Anda di halaman 1dari 19

Nama : R.

A PUTRI RAMANOZA

Nim : PO7120520062

Kelas : TK.2B

Mk : Keperawatan Maternitas

SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP)


KELUARGA BERENCANA

Pokok Bahasan : Keluarga Berencana


Sub Bahasan : KB
Waktu : 21 Mei 2012

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Ibu mengetahui macam-macam metode kontrasepsi yang dapat digunakan pasangan usia
subur.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. Ibu mengetahui pengertian KB.

2. Ibu mengetahui manfaat KB.

3. Ibu mengetahui macam-macam metode alat kontrasepsi.

C. STRATEGI

1. Ceramah.

2. Tanya jawab.

D. MEDIA
1. Leaflet.
E. MATERI terlampir

F. KEGIATAN

No Acara Waktu Kegiatan Evaluasi


Penyuluhan
1 Pembukaan 5 menit 1. Mengucap Menjawab
salam salam,
2. Memperkenal mendengarkan
kan diri
2 Isi 10 menit 1. Menjelaskan Mendengarkan
tentang dan
pengertian KB memperhatikan.
2. Menjelaskan
manfaat KB
3. Menjelaskan
tentang
macammacam
metode KB
3 Diskusi 15 menit Tanya jawab Peserta bertanya
4 Penutup 5 menit 1. Menyimpulka menjawab
n hasil salam.
penyuluhan. 2.
Memberi saran-
saran.
3. Memberi
salam
G. Evaluasi :

1. Ibu dapat menjelaskan kembali pengertian KB dan manfaat KB.

2. Ibu dapat menyebutkan macam-macam metode kontrasepsi untuk ibu menyusui.

3. Ibu dapat menyebutkan beberapa keuntungan pemakaian alat kontrasepsi.

4. Ibu dapat memilih atau menentukan metode kontrasepsi yang biasa cocok bagi dirinya.

MATERI
1. PENGERTIAN

Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan,
atau salah satu usaha untuk membantu keluarga termasuk individu merencanakan kehidupan
berkeluarga dengan baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.

2. MANFAAT KELUARGA BERENCANA

a. Perbaikan kesehatan badan ibu

b. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anaak, beristirahat, dan menikmati waktu
luang serta melakukan kegiatan-kegiatan lain.

c. Perkembangan fisik, mental dan sosial anak lebih sempurna.

d. Perencanan kesempatan pendidikan yang lebih baik.

3. MACAM-MACAM METODE KONTRASEPSI

a. Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air
susu ibu (ASI). MAL sebagai kontrasepsi bila:

1) Menyusui secara penuh

2) Belum haid

3) Umur bayi kurang dari 6 bulan

Cara kerja:

Penundaan/penekanan ovulasi. Keuntungan kontrasepsi:

1) Efektivitas tinggi

2) Tidak mengganggu senggama

3) Tidak ada efek samping secara sistemik

4) Tidak perlu obat atau alat

5) Tanpa biaya

Keterbatasan:
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca
persalinan. 2) Tidak melindungi terhadap IMS.

Cara pemakaian:

1) Bayi disusui menurut kebutuhan bayi (ngeksel).

2) Biarkan bayi menghisap sampai melepaskan sendiri hisapannya.

3) Susui bayi anda juga pada malam hari, karena menyusu pada waktu malam membantu
mempertahankan kecukupan kebutuhan ASI.

4) Bayi terus disusukan walau ibu atau bayi sedang sakit.

5) Ketika mendapat haid pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai metode
KB lainnya.

b. PIL.

Cocok untuk ibu menyusui, tidak menurunkan produksi ASI, dapat digunakan sebagai
kontrasepsi darurat. Efek samping: gangguan perdarahan (perdarahan bercak atau perdarahan
tidak teratur)

Cara kerja:

1) Menekan ovulasi.

2) Rahim tidak bisa menerima hasil pembuahan.

3) Mengentalkan lendir servik.

4) Mengganggu transportasi sperma.

Keuntungan:

1) Tidak mengganggu hubungan seksual.

2) Tidak mempengaruhi ASI.

3) Kesuburan cepat kembali.

4) Dapat dihentukan setiap saat.


Keterbatasan:

1) Mengganggu siklus haid.

2) Peningkatan atau penurunan berat badan.

3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.

4) Bila lupa 1 pil saja kegagalan menjadi lebih besar.

5) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, jerawat.

Cara pemakaian:

1) Mulai hari pertama sampai hari kelima siklus haid.

2) Diminum setiap hari pada saat yang sama.

3) Bila lupa 1 atau 2 pil minumlah segera pil yang terlupa dan gunakan metode pelindung sampai
akhir bulan.

4) Bila tidak haid, mulailah paket baru 1 hari setelah paket terakhir.

c. Suntik Progestin.

Sangat efektif dan aman. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reprroduksi.
Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan. Cocok untuk masa menyusui, karena tidak
menekan produksi ASI.

Cara kerja :

1) Mencegah ovulasi.

2) Mengentalkan lendir servik.

3) Menghambat transportasi sperma.

Keuntungan :

1) Sangat efektif.

2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

3) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai pre menopause

4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah Keterbatasan:
1) Gangguan siklus haid.

2) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

3) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido,
gangguan emosi (jarang), sakit kepala, jerawat Cara pemakaian :

1) Setiaap saat selama siklus haid, asal tidak sedang hamil.

2) Mulai hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.

3) Selama 7 hari setelah suntikan pertama tidak boleh melakukan hubungan seksual.

4) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM dalam didaerah
pantat. suntikan diberikan setiap 90 hari.

d. Kontrasepsi IMPLAN Efektif selama 5 tahun, untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, dan
Implanon.

Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. Pemasangan dan pencabutan perlu
pelatihan. Kesuburan segera kembali setelah implant di cabut. Aman dipakai saat laktasi.

Cara Kerja:

1) Lendir serviks menjadi kental

2) Menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.

3) Mengurangi transportasi sperma.

4) Menekan ovulasi

Keuntungan:

1) Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)

2) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.

3) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

4) Bebas pengaruh estrogen

5) Tidak mengganggu senggama

6) Tidak mengganggu produksi ASI

7) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan


Keterbatasan:

1) Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak
(spotting), hipermenorhea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.

2) Timbul keluhan-keluhan seperti: nyeri kepala, nyeri dada, perasaan mual, pening/ pusing
kepala, peningkatan/ penurunan berat badan.

3) Membutuhkan tindak pembedahan minor.

Cara Pemakaian:

1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7, atau 6 minggu sampai 6 bulan
pasca persalinan, pasca keguguran.

2) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal atau AKDR dan ingin menggantinya
dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat.

3) Daerah pemasangan atau insersi pada lengan kiri atas bagian dalam (sub kutan).

4) Daerah insersi harus tetap kering dan bersih selama 48 jam pertama (untuk mencegah
infeksi pada luka insisi)

5) Balutan penekan tetap ditinggalkan selama 48 jam, sedangkan plester dipertahankan


hingga luka sembuh (biasanya 5 hari)

6) Setelah luka sembuh daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan wajar.

7) Bila ditenmukan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam peradangan, atau bila ada rasa
sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.

8) Setelah masa pemakaian habis, implan harus segera dilepas.

e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

Sangat efektif, reversibel, dan berjangka panjang. Haid menjadi lebih lama dan lebih
banyak Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan Dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduksi Tidak boleh dipakai oleh wanita yang terpapar Infeksi Menular
Seksual. Ada beberapa jenis : CuT-380A, NOVA-T, Lípez Loops. Cara Kerja :

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.

2) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.


3) Mencegah sperma dan ovum bertemu atau membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurang kemampuan sperma untuk fertilisasi.

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

Keuntungan :

1) Efektifitas tinggi (0,6-0,8 kehamilan/ 100 wanita dalam 1 tahun pertama, 1 kegagalan
dalam 125-170 kehamilan).

2) Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).

3) Tidak mempengaruhi hububungan seksual, dan meningkatkan kenyamanan seksual karena


tidak perlu takut untuk hamil.

4) Tidak mempengaruhi kualitas dan produksi ASI.

5) Dapat dipasang segera setelah melahirkan dan sesudah abortus ( apabila tidak terjadi
infeksi )

6) Dapat digunakan sampai menoupouse ( 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir ).

7) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

Kerugian :

1) Efek samping yang umum terjadi : perubahan siklus haid ( umumnya pada 3 bulan pertama
dan akan berkurang setelah 3 bulan ), haid lebih lama dan banyak, perdarahan spooting antar
menstruasi, saat haid lebih sakit.

2) Komplikasi lain : merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan
perforasi dinding uterus, perdarahan berat pada waktu haid yang memungkinkan penyebab
anemia.

3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti-
ganti pasangan.

Cara Pemakaian :

1) Setiap waktu dalam siklus haid, dan dipastikan klien tidak hamil.

2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.


3) Segera setelah melahirkan ( 4 minggu pasca persalinan ) dan setelah 6 bulan dengan
metode MAL.

4) Setelah abortus ( bila tidak ada gejala infeksi ).

5) Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

6) AKDR dipasang di dalam rahim.

7) Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu setelah pemasangan.

8) Selama bulan pertama pemakaian AKDR, periksa benang secara rutin terutama setelah
haid.

9) Segera kembali ke klinik apabila: tidak dapat meraba benang AKDR, merasakan bagian
yang keras dari AKDR, AKDR terlepas, siklus haid terganggu atau meleset, terjadi
pengeluaran cairan vagina yang mencurugakan, adanya infeksi.

10) Setelah masa pemakaian habis, AKDR harus segera dilepas.

LEAFLET KB
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

tentang Penyakit Mioma Uteri

A. Latar Belakang

Mioma uteri, sering disebut dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri
merupakan neoplasma jinak yang terdiri dari otot polos uterus, yang diselingi untaian
jaringan ikat, dan dikelilingi kapsul yang tipis. Tumor ini berasal dari setiap bagian
duktus Muller, tetapi paling sering terjadi pada miometrium. Tumor ini ditemukan
pada 20-25% wanita dalam masa reproduksi.

Etiologi tumor ini belum diketahui secara jelas, namun kemungkinan


berhubungan dengan faktor hormon estrogen, sehingga lebih sering mengenai wanita
usia reproduksi. Mioma tidak terdeteksi sebelum pubertas dan berespon terhadap
hormon, umumnya tumbuh hanya selama usia reproduksi. Walaupun tumor ini dapat
tumbuh terisolasi, tapi pada umumnya mereka terdapat secara multipel, dengan
berbagai variasi ukuran serta dapat mencapai berat lebih dari 45 kg.

Permasalahan yang muncul pada mioma uteri adalah bahwa angka insiden
mioma cukup tinggi namun jarang diketahui, mengenai lebih dari 20% wanita usia
reproduktif. Sebagian besar mioma berukuran kecil sehingga tidak menimbulkan gejala
dan diketahui secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan pelvis rutin atau pencitraan
pelvis. Saat mioma membesar, ia bisa menimbulkan efek berupa rasa penekanan pada
pelvis atau nyeri atau distorsi dinding uterus atau kavitas endometrium yang bisa
menyebabkan perdarahan abmormal. Pada saat itu mioma bisa menimbulkan masalah
lain seperti prolaps melalui serviks atau menimbulkan pemikiran mengenai adanya
massa pada ovarium. Mioma bisa juga menimbulkan permasalahan pada kehamilan
dan pada beberapa pasien dapat menimbulkan infertilitas.

Frekuensi mioma uteri kurang lebih 10% dari jumlah seluruh penyakit pada alatalat
genital wanita. Walaupun demikian, angka kejadian tumor ini sukar ditentukan
secara tepat, oleh karena itu tidak semua penderita dengan mioma uteri memiliki
keluhan. Tumor ini tumbuh dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis
pada usia di atas 40 tahun. Insiden mioma uteri ini puncaknya terjadi pada usia sekitar
45 tahun, di mana terjadi 8 kasus per 1000 wanita setiap tahunnya. Berdasarkan otopsi,
Novack menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma dan pada
wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Di Indonesia mioma uteri ditemukan
2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Sedangkan di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, mioma uteri merupakan 5 penyakit besar yang ditemukan di poli
kandungan sepanjang. Beberapa upaya pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan
pembedahan, radioterapi dan observasi (pada mioma yang masih kecil) dengan kontrol
setiap 3-6 bulan.

B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan para peserta
penyuluhan
mampu memahami tentang penyakit mioma uteri.
2. Tujuan Intruksinal Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan para peserta penyuluhan
dapat:
a. Menjelaskan pengertian mioma uteri secara tepat.
b. Menyebutkan penyebab dan faktor predisposis mioma uteri dengan tepat.
c. Menyebutkan pengklasifikasian mioma uteri secara benar.
d. Menyebutkan tanda dan gejala mioma uteri dengan benar.
e. Menyebutkan pencegahan dan penanganan mioma uteri dengan benar.

C. Materi
1. Pengertian mioma uteri.
2. Penyebab dan faktor predisposis mioma uteri.
3. Pengklasifikasian mioma uteri.
4. Tanda dan gejala dari mioma uteri.
5. Penanganan mioma uteri.

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Alat, Media dan Sumber


1. Alat
a. Meja
b. Kursi
c. Microphone
d. Sound system
e. LCD
f. Layar
g. Laptop

2. Media
a. Power Point
b. Leaflet
3. Sumber
Anonim, satuan acara penyuluhan mioma uteri, (dalam : http://pendidikans1-
keperawatan.blogspot.com/2013/03/maklah-mioma-uteri.html, diakses pada
Kamis, 10 Mei 2012 pukul 06.00 WIB).
Anonim, satuan acara penyuluhan mioma uteri,
(dalam :http://tesaseptia.blogspot.com/2013/03/asuhan-kebidanannifas.html, diakses pada
Kamis, 10 Mei 2012 pukul 06.00 WIB) Anonim, satuan acara penyuluhan mioma uteri,
(dalam :http://dokumenperawat.blogspot.com/2012/09/askep-miomauteri.html, diakses pada
Kamis, 10 Mei 2012 pukul 06.00 WIB).

F. Sasaran
Sasaran yang diberikan penyuluhan ini adalah 50 orang wanita usia 25-55 tahun
di Banjar Badung, Desa Melinggih Kaja, Kecamatan Payangan, Gianyar.

G. Waktu
1. Hari : Minggu.
2. Tanggal : 10 Mei 2012
3. Jam : pukul 06.00 WIB – selesai.

H. Tempat
Penyuluhan dilakukan di balai banjar Banjar Badung, Desa Melinggih Kaja,
Kecamatan Payangan, Gianyar.

Setting Tempat
Audien Audien

No TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATAN


PENYULUHAN AUDIENCE
1 Pembukaan 2 menit Salam pembuka, Audience
perkenalan memberi
diri, menjelaskan latar salam kepada
belakang dan tujuan penyuluh
penyuluhan,kontrak
waktu
serta apersepsi kepada
audience
2 Pemberian 15 menit Menggali pengetahuan Audience
Materi sasaran menyimak
serta memberikan dengan baik apa
tambahan yang
pengetahuan mengenai: disampaikan
1. Pengertian mioma oleh penyuluh
uteri
2. Penyebab mioma
uteri
3. Tanda dan gejala dari
mioma uteri
4. Penanganan mioma
uteri
3 Evaluasi 10 menit Tanya jawab Audience mau
bertanya dan
berpartisipasi
aktif
4 Penutup 3 menit Menyimpulkan hasil Audience
penyuluhan mengungkapkan
kesan dan pesan

I. Alokasi Waktu / Setting Kegiatan

J. Rencana Evaluasi
1. Struktur

a. Persiapan media dan alat:


Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan disiapkan satu
minggu sebalumnya, serta semua lengkap dan bisa digunakan saat ceramah dan
Tanya jawab.
1) Media yang diperlukan anatara lain :
a) Leaflet
b) Power Point
2) Alat-alat yang diperlukan antara lain
a) Kursi
b) LCD
c) Layar
d) Microphone
e) Laptop
f) Sound system

b. Persiapan materi
Materi yang disampaikan disiapkan satu minggu sebalumnya, serta dalam
bentuk makalah, dan dapat ditulis dalam bentuk slide dan leaflet untuk
mempermudah penyampaian materi.
c. Undangan atau peserta penyuluhan
Undangan disebar satu minggu sbelum penyuluhan dilakukan kepada wanita
usia 25-55 tahun di Banjar Badung, Desa Melinggih Kaja, Kecamatan Payang,
Gianyar.

2. Proses Penyuluhan
a. Kehadiran 80% mengingat pentingnya mengetahui pengertian mioma uteri
b. 50% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
c. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi atara penyuluh dan
peserta
d. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan
e. 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.

3. Hasil Peyuluhan
a. Jangka Pendek
1) 60% dapat menjelaskan pengertian mioma uteri dengan benar
2) 50% dapat menjelaskan penyebab terjadinya mioma uteri dengan benar
3) 50% dapat menjelaskan tanda dan gejala dari penderita mioma uteri dengan
benar
4) 50% dapat menjelaskan penanganan mioma uteri dengan benar .

b. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai penyakit mioma uteri.

MATERI

A. Pengertian Mioma Uteri


Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak pada rahim yang berasal dari otot rahim.
Dikenal juga dengan istilah mioma, myom, tumor otot rahim, fibromioma, leiomioma,
ataupun fibroid. Jumlah penderita mioma uteri ini sulit diketahui secara akurat karena
banyak yang tidak menimbulkan keluhan sehingga penderita tidak memeriksakan
dirinya ke dokter.

B. Penyebab Mioma Uteri


Penyebab mioma uteri belum diketahui. Namun beberapa ahli menyebutkan
beberapa faktor predisposisi kejadian mioma uteri, yaitu sebagai berikut:
1. Umur: mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara usia 35-45 tahun.
2. Paritas: lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik: pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium: diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
5. Kebiasaan Merokok

C. Klasifikasi
Mioma uteri dapat diklassifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan lokasi:
a. Cervical
b. Isthmica
c. Corporal
2. Berdasarkan lapisan:
a. Mioma uteri subserosa
b. Mioma uteri submukosa
c. Mioma uteri intramural

D. Tanda dan Gejala Mioma Uteri


Sebagian penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan
panggul rutin. Gejala yang timbul tergantung pada lokasi dan besarnya tumor, yang
paling sering ditemukan antara lain:
1. Perdarahan abnormal
a. Hipermenorea atau perdarahan banyak saat menstruasi, karena meluasnya
permukaan endometrium dalam proses menstruasi
b. Gangguan kontraksi otot rahim
c. Perdarahan berkepanjangan. Akibat pendarahan penderita dapat mengeluh
anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi
infeksi.
2. Penekanan rahim
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat menimbulkan rasa,
yaitu:
a. Terasa berat di abdomen bagian bawah
b. Sukar miksi atau defekasi
c. Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi :
a. Kehamilan dapat mengalami keguguran
b. Persalinan prematuritas
c. Gangguan saat persalinan
d. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
E. Penanganan dan Pencegahan Mioma Uteri
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan ukuran
tumor, yaitu:
1. Penanganan konservatif.
Bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.
2. Penanganan operatif, bila :
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
2) Pertumbuhan tumor cepat.
3) Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
4) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
5) Hipermenorea pada mioma submukosa.
6) Penekanan pada organ sekitarnya.
Pada pencegahan mioma uteri dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantarnya:
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau sebelum
terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang menderita
mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenai
faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko yaitu wanita
pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormon estrogen
dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung estrogen dan
progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil
sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar
estrogen.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri,
tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang
dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.
Leaflet mioma uteri

Anda mungkin juga menyukai