Anda di halaman 1dari 39

PRESENTATION

LAPORAN PPK
BLOK 3.3 PENYAKIT
ORGAN INDRA DI
RS UII
Talbiyah Sabdah R.T (21711082)
Wyna Dwi Lestari (21711136)
ABSTRAK
Seorang pasien datang ke RS UII dengan keluan nyeri pada wajah terutama di
bagian sinus frontalis disertai dengan keluhan bersin-bersin terutama pada pagi hari.
Pasien di diagnosis menderita rinosinusitis yaitu peradangan pada mukosa hidung dan
sinus paranasal. Rinosinusitis yang berlangsung lebih dari empat hari dalam seminggu
atau lebih dari empat minggu disebutkan sebagai rinosinusitis kronik. Rinosinusitis
adalah gangguan rinitis dengan adanya sumbatan pada aliran drainase dari rongga sinus
ke hidung. Rinitis sendiri dibedakan menjadi rinitis alergi dan non-alergi. Rinitis non-
alergi bagi menjadi rinitis medikamentosa yang disebabkan karena penggunaan obat
dan vasomotor terjadi idiopatik atau karena adanya ketidakseimbangan saraf otonom.
Sedangkan rinitis alergi adalah hipersensitivitas tipe 1 yang timbul karena adanya
paparan alergen. Alergen dapat berupa debu, serbuk sari, jamur dan hewan peliharaan
menyebabkan terjadinya bersin, rhinorea berair, dam pembengkakan mukosa hidung.
Kata kunci : Sinusitis, Rhinitis Alergi, Rhinosinusitis
DESKRIPSI
KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
ldentitas Pasien

Nama : I
Usia : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
PEMERIKSAAN FISIK
Keluhan Umum: Nyeri pada bagian atas hidung antara alis
Kondisi Pasien: Compos Mentis

Tanda Vital
Tekanan darah: Tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi: Tidak dilakukan pemeriksaan
Nafas: Tidak dilakukan pemeriksaan
Suhu: Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Generalis
Kepala Mata : dbn
Bentuk Kepala: Bulat
Pertumbuhan Rambut: Rata Hidung
Wajah: Warna kulit normal, Facial pain Inspeksi
Struktur Wajah Luka (-)
Simetris Peradangan (-)
Luka (-) Palpasi
Ruam (-) Nyeri tekan (+)
Pembengkakan (-) Otoskopi
Kelumpuhan Otot Fasialis (-) Concha: Hipertrofi (dextra), concha livid (pucat)
Sekret serosa
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Telinga Dada/Thorax: Tidak dilakukan pemeriksaan
Inspeksi Perut/Abdomen: Tidak dilakukan pemeriksaan
Luka (-) Ekstremitas: Tidak dilakukan pemeriksaan
Hiperemis (-) Integumentum: Tidak dilakukan pemeriksaan
CAE
dbn
Membran Timpani
dbn

Leher
Simetris
Luka (-)
Massa (-)
Nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-Scan : Peradangan pada sinus frontalis

TERAPI
Kortikosteroid Modexa 0.05% : Komposisi
Nasal Spray Mometasone Furoate 0.05%

Rhinos kandungangan Loratadine


Dekongestan 5 mg & pseudoefedrin HCL 120
mg

Analgetik Paracetamol 650 mg


EDUKASI
Menghindari paparan alergen
Tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok serta
polutan
Menggunakan masker ketika di tempat kerja
Keluhan Utama
Nyeri pada bagian dahi
diantara alis mata sejak 2
tahun & memberat 2
minggu terakhir

Keluhan penyerta

Nyeri pada bawah ANAMNESIS


mata dan rahang.
Keluhan lain

Pilek ringan (cair tidak


berlendir) dan hidung
tersumbat. Keluhan
sering timbul pagi hari.

Mimisan
Riwayat Penyakit Dahulu
Sudah 2 tahun memiliki
keluhan serupa. Penyakit
sistemik DM & Hipertens Riwayat Kebiasaan dan Sosial
serta asma disangkal.
Lingkungan kerja sangat
berdebu karena sebagai

ANAMNESIS operator alat berat Cuaca di


tempat kerja sering
berubah-ubah.

Perokok pasif (lingkungan


kerja banyak yang merokok)
Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada yang


memiliki keluhan
serupa
RHINOSINUSITIS
KRONIS
DENGAN SUSPEK RHINITIS ALERGI

Rhinosinusitis adalah kondisi inflamasi yang terjadi pada mukosa dan sinus paranasal.
Sinus paranasal adalah rongga yang terdapat pada tulang-tulang wajah yang terdiri dari
sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus maksilaris, dan sinus sphenoidalis. Sedangkan
rhinitis alergi adalah inflamasi pada membran mukosa hidung yang dimediasi oleh IgE
pada lapisan membran yang diinduksi dengan paparan alergen.
SINUS
PARANASAL
Sinus Frontalis : Terletak di dahi

Sinus Ethmoidalis : Terletak pada

kedua mata

Sinus Makslaris : Terletak pada


1. Hijau: Sinus Frontalis
dahi dan pipi
2. Pink: Sinus Ethmoidalis
Sinus Sphenoidalis : Terletak di
3. Merah: Sinus Sphenoid
belakang dahi 4. Biru: Sinus Maksilaris
PEMBAHASAN
PENEGAKKAN
DIAGNOSIS
BERDASARKAN
ANAMNESIS
Anamnesis
Sebelumnya
Nyeri pada bagian atas hidung antara mata dan dahi yang Nyeri terkadang dirasakan hingga kebagian
bawah mata dan rahang. Keluhan lain yang dikeluhkan pasien adalah bersin terutama di pagi hari, pilek
ringan, sekret cair yang tidak berlendir, dan hidung tersumbat.

Faktor Mayor Faktor Minor


Hidung tersumbat Sakit Kepala
Keluar sekret Demam
Kriteria Diagnosis Halitosis
hidung
Nyeri pada wajah American Academy Rasa lemah
Hiposmia atau of Otolaryngology Sakit gigi
anosmia Merasa penuh
ditelinga
FAKTOR RISIKO

Riwayat Penyakit
Kelainan lain
Anatomis Rinitis aleri, Rinitis non-
alergi, asma bronkial,
Deviasi septum,
imunodefisiensi
polip hidung,
(HIV/AIDS)
hipertrofi adenoid.

Paparan Zat Iritan


Kelainan Pada
Asap rokok, Gigi dan Gusi
polutan dll.

(Ikatan Dokter Indonesia, 2017)


ALERGI
Riwayat lingkungan pasien Keluhan pasien bersin-bersin
berdebu dan dingin dan hidung berair

Alergen

Di presentasikan kepada
Sel Th. Rilis IL4-IL3

Stimulasi Sel B menjadi IgE

Alergen terikat dengan IgE


dan menempel pada sel mast

Mediator inflamasi
Obstruksi pada ostium sinus

Akumulasi mukus pada sinus

Manifestasi klinis

(Lumbantobing and Imanto, 2021)


HUBUNGAN ALERGI DENGAN RINOSINUSITIS

Penelitian yang dilakukan oleh (Kasim et al., 2020) menunjukkan bahwa


terdapat hubungan antara rinosinusitis dengan alergi (p = 0,006).
Studi retrospective yang pernah dilakukan terhadap 4044 anak dengan
rinosinusitis mempunyai riwayar rhinitis alergi (p = 0,001) (Lumbantobing and
Imanto, 2021).
ASAP ROKOK
Riwayat lingkungan pasien
sebagai perokok pasif Zat Iritan

Asap Rokok

Mengganggu fungsi silia

Silia tidak dapat


membersihkan mukus

Mukus menumpuk menuju


bagian sinus

(Hutasuhut and Simaremere, 2020).


Iritasi saluran napas
PENEGAKKAN DIAGNOSIS PEMERIKSAAN FISIK DAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Status
Lokalis

Concha livid, concha


Hidung hipertrofi dextra, sekret
serosa
IDI (2017)
IDI (2017)
Telinga Dalam batas normal

Rinoskopi anterior : Otoskopi :


Edema & obstruksi Ada tidaknya
Px Fisik : Suhu
mukosa meatus komplikasi ; tuba
Meningkat
medius, conca livid, oklusi, efusi, kelainan
Px rongga mulut :
sekret, kelainan membran tympani
karies profunda pada
gigi anatomis (polp nasi,
hipertrofi konka,
deviasi septum)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT SCAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan menjadi pemeriksaan yang akurat pada rinosinusitis.
Potongan yang dipakai adalah koronal dan aksial.
Indikasi CT Scan adalah adanya sinusitis/rinosinusitis kronik,
trauma, dan tumor.
KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN MASALAH
PASIEN & USULAN PEMERIKSAAN

Hasil pemeriksaan dengan diagnosis pasien yang ditemui di RS UII


sudah sesuai dan dibuktikan dengan referensi. Usulan
pemeriksaan yang diajukan adalah pemeriksaan rongga mulut.
Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk melihat apakah terdapat
karies profunda pada gigi rahang atas (Ikatan Dokter Indonesia
(IDI), 2017). Pemeriksaan rongga mulut dapat menemukan salah
satu etiologi dari rinosinusitis yaitu infeksi pada bagian gigi. Hal
ini juga dapat menjadi salah satu cara agar memudahkan
penatalaksanaan pada pasien.
PENATALAKSANAAN

Kortikosteroid Modexa 0.05% : Komposisi


Nasal Spray Mometasone Furoate 0.05%

Rhinos kandungangan Loratadine


Dekongestan +
5 mg & pseudoefedrin HCL 120
Antihistamin
mg

Analgetik Paracetamol 650 mg


TATALAKSANA LAINNYA
Irigasi nasal dapat menjadi salah satu tatalaksana dari rinosinusitis. Irigasi nasal
merupakan suatu prosedur yang bertujuan mencuci rongga hidung untuk
mengeluarkan mukus dan debris yang berlebihan dari hidung dan sinus.
Pemberian larutan garam hipertonik menurunkan waktu transpor mukosiliar lebih
besar dibandingkan larutan garam isotonik pada penderita rinosinusitis kronis

(Hendrawati et al., 2016).


TATALAKSANA LAINNYA
Antibiotika dapat diberikan jika terdapat 3 gejala dan tanda infeksi bakteri dari 5
kriteria seperti sekret purulen, nyeri wajah dominan satu sisi, demam lebih dari 38
derajat Celcius, terdapat double sickening yaitu gejala yang memberat sesudah terjadi
perbaikan, pemeriksaan CRP dan LED meningkat.
Pilihan antibiotik yang dapat digunakan pada terapi RSK antara lain amoksisilin
klavulanat, kotrimoksasol, eritromisin, sefalosporin oral generasi2 dan 3, klindamisin,
klaritromisin, dan azitromisin.

(Kusmawijaya and Magdi, 2017).


TATALAKSANA NON-MEDIKAMENTOSA
Terapi non medikamentosa yang dapat dilakukan adalah operatif yaitu FESS
(Functional Endoschopi sinus surgery) serta septorhinoplasty.
Terapi operatif dapat dilakukan jika rinosinusitis telah mengalami komplikasi dan tidak
memberikan respon dengan terapi medikamentosa

(Kusmawijaya and Magdi, 2017).


KESIMPULAN
KESIMPULAN
Rinosinusitis merupakan radang atau inflamasi yang terjadi pada mukosa dan sinus
paranasa. Rinosinusitis dapat terjadi karena beberapa etiologi dan faktor risiko seperti
alergi dan paparan zat iritan. Diagnosis rinusinusitis dapat ditegakkan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti CT Scan. Terapi
medikamentosa adalah standar perawatan sebelum rekomendasi untuk operasi. Terapi
medikamentosa yang dapat digunakan pada kasus rinosinusitis adalah kortikosteroid,
irigasi nasal, antihistamin, dekongestan, analgetik dan juga antibiotik. Terapi non
medikamentosa yang dapat dilakukan adalah operatif yaitu FESS (Functional Endoschopi
sinus surgery) serta septorhinoplasty.
DAFTAR PUSTAKA
Hendrawati, S., Primadewi, N., Shofiyati, N., 2016. Perbedaan Transpor Mukosiliar pada pemberian larutan garam hipertonik dan
isotonik penderita . Oto Rhino Laryngologica Indonesiana (ORLI) 46, 123–126.
Hutasuhut, Simaremere, 2020. Penyakit Rinosinusitis Sebagai Komplikasi Pada Penderita Rinitis Alergi Poli Klinik THT RSUD A. Dadi
Tjokropido Bandar Lampung Periode Januari 2016 - Desember 2017. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan 7, 409–410.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), 2017. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer, 1st ed. Pengurus Besar Ikatan
Dokter Indonesia (Indonesian medica association), Jakarta Pusat.
Kasim, M., Fitriyanti, N., Buchori, R., 2020. Hubungan Rinosinusitis Kronik dengan Rinitis Alergi. Jurnal ilmiah Kesehatan Sandi Husada
11, 272–273.
Kasper, Hauser, Jameson, Fauci, Longo, Loscalzo, 2015. Harrisons’s Principles of Internal Medicine, 19th ed. McGraw Hill Education,
United States.
Kusmawijaya, V., Magdi, Y., 2017. Terapi Maksimal Medikamentosa pada Rhinosinusitis Kronis, 57.
Lumbantobing, Z., Imanto, M., 2021. Hubungan Rinitis Alergi dengan Rinosinusitis Kronik . Jurnal Medula 10, 685–688.
Santosa, A., Sari, N., Putra, I., Masyeni, D., 2021. Diagnosis dan tatalaksana rinosinusitis maksilaris odontogenik yang meluas sampai
etmoid dan frontal : laporan kasus. Intisari Sains Medis 12, 813–814.
Soepardi, E., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R., 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher , 6th ed.
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, Jakarta.
PRESENTATION

CRITICAL
APPRAISAL
JOURNAL

Talbiyah Sabdah R.T (21711082)


Wyna Dwi Lestari (21711136)
PERBEDAAN TRANSPOR MUKOSILIA PADA
PEMBERIAN LARUTAN GARAM HIPERTONIK
DAN ISOTONIK PENDERITA RHINOSINUSITIS
KRONIS
Validity : Apakah jurnal ini valid (isinya dapat dipercaya?
i. Apakah pasien-pasien grup kontrol dan percobaan diidentifikasikan secara jelas kriteria inklusi dan
eksklusi nya? apakah pasien kedua grup (kontrol dan perlakuan) sifatnya sama?
Jawaban: Ya, terdapat kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dengan sifat yang sama
PERBEDAAN TRANSPOR MUKOSILIA PADA
PEMBERIAN LARUTAN GARAM HIPERTONIK
DAN ISOTONIK PENDERITA RHINOSINUSITIS
KRONIS
Validity : Apakah jurnal ini valid (isinya dapat dipercaya?
ii. Apakah pasien grup kontrol dan percobaan mendapatkan perlakuan yang sama?
Jawaban: Ya, karena semua pasien diminta untuk melakukan perlakuan yang sama untuk cuci hidung
PERBEDAAN TRANSPOR MUKOSILIA PADA
PEMBERIAN LARUTAN GARAM HIPERTONIK
DAN ISOTONIK PENDERITA RHINOSINUSITIS
KRONIS
Validity : Apakah jurnal ini valid (isinya dapat dipercaya?

iii. Apakah durasi pengamatan cukup lama? Apakah jumlah pasiennya lengkap dari awal penelitian
hingga akhir? Lama atau tidak dilihat dari perjalan penyakitnya, lama obat berefek dan lain-lain.
Dinyatakan komplit jika jumlah peserta yang drop out (berhenti) ikut penelitian baik yang kontrol
atau group percobaan kurang dari 20 % jumlah diawal penelitian.
Jawaban: Ya,cukup lama dilakukan sejak bulan November 2015 hingga Februari 2016. Jumlah pasien
lengkap dari awal hingga akhir penelitian.
Validity : Apakah jurnal ini valid (isinya dapat dipercaya?

iv. Apakah paparan mendahului akibat? Untuk jurnal-jurnal yang melihat tentang efek sesuatu
apakah berbahaya bagi tubuh maka harus dilihat bahwa paparan tersebut mendahului akibat yang
membahayakan.
Jawaban: Ya, penurunan waktu transpor mukosiliar pada kelompok pasien yang diberi larutan garam
hipertonik (13,00±2,12 menit) lebih besar dibandingkan pada kelompok pasien yang diberi larutan garam
isotonik (6,84±2,54 menit) dan secara statistik perbedaan tersebut signifikan (p<0,001). Namun, pada jurnal
ini tidak melihat paparan mendahului akibat yang membahayakan.
Validity : Apakah jurnal ini valid (isinya dapat dipercaya?

v. Apakah risiko meningkat dengan peningkatan jumlah atau dosis paparan yang dicurigai
berbahaya?
Jawaban: Ya, jika pada bagian diskusi jurnal, secara teori (Hoffmans, et al) usia produktif lebih sering
menderita Rhinosinusitis Kronik akibat seringnya terpapar dengan zat polutan di lingkungan sekitar. Pada
jurnal ini tidak melihat faktor risiko paparan dan akibat.
Apakah jurnal ini penting? Hasilnya bermakna? Important?

i. Apakah outcome/hasil dipaparkan secara jelas (hasil uji statistik dengan hasil nilai p)?
Jawaban: Ya, Secara keseluruhan, selama dua minggu masa terapi, didapati penurunan waktu transpor
mukosiliar pada kelompok pasien yang diberi larutan garam hipertonik (13,00±2,12 menit) lebih besar
dibandingkan pada kelompok pasien yang diberi larutan garam isotonik (6,84±2,54 menit) dan secara
statistik terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,001)
Apakah jurnal ini penting? Hasilnya bermakna? Important?
ii. Seberapa besarkah ketepatan estimasi outcome yang didapat dengan nilai OR, RR, PR dengan nilai
korelasi 95% CI?
Jawaban: Pada jurnal tidak ditemukan pencarian untuk faktor resiko, jadi tidak ditemukan adanya nilai
OR, RR, dan PR.
Apakah jurnal ini dapat dipakai untuk praktek klinik kita?
Applicability
i. Apakah pasien kita mirip dengan subjek yang kita miliki?
Jawaban: Sudah, pasien merupakan yang di diagnosis sebagai penderita rinosinusitis kronis dengan tidak
ditemukan adanya massa tumor di hidung, septum deviasi, riwayat operasi hidung dan sinus, tidak
sedang dalam pemakaian obat tetes hidung jangka panjang, bukan penderita diabete melitus, bukan
penderita imonokompromis dan malnutrisi. Usia pasien 32 tahun.

ii. Apakah bukti ini mempunyai pengaruh yang penting secara klinis terhadap kesembuhan pasien
kita apa yang telah ditawarkan/ diberikan kepada pasien kita.
Jawaban: Pasien dengan diagnosis rinosinusitis kronis dapat diberukan tatalaksana berupa irigasi nasal
dengan larutan garam fisiologis. emberian larutan garam hipertonik lebih baik dibandingkan dengan
penggunaan larutan garam isotonik dalam menurunkan waktu transpor mukosiliar. Larutan garam
isotonik merupakan larutan dengan konsentrasi zat terlarut dan zat pelarut yang sama, sehingga larutan
garam isotonik terhadap sel tidak memberikan efek transpor aktif ke dalam sel. Mekanisme kerja larutan
garam isotonik adalah sebagai pembilas zat-zat iritan dan alergen yang berada di rongga hidung,
sehingga dapat menekan mediator-mediator inflamasi yang ada, sedangkan larutan garam hipertonik
merupakan suatu cairan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding cairan di dalam sel, sehingga
proses transpor aktif dapat mempercepat stabilnya keadaan intrasel.

Anda mungkin juga menyukai