Anda di halaman 1dari 3

Peran Mahasiswa Kedokteran dalam

Menjaga SemAIangat Nasionalisme

Indonesia saat ini tengah menyiapkan diri untuk menyongsong generasi


emas 2045, dimana diproyeksikan sekitar 65 persen penduduk berada pada usia
produktif atau sering disebut dengan istiIah bonus demografi. Bonus demografi
ini diproyeksikan akan mencapai puncaknya justru pada tahun 2035 dan akan
menjadi kekuatan besar untuk membangun bangsa (Visa Indonesia 2045, Peta
JaIan Generasi Emas Indonesai 2045, Kemendikbud RI, Agustus 2017). Usia
produktif tersebut ialah usia 17-64 tahun. Sehingga pemuda yang dalam hal ini
mahasiswa khususnya mahasiswa kedokteran turut menjadi bagian dari generasi
tersebut. Potensi besarnya adaIah jika generasi yang meIimpah tersebut adaIah
generasi ungguI dengan kemampuan dan pemahaman terkait permasalahan dasar
sebuah negara yaitu nasionalisme. Sebagai mahasiswa kedokteran yang masuk
kedalam generasi milenial tentu harus berkontribusi besar dalam perubahan
bangsa dan negara ini.
Dalam sejarah bangsa ini, pada tahun 1908 merupakan tahun berdirinya
sekolah kedokteran dengan nama stovia. Hal tersebut merupakan potret bahwa
mahasiswa kedokteran adalah generasi yang memiliki semangat nasionalisme
tinggi. Mereka menjadi refleksi dan pembuktian bahwa mahasiswa kedokteran
ingin menjadi penggerak kemerdekaan untuk memperjuangkan bangsa dengan
cara menempuh pendidikan. Karena tentu pendidikan adalah suatu hal krusial
yang mampu membangun sebuah bangsa yang tangguh. Hal ini sudah menjadi
tantangan tersendiri bagi kita mahasiswa kedokteran untuk dapat melanjutkan
tongkat estafet perjuangan demi kemajuan bangsa.
Mahasiswa kedokteran kini harus memiliki semangat juang dan
nasionalisme yang tinggi. Karena sebagai seorang mahasiswa kedokteran, harus
dapat membuat langkah konkret yang harus saya lakukan adalah mempersiapkan
diri dengan sebaik mungkin untuk mengabdi dan berinteraksi kepada masyarakat
dengan kompetensi dan akhlak yang baik. Mahasiswa kedokteran harus mampu
visioner guna bisa menentukan arah dan nasib dimasa depan. Tentu sebagai
mahasiswa kedokteran memiliki tujuan untuk dapat menggapai profesi dokter dan
mengabdi dalam bidang kesehatan. Untuk dapat mengabdi pada masyarakat serta
bangsa dan negara ini diperlukan kompetensi-kompetensi yang memadai.

Untuk menjadi seorang dokter berkompeten, seorang mahasiswa


kedokteran milenial memerlukan role model sesuai dengan konsep dari 7 starts
doctor yang dikembangan oleh World Health Organization (WHO). Isi 7 konsep
tersebut yakni,care provider (Penyedia Pelayanan Kesehatan dan Perawatan),
Decision Maker (Pengambil Keputusan), Communicator(Komunikasi yang baik),
manager (Pengelola Manajemen, Research (Peneliti), Faith and Piety (Iman dan
Taqwa). Secara umum, tujuh konsep tersebut harus diwujudkan melalui karakter
unggul masing-masing individu.

Salah satu perwujudan penting dari karaktel unggul yang dimiliki seorang
mahasiswa kedokteran nanti ialah dapat berpikir kritis& mengembangkan
keterampilan. Tentu berbagai penyakit yang diderita masyarakat akan berkolasi
dengan masalah sosial yang ada. Berpikir kritis disini bukan hanya memahami
secara teoritis sebuah ilmu medis, namun bagaimana cara seseorang berpikir
dengan sistematis untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk menjadi
dokter yang berkompeten kelak, saya juga akan mengembangkan keterampilan.
Contoh nya adalah seorang dokter harus memiliki keterampilankomunikasi yang
baik. Hal tersebut akan memudahkan interaksi antara dokter dan pasien. Seorang
dokter tentunya harus dapat mengedukasi masyarakat melalui tindakan dan
komunikasi yang jelas dan terarah.Sehingga, dengan adanya keterampilan dan
pengetahuan yang baik, seorang dokter dapat memberikan pelayanan kesehatan
dengan maskimal. Pelayanan kesehatan yang baik ini tentu merupakan sebuah
kontribusi terhadap pembangunan bangsa dan wujud rasa nasionalisme mahasiswa
kedokteran untuk mengabdi kepada masyarakat kelak.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian PPN/Bapenas. (2019). Indonesia 2045 : Berdaulat, maju, adil dan


makmur.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai