada non otoritatif.
interaksi antara orang tua dan anak Hal ini sesuai dengan penelitian
dalam berkomunikasi, mendidik, Komariah, Farid, & Effendi (2017)
mengasuh, dan terus berkelanjutan dari yang menyatakan pola asuh non
waktu kewaktu. Dengan pola asuh yang otoritatif berhubungan dengan
diterapkan orang tua anak dapat kekurangan kemampuan sosialisasi
berinteraksi dengan lingkungan anak. Perilaku ibu yang hangat
mengenai dunia sekitar serta mengenal berkaitan dengan kemampuan
pergaulan hidup yang berlaku sosialisasi anak dalam membina
dilingkungannya. Menurut Baumrind hubungan interpersonal dengan teman
ada tiga gaya pola asuh orang tua : sebaya dan lingkungan sosial. Pola asuh
otoritatif, otoriter, dan primisif yang orang tua memilik pengaruh yang besar
digunakan untuk mengasuh anak pada perilaku anak.
berdasarkan tingkatnya pengasuhan Peran aktif dari orang tua dan
(Nurtering), tuntutan (Maturity lingkungan merupakan usaha yang tepat
demands), komunikasi dan kontrol dalam mengembangkan potensi anak
terhadap prilaku anak. secara optimal (Suherman, 2000).
Sikap pola asuh menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian Budiman,
perbedaan alamiah yang muncul dari ada pengaruh pola asuh otoritatif,
nilai-nilai yang diajarkan, perlakuan permisif, dan otoriter terhadap
orang taua, perilaku responsif dan perkembangan anak. Disarankan orang
tuntutan (Ribeiro, 2009 )mempunyai tua agar mengetahui dan menerapkan
dampak terhadap perkembangan anak, pola asuh yang baik bagi perkembangan
dimana optimalisasi perkembangan anaknya.
anak dalam kehidupan bermasyarakat Hasil pada kegiatan pengabdian
itu akan bergantung bagaimana dengan masyarat, pentingnya diperlukan
orang-orang di sekitar lingkungan kegiatan stimulasi dan intervensi dini
mereka berada, lebih-lebih kedua orang tumbuh kembang anak. Kegiatan
tuanya. Hal itu akan menentukan stimulasi dan intervensi dini
kepribadian anak untuk kehidupannya penyimpangan tumbuh kembang anak
di masa mendatang dapat dilakukan dalam bentuk
Untuk mengatasi masalah kemitraan antar keluarga (orangtua,
tersebut salah satunya dengan pengasuh anak dan anggota keluarga
meningkatkan motorik halus anak lainnya), masyarakat (kader kesehatan,
melalui faktor eksterna simulasi yaitu tokoh masyarakat dan organisasi profesi)
dengan memberikan berbagai serta tenaga profesional lainnya (tenaga
permainan yang mampu memicu kesehatan, pendidikan dan sosial),
kreatifitas anak salah satunya adalah sehingga tidak hanya meningkatkan
kolase, selaras dengan penelitian status pertumbuhan anak tetapi juga
Lutfiasari, 2016, tehnik permainan tingkat perkembangan mental, sosial,
kolase menjadi bagian pembelajaran, emosional, bahasa dan lainnya. Hasil
agar anak mendapatkan stimulus yang yang diharapkan agar terjadi
baik untuk melatih koordinasi geraknya. peningkatan dan perbaikan kualitas
Kemampuan balita melakukan perkembangan anak sebelum memasuki
sosialisasi dan kemandirian merupakan
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KASIH STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA Vol. 1, No. 2, (2020) 50
EISSN: 2715-2707