Anda di halaman 1dari 26

TUGAS ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

Disusun Oleh:

Muhamad Safei

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA 2021
A. Anatomi sistem pernafasan
a. Anatomi hidung dan kavitas nasi

Gambar Tulang Hidung (Sumber: Netter Atlas Anatomi manusia edisi 5)

Hidung merupakan salah satu organ penting dalam tubuh karena


hidung merupakan organ pernafasan paling luar yang berhubungan langsung
dengan lingkungan, terutama udara.Hidung terdiri atas bagian internal dan
eksternal.Hidung bagian eksternal menonjol pada bagian tengah pipi dengan
bibir atas atau filtrum. Struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian
yaitu: bagian atas yang disebut akar hidung yang tidak dapat digerakkan,
bagian tengah
merupakan jembatan hidung atau dorsum nasi yang sedikit dapat digerakkan,
dan bagian bawah adalah lobules hidung yang mudah digerakkan.
Hidung bagian luar dibentuk oleh kerangka tulang lunak dan tulang
keras yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yang
berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.Bagian hidung
dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum di sebelah
anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari
nasofaring. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares
anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang
menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring(Ballenger, 1994; Hilger, 1997;
Mangunkusumo, 2003).
Dinding medial rongga hidung adalam septum nasi. Dinding lateral
dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os lakrimalis,
konka superior dan konka media yang merupakan bagian dari os etmoid, konka
inferior, lamina perpendikularis os palatum, dan lamina pterigoides medial.
Pada dinding lateral terdapat empat buah konka. Konka inferior merupakan
konka terbesar dan letaknya paling bawah, yang lebih kecil adalah konka
media, konka superior lebih kecil lagi, dan yang paling kecil adalah konka
suprema dan konka suprema biasanya rudimenter.
Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os
maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior, dan suprema
merupakan bagian dari labirin etmoid. Diantara konka-konka dan dinding
lateral hidung terdapat rongga sempit yang dinamakan meatus. Meatus
dibedakan menjadi tiga bagian berdasarkan letaknya, yaitu meatus inferior,
media, dan superior. Dinding ferior merupakan dasar hidung yang dibentuk
oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus horizontal os
palatum(Ballenger 2004; Hilger, 1997).
Dinding superior atau atap hidung terdiri dari kartilago lateralis
superior dan inferior, os nasal, prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid,
dan korpus os sphenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina
kibrosa yang dilalui filament-filamen nervus olfaktorius yang berasal dari
permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum
nasi dan permukaan cranial konka superior. (Ballenger, 2004; Hilger, 1997)
Gambar 2.2 Kavitas nasi (Sumber: Netter Atlas Anatomi manusia edisi 5) Kavitas

nasi merupakan bagian saluran sistem pernafasan yang berjalan ari


lubang hidung sampai faring. Dibagi menjadi bagian kiri dan kanan oleh
septum nasi; lantainya adalah palatum durum, yang memisahkannya dari
rongga mulut; dan sisi lateralnya adalah conchae nasi dan meatus
nasi(Dorland, 2002).
Bagian dari kavitas nasi yang letaknya di belakang ala nasi, tepat
dibelakang nares anterior, disebut sebagai vestibulum nasi. Vestibulum nasi
merupakan bagian anterior rongga hidung yang terletak tepat di sebelah
inferior nares dan di sebelah posterior dibatasi oleh limen nasi. Bagian ini
dilapisi oleh epitel squamosa bertingkat dan dan mengandung rambut
(vibrissae) dan kelenjar sebasea. Disebut juga nasal vestibule(Dorland, 2002).
1 Sinus paranasal

Gambar 2.3 Sinus Paranasal (Sumber: Netter Atlas Anatomi Manusia Edisi 5)
Sinus paranasal merupakan rongga-rongga udara berlapis mukosa di tulang-
tulang cranium yang berhubungan dengan kavum nasi, yang meliputi sinus
frontalis, ethmoidalis, maxillaris, dan sphenoidalis. (Dorland, 2002)
Sinus paranasal terbagi menjadi sisi anterior dan posterior, pada sisi anterior
terdapat sinus frontalis, ethmoidal anterior, dan maxillaris dan bermuara di
meatus media, sedangkan pada sisi superior terdapat sinus sphenoidalis dan
ethmoidalis superior dan bermuara di meatus superior.
Sinus frontalisterletak antara tabula eksterna dan tabula interna ossisfrontalis,
di belakang arcus superciliaris dan akar hidung. Masing-masing sinus
berhubungan melalui ductus frontonasalis dengan infundibulum yang
bermuara di meatus nasalis medius. Sinus frontalis dipersarafi oleh cabang-
cabang kedua nervus supra-orbitalis.
Sinus ethmoidalisterdiri dari beberapa rongga yang kecil, cellulae
ethmoidales, di dalam massa lateral os ethmoidale, antara cavitas nasi dan
orbita. Sinus ethmoidalis dipersarafi oleh nervus ethmoidalis anterior dan
nervus ethmoidalis posterior cabang nervus nasociliaris.
Sinus sphenoidalisyang terpisah oleh sebuah sekat tulang, terletak di dalam
corpus ossis sphenoidalis dan dapat meluas ke dalam ala major dan ala minor
ossis sphenoidalis. Nervus ethmoidalis posterior dan arteria ethmoidalis
posterior mengurus persarafan dan pendarahan sinus sphenoidalis.
Sinus maxillaris adalah yang terbesar dari semua sinus paranasales. Rongga-
rongga ini yang berbentuk seperti limas, menempati seluruh badan masing-
masing maxilla. Puncak sinus maxillaris menjulang ke arah os zygomaticum,
bahkan seringkali memasukinya. Alas limas sinus membentuk bagian inferior
dinding lateral cavitas nasi. Atap sinus dibentuk oleh dasar orbita, dan
dasarnya yang sempit, dibentuk oleh bagian alveolar maxilla. Akar gigi atas,
terutama akar kedua dentes molares pertama, seringkali menimbulkan
tonjolan seperti kerucut pada dasar sinus. Masing-masing sinus terbuka ke
dalam meatus nasalis medius dengan perantaraan hiatus semilunaris pada
sebuah lubang (ostium) yang terletak lebih tinggi daripada alasnya. Persarafan
sinus maxillaris terjadi melalui nervus alveolaris superior posterior, nervus
alveolaris anterior, nervus alveolaris medius dan nervus alveolaris superior,
yakni cabang-cabang nervus maxillaris.
Sinus paranasal berfungsi untuk meringankan tulang kranial memberi area
permukaan .tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan
melembabkan udara yang masuk, memproduksi mucus, memberikan efek
resonansi dalam produksi wicara. Sinus paranasal mengalirkan cairan ke
meatus rongga nasal melalui duktus kecil yang terletak di area tubuh yang
lebih tinggi dari area lantai sinus.
b. Anatomi laring, faring,dan ruang leher ( Nina Kusuma Hardini 155)
1 Faring
Faring merupakan saluran panjang otot polos yang tidak sempurna,dengan
orivisum depan ke kavum nasi,mulut,dan laring.Sehingga terdapat tiga bagian
yang dapat dibedakan menjadi nasofaring,orofaring,ldan
laringofaring.Lapisan ototnya terdiri atas muskulus kontriktor .Otot otot
konstriktor ini mengelilingi interdigitatum di posterior.Celah anat otot otot ini
diisi oleh fasia.
Nasofaring dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia dan pada dinding
posteriornya terdapat massa jaringan limfatik.Nasofarng adalah bagian
posterior rongga nasal yang membuka ke arah rongga nasal melalu dua naris
internal(koana) yaitu dua tuba eustachius dan amandel.

Gambar 2.4 Faring. (Sumber : Sobotta 2nd edition)


Orofaring dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak
muskular(palatum mole) suatu perpanjangan palatum keras tulang dan
bagian bawah tepi atas epiglotis.Pada orofaring terdapat uvula yang
merupakan conical(prosessus kerucut) kecil yang menjulur ke bawah dari
bagian tengah tepi bawah palatum dan amandel palatinum teretak pada
kedua sisi orofaring posterior.
Laringofaring gelilingu mulut esophagus dan laring,yang
merupakan gerbang untuk pernapasan respiratorik dengan batas atas tepi
atas epglotis dan tepi bawah esophagus. Otot longitudinal faring yaitu
muskulus stilofaring dan palatofaring.
2 Laring
Laring berperan untuk pembentukan pita suara dan melindungi jalan
napas terhadap masuknya makanan atau cairan,Batas batas laring dari atas
ebawah adalah pada cervical ke 3 samapai dengan cervical ke 6.Selain itu
batas-batas laring sebagai berikut :
Kranial : Aditus Laringeus
Kaudal : Kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea
3 Epiglottis,Merupaka katup tulang rawan untuk menutup llaring sewaktu
enelan.Pada saat pernapasan epiglottis terbuka tapi pada saat menelan
epiglottis menutup.Epiglottis merupakan keping kartilago rektikularis
berbentuk daun yang melekat ke bagian belakang kartilago tiroid.dan
menonjol ke atas di belakang Os.Hioid
4 Pita suara,terdapat dua pita suara yang dapat ditegangkan dan dikendurkan
sehingga lebar sela-sela antar pita pita tersebut berubah-ubah sewaktu bicara
5
Gambar 2.5.Laring. (Sumber : Sobotta 2nd edition)
6 Ruang pada leher
Fasia adalah lapiasna kelenjar fibrous yang mengeliling otot,pembuluh
darah,dan saraf.Di dalam leher,ada beberapa lapisan fascia,yang mendukung
dan kompartmentalise keberdaan struktur.
1 Fascia servikal superfisial
2 Fascia servikal superfisial terbentang antara kulit(dermis) dan fascia
servikal dalam.Lapisan ini mengandung beberapa struktur
3 Asupan neuorvascular untuk kulit
4 Pembuluh superfisial ( pembuluh jugular eksternal)
5 Kelenjar limpa superfisial
6 Lemak
7 Musukuls Platysma
Muskulus platysma terletak diatas apek anterior pada leher.Lapisan ini
mempunyai dua kepala,yang berasal dari fascia pada pectoralis major dan
deltoid.Serat dari dua kepala meleawati clavicle dan bertemu pada
midline,menyatu dengan otot pada wajah.
8 Fascia Servikal dalam
Fascia servikal dalam terletak dibawah fascia servikal suerfisial dan
terususn dalam beberapa lapisan.Lapisan ini berfungsi seperti kerah
kemeja,Mendukung struktur dan pembuluh fascia.(more detail (superfisial
sampai dalam) :
9 Investing layer
Investing layer merupakan lapisan yang paling superfisial pada fascia
servikal dalam.Lapisan ini mengelilingi semua truktur di dalam leher.
tempat otot trapezius dan sternomcleidoastoid terbagi dan secara
menyeluruh mengelilinginya.
Gambar 2.6.Lapisan investing. (Sumber : teachmeanatomy)

Anterior : Menempel pada tulang hyoid


Inferior : menepel pada tulang belakang dan acromion scapula,clavikula,dan
manubrium sternum
Posteroir : Menepel sepanjang ligamentum nuchae
Superior : menempel pada oksipital protuberence eksternal dan superior nucal line
Pretracheal layer
Lapisan pretrakeal pada fascia terletak secara anterior di dalam leher.Ini terbentang
antara tulang hyoid dan thorax,tempat bergabung dengan perikardium
Trakea,oesophagus,kelenjar thyroid,dan otot infrahyoid berdekatan dengan
pretracheal fascia.Ini secara anatomi terbagi menjadi dua bagian :
1.Visceral – dekat dengan kelenjar thyroid,trakea,dan oesophagus
2.Muscular – dekat dengan otot infrahyoid
Aspek posterior muscular fascia dibentuk oleh kontribui dari buccopharyngeal
fascia

Gambar 2.7.Lapisan pretrakeal. (Sumber : teach me anantomy)


Prevertebal layer
Prevertebral layer mengelilingi vertebral column dan terkait
otot(scalene,prevertebral,dan otot dalam punggung)Lapisan ini mempunyai ikatan
sepanjang antero/posterior dan supero/inferior axis : Superior : berkaitan pada dasar
tengkorak
Anterior : berkaitan pada prossesus transverse dan tutubh tulang belakang pada
vertebral column
Posterior : berkaitan sepanjang ligamnetum nucha
Inferoir : bergabung dengan bentuk endothoracic fascia pada tulang rusuk
Sheathes carotid
Carotid sheaths adalah struktur yang berpasngan dekat dengan pembuluh
dan saraf penting.Mereka terbentuk oleh kontribusi dari pretrchaela,prevertebral,dan
lapisan fascia invasting.

Gambar 2.8.Carotid sheath.Sumber : teachmeanantomy

Isi dari carotid sheaths adalah :


1 Arteri Carotid ( yang membagi dua cabang dalam sheath ke karotid arteri
external dan internal
2 .Pembuluh jugular internal
3 Saraf vagus
4 Kelenjar lympha cervical
Topografi Paru (Ellania Ramadhani 156)
1 Topografi paru tampak depan

Gambar 2.9 Topografi Paru Anterior (Sumber: Respirologi)


Dipandang dari sisi anterior, puncak paru terletak di 2,5 cm di atas
sepertiga klavikula bagian medial. Puncak paru bila diproyeksikan akan jatuh
pada dasar leher. (Djojodibroto, 2009)
2 Topografi paru tampak belakang

Gambar 2.10 Topografi Paru Posterior (Sumber: Respirologi)


Paru
Histologi paru mencakup histologi bronkus intrapulmonal, bronkiolus
terminalis, bronkiolus respiratorius, dan alveolus dengan banyak saluran.Bronkus
intrapulmonal dapat diidentifikasi dengan adanya lempeng kartilago hyalin.Dinding
bronkus intrapulmonal terdiri dari lipatan mukosa, otot polos, kelenjar bronkial,
submukosa, lempeng kartilago hyalin, dan adventisia.
Bronkus intrapulmonal memiliki percabangan lagi yang semakin
kecil.Percabangan itu berupa bronkus yang lebih kecil maupun
bronkiolus.Semakin kecil bronkus dan bronkiolus, semakin berkurang ketinggian
epitel dan lempeng kartilago hyaline.Bronkus dengan ketebalan kurang dari 0.1
mm tidak memiliki lempeng kartilago hyalin.
Di bronkiolus, saluran dilapisi oleh epitel semu silindris bersilia.Pada
lumen, terdapat lipatan mukosa yang timbul akibat dari kontraksi lapisan otot
polos.Selain itu, tidak terdapat kelenjar bronkial maupun lempeng kartilago
hyalin.Bronkiolus hanya dikelilingi oleh adventisia.
Terdapat beberapa macam pembuluh darah seperti vena pumonalis dan
arteri pulmonalis.Kedua pembuluh itu bercabang saat menyertai bronkus dan
bronkiolus didalam paru.
Serosa atau pleura viscerale mengelilingi paru.Serosa terdiri dari lapisan
tipis jaringan ikat pleura dan epitel selapis gepeng mesotelium pleura.
(Eroschenko, 2014)

Gambar 2.13 Paru (pandangan menyeluruh). Pewarnaan: hematoksilin dan eosin


(Sumber:Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional edisi 11)

1. Bronkus Intrapulmonal

Bronkus intrapulmonal dilapisi oleh epitel semu silindris bersilia


yang ditunjang dengan lamina propria.Lamina propria dilapisi oleh lapisan
tipis otot polos yang memisahkannya dari submukosa yang mengandung
kelenjar bronkialis seromukosa.Duktus ekskretorius melalui lamina propria
bermuara ke dalam saluran bronkus.
Di paru, lempeng kartilago hyalin mengelilingi bronkus dan ditutupi
jaringan ikat perikondrium. Lempeng kartilago hyalin makin kecil dan
letaknya berjauhan satu sama lain seiring dengan semakin kecilnya bronkus.
Pada
lempengan kartilago, submukosa menyatu dengan adventisia.Kelenjar
bronkialis dan sel adipose terdapat di submukosa bronkus yang lebih besar.
Pembuluh darah bronkus dan arteriol bronkus terlihat di jaringan ikat di
sekitar bronkus.Bronkus juga disertai oleh vena besar dan arteri.Bronkus
intrapumonal, jaringan ikatnya dan lempeng kartilago hyalinnya dikelilingi
oleh alveoli paru. (Eroschenko, 2014)

Gambar 2.14 Bronkus intrapulmonal (potongan transversal). Pewarnaan


hematoksilinn eosin. (Sumber:Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional
edisi 11)

2. Bronkiolus Terminalis
ronkus memiliki percabangan bronkiolus yang lebih kecil, berdiameter
sekitar 1 mm atau kurang.Bronkiolus dilapisi oleh epitel selapis
silindris.Bronkiolus terminalis sebagai saluran pernapasan yang paling kecil
berfungsi untuk menghantarkan udara.Bronkiolus terminalis tidak memiliki
kelenjar bronkial dan lempeng kartilago hyalin.
i bronkiolus terminalis terdapat lipatan mukosa yang dilapisi oleh
epitel silindris bersilia. Bronkus terminalis dikelilingi oleh lamina propria,
lapisan otot polos, dan adventis
Gambar 2.15 Bronkus terminalis (potongan transversal). Pewarnaan: hematoksilin
dan eosin. (Sumber:Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional edisi 11)
3. Bronkus Respiratorius
← Bronkiolus respiratorius terbentuk dari bronkus terminalis.Bronkus
respiratorius merupakan daerah transisi antara bagian konduksi dan bagian
respiratorik dari sistem pernapasan.Bronkiolus respiratorius memiliki dinding yang
dilapisi oleh epitel selapis kuboid.Epitel dikelilingi oleh selapis tipis otot polos satu
cabang kecil arteri pulmonalis menyetai bronkiolus respiratorius kedalam paru.
Kantung alveolus tunggal terdapat di dinding setiap bronkiolus
respiratorius.Kantung alveoli berhubungan dengan duktus alveolaris dari
alveoli.
Lapisan jaringan ikat tipis menyokong otot polos, serat elastik dari lamina
propria dan pembuluh darah.Alveoli tampak berupa kantung kecil.
Setiap bronkiolus respiratorius membentuk duktus alveolaris dengan
alveoli bermuara kedalamnya.Di lamina propria yang mengelilingi deretan alveoli
di duktus alveolaris yaitu berkas otot polo.Berkas otot polos tampak berupa
tombol (knob) diantara alveoli yang berdekatan. (Eroschenko, 2014
Gambar 2.16 Bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveoli. Pewarnaan:
hematoksilin dan eosin. (Sumber:Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi
Fungsional edisi 11)
4. Alveolus
lveolus adalah evaginasi atau kantung luar bronkiolus respiratorius,
duktus alveolaris dan sakus alveolaris, ujung terminal duktus alveolaris.
(Eroschenko, 2014)
Sel alveolus gepeng melapisi alveoli.Alveoli yang berdekatan dipisahkap
engan septum intraalveolare atau dinding alveolus.Dinding alveolus terdiri
dari el alveolus selapis gepeng, serat jaringan ikat halus dan fibroblast dan
banyak kapiler yang terdapat pada dinding alveolus ini.Septum yang tipis
ini menyebabkan kapiler terletak dekat dengan sel alveolus gepeng di
alveoli yang berdekatan.
Alveoli mengandung makrofag alveolaris atau sel debu.Selain itu
terdapat sel alveolus besar yang terselip diantara sel alveolus selapis
gepeng di alveoli.Ujung bebas septum interalveolare dan di sekitar ujung
terbuka alveoli terdapat berkas tipis serat otot polos, bersambungan
dengan lapisan otot yang melapisi bronkiolus respiratorius.

Gambar 2.17 Dinding alveolus dan sel alveolus. Pewarnaan: hematoksilin dan
eosin.
B. Fisiologi sistem pernapasan manusia (Jeahani Trisya 157)
a. Definisi pernapasan
Pernapasan merupakan proses keluar dan masuknya udara ke dalam dan ke
luar paru-paru. Pernapasan sendiri meliputi proses ganda, yaitu terjadinya
pertukaran gas dalam jaringan (pernafasan dalam) dan yang terjadi di dalam
paru-paru (pernapasan luar).
Manusia membutuhkan supply oksigen secara terus-menerus untuk
proses respirasi sel, lalu membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah
beracun produk dari proses tersebut. Pertukaran gas antara oksigen dan
karbondioksida dilakukan agar proses respirasisel terus berlangsung. Oksigen
yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang
menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang
ada. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui perantaraan alat pernapasan yang
berada di luar.
Namun, pernahkah anda terpikirkan bahwa mengapa yang kita hirup
haruslah oksigen ? Oksigen mampu memecah glukosa menjadi ATP, dengan
persamaan reaksi :
Glukosa + O2 CO2 + H2O + ATP
Mengapa kita tidak menghirup nitrogen yang kandungannya jauh lebih banyak
di atmosfer yaitu 78% ? Berbeda dengan oksigen, nitrogen bersifat inert atau
sulit bereaksi. Nitrogen sudah diambil lewat jalur makanan sebagai protein.
b. Fungsi Respirasi atau Pernapasan
Respirasi mempunyai fungsi utama sebagai pengambil oksigen untuk
dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan
pembakaran dan sebagai pengeluar karbondioksida yang terjadi sebagai sisa
pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang karena
sudah tidak berguna lagi oleh tubuh.
Selain itu, respirasi mempunyai fungsi lain, yaitu :
1. Regulasi homeostasis pH tubuh
2. Proteksi dari patogen dan iritan yang terhirup
3. Membantu proses vokalisasi
4. Ekskresi air dan panas tubuh
5. Membantu meningkatkan aliran balik vena (sebagai pompa)
6. Mengeluarkan, memodifikasi, aktivasi dan inaktivasi bahan atau materi
yang melalui peredaran darah paru
Berdasar fungsionalnya, sitem respirasi terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Area konduksi
Sepanjang saluran nafas berakhir sampai bronkiolus terminalis.Sebagai
tempat lewatnya udara pernapasan, membersihkan, melembapkan, dan
menyamakan udara dengan suhu tubuh hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus terminalis.
2. Area fungsional atau respirasi
Mulai dari bronkiolus respiratori sampai alveolus. Meliputi proses pertukaran
udara dengan darah.
c. Fungsi Organ-Organ Sistem Pernapasan Manusia
Berdasar anatomi, saluran pernapasan terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Saluran napas bagian atas, terdiri dari :
1) Hidung
Sering disebut naso ataupun nasal.Hidung merupakan organ yang
membuat udara dari lingkungan dapat masuk ke saluran
prnapasan yang tersusun atas bagian eksternal dan internal. Bagian
eksternal meliputi kulit dan penonjolan akibat tulang nasal dan tulang
rawan. Bagian internal meliputi rambut hidung, alat sensor, dan rongga
berlapis membran mukosa bersilia yang banyak pembuluh darah.
Hidung mempunyai fungsi utama yaitu sebagai :
(1) Saluran udara
(2) Penyaring udara oleh rambut-rambut hidung sehingga mencegah
benda asing masuk
(3) Menghangatkan suhu udara oleh membran mukosa
(4) Membunuh kuman-kuman yang masuk oleh leukosit dalam
mukosa (selaput lendir)
(5) Indra penciuman oleh saraf olfaktor
2) Faring
ering disebut tekak ataupun tenggorokan.Merupakan
persimpangan antara dua saluran, yaitu saluran pernapasan
(nasofarings) dan saluran pencernaan (orofarings).Faring berada di
belakang laring, mengandung otot ranga untuk menelan. Mempunyai
fungsi utama, yaitu :
(1) Menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk
(2) Sebagai jalan makanan dan minuman yang ditelan
(3) Menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara
percakapan
3) Laring
Sering disebut sebagai kotak suara dan juga pangkal
tenggorok.Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang
rawan yang pada laki-laki sering disebut jakun.Terdapat epiglotis
(tulang rawan) untuk membuka dan menutup glotis.Glotis merupakan
celah atau lubang yang menghubungkan faring dengan trakea.
Epiglotis akan membuka saat kita bernapas dan akan menutup saat kita
menelan makanan. Oleh karena itu, kita tidak boleh makan sambil
berbicara supaya tidak tersedak.Laring di selaputi oleh membran
mukosa berupa epitel berlapis pipih yang tebal sehingga kuat untuk
menahan getaran-getaran suara pada laring.Selain itu, laring juga
diselaputi selaput suara. Selaput suara akan bergetar jika ada udara dari
paru-paru. Contohnya pada saat kita berbicara. Laring mempunyai
fungsi utama, yaitu :
(1) Menghasilkan suara
(2) Tempat keluar masuknya udara
(3) Memisahkan makanan dan udara, suara, dan timbulnya batuk
2. Saluran napas bagian bawah, terdiri dari :
1) Trakea
Biasa dikenal sebagai batang tenggorokan.Terdiri dari jaringan
ikat yang dilapisi oleh otot polos.Panjangnya kurang lebih 10
sentimeter.Berada setengah di bagian leher dan setengahnya lagi di
bagian dada.Dinding trakea bersifat tipis, kaku, dan dikelilingi oleh
cincin tulang rawan yang bersilia sehingga dapat pula menyaring
benda asing.Terdapat sekitar 16-20 cincin tulang rawan yang
dihubungi oleh lapisan elastic yang disebut ligament anular.Carina
merupakan bagian dari trakea yang membagi trakea menjadi
bronkus kanan dan bronkus kiri.Fungsi utamanya yaitu sebagai
saluran pernapasan.
2) Bronkus
Bronchi, juga familiar dengan sebutan cabang
tenggorokan.Bronkus dikelilingi oleh jarigan ikat yang terdiri dari
arteri, limfatik, dan saraf. Memiliki struktur lapisan mukosa yang sama
dengan trakea. Tulang rawan pada bronkus ini tidak teratur, berbeda
dengan trakea.Bronkus jugaberdinding lebih tipis dari trakea.Bronkus
primer kanan lebih pendek, lebih lebar, dan lebih vertical.Sedangkan
bronkus primer kiri lebih panjang, lebih sempit, dan mendatar.Inilah
yang menyebabkan paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit.
3) Bronkiolus
Bronchioli.Merupakan cabang dari bronkus.Semakin halus,
kecil, dan dindingnya makin tipis.Tidak punya tulang
rawan.Rongganya bersilia sehingga masih terjadi
penyaringan.Bermuara ke alveolus.Brnkiolus terdiri dari bronkiolus
terminalis dan bronkiolus respiratori.
4) Alveolus
Disinilah tempat pertukaran oksigen dan
karbondioksida.Terdapat kurang lebih 300 juta alveoli pada paru-
paru manusia. Jika alveolus ini di lebarkan menjadi lembaran-
lembaran akan mencapai 70m2 luasnya. Diameter alveolus sendiri
hanya sekitar kurang lebih 0,25mm-0,5mm. berdinding tipis dan
juga lembap berupa epitelium pipih yang berfungsi meningkatkan
difusi gas ke kapiler pulmonar.
5) Paru-paru
Familiar dengan sebutan pulmo dan lung.Berada di dalam rongga
dada bagian atas.Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh
mediastinum sentral.Paru-paru bersifat elastis dan berbentuk kerucut.
Paru-paru kanan(dekster) ;ebih besar dari paru-paru kiri (sinister).
Paru-paru ini dibatasi oleh otot dan rusuk pada bagian samping, serta
dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat pada bagian bawah paru-
paru.Paru-paru merupakan organ utama atau organ inti dalam sistem
pernapasan.
6) Pleura
Paru-paru diselimuti oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut
pleura. Pleura viceralis merupakan lapisan pertama yang membungkus
langsung paru-paru dan pleura parietalis merupakan lapisan setelahnya.
Pleura ini dibentuk oleh epitelium
squamosa.Menghasilkan cairan serosa yang tersirkulasi dalam
rongga pleura. Cairan serosa ini berperan sebagai lubrikan(pelumas)
pada paru-paru, yaitu untuk meminimalkan friksi atau pergerakan
paru-paru selama proses pernapasan berlangsung.

C. Mekanisme Pernapasan (Ifrialda Fatwa F. 158)


Proses pernapasan pada manusia dapat terjadi secara sadar mauoun secara
tidak sadar. Pernapasan secara sadar terjadi jika kita melakukan pengaturan-
pengaturan saat bernapas, misalnya pada saat latihan dengan cara menarik napas
panjang, kemudian menahannya beberapa saat, lalu mengeluarkannya.
Pernapasan sacara tidak sadar yaitu pernapasan yang dilakukan secara
otomatis dan dikendalikan oleh saraf di otak, misalnya pernapasan yang terjadi pada
saat kita tidur. Dalam pernapasan selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi (menghirup
udara) dan ekpirasi (menghembuskan udara). Berdasarkan cara melakukan inspirasi
dan ekspirasi serta tempat terjadinya, manusia dapat melakukan dua mekanisme
pernapasan, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
a. Pernapasan Dada
Proses inpirasi ini diawali dengan berkontraksinya muskulus interkotalis (otot
antartulang rusuk), sehingga menyebabkan terangkatnya tulang rusuk.
Keadaan ini mengakibatkan rongga dada membesar dan paru-paru
mengembang. Paru-paru yang mengembang menyebabkan tekanan udara
rongga paru-parulebih rendah dari tekanan udara luar. Dengan demikian,
udara luar masuk dalam paru-paru
Mekanisme
Kontraksi antar otot tulang rusuk – tulang rusuk terangkat – rongga
dada membesar – paru-paru mengembang – tekanan udara dalam paru-paru
rendah – udara luar masuk ke paru-paru.
proses ekspirasi berlangsung pada saat muskulus interkostalis
berelaksasi sehingga tulang rusuk turun kembali. Keadaan ini mengakibatkan
rongga dada menyempit dan paru-paru mengecil. Paru-paru yang mengecil
menyebabkan tekanan udara dalam rongga paru-paru menjadi lebih tinggi dari
tekanan udara luar, sehingga udara keluar dari paru-paru. Mekanisme :
Relaksasi otot antar tulang rusuk – tulang rusuk turun – rongga dada
mengecil – paru-paru mengecil – tekanan udara dalam paru-paru tinggi –
udara keluar dari paru-paru.
Gambar 2.24 Proses pernapasan dada (sumber: www.google.co.id)

b. Pernapasan Perut
Proses inspirasi pernapasan perut diawali dengan berkontraksinya otot
diafragma, sehingga diafragma yang semula melengkung berubah menjadi
datar.
Keadaan diafragma yang datar mengakibatkan rongga dada dan paru-paru
engembang. Tekanan udara yang rendah dalam paru-paru menyebabkan udara
dari luar masuk ke dalam paru-paru
Mekanisme :
Diafragma berkontraksi – diafragma mendatar – paru-paru mengembang –
tekanan dalam paru-paru kecil – udara masuk.
Proses ekspirasi terjadi pada saat otot diafragma berelaksasi, sehinga
diafragma kembali melengkung. Keadaan melengkungnya diafragma
mengakibatkan rongga dada dan paru-paru mengecil, tekanan udara dalam
paru-paru naik, sehingga udara keluar dari paru-paru.
Mekanisme :
Diafragma relaksasi – diafragma melengkung – paru-paru mengecil
– terkanan udara dalam paru-paru besar – udara keluar.
Gambar 2.25 Proses pernapasan perut (sumber: www.google.co.id)
c. Proses Difusi
Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi melalui proses
difusi. Proses tersebut terjadi di alveolus dan di sel jaringan tubuh. Proses
difusi berlangung sederhana, yaitu hanya dengan gerakan molekul-molekul
secara bebas melalui membrane sel dari konsentrasi tinggi atau tekanan tinggi
ke konsentrasi rendah atau tekanan rendah.
Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung
sampai alveolus.Di alveolus oksigen mengalami difusi ke kapiler arteri paru-
paru. Masuknya oksigen dari luar menyebabkan tekanan parsial oksigen (PO2)
di alveolus lebih tinggi dibandingkan dengan PO2 di kapiler arteri paru-paru.
Karena proses difusi selalu terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke derah
bertekanan rendah , oksigen akan bergerak dari alveolus menuju kapiler arteri
paru-paru.
d. Pernapasan Internal (Vania Aldiana 152)
Pernapasan atau respirasi internal adalah proses pertukaran oksigen
(O2) dan karbondioksida (CO2) yang terjadi antara kapiler darah dan jaringan
sel-sel tubuh. (Ganong, 1995)

Gambar 2.26 Pernapasan Internal (Sumber: The ICU Book)

Proses pertukaran gas yang terjadi pada pernapasan internal terjadi di


dalam jaringan. Pernapasan internal dilakukan dengan cara difusi. Setelah
oksihemoglobin (HbO2) terbentuk di paru-paru, oksigen akan lepas dan
selanjutnya menuju ke jaringan sel-sel tubuh secara difusi. Hal ini dapat terjadi
akibat dari perbedaan tekanan parsial di dalam darah dan di dalam jaringan sel.
Tekanan parsial oksigen pada darah lebih tinggi daripada di dalam jaringan sel.
Artinya konsentrasi oksigen pada jaringan sel tubuh lebih rendah dibandingkan
dengan oksigen yang berada dalam darah. Tekanan parsial dalam sel dapat lebih
rendah karena di dalam sel oksigen terus-menerus digunakan untuk respirasi
seluler.Oleh karena itu, oksigen dalam darah berdifusi ke jaringan sel-sel tubuh.

HbO2 Hb + O2

Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah


dibandingkan tekanan karbondioksida pada jaringan sel. Akibatnya
karbondioksida dari jaringan sel tubuh berdifusi ke kapiler darah.Karbondioksida
yang dihasilkan oleh jaringan tubuh berdifusi ke dalam cairan interstitial dan ke
dalam plasma.Kurang 10% karbondioksida tersebut tetap tertinggal dalam plasma
sebagai karbondioksida yang terlarut.Lebih 90% karbondioksida tersebut
berdifusi ke dalam sel darah merah.Beberapa diantaranya diambil dan diangkut
oleh hemoglobin.

CO2 + Hb HbCO2

Sebagian besar karbondioksida bereaksi dengan ion hidrogen dalam


eritrosit untuk membentuk asam karbonat.Sel darah merah mengandung enzim
karbonat anhidrase, yang mengkatalisis reaksi.Asam karbonat berdisosiasi
menjadi ion bikarbonat dan ion hidrogen.Hemoglobin berikatan dengan sebagian
besar ion hidrogen dari asam karbonat, agar tidak bertambah asam.Pengikatan ion
hidrogen tersebut menyebabkan Bohr Shift.

CO + H O H CO H++ HCO-
2 2 2 3 3

Proses perubahan asam karbonat-bikarbonat yang dapat berbalik arah juga


membantu menyangga darah, dengan membebaskan atau mengeluarkan ion
hidrogen, tergantung pada pH (derajat keasaman). Ion-ion bikarbonat di dalam
darah berfungsi sebagai buffer atau larutan penyangga.Lebih tepatnya ion tersebut
berperan penting dalam menjaga stabilitas pH darah.Sebagian besar ion
bikarbonat berdifusi ke dalam plasma, ion-ion diangkut dalam aliran darah ke
paru-paru.
D. Pembagian saraf pada sistem pernafasan (Muhammad Hisyam N. F. 159)
a. Penjelasan pada sistem saraf dalam pernafasan
Pada sistem saraf kali ini akan membahas bagaimana rangsangan
berjalan sampai ke otak dalam sistem paru-paru. Saraf yang berfungsi pada
sistem pernafasan adalah saraf cranial ke X yaitu saraf vagus yang mengatur
pendengaran, pernafasan dan sistem pencernaan. Namun dalam pembahasan
kali ini akan dibahas bagian pernafasan saja karena berkaitan dengan kasus
sistem pernafasan.

Sistem pernafasan ini dikendalikan oleh saraf nervus vagus. Nervus


vagus ini adalah saraf cranial yang sangat unik karena mengendalikan tidak
hanya didalam kepala saja namin mengendalikan juga seperti saraf
pernafasan dan juga saraf pencernaan. Sistem saraf yang berfungsi dalam
pernafasan adalah tipe- tipe serat sebagai berikut:
1. SAU (Somato Afferen Umum)
2. VAS (Visero Afferen Spesifik)
3. VAU (Visero Afferen Umum)
4. VEU (Visero Efferen Umum)
5. VES (Visero Efferen Spesifik)

DAFTAR PUSTAKA
J.J, Ballenger.1997. ‘Radiologi Sinus Paranasal’ dalam Penyakit
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jilid satu. Edisi ke-13. Jakarta:
Binarupa Aksara; halaman 1-27
Netter, Frank H. 2013. Atlas Anatomi Manusia. Edisi 5. Jakarta:
Elsevier Saunders
P.A, Hilger.1997. Applied Anatomy and Phisiology of the Nose.
Philadelphia: Sounders Company; halaman 249-270.
Soetjipto D, Mangunkusumo. 2002. ‘Sinus Paranasal’ dalam Soepardi
E.A., Iskandar N(editor). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala Leher. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI;
halaman 4-120
Faiz omar dan Moffat David. 2004. At a glance series anatomi. Jakarta :
PT Gramedia
Setiadi. 2007. Anatomi dan fisiologi manusia. Jakarta : PT Graha Ilmu
Djojodibroto, D. R. D. (2009). Respirologi. EGC Sobotta, J., & Figge,
F.
H. J. (1974). Atlas of human anatomy. HafnerPress.
Subowo .2002 . Histologi Umum . Jakarta: Bumi
Aksara
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/
fisiologipernapasan.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23513/6/Chapter
%20II.pdf
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/an-phys-
respiratory system.pdf
STI KESEHATAN, PS FARMASI - download14.dokumen.tips.
Marino, P. . (2007). The ICU Book (3rd ed.). New York:
Lippincott Williams & Wilkins.
Netter’s Head and Neck Anatomy for Dentistry 2nd edition
Nangsari, Nyanyu Syamsiar.1988. Pengantar Fisiologi Manusia. Jakarta:
Depdikbu
eprints.undip.ac.id/.../FIDA_AMALINA_2201011012...
Hidayah, N. Pneumonia. 6 oktober 2015.
repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pd
repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf
Umar, Nazaruddin. Sistem pernapasan. 6 oktober
2015.
repository.usu.ac.id/.../1/anastesiologi-nazaruddin.pdf

Anda mungkin juga menyukai