Makalah Kelompok 2 Pe Akk
Makalah Kelompok 2 Pe Akk
Oleh Kelompok II :
Gusparizel (1813201018)
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari
mata kuliah Sosial Budaya Kesehatan dengan judul “Menganalisis Peran
Organisasi Dalam Implementasi Kebijakan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................6
D. Manfaat ...................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................8
A. Implementasi Kebijakan..........................................................................9
B. Model- model Implementasi Kebijakan..................................................9
C. Peran Organisasi dalam Implementasi Kebijakan ................................10
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Implementasi yang merupakan terjemahan dari kata
“implementation”, berasal dari kata kerja “to implement”. Menurut
Webster's Dictionary (1979 : 914), kata to implement berasal dari bahasa
Latin “implementum” dari asal kata “impere” dan “plere”. Kata “implere”
dimaksudkan “to fill up”; “to fill in”, yang artinya mengisi penuh;
melengkapi, sedangkan “plere” maksudnya “to fill”, yaitu mengisi.
Selanjutnya kata “to implement” dimaksudkan sebagai : “(1) to carry into
effect; to fulfill; accomplish. (2) to provide with the means for carrying out
into effect or fulfilling; to give practical effect to. (3) to provide or equip
with implements” (Webster's Dictionary, 1979 : 914).
Pertama, to implement dimaksudkan “membawa ke suatu hasil
(akibat); melengkapi dan menyelesaikan”. Kedua, to implement
dimaksudkan “menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu;
memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu”. Ketiga, to
implement dimaksudkan menyediakan atau melengkapi dengan alat”.
Sehubungan dengan kata implementasi di atas, Pressman dan Wildavsky
(1978 : xxi) mengemukakan bahwa, “implementation as to carry out,
accomplish, fulfill, produce, complete”. Maksudnya : membawa,
menyelesaikan, mengisi, menghasilkan, melengkapi.
Jadi secara etimologis implementasi itu dapat dimaksudkan sebagai
suatu aktivitas yang bertalian dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan
peng-gunaan sarana (alat) untuk meperoleh hasil. Apabila pengertian
implementasi di atas dirangkaikan dengan kebijakan publik, maka kata
implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas
penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah
ditetapkan/ disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai
tujuan kebijakan. Dengan demikian, dalam proses kebijakan publik,
implementasi kebijakan merupakan tahapan yang bersifat praktis dan
dibedakan dari formulasi kebijakan yang dapat dipandang sebagai tahapan
yang bersifat teoritis. Anderson (1978 : 25) mengemukakan bahwa :
“Policy implementation is the application af the policy by the
government's administrative machinery tothe problem”. Kemudian
Edwards III (1980 : 1) mengemukakan bahwa : “Policy implementation, ...
is the stage of policy making between the establishment of a policy ... and
the consequences of the policy for the people whom it affects”. Sedangkan
Grindle (1980 : 6) mengemukakan bahwa : “implementation - a general
process of administrative action that can be investigated at specific
program level”.
Dari uraian di atas diperoleh suatu gambaran bahwa, implementasi
kebijakan publik merupakan proses kegiatan administratif yang dilakukan
setelah kebijakan ditetapkan/ disetujui. Kegiatan ini terletak di antara
perumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan. Implementasi kebijakan
mengandung logika yang top-down, maksudnya menurunkan/ menafsirkan
alternatif-alternatif yang masih abstrak atau makro menjadi alternatif yang
bersifat konkrit atau mikro. Sedangkan formulasi kebijakan mengandung
logika bottom-up, dalam arti proses ini diawali dengan pemetaan
kebutuhan publik atau pengakomodasian tuntutan lingkungan lalu diikuti
dengan pencarian dan pemilihan alternatif cara pemecahannya, kemudian
diusulkan untuk ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Implementasi Kebijakan?
b. Apa saja Model- model Implementasi Kebijakan?
c. Apa peran organisasi dalam Implementasi Kebijakan?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Implementasi Kebijakan.
b. Untuk mengetahui Model- model Implementasi Kebijakan
c. Untuk mengetahui peran organisasi dalam Implementasi Kebijakan.
D. Manfaat
a. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan Implementasi Kebijakan.
b. Dapat mengetahui Model- model Implementasi Kebijakan
c. Dapat mengetahui peran organisasi dalam Implementasi Kebijakan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Implementasi Kebijakan
2. Model Paul Sabatier, (Dalam gambar diberi tanda “MS”), terletak pada
kuadran dari atas ke bawah dan lebih berada pada mekanisme paksa.
Model ini proses pelaksaan melibatkan tiga variabel, yaitu:
a) Independen, yaitu variabel untuk mengetahui mudah tidaknya
masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah
teori dan teknis pelaksanaan, keragaman obyek, dan perubahan
seperti apa yang dikehendaki.
b) Intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk
menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan
dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan
alokasi sumber dana, keterpaduan hierarkis di antara lembaga
pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana, dan
perekrutan pejabat pelaksana serta keterbukaan kepada pihak luar,
dan variabel di luar kebijakan yang akan mempengaruhi terhadap
proses pelaksanaan kebijakan.
c) Dependen, yaitu variabel tahapan dalam proses implementasi
dengan lima tahapan. Yaitu pemahaman dari lembaga atau badan
pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksanaan,
kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atas hasil yang nyata
tersebut dan akhirnya akan bergerak ke arah perbaikan atas
kebijakan yang telah dibuat dan dilaksanakan, atau perubahan
keseluruhan kebijakan secara mendasar.
3. Model Brian dan Lewis (Dalam gambar diberi tanda “MS”), terletak
pada kuadran atas ke bawah dan lebih berada di mekanisme paksa
daripada mekanisme pasar. Model ini memerlukan beberapa sarat,
yakni:
a) Ada jaminan, bahwa kondisi eksternal yang dihadapi
lembaga/badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah
besar.
b) Tersedianya sumber daya yang memadai, termasuk sumber
daya manusia, dana, dan waktu. Kewaspadaan ini diperlukan
mengingat bahwa fasilitas sangat dibutuhkan dalam
pelaksanaan kebijakan. Misalnya, dalam amandemen keempat
UUD 1945 dikemukakan satu pasal yang berbunyi “Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat”.
Kebijakan ini sesuai betul dengan Pancasila, dan semua orang
memahami bahwa itu penting dan layak dijadikan kebijakan.
Tetapi pada saat pelaksanaan terbentuk kepada masalah
fasilitas yang dibutuhkan, karena untuk memberikan jaminan
sosial bagi seluruh rakyat diperlukan negara yang sejahtera,
dengan memiliki sumber daya yang memadai disertai
pendanaan yang cukup.
c) Ada keterpaduan dari sumber daya yang ada. Hal ini
beralasan karena pelaksanaan kebijakan akan melibatkan
berbagai pihak, baik sumber daya alam, sumber daya buatan,
atau sumber daya manusianya. Sebagai contoh dalam
pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan penanggulangan
kemiskinan. Upaya yang dilakukan oleh departemen tidak akan
efektif, apabila tidak diimbangi dengan pembangunan daerah
yang memadai.
d) Seberapa besar hubungan kausalitas yang terjadi. Dengan
asumsi bahwa, semakin sedikit hubungan sebab akibat akan
semakin tinggi hasil yang dikehendaki oleh kebijakan.
e) Hubungan saling ketergantungan kecil, dengan asumsi
bahwa apabila hubungan saling ketergantungan tinggi,
pelaksanaan tidak akan dapat berjalan dengan efektif. Apalagi
organisasi pelaksana tersebut selalu bergantung pada pihak lain
seperti yang terjadi pada Kantor Menteri Pemberdayaan Wanita
secara intensitas bergantung kepada seluruh departemen.
f) Terdapat pemahaman yang mendalam terhadap tujuan. Tidak
terlalu sulit untuk dipahami, karena idealnya sekelompok orang
bersatu dalam suatu wadah akan mengetahui tujuan bersama
dan bergerak ke arah tujuan yang sama pula. Tetapi dalam
kenyataan selalu ada perbedaan pandangan yang didukung oleh
ego yang tinggi, sehingga kerap kali menimbulkan
pertentangan yang mengarah kepada adu fisik.
g) Tugas telah dirinci dan ditempatkan sesuai dengan urutan
yang benar. Dengan adanya susunan tugas yang jelas,
merupakan kunci keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan.
Selain itu, terdapat koordinasi dan komunikasi yang sempurna.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas
penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah
ditetapkan/ disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai
tujuan kebijakan. Dengan demikian, dalam proses kebijakan publik,
implementasi kebijakan merupakan tahapan yang bersifat praktis dan
dibedakan dari formulasi kebijakan yang dapat dipandang sebagai tahapan
yang bersifat teoritis. Kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi
diperlukan untuk mencegah timbulnya tindakan independen yang berarti
memelihara ketergantungan satu sama lain, memperkecil keputusan-
keputusan zig-zag, dan praktek-praktek yang kontradiktif.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis masih banyak kekurangan
dan penulis mengharapkan saran dan masukan dari pembaca. Sehingga
pembuatan makalah selanjutnya penulis dapat memperbaikinya.
DAFTAR PUSTAKA