Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

W
DENGAN DIAGNOSA HIV DI RUANG
PERAWATAN KOTA
KENDARI

OLEH :

WA ODE AYU LESTARI


S.0020.P2.141

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI


PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
KENDARI
2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabibil alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.W

Dengan Diagnosa HIV Diruang Perawatan Kota Kendari”. Meskipun banyak

rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi

penulis mampu menyelesaikannya dengan baik.

Makalah ini disusun guna membantu rekan-rekan mahasiswa lainnya

dalam mempelajari salah satu mata kuliah yakni Keperawatan HIV-AIDS

walaupun pembahasannya masih dalam batasan yang umum saja. Tak lupa

penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan HIV-

AIDS yang telah memberikan motivasi kepada mahasiswa/i dalam menyelesaikan

tugas.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini

masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan

dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Kendari, Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN.........................................................................i


KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
A. Tinjauan Umum Tentang HIV..............................................................4
1. Definisi.............................................................................................4
2. Etiologi.............................................................................................6
3. Patofisiologi.....................................................................................8
4. Manifestasi Klinis............................................................................10
5. Pemeriksaan Penunjang....................................................................13
B. Konsep Asuhan Keperawatan HIV.......................................................18
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................18
2. Clinical Pathway.............................................................................30
3. Klasifikasi Data...............................................................................35
4. Analisa Data....................................................................................36
5. Diagnosa Keperawatan...................................................................38
6. Rencana Keperawatan.....................................................................38
7. Implementasi & Evaluasi................................................................41

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................48


A. Kesimpulan...........................................................................................48
B. Saran.....................................................................................................49
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi human immunodeficeincy Virus (HIV) dan Acquireed

Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit

mematikan didunia yang menjadi wabah internasional sejak pertama

kehadirannya (Arriza , Dewi, Dkk, 2011).

Penyakit ini disebabkasn oleh virus Human Immunodefiency Virus

(HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh ( Kemenkes, 2015). Penyakit

HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan

tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain

(Kemenkes, 2015). Meskipun ada kemajuan dalam pengobatannya, namun

infeksi HIV dan AIDS masih merupakan masalah kesehatan yang penting

(Smeltzer dan Bare 2015).

Penyebaran HIV tidak mengenal umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan , pekerjaan, status perkawinan dan daerah tempat tinggalnya

(tanggadi, 1996 dan budiarto 1997 ),laporan dari United Nations prograem on

HIV and AIDS atau UNAIDS pada tahun 2015 terdapat 2,1 juta ijnfeksi baru

diseulruh dunia, yang menjaadi 36,7 juta dan penderita AIDS sebanyak 1,1

juta orang (UNAIDS, 2016).

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014), di seluruh dunia

pada tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta

1
perempuan dan 3,2 juta anak berusia <15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV pada

tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan 240.000 anak

berusia < 15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang

terdiri 1,3 juta dewasa dan 190.000 anak berusia < 15 tahun.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) (2015),

terdapat 36,9 juta orang yang terinfeksi HIV pada tahun 2014 yang meliputi

34,3 juta orang dewasa, 17,4 juta perempuan dan 2,6 juta menginfeksi anak

berusia < 15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2014 sebesar 2 juta

yang terdiri dari 1,8 juta dewasa dan 220.000 anak berusia < 15 tahun. Jumlah

2 kematian akibat AIDS sebanyak 1,2 juta yang terdiri 1 juta dewasa dan

150.000 anak berusia < 15 tahun.

Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit yang dapast ditularkan dari

orang ke orang melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses

berhubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik

yangterkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam

kendungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui (Dinkes Kota Kupang

2015)

Penyakit HIV menular melalui cairan genitalia (sperma dan cairan

vagina penderita masuk keorang lain melalui jaringan epitel sekitar uretra,

vagina dan anus akibat hubungan seksbebas tanpa kondom, heteroseksual atau

homoseksual. Ibu yang menderita HIV sangat beresiko menularkan HIV ke

bayi yang dikandung jika tida ditangani dengan kompeten (Nursalam 2011).
Penemuan kasus HIV/AIDS belum sesuai dengan estimasi penderita

yang ada. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es sehingga masih

banyak kasus yang sebenarnya ada tapi belum bisa terdeteksi. Oleh karena itu,

perlu upaya peningkatan penemuan kasus HIV/AIDS. Upaya peningkatan

penemuan kasus HIV/AIDS dilakukan dengan kegiatan VCT mobile di

populasi berisiko (Profil Kesehatan Kota Surakarta, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien Ny. W dengan

Diagnosa HIV diruang Perawatan Kota Kendari?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien Ny. W

dengan Diagnosa HIV diruang Perawatan Kota Kendari?

D. Manfaat

1. Diharapkan bagi penulis agar dapat memperoleh pengalaman dan

menambah wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan Diagnosa HIV


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus

(HIV) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan

tubuh manusia (terutama CD4 positif T-sel dan makrofag–

komponenkomponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan

atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya

penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan

mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap

defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya

memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan

tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap

berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang

yang tidak mengalami defisiensi kekebalan.

Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan

yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi

tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. Pada

tahun-tahun pertama setelah terinfeksi tidak ada gejala atau tanda infeksi,

kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya

telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami

gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Penyakit ini disebut
sebagai infeksi HIV primer atau akut. Selain itu tidak ada tanda infeksi

HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menular pada orang lain.

Menurut Depkes RI (2003), definisi HIV yaitu virus yang

menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama

sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.

Gejalagejala timbul tergantung dari infeksi oportunistik yang

menyertainya. Infeksi oportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya

tahan tubuh (kekebalan) yang disebabkan rusaknya sistem imun tubuh

akibat infeksi HIV tersebut.

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh

infeksi HIV dan ditandai dengan berbagai gejala klinik, termasuk

immunodefisiensi berat disertai infeksi oportunistik dan kegananasan, dan

degenerasi susunan saraf pusat. Virus HIV menginfeksi berbagai jenis sel

sistem imun termasuk sel T CD4+ , makrofag dan sel dendritik. Tingkat

HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan

indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS. 0Menurut

Depkes RI (2003), AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune

Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang

biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul

akibat melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh karena sel

CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusakoleh Virus HIV.
B. Etiologi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) diesbabkan oleh

Human immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia

yang termnasuk dalam keluarga lentivirus (termasuk pula virus

imunodefisiensi pada kucing, virus pada imunodefisiensi pada kera, virus

visna virus pada domba, virus anemia infeksiosa pada kuda). Dua bentuk

HIV yang berbeda secara genetik, tetapi berhubungan secara antigen, yaitu

HIV-1 dan HIV-2 yang telah berhasil diisolasi dari pendrita AIDS.

Sebagian retrovirus, viron HIV-1 berbentuk sferis dan mengandung inti

berbentuk bkerucut yang padat elektron dan dikelilingi selubung lipid

yang berasal dari membran sel penjamu. Inti virus tersebut mengandung

kapsid utama protein p24, nukleukapsid protein p7 atau p9, dua sirina

genom, dan ketiga enzim virus (protease, reserve, ytranscriptase dan

integrase). Selain ketiga gen retrovirus yang baku ini HIV ini mengandung

beberapa gen lain (diberi nama misalnya tat, rev, nef, vpr dan vpu) yang

mengatur sintesi serta perakitan partikel virus yang ineksius. (Robbins

dkk, 2011).

Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular

melalui enam cara penularan, yaitu :

a. Hubungan seksual dengan penderita HIV AIDS

Hubungan seksual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV

tanpa perlindungan bisa menu;arkan HIV. Selama hubungan seksual

berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah yang dapat mengenai
selaput lendir, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat

dalam cairan tersebut masauk kedalam aliran darah (Nursalam 2007).

Selama berhubungan bisa terjadi lesi mikropada dinding vagina, dubur,

dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk asuk kedalam aliran

darah pasangan seksual

b. Ibu pada bayinya

Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero).

Berdasarkan CDC Amerika, prevelensi dari ibu ke bayi 0,01% sampai

dengan 7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV belum ada gejala AIDS,

kemungkinan bayi terinfeksi 20% sampai 30%, sedangkan gejala

AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50% (PELKESI ,

1995 ddalam Nursalam 2007). Penularan juga terjadi selama proses

persalinan melalui transfusi fetomaternal atatu kontak kulit atau

membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat

melahirkan. ( Lili V 2004 dalam Nursalam 2007). Transmisi lain

terjadi selama periode post partum melalui ASI dari Ibu yang positif

sekitar 10%.

c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS

Sangat cepat menular HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh

darah dan menyebar keseluruh tubuh.

d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak streril

Alat pemeriksaan kandungan sperti spekulum, tenakulum, dan alat-

alat lainnya yang menyentuh dara, cairan vagina atau air mani yang
terinfeksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak

terinfeksi HIV bisa menularkan HIV

e. Menggunakan jarum suntik secara bergantian

Jarum suntik yang digunakan oleh parah pengguna narkoba (Injekting

Drug User - IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum

suntik para pengguna IDU secara bersam- sama menggunakan tempat

penyampur, pengaduk dan gelsa pengoplos obat, sehingga berpotensi

tinggi menularkan HIV.

HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu

tangan, hidup serumah dengan pederita HIV/AIDS, gigtan nyamuk, dan

hubunga sosial yang lainnya.

C. Patofisilogi
Menurut Robbins, Dkk (2011) perjalanan HIV paling baik

dipahami dengan menggunakan kaidah saling mempengaruhi antara HIV

dan sistem imun. Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan

dinamika interaksi antara virus dan penjamu. (1) fase akut pada tahap

awal; (2) fase kronis pada tahap menengah; dan (3) fase kritis pada tahap

akhir.

Fase akut menggambarkan respon awal seseorang deawas yang

imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, hal yanmg khas

merupakan penyakit yang sembuh sendiri yang terjadi pada 50% hingga

70% dari orang dewasa selama 3-6 minggu setelah infeksi; fase ini

ditandai dengan gejalah nonspesifik yaitu nyeri tenggorokan, nilagioa,


demam, ruam, dan kadang-kadang meningitis aseptik. Fase ini juga

ditandai dengan prooduksi virus dalam jumlah besar, viremia dan

persemaian yang luas pada jaringan limfoid perifer, yang secara khas

disertai dengtan berkurangnya sel T CD4+ kembali mendekati jumlah

normal. Namun segera setelah hali itu terjadi, akan muncul respon imun

yang spesifik terhadap virus, yang dibuktikan melalui serokonversi (

biasanya dalam rentang waktu 3 hingg 17 minggu setelah pejanan) dan

munculnya sel T sitoksik CD8+ yang spesifik terhadap virus. Setelah

viremia meredah, sel T CD4+ kembali mendekati jumlah normal. Namun

berkurangnya virus dalam plasma bukan merupakan penanda berakhirnya

replikasi virus, yang akan terus berkanjut didalam magkrofak dan sel T

CD4+ jaringan.

Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukan tahap penahanan

relatif virus. Pada fase ini, sebagaian besar sistem imun masih utuh, tetapi

replikasi virus berlanjut hingga beberapa tahun. Pada pasien tiudak

menunjukan gejala ataupn limfadenopati persisten, dsan banyak penderita

yang mengalami infeksi oportunistik ”ringan” seperti sariawan (candida)

atau herpes zoster selama fase ini replikasi virus dalam jaringan limfoid

terus berlanjut. Pergantian virus yang meluas akan disertai dengan

kehilangan sel CD4+ yang berlanjut. Namun, karena kemampuan

regenerasi imun besar, sel CD4+ akan tergantikan dengan juumlah yang

besar. Oleh karena itu penuruna sel CD4+ dalam darah perifer hanyalah

hal yang sederhana. Setelah melewati periode yang panjang dan beragam,
pertahanan mulai berkkurang, jumlah CD4+ mulai menurun, dan jumlah

CD4+ hidup yang terinfeksi oleh HIV semakin meningkat. Linfadenopati

persisten yang disertai dengan kemunculan gejala konstitusional yang

bermakna (demam, ruam, mudah lelah) mencerminkan onset adanya

deokompesasi sistem imun, peningkatan replikasi virus, dan onset fase

“kritis”.

Tahap akhir, fase kritis , ditandai dengan kehancuran pertahanna

penjamu yang sangat merugikan viremia yang nyata, srerta penyakit kinis.

Para pasien khasnya akan mengalami demam lebih dari satu bulan, mudah

lelah, penurunan berat badan, dan diare. Jumlah sel CD4+ menurun

dibawah 500 sel/µL. Setelah adanya interval yang berubah- ubah, para

pasien mengalami infeksi oportunistik yang serius, neoplasma sekunder,

dan atau manifestasi neurologis (disebut kondisi yang menentukan AIDS),

dan pasien yang bersangkutan dikatakan telah menderita AIDS yang

sesungguhnya. Bahkan jikakondisi lazim yang menentukan AIDS tidak

muncul, pedoman CDC yanng digunakan saat ini menentukan bahwa

seseorang teerinfeksi HIV dengan jumlah sel CD4+ kurang atau sma

dengan 200/µL sebagai pengidap AIDS.

D. Manifestasi Klinis
Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV.

Gejalanya meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan

(nyeri saat menelan), batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan

kelenjar getah bening, bercak kemerahan pada kulit (makula /

ruam).35Diagnosis AIDS dapat ditegakkan apabila menunjukkan tes HIV


positif dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1 gejala

minor. Berikut Gejala mayor dan minor diagonis AIDS

GEJALA MAYOR GEJALA MINOR

Berat badan turun >10% dalam 1 bulan Batuk menetap >1 bulan

Diare kronik >1 bulan Dermatitis generalisata

Demam berkepanjangan >1 bulan Herpes Zooster multisegmental dan


berulang

Penurunan kesadaran Kandidiasi orofaringeal

Demensia / HIV ensefalopati Herpes simpleks kronis progresif

Limfadenopati generalisata

Infeksi jamur berulang pada alat


kelamin wanita

Retinitis virus sitomegalo

Dikutip dari : Buku Informasi Dasar HIV/AIDS dari kepustakaan 35

Beberapa tes HIV adalah Full Blood Count (FBC), pemeriksaan

fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal : Ureum dan Creatinin, analisa urin,

pemeriksaan feses lengkap. Pemeriksaan Penunjang adalah tes antibodi

terhadap HIV, Viral load, CD4/CD8.

Gejala dan tanda klinis yang patut diduga infeksi HIV menurut

WHO SEARO 2007


1. Keadaan umum :

- Kehilangan berat badan > 10% dari berat badan dasar

- Demam (terus menerus atau intermitten, temperatur oral > 37,5oC)

yang lebih dari satu bulan,

- Diare (terus menerus atau intermitten) yang lebih dari satu bulan.

- Limfadenopati meluas

2. Kulit :

Post exposure prophylaxis (PPP) dan kulit kering yang luas

merupakan dugaan kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan seperti kulit

genital (genital warts), folikulitis dan psoriasis sering terjadi pada

orang dengan HIV/AIDS(ODHA) tapi tidak selalu terkait dengan

HIV.

3. Infeksi

- Infeksi Jamur : Kandidiasis oral, dermatitis seboroik, kandidiasis

vagina berulang

- Infeksi viral : Herpes zoster

- herpes genital (berulang), moluskum kotangiosum, kondiloma

- Gangguan pernafasan : batuk lebih dari 1 bulan, sesak nafas,

tuberkulosis, pneumonia berulang, sinusitis kronis atau berulang

- Gejala neurologis : nyeri kepala yang makin parah (terus menerus

dan tidak jelas penyebabnya), kejang demam, menurunnya fungsi

kognitif.
E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Burnnner dan Suddarth (2013) Upaya penanganan medis

meliputi beberapa cara pendekatan yang mencangkup penanganan infeksi

yang berhubungan dengan HIV serta malignansi, penghentian replikasi

virus HIV lewar preparat antivirus, dan penguatan serta pemulihan sistem

imun melalui pengguanaan preparat immunomodulator. Perawatan

suportif merupakan tindakan yang penting karena efek infeksi HIV dan

penyakit AIDS yang sangat menurunkan keadaan umum pasien; efek

tersebut mencangkup malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan

imobilisasi dan perubahan status mental. Penatalaksanaan HIV AIDS

sebegai berikut :

a. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan HIV infeksi

Infeksi umum trimetroprime-sulfametokazol, yang disebut pula

TMPSMZ (Bactrim,septra), merupakan preparat antibakteri untuk

mengatasi berbagai mikroorganisme yang menyebabkan infeksi.

Pemberian secara IV kepada pasien-pasien dengan fungsi

gastrointerstinal yang normal tidak memberikan keuntungan apapun.

Penderita AIDS yang diobati dengan TMP-SMZ dapat mengalami

efekyang merugikan dengan insiden tinggi yang tidak lazim terjadi,

seperti demam, ruam, leukopenia, trombositopenia dengan ganggua

fungsi renal.

Pentamidin, suatu obat anti protozoa, digunakan sebagai preparat

alternatif untuk melawan PCP. Jika terjadi efek yang merugikan atau
jika pasien tidak memperlihatkan perbaikan klinis ketika diobati

dengan TMP-SMZ, petugas kesehatan dapat merekomendasikan

pentamidin.

b. Penatalaksanaan Diare Kronik

Terapi dengan oktreotid asetat (sandostain), yaitu suatu analog

sintetik somatostatin, ternyata efektif untuk mengatasi diare yang berat

dan kronik. Konsentrasi reseptor somatosin yang tinggi ditemukan

dalam traktus gastrointerstinal maupun jaringan lainnya. Somatostain

akan menghambat banyak fungsi fisologis yang mencangkup motalisis

gastrointerstinal dan sekresi-interstinal air serta elektrolit.

c. Penatalaksanaan Sindrom Pelisutan

Penatalaksanaan sindrom pelisutan mencangkup penanganan

penyebab yang mendasari infeksi oportunitis sistematik maupun

gastrointerstinal. Malnutrsi sendiri akan memperbesar resiko infeksi

dan dapat pula meningkatkan insiden infeksi oportunistis. Terapi

nutrisi bisa dilakukan mulai dari diet oral dan pemberian makan lewat

sonde (terapi nutriasi enternal) hingga dukungan nutrisi parenteral jika

diperlukan

d. Penanganan keganasan

Penatalaksanaan sarkoma Kaposi biasanya sulit karena sangat

beragamnya gejala dan sistem organ yang terkena.Tujuan terapinya

adalah untuk mengurangi gejala dengan memperkecil ukuranlesi pada

kulit, mengurangi gangguan rasa nyaman yang berkaitan dengan


edema serta ulserasi, dan mengendalikan gejala yang berhubungan

dengan lesi mukosa serta organ viseral. Hinngga saat ini, kemoterapi

yang paling efektif tampaknya berupa ABV (Adriamisin, Bleomisin,

dan Vinkristin).

e. Terapi Antiretrovirus

Saat ini terdapat empat preparat antiretrovirus yang sudah disetujui

oleh FDA untuk pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah;

Zidovudin, Dideoksinosin , dideoksisitidin dan Stavudin. Semua obat

ini menghambat kerja enzim reserve transcriptase virus dan mencegah

virus reproduksi virus HIV dengan cara meniru salah satu substansi

molekuler yang digunakan virus tersebut untuk membangun DNA bagi

partikel-partikel virus baru. Dengan mengubah komponen struktural

rantai DNA, produksi virus yang baru akan dihambat.

f. Inhibitor Protase

Inhibitor protase merupakan obat yang menghambat kerja enzim

protase, yaitu enzim yang dibutuhkan untuk replikasi virus HIV dan

produksi virion yang menular. Inhibisi protase HIV-1 akan

menghasilkan partikel virus noninfeksius dengan penurunan aktivitas

enzim reserve transcriptase.

g. Perawatan pendukung

Paien yang menjadi lemah dan memiliki keadaan umum yang

menurun sebagai akibat dari sakit kronik yang berkaitan dengan HIV

memerlukan banyak macam perawatan suportif. Dukungan nutrisi


mungkin merupakan tindakan sederhana seperti membantu pasien

dalam mendapatkan atau mempersiapkan makanannya. Untuk pasien

dengan gangguan nutrisi yang lanjut karena penurunan asupan

makanan, sindrome perlisutan atau malabsobsi saluran cerna yang

berkaitan dengan diare, mungkin diperlukan dalam pemberian makan

lewat pembuluh darah seperti nutrisi parenteral total. Gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit yang terjadiakibat mual, Vomitus

dan diare hebat kerapkali memerlukan terapi pengganti yang berupa

infus cairan serta elektrolit. Lesi pada kulit yang berkaitan dengan

sarkoma kaposi, ekskoriasi kulit perianal dan imobilisasi ditangani

dengan perawatan kulit yang seksama dan rajin; perawatan ini

mencangkup tindakan membalikkan tubuh pasien secara teratur,

membersihkan dan mengoleskan salep obat serta menutup lesi dengan

kasa steril.

Gejala paru seperti dispnea dan napas pendek mungkin

berhubungan dengan infeksi, sarkoma kaporsi serta keadaan mudah

letih. Pasien-pasien ini mungkin memerlukan terapi oksigen, pelatihan

relaksasi dan teknik menghemat tenaga. Pasien dengan ganggguan

fungsi pernafasan yang beratpernafasan yang berat dapat

membutuhkan tindakan ventilasi mekanis. Rasa nyeri yang menyertai

lesi kulit, kram perut, neuropati perifer atau sarkoma kaposi dapat

diatasi dengan preparat analgetik yang diberikan secara teratur selama

24 jam. Teknik relaksasi dan guded imagery (terapi psikologi dengan


cara imajinasi yang terarah) dapat membantu mengurangi rasa nyeri

dan kecemasan pada sebagian pasien.

h. Terapi nutrisi

Menurut Nursalam (2011) nutrisi yang sehat dan seimbang

diperlukan pasien HIV AIDS untuk mempertahankan kekuatan,

meningkatkan fungsi sistem imun, meningkatkan kemampuan tubuh,

utuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup dengan infeksi

HIV AIDS tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan mineral

bisa dijumpai pada orang dengan HIV, dan defisiensi sudah terjadi

sejak stadium dini walaupun pada ODHA mengonsumsi makanan

dengan gizi berimbang. Defisiensi terjadi karena HIV menyebabkan

hilangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi szat gizi.

i. Manfaat konseling dan VCT pada pasien HIV

Menurut Nursalam (2011) konseling HIV/AIDS merupakan dialog

antara seseorang (klien) dengan pelayanan kesehatan (konselor) yang

bersifat rahasia, sehingga memungkinkan orang tersebut mampu

menyesuaikan atau mengadaptasi diri dengan stres dan sanggup

membuat keputusan bertindak berkaitan dengan HIV/AIDS.


TINJAUN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien

a. Nama Pasien : Ny. W

b. Jenis Kelamin : Wanita

c. Umur/Tanggal Lahir : 05 Januari 1980

d. Status Perkawinan : Menikah

e. Agama : Katolik

f. Suku Bangsa : Tolaki

g. Pendidikan Terakhir : SMA

h. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

i. Alamat : Puuwatu

2. Identitas Penaggung Jawab

a. Nama : Ny. P

b. Pekerjaan : Wiraswasta

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Hubungan dengan klien : Saudara

e. Alamat : Puuwatu

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Lemah seluruh badan dan demam sejak satu bulan yang lalu,

tidak ada nafsu makan serta BAB cair dan berwarna kekuningan

serta sakit pada area mulut. Terjadi sejak satu bulan yang lalu
sebelum masuk Rumah Sakit. Lokasi seluruh badan dan pada area

mulut.

b. Riwayat Keluhan Utama :

- Mulai timbulnya keluhan : Sejak 1 bulan yang lalu selama

dirumah sebelum dibawa ke rumah sakit.

- Sifat keluhan : demam tinggi serta lemah seluruh badan

- Lokasi : Seluruh badan dan pada mulut

- Keluhan lain yang menyertai : diare

- Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : Tidak ada

faktor pencetus yang menimbulkan serangan pada pasien.

c. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan :

Dibawa dan dirawat di Rumah Sakit.

d. Riwayat Penyakit Sebelumnya : Sebelumnya pasien belum pernah

mengalami penyakit yang sama.

- Riwayat penyakit yang pernah diderita : Sebelumnya pasien

hanya menderita demam.

- Riwayat Alergi : Tidak ada alergi terhadap obat dan

makanan.

- Riwayat Operasi : Pasien belum pernah dioprasi

e. Kebiasaan

- Merokok

o Ya o Tidak

- Minum alkohol
o Ya o Tidak

- Minum kopi

o Ya o Tidak

- Minum obat-obatan

o Ya , Jenis Paracetamol Jumlah: 3x1 waktu Pagi, Siang,

Malam

o Tidak

4. Riawayat Keluarga / Genogram

Keterangan :
: Laki-laki (meniggal)
: Laki-laki (Hidup)
: Wanita (Meniggal)
: Wanita (Hidup)
: Pasien
: Serumah dengan pasien
5. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda – Tanda Vital

- Tekanan darah: 90/60 mmHg

- Nadi : 90x/menit

- Pernapasan : 28x/menit

- Suhu badan : 42oC

b. Kepala dan Leher

- Kepala : Normal

- Sakit kepala : Tidak ada keluhan sakit pada kepala.

- Bentuk normal

- Lesi : tidak ada

- Masa : tidak ada

- Observasi Wajah : simetris

- Penglihatan :

- Konjungtiva : Anemis

- Sklera : normal

- Pakai kacamata : tidak

- Peneliatan kabur : tidak

- Nyeri : Tidak

- Pendengaran

- Tidak ada gganguan pendengaran

- Nyeri : tidak ada

- Peradangan : Tidak ada


- Hidung

- Alergi rhinistis : tidak

- Riwayat pholip : tidak

- Sinusitis : tidak

- Epistaksis : Tidak

- Tenggorokan dan mulut

- Keadaan gigi : kotor

- Caries : ya

- Memakai gigi palsu : tidak

- Gangguan bicara : Ya

- Ganggaun menelan : Ya

- Pembesaran kelenjar leher : tidak

c. Sistem Karrdiovaskuler

- Nyeri dada : tidak

- Inspeksi :

Kesadaran / GCS : Semi coma

Bentuk daeda : normal

Bibir : sianosis

- Ictus Cordi/Apical Pulse : teraba

- Vena jugularis : teraba

- Auskultasi : BJ I : normal, BJ II : Normal

d. Sistem Respirasi

- Keluhan : Batuk berdahak


- Inspeksi :

Jejas :

tidak

Bentuk dada : nomal

Pernapasan : Abnormal (Dispnea, Kusmuaul,

weezing) Irama pernapasa : tidak teratur

Retraksi otot pernapasan : ya

Penggunaan alat abntu pernapasan : Ya, oxogen masker

- Perkusi

Cairan :

tidak Udara :

tidak Massa :

tidak

- Auskultasi

- Inspirasi : abnormal

- Ekspirasi : abnormal (ronchi)

- Clubbing finger : normal

e. Sistem Pencernaan

- Keluhan : mengeluh

- Inspeksi

Tugor kulit : abnormal

Keadaan bibir : kering

Keadaan rongga mulut :

Luka/ perdarahan : tidak


Tanda tanda radang : Ya, kandidiasis oral
Keadaan gusi : normal

Keadaan rektal

 Luka : Tidak

 Perdarahan : Tidak

 Hemmoroid : Tidak

 Lecet/tumor/bengkak : Ya

- Auskultasi

Bising usus / paristaltik : 30x/m

- Perkusi :

Cairan : Abnormal, cair

Udara : Abnormal, perut kembung

Massa : Normal

- Palpasi

Tonus otot : Abnormal

Nyeri : normal

Massa : normal

f. Sistem persyarafan

- Keluahan : tidak ada keluahan

- Tingkat kesadaran : CS (E, M, V) = E : 2, M : 3, V : 3

- Pupil : Isokor

- Kejang :Normal

- Jenis Kelumpuhan : -

- Parasthesia : -
- Kordinasi gerak : abnormal

- Cranial Nerves : -

- Reflexs : Abnormal

g. Sistem Musculoskeletal

- Keluhan : tidak ada keluahan

- Kelainan Ekstermitas :

- Nyeri otot : tidak ada

- Nyeri sendi : tidak ada

- Refleksi sendi : abnormal

- Kekuatan otot : 3

- Atropi Hipertrophi normal

222
222

h. Sistem Integumen

- Rash : tidak ada

- Lesi : tidak ada

- Turgor : Jelek warna : putih

- Kelembaban : abnormal, kering

- Petechie : tidak ada

- Lain-lain: tidak ada

i. Sistem Perkemihan

- Gangguan : tidak ada

- Alat bantu : kateter


- Kandungan kencing : tidak membesar

- Nyeri tekan : tidak

- Uretra : normal

j. Sistem Endokrin

- Keluhan : tidak ada

- Pembesaran Kelenjar : tidak ada

- Lain-lain : tidak ada

k. Sistem Reproduksi

- Keluhan : tidak ada keluhan

- Wanita

Keadaan payudara : normal

Riwayat persalinan :

Abortus : -

Pengeluaran vagina : -

Lain-lain : tidak ada

6. Pola Kegiatan Sehari-hari

a. Nutrisi

1) Kebiasaan :

- Pola makan : 3x/hari (pagi siang malam)

- Frekuensi makan : Pasien hanya menghabiskan makanan

3 sendok per oral

- Nafsu makan : menurun

- Makanan pantangan : tidak ada


- Makanan yang disukai : tidak ada

- Banyaknya minuman dalam sehari : 800 cc

- Jenis minuman dan makanan yang tidak disukai : Tidak

ada

- BB : 31 kg TB : 160 cm

- Kenaikan/Penurunan BB: 20 kg, dalam waktu: 1 bulan

2) Perubahan selama sakit : pasien tidak bisa berkomunikasi

aktif dengan keluarga

b. Eliminasi

1) Buang Air Kecil (BAK)

- Kebiasaan

Frekuesni dalam sehari : 3-4 kali. Warna : kuning

Bau : khas urin

- Perubahan selama sakit : 100cc/ hari

2) Buang Air Besar (BAB)

- Kebiasaan : 1x/hari

Warna : kuning

Bau : khas vases

Konsistensi : padat

- Perubahan selama sakit : Pasien tidak bisa

berkomunikasi aktif dengan keluarga.

c. Olahraga dan Aktivitas


1) Kegiatan olah raga yang disukai : Keluarga pasien

mengatakan tidak ada olahraga

2) Apakah olahraga dilaksanakan secara teratur : Tidak

d. Istirahat dan tidur

1) Tidur malam jam : 08.00 Catatan : kadang-kadang satu hari

penuh Bangun jam : 07.00 kadang pasien tidak bangun dan

tidur selama satu hari

2) Tidur siang jam : tidak tetap Bangun jam : tidak tetap

3) Apakah mudah terbangun : Tidak

7. Pola Interkasi Sosial

a. Siapa orang yang penting/ terdekat : saudara perempuan dan

anak- anak

b. Organisasi sosial yang diikuti : Tidak ada organisasi sosial yng

diikuti oleh pasien.

c. Keadaan rumah dan lingkungan : - Status rumah : Rumah sendiri

Cukup / tidak :

Bising / tidak:

Banjir / tidak :

d. Jika mempunyai masalah apakah dibicarakan dengan orang lain

yang dipercayai/ terdekat :Keluarga pasien menyatakan pasien

selalu membicarakan masalah kekeluargaannya.

e. Bagaimana interaksi dalam keluarga : Baik


8. Kegiatan Keagamaan / Spritual
a. Ketaatan menjalankan ibadah : Keluarga menyatakan psien selalu
melakukan solat setiap hari jumat
b. Keterlibatan dalam organisasi keagamaan : Tidak ada
9. Data Laboratorium dan Diagnostik

No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil pemeriksaan

Tanggal

24 Juni 2021

1. MVC 81.0-96.0 73.4

2. Hemoglobin 8,4

3. MCH 27.0-36.0 23.5

4. RDW-CV 37-54 24.4

5. RDW-SD 37-54 69.5

6. Jumlah Lekosit 4.0-10.0 2,77

7. Glukosa Sewaktu 70-150 285

8. Jumlah Neotrofil 1.50-7.00 10.94

9. Jumlah Monosit 0.00-0.70 1.13

10. Jumlah Trombosit 150-400 425

11. MPV 9.0-13.0 8.9 L

12 PCT 0.17-0.35 0.38 H


B. Clinical Pathway

Transmisi HIV ke dalam tubuh melalui


darah, cairan vagina/sperma ASI /
cairan tubuh ibu yg infeksius

Pengikatan gp120 HIV dengan reseptor


membran T Helper + CD4

Fusi / peleburan membran virus


dengan membran sel T Helper +
CD4
Enzim reverse transcriptase RNA HIV
 cDNA

Enzim integrase

Transkripsi mRNA dan translasi


menghasilkan protein struktural
virus

30
Enzim protease

Merangkai RNA virus dengan

Terbentuk virus - virus HIV yang baru dalam tubuh

Defisiensi pengetahuanKurangnya pajanan


Replikasi perkembangan HIV dalam cairan tubuh Reaksi antigen
antibodi
Ggn proses keluarga
Perubahan status
imunosupresi Gangguan konsep diri Pelepasa
n
Distres spiritual mediator
Ansietas Organ target
kimiawi

hipotalamus
Gastrointestinal Dermatologi Neurologi Respiratori

31
Peningkatan
Infeksi jamur Ggn citra tubuh ruam, vesikula, kulit kering dan
Terdapat Menyerang SSP, perifer,Infeksi paru suhu
(TBC,
Demam
Kerusakan membrane mukosa
Candida pada organ pencernaan
Neuropati perifer Menghasil
oral Hipertermia
kan
Kerusakan Kerusakan barier tubuh
Integritas

Lesi pada mulut, esophagus dan


Penurunan Diare terus Invasif Bakteri Kelemahan Penumpukan
intake menerus , mati rasa sekret di
cairan pada jalan
Risiko Infeksi ekstremita
s Tidak dapat
, hipotensi mengeluarkan
Kekurangan Volume Cairan

Penurunan Mengenai Kehilangan keseimbanga n saat bangun


nafsu ujung Obstruksi jalan napas
makan saraf

Penurunan Saraf Kornu otak Risiko Cedera


intake aferen dorsalis
Penurunan O2 Ke Paru-paru
nutrisi
Saraf
eferen Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penurunan BB Penurunan Kompensasi tubuh
massa otot Persepsi nyeri
dan

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Nyeri Akut Peningkatan


ventilasi
Peningkatan RR
Mudah lelah

dispnea
Keletihan

Penurunan suplai Ketidakefektifan Pola Napas


O2 ke tubuh

Kelemahan umum

Intoleransi Aktivitas

Sumber

1. Smeltzer, 2001
2. Nanda, 2010
C. Klasifikasi Data
No Data Subjektif No Data Objektif

1. Pasien mengatakan badan 1. Keadaan umum pasien tampak


terasa lemah ,demam sejak lemah
masuk rumah sakit.
2. Pasien mengatakan kadang 2. Konjungtiva anemis
muntah
3. Paasien mengatakan tidak 3. Akral teraba hangat
mengahabiskan makanan yang
disediakan hanya
menghabiskan 3-4 sendok
makan
4. Pasien mengatakan merasa 4. HB 8,4
mual jika makan TD = 90/60 mmHg
Pernapasan= 28
x/mnit Nadi=
86x/mnit
Suhu = 42°C
5. Pasien mengatakan badan 5. Pasien terpasang cairan
terasa lemah parenteral RL 20 TPM

6. Pasien mengatakan BAB cair 6. Membran mukosa tampak


pucat. Bibir kering
Terdapat sariawan

7. Frekuensi BAB 3-4x sehari 7. Berat badan menurun


(sebelum sakit 52 kg, saat
sakit 31 kg) tinggi badan 163
cm

8. Pasien mengatakan sering 8. Porsi makan tidak dihabiskan


haus

35
9. Pasien mengatakan jika tubuh 9. Turgor kulit jelek  CRT > 3
naik banyak keringat detik

10. Pasien mendapatkan terapi


parenteral RL 20 tpm/mnt

D. Analisa Data

No Data Etiologi Problem

1. DS : Peningkatan Hipertermi
metabolisme
Pasien mengatakan badan
terasa lemah, demam sejak
masuk rumah sakit

DO :

- Keadaan umum pasien


tampak lemah
- Konjungtiva anemis
- Akral teraba hangat
- HB 8,4
- TD = 90/60 mmHg
pernapasan= 28
x/mnit nadi= 86x/mnit
suhu = 42°C
- Pasien terpasang cairan
parenteral RL 20 TPM

2. DS : Ketidakmampuan Ketidak
pemasukan atau seimbangan
- Pasien mengatakan tidak
mencerna atau nutrisi kurang
mengahabiskan makanan
mengarbsorpsi dari kebutuhan
yang disediakan hanya
zat-zat gisi tubuh
menghabiskan 3-4
berhubungan
sendok makan
degan faktor
- Pasien mengatakan
biologis
kadang muntah
- Pasien mengatakan
merasa mual jika makan

DO :

- Pasien tampak lemah


- Konjungtifa anemis
- Membran mukosa
tampak pucat
- Berat badan menurun
(sebelum sakit 52 kg,
saat sakit 31 kg)
- Tinggi badan 163 cm
- Porsi makan tidak
dihabiskan
- Bibir kering
- Terdapat sariawan

3. DS : Kehilangan cairan Deficit volume


aktif cairan
- Pasien mengatakan
badan terasa lemah
- Pasien mengatakan BAB
cair
- Frekuensi BAB 3-4x
sehari
- Pasien mengatakan
sering haus
- Pasien mengatakan jika
tubuh naik banyak
keringat

DO :

- Pasien tampak lemah


- Membran mukosa bibir
klien tampak kering
- Turgor kulit jelek
- CRT > 3 detik
- TD :90/60 mmHg
- Nadi: 90 x/menit
- Pasien mendapatkan
terapi terapi parenteral
RL 20 tpm/mnt

E. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

(Domain 11, Kelas 6, Kode 00007)

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(Domain 1, Kelas 5, Kode 0027)

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidak mampuan pemasuka atau mencerna makana atau

mengarbsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.

(Domain 2, Kelas 1, Kode 00002)

F. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan (NOC) (NIC)

1. Domain : 11 Setelah dilakukan tindakan Pengaturan suhu


Kelas : 6 keperawatan selama 3 x 24
(Kode : 3900)
Kode : 00007 jam klien diharapkan
mampu : Termoregulasi 1. Monitor suhu paling
Hipertermi b/d NOC (Kode) : 0800 tidak setiap 2 jam,
peningkatan laju Dengan kriteria : sesuai kebutuhan
metabolisme 1. Menggil saat dingin 2. Monitor IWL
(skala 2 banyak 3. Monitor suhu dan
terganggu ditingkankan warna kulit
menjadi 5 tidak 4. Monitor tingkat
terganggu) kesadaran
2. Merasa merinding saat
panas (skala 2 banyak
terganggu ditingkankan
menjadi 5 tidak
terganggu)
3. Melaporkan
kenyamanan suhu
(skala 2 banyak
terganggu ditingkankan
menjadi 5 tidak
terganggu)
2. Domain : 2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan
Kelas : 5 keperawatan selama 3 x 24 (Kode : 4120)
Kode : 00027 jam klien diharapkan
1. Monitor tanda-tanda
mampu : Keseimbangan
vital
Defisit volume cairan
2. Berikan terapi IV,
cairan b/d NOC (Kode) : 0601
seperti yang
kehilangan cairan 1. Tekanan darah (skala 2
ditentukan
aktif banyak terganggu
3. Monitor status
ditingkankan menjadi 5
hidrasi (misalnya,
tidak terganggu)
membran mukosa
2. Kelembapan membran
lembab, denyut nadi
mukosa (skala 2
adekuat, dan
banyak terganggu
tekanan darah
ditingkankan menjadi 5
ortostatik)
tidak terganggu)
4. Timbang popok
3. Turgor kulit (skala 2
pembalut jika
banyak terganggu
perlu
ditingkankan menjadi 5
5. Berikan cairan,
tidak terganggu)
dengan tepat
4. Keseimbangan intake
dan output dalam 24
jam (skala 2 banyak
terganggu ditingkankan
menjadi 5 tidak
terganggu)
3. Domain : 2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
Kelas : 1 keperawatan selama 3 x 24 (Kode : 1100)
Kode : 00002 jam klien diharapkan
1. Kaji adanya alergi
mampu : Status Nutrisi
makanan
Ketidakseimbangan NOC (Kode) : 1004
2. Kolaborasi dengan
nutrisi kurang dari
1. Asupan makan (skala 2 ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh b/d
banyak menyimpang menentukan jumlah
ketidak mampuan
dari rentang normal kalori dan nutrisi
pemasuka atau
ditingkankan menjadi 5 yang dibtuhkan
mencerna makana
tidak terganggu) klien
atau mengarbsorpsi
2. Asupan cairan (skala 2 3. Anjurkan klien
zat-zat gizi
banyak menyimpang untuk meningkatkan
berhubungan dengan
dari rentang normal protein dan vit C
faktor biologis
ditingkankan menjadi 5 4. Monitor jumlah
tidak terganggu) nutrisi dan
3. Rasio berat badan kandungan kalori
(skala 2 banyak 5. Monitor adanya
menyimpang dari penurunan berat
rentang normal badan
ditingkankan menjadi 5 6. Monitor kulit
tidak terganggu) kering dan
4. Hidrasi (skala 2 banyak pigmentasi
menyimpang dari 7. Monitor mual an
rentang normal muntah
ditingkankan menjadi 5
tidak terganggu)

G. Implementasi & Evaluasi

Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Evaluasi


Keperawatan Keperawatan

Hipertermi b/d Jumat/ 1. Melakukan kompres S : Pasien


peningkatan laju 25 Juni hangat pada lipatan mengatakan masih
metabolisme 2021 paha dan axila psien demam, haus
2. Mengobservasi TTV O : Tanda Tanda
pasien Vital
3. Melayani pemberian - TD : 90/60
obat parcetamol mmHg
500mg tablet - Nadi: 90x/menit
- Suhu: 39ºC
- Akral teraba
hangat
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Defisit volume Jumat/ 1. Mencatat intake dan S : Pasien
cairan b/d 25 Juni output cairan pasien mengatakan badan
kehilangan cairan 2021 2. Mengobservasi terasa lemahdan letih
aktif status hidrasi dari O :
mukosa bibir, - Pasien tampak
denyut nadi, dan lemah
tekanan darah - BB :31 kg
3. Mengobservasi TTV - Mukosa bibir
4. Memeriksa turgor kering
kulit dan rasa haus - Denyut nadi
5. Memeriksa CRT cepat
- N : 100x/i
- TD :90/60 mmHg
- S : 38,6
- RR 20x/i
- Turgor kulit jelek
- CRT 2 detik
- Psien terpasang
NaCl 0,9%
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Ketidakseimbangan Jumat/ 1. Mengobservasi S:
nutrisi kurang dari 25 Juni tandatanda vital - Pasien
kebutuhan tubuh 2021 2. Menentukan IMT mengatakan tidak
b/d ketidak 3. Memonitor turgor nafsu makan
mampuan kulit - Porsi makanan
pemasukan atau 4. Memonitor adanya hanya dihabiskan
mencerna makana mual-muntah 3 sendok
atau mengarbsorpsi 5. Mempertahankan O:
zat-zat gizi kecepatan aliran - BB 31 kg
berhubungan infus - IMT : 14,10
dengan faktor 6. Memonitor (berat badan
biologis intake dan output kurang)
cairan - Lingkar lengan
7. Mengidentifikasi 19 cm
penurunan nafsu - Turgor kulit jelek
makan - Konjungtiva
anemis
- Bibir kering
terdapat
sariawandan
kandidiasis oral
- Terpasang NaCl
0,95 8 tetes/i
- N: 100x/i
- RR : 20 x/i
- S : 38,6
P : Masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
Defisit volume Saptu/ 1. Mencatat intake dan S:
cairan b/d 26 Juni output cairan pasien - Pasien
kehilangan cairan 2021 2. Mengobservasi mengatakan
aktif status hidrasi dari badan terasa
mukosa bibir, lemahdan letih
denyut nadi, dan - Pasien
tekanan darah mengatakan
3. Mengobservasi TTV masih diare
4. Memeriksa turgor O:
kulit dan rasa - Pasien tampak
haus lemah
5. Memeriksa CRT - BB :31 kg
- Mukosa bibir
kering
- Denyut nadi
cepat
- N : 100x/i
- TD :90/60
mmHg
- S : 38,6
- RR 20x/i
- Turgor kulit jelek
- CRT 2 detik
- Psien terpasang
NaCl 0,9%
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Ketidakseimbangan Saptu/ - Mengoservasi S:
nutrisi kurang dari 26 Juni tandatanda vital - - Pasien
kebutuhan tubuh 2021 Menentukan IMT - mengatakan
b/d ketidak Memonitor turgor kulit - badan terasa
mampuan Memonitor adanya lemahdan letih
pemasukan atau mual-muntah - - Pasien
mencerna makana Mempertahankan mengatakan
atau mengarbsorpsi kecepatan aliran infus - masih diare
zat-zat gizi Memonitor intake dan O:
berhubungan output cairan - - Pasien tampak
dengan faktor Mengidentifikasi lemah
biologis penurunan nafsu makan - BB :31 kg
- Mukosa bibir
kering
- Denyut nadi
cepat
- N : 100x/i
- TD :90/60
mmHg
- S : 38,6 - RR
20x/i
- Turgor kulit
jelek
- CRT 2 detik
- Psien
terpasang
NaCl 0,9%
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Defisit volume Minggu/ 1. Mencatat intake dan S:
cairan b/d 27 Juni output cairan pasien
- Pasien
kehilangan cairan 2021 2. Mengobservasi
mengatakan
aktif status hidrasi dari
badan terasa
mukosa bibir,
lemahdan letih
denyut nadi, dan
- Pasien
tekanan darah
mengatakan
3. Mengobservasi TTV
masih diare
4. Memeriksa turgor
kulit dan rasa O:

haus - Pasien tampak


5. Memeriksa CRT lemah
- BB :31 kg
- Mukosa bibir
kering
- Denyut nadi
cepat
- N : 100x/i
- TD :90/60
mmHg
- S : 38,6 - RR
20x/i
- Turgor kulit jelek
- CRT 2 detik
- Psien terpasang
NaCl 0,9%

A : Maslaah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

Ketidakseimbangan Minggu/ 1. Mengoservasi S:


nutrisi kurang dari 27 Juni tandatanda vital
- Pasien
kebutuhan tubuh 2021 2. Menentukan IMT
mengatakan tidak
b/d ketidak 3. Memonitor turgor
nafsu makan
mampuan kulit
- Porsi makanan
pemasukan atau 4. Memonitor adanya
hanya dihabiskan
mencerna makana mual-muntah
3 sendok
atau mengarbsorpsi 5. Mempertahankan
- Masih diare
zat-zat gizi kecepatan aliran
berhubungan infus O:
dengan faktor 6. Memonitor
- BB 31 kg
biologis intake dan output
- TB : 163
cairan
- IMT : 14,10
7. Mengidentifikasi
(berat badan
penurunan nafsu
kurang)
makan
- Lingkar lengan
19 cm
- Turgor kulit jelek
- Konjungtiva
anemis
- Bibir kering
terdapat sariawan
dan kandidiasis
oral
- Diare 2 kali
- Terpasang NaCl
0,95 8 tete/i
- N: 100x/i
- RR: 20 x/i
- S :38,6

P : Masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus

(HIV) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan

tubuh manusia dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi

virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang

terus-menerus. Menurut Depkes RI (2003), HIV adalah virus yang

menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama

sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.

Gejalagejala timbul tergantung dari infeksi oportunistik yang

menyertainya. Infeksi oportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya

tahan tubuh (kekebalan) yang disebabkan rusaknya sistem imun tubuh

akibat infeksi HIV tersebut.

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh

infeksi HIV dan ditandai dengan berbagai gejala klinik, termasuk

immunodefisiensi berat disertai infeksi oportunistik dan kegananasan, dan

degenerasi susunan saraf pusat. Virus HIV menginfeksi berbagai jenis sel

sistem imun termasuk sel T CD4+ , makrofag dan sel dendritik. Tingkat

HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan

indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS. Menurut

Depkes RI (2003), AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune

Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang


biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul

akibat melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh karena sel

CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusakoleh Virus HIV.

B. Saran

Mahasiswa/i harus mampu memahami defenisi, etiologi,

manifestais klinis, pemeriksaan penunjang HIV, agar dalam menjalankan

proses keperawatan dapat membuat intervensi dan menjalankan

implementasi dengan tepat sehingga mencapai evaluasi dan tingkat

kesembuhan yang maksimal pada klien barotrauma. Selain itu

Mahasiswa/i juga dapat memperbanyak ilmu dengan mengunjungi seminar

dan membaca dari berbagai sumber.


DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo, 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Jakarta. YBPS

Fadlun, Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba


Medika

Smeltzer C.S, Bare G.B,. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3.
Jakarta : EGC

Nanda International. (2015). Jakarta : EGC

Nursing Outcome Classification Edisi Kelima. (2016). Yogyakarta : Mocomedia

Nursing Interventions Classification Edisi Keenam. (2016). Yogyakarta :


Mocomedi

Anda mungkin juga menyukai