Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERKEMBANGAN STUDI ISLAM : SEJARAH AWAL, BARAT, TIMUR, DAN


INDONESIA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu : Saiful Latif, M.Pd.I

Disusun oleh:
Nafi’udin 191310004285
Nur Arif 191310004298
Wahyu Aji Wijanarko 191310004335

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Sholawat serta salam
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para
sahabatnya semoga kelak kita mendapat syafaatnyadi Yaumil Qiyamah.

Makalah ini menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan tentang ”Perkembangan Studi
Islam : Sejarah Awal, Barat, Timur, dan Indonesia”. kami berharap semoga dapat bermanfaat
dan pengetahuan para pembaca. Baik itu dosen pembimbing selaku penilai makalah, mahasiswa
dan masyarakat umum.

Terima kasih kami sampaikan kepada pihak yang turut serta dalam pembuatan makalah
ini, kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Jepara, 27 September 2021

Kelompok 1
i
DAFTAR ISI

MAKALAH....................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB 1...........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................3
BAB 2...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
A. Sejarah Awal Studi Islam..............................................................................................................4
B. Dinamika Studi Islam di Barat..................................................................................................8
C. Dinamika Studi Islam di Timur.................................................................................................9
D. Dinamika Studi Islam di Indonesia.........................................................................................13
BAB 3.........................................................................................................................................................19
PENUTUP...................................................................................................................................................19
A. SIMPULAN..................................................................................................................................19
B.  Kritik dan saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Islam awalnya dilakukan oleh Rasulullah kepada keluarga dan para
sahabatnya. Pendidikan Islam dilakukan secara bertahap, mulai dari sembunyi-sembunyi
sampai terang-terangan. Lalu pendidikan Islam dapat menyebar ke dunia Barat , dunia
Timur, hingga ke Indonesia.
Pertama,  Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai agama samawi
terakhir lahir di Timur Tengah, tepatnya di Mekkah dan Madinah, yang selanjutnya
menyebar tidak hanya dikawasan Timur Tengah melainkan juga ke  berbagai kawasan di
dunia, termasuk Asia, Afrika, Eropa, dan Barat. Kedua, di kalangan pemikir Islam di
Indonesia terdapat pro kontra tentang belajar Islam Barat. Ketiga, Islam di Barat saat ini,
bukan hanya dijadikan bahan kajian akademik dan penelitian oleh para calon magister
dan doctor pada berbagai perguruan tinggi terkemuka, seperti Harvard, UCL (Universitas
California), Ohio dan Columbia di Amerika, atau beberapa universitas lainnya di Kanada,
Australia dan Belanda, melainkan Islam juga telah menjadi ajaran yang dihayati,
dipahami, dan diamalkan oleh berbagai lapisan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana dinamika studi Islam pada sejarah awal?
2. Bagaimana dinamika studi Islam di Timur?
3. Bagaimana dinamika studi Islam di Barat?
4. Bagaimana dinamika studi Islam di Indonesia?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui dinamika studi Islam pada sejarah awal
2. Untuk mengetahui dinamika studi Islam di Timur
3. Untuk mengetahui dinamika studi Islam di Barat
3
4. Untuk mengetahui dinamika studi Islam di Indonesia

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Studi Islam


Pada awalnya pendidikan Islam disampaikan oleh Rasulullah. Periode Rasulullah
dibagi menjadi dua fase yaitu fase Makkah dan Madinah. Dalam dua fase ini, para aktivis
pendidikan dapat menyerap berbagai teori dan prinsip dasar yang berkaitan dengan pola-
pola pendidikan dan interaksi sosial yang lazim dilaksanakan dalam setiap manajemen
pendidikan Islam.[1]
1. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di gua hira’ di Makkah


pada tahun 610 M. dalam wahyu itu termaktub ayat Al-Qur’an dalam surat al-Al-Alaq
ayat 1-5:

Artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan


(semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu
maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa
yang belum diketahuinya.[2]
Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub dalam Al-Qur’an surat Al
Muddatssir ayat  1-5:

Artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan
Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa
tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.[3]

Secara lebih sederhana, pendidikan Islam yang dilakukan Rasulullah di Makkah


yang bertujuan untuk membina pribadi muslim agar menjadi kader yang berjiwa kuat dan
dipersiapkan menjadi masyarakat Islam, mubaligh dan pendidik yang baik. Sesuai
1
Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 29
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Kudus: Menara Kudus, 2016
3
Ibid, Hal.785
4
karakteristik perkembangan pendidikan Islam, maka tahapan pendidikan Islam periode
Makkah terbagi menjadi :
a. Tahapan sembunyi

Dengan diturunkannya wahyu pertama, Rasulullah mulai membimbing dan


mendidik umatnya. Pada awalnya beliau melakukan dengan cara diam-diam dilingkungan
sendiri diantara orang- orang terdekatnya. Rumah Al- Arqam bin Abil Arqam
menjadi lembaga pendidikan Islam pertama sebagai tempat pertemuan Rasulullah SAW
dengan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. Disanalah Rasulullah SAW
mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok Agama Islam dan membacakan wahyu-
wahyu (ayat-ayat) Al-Qur’an.
b. Tahapan terang terangan

Setelah sekitar 3 tahun kemudian turun wahyu agar Rasulullah SAW berdakwah
secara terang-terangan. termaktub dalam Firman Allah SWT, QS. Al-Hijr Ayat 94
Artinya : Maka sampaikan olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan(kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik   (QS. Al-Hijr : 94)[4]
Perintah dakwah terang-terangan ini seiring dengan semakin bertambah
banyaknya jumlah sabahat Nabi SAW serta untuk meningkatkan jangkauan seruan
dakwah. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya
dari kaum quraisy, namun hal itu tidak menggoyahkan semangat untuk terus mempelajari
ajaran Islam dan terus berdakwah.
c. Tahapan seruan umum

Kemudian Rasulullah SAW merubah strategi dakwah dengan seruan umum, umat
manusia secara keseluruhan. Hal ini dilakukan pada musim-musim haji, ketika banyak
kaum diluar Makkah berdatangan untuk melaksanakan haji. Pada tahapan ini berkat
semangat yang tinggi dari para sahabat dalam mendakwahkan ajaran Islam, maka seluruh
penduduk Yatsrib masuk Islam kecuali orang-orang Yahudi.
2. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah

Pendidikan di Madinah adalah sebagai pendidikan permulaan dan pengemabangan


yang dilaksanakan sedikit lebih maju dan berkembang dibandingkan pendidikan di
Makkah. Evaluasi dan pemberian ijazah sebagaimana yang dikenal pada saat ini belum
ada di Madinah saat itu. Namun kepada sahabat yang dinyatakan sudah menguasai materi
pelajaran di berikan oleh Nabi Muhammad SAW, diberikan hak untuk mengajar di
berbagai wilayah kekuasaan Islam.[5]
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Kudus: Menara Kudus, 2016
5
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta: Media Kencana Group, 2011,  hal, 89-101
5
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak
turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai
kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya
diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode
Madinah.
3. Perbedaan ciri pokok pendidikan Islam periode makkah dan madinah

A. Ciri Pokok Periode Makkah

Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid,


titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu
muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
B. Ciri Pokok Periode Madinah

Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai


pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di
Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh
ajaran, merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.[6]
Pada periode Madinah adalah disamping seperti periode Makkah juga terdapat
perkembangan yaitu:
a) Prinsip pendidikan kesehatan (jasmani)

b) Prinsip pendidikan sosial

c) Prinsip pendidikan politik dan pemerintah

4. Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan

Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan


sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan, kaena pada saat
itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara, bahkan
beliau dan para pengikutnya berada dalam baying-bayang ancaman pembunuhan dan
kaum kafir Quraisy. Selama di Makkah pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah
secara sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al-Arqam. Langkah
yang bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal Islam ini adalah melarang

6
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, hal, 135-
136
6
para pengikutnya untuk menampakkan keIslamannya dalam berbagai hak.tidak menemui
mereka kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.
Setelah masyarakat Islam terbentuk di Madinah barulah, barulah pendidikan Islam
dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang telah
dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:
  Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat
kegiatan pendidikan dan dakwah.
  Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling
bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam
Madinah. Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang,
harmonis dan damai.[7]

5. Metode Pendidikan Masa Rasulullah SAW

Metode pendidikan yang Rasulullah SAW kembangkan dalam menyampaikan


materi adalah sebagai berikut :
  Metode ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan    memberikan
penjelasan- penjelasan dan keterangan.
  Metode dialog, metode ini dipergunakan ketika berkomunikasi dengan para sahabat dalam
menyelesaikan permasalahan yang terkait dakwah ajaran Islam
  Diskusi atau tanya jawab
  Metode perumpamaan
  Metode kisah
  Metode pembiasaan
  Metode hafalan, para sahabat menghafal untuk menjaga Al-Qur’an
Aplikasi penggunaan metode diatas dalam menyampaikan materi
pendidikan adalah:
o  Materi keimanan: Melalui tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan didukung
oleh bukti-bukti rasional dan ilmiah
o  Materi ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga
mudah diikuti masyarakat
o  Materi akhlak: Rasulullah menitikberatkan pada metode peneladanan. Beliau tampil
dalam kehidupan sebagai seseorang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam
ucapan maupun perbuatan.

7
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal, 87
7
Ruang lingkup pendidikan Agama Islam meliputi keserasian dan keseimbangan
antara lain:[8]
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia

c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

Hubungan manusia dengan makhluk lainnya dan lingkungannya.

B. Dinamika Studi Islam di Barat

Sebagaimana diketahui, bahwa yang sementara ini dikelompokkan sebagai studi


Islam antara lain:Al-Qur’an/ tafsir, hadits/ilmu hadits, fiqh/hukum Islam, teologi/ilmu
kalam, tasawuf, sejarah Islam, filsafat Islam, dan bahasa Arab. Belakangan masuk pula
ke dalam studi Islam adalah pembaruan pemikiran Islam, dakwah Islam, pendidikan
Islam, Politik Islam, dan Ekonomi Islam. Semua bidang studi Islam ini telah dipelajari
oleh para orientalis Barat dengan intensitas yang berbeda-beda. Penjelasan secara singkat
tentang studi Islam yang dipelajari oleh orientalis Barat ini dapat dikemukakan sebagi
berikut:
Pertama, bidang tasawuf.  Para orientalis yang mempelajari tasawuf ini anatara
lain:A.J.Arbery dan S.M. Zwemmer. Kajian mereka tetang tasawuf ini pada umumnya
ditujukan untuk menempatkan tasawuf Islam sebagai kelas dua, atau hasil menjiplak dari
tasawuf yang dikembangkan dikalangan nasrani.
Kedua, bidang dakwah. Di antara orientalis yang mempelajari dakwah ini ialah
Thomas W. Arnold, dalam bukunya yang berjudul The Preaching of Islam. Dalam buku
ini, sering digambarkan bahwa Islam disebarkan dengan pedang dan cara-cara
pemaksaan.
Ketiga,  bidang pendidikan Islam. Di antara orientalis yang mempelajari
pendidikan Islam ini, ialah Michael Stanton dengan bukunya yang berjudul The Higher
Learning of Islam (Pendidikan Tinggi Islam), dan Karl Stremmbrink dengan  buku
pesantren, Madrasah, dan sekolah. Dalam buku-buku ini merekan membicarakan tentang
sejarah pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan Islam mulai dari tingkat

8
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam , hal. 45
8
dasar hingga perguruan tinggi, mualai dari yang sederhana hingga yang tinggi, seperti
kuttab, masjid, madrasah, dan observatorium.[9]
  Tujuan Barat Mempelajari Islam
Terdapat sejumlah tujuan yang ingin dicapai oleh orang Barat yang mempelajari
Islam, sebagai berikut:
Pertama, untuk menarik simpati kalangan umat Islam. Dengan mempelajari
Islam, diharapkan masyarakat Islam tidak lagi menaruh benci, curiga atau ragu-ragu
menerima kehadiran orang Barat.
Kedua, untuk melemahkan Islam dari dalam, misalnya dengan cara mengambil
kesimpulan yang keliru tentang Al-Qur’an, Al-Sunnah, dan fiqih.
Ketiga,  untuk menunjukkan superioritas mereka sebagai orang Barat. Ilmuwan
Barat, khususnya dalam orientalis, senantiasa merasa bahwa “Barat” adalah “guru” dalam
segala hal, khususnya dalam logika dan pearadaban.
Keempat, untuk memperjuangkan doktrin-doktrin mereka yang tidak boleh
dikritik. Diantaranya ialah dua  doktrin inti, yaitu bahwa Al-Qur’an dalam pandangan
insan Barat bukan kalam Allah, dan Muhammad bukan Rasul Allah.
Kelima, untuk kepentingan negara-negara tertentu  yang menandai kajian tersebut.[10]

C. Dinamika Studi Islam di Timur

Secara Sejarah perkembangan Islam di Timur dimulai sejak akhir periode Madinah
sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam masih di masjid-masjid dan rumah-
rumah, dengan ciri hafalan. Namun sudah diperkenalkan logika matematika, ilmu alam,
kedokteran, kimia, musik, sejarah dan geografi. Selama abad ke-5 H, selama periode
Khalifah Abbasyiah, sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati
gedung-gedung besar, bukan lagi masjid, dan mulai yang bersifat intelektual, ilmu alam
dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem madrasah di abad 5 H/akhir abad 11 M, justru menjadi titik balik
kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi
alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh Kerajaan
Fatimah di Kairo. Sebelumnya di sekolah ini diajarkan kimia, kedokteran, filsafat,
diganti hanya mempelajari tafsir, kalam fiqih dan bahasa. Sedangkan matematika hilang
dari kurikulum Al-Azhar tahun 1748 M. Memang pada masa kekhalifahan Abbasyiah Al-

9
Prof.Dr.H. Abudin Nata.MA., Studi Islam Komprehensif, Loc.cit., hlm. 551
10
Ibid,hlm.552-553.
9
Ma’mun (198-218 H/813-833 M), sebelum hancurnya aliran Mu’tazilah, ilmu-ilmu
umum yang bertitik tolak dari nalar dan kajian-kajian empiris dipelajari di madrasah.
Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal pemisahan ilmu agama
dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian islam di zamannya,
yaitu Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi
tertua di dunia muslim, yaitu (1) Nizhamiyah di Baghdad (2) Al-Azhar di Kairo Mesir (3)
Cordova (bagian barat) dan (4) Maroko. Sejarah singkat masing-masing pusat studi Islam
di gambarkan sebagai berikut:
1.   Nizhamiyah di Baghdad
Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriyah
adalah Madrasah. Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang
didirikan tahun 457-459 H/ 1065-1067 M (abad IV) oleh Nizham al-Muluk dari dinasti
Saljuk. Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah
pendidikan Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi
yang dikelola oleh pemerintah.
Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu adalah untuk
memeperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan mazhab keagamaan
pemerintahan. Karena sultan-sultan Turki adalah dari golongan ahli sunah, sedangkan
pemerintahan Buwaihiyah yang sebelumnya adalah kaum syi’ah, oleh sebab itu
Madrasah Nizhamiyah adalah untuk menyokong sultan dan menyiarkan mazhab ahli
sunah ke seluruh rakyat.[11]
2.   Al-Azhar di Kairo Mesir
Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan tertua di dunia. Hingga saat ini usia al-
Azhar telah mencapai lebih dari seribu tahun. Awalnya al-Azhar adalah sebuah masjid
yang didirikan oleh khalifah Mu’idz li Dinillah Ma’ad bin Mansyur (931-975 M),
khalifah keempat dinasti Fatimah yang berkuasa di Mesir kala itu. Kemudian fungsi al-
Azhar ditambah menjadi pusat kebudayaan dan pendidikan. Mulanya lembaga
pendidikan al-Azhar adalah pusat penyebaran paham syiah. Namun sejak Salahuddin al-
Ayyubi berkuasa di Mesir pada tahun 1711 M, kurikulum  lembaga pendidikan al-Azhar
pun diubah dari paham syiah menjadi mazhab sunni yang terus berlaku sampai sekarang.
Pada tahun 1961, universitas al-Azhar membuka sejumlah fakultas baru seperti
pendidikan, kedokteran, farmasi, ekonomi, sains, pertanian, dan teknik. Dangan ini, maka
di Universitas al-Azhar terdapat dua penjurusan yaitu fakultas ilmu (ilmu umum) dan

11
Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) hlm. 158
10
fakultas adabi (agama). Hanya saja yang membedakan alumni Universitas al-Azhar, baik
fakultas agama maupaun non-agama, dengan alumni Universitas-universitas lain di Mesir
adalah kewajiban setiap mahasiswa/mahasiswinya untuk menghafal seluruh al-Quran
bagi mahasiswa Mesir dan Arab, dan menghafal sebagiannya bagi mahasiswa non-Arab.
[12]

3.   Cordova (bagian barat)


Cordova memasuki puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Abdurrahman III
(912-961)dan al-Hakam II (961-976). Kemajuan tersebut dapat di lihat dalam berbagai
bidang, antara lain bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan intelektual. Pada saat itu,
Islam di Cordova telah memiliki Universitas Cordova yang tersohor dan menjadi
kebanggaan umat Islam, salah satu Universitas dunia yang terpercaya. Universitas ini
menandingi dua Universitas lainnya, yaitu al-Azhar di Kairo dan Nizhamiyah di Bagdad,
dan berhasil menarik para mahasiswa dari dekat dan jauh, termasuk banyak mahasiswa
Kristen dari negara-negara Eropa lainnya. Al-Hakam menyelenggarakan pengajaran dan
telah memberikan banyak seakali penghargaan kepada para sarjana, beliau juga
mendirikan 27 sekolah swasta, disamping itu terdapat pula 70 perpustakaan dan memiliki
koleksi ratusan ribu buku.
4.   Maroko
Pada awalnya nama al-Qurawiyin adalah nama masjid tertua di Maroko, bahkan
termasuk salah satu masjid tertua di dunia. Ia terletak di daerah pegunungan Atlas,
persisnya di wilayah pemukiman lama kota Fes.nama al-Qurawiyin juga dijadikan
sebagai nama Universitas Islam tertua di dunia yang didirikan pada tahun 245 H/857 M,
atau pertengahan abad kesembilan Masehi oleh Fatimah Fihriyah, seorang wanita dari
kota Qirauan, negara Tunisia. Dari nama kota itulah nama Universitas Qurawiyin
diambil.
Gedung kampuz al-Qurawiyin yang pertama kali di bangun, dengan bangunan yang
dindingnya terbuat dari kayu berukir kaligrafi Arab ciri khas dan budaya Maroko itu, kini
telah di museumkan di kota Fes.
Universitas al-Qurawiyin sebagai Universitas negeri, dengan mahasiswa dari berbagai
negara, kini mempunyai empat kampus. Kampus utamanya berada di kota Fes, kota
ulama dan kota pelajar Maroko, kampus kedua terletak di kota Tetouan, dekat perbatasan
Maroko-Spanyol, kampus ketiga terletak di kota Aqadir, wilayah Maroko yang di
dalamnya banyak lahan pertanian dan peternakan. Kampus keempat berada di kota
Marakes, kota wisata Maroko. 
12
Al-kattani Abdul hayyie, Studi Islamic Countries, (Jakarta: Gema Insani, 2009) hlm. 25-26
11
Itulah sejarah singkat mengenai  perguruan tinggi tertua yang ada di dunia muslim.
Adapun sejarah singkat mengenai pusat studi Islam yang terdapat di berbagai negara,
akan kami uraikan mengenai studi Islam di masing- masing negara:
1.    Arab Saudi
Arab Saudi mempunyai beberapa Universitas termasukUuniversitas khusus bagi
wanita. Universitas-Universitas itu antara lain adalah king saud University di Riyadh
yang di dirikan tahun 1957,Iislamic University of Madinah (1961), King Abdul Azis
University di jeddah (1967),Iimam Muhammad Bin Saud Islamic University di Riyadh
(1974), King Faisal University di Gammam (1975), Ummul Qura University di Mekkah
(1979). Bahasa pengantar yang di gunakan di Universitas ini, pada umumnya adalah
bahasa arab, meskipun ada juga yang menggunakan bahasa inggris.
2.    Suriah
Universitas yang terletak dikota Damaskus adalah perguruan tinggi favorit di Suriah
dan menyediakan berbagai fakultas. Sebagaimana yang diuraikan diatas, fakultas yang
bisa dimasuki masyarakat Indonesia adalah terbatas pada Fakultas Syariah dan Sastra
Fakultas Syariah yang dirintis oleh Syaikh Prof. Dr. Musthafa as-Siba’i ini
merupakansalaah satu fakultas syariah favorit dan terbaik di Timur Tengah.
3.    Malaysia
Kemunculan stadi Islam ditingkat perguruan tinggi di Malaysia ditandai dengan
berdirinya Department of Islamic Studies di Universiti Malaya (UM) pada tahun 1960-an.
Kemudian disusul dengan kemunculan fakultas-fakultas Islamic Studies di universitas-
universitas lainny, seperti Faculty of Islamic  Studies di Universiti Kebangsaan Malaysia
(UKM) pada tahun 1970-an, Faculty of Islamic Revealed Knowledge and Humam
Sciences di International Islamic University of Malaysia (IIUM) pada tahun 1983. Pada
perkembangan selanjutnya muncul kolej atau universitas yang hanya membuka fakultas-
fakultas keagamaan keagamaan saja seperti kolej Universiti Islam Malaysia (KUIM) pada
tahun 1995, Kolej Islam Selangor Darul Ehsan (KISDAR) pada tahun 1995, dan lain-lain.
4.    Aljazair
Di Aljazair, universitas yang berstatusnya islam yang. menyediakan khusus fakultas-
fakultas islam hanya satu, yaitu Universitas Amer Abdel Kader. Sementara Universitas
Aljazair (Universite d’Alger), meskipun bukan universitas islam, tapi membuka beberapa
fakultas studi islam. Selebihnya, hanya sebagai institut atau sekolah tinggi islam yang
menyediakan beberapa jurusan keislaman. Selain itu, universitas lain tidak menyediakan
studi islam.

12
Universitas Amer Abdel Kader untuk studi ilmu-ilmu islam(jami’ah al-amir ‘Abdul Qadir
lil-Ulum al-Islamiyyah) berada diprovinsi Constantine. Dibangun berdasarkan perintah
dari presiden Houari Boumedienne, pada 14 februari 1984. Universitas ini memiliki satu
gedung bersebelahan dengan masjid Amer Abdel. Nama Amer Abdel Kader sendiri
diambil dari nama pahlawan populer kemerdekaan Aljazair. Pemerintah menetapkan
tujuan didirikan universitas islam ini untuk mencetak mahasiswa yang berwawasan islam
dan ilmiah, menyebarkan pengetahuan keislaman, mengembangkan penelitian, dan
meningkatkan ruh ilmiah

D. Dinamika Studi Islam di Indonesia


1.    Kondisi Pendidikan pada Kerajaan Islam
a.  Pendidikan Islam pada Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh Darussalam
Menurut Muhammad Zunus, bahwa pada setiap kerajaan islam terdapat masa-masa
kemajuan pendidikan islam. Sejak masuknya islam ke tanah aceh (1290 M), pendidikan
dan pengajaran islam mulai lahir dan tumbuh dengan subur, terutama setelah berdirinya
kerajaan islam di aceh. Pada waktu itu bnyaklah ulama di pasai yang membangun
pesantren, seperti Teungku di Deurenundong, teungku Cot Mamplam, dan lain-lain.
Seiring dengan itu, banyak pula pelajar dari berbagai daerah yang datang ke Pasai untuk
belajar agama islam. Berkat bantuan pemerintah islam dan masyarakat, maka pesantren,
surau dan langgar tersebar di dari kota-kota sampai ke dusun-dusun. Kegiatan pendidikan
islam di Aceh ini mengalami zaman keemasan pada zaman Iskandar Muda, sehingga
menjadi masyhur ke mana-mana, karena banyak alim ulama dan ahli sastra Islam
Indonesia.
b.    Pendidikan islam pada kerajaan Demak, panjang, dan Mataram
Pendidikan islam yang berlangsung di kerajan Demak, panjang, dan Mataram
beriringan dengan kegiatan dakwah islam yang di lakukan para ulama dan para wali,
yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Kalijaga, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.
Kitab-kitab agama Islam di zaman Demak yang kini masih di kenal, ialah Primbon,
yaitu notes, berisi serba macam catatan tentang ilmu-ilmu agama, macam-macam do’a,
bahkan ada juga tentang obat-obatan, dan ilmu ghaib. Dalam kitab ini di sebutkan pula
tentang ini atau itu adalah wejangan dari sunan polan, atau sunan anu, atau dari Kiai
Ageng anu. Selain itu, ada oula kitab-kitab yang di kenal dengan nama suluk sunan
bonang, suluk sunan kalijaga, wasita jati sunan geseng dan ajaran mistis Islam dari
masing-masing sunan itu yang di tulis tangan.

13
c.    Pendidikan Islam di kerajaan Islam di Sulawesi Selatan
Sejak dahulu, perkembangan agama Islam di Sulawesi Selatan amat pesat. Sejalan
dengan itu, di sana terdapat sejumlah pesantren yang berdiri dan berkembang pesat. Pada
tahap awal merupakan pesantren atau surau denagn model lama sebagaimana yang
terdapat di Sumatera dan Jawa. Perkembangan itu semakin pesat sejak adanya alim ulama
Bugis yang dari tanah Mekkah, setelah tinggal di sana beberapa tahun lamanya. Tetapi
sebelum itu telah ada pula ulama tua, di antaranya yang termasyur adalah Syekh Yusuf
Tanjul Khalwati.
d.    Pendidikan Islam di Maluku
Menurut sebuah sumber, bahwa pada 11 juli 1951 M, jumlah madrasah tingkat
ibtidaiyah yang berada di maluku Utara sebanyak 44 buah. Adaun guru-guru berjumlah
58 orang, dan murid-muridnya sebanyak 4.600 orang, di antaranya 3.000 orang laki-laki,
dan 1.600 orang perempuan. Madrasah menengah hanya ada 1 buah, yaitu di Tidore
dengan jumlah murid sebanyak  49 orang. Selanjutnya di laporkan pula, bahwa jumlah
madrasah di seluruh Maluku (Maluku utara, Maluku Tengah, dan Maluku Selatan)
sebanyak 56 buah, tetapi dalam laporan yang lain jumlahnya sebanyak 84 buah. Pada
tahun 1951 di Ambon terdapat 4 buah madrasah,  termasuk 1 buah madrasah
Tsanawiyah. Tetapi pada tahun 1951 hanya tinggal 2 Madrasah Ibtidaiyah.
e.    Pendidikan Islam di Kalimantan
Madrasah yang tertua dikalimantan Barat adalah Madrasatun Najah wa al-Falah
yang terletak di Sei Bukau Besar Mempawah yang didirikan pada tahun 1918. Di antara
madrasah yang termashur adalah madrasah perguruan islam (Assulthaniah) di sambas
pada tahun 1922.

2.   Keadaan Pendidikan Islam di Zaman Belanda


Sikap kolonial Belanda terhadap pendidikan Islam bisa dilihat lebih lanjut dari
kebijakannya yang sangat distriminatif, baik secara sosial, ras, anggaran, maupun
kepemelukan terhadap agama.
Diskriminasi sosial terlihat pada didirikannya sekolah yang membedakan antara
sekolah yang diperuntukan khusus kaum bangsawan dengan sekolah yang khusus untuk
rakyat biasa.
Diskriminan ras terlihat dengan jelas pada klasifikasi sekolah di Indonesia. Pada
tingkat dasar pemerintah membuka sekolah-sekolah yang dibedakan menurut ras dan
keturunan seperti Europeeche Lagere School (ELS) untuk anak-anak Eropa, Holandsh

14
Chinese School untuk anak-anakChina dan keturunan Asia Timur, Holandsch
School yang keudian di sebut selah bumiputra, untuk anak-anak pribumi dari kalangan
ningrat, dan terakhir Inlandsch Scool yang disediakan untuk anak-anak pribumi pada
umumnya.
Diskriminasi anggaran terlihat pada pemberian anggaran yang lebih besar kepada
sekolah untuk anak-anak eropa, padahal jumlah siswa pada sekolah Bumiputra jauh lebih
banyak.
Diskriminasi kepemelukan agama antara lain terlihat pada kebijakan pemerintah Belanda
yang mengonsentrasikan di wilayah dimana terdapat sejumlah besar penduduknya  yang
beragama kristen sepeti Batak, Manado, dn kalimantan. Pesantren yang menjadi basis
pendidikan agidak mendapatkan perhatian sama sekali, bahkan cenderung dimusuhi. 
Dengan bedasarkan pada dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits yang berisi perintah
memerangi orang kafir, dan tidak boleh mengambil pimpinan dari orang kafir, di tambah
lagi dengan sikap Belanda yang menyengsarakan rakyat indonesia, membuat kaum
pesantren menaruh sikap curiga dan memusuhi Belanda. Mereka menolak bentuk bantuan
apapun dari pemerintah Belanda, dan melarang melakukan berbagai hal yang berbau
Belanda. Kelompok inilah yang pada giliranya bersedia memenggul senjata untuk jihad
di jalan Allah, yakni berperan di medn laga untuk mengusir kaum penjajah dan
membebaskan rakyat Indonesia dari para penjajah. Terdapat 3 sikap yang di tempuh umat
islam dalam merespon kebijakan pendidikan Belanda.
Pertama, kelompok yang mengisolasi  diri atau non-kooperatif dengan kebijakan
Belanda. Sikap non-kooperatif adalah sikap yang menjadikan Belanda sebagai musuh
yang harus di benci dan di jauhi. Mereka berpendapat bahwa kerja sama dengan Belanda
tidak di benarkan, baik secara aqidah maupun kemanisiaan. Sikap non-kooperatif ini
banyak di lakukan oleh para ulama salaf yang memimpin pesantren pada umumnya
tersebar di pedesaan.
Kedua, kelompok yang bersikap akomodatif secara selektif dan proposional. Ketiga,
kelompok yang sepenuhnya mengambil model pendidikan Belanda. Tetapi dalam
perjalanan selanjutnya, kaum modernispun memutuskan hubungan untuk tidak lagi mau
kerja sama dengan Belanda, karena Belanda kian semena-mena dalam memperlakukan
bangsa Indonesia.

3.   Keadaan Pendidikan Islam di Zaman Jepang

15
Kehadiran Jepang di Indonesia terhitung amat singkat, yakni hanya 3,5 tahun. Namun
waktu yang singkat ini tidak berarti bahwa Jepang tidak memberi pengaruh terhadap
perkembangan pendidikan islam. Lamanya waktu, sebagaimana yang di lakukan oleh
Belanda di Indonesia, tidak menjadi jaminan bangsa Belanda di Indonesia telah berbuat
banyak terhadap pendidikan islam.sebaliknya Jepang yang beradadi Indonesia dalam
waktu singkat telah memberikan pengaruh pendidikan islam sebagai berikut.
Pertama, umat islam merasa lebih leluasa dalam mengembangkan pendidikannya,
karena berbagai undang-undang dan peraturan yang di buat oleh pemerintah Belanda
yang sangat diskriminatif dan membatasi itu sudah tidak di perlakukan lagi. Umat islam
pada zaman kolonial Jepang memperoleh peluang yang memungkinkan dapat berkiprah
lebih leluasa dalam bidang pendidikan.
Kedua, bahwa sistem pendidikan islam yang terdapat pada zaman Jepang pada
dasarnya masih sama dengan sistem pendidikan islam pada zaman Belanda, yakni di
samping sistem pendidikan pesantren yang didirikan kaum ulama tradisional, juga
terdapat sistem pendidikan klasikal sebagaimana yang terlihat pada madrasah, yaitu
sistem pendidikn Belanda yang muatanya terdapat pelajaran agama.[13]

4.   Pendidikan Islam di Zaman Orde Lama


Pada masa ini pendidikan Islam
kurang diperhatikan karena adanya perang dingin antara pemerintah dengan elite Islam,
sehingga pendidikan Islam belum mendapatkan perhatian yang sungguh-
sungguh dari pemerintah.
Namun, meskipun kurang diperhatikan pada zaman ini terdapat beberapa usaha yang
dilakukan pemerintah dalam kepentingan pendidikan Islam, antara lain:
Pertama, didirikannya Departemen Agama, pembinaan pendidikan agama setelah
kemerdekaan Indonesia dilakukan secara formal. Departemen agama diresmikan pada
tanggal 3 Januari 1946. Departemen agama juga mengurusi bidang pendidikan yang
berhubungan dengan agama. Namun disamping itu pemerintah juga mendirikan
departemen pendidikan dan kebudayaan, yang menimbulkan pengelolaan pendidikan
yang dikotomis, yang selanjutnya berdampak adanya diskriminasi kepada departemen
agama.
Kedua, dikeluarkannya sejumlah kebijakan berupa peraturan perundang-undangan
yang ada hubungannya dengan pendidikan agama. Diantara kebijakan itu antara lain
13
Prof.Dr.H. Abuddin Nata,MA.,Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: kencanaPrenada Media Group,
2011) hlm. 235
16
Undang-UndangNomor 12 tahun 1950, PeraturanBersamaMenteri PP&K (Nomor K/652)
DenganMenteri Agama (Nomor 1432), dan keputusan sidang MPRS pada bulan
desember 1960.
Ketiga, diberikannya perhatian terhadap pertumbuhan perkembangan lembaga pendi
dikan Islam, seperti madrasah dan pesantren. Perhatian ini diwujudkan dengan
diberikannya bantuan material dari pemerintah kepada madrasah dan pesantren yang
diserahkan kepada Kementerian Agama sebagai  pembinaan dan pengembangannya.
Keempat, memberikan bantuan fasilitas dan sumbangan material kepada lembaga-
lembaga pendidikan Islam, seperti mengangkat guru agama, membantu pembangunan
madrasah, bantuan buku-buku pelajaran, me-negeri-kan madrasah, dan bantuan lainnya.

5.   Pendidikan Islam di Zaman Orde Baru


pada dasarnya kebijakan yang lair pada zaman orde baru, termasuk pada bidang
pendidikan, diarahkan pada upaya pembangunan ekonomi. Kebijakan dalam bidang
pendidikan dapat dilihat sebagai berikut:
Pertama,  masuknya pendidikan Islam kedalam system pendidikan Nasional. Hal ini
dimulai dengan lahirnya surat keputusan bersama 3 menteri (SKB 3 Menteri) yaitu
menteri pendidikan, menteri agama dan menteri dalam negeri. Yang berisikan bahwa
lulusan madrasah dapat melanjutkan kejenjang pendidikan umum dan sebaliknya, berhak
mendapatkan bantuan sarana prasarana, biaya dan diakui ijazahnya.
Kedua,  pembangunan madrasah dan pesantren, baik dalam bentuk fisik maupun non
fisik. Pada aspek fisik dilakukan pada peningkatan dan perlengkapan infrastruktur,
sarana prasarana, dan fasilitas seperti buku, perpustakaan dan perlengkapan laboratorium.
Pada aspek nonfisik meliputi pembaruan bidang kelembagaan, manajemen pengelolaan,
kurikulum, mutu sumberdaya manusia, proses belajar mengajar dan lain sebagainya.
Pembangunan pada bidang pendidikan ini tampak cukup berhasil dengan adanya lulusan
madrasah yang dapat melanjutkan keperguruantinggi yang bergengsi baik di
dalam maupun luar Negeri.
Ketiga, pemberdayaan pendidikan islam non formal.
Pada zaman orde baru perkembangan pendidikan islam non formal mengalami peningkat
an yang sangat signifikan yang dipelopori oleh masyarakat. Yaitu dengan
berkembangnya majelis taklim baik untuk kalangan masyarakat islam kelompok,
masyarakat biasa, maupun bagi masyarakat menengah keatas.

17
6.   Pendidikan Islam di Zaman Reformasi
Pada masa reformasi ini kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah
menimbulkan keadaan pendidikan Islam yang secara umum lebih baik dari keadaan
pendidikan pada masa pemerintahan orde lama. Keadaan pendidikan tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Pertama,  kebijakan tentang pemantapan pendidikan Islam sebagai bagian dari
system pendidikan nasional. Hal ini terlihat pada penyempurnaan UU nomor 2 Th. 1989
menjadi UU nomor 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikanNasional yang menyatakan
bahwa pesantren, ma`had Ali, Roudhatul Athfal (taman kanak-kanak), dan Majelis ta`lim
masuk dalam system pendidikan nasional.
Serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, standar
nasional pendidikan, sertasertifikasi Guru dan Dosen, baik yang berada di bawah
kementerian agama maupun kementerian pendidikan.
Kedua,  kebijakan tentang Anggaran pendidikan Islam. Hal ini terlihat pada
ditetapkannya anggaran pendidikan sebanyak 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang didalamnya termasuk gaji guru dan dosen, biaya
operasional pendidikan, pemberian beasiswa bagi mahasiswa yang kurang mampu,
pengadaanbuku gratis, pengadaaninfrastruktur, saranaprasarana, media pembelajaran,
peningkatansumberdayamanusiabagilembaga yang bernaung di bawahkementerian
Agama dankementerianPendidikanNasional.
Ketiga, program wajib Sembilan tahun, yakni setiap anak Indonesia wajib memiliki
pendidikan minimal sampai dengan tamat sekolah lanjutan pertama, yakni SMP atau
MTS.
Keempat, penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Nasional (SBN), Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI).Kelima, pengembangan  kurikulum berbasis kompetensi (KBK/tahun
2004) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP/tahun 2006)
Keenam, pengembanganpendekatanpembelajaranPAIKEM (PembelajaranAktif, Inovatif,
Komunikatif, Efektif, dan Menyenangkan). Dan
masihbanyaklagiperkembanganpendidikan Islam yang lainnya.

18
BAB 3

PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan bahwa, pada
awalnya pendidikan Islam pada masa Rasulullah berkembang melalui dua periode yaitu
periode Makkah dan Madinah. Pada periode tersebut, pendidikan dilakukan dengan
bertahap , dengan beberapa kebijakan dan metode.
Dinamika studi Islam di Barat begitu pesat dimana ditandai dengan adanya pusat
kajian keagamaan semisal, didirikannya The development of Islamic Studies in Canada,
Temple University, Leiden University dan Chicago University. Selain itu, ditandai
dengan adanya kajian-kajian baru dalam studi Islam di Barat diantaranya pembaruan
pemikiran Islam, dakwah Islam, pendidikan Islam, Politik Islam, dan Ekonomi Islam.
Dalam mempelajari Islam, tentunya mereka mempunyai tujuan antara lain untuk menarik
simpati umat Islam, melemahkan Islam dari dalam, menunjukkan superioritas Barat,
memperjuangkan doktrin Barat, dan kepentingan negara-negara Barat lainnya.
Dinamika studi Islam di Timur dimulai dengan diawali pembelajaran Islam di
masjid-masjid dan rumah, kemudian berkembang menjadi sekolah dan gedung, dan
dilanjutkan dengan adanya pemisahan ilmu agama dan umum.
Sedangkan dinamika studi Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi enam kondisi,
yaitu kondisi pendidikan pada zaman kerajaan Islam, Belanda, Jepang, masa orde lama,
orde baru dan zaman revormasi.

B.  Kritik dan saran


Kami selaku penulis, memohon kepada Pembaca supaya memberikan kritik dan saran
yang baik dan membangun  dalam penulisan ataupun isi makalah ini agar kedepannya
menjadikan kami lebih baik. Jazaakumullohu Ahsanal Jazaa khoiron katsiro..

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman,J, Tahapan Mendidik Anak, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2008.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Kudus: Menara Kudus, 2016
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik. Bandung: Angkasa, 2005
Hayyie, Al-kattani Abdul. 2009. Studi Islamic Countries. Jakarta: Gema Insani
Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Media Kencana Group
Nata, Abuddin. 2011.Studi Islam Komprehensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Ramayulis.2012.Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Samsul, Nizar.2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Zuhairini.2008.Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

[1]] Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 29


[2]  Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Kudus: Menara Kudus, 2016
[3] Ibid, Hal.785
[4]  Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Kudus: Menara Kudus, 2016
[5]Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta: Media Kencana Group, 2011,  hal,
89-101
[6]Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik, hal, 135-136
[7]Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal, 87
[8]Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam , hal. 45
[9]Prof.Dr.H. Abudin Nata.MA., Studi Islam Komprehensif, Loc.cit., hlm. 551
[10]Ibid,hlm.552-553.
[11]Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009) hlm. 158
[12]Al-kattani Abdul hayyie, Studi Islamic Countries, (Jakarta: Gema Insani, 2009) hlm.
25-26
[13]Prof.Dr.H. Abuddin Nata,MA.,Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: kencanaPrenada
Media Group, 2011) hlm. 235

20
1

Anda mungkin juga menyukai