Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

“PERKEMBANGAN INTELEKTUAL”
Disusun untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Dosen : Dr. Euis Anih, M.Pd

KELOMPOK I

ANGGOTA :

MILA KHOIRIAH 2051210001

RIZAL WAHYUDIN 2051210022

SANTI KARTINI 2051210024

UNIVERSITAS MANDIRI

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
nilai mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Dalam penyusunan makalah ini , kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna karena pengalaman dan pengetahuan penyusun yang
terbatas . Oleh karena itu , kritikan dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang .

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dan dapat menambah pengetahuan serta
wawasan bagi kita. mohon maaf bila masih ada kekurangan dalam penulisan makalah
Perkembangan Peserta Didik ini, sekian dan terima kasih.
Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya program pembelajaran, bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai
apa dan bagaimana suatu terjadi, tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang
“mengapa hal itu terjadi”. Salah satu aspek yang sangat menarik untuk dikaji tentang
perkembangan intelektual manusia adalah adalah konsep reciprocal (hubungan timbal balik).
Reciprocal adalah suatu proses hubungan timbal balik antara perkembangan manusia (human
development) yakni perkembangan dari dalam diri seseorang dengan proses belajar manusia
(human learning), perkembangan dari luar diri seseorang (Semiawan, 2007). Artinya,
perkembangan dari dalam diri seseorang mengalami proses reciprocal dengan apa yang
sesungguhnya dipelajari dan diperoleh melalui lingkungan.Walaupun demikian, proses siklus
yang terjadi dalam diri seseorang akan lebih banyak berperanan di dalam aktualisasi diri.
Ketika seorang guru berdialog dengan siswanya di dalam ruangan kelas, maka terjadi proses
timbal balik secara interaktif dalam menciptakan makna (making meaning) dalam
pembicaraan di mana siswa dapat mengonstruksi pengetahuan berdasarkan hasil olahan
sendiri setelah mendapat pembelajaran dari gurunya. Secara psikologis, membangun makna
kadang-kadang menjadi masalah tersendiri terutama ketika mengkonstruksi pengetahuan
karena sangat tergantung dari sejauh mana seseorang dapat mengolah aspek dari dalam diri
dan memadukannya dengan pengetahuan baru yang diperoleh melalui proses belajar. Jadi,
reciprocal bukanlah suatu proses pemerolehan pengetahuan yang dilakukan dengan cara
plagiat, menjiplak atau mengkopipastekan, melainkan dilakukan dengan menformulasi
kembali berdasarkan hasil penalaran mendalam sehingga mampu mengkonstruksi
berdasarkan pengertian sendiri dengan menggunakan bahasa sendiri.

Hal lain yang menjadi fokus perhatian dalam studi perkembangan manusia juga adalah
terjadinya lingkungan yang tidak terbagi (unshared environment), ketika terselenggaranya
proses pembelajaran. Unshared environment adalah suatu kondisi lingkungan di mana peserta
didik mendapat pengetahuan yang tidak terbagi unshared, antara peserta didik yang satu
dengan yang lainnya (Woolfork, 2009). Seorang guru menyajikan mata pelajaran kepada
siswa dalam suatu ruangan kelas yang sama, menggunakan metode yang sama, dan mendapat
materi pelajaran yang sama, tetapi tingkat perbedaan pencapaian pemerolehan pengetahuan
siswa dapat berbeda-beda tergantung dari pengaruh reciprocal (timbal balik) antara proses
pengolahan internal anak didik dengan kemampuan untuk memperoleh pengetahuan baru.
Dalam studi perkembangan manusia pada masa-masa sebelumnya, proses belajar manusia
(human learning) dipandang sebagai sesuatu paham yang sangat terpisah dengan
perkembangan manusia (human development). Hal ini disadari mengingat kedua pandangan
ini sangat menitikberatkan pada dua aspek yang berbeda. Di satu sisi, human development
lebih mengartikan perkembangan itu hanya dari dalam diri seseorang, sedangkan di sisi lain
human learning berasal dari luar diri seseorang (lingkungan). Walaupun terdapat beberapa
perbedaan mendasar, tetapi kedua pandangan ini mempunyai banyak persamaan. Jika kita
menyimak lebih dalam tentang apa yang telah dikemukakan oleh Vygotsky bahwa tanpa
lingkungan belajar yang kondusif atau invitational learning environment, maka tidak akan
mungkin terjadi human learning yang pada gilirannya akan membawa dampak kegagalan
pada human development. Walaupun terjadi beberapa perbedaan di antara kedua human
learning dan development, tetapi terdapat juga kesamaanya, yaitu keduanya sama-sama
membawa dampak perubahan dalam diri manusia. Jika human development membawa
dampak perubahan dalam diri manusia sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya,
sedangkan human learning membawa dampak perubahan dari hasil pengaruh sosial budaya
yang melingkupinya. Jadi, keduanya merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama,
terjadi proses reciprocal yang membangun satu kesatuan yang utuh dalam memengaruhi
pertumbuhan manusia. Hal ini berbeda dengan pandangan Ivan Pavlov yang mengatakan
bahwa berikan saja pengaruh-pengaruh kepada anak, maka dia pasti akan berubah.
Pandangan ini sebenarnya hanya berlaku bagi perubahan yang terjadi pada binatang seperti
halnya anjing tetapi tidak selamanya dapat terjadi pada diri manusia. Karena ada aspek-aspek
subjektif yang tidak dapat dideteksi secara gampang dalam kaitannya dengan human
development.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan di atas, maka fokus kajian
dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan Intelektual manusia ditinjau dari Human Learning dan


Human Development?
2. Bagaimana Pandangan Piaget dan Vygotsky dalam Pendidikan yang diselenggarakan
saat ini?

C. Tujuan
Tujuaanya adalah untuk mengetahui hakekat Perkembangan Intelektual Manusia
secara psikologis ditinjau dari perspektif Human Development dan Human Learning.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk mengkaji implikasi pandangan Piaget dan
Vygotsky dalam pembelajaran khususnya yang berkenaan dengan dampak kajian
Neuroscience terhadap belajar dan kontribusi pemikiran Piaget dan Vygotsky dalam
pelaksanaan pembelajaran termasuk di Indonesia saat ini.
Bab II Isi Kajian Perkembangan

A. Konsep perkembangan intelektual


Pengertian Perkembangan Intelektual :
1. Menurut Bahasa
2. Menurut Mahfudin Shalahudin
3. Menurut William Stern
4. Menurut Jean Pigeat

1. Pengertian Intelektual Menurut Bahasa

Istilah intelek berasal dari bahasa inggris intellect yang menurut chaplin (1981) diartikan sebagai:

a. Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan


kemampuan mempertimbangkan.
b. Kemampuan mental atau intelegensi

2. Menurut mahfudin shalahudin 1989 dinyatakan bahwa “intellect adalah akal budi aau
intteligensi yag berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir

3. Menurut William stern, salah seorang pelopor dalam penelitian inteligensi,


menyatakan inteligensi adalah kemampuan untuk menggunakan secara tepat alat-alat
bantu dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian intellect tidak berbeda
dengan pengertian intelligensi yang memiliki arti kemampuan untuk melakukan
absraksi, serta berpikir logis cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru.

4. Menurut jeans pigeat (1896-1980) pigeat berpendapat bahwa setiap orang mempunyai
sistem kognisinya. Sistem peraturan ini terdapat sepanjang hidup seseorang dan
berkembang sesuai dengan perkembangan aspek-aspek kognitif, yaitu :
a. Kematangan, yang merupakan perkembangan susunan syaraf, sehingga fungsi-
fungsi indra menjadi lebih sempurna.
b. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya
c. Transmisi sosial, yaitu hubunan timbal balik dengan lingkungan sosial antara lain
melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain.
d. Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan diri anak itu sendiri yang mampu
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya
(Gunarsa, 1982).
B. Karakteristik Perkembangan Intelektual

Intelegensi pada masa remaja tidsk mudah diukur, karena tidak mudah terlihat
perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut.pada umumnya umur 3-4
tahun pertama menunjukkan perkembangan yang teratur. Pada masa remaja
kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah.pada awal masa
remaja, kira-kirapada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut masa
operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir dengan
mempertimbangkan hal yang “mungkin” disamping hal yang “nyata” (Gleitman,
1986).

Berpikir operasional –formal memiliki dua sifat yang penting, yaitu:


1. Sifat deduktif-hipotesis
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan
berpikir teoritik. Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara penyelesaian
hipotesis. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara bepikir
induktif disamping deduktif.oleh sebab itu, sifat berpikir ini sebenarnya mencakup
deduktif-induktif-hipotesis.
2. Berpikir operasional juga berpikir kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sikap yang pertama dan berhubungan dengan
cara bagaimana melakukan analisis. Anak berpikir operasional formal terlebih
dahulu secara teoritik membuat matrik mengenai macam-macam kombinasi yang
mungkin, kemudian secara sistematik mencoba mengisi sel matrik tersbut secara
empirik.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelektual

Perkembangan intelektual dipengaruhi oleh dua faktor utama,yaitu hereditas dan lingkungan.
Pengaruh kedua faktor itu pada kenyatannya tidak terpisah secara sendiri sendiri melainkan
seringkali merupakan resultan dari interaksi keduannya.

1. Faktor Hereditas
Semenjak dalam kandungan anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya
kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan apakah akan
menjadi kemampuan berfikir secara normal,diatas normal atau dibawah normal.
Namun,potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila
lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu,peranan
lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
2. Faktor Lingkungan
Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi
perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.
a. Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukakan oleh keluarga atau orang tua adalah
memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga
anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk
berfikir.
b. Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggugjawab untuk emningkatkan
perkembangan anak dan cara berfikir anak. Beberapa cara untuk meningkatkan
perkembangan anak antara lain :
1) Menciptakan interaksi atau hubungan akrab dengan peserta didik.
2) Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan
orang-orang yang ahli dan yang berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan.
3) Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak,baik melalui kegiatan
olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup.
4) Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik,baik melalui media cetak
maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik
berpendapat atau mengemukakan ide-idenya.

D. Tahapan Perkembangan Intelektual

Menurut Jean Piaget (Bybee dan Sund,1982)

Membagi perkembangan intelek/kognitif menjadi 4 tahapan sebagai berikut :

1. Tahap sensoris-motoris-(0-2 tahun) pada saat ini anak berada dalam suatu masa
petumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensoris-motoris yang
jelas.
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan
kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Artinya,semua perbuatan
rasionalnya tidak didukung oleh perasaan,kecenderungan alamiah,sikap-sikap yang
diperoleh dari orang-orang bermakna dan lingkungan sekitarnya.
3. Tahap operarasional kongkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini,anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas kongkret dan sudah
mulai berkembang rasa ingin tahunya.anak sudah mengamati, menimbang,
mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang
kurang egosentris dan lebih objektif.
4. Tahap operasional formal (11-12 tahun)
Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan pada pekerjaannya
yang merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah
berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.
5. Tahap Operasional Formal (12 tahun keatas)
Pada tahap ini, interaksi dengan lingkungan sudah amat luas,mejangkau banyak teman
sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa.
Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan
orang tua. Namun, sebenarnya secara dam-diam mereka juga masih mengharapkan
perlindungan dai orang tua karena belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya
sendiri. Jadi, pada tahap ini ada semacam tarik-menarik anatar ingin bebas dengan
ingin dilindungi.
Karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya,
mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan
abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti. Melibatkan mereka alam
suatu kegiatan akan lebih memberi akibat yang positif bagi perkembangan
kognitifnya. Misalnya, menulis puisi, lomba karya ilmiah, lomba menulis cerpen, dan
sejenisnya.

E. Perbedaan Individu

Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara lain dalam bakat,
minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial, dan juga intelegensi. Perbedaaan itu kan
tampak jika diamati dalam proses belajar mengajar didalam kelas. Ada peserta didik yang
cepat, ada yang lambat, dan ada pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran. Ada
siswa yang tingkah lakunya baik dan ada pula siswa yang tingkah lakunya kurang baik.

Perkembangan individu dalam perkembangan intelek menunjuk pada perbedaan dalam


kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan individual peserta didik akan tercermin pada
sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar,
serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari segi ranah kognitif,afektif, dan psikomotor.

F. Upaya Perkembangan Intelektual

Cara Mengidentifikasi Kecerdasan Peserta Didik

1. Pengamatan

Menurut Makmun (2009:56) guru dapat menandai kecerdasan umum peserta didik dengan
cara membandingkan dengan peserta didik lainnya di dalam kelas.

Peserta didik yang cenderung selalu lebih cepat dan mudah memahami materi pelajaran dan
menyelesaikan tugasnya, dibandingkan dengan teman-temannya, lebih awal dari waktu yang
telah ditetapkan (accelarated learning).

Peserta didik yang cenderung selalu mencapai hasil rata-rata saja dan hanya dapat
menyelesaikan tugasnya sesuai batas waktu yang ditetapkan dibandingkan dengan teman-
temannya.(average student)

Peserta didik yang cenderung selalu memiliki kesulitan dalam memahami materi pelajaran,
mencapai hasil yang lebih rendah dari teman-temannya, dan hampir selalu tidak dapat
menyelesaikan tugas pekerjaannya sesuai batas waktu yang ditetapkan, (slow learners).
Meskipun hasil melalui pengamatan ini hanya bersifat tentatif akan tetapi dapat memberi
kontribusi kepada guru untuk melakukan penyesuaian yang memadai terhadap kondisi
objektif peserta didiknya.

2. Analisis Produk

Produk yang dianalisis adalah Hasil Ulangan/Tes.dan tugas, wawancara, dokumentasi berupa
data prestasi belajar, sikap perilaku peserta didik, hasil psikotes bila ada dsb.

Cara-cara identifikasi tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi kecerdasan majemuk


dan bakat (tetapi dilakukan pada bidang studi/keterampilan tertentu),. serta kreatiivitas. Cara-
cara identifikasi tersebut di atas dapat saling melengkapi untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif mengenai potensi peserta didik

3. Percakapan

Mengajak anak berbicara. Orang tua dapat mengajak anak berbicara tentang segala sesuatu,
terutama jika dapat menambahkan ekspresi wajah. Mengajak anak mengobrol dapat
membantu meningkatkan perbendaharaan kosakata anak dan merangsang pertumbuhan otak.

Salah satu cara terbaik untuk membangun hubungan emosional dan kognitif. yaitu
memberikan perhatian kepada anak. Pembelajaran seringkali termotivasi oleh faktor emosi.
Percakapan yang membangkitkan serangkaian emosi adalah cara terbaik untuk
mengembangkan otak anak. Hubungan emosional antara orang tua dengan anak yang terjalin
dengan baik juga akan membantu anak merasa aman dan nyaman.

Dalam percakapan dengan anak, Anda dapat menyelipkan konsep matematika untuk
merangsang perkembangan otak anak. Membacakan mereka buku dan bercerita sebelum tidur
dapat mendorong imajinasi anak. Hal ini akan membantu mereka untuk memahami konsep-
konsep yang sulit di kemudian hari.

4. Bermain

Beri anak kesempatan untuk bermain game memori, membuat objek dengan teka-teki, lego,
permainan strategi seperti catur ataupun membuat kerajinan tangan. Bermain dapat
membantu anak untuk konsentrasi dan kreatif. Hal ini akan membantu anak dalam
memecahkan masalah intelektual di kemudian hari. Bahkan dapat membantu anak
meningkatkan proses berpikir mereka.

Berikan anak mainan dengan warna, tekstur dan suara yang berbeda. Anak-anak akan lebih
bersemangat bermain jika orang tua dapat ikut serta bermain bersama mereka.
Jika Anda tak mempunyai waktu yang cukup untuk bermain bersama anak. Cobalah untuk
membatasi waktu anak bermain gadget.

Mengganti menonton kartun di pagi hari dengan bermain blok bangunan atau teka-teki
sebagai gantinya. Mengalihkan perhatian anak anak dari bermain di depan layar komputer
dengan bermain bersama teman sebaya agar imajinasi anak dapat berkembang.

5. Pernapasan

Menghirup udara segar, memasok oksigen ke otak dapat meningkatkan kemampuan


intelektual baik anak maupun orang dewasa. Orang tua dapat mengajarkan anak bagaimana
cara bernafas yang benar agar otak mereka dapat bekerja lebih baik. Keterampilan dalam
pernapasan juga dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.

Salah satu cara untuk mengajarkan mereka bagaimana napas dengan benar diantaranya
adalah mengunyah permen karet. Mengunyah permen karet dapat membantu mengatur pola
pernapasan yang sehat dan membantu sirkulasi darah ke otak.

Meningkatkan kecerdasan intelektual anak merupakan hal yang penting. Namun bukankah
kebahagiaan anak adalah yang paling penting. Menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, berikan pujian dan penghargaan atas kemampuan unik anak miliki. Biarkan anak
berkembang menjadi orang yang sehat, bahagia dan sukses.
Bab III Kasus dan Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai