Anda di halaman 1dari 20

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Oksigenasi
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia
atau fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal
merupakan pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 %
pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat
asam (O2) ke dalam paru dengan alat khusus.
Tujuan pemberian oksigenasi:
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan
upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa metode
pemberian oksigen:
a) Low flow oxygen system
Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien.
Pada umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya
bervariasi menurut pola pernafasan pasien.
b) High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen
dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola
pernafasan pasien.
B. Anatomi Sistem Pernapasan

Saluran pernafasan dibagi atas saluran pernafasan atas dan saluran


pernafasan bawah.

Berikut saluran pernafasan atas:

1. Hidung
Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup.
Udara masuk dan keluar melalui hidung, yang terbentuk dari dua
tulang hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar
hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksterna yang dipisahkan
oleh septum nasal di bagian tengahnya. Lapisan tengah hidung adalah
sel epitel bersilia, dengan sel goblet yang menghasilkan lendir. Udara
yang di rongga hidung dihangatkan dan dilembabkan. Bakteri dan
partikel polusi udara akan terjebak dalam lendir; silia pada lapisan
mukosa secara continue menyapu lendir ke arah faring.
2. Faring
Faring atau teggorokan adalah tuba muscular yang terletak di
posterior rongga nasal dan oral dan di anterior vertebra servikalis.
Faring dibagi menjadi 3 segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh
segmen lainnya; nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
a. Nasofaring
Bagian paling atas (superior) adalah nasofaring, yang
terleak di belakang rongga nasal. Nasofaring berhubungan dengan
nares internal dan ostium ke kedua tuba audiotorius, yang
memanjang ke telinga tengah. Nasofaring adalah saluran yang
hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian faring lainnya dapat dilalui
baik oleh udara maupun makanan, namun tidak untuk keduanya
pada saat yang bersamaan.
b. Orofaring
Bagian faring yang terletak di belakang mulut adalah
orofaring; mukosa orofaring adalah epitel skuamosa bertingkat,
dilanjutkan dengan epitel yang terdapat pada rongga mulut.
c. Laringofaring
Laringofaring merupakan bagian paling inferior faring.
Laringofaring membuka ke arah anterior ke dalam laring dan ke
arah posterior ke dalam esophagus. Kontraksi dari dinding
muscular orofaring dan laringofaring merupakan bagian refkeks
menelan.
3. Laring
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukkan
salah satu fungsinya, yaitu berbicara adalah saluran pendek yang
menghubungkan laring dan trakea. Laring memungkinkan udara
masuk ke struktur ini, dan mencegah benda padat agar tidak masuk ke
dalam trakea. Laring menjadi tempat pita suara dengan demikian
menjadi tempat pembentukan suara. Dinding laring terutama dibentuk
oleh tulang rawan (kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh
membrane mukosa bersilia. Kartilago laring terdiri atas 9 yang
tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk struktur seperti kotak
dan satu sama lainnya dihubungkan oleh ligament. Kartilago laring
terbesar adalah kartilago tiroid, yang teraba pada permukaan anterior
leher (pada pria disebut jakun).
Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling
atas, bentuknya seperti lidah dan keseluruhanyya dilapisis oleh
membrane mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke atas dan
epiglotis tertekan ke bawah menutup glottis. Gerakan ini mencegah
masuknya makanan atau minuman ke dalam laring. Pita suara terletak
di kedua sisi glottis. Selama bernafas, pita suara tertahan di kedua sisi
glottis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari
trakea. Selama berbicara, otot-otot intrinsic laring menarik pita suara
menutupi glottis, dan udara yang dihembuskan akan menggetarkan
pita suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya diubah menjadi
kata-kata. Saraf cranial motorik yang mempersarafi faring untuk
berbicara adalah nervus vagus dan nervus aksesori.

Saluran Pernafasan Bawah.


1. Trakea
Pipa udara atau trake adalah saluran udara tubular yang
mempunyai panjang sekitar 10-13 cm dengan lebar 2,5 cm. Trakea
terletak di depan esophagus dan saat palpasi teraba sebagai struktur
yang keras, kaku tepat di permukaan anterior leher. Trakea
memanjang dari laring ke arah bawah ke dalam rongga thoraks
tempatnya terbagi menjadi bronki kanan dan kiri. Dinding bronki
disanggah oleh cincin-cincin kartilago, otot polos dan serat elastic.
Cincin kartilago ini berujung terbuka yang menghadap belakang
seperti huruf C yang banyaknya sekitar 16-20 bauah. Ujung terbuka
dari cincin ini dihubungkan oleh otot polos dan jaringan ikat,
memungkinkan pelebaran esophagus ketika makanan ditelan. Cincin
kartilago memberikan bentuk kaku pada trekea, mencegahnya agar
tidak kolaps dan menutup jalan udara. Bagian dalam trakea diapisi
oleh membrane mukosa bersilia yang memiliki sel PSCC
(pseudostratified ciliated columnar) untuk mensekresi lendir.
2. Bronkial dan alveoli
Ujung distal trakea membagi menjadi bronki primer kanan dan
kiri yang terletak di dalam rongga dada. Di dalam paru-paru, masing-
masing bronkus primer sedikit memanjang dari trakea ke arah paru-
paru membentuk cabang menjadi bronkus sekunder, meski
perpanjangan ini tidak simetris; cabang bronkus kiri memiliki sudut
yang lebih tajam dari pada cang bronkus kanan. Hal ini megakibatkan
benda asing yang tidak sengaja masuk akan tersangkut pada bronkus
kanan. Pada dinding bronkiolus tidak terdapat kartilago; keadaan ini
menjadi penting secara klinis dalam asma. Bronkiolus yang paling
kecil berkhiar dalam kumpulan alveoli. Fungsi percabangan bronchial
untuk memberikan saluran bagi udara antara trakea dan alveoli
(sebagai tempat pertukaran gas).
Struktur Alveoli sangat efisien untuk mendukung terjadinya
difusi gas. Setiap alveolus terdiri atas ruang udara mikroskopik yang
dikelilingi oleh dinding yang tipis, yang memisahkan satu alveolus
dengan alveolus lainnya, dan dari kapiler didekatnya. Dinding ini
terdiri atas satu lapis sel skuamosa. Diantara sel epitel terdapat sel-sel
khusus yang menyekresi lapisan molekul lipid seperti deterjen yang
disebut surfaktan. Surfaktan normalnya melapisi permukaan dalam
dinding alveolar, bersamaan dengan selapis tipis cairan encer. Cairan
ini dibutuhkan untuk menjaga agar permukaan alveolar tetap lembab,
yang penting untuk terjadinya difusi gas melalui dinding alveolar.
3. Paru-paru
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada
dan dikelilingi serta dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap
paru terletak di atas diafragma, bagian apeks paru (ujung superior)
terletak setinggi klavikula. Pada permukaan tengah setiap paru
terdapat identitas yang disebut hilus, tempat bronkus primer dan
masuknya arteri serta vena pulmonary kedlam paru. Sebagai organ,
fungsi paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara
atmosfer dan udara dalam aliran darah. Paru dibagi menjadi
kompartmen yang disebut lobus. Paru kanan terdiri dari 3 lobus, dan
kiri 2 lobus.
Lapian yang membatasi antara lobus disebut fisura. Lobus
kemudian membagi lagi menjadi kompartmen yang lebih kecil dan
dikenal sebagai segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobulus
yang masing-masing mempunyai brokhiole, arteriole, venula, dan
pembuluh limfatik. Dua lapis membrane serosa mengelilingi setiap
paru dan disebut sebagai pleura. Lapisan paling luar disebut parietal
yang melapisi dinding dada dan mediastinum. Lapisan dalamnya
disebut pleura visceral yang mengelilingi paru dan dengan kuat
melekat pada permukaan luarnya. Rongga pleural ini mengandung
cairan yang dihasilkan oleh sel-sel serosa di dalam pleura. Cairan
Pleural melicinkan permukaan kedua membrane pleural untuk
mengurangi gesekan ketika paru-paru mengembang dan berkontraksi
selama bernafas. Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau
membrane pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang
disebut pleurisi dan terasa sangat nyeri karena membrane pleura saling
bergesekan satu sama lain ketika bernafas.
4. Toraks
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan
bagian tengah yang disebut mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk
dinding sekeliling mediastiunum, yang secara sempurna
memisahkannya dari rongga pleura kanan, dimana terletak paru kanan,
dan dari rongga pleura kiri yang merupakan tempat dari paru kiri.
Toraks mempunyai peranan penting dalam pernafasan. Karena bentuk
elips dari tulang rusuk dan sudut perlekatannya ke tulang belakang,
toraks menjadi lebih besar ketika dada dibusungkan dan menjadi lebih
kecil ketika dikempiskan. Bahkan perubahan yang lebih besar lagi
terjadi ketika diafragma berkontraksi atau berelaksasi. Saat diafragma
berkontraksi, difragma akan mendatar keluar dan dengan demikian
menarik dasar rongga toraks kea rah bawah sehingga memperbesar
volume toraks. Ketika difragma rileks, diafragma kembali ke bentuk
awalnya.

NILAI-NILAI NORMAL

Parameter Nilai normal


Tidal Volume (TV) 500 cc

Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml

Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) 1100 ml

Volume Residu 1200 ml

Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml

Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2300 ml

Kapasitas Vital 4600 ml

Kapasitas Total Paru 5800 ml


C. Fisiologi Sistem Pernapasan
1. Struktur Sistem Pernafasan
a) Saluran pernafasan atas
Fungsinya adalah menyaring, menghangatkan dan
melembabkan udara yang dihirup. Terdiri dari :hidung, faring,
laring, epiglottis
b) Saluran Pernafasan bawah
Fungsi adalah menghangatkan udara, membersihkan mukuosa
cilliary, memproduksi surfactant. Terdiri dari : trachea, bronchus,
paru.
Pernafasan eksternal mengacu pada keseluruhan proses
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal, dan sel tubuh.
Secara umum, proses ini berlangsung dalam 3 langkah, yaitu:
a) Ventilasi Pulmoner.
Udara bergantian masuk keluar paru-paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi proses pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus.
b) Pertukaran gas alveolar.
Setelah oksigen masuk alveolus, proses pernafasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner.
Difusi adalah proses pergerakan molekul dari area berkonsentrasi
atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi
ke area berkonsentrasi rendah. Proses ini berlangsung di alveolus
dan membrane kapiler.
c) Transpor oksigen dan karbondioksida.
Pada proses ini oksigen diangkut dari paru menuju jaringan
dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru-
paru.
 Transpor O2.
Normalnya, sebagian oksigen (97%) berikatan lemah
dengan hemoglobin dan diangkut ke seluruh jaringan dalam
bentuk Oksihemoglobin (HbO2), sisanya terlarut dalam
plasma. Proses ini dipengaruhi oleh Ventilasi (jumlah O2 yang
masuk ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan).
Kapasitas dara yang dibawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah
O2 dalam plasma, jumlah Hemoglobin (Hb), dan ikatan O2
dengan Hb.
 Transpor CO2.
Karbondioksida hasil metabolisme terus menerus diankut
menuju paru- paru melalui 3 cara: sebagian besar
karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah dalam
bentuk bikarbonat (HCO3-), sebanyak 23% karbondioksida
berikatan dengan hemoglobin membentuk
karbaminohemoglobin (HbCO2), Sebanyak 7% diangkut dalam
bentuk larutan di dalam plasma dalam bentuk asam karbonat.
Pernafasan internal atau pernafasan jaringan mengacu
pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung dalam
mitrokondria, yang menggunakan O2 dan menhasilkan CO2
selama proses penyerapan energi molekul nutrient. Pada proses
ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh
tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi
pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel
jaringan. Seperti dari kapiler paru, pertukaran ini juga melalui
proses difusi pasif mengikuti penurunan gradient tekanan
parsial.

D. Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru
yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada
yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu
bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang
dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak
diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada
bentuk thorak dan pola napas
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi.
Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2
yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah
ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga
kedalaman pernapasan yang meningkat.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam
tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat
menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-
penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi
membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi
transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju
dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang
dapat mempengarhi pernapasan yaitu :
a) Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b) Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c) Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel
jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan
obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika
ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan
membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam
hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi
serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5
menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut
biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini
sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit
disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung
karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat.
Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi
duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di
sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah.
Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi
keperawatan yang kadang- kadang membutuhkan tindakan yang tepat.
Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok
selama inhalasi (inspirasi).

E. Macam-macam gangguan Oksigenasi


1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas
yang diinspirasi ke jaringan. Penyebab terjadinya hipoksia :
a) gangguan pernafasan
b) gangguan peredaran darah
c) gangguan sistem metabolism
d) gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi
elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh,
yang berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi
sehingga menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman
pernafasan. Tanda dan gejala :
a) pusing
b) nyeri kepala
c) henti jantung
d) koma
e) Ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi
kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah.
Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi
jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat. Tanda dan gejala:
a) napas pendek
b) nyeri dada
c) sakit kepala ringan
d) pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang
sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung
kongestif, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis
maupun pathologis.

Fisiologis :

a) orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki


b) pada anak-anak yang sedang tidur
c) pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi

Pathologis :
a) gagal jantung
b) pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
5. Kussmaul’s ( hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20
x per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien
dengan gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya
membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
F. Pemeriksaan Diagnosis pada pasien dengan gangguan oksigenasi
1. Metode Morfologis
a) Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang
kecil terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang
sangat memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara
bayangan yang lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang
padat member kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.
b) Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung
trachea dan cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk
memastikan karsinoma bronkogenik, atau untuk membuang benda
asing. Setelah tindakan ini pasien tidak bolelh makan atau minum
selama 2 -3 jam sampai tikmbul reflex muntah. Jika tidak, pasien
mungki9n akan mengalami aspirasi ke dalam cabanga
trakeobronkeal.
c) Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit
paru yang bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan
cara lain.
d) Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi
berbagai penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan
organisme penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial,
tuberkulosa, serta jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada
sputum membantu proses diagnosis karsinoma paru. Waktu yang
baik untuk pengumpulan sputum adalah pagi hari bangun tidur
karena sekresi abnormal bronkus cenderung berkumpul waktu tidur.
2. Metode Fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:
a) Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara
yang keluar masuk paru pada keadaan istirahat (±500ml).
b) Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume –
IRV), yaitu volume udara yang masih dapat masuk paru pada
inspirasi maksimal setelah inspirasi secara biasa. L = ±3300 ml,
P = ±1900 ml.
c) Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume –
ERV), yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif
dari paru melalui kontraksi otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa.
L = ± 1000 ml, P = ± 700 ml.
d) Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih
tersisa dlam paru setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P =
±1100 ml. Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumnlahan dua
jenis volume atau lebih dalam satu kesatuan.
e) Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC), yaitu jumlah
udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru setelah akhir
ekspirasi biasa (IC = IRV+ TV)
f) Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity –
FRC), yaitu jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC =
ERV + RV)
g) Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC), yaitu volume udara
maksimal yang dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus
pernapasan yaitu setelah inspirasi dan ekspirasi maksimal (VC =
IRV + TV + ERV)
h) Kapasitas Paru – paru Total (Total Lung Capacity – TLC), yaitu
jumalh udara maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC =
VC + RV). L = ± 6000 ml, P = ± 4200 ml.
i) Ruang Rugi (Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang
saluran napas yangvtidak terlibat proses pertukaran gas (±150
ml). L = ± 500 ml.
j) Frekuensi napas (f), yaitu jumalh pernapsan yang dilakukan
permenit (±15 x/menit). Secara umum, volume dan kapasitas
paru akan menurun bila seseorang berbaring dan meningkat saat
berdiri. Menurun karena isi perut menekan ke atas atau ke
diafragma, sedangkan volume udara paru menungkat sehingga
ruangan yang diisi udara berkurang.
k) Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs). Sampel
darah yang digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Riwayat Keperawatan
1) Masalah pernafasan yang pernah dialami.
 Pernah mengalami perubahan pola perrnafasan
 Pernah mengalami batuk dengan sputum
 Pernah mengalami nyeri dada
 Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala2
diatas
b) Riwayat penyakit pernafasan
 Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
 Bagaimana frekuensi setiap kejadian
c) Gaya Hidup : Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan
perokok
d) Pemeriksaan Fisik
1) Mata : konjungtiva pucat (karena anemis),
konjungtiva sianosis (karena
hipoksia)
2) Kulit : sianosis perifer, penurunan turgor
3) Mulut dan bibir : membrane mukosa sianosis,
bernafas dengan mengerutkan
mulut
4) Dada
 Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan
aktivitas pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan
pernafsan)
 Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada
kanan
 Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena
udara/suara melewati saluran/rongga pernafasan)
 Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler,
bronchial)
 Suara nafas tidak normal
 Bunyi perkusi ( resonansi)
e) Pola pernafasan
 pernafasan normal
 pernafasan cepat
 pernafasan lambat

2. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
penumpukan sekret/ banyaknya mukus, adanya benda asing dijalan
nafas.
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi,
hipoventilasi, Kelelahan
c) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi, perubahan membran kapiler alveolar.

3. Rencana asuhan keperawatan

N DIAGNOSA
SLKI SIKI
O KEPERAWATAN
Bersihan jalan naas Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif
tidak efektif keperawatan selama ... x 24 jam (I.01006)
berhubungan dengan diharapkan bersihan jalan nafas OBSERVASI
obstruksi jalan nafas dapat meningkat dengan kriteria  Identifikasi
ditandai dengan hasil : kemampuan batuk
spasme jalan nafas,  Monitor adanya
sekresi tertahan, Bersihan jalan nafas (I.01001) retensi sputum
penumpukan sekret/ INDIKATOR AWAL AKHIR  Monitor tanda dan
banyaknya mukus, Batuk efektif 1 5
Produksi gejala infeksi saluran
adanya benda asing 1 5 nafas
sputum
dijalan nafas. Mengi 1 5  Monitor input dan
Wheezing 1 5
output cairan
Mekonium
(pada 1 5
TERAPEUTIK
neonatus)
Dispnea 1 5  Atur posisi
Ortopnea 1 5 semifowler atau
Sulit bicara 1 5 fowler
Sianosis 1 5
Gelisah 1 5  Pasang perlak dan
Frekuensi bengkok di pangkuan
1 5
nafas pasien
Pola nafas 1 5
 Buang sekret pada
Keterangan : tempat
1 : menurun
2 : cukup menurun EDUKASI
3 : sedang  Jelaskan tujuan dan
4 : cukup membaik prosedur batuk efektif
5 : meningkat  Anjurkan tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
atau dibulatkan
selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi
tarik nafas dalam
hingga 3 kali
 Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik nafas
dalam yang ketiga

KOLABORASI
 Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran jika perlu
Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
efektif berhubungan keperawatan selama ... x 24 jam (I.01011)
dengan hiperventilasi, diharapkan pola nafas dapat OBSERVASI
hipoventilasi, membaik dengan kriteria hasil :  Monitor pola nafas
Kelelahan (frekuensi,
Pola nafas (L.01004) kedalaman, usaha
INDIKATOR AWAL AKHIR nafas)
Ventilasi
1 5  Monitor bunyi nafas
semenit
tambahan (gargling,
Kapasitas
1 5 mengi, wheezing, dan
vital
Diameter ronki kering)
thoraks  Monitor sputum
1 5
anterior (jumlah, warna,
posterior aroma)
Tekanan
1 5
ekspirasi
TERAPEUTIK
Tekanan
1 5  Pertahankan
inspirasi
Dispnea 1 5 kepatenan jalan nafas
Penggunaan
dengan head tilt dan
otot bantu 1 5
Chin lift
nafas
 Posisi semifowler atau
Pemandanga
fowler
n fase 1 5
 Berikan minum
ekspirasi
Ortopnea 1 5 hangat
Pernafasan
1 5  Lakukan fisioterapi
pursed lip
dada jika perlu
Pernafasan
cuping 1 5  Lakukan penghisapan

hidung lendir kurang dari 15


Frekuensi detik
1 5
nafas  Lakukan hyper
Kedalaman
1 5 oksigenasi sebelum
nafas
penghisapan
Ekskursi
1 5 endotrakeal
dada
 Keluarkan sumbatan
Keterangan : benda padat dengan
1 : menurun forcep McGill
2 : cukup menurun  Berikan oksigen jika
3 : sedang perlu
4 : cukup membaik
5 : meningkat EDUKASI
 Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk
efektif

KOLABORASI
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik jika perlu
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
gas berhubungan keperawatan selama ... x 24 jam (I.01014)
dengan diharapkan pertukaran gas dapat OBSERVASI
ketidakseimbangan meningkat dengan kriteria hasil :  Monitor frekuensi,
perfusi ventilasi, irama, kedalaman dan
perubahan membran Pertukaran gas (L.01003) upaya nafas
kapiler alveolar. INDIKATOR AWAL AKHIR  Monitor kemampuan
Dispnea 1 5
batuk efektif
Bunyi nafas
1 5  Monitor adanya
tambahan
Pusing 1 5 produksi sputum
Penglihatan
1 5  Monitor adanya
kabur
sumbatan jalan nafas
Diaforesis 1 5
Gelisah 1 5  Palpasi kesimetrisan
Nafas cuping
1 5 ekspansi paru
hidung
 Auskultasi bunyi
Pco2 1 5
Po2 1 5 nafas
Takikardia 1 5
 Monitor saturasi
PH arteri 1 5
Sianosis 1 5 oksigen
Pola nafas 1 5
 Monitor nilai AGD
Warna kulit 1 5
 Monitor hasil x-ray
Keterangan : thorax
1 : menurun
2 : cukup menurun TERAPEUTIK
3 : sedang  Atur interval
4 : cukup membaik pemantauan respirasi
5 : meningkat sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan

EDUKASI
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan jika perlu

KOLABORASI
 Kolaborasikan ke
petugas kesehatan
lainnya yang yang
berkorelasi
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,


dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005

2 Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,


Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta :
EGC.2005

Carpenito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. 2007.
Jakarta : EGC

Alimul . A. H.. (2008) Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Ed. 5. Salemba Medika. Jakarta

Anwar A. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 8 No 8. Brunner &


Suddarth.2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1.
Jakarta:EGC Bulechek,dkk. 2013. Nursing Intervention Classification Edisi
6.Elsevier

Guyton, Arthur C (2003), fisiologi manusia dan mekanisme penyakit EGC


penerbitan buku kedokteran, Jakarta

Gloria M. Bulehek, dkk (2016) Nursing Interventions Classification (NIC).

Edisi keenam

Nurarif A. H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc ed 1. Jogjakarta : Penerbit Mediaction

Tylor M. Cyntia & Ralph Sparks Shella (2003). Diagnosis Keperawatan Dengan
Rencana Asuhan. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Anda mungkin juga menyukai