Anda di halaman 1dari 7

SYAIKH II4UHAI\4I\4AD BIN SHALIH AL,UTSAIMIN

t!:\-+\G*PU
SYARAH
SHAHIH
AL-BUKHARI
Kitab Awal Mula TUrunnya Wahyu Kitab lman
Kitab llmu Kitab Wudhu Kitab Mandi

JILID

,/,
SYARAH SHAHIH AL,BUKHARI

Syarah Shahih Al-Bukhariyang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin


Shalih Af-Utsaimin merupakan Syarah Shahih Al-Bukhari yang ditutis
oteh ulama hadits diera sekarang. Sistematika kitab ini lebih ringkas dari
Syarah kitab Shahih Al-Bukhariyang ma'ruf di kalangan umat lslam, Fath
Al-Bari Syarah Shahih Al-Bukhari karya Al-lmam At-Hafizh Muhammad
bin HajarAl-Atsqalani Al-Misri (w 852 H).
Penulis mensyarah hadits -dalam kitab ini- dengan lebih ringkas
tanpa mengurangi substansi kandungan hadits, makna, dan faidah yang
terkandung di dalamnya, namun memudahkan pembaca dalam mema-
hamimakna hadits. sistematika dalam mensyarah hadits dimulaidengan
menguraikan makna perkata hadits yang dipandang penulis butuh ada-
nya penjelasan, kemudian diikuti dengan syarah hadits secara umum,
dan ditutup dengan menyimpulkan intisari faidah dari hadits, baik yang
menyangkut masalah hukum, fikih, dan faidah lainnya.
Pada jilid pertama ini, pembahasannya meliputi Kitab Awal Mula
Turunnya Wahyu, Kitab lman, Kitab llmu, Kitab Wudhu, dan Kitab Mandi.

,ililiti[tflluu[iilini
€3P
,y.;Ei,il ,ji I'i :lt -fr I J6 l' )yt 9qi' ,-ri qu.
e5liitj i\t.epts 9tu, 6T u '1, -#t :/,t g;J,
d..,Jt: ;;t4ti ;.pt e:i #.JI, jujr,61'4t: i4,:
(tt;ttiiilt C:ai,at ivil is"j, G:'$,ttry )*:Jt i.t2
4ti q4, ,q: :,'A,::ukl' € aatary tssri ,tteq,
i;:' { Syp,e"i:t} !,y3{ oy3' i qtl't,y* ;j-ll
Bab Perkara-perkara Keimanan dan Firman Allah To'olo'Kebo'
Jtkon itu bukonloh menghodopkon woiohmu ke
qroh timur
don ke borot, tetopi kebojikon itu ioloh (keboiikon) orong yong
berlmon kepodo Alloh, hori okhir, moloikot'mololkot, kitob'
kitob, don nobi-nobi don memberikon horto yong dicintoinyo
kepoda kerabot, onok yotim, orung'orong miskin, orong'orong
yong dolom perjolonon (musofir), peminto-minto, don untuk
memerdekokon hombo sahoyo, yong meloksonokon sholot don
menunoikon zokot, orong-orong yong menepoti ionJi opobilo
berjonji, don orong yong sobor dolom kemeloroton, penderitoon,
don podo moso peperongon. Mereko ituloh orong-orong yong
benor, don mereko itulah orong'otong yong beftokwo-- (QS-
Al Baqarahz 1-77l Don firmon-Nyo,'Sungguh beruntung orong-
orong yong berimon'(QS. Al Mukminun: 1)

i6 &gt ,G ;i c|E JG :*Y;t # :; dJl $k .1

j:;CVe**:c;rt*cy,a "t
lt:y tl"E

52
€,ffi& 53

6a .lrir'J r )v {: *'tu, & Ct Y ll'*t 6at,y;i


9G..jr ni* 'rratt'+i ors
:t

g. Abdullah bin Muhammad Al-lu'fi telah menceritakan kepada lumi, ia


berlata, " Abu Amir Al-Aqadi telah menceritakan kepailn kami, ia berlata,
,,sulaiman bin Bilal telah menceritalun kepada kami dari Abdullah bin
Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah Rndhiyallahu Anhu dari Ra-
sulullah Shaltaltahu Alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda, "lmln itu
memitiki sekitar enam puluhan cabang, ilan rnalu terrnnsuk salah satu
cabang keimanan."

Syarah Hadlts
Semua perkara yang tercantum dalam beberapa ayat dan hadits
di atas termasuk keimanan. Dan ini merupakan keterangan yang jelas
bahwa kebajikan tidak hanya seseorang menghadapkan dirinya ke Ti-
mur atau ke Barat. Akan tetapi kebajikan adalah berimannya seorang
kepada Allah.
Berdasarkan hal ini maka mengalihkan kiblat dari Baitul Maqdis
ke Ka'bah tidak menafikan kebajikan, karena hal itu termasuk bagian
dari keimanan kepada Allah dan seluruh syari'atnya. Dan ini meru-
pakan bantahan kepada orang-orang yang mengingkari dialihkan-
nya kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah. Sebagaimana Allah Ta'ala
berfirman, "Orang-orang yang kurang akal diantara manusia akan berkata
,,Apakah
yang memalinglun merelu (muslim) dari kiblat yang dahulu tnere-
ka (berkibtat) kepadanya? kataknnlah (Muhammad)" milik Allahlah timur dan
barat, Dia memberi petunjuklnpado siapa yang Dia kehendaki lce ialan yang
lurus," (QS. Al Baqarah:142)
Firman AIIah Ta'ala, (# ,*) (yang dicintainya), boleh jadi makna
'yung dicintainya' adalah karena keperluannya kepadanya, atau 'ymrg
dicintainya' karena kebakhilanny a, atau karena kedua-duanya (karena
keperluannya dan kebakhilannya). Pendapat yang benar adalah karena
kedua-duanya sekaligus.
Adakalanya seorang manusia mencintai harta karena keperluan-
nya kepadanya. Sebagaimana yang dilakukan oleh para shahabat Ra-
dhiyallahu Anhu, yang lebih mengutamakan saudara mereka daripada
diri mereka sendiri walaupun mereka sangat membutuhkannya. Dan
54 €rul.;mt&
adakalanya ia mencintainya karena ia sangat kiklr, hanya saja ke-
imanannya mengalahkan kekikirannya hingga ia mendermakan har-
tanya.
Oleh sebab itu Anda mendapati -sebagai contoh- mengeluarkan
uang satu Reyal bagi si kaya namun pelit lebih berat rasanya diban-
dingkan orang fakir namun dermawan yang mengeluarkannya. Sebab
si fakir namun dermawan tersebut mendermakannya dengan kerelaan
hati dan kedermawanannya. Sedangkan si kikir sebaliknya.
Firrtan-Ny a, (j ir,€ 11 1t<epada kerabatny a)
Yakni orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan, ia men-
dermakan hartanya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, oranS-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang
yang meminta-minta meskipun mereka adalah orang yang kaya. Se-
bagaimana Allah Ta'ala berfirman,

?rf.:)t, +.il.? et;l ei


"Dan pada harta-harta mereka ada lnk untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin y ang tidnk mendapat baginn." (QS. Adz Dzafiy at: 79)
Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak menolak orang yang
meminta-minta kepadanya.62 Dan kepribadian beliau sesuai dengan
yang diungkapkan seorang penyair,
la tidak pernah mengatakan 'tidak' lcecuali dalam tasyahhudnya
S ekir any a bulun lar ena tasy ahhudny a
N iscay a' tidak' ny a adalah' y a' 63
Bait syair ini hanya pantas ditujukan kepada Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam. Tidaklah beliau dimintai sesuatu demi Islam kecuali
beliau memberikannyan, karena orang yang meminta mempunyai
haknya.
Akan tetapi jika ada yang berkata, "Jka memberi kepada yang
meminta berdampak negatif, yaitu akan terus menjadi peminta-minta,
apakah tetap diberi kemudian dinasehati, atau dinasehati dan tidak
diberi?

62 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (5810) dan Muslim (IV/ 1805) (2311) (56)
63 Bait syiir ini merupakan penggalan sebuah syair yang paljalgl Penyairnya ialah
al-Faiazdaq. Silahkan melhai l&azanah At-Adab karya Al-Baghdadi (XIl 170) dan
SyarhDiwan Al-Mutarubb, (IIl 381)
Driwayatkan oleh Muslim (IVl 1806,) (23L2) $n
€,ttffiS 55

Jawabnya yang pertama lebih baik, yaitu Anda memberinya ke-


mudian menasehatinya dan memotivasinya agar takut kepada Allah
'Azza wa lalla.

Firman-Nya, (tG'1 G) @an (memerdelcalan) hamba sahnya), kata


ar-riqab artinya yang dimiliki ftamba sahaya),,dengan cara diberi dan
dimerdekakan.
Firman-Ny a, $l)r lfii'r1 q&mairikan shalat), kata fdi di'athaf ke-
pada kata #T maksudnya 'dan yang mendirikan shalat...'
Firman-Nya,

l'A$ :6:Qt i. a)-a$ ttni ttl, e*,.3 t;6 itrlt ;i',


"Dan menunailan zalut; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila in
berjanji, dan orang-orang yang sabar ilalam l<esempitan, penderitaan"

Dari ayat tersebut muncul sebuah persoalan, yaitu kata 6;St


disebutkan dalam kondisi rafa' (dengan huruf waw), sedangkan kata
ut6t berakhiran dengan huruf ya'?os
Jawaban dari permasalahan ini, kita katakan adapun sebab kata
[t-i;t dalam kondisi marfu'maka disebabkan firman Atlah , lt 6i
6llkatamankondisrnyamabni'alas suhtn fi mahalli raf in sebagai khabar.
Maka kata o;;t di:athaf kePadanya.
Satu permasalahan lagi, yaitu firman Allah ort6l-t maka mereka
(para ahli tata bahasa Arab -penj) mengatakan bahwa ia di:athaf se-
cara'athaf jumlah, taqdir-nya (kalimat perkiraan) adalah wa amdahu ash
shabirin fil ba'sa' wadh dharra' (Aku memuji orang-orang yang sabar
dalam kesempitan dan penderitaan). Maka ia menjadi maful bih dari
sebuah fi' il yang dibuang.65
Hadits ini mengandr.g dalil bahwa amal-amal anggota tubuh
termasuk ke dalam bagian keimanan. Karena sesunggtrtrnya malu ter-
masuk amalan hati, dan malu adalah sebuah sifat mulia yang akan
mengerem seseorang ketika berkata, berbuat, atau mendengar dari
perkara yang dapat menimbulkan malu.

Padahal kata tersebut di-'athaf kepada kata al muufuun, oleh sebab itu seharusnya
kataash-shaabiriin diakhiri denganhuruf arar juga. Sebab ma'thuf mengSlatima'thuf
'ahih dalamhal harakah i'rabnya. Ada permasalahan lainnya, yaitu apa sebab kata
al muufuun tersebut dinyatakan secara marfu'?
Silahkan melihat Syarh Syuzur Ailz-Dzalub (hal.84- 85)
56 €rmiHi'tp
Para ulama berusaha menentukan jumlah dari cabang-cabang ke-
imanan dan menghitungnya. Lalu mereka membaginya kepada amalan-
amalan hati, amalan-amalan anggota badan dan ucapan-ucapan lisan.
Kemudian mereka juga membagi-bagi lagi ketiga bagian tersebut.
Sebagian yang lainnya menyebutkan bahwa ini adalah isyarat
kepada sebuah bilangan tertentu, namun Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam tidak merincinya satu persatu. Senada dengan sabda beliau
Shallallahu Alaihi wa Sallam, "sesungguhnya Allah memiliki sembilan pu-
luh sembilan nlmlt barangsinpa menghitungnya niscaya ia masuk lce dalam
surga."67

Setiap amal yang diiringi dengan keikhlasan dan mengikuti


(Sunnah) Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terrrasuk keimanan.
Sebab keikhlasan bertempat di hati, sementara mengikuti (mutaba'ah)
tempatnya adalah anggota tubuh. Jika ada sebuah amal yang terktrrtpul
di dalamnya keikhlasan dan mengikuti Sururah Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam, serta ia termasuk perkara yang disyari'atkan-Nya,
maka ia termasuk salah satu cabang keimanan.
Hadits di atas juga mengandung motivasi untuk malu. Namun
terkadang muncul kesamaran bagi seseorang untuk membedakan an-
tara malu dengan menuntut ilmu. Karena malu yang menghalangi-
mu dari ilmu adalah malu yang tercela, bukan malu yang dilandasi
keimanan. Akan tetapi sebenarnya itu adalah pengecut dan lemah'
Malu yang menghalangimu dari perkara yang bertentangan de-
nganmartabat diri atau Syara'adalah malu yang terpuji.
Malu yang menghalangimu dari menyelisihi martabat diri adalah
malu kepada manusia, ini juga terpuji. Dan sesungguhnya umat ma-
nusia memahami perkataan kenabian yang pertam a, " Jika engkau tidak
malu maka berbuatlah sesukamu!"
Kalimat ini menganduog dua kemungkinan makna.
o Makna pertama, jika perbuatanmu tidak termasuk perkara yang
merupakan objek rasa malu maka berbuatlah sekehendakmu!
. Makna kedua, jika engkau tidak tergolong ke dalam orang yang
tidak memiliki rasa malu, maka orang yang tidak memiliki rasa
malu berbuat semau perutnya.

67 Diriwayatkan oleh Al-Bukh ari (2736) dan Muslim Q677) darihadits Abu Hurairah
Railhiyallalu Anhu

Anda mungkin juga menyukai