Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu : Saiful Latif, M.Pd.I
Disusun oleh:
Nafi’udin 191310004285
Nur Arif 191310004298
Wahyu Aji Wijanarko 191310004335
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Sholawat serta salam
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para
sahabatnya semoga kelak kita mendapat syafaatnyadi Yaumil Qiyamah.
Makalah ini menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan tentang ”Perkembangan Studi
Islam : Sejarah Awal, Barat, Timur, dan Indonesia”. kami berharap semoga dapat bermanfaat
dan pengetahuan para pembaca. Baik itu dosen pembimbing selaku penilai makalah, mahasiswa
dan masyarakat umum.
Terima kasih kami sampaikan kepada pihak yang turut serta dalam pembuatan makalah
ini, kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
MAKALAH....................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB 1...........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................3
BAB 2...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
A. Sejarah Awal Studi Islam..............................................................................................................4
B. Dinamika Studi Islam di Barat..................................................................................................8
C. Dinamika Studi Islam di Timur.................................................................................................9
D. Dinamika Studi Islam di Indonesia.........................................................................................13
BAB 3.........................................................................................................................................................19
PENUTUP...................................................................................................................................................19
A. SIMPULAN..................................................................................................................................19
B. Kritik dan saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Islam awalnya dilakukan oleh Rasulullah kepada keluarga dan para
sahabatnya. Pendidikan Islam dilakukan secara bertahap, mulai dari sembunyi-sembunyi
sampai terang-terangan. Lalu pendidikan Islam dapat menyebar ke dunia Barat , dunia
Timur, hingga ke Indonesia.
Pertama, Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai agama samawi
terakhir lahir di Timur Tengah, tepatnya di Mekkah dan Madinah, yang selanjutnya
menyebar tidak hanya dikawasan Timur Tengah melainkan juga ke berbagai kawasan di
dunia, termasuk Asia, Afrika, Eropa, dan Barat. Kedua, di kalangan pemikir Islam di
Indonesia terdapat pro kontra tentang belajar Islam Barat. Ketiga, Islam di Barat saat ini,
bukan hanya dijadikan bahan kajian akademik dan penelitian oleh para calon magister
dan doctor pada berbagai perguruan tinggi terkemuka, seperti Harvard, UCL (Universitas
California), Ohio dan Columbia di Amerika, atau beberapa universitas lainnya di Kanada,
Australia dan Belanda, melainkan Islam juga telah menjadi ajaran yang dihayati,
dipahami, dan diamalkan oleh berbagai lapisan masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana dinamika studi Islam pada sejarah awal?
2. Bagaimana dinamika studi Islam di Timur?
3. Bagaimana dinamika studi Islam di Barat?
4. Bagaimana dinamika studi Islam di Indonesia?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui dinamika studi Islam pada sejarah awal
2. Untuk mengetahui dinamika studi Islam di Timur
3. Untuk mengetahui dinamika studi Islam di Barat
3
4. Untuk mengetahui dinamika studi Islam di Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN
Artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan
Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa
tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.[3]
Setelah sekitar 3 tahun kemudian turun wahyu agar Rasulullah SAW berdakwah
secara terang-terangan. termaktub dalam Firman Allah SWT, QS. Al-Hijr Ayat 94
Artinya : Maka sampaikan olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan(kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik (QS. Al-Hijr : 94)[4]
Perintah dakwah terang-terangan ini seiring dengan semakin bertambah
banyaknya jumlah sabahat Nabi SAW serta untuk meningkatkan jangkauan seruan
dakwah. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya
dari kaum quraisy, namun hal itu tidak menggoyahkan semangat untuk terus mempelajari
ajaran Islam dan terus berdakwah.
c. Tahapan seruan umum
Kemudian Rasulullah SAW merubah strategi dakwah dengan seruan umum, umat
manusia secara keseluruhan. Hal ini dilakukan pada musim-musim haji, ketika banyak
kaum diluar Makkah berdatangan untuk melaksanakan haji. Pada tahapan ini berkat
semangat yang tinggi dari para sahabat dalam mendakwahkan ajaran Islam, maka seluruh
penduduk Yatsrib masuk Islam kecuali orang-orang Yahudi.
2. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah
6
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, hal, 135-
136
6
para pengikutnya untuk menampakkan keIslamannya dalam berbagai hak.tidak menemui
mereka kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.
Setelah masyarakat Islam terbentuk di Madinah barulah, barulah pendidikan Islam
dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang telah
dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:
Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat
kegiatan pendidikan dan dakwah.
Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling
bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam
Madinah. Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang,
harmonis dan damai.[7]
7
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal, 87
7
Ruang lingkup pendidikan Agama Islam meliputi keserasian dan keseimbangan
antara lain:[8]
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
8
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam , hal. 45
8
dasar hingga perguruan tinggi, mualai dari yang sederhana hingga yang tinggi, seperti
kuttab, masjid, madrasah, dan observatorium.[9]
Tujuan Barat Mempelajari Islam
Terdapat sejumlah tujuan yang ingin dicapai oleh orang Barat yang mempelajari
Islam, sebagai berikut:
Pertama, untuk menarik simpati kalangan umat Islam. Dengan mempelajari
Islam, diharapkan masyarakat Islam tidak lagi menaruh benci, curiga atau ragu-ragu
menerima kehadiran orang Barat.
Kedua, untuk melemahkan Islam dari dalam, misalnya dengan cara mengambil
kesimpulan yang keliru tentang Al-Qur’an, Al-Sunnah, dan fiqih.
Ketiga, untuk menunjukkan superioritas mereka sebagai orang Barat. Ilmuwan
Barat, khususnya dalam orientalis, senantiasa merasa bahwa “Barat” adalah “guru” dalam
segala hal, khususnya dalam logika dan pearadaban.
Keempat, untuk memperjuangkan doktrin-doktrin mereka yang tidak boleh
dikritik. Diantaranya ialah dua doktrin inti, yaitu bahwa Al-Qur’an dalam pandangan
insan Barat bukan kalam Allah, dan Muhammad bukan Rasul Allah.
Kelima, untuk kepentingan negara-negara tertentu yang menandai kajian tersebut.[10]
Secara Sejarah perkembangan Islam di Timur dimulai sejak akhir periode Madinah
sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam masih di masjid-masjid dan rumah-
rumah, dengan ciri hafalan. Namun sudah diperkenalkan logika matematika, ilmu alam,
kedokteran, kimia, musik, sejarah dan geografi. Selama abad ke-5 H, selama periode
Khalifah Abbasyiah, sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati
gedung-gedung besar, bukan lagi masjid, dan mulai yang bersifat intelektual, ilmu alam
dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem madrasah di abad 5 H/akhir abad 11 M, justru menjadi titik balik
kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi
alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh Kerajaan
Fatimah di Kairo. Sebelumnya di sekolah ini diajarkan kimia, kedokteran, filsafat,
diganti hanya mempelajari tafsir, kalam fiqih dan bahasa. Sedangkan matematika hilang
dari kurikulum Al-Azhar tahun 1748 M. Memang pada masa kekhalifahan Abbasyiah Al-
9
Prof.Dr.H. Abudin Nata.MA., Studi Islam Komprehensif, Loc.cit., hlm. 551
10
Ibid,hlm.552-553.
9
Ma’mun (198-218 H/813-833 M), sebelum hancurnya aliran Mu’tazilah, ilmu-ilmu
umum yang bertitik tolak dari nalar dan kajian-kajian empiris dipelajari di madrasah.
Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal pemisahan ilmu agama
dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian islam di zamannya,
yaitu Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi
tertua di dunia muslim, yaitu (1) Nizhamiyah di Baghdad (2) Al-Azhar di Kairo Mesir (3)
Cordova (bagian barat) dan (4) Maroko. Sejarah singkat masing-masing pusat studi Islam
di gambarkan sebagai berikut:
1. Nizhamiyah di Baghdad
Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriyah
adalah Madrasah. Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang
didirikan tahun 457-459 H/ 1065-1067 M (abad IV) oleh Nizham al-Muluk dari dinasti
Saljuk. Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah
pendidikan Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi
yang dikelola oleh pemerintah.
Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu adalah untuk
memeperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan mazhab keagamaan
pemerintahan. Karena sultan-sultan Turki adalah dari golongan ahli sunah, sedangkan
pemerintahan Buwaihiyah yang sebelumnya adalah kaum syi’ah, oleh sebab itu
Madrasah Nizhamiyah adalah untuk menyokong sultan dan menyiarkan mazhab ahli
sunah ke seluruh rakyat.[11]
2. Al-Azhar di Kairo Mesir
Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan tertua di dunia. Hingga saat ini usia al-
Azhar telah mencapai lebih dari seribu tahun. Awalnya al-Azhar adalah sebuah masjid
yang didirikan oleh khalifah Mu’idz li Dinillah Ma’ad bin Mansyur (931-975 M),
khalifah keempat dinasti Fatimah yang berkuasa di Mesir kala itu. Kemudian fungsi al-
Azhar ditambah menjadi pusat kebudayaan dan pendidikan. Mulanya lembaga
pendidikan al-Azhar adalah pusat penyebaran paham syiah. Namun sejak Salahuddin al-
Ayyubi berkuasa di Mesir pada tahun 1711 M, kurikulum lembaga pendidikan al-Azhar
pun diubah dari paham syiah menjadi mazhab sunni yang terus berlaku sampai sekarang.
Pada tahun 1961, universitas al-Azhar membuka sejumlah fakultas baru seperti
pendidikan, kedokteran, farmasi, ekonomi, sains, pertanian, dan teknik. Dangan ini, maka
di Universitas al-Azhar terdapat dua penjurusan yaitu fakultas ilmu (ilmu umum) dan
11
Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) hlm. 158
10
fakultas adabi (agama). Hanya saja yang membedakan alumni Universitas al-Azhar, baik
fakultas agama maupaun non-agama, dengan alumni Universitas-universitas lain di Mesir
adalah kewajiban setiap mahasiswa/mahasiswinya untuk menghafal seluruh al-Quran
bagi mahasiswa Mesir dan Arab, dan menghafal sebagiannya bagi mahasiswa non-Arab.
[12]
12
Universitas Amer Abdel Kader untuk studi ilmu-ilmu islam(jami’ah al-amir ‘Abdul Qadir
lil-Ulum al-Islamiyyah) berada diprovinsi Constantine. Dibangun berdasarkan perintah
dari presiden Houari Boumedienne, pada 14 februari 1984. Universitas ini memiliki satu
gedung bersebelahan dengan masjid Amer Abdel. Nama Amer Abdel Kader sendiri
diambil dari nama pahlawan populer kemerdekaan Aljazair. Pemerintah menetapkan
tujuan didirikan universitas islam ini untuk mencetak mahasiswa yang berwawasan islam
dan ilmiah, menyebarkan pengetahuan keislaman, mengembangkan penelitian, dan
meningkatkan ruh ilmiah
13
c. Pendidikan Islam di kerajaan Islam di Sulawesi Selatan
Sejak dahulu, perkembangan agama Islam di Sulawesi Selatan amat pesat. Sejalan
dengan itu, di sana terdapat sejumlah pesantren yang berdiri dan berkembang pesat. Pada
tahap awal merupakan pesantren atau surau denagn model lama sebagaimana yang
terdapat di Sumatera dan Jawa. Perkembangan itu semakin pesat sejak adanya alim ulama
Bugis yang dari tanah Mekkah, setelah tinggal di sana beberapa tahun lamanya. Tetapi
sebelum itu telah ada pula ulama tua, di antaranya yang termasyur adalah Syekh Yusuf
Tanjul Khalwati.
d. Pendidikan Islam di Maluku
Menurut sebuah sumber, bahwa pada 11 juli 1951 M, jumlah madrasah tingkat
ibtidaiyah yang berada di maluku Utara sebanyak 44 buah. Adaun guru-guru berjumlah
58 orang, dan murid-muridnya sebanyak 4.600 orang, di antaranya 3.000 orang laki-laki,
dan 1.600 orang perempuan. Madrasah menengah hanya ada 1 buah, yaitu di Tidore
dengan jumlah murid sebanyak 49 orang. Selanjutnya di laporkan pula, bahwa jumlah
madrasah di seluruh Maluku (Maluku utara, Maluku Tengah, dan Maluku Selatan)
sebanyak 56 buah, tetapi dalam laporan yang lain jumlahnya sebanyak 84 buah. Pada
tahun 1951 di Ambon terdapat 4 buah madrasah, termasuk 1 buah madrasah
Tsanawiyah. Tetapi pada tahun 1951 hanya tinggal 2 Madrasah Ibtidaiyah.
e. Pendidikan Islam di Kalimantan
Madrasah yang tertua dikalimantan Barat adalah Madrasatun Najah wa al-Falah
yang terletak di Sei Bukau Besar Mempawah yang didirikan pada tahun 1918. Di antara
madrasah yang termashur adalah madrasah perguruan islam (Assulthaniah) di sambas
pada tahun 1922.
14
Chinese School untuk anak-anakChina dan keturunan Asia Timur, Holandsch
School yang keudian di sebut selah bumiputra, untuk anak-anak pribumi dari kalangan
ningrat, dan terakhir Inlandsch Scool yang disediakan untuk anak-anak pribumi pada
umumnya.
Diskriminasi anggaran terlihat pada pemberian anggaran yang lebih besar kepada
sekolah untuk anak-anak eropa, padahal jumlah siswa pada sekolah Bumiputra jauh lebih
banyak.
Diskriminasi kepemelukan agama antara lain terlihat pada kebijakan pemerintah Belanda
yang mengonsentrasikan di wilayah dimana terdapat sejumlah besar penduduknya yang
beragama kristen sepeti Batak, Manado, dn kalimantan. Pesantren yang menjadi basis
pendidikan agidak mendapatkan perhatian sama sekali, bahkan cenderung dimusuhi.
Dengan bedasarkan pada dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits yang berisi perintah
memerangi orang kafir, dan tidak boleh mengambil pimpinan dari orang kafir, di tambah
lagi dengan sikap Belanda yang menyengsarakan rakyat indonesia, membuat kaum
pesantren menaruh sikap curiga dan memusuhi Belanda. Mereka menolak bentuk bantuan
apapun dari pemerintah Belanda, dan melarang melakukan berbagai hal yang berbau
Belanda. Kelompok inilah yang pada giliranya bersedia memenggul senjata untuk jihad
di jalan Allah, yakni berperan di medn laga untuk mengusir kaum penjajah dan
membebaskan rakyat Indonesia dari para penjajah. Terdapat 3 sikap yang di tempuh umat
islam dalam merespon kebijakan pendidikan Belanda.
Pertama, kelompok yang mengisolasi diri atau non-kooperatif dengan kebijakan
Belanda. Sikap non-kooperatif adalah sikap yang menjadikan Belanda sebagai musuh
yang harus di benci dan di jauhi. Mereka berpendapat bahwa kerja sama dengan Belanda
tidak di benarkan, baik secara aqidah maupun kemanisiaan. Sikap non-kooperatif ini
banyak di lakukan oleh para ulama salaf yang memimpin pesantren pada umumnya
tersebar di pedesaan.
Kedua, kelompok yang bersikap akomodatif secara selektif dan proposional. Ketiga,
kelompok yang sepenuhnya mengambil model pendidikan Belanda. Tetapi dalam
perjalanan selanjutnya, kaum modernispun memutuskan hubungan untuk tidak lagi mau
kerja sama dengan Belanda, karena Belanda kian semena-mena dalam memperlakukan
bangsa Indonesia.
15
Kehadiran Jepang di Indonesia terhitung amat singkat, yakni hanya 3,5 tahun. Namun
waktu yang singkat ini tidak berarti bahwa Jepang tidak memberi pengaruh terhadap
perkembangan pendidikan islam. Lamanya waktu, sebagaimana yang di lakukan oleh
Belanda di Indonesia, tidak menjadi jaminan bangsa Belanda di Indonesia telah berbuat
banyak terhadap pendidikan islam.sebaliknya Jepang yang beradadi Indonesia dalam
waktu singkat telah memberikan pengaruh pendidikan islam sebagai berikut.
Pertama, umat islam merasa lebih leluasa dalam mengembangkan pendidikannya,
karena berbagai undang-undang dan peraturan yang di buat oleh pemerintah Belanda
yang sangat diskriminatif dan membatasi itu sudah tidak di perlakukan lagi. Umat islam
pada zaman kolonial Jepang memperoleh peluang yang memungkinkan dapat berkiprah
lebih leluasa dalam bidang pendidikan.
Kedua, bahwa sistem pendidikan islam yang terdapat pada zaman Jepang pada
dasarnya masih sama dengan sistem pendidikan islam pada zaman Belanda, yakni di
samping sistem pendidikan pesantren yang didirikan kaum ulama tradisional, juga
terdapat sistem pendidikan klasikal sebagaimana yang terlihat pada madrasah, yaitu
sistem pendidikn Belanda yang muatanya terdapat pelajaran agama.[13]
17
6. Pendidikan Islam di Zaman Reformasi
Pada masa reformasi ini kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah
menimbulkan keadaan pendidikan Islam yang secara umum lebih baik dari keadaan
pendidikan pada masa pemerintahan orde lama. Keadaan pendidikan tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Pertama, kebijakan tentang pemantapan pendidikan Islam sebagai bagian dari
system pendidikan nasional. Hal ini terlihat pada penyempurnaan UU nomor 2 Th. 1989
menjadi UU nomor 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikanNasional yang menyatakan
bahwa pesantren, ma`had Ali, Roudhatul Athfal (taman kanak-kanak), dan Majelis ta`lim
masuk dalam system pendidikan nasional.
Serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, standar
nasional pendidikan, sertasertifikasi Guru dan Dosen, baik yang berada di bawah
kementerian agama maupun kementerian pendidikan.
Kedua, kebijakan tentang Anggaran pendidikan Islam. Hal ini terlihat pada
ditetapkannya anggaran pendidikan sebanyak 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang didalamnya termasuk gaji guru dan dosen, biaya
operasional pendidikan, pemberian beasiswa bagi mahasiswa yang kurang mampu,
pengadaanbuku gratis, pengadaaninfrastruktur, saranaprasarana, media pembelajaran,
peningkatansumberdayamanusiabagilembaga yang bernaung di bawahkementerian
Agama dankementerianPendidikanNasional.
Ketiga, program wajib Sembilan tahun, yakni setiap anak Indonesia wajib memiliki
pendidikan minimal sampai dengan tamat sekolah lanjutan pertama, yakni SMP atau
MTS.
Keempat, penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Nasional (SBN), Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI).Kelima, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK/tahun
2004) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP/tahun 2006)
Keenam, pengembanganpendekatanpembelajaranPAIKEM (PembelajaranAktif, Inovatif,
Komunikatif, Efektif, dan Menyenangkan). Dan
masihbanyaklagiperkembanganpendidikan Islam yang lainnya.
18
BAB 3
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan bahwa, pada
awalnya pendidikan Islam pada masa Rasulullah berkembang melalui dua periode yaitu
periode Makkah dan Madinah. Pada periode tersebut, pendidikan dilakukan dengan
bertahap , dengan beberapa kebijakan dan metode.
Dinamika studi Islam di Barat begitu pesat dimana ditandai dengan adanya pusat
kajian keagamaan semisal, didirikannya The development of Islamic Studies in Canada,
Temple University, Leiden University dan Chicago University. Selain itu, ditandai
dengan adanya kajian-kajian baru dalam studi Islam di Barat diantaranya pembaruan
pemikiran Islam, dakwah Islam, pendidikan Islam, Politik Islam, dan Ekonomi Islam.
Dalam mempelajari Islam, tentunya mereka mempunyai tujuan antara lain untuk menarik
simpati umat Islam, melemahkan Islam dari dalam, menunjukkan superioritas Barat,
memperjuangkan doktrin Barat, dan kepentingan negara-negara Barat lainnya.
Dinamika studi Islam di Timur dimulai dengan diawali pembelajaran Islam di
masjid-masjid dan rumah, kemudian berkembang menjadi sekolah dan gedung, dan
dilanjutkan dengan adanya pemisahan ilmu agama dan umum.
Sedangkan dinamika studi Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi enam kondisi,
yaitu kondisi pendidikan pada zaman kerajaan Islam, Belanda, Jepang, masa orde lama,
orde baru dan zaman revormasi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman,J, Tahapan Mendidik Anak, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2008.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Kudus: Menara Kudus, 2016
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik. Bandung: Angkasa, 2005
Hayyie, Al-kattani Abdul. 2009. Studi Islamic Countries. Jakarta: Gema Insani
Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Media Kencana Group
Nata, Abuddin. 2011.Studi Islam Komprehensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Ramayulis.2012.Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Samsul, Nizar.2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Zuhairini.2008.Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
20
1