Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATEMATIKA DISKRIT
MATRIK
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Matematika Diskrit

Dosen: M Taufik Maulidin, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 3:

Fauzan Alfarizi : 2051210008


Furqon Fahmun Murod : 2051210020
Regita Dinar Nurwulandari : 2051210003
Santi Kartini : 2051210024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MANDIRI

SEMESTER IV 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudu “Matriks“
dengan tepat waktu.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Matematika Diskrit, selain itu makalah ini dibuat untuk memperdalam pemahaman tentang matriks.

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Muhammad Taufiq Maulidin, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Matematika Diskrit yang telah memberikan bimbingan dan dorongan sehingga kami
dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

Demikian makalah ini kami buat, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dalam segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya dalam makalah yang kami susun ini. Oleh karena itu kami
menerima segala bentuk kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya kami dapat memperbaiki isi
atau bentuk makalah menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata menyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Subang, 08 April 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................................................2
A. Pengertian Matriks.....................................................................................................................................2
B. Beberapa Jenis-jenis Matriks Khusus..........................................................................................................2
C. Operasi Aritmetika Matriks.........................................................................................................................4
D. Determinan Matriks....................................................................................................................................5
E. Invers Matriks.............................................................................................................................................8
BAB III.................................................................................................................................................................. 9
PENUTUP.............................................................................................................................................................9
A. Kesimpulan.................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan dengan persoalan yang apabila kita
telusuri ternyata merupakan masalah matematika. Dengan mengubahnya kedalam bahasa atau
persaman matematika maka persoalan tersebut lebih mudah diselesaikan. Tetapi terkadang
suatu persoalan sering kali membuat lebih dari dua persamaan dan beberapa variable, sehingga
kita kesulitan untuk mencari hubungan antara variable-variabelnya. Bahkan di Negara maju
sering kali ditemukan model ekonomi yang harus memecahkan suatu sistem persamaan dengan
puluhan atau ratusan variabel yang nilainya harus ditentukan.
Matriks pada dasarnya merupakan suatu alat atau instrument yang cukup ampuh untuk
mememcahkan persoalan tersebut. Dengan menggunakan matriks memudahkan kita untuk
membuat analisa-analisa yang mencangkup hubungan variabel-variabel dari suatu persoalan.
Pada awalnya matriks ditemukan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh seorang ilmuan yang
berasal dari Inggris yang bernama Arthur Cayley (1821-1895) yang mana studi yang dilakukan
untuk meneliti persamaan linear dan transformasi linear, awal dari semua ini matriks dianggap
sebagai sebuah permainan karena matrik dapat diaplikasikan, sedangkan pada tahun 1925
matriks digunakan sebagai kuantum dan pada perkembangannya matriks digunakan dalam
berbagai bidang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini yaitu:
1. Apa itu matriks?
2. Apa saja jenis-jenis matriks khusus?
3. Bagaimana operasi aritmatika matriks?
4. Bagaimana operasi determinan matriks?
5. Bagaimana operasi invers terhadap matriks?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian matrik.
2. Mengetahui jenis-jenis matriks khusus.
3. Mengetahui pengoperasian aritmatika matrik pertambahan, perkalian, dan perkalian matriks
dengan skalar.
4. Mengetahui pengoprasian determinan matriks.
5. Mengetahui pengoprasian invers matriks.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Matriks
Matriks adalah susunan skalar elemen-elemen dalam bentuk baris dan kolom.
Matriks adalah susunan suatu kumpulan bilangan dalam bentuk persegi panjang yang
diatur menurut baris dan kolom dan dibatasi oleh kurung matrik. Baris suatu matrik aalah
susunan bilangan-bilangan yang mendatar dalam matriks, sedangkan kolom suatu matriks
adalah susunan bilangan-bilangan yang tegak. Matriks A yang berukuran dari m baris dan
n kolom (m×n) adalah:

[ ]
a11 a12 … a1 n
a a … a2 n ¿
A ¿ 21 22
⋮ ⋮ ⋮a
am1 a m 2 ¿ mn

Entri aij disebut elemen matriks pada baris ke-j dan kolom ke-j. Jika m = n, maka
matriks tersebut dinamakan juga matriks bujursangkar (square matrix). Menuliskan
matriks dalam bentuk persegi panjang di atas adalah boros tempat, oleh karena itu kita
lazim menuliskan mtriks dengan notasi ringkas A = [ a ij ] .

Contoh 3.2
Di bawah ini adalah sebuah matriks yang berukuran 3 x 4:

[ ]
2 50 6
A = 8 75 4
3 11 8
Matriks di atas disusun oleh 3 baris elemen, yaitu (2, 5, 0, 6), (8, 7, 5, 4), (3, 1, 1, 8),
atau susunan dalam bentuk kolom-kolom.

|| || || ||
2 5 0 6
8 , 7 , 5 , dan 4
3 1 1 8

B. Beberapa Jenis-jenis Matriks Khusus


Terdapat beberapa matriks khusus yang ditemukan dalam pembahasan matematika,
antara lain matriks diagonal, matriks identitas, dan matrik transpose.

1. Matriks Diagonal
Matriks diagonal adalah matriks bujursangkar dengan a 11= 0 untuk i≠j. dengan
kata lain, seluruh elemen yang tidak terdapat pada posisi i≠j bernilai 0.
Contoh 3.2
2
Dibawah ini adalah contoh-contoh matriks diagonal yang berukuran 3×3:

[ ] [ ]
1 0 0 2 0 0
0 2 0, 0 0 0
0 0 3 0 0 −1

2. Matrik Identitas
Matriks identitas dilambangkan dengan I, adalah matriks diagonal dengan semua
elemen diagonal = 1
Contoh 3.3
Dibawah ini adalah contoh-contoh matriks I, masing-masing 3×3 dan 4×4.

[ ] [ ]
1 0 0 0
1 0 0
0 1 0 0
0 1 0,
0 0 1 0
0 0 1
0 0 0 1

3. Matrik Segitiga Atas/Bawah


Matriks segitiga atas /bawah adalah matriks jika elemen-elemen di atas/bawah
diagonal bernilai 0, yaitu a ij = 0 jika i < j ( > j).
Contoh 3.4
Dibawah ini adalah contoh matriks segitiga. Yang pertama matriks segitiga bawah
dan yang kedua matriks segitiga atas.

[ ] [ ]
1 0 0 0 1 6 6 4
5 7 0 0 0 3 2 3
,
6 0 3 0 0 0 0 2
2 4 2 6 0 0 0 8

4. Matriks Tranpose
Matriks transpose adalah matriks yang diperoleh dengan mempertukarkan baris-
baris dan kolom-kolom. Misalkan A = [ a ij ] berukuran m × n, maka transpose dari
matriks A, ditulis AT , adalah matriks m × n yang dalam hal ini jika AT = [ bij ] , maka
b ij = a ij untuk i = 1, 2, …, n dan j = 1, 2, …, m.

Contoh 3.5
Dibawah ini adalah sebuah matriks A dan transpose-nya, AT .

[ ]
1 4
A= [
1 2 3
4 5 6
, ] A = 2 5
T

3 6

5. Matriks Setangkup (symmetry)


A adalah matriks setangkup atau simetri jika AT = A, yaitu jika a ij = a ji untuk
setiap i dan j. Dengan kata lain, pada matriks setangkup elemen di bawah diagonal
3
adalah hasil pencerminan dari elemen di atas diagonal terhadap sumbu diagonal
matriks.
Contoh 3.6
Di bawah ini adalah contoh-contoh matriks setangkup.

[ ] [ ]
1 5 6 2 2 6 6 −4
5 7 0 4 6 3 7 3
,
6 0 3 −2 6 7 0 2
2 4 −2 6 −4 3 2 8

6. Matrik 0/1(zero-one)
Matriks 0/1 adalah matriks yang setiap elemennya hanya bernilai 0 atau 1.
Matriks ini banyak digunakan untuk mempresentasikan relasi keterhubungan.
Contoh 3.7
Di bawah ini adalah contoh matriks 0/1:

[ ]
0 1 1 0
0 1 1 1
0 0 0 0
1 0 0 1

C. Operasi Aritmetika Matriks


Operasi aritmetika yang biasa dilakukan terhadap matriks adalah operasi
penjumlahan dan perkalian dua buah matriks, serta perkalian matriks dengan skalar.
1. Penjumlahan dua buah matriks
Dua buah matriks dapat dijumlahkan jika ukuran keduanya sama. Misalkan A =
[ay] dan B = [by] yang masing–masing berukuran m x n. jumlah A dan B,
dilambangkan dengan A + B, menghasilkan matriks C = [c ij] yang berukuran m x n,
yang dalam hal ini cij = aij + bij untuk setiap I dan j.
Catatan:
Operasi pengurangan sama dengan operasi penjumlahan, tetapi dengan mengganti
operator (+) dengan operator (-).
Contoh 3.8
Penjumlahan dua buah matriks:

[ ][ ][ ][ ]
1 2 3 5 6 8 1+5 2+6 3+8 6 8 11
0 5 −2 + 7 −3 9 = 0+7 5−3 −2+9 = 7 2 7
4 7 8 6 2 1 4+6 7+ 2 8+ 1 10 9 9

2. Perkalian dua buah matriks

4
Dua buah matriks dapat dikalikan jika jumlah kolom matriks pertama sama
dengan jumlah baris matriks ke dua. Misalkan A = [a ij] adalah matriks m x n dan B =
[bij] adalah matriks n x p. Maka, perkalian A dan B, dilambangkan dengan AB,
menghasilkan matriks C = [cij] yang berukuran m x p, yang dalam hal ini cij = ai1b1j +
n
ai2b2j +…+ ainbnj = ∑ aik b kj
k =1

Contoh 3.9
Perkalian dua buah matriks:

[ 12 −13 ][23 0 −4
−2 6 ]
¿
[ 1 ( 2 )+ 3 (3 ) 1 ( 0 ) +3 (−2 ) 1 (−4 ) +1 ( 6 )
2 ( 2 ) + (−1 ) (3 ) 2 ( 0 ) + (−2 ) (−2 ) 2 (−4 ) + (−1 )( 6 ) ]
¿ [111 −6 14
2 −14 ]
Sifat-sifat operasi perkalian:
a. Perkalian matriks tidak komutatif, yaitu AB ≠ BA
b. Hukum asosiatif berlaku pada operasi matriks: (AB)C = A(BC)
c. Hukum distributif berlaku pada operasi matriks:
1) A(B + C) = AB + AC (hukum distributif kiri)
2) (B + C)A = BA + CA (hukum distributif kanan)
d. Perkalian matriks dengan matriks identitas I tidak mengubah matriks, yaitu
AI =IA =A
e. Perpangkatan matriks didefinisikan sebagai berikut: A0 = I, Ak = AAA…A
f. A adalah matriks ortogonal jika AAT = ATA = I

3. Perkalian matriks dengan scalar


Misalkan k adalah sebuah skalar. Perkalian matriks A dengan skalar k adalah
mengalikan setiap elemen matriks dengan k.

[ ]
a11 a12 … a1 n
A= a21 a22 … a2 n ¿
⋮ ⋮ ⋮a
a m 1 am 2 ¿ mn

[ ]
ka 11 ka12 … ka1 n
kA= ka 21 ka22 … ka2 n ¿
⋮ ⋮ ⋮ ka
kam 1 kam 2 ¿ mn

Contoh 3.10
Misalkan

5
[ ]
2 1 0
A= 3 7 5 dan k =3,
−2 0 4

Maka

[ ][ ]
3x2 3 x1 3 x0 6 3 0
3 A= 3 x3 3 x 7 3 x 5 = 9 21 15
3 x(−2) 3 x 0 3 x 4 −6 0 12

D. Determinan Matriks
Pada matriks persegi, dikenal istilah determinan. Determinan dari matriks A
dilambangkan dengan det(A) atau |A|.

Pada matriks persegi ordo 2x2, misalnya A = [ ac bd ] maka det(A) = |A| = ad – bc


[ ]
a b c
Pada matriks persegi ordo 3x3, misalnya B = e f g
h i j
maka det(B) = |B| dapat dihitung dengan
Cara Sarrus

[ ]
a b c a b
d e f d e
g h i g h

det(B) = aei + bfg + cdh – ceg – afh – bdi


atau
det(B) = aei + bfg + cdh – (ceg + afh + bdi)

Contoh 3.11

Matriks A = [ 25 39 ] maka det(A) = ad-bc = 2.9 – 3.5 = 4


Contoh 3.12

[ ]
2 3 1
Matriks A = 5 4 6 maka det(B)
9 7 8

Penyelesaian :

[ ] ]
2 3 1 2 3
5 4 6 5 4 = det(B) = aei + bfg + cdh – (ceg + afh + bdi)
9 7 8 9 7

6
= (64 + 162 + 35) – (36 + 84 + 120)
= 261 – 240
= 21
Catatan :
Jika det(A) = 0 maka matriks A disebut Matriks Singular
Jika det(A) ≠ 0 maka matriks A disebut Matriks Non-Singular
Minor dan Kofaktor
Minor elemen [ aij ] (dilambangkan dengan Mij ) yaitu determinan yang didapatkan
dengan menghilangkan baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks awalnya.
Kofaktor elemen [aij ](dilambangkan dengan Cij ) = (−1 )i+j Mij
Dengan ekspansi kofaktor, determinan matriks dapat dilakukan dengan 2 cara :
 Ekspansi baris ke-i
Det(A) = ai1.Ci1 + ai2.Ci2 + ... + ain.Cin
 Ekspansi kolom ke-i
Det(A) = a1j.C1j + a2j.C2j + ... + amj.Cmj

7
Contoh 3.13 :

[ ]
2 3 1
Matriks A = 5 4 6 Tentukan Det(A) dengan ekspansi kofaktor
9 7 8

Penyelesaian :
Dengan ekspansi baris ke-1 maka Det(A) = a11.C11 + a12.C12 + a13.C13 Dan dari
contoh soal sebelumnya diperoleh
Det(A) = 2(–10) + 3(14) + 1(–1)
Det(A) = –20 + 42 – 1 = 21
Hasil yang sama akan didapatkan jika kita lakukan ekspansi baris ke-2 atau
baris ke-3 ataupun dengan ekspansi kolom.

E. Invers Matriks

[ ac bd ]
Invers suatu matrik adalah kebalikan dari matriks tersebut. Matriks A =

maka invers matrik A-1 = [−cd −ba ].


Jika A dan B matriks persegi dan berlaku AB = BA = I (I adalah matriks
identitas), maka dikatakan bahwa B adalah invers dari A (B = A–1) dan A adalah
invers dari B (A = B–1). Dengan demikian
A.A–1 = I
A–1.A = I
Catatan : Matriks A mempunyai invers jika A adalah matriks non-Singular (Jika A
adalah matriks singular, maka A tidak mempunyai invers).
Contoh 3.14 :

A= [−12 −53 ] dan B = [ 31 52]. Buktikan bahwa AB = BA =I


Maka A.B = [ ] ×[ ] =[ ] =[
0 1]
2 −5 3 5 6+(−5) 25+(−25) 1 0
−1 3 1 2 −3+ 3 −5+ 6

=[
2+ (−2 ) −5+6 ] 0 1 ]
Maka B.A = [ ] [ ] [
3 5 × 2 −5 6+(−5) −15+15 1 0
=
1 2 −1 3

Dari contoh 3.14 di atas terlihat bahwa AB = BA = I


Jadi A–1 = B dan B–1 = A

8
9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Matriks adalah kumpulan bilangan-bilangan yang diatur dalam baris-baris dan
kolom-kolom berbentuk persegi panjang serta termuat diantara sepasang tanda kurung
matriks. Jenis-jenis matriks khusus dapat dibedakan berdasarkan susunan elemen matriks
dan berdasarkan sifat dari operasi matriks. Operasi pada matriks dapat dilakukan dengan
cara penjumlahan, pengurangan, dan perkalian langsung. Dekomposisi matriks adalah
transformasi atau modifikasi dari suatu matriks menjadi matrik segitiga bawah(L) dan
matriks segitiga atas(U). Transpose dari suatu matriks dapat dibentuk dengan cara
menukarkan baris matriks A menjadi kolom matriks baru dan kolom matriks A menjadi
matriks baru. Determinan suatu matriks ordo 3×3 bisa menggunakan cara sarrus dan cara
minor kofaktor. Invers suatu matriks adalah kebalikan dari matriks itu sendiri. Invers
suatu matriks A-1 jika dikalikan dengan matriks A itu akan menghasilkan matriks
identitas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Komimbin, M. (n.d.). Makalah-matrik-semester-1. Retrieved from


http://www.academia.edu/11504788/Makalah_matriks_semester_1
MUNIR, R. (2016). MATEMATIKA DISKRIT. In R. MUNIR, MATEMATIKA DISKRIT (p.
548). Bandung: Informatika Bandung.
Satria, K. (2017, April). Makalah Matriks. Retrieved from
http://www.scribd.com/document/346295502/makalah-matriks

11

Anda mungkin juga menyukai