Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PROFESIONALISME KEBIDANAN II

“Discharge Planning”

Dosen Pengajar:
Mussia S.ST., M.M

Disusun oleh:
Kelompok 4

1. Adelia Gustina Dewi 19050001


2. Afifah yunike P 19050002
3. Rensa Nor Janah 19050038
4. Rofiqo’ agustiqa 19050039
5. Dyah fitri wardatun 19050014
6. Eis Nur Hidayah 19050015
7. Nuzul Nur Laily 19050035

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2021/20
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahnya kepada kita semua. Sholawat serta salam mari kita haturkan kepada
pahlawan revolusioner dunia yakni Nabi Muhammad SAW dan semoga kita akan selalu
mendapat syafa’atnya baik di dunia maupun di akhirat.

Dengan pertolongan dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Profesionalisme Kebidanan II” tentang “Discharge Planning”
tentunya dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kesalahan, dan penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun supaya lebih sempurnanya makalah yang
akan datang. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya, dan membuahkan ilmu yang bermanfaat.

Jember, 21
Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................3
BAB II TINJAUN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1 Definisi Discharge Planning....................................................................................4
2.2 Tujuan Discharge Planning.....................................................................................4
2.3 Manfaat Discharge Planning...................................................................................5
2.4 Pemberian Layanan Discharge Planning.................................................................6
2.5 Penerima Layanan Discharge Planning...................................................................6
2.6 Prinsip Discharge Planning.....................................................................................6
2.7 Jenis Discharge Planning.........................................................................................7
2.8 Gambar Lembar Discharge Planning.......................................................................8

BAB III ANALISIS KEGIATAN.....................................................................................9

BAB IV PENUTUP............................................................................................................10

4.1 Kesimpulan..............................................................................................................10
4.2 Saran........................................................................................................................10

DAFTAR ISI......................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Discharge Planning atau perencanaan pemulangan merupakan suatu proses dalam


mempersiapkan pasien untuk mendapatkan kontinuitas perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatan sampai pasien merasa siap
untuk kembali ke lingkungan dan harus dibuat sejak awal pasien datang ke pelayanan
kesehatan (Cawthorn, 2005). Menurut Almborg, et al (2010), pemberian discharge planning
dapat meningkatkan kemajuan penyembuhan, membantu pasien untuk mencapai kualitas
hidup yang lebih optimum sebelum dipulangkan. Disscharge planning yang berhasil
dilaksanakan dengan baik maka kepulangan pasien dari rumah sakit tidak akan mengalami
hambatan serta dapat mengurangi hari atau lama perawatan dan mencegah kekambuhan,
namun sebaliknya bila discharge planning yang tidak dilaksanakan dengan baik dapat
menjadi salah satu faktor yang memperlama proses penyembuhan yang akan mengalami
kekambuhan dan dilakukan perawatan ulang (Pemila, 2011).

Menurut Poglitsch, et al (2011), Keberhasilan discharge planning dipengaruhi oleh


beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain: keterlibatan dan partisipasi, komunikasi,
waktu, perjanjian dan konsensus serta personil discharge planning. Coleman dan Chalmers
(2006) menjelaskan bahwa tipe rumah sakit (pendidikan atau umum), kompleksitas pasien,
dan kompetensi perawat ikut mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan discharge planning.
Discharge planning yang belum optimal menimbulkan dampak bagi pasien. Dampak tersebut
adalah meningkatnya angka rawat ulang dan pada akhirnya pasien akan menanggung
pembiayaan untuk biaya rawat inap di rumah sakit (Perry & Potter, 2005). Kondisi
kekambuhan pasien atau rawat ulang pasien tentunya sangat merugikan pasien beserta
keluarga dan juga rumah sakit (Hariyati., et al, 2010).

Beberapa penelitian dilakukan untuk meneliti dampak pelaksanaan discharge planning


yang kurang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Moore, et al (2003) menunjukkan 49%
pasien kembali ke klinik atau rumah sakit setelah dinyatakan pulang karena mempunyai
masalah dengan kesehatan. Penelitian senada juga diungkapkan oleh Fox, et al (2013), yang
menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara discharge planning dengan penurunan
angka rawat ulang pasien dalam satu sampai 12 bulan indeks pemulangan pasien di
pelayanan kesehatan.

Rawat ulang/ readmisi pasien telah mendapatkan perhatian yang lebih karena rawat
ulang pasien mencerminkan efektivitas kinerja dari suatu pelayanan kesehatan dan kualitas
perawatan pasien tersebut di rumah. Efektivitas suatu discharge planning salah satunya
ditandai dengan angka pasien rawat ulang menurun. Sejumlah penelitian menyoroti bahwa
discharge planning yang efektif sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pasien dan
mengurangi rawat ulang. Salah satu hasil penelitian yang telah dilakukan Philips, et al (2004)
bahwa discharge planning secara signifikan mengurangi kunjungan ulang atau rawat ulang
pasien di rumah sakit.

Readmisi merupakan salah satu indikator mutu pelayanan di rumah sakit, oleh karena
itu penguatan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga melalui perencanaan
discharge planning dapat menurunkan angka readmisi dirumah sakit. Meningkatkan
perawatan terhadap pasien dan mengurangi pasien readmission atau rawat ulang dalam kurun
waktu kurang dari 30 hari adalah prioritas nasional bagi rumah sakit (Jones., et al, 2015).
Sedangkan menurut Kemenkes (2008) Indikator kejadian pasien jiwa readmisi tidak kembali
dalam perawatan pada kurun waktu ≤ 1 bulan adalah 100%.

1.1 Rumusan Masalah


1.1.1 Apa yang dimaksud dengan discharge planning?
1.1.2 Apa tujuan dari discharge planning?
1.1.3 Apa manfaat dari discharge planning?
1.1.4 Bagaimana pemberi layanan discharge planning?
1.1.5 Bagaimana penerima layanan discharge planning?
1.1.6 Apa prinsip discharge planning?
1.1.7 Apa saja jenis discharge planning?
1.1.8 Bagaimana gambar lembar discharge planning?
1.2 Tujuan
1.2.1 Memahami tentang pengertian discharge planning.
1.2.2 Memahami tentang tujuan discharge planning.
1.2.3 Memahami tentang manfaat discharge planning.
1.2.4 Memahami tentang pemberi layanan discharge planning.
1.2.5 Memahami tentang penerima layanan discharge planning.
1.2.6 Memahami tentang prinsip discharge planning.
1.2.7 Memahami tentang jenis-jenis discharge planning.
1.2.8 Memahami tentang gambar lembar discharge planning.

1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk menambah wawasan tentang discharge planning.
1.3.2 Untuk mengetahui tentang lembar discharge planning.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Discharge Planning

Discharge planning adalah proses sistematis yang diberikan kepada pasien ketika akan
meninggalkan tempat pelayanan kesehatan, baik pulang kerumah maupun akan melakukan
perawatan dirumah sakit lain (Taylor). Kozier(2004) mendefinisikan discharge planning
sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit
yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Jackson(1994)
menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien
dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan
dari suatu lingkungan yang lain.

Rindhianto (2008) mendefinisikn discharge planning sebagai perencanaan kepulangan


pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya, Discharge planning
merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari fase- fase yang ditujukan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan. (Raden dan Tafft, 1990).
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem perawatan
berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk
perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan
masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau
(Doenges & Moorhouse: 94-95).

2.2 Tujuan Dishcharge Planning

Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk


mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Carpenito, 1999). Juga
bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas
antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge
planning Association, 2008). The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan
dilakukannya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga
secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat
disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan
untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan, memfasilitasi proses
perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang
diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian
yang tertinggi kepada pasien, teman- teman, dan keluarga dengan menyediakan,
memandirikan aktivitas perawatan diri.

Menurut Jipp dan Sirass (1998) discharge planning bertujuan untuk :

a) Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.


b) Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di rumah.
c) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada klien.
d) Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan yang lain.
e) Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, sikap dan
ketrampilan dalam mempertahankan status kesehatan klien.

2.3 Manfaat Discharge Planning

2.3.1 Bagi Pasien

a) Dapat memenuhi kebutuhan pasien.


b) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai
bagian yang aktif dan bukan objek yang pasif
c) Menyadari haknya untuk dipenuhi
d) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya untuk memperoleh
support sebelum timbulnya masalah
e) Dapat memilih prosedur perawatannya
f) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubungi

2.3.2 Bagi tenaga kesehatan

a) Merasakan bahwa keahliannya diterma dan dapat digunakan


b) Menerima informasi kunci setiap waktu
c) Memahami perannya dalam system
d) Dapat mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru
e) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara
yang berbeda
f) Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif
2.4 Pemberi Layanan Discharge Planning

Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan


multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi
layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006). Discharge planning tidak hanya
melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman- teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan
catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama (The Royal Marsden Hospital,
2004). Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan
(continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk
proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan
kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan dan mengimplementasikan
discharge planning.

2.5 Penerima Layanan Discharge Planning

Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning (Discharge


planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien
beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah
pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan
permanen (Rice, 1992 dalam Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga
harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio,
2008).

2.6 Prinsip Discharge Planning

Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain,
ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa prinsip
yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital (2004), yaitu :

1. Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber- sumber


untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan ditempatkan
pada satu tempat.
2. Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas tinggi
pada semua pasien
3. Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.
4. Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.
5. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang terutama.
6. Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim kesehatan
dengan pasien/care giver , dan kemampuan terakhir disediakan dalam bentuk tertulis
tentang perawatan berkelanjutan.
7. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika
menyusun discharge planning .

2.7 Jenis Discharge Planning

a. Conditional discharge (pemulangan sementara)

Jika klien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi, klien pulang
untuk sementara di rumah dan masih dalam proses perawatan dan harus ada
pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.

b. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya)

Jika klien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh dari sakitnya.
Jika klien perlu perawatan kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan
kembali.

c. Judocal discharge (pulang paksa)

Jika kondisi klien masih perlu perawatan dan belum memungkinkan untuk
pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan tim
home care rs atau puskesmas terdekat.
2.8 Gambar Lembar Discharge Planning
BAB III

RIVIEW JURNAL

PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING DI RUMAH SAKIT

3.1 Latar Belakang

Discharge planning merupakan salah satu komponen dalam aplikasimanajemen


keperawatan untuk peningkatan mutu pelayanan keperawatan yang profesional. Program
discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya merupakan program pemberian
informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi nutrisi,
aktifitas/latihan, obatobatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien
menurut Potter & Perry (2005) dalam Herniyatun, Nurlaila, & Sudaryani (2009).
Sebelum pulang pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara manajemen
pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan
masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau
implikasi masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan
meningkatnya komplikasi yang terjadi pada pasien (Potter & Perry, 2009). discharge
planning, yaitu faktor personil discharge planning, keterlibatandan partisipasi,
komunikasi, waktu, perjanjian dan konsensus. Keberhasilan pemulangan adalah paling
penting menjalin kerjasama pada pemulangan klien lanjut usia dari rumah sakit pulang
kembali ke rumah menurut Eija & MarjaLeena, (2005) dalam Rofi’I, Hariyanti, &
Pujasari (2013).

3.2 Tujuan

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan


dischargeplanning di RS C.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi penelitian seluruh


perawat ruang rawat inap di RS C sebanyak 181 orang. Sampel penelitian sebanyak 64
orang dengan tekhnik proporsional random sampling. Instrumen penelitian menggunakan
lembar observasi, yang disusun berdasarkan pengembangan standar operasional prosedur
plelaksanaan discharge planning dari RS C, yang meliputi pemberian pengetahuan
tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, hal yang harus dilakukan (pemberian
obat sesuai anjuran), program pengembangan lanjutan, nutrisi, aktifitas dan istirahat,
mobilisasi, pemberian pendukung, dan kontrol

3.4 Hasil

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada pelaksanaan discharge planning yang
belum sesuai dengan SPO, diharapkan agar pihak rumah sakit lebih memerhatikan
masalah discharge planning dengan memberikan motivasi pada perawat untuk
melakukan discharge planning sesuai SPO. Dalam pelayanan keperawatan hendaknya
tenaga keperawatan dapat meningkatan pelaksanaan discharge planning karena, hal
tersebut berhubungan dengan pengetahuan dan sikap pasien yang berpengaruh pada
tingkat kesehatan dan proses sehat-sakit.

Anda mungkin juga menyukai