Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknik Reaksi Kimia 2
Dosen Pengampu: Dr. Martha Pramudita, S.T., M.T.
Disusun oleh:
Romi Husein Hidayatullah (3335160042)
Paerus Jundika (3335190019)
Rahmat Dwi Utomo (3335190051)
Ade Tiya Anjani (3335190061)
Asep Saputra (3335190090)
Laila Kristina Hendrawan (3335190105)
Kelas: B
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
Reactor Slurry
Slurry Bubble Column Reactor sering disebut dengan nama singkatnya yaitu reaktor
slurry. Dalam sistem yang sederhana, slurry bubble column reactor pada dasarnya merupakan
bejana silinder vertikal yang dilengkapi dengan adanya distributor gas pada saluran masuk
(Deckwer, 1992), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Desain konstruksi yang sederhana
dan minimnya bagian yang dioperasikan secara mekanis merupakan dua aspek dari karakteristik
reaktor. Sifat reaktor slurry hampir mendekati sifat dari bubble column reactor. Secara umum,
slurry bubble column merupakan jenis reaktor yang dapat disesuaikan skala pembuatannya
berdasarkan kebutuhan proses. Menurut Deckwer (1992) rasio antara panjang dan diameter
dalam slurry bubble column reactor bervariasi, sedangkan rasio optimal yang paling banyak
digunakan adalah 10:3. Suspensi cairan di dalam kolom dengan katalis padat yang masuk
merupakan slurry. Katalis yang ditambahkan ke dalam reaktor slurry adalah 15-30% dari volume
keseluruhan reaktor (Schweitzer & Viguie, 2009). Fase cair dalam reaktor slurry dapat
dioperasikan dalam mode batch dan beroperasi secara co-current maupun counter current.
Gambar 2. Profil aliran cairan dalam bubble column sederhana (Miyauchi, 1979)
Dalam larutan encer dengan laju aliran gas rendah gelembung akan terdistribusi secara
homogen melalui kolom. Fenomena tersebut dikenal sebagai aliran homogen dan digambarkan
pada Gambar 3. Aliran homogen dapat terjadi pada peralatan skala kecil dengan kecepatan gas
superfisial di bawah 5 cm/s. Aliran homogen tidak dapat dipertahankan ketika gas yang masuk
ke dalam kolom mengalir secara cepat.
Gambar 3. Sistem operasi dalam bubble column (Deckwer, 1992)
Koalesensi dan pecahnya gelembung akan menyebabkan distribusi ukuran gelembung
yang lebih luas. Selain itu,gelembung besar yang terbentuk akan naik lebih cepat daripada
gelembung kecil di dalam kolom, fenomena tersebut disebut aliran heterogen seperti pada
Gambar 3. Untuk aliran turbulen churn-heterogen dapat terjadi dalam kolom dengan diameter
lebih besar sekitar 20 cm dan ketika kecepatan superfisial gas melebihi 7 cm/s.
Dalam bubble column dengan skala kecil, gelembung dengan ukuran yang besar di dalam
aliran heterogen akan distabilkan oleh dinding tabung dan bergerak ke atas melalui kolom
mengikuti prinsip kerja piston. Gelembung atau slug yang memanjang ini akan mengisi seluruh
bagian melintang pada kolom dengan mengumpulkan gelembung yang lebih kecil secara terus-
menerus fenomena tersebut disebut rezim slug flow seperti ditunjukan pada Gambar 3, dalam
fasa cair rezim slug flow terjadi pada peralatan dengan diameter kolom sekitar 20 cm atau
kurang dengan kecepatan gas superfisial di atas 7 cm/s. Bubble column dapat bekerja dengan
baik ketika aliran keluaran gas tinggi karena tingkat sirkulasi cairan yang tinggi ketika terdapat
padatan yang terlibat di dalamnya seperti katalis,zat pereaksi,ataupun biomassa yang terdistribusi
secara homogen.
Sirkulasi cairan juga memiliki dampak buruk yang mengakibatkan terjadinya backmixing
dalam konversi yang terlalu tinggi, sehingga terjadi peningkatan kapasitas yang berlebih pada
volume reaktor. Efek dari backmixing terhadap konversi tergantung dari reaksi kimia yang
terlibat di dalamnya, kerugian lebih lanjut disebabkan pula dari bubble rise velocity yang kecil
dapat berakibat pada waktu tinggal gas yang relatif lebih singkat.
Gambar 4. Jenis khusus bubble column reactor (Jakobsen, 2014)
Desain bubble column yang beragam telah banyak digunakan selama bertahun-tahun,
yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan proses. Kasus khusus adalah down-flow bubble
column. Di bagian kolom aliran reaktor ini terdiri dari dua fase co-current yang mengalir dari
atas ke bawah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Kelebihan dari reaktor jenis ini adalah
waktu tinggal gas yang relatif pendek. Waktu tinggal yang diperoleh dalam reaktor dari aliran
atas dapat ditingkatkan dengan adanya bubble rise velocity.
Jenis bubble column sederhana ditunjukkan pada Gambar 1, yang diubah menjadi versi
cascade bertingkat seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Redistribusi gas dalam desain reaktor ini
mengintensifkan pada transfer massa dengan mengurangi sebagian kecil gelembung besar dan
mencegah adanya backmixing di kedua fase. Backmixing juga dapat dikurangi dengan mengisi
bubble column dengan menggunakan mixer statis seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Dalam
peralatan multi-layer adanya penambahan perangkat pendingin bertujuan untuk mencegah
sirkulasi dalam jumlah banyak dan seragam, aliran gas dapat memenuhi bagian dalam reaktor
ketika distributor gas yang dipasang sinkron. Selain itu dengan adanya tabung penukar panas
aksial juga dapat meningkatkan proses resirkulasi (Jakobsen, 2014).
Dua kelompok utama bubble column yaitu kolom sederhana (Gambar 1) dan bubble
column dengan sirkulasi melalui satu loop (Gambar 4). Kelompok kedua dapat dibagi lagi
menjadi kolom-kolom dengan loop internal atau eksternal. Dibandingkan dengan jenis bubble
column sederhana, kolom dengan sistem loop dapat mengurangi proses backmixing, bubble
column dengan loop menunjukkan proses pencampuran yang lebih kompleks dan memiliki
kecenderungan lebih besar untuk menghomogenisasi campuran reaksi secara total. Loop reaktor
juga memungkinkan pemrosesan sejumlah besar gas dan menghasilkan zona aliran yang
homogen.
Homogenitas pada pola aliran disebabkan oleh sirkulasi fluida secara terarah yang
distabilkan dengan menggunakan loop yang dimasukkan untuk menghilangkan transfer aliran
radial atau cross-sectional. Laju sirkulasi yang tinggi menghasilkan waktu pencampuran yang
lebih pendek dan karena kurangnya gradien konsentrasi yang signifikan (Deckwer, 1992). Hal ini
merupakan keuntungan khusus pada aplikasi proses bioteknologi di mana biomassa dibatasi oleh
bahan dengan komposisi konstan. Dengan dasar tersebut reaktor ini sering digunakan dalam
bidang bioteknologi, misalnya sebagai fermentor pada pengangkat udara. Dalam bubble column
dengan loop internal, gas dapat dipasok ke wilayah draft tube atau wilayah annular.
Bubble column loop eksternal sering dilengkapi dengan pompa untuk mengalirkan
cairan. Hal tersebut diperlukan ketika penukar panas dengan penurunan tekanan yang lebih
tinggi dipasang di loop eksternal. Impuls tambahan untuk sirkulasi cairan dalam loop dapat
dimasukkan, dengan memberi masukan gas dan cairan melalui jet. Reaktor dengan perangkat
pengisian gas jenis ini disebut reaktor jet loop.
Secara umum fasa gas yang terdispersi dapat melalui beberapa cara, misalnya melalui
pelat berlubang, pelat sinter, atau dengan berbagai jenis jet untuk fasa gas dan cair. Dispersi gas
menggunakan jet membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan dengan pelat distributor,
tetapi akan menguntungkan jika pemanfaatan dari reaksi fasa gas tinggi karena daerah antarmuka
yang diperoleh juga tinggi (Deckwer, 1992). Pelat sinter menghasilkan gelembung kecil dengan
distribusi yang homogen. Namun, karena pelat sinter cenderung menyumbat maka jarang
digunakan untuk proses dispersi gas. Pelat berlubang dengan lubang dengan diameter antara 1
dan 5 mm lebih banyak digunakan karena menyebabkan distribusi gelembung yang tidak
seragam, tetapi biasanya terbebas dari zat pengotor. Distribusi gelembung di zona masuk, yang
disebabkan oleh adanya distributor gas memiliki pengaruh yang menentukan pada penahanan
gas, area antar muka dan tingkat perpindahan massa.
Bubble Column Reactor dua fase banyak digunakan dalam industri kimia dan bio-kimia
untuk melakukan proses reaksi gas-cair dan reaksi katalitik gas cair dengan katalis berupa
padatan. Survei pada aplikasi bubble column dalam proses industri yang diberikan oleh Deckwer
(1992) menunjukkan bahwa dalam banyak kasus jenis bubble column yang sederhana tidak
digunakan, tetapi yang telah dimodifikasi seperti loop, bubble column cascade dan down-flow
bubble column. Dalam aplikasi saat ini dari berbagai jenis bubble column dalam proses kimia,
penggunaan khusus bubble column sebagai bioreaktor pada kondisi steril diabaikan. Fermentasi
aerobik bisa dianggap sebagai reaktor tiga fase dengan biomassa tersuspensi sebagai fase ketiga.
Bubble Column Reactor terbesar yang didirikan untuk proses fermentasi disebut sebagai Bayer
Tower Biology dan Biohoch Reactor Hoechst yang berjenis jet loop reactor memiliki volume
lebih dari 10.000 m3 per unit reaktor. Bubble Column juga digunakan untuk sejumlah proses
konvensional seperti oksidasi, hidrogenasi, klorinasi, pembersihan gas kimia dan juga berbagai
aplikasi bioteknologi.