HUBIS Bab 5
HUBIS Bab 5
(3) Makelar
Makelar adalah seorang pedagang perantara yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang untuk itu. Ia menyelenggarakan perusahaan dengan melakukan pekerjaan atas
amanat dan nama orang lain dengan mendapat upah atau provisi tertentu. Sebelum
diperbolehkan melakukan pekerjaannya itu, ia harus bersumpah di hadapan Pegadilan
Negeri yang termasuk dalam wilayah hukumnya.
Menurut Abdulkadir Muhammad, makelar seperti yang disebutkan dalam definisi
tersebut tidak lagi dijumpai dalam dunia praktik. Hal ini dapat dilihat dalam praktik di Bursa
Efek. Untuk dapat menjalankan kegiatan sebagai pedagang perantara di Bursa Efek, mereka
harus mendapatkan izin usaha terlebih dahulu dari Bapepam. Namun tidak disyaratkan
untuk mengangkat sumpah terlebih dahulu sebagaimana disebutkan dalam KUHD.
Hubungan hukum antara makelar dengan si pemberi amanat didasarkan pada kontrak
penyuruhan atau pemberian kuasa biasa. Hal ini dapat dilihat dari elemen atas amanat (op
order) dan atas nama (op naam) sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 62 KUHD.
(4) Komisioner
Komisioner adalah perusahaan yang pekerjaannya membuat kontrak atas amanat orang
lain, tetapi ketika komisioner membuat kontrak tersebut, ia melakukannya atas namanya
sendiri. Dalam melaksanakan amanat tersebut, komisioner mendapatkan upah atau provisi
dari si pemberi amanatnya.
(5) Franchising
Kata Franchise sebenarnya berasal dari bahasa prancis yang berarti bebas atau lebih
lengkap lagi bebas dari perhambatan (free from servitude). Dalam bidang bisnis franchise
berarti kebebasan yang di peroleh seseorang wirausaha untuk menjalankan sendiri usaha
tertentu di wilayah tertentu. Ada 4 hal yang menonjol dalam hal pemasaran konsep
franchise yaitu Product, Price, Place/distribution dan Promotif.
A. Karakteristik Dasar Franchise
Harus ada suatu perjanjian atau kontrak tertulis
Franchisor harus melakukan pelatihan dalam segala aspek
Franchisor di perbolehkan mengunakan nama hak dagang
Franchisor harus mengadakan investasi yang berasal dari sumber dananya
sendiri
Franchisor berhak secara penuh mengelolah bisnisnya sendiri
Franchisor membayae fee atau royalti kepada franchisor
Franchisee berhak memperoleh derah pemasaran
Transaksi yang terjadi antara franchisor dengan franchisee bukan merupakan transaksi
yang terjadi antara cabang perusahaan induk yang sama,atau antara individu dengan
perusahaan yang di kontrolnya, Contoh-contoh yang paling terkenal dalam bisnis franchising
ini adalah Mac Donald’s, fizza HUT, Texas, es teler 77 dll
B. Keuntungan dan Kerugian Kegiatan Frinchise
1. Keuntungan
Diberkanya latihan
Diberikanya bantuan finansial dari franchisor
Di berikanya penggunaan nama perdagangan
2. Kerugian
Adanya perogram pelatihan
Perincihan setiap hari tentang penyelenggaraan perusahaan sering di
abaikan
Hanya sedikit sekali kebebasan
Pada bisnis franchise jarang mempunyai hak untuk menjual perusahaan
kepada pihak ketiga tanpa terlebih dahulu menawarkanya kepada
franchisor dengan harga yang sama
(9) Gadai/Pawn
Istilah gadai berasal dari terjemahan dari kata pand (bahasa Belanda)
atau pledge atau pawn (bahasa Inggris) yang berarti menggadaikan. Pengertian gadai
tercantum dalam Pasal 1150 KUHPerdata. Menurut pasal 1150 KUHPerdata disebutkan
“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak,
yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya,
dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya, dengan
kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan”.
Secara singkat dan mudah Gadai adalah hak yang diperoleh kreditur atas suatu benda
bergerak atas suatu hutang. Pengertian gadai yang tercantum dalam pasal 1150 KUHPerdata
ini sangat luas, tidak hanya mengatur tentang pembebanan jaminan atas barang bergerak,
tetapi juga mengatur tentang kewenangan kreditur untuk mengambil pelunasannya dan
mengatur eksekusi barang gadai, apabila debitur lalai dalam melaksanakan kewajibannya.
Menurut penulis sedikitnya ada tiga unsur yang tercantum dalam pengertian gadai.
Unsur-unsur yang tercantum dalam pengertian gadai adalah , Subjek gadai yaitu kreditur
dan debitur, Objek gadai, yaitu barang bergerak, dan Adanya kewenangan kreditur, adalah
kewenangan untuk melakukan pelelangan terhadap barang debitur. Subjek gadai terdiri
dari dua pihak, yaitu pemberi gadai dan penerima gadai. Pemberi gadai yaitu orang atau
badan hukum yang memberikan jaminan dalam bentuk benda bergerak selaku gadai kepada
penerima gadai untuk pinjaman uang yang diberikan kepadanya atau pihak ketiga.
Walaupun pada prakteknya sangat jarang sekali ada pihak ketiga yang diberikan kuasa oleh
pemberi gadai atas namanya. Penerima gadai adalah orang atau badan hukum
yang menerima gadai sebagai jaminan untuk pinjaman uang yang diberikannya kepada
pemberi gadai. Objek dari gadai adalah benda bergerak baik yang berwujud ataupun tidak
berwujud.
Setelahnya apa saja kewajiban serta hak penerima dan pemberi gadai ?
Hak Pemberi Gadai (Pasal 1156 KUHPerdata) :
1) Menerima Uang gadai dari penerima gadai.
2) Berhak atas barang gadai, apabila hutang pokok, bunga dan biaya lainnya telah
dilunasinya.
3) Berhak menuntut kepada pengadilan supaya barang gadai dijual untuk melunasi
hutang-hutangnya.
Kewajiban Pemberi Gadai (Pasal 1157 KUHPerdata) :
1) Menyerahkan barang gadai kepada penerima gadai.
2) Membayar pokok dan sewa modal kepada penerima gadai.
3) Membayar biaya yang dikeluarkan oleh penerima gadai untuk menyelamatkan
barang-barang gadai.
Hak Penerima Gadai dalam (Pasal 1155 KUHPerdata) :
1) Menerima angsuran pokok pinjaman dan bunga sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
2) Menjual barang gadai, jika pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya setelah
lampau waktu atau setelah dilakukan peringatan untuk pemenuhan janjinya.
Kewajiban Penerima Gadai dalam (Pasal 1154, 1156, 1157 KUHPerdata) :
1) Menjaga barang yang digadaikan sebaik-baiknya.
2) Tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan menjadi miliknya,
walaupun pemberi gadai wanprestasi (Pasal 1154 KUHPerdata).
3) Memberitahukan kepada pemberi gadai (debitur) tentang pemindahan barang-
barang gadai (Pasal 1156 KUHPerdata).
4) Bertanggung jawab atas kerugian atau susutnya barang gadai, sejauh itu terjadi
akibat kelalaiannya (Pasal 1157 KUHPerdata).
Bagaimana dengan gadai yang terjadi di masyarakat pada umumnya ? Praktek gadai
pada masyarakat terjadi pada umumnya yaitu individu dengan individu bahkan hanya terjadi
secara lisan saja. Bagaimana keabsahan gadai dibawah tangan tersebut ? Gadai adalah
perjanjian yang sifatnya tambahan, artinya perjanjian gadai hanya akan ada bila sebelumnya
telah ada perjanjian pokoknya, yaitu hutang piutang. Mari kita lihat syarat sahnya sebuah
perjanjian pada Pasal 1320 KUHPerdata yaitu Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
dalam suatu perjanjian, Kecakapan untuk membuat suatu perikatan dalam artian sudah
dewasa, Adanya suatu hal tertentu yang diperjanjikan, dan Hal yang diperjanjikan adalah
suatu sebab yang halal artinya tidak dilarang oleh aturan. Mencermati dari Pasal 1320
KUHPerdata tersebut gadai antar individu adalah sah.
Permasalahan yang sering terjadi dimasyarakat adalah ketika pemberi gadai tidak dapat
memenuhi kewajibannya kepada penerima gadai dalam rentang waktu yang telah
disepakati bersama, maka kebiasaan salah yang terjadi pertama, adalah penerima gadai
beranggapan barang yang diserahkan pemberi gadai menjadi miliknya (penerima gadai). Hal
ini pun diamini oleh pemberi gadai karena ketidaktahuan. Padahal pada Pasal 1154
KUHPerdata ditegaskan Dalam hal debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-
kewajiban, kreditur atau penerima gadai tidak diperkenankan mengalihkan barang yang
digadaikan itu menjadi miliknya. Dalam hal pemberi gadai mampu memenuhi kewajibannya,
tidak jarang terjadi penerima gadai mengalihkan barang yang digadaikan tanpa
sepengetahuan pemberi gadai kepada orang lain karena berbagai alasan, tentu saja hal ini
tidak dibenarkan. Selain beberapa hal tersebut masih ada kebiasaan keliru lainnya yaitu
ketika barang digadaikan dipakai atau dinikmati fungsinya oleh penerima gadai, padahal
barang yang diserahkan ke penerima gadai tersebut hanyalah sebagai jaminan agar pemberi
gadai melaksanakan prestasinya.