Pembimbing:
dr. Putri Aini Daulay, M.Ked(OG), Sp.OG
Disusun Oleh:
Rendy Grinaldi fadilah Rustandi
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan referat ini
dengan judul “Kanker Ovarium dan Kista Ovarium” Penyelesaian referat ini banyak
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu adanya kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang sangat tulus kepada dr. Putri A. Daulay,
M.Ked(OG), Sp.OG selaku pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, petunjuk,
nasehat dan memberi kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini tentu tentu tidak lepas dari kekurangan karena
kebatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan masukan dan
saran yang membangun. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantung abnormal yang berisi
cairan. Pada wanita organ yang paling sering terjadi adalah kista ovarium.1
Kista ovarium (kista indung telur) merupakan kantung berisi cairan yang
tumbuh dalam ovarium. Kista ovarium dapat timbul pada wanita yang tidak
hamil dan wanita yang hamil (Wiknjosastro H,2011).
2.2 Epidemiologi
Kista ovarium ditemukan pada USG transvaginal pada hampir semua
wanita premenopause dan mencapai 18% wanita postmenopause. Sebagian
besar kista ini merupakan kista fungsional dan jinak. Kista terutama matur
atau kista dermoid lebih dari 10% dari semua neoplasma ovarium. Insiden
karsinoma ovarium kira – kira 15 kasus per 100.000 wanita per tahun. Setiap
tahun di Amerika Serikat, kista ovarium didiagnosis pada lebih dari 21.000
wanita, sehingga diperkirakan 14.600 kematian. Sebagian besar tumor
ovarium kista adenokarsinoma ovarium epithelial (William.2010).
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak
23.400 orang dan meninggal sebanyak 13.900 orang. Angka kematian
tertinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awal bersifat asimptomatik
dan baru menimbulkan keluhan saat sudah terjadi metastasis, sehingga 60-
70% pasien datang pada stadium lanjut (Kemenkes,2015).
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan
pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri.
Penyebab dari kista ovarium belum diketahui secara pasti, terdapat beberapa
faktor pendukung antara lain:
1. Gangguan Hormon
Kelebihan atau peningkatan hormon progesteron dan esterogen
dapat memicu terjadinya kista ovarium. Penggunaan alat kontrasepsi yang
mengandung hormon esterogen dan progesteron yaitu pil KB atau IUD
(Intrauterine Device) dapat menurunkan resiko terbentuknya kista
ovarium.
2. Faktor Genetik
Di dalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yaitu disebut
dengan gen protoonkogen. Protoonkogen dapat bereaksi akibat dari
paparan karsinogen (lingkungan, makanan, kimia), polusi dan paparan
radiasi.
3. Pengobatan Infertilitas
Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan
induksi ovulasi dengan gonadotropin. Gonadotropin yang terdiri dari FSH
dan LH dapat menyebabkan kista berkembang.
4. Hipotiroid
Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormon tiroid
yang dapat menyebabkan kelenjar pituitari memproduksi TSH (Thyroid
Stimulating Hormone) lebih banyak sehingga kadar TSH meningkat. TSH
merupakan faktor yang memfasilitasi perkembangan kista ovarium folikel.
5. Faktor Usia
Kista ovarium jinak terjadi pada wanita kelompok usia reproduktif.
Pada wanita yang memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun) lebih
beresiko memiliki kista ovarium ganas. Ketika wanita telah memasuki
masa menopause, ovarium dapat menjadi tidak aktif dan dapat
menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita menopause yang rendah.
6. Faktor Lingkungan
Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri
banyak memberikan andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup,
dan sosial ekonomi. Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola
makan yaitu konsumsi tinggi lemak dan rendah serat, merokok, konsumsi
alkohol, zat tambahan pada makanan, terpapar polusi asap rokok atau zat
berbahaya lainnya, stress dan kurang aktivitas atau olahraga memicu
terjadinya suatu penyakit (Wiknjosastro H,2011).
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kista non-neoplastik dan kista neoplastik
A. Kista ovarium non-neoplastik
1. Kista folikular
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi,
namun terus tumbuh menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel
primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi
kista.
2. Kista korpus luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan menjadi
korpus albikans. Terkadang korpus luteum mempertahankan diri
(korpus luteum persistens), perdarahan yang terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista. Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm,
diameter kista sebesar 10 cm dan cairan berwarna merah coklat karena
darah tua.
Kista korpus luteum merupakan perdarahan yang terjadi pada
korpus luteum dan tidak dapat berdegenerasi di 14 hari setelah periode
menstruasi terakhir. Keluhan yang dirasakan yaitu nyeri pada panggul,
amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur dan gangguan haid.
3. Kista lutein
Biasanya terjadi pada mola hidrosa, koriokarsinoma, dan kadang-
kadang tanpa adanya kelainan tertentu, ovarium dapat membesar
menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju.
Timbulnya kista ini adalah pengaruh hormon koriogonadotropin yang
berlebihan dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium
mengecil spontan.
4. Kista inklusi germinal
Biasanya terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil
dari epitel germinativum pada permukaan ovarium, besarnya jarang
melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya kebetulan ditemukan pada
pemeriksaan histologi ovarium yang diangkat sewaktu operasi.
5. Kista endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.
6. Kista stein-levental
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polikistik, permukaan
licin,
kapsul ovarium menebal dan tampak tunika yang tebal dan fibrotik
pada pemeriksaan mikroskopis.
B. Kista ovarium neoplastik
1. Kistoma ovarii simpleks
Kista ini memiliki permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar, dinding kista tipis dan
cairan dalam kista jernih, terus berwarna kuning. Pengangkatan kista
ini dengan reseksi ovarium, namun jaringan yang dikeluarkan untuk
segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui adanya
keganasan.
2. Kista ovarii musinosum
Kista ini berbentuk multilokuler dan biasanya unilateral, dapat
tumbuh menjadi ukuran sangat besar. Pada kista yang ukurannya
besar tidak lagi dapat ditemukan ovarium yang normal. Gambaran
klinik terjadi perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang
menimbulkan perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan
peritoneum parietale. Dinding kista agak tebal, berwarna putih keabu-
abuan. Pada pembukaan terdapat cairan lendir, kental, melekat dan
berwarna kuning hingga coklat.
3. Kista ovarii serosum
Kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
epithelium). Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang
sangat besar dibandingkan kistadenoma ovarii musinosum.
Permukaan tumor biasanya licin, berongga satu, berwarna keabu-
abuan. Ukuran kista yang kecil, tetapi permukaaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma).
4. Kista endometroid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, terdapat satu
lapisan sel-sel pada dinding menyerupai lapisan epitel endometrium.
Terjadi akibat adanya bagian endometrium yang berada diluar rahim.
Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan
endometrium setiap bulannya yang mengakibatkan nyeri hebat,
terutama saat menstruasi dan infertilitas.
5. Kista dermoid
Kista dermoid merupakan teratoma kistik jinak dengan struktur
ektodermal diferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada
entoderm dan mesoderm. Kista ini diduga berasal dari sel telur
melalui proses partenogenesis dan bisa menjadi ganas seperti
karsinoma epidermoid. Dinding kista terlihat putih keabu-abuan, agak
tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian padat.
Kandungan tidak hanya cairan melainkan elemen ektodermal,
mesodermal dan entoderm. Dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar
sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat
(mesodermal), mukosa traktus gastrointestinal, epitel saluran
pernafasan, dan jaringan tiroid (endotermal) (Ginting M,2010).
2.5 Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Foliker de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit mature. Foliker yang ruptur
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula – mula akan membesar
kemudian secara bertahap akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang
berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang – kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk
FSH dan HCG (Wiknjosastro H,2011).
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia
tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan
kadang – kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, hcg
menyebabkan kondisi yang disebut hiperrreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan
LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom
hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplastik dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitek permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel – folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2 – 5 mm, seperti terlihat dalam sonogram
(Wiknjosastro H,2011).
2.7 Diagnosis
A. Anamnesa
Diagnosis dimulai dari anamnesa berdasarkan keluhan pasien. Banyak
tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil. Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan perut. Rasa sakit
atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut akan
bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa
penuh di perut. Tekanan terhadap organ-organ di sekitarnya dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi, dan defekasi. Dapat terjadi
penekanan terhadap kandung kemih sehingga frekuensi berkemih menjadi
sering.
Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus
terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi yang
sering. Pasien juga mengeluhkan ketidaknyamanan dalam coitus, yaitu pada
penetrasi yang dalam. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak adanya nafsu
makan dan rasa enek serta sesak. Pada umumnya tumor ovarium tidak
mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut mengeluarkan hormon.
Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal dapat
terjadi. Pada anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.
Polikistik ovari menimbulkan sindroma polikistik ovari, terdiri dari
hirsutism, infertilitas, aligomenorrhea, obesitas, dan acne. Pada keganasan
dapat ditemukan penurunan berat badan yang drastis.
B. Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada
wanita premenopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini
adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi
sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan
massa umumnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong pada satu sisi.
Dapat juga teraba massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum
uterosakral, ini merupakan keganasan endometriosis. Pada perkusi mungkin
didapatkan asites yang pasif.
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer antigen
125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium
normal dan karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah
kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma
epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan meningkat pada kasus jinak
dan pada 6% pasien sehat.
b. Laparoskopi
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat – sifat
tumor.
c. Ultrasonografi
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga
perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang utama
untuk kista ovarium. Kista simpleks bentuknya unilokular, dindingnya tipis,
satu cavitas yang didalamnya tidak terdapat internal echo. Biasanya jenis
kista seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista fungsional, kista luteal atau
mungkin juga kistadenoma serosa atau kista inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke dalam
lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista neoplasma
benigna. USG sulit membedakan kista ovarium dengan hidrosalfing,
paraovarian dan kista tuba. USG endovaginal dapat memberikan pemeriksaan
morfologi yang jelas dari struktur pelvis. Pemeriksaan ini tidak memerlukan
kandung kemih yang penuh. USG transabdominal lebih baik dari endovaginal
untuk mengevaluasi massa yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti
ginjal, hati, dan ascites. Ini memerlukan kandung kemih yang penuh.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.2. Definisi kanker ovarium
Kanker ovarium adalah sebuah penyakit sel tumor ganas didalam
ovarium . Merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan pada
organ reproduksi wanita. Dikarenakan jaringan di dalam ovarium dan
kompleksitas fungsi endokrin, sulit mendeteksi apakah tumor tersebut jinak
atau ganas. Saat diagnosis, mayoritas sel kanker sudah menyebar ke organ
disekitarnya (Anonim, 2014).
1). Umur
Kanker ovarium dapat terjadi pada semua golongan umur, bahkan balita
dan anak-anak, tetapi jumlah temuan kasus baru paling besar terjadi pada
rentang umur 40-70 tahun. Risiko tumor ovarium untuk menjadi keganasan
juga meningkat seiring bertambahnya usia, dengan resiko 13% pada wanita
premenopause dan 45% pada wanita postmenopause (Fauzan, 2009). Seiring
dengan di mulainya usia reproduksi, maka mulai terjadi berbagai masalah
dengan kesehatan reproduksi (Manuaba, 2009).
2). Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki
oleh seorang wanita. Dalam paritas terjadi pelepasan sel ovum dari ovarium
sehingga menyebabkan produksi estrogen untuk poliferasi epitel ovarium.
Beberapa hipotesis mengungkapkan bahwa tingginya paritas justru menjadi
faktor proktetif terhadap kanker ovarium, salah satunya adalah hipotesis
incessant ovulation yang menyebutkan bahwa pada saat terjadinya ovulasi
akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk proses perbaikan
kerusakan ini diperlukan waktu tertentu. Apabila kerusakan epitel ini terjadi
berkali-kali terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai, atau
dengan kata lain masa istirahat sel tidak adekuat, maka proses perbaikan
tersebut akan mengalami gangguan sehingga dapat terjadi transformasi
menjadi sel-sel neoplastik. Hal ini dapat menjelaskan bahwa wanita yang
memiliki paritas > 2 kali akan menurunkan risiko kanker ovarium.
3). Menarche
4.3. Patofisiologi
Gejala kanker ovarium bisa berupa rasa tidak nyaman yang samar
samar pada perut bagian bawah. Ovarium yang membesar pada wanita pasca
menopause bisa juga menjadi pertanda awal dari kanker ovarium. Hal ini di
sebabkan oleh terkumpulnya cairan dalam perut. Saat itu, penderita mungkin
akan merasakan nyeri pada panggul, anemia, dan berat badan yang menurun.
Terkadang, kanker ovarium melepaskan hormon yang menyebabkan
pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara, dan
peningkatan perumbuhan rambut (Pratyitno, 2014).
Kebanyakan wanita dengan kannker ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa :
a). Jika sudah menekan rektum atau kandung kemih mungkin terjadi
Tahapan IA: tumor terbatas di satu ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor di
permukaannya, kapsul tumor utuh, tidak ada sel tumor di cairan ascites atau
bilasan cairan di rongga selaput perut (peritoneum);
Tahapan IB: tumor terbatas di dua ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor di
permukaannya, tidak ada sel tumor di ascites atau bilasan rongga ovarium
Tahapan IC: Tumor terbatas di satu atau dua ovarium dengan salah satu
faktor yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor di permukaan ovarium,
ada sel tumor di cairan ascites ataupun di bilasan cairan rongga peritoneum.
Tahapan II, Tumor di satu atau dua ovarium dengan perluasan di rongga
pelvis: Tahapan IIA: Tumor meluas ke rahim (uterus) dan atau ke saluran
(tuba)
Tahapan IIC, Perluasan ke pelvik (IIA atau IIB) dengan sel tumor di cairan
ascites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.
Tahapan III, Tumor terdapat di satu atau dua ovarium disertai perluasan
tumor di rongga peritoneum di luar pelvik dan atau penyebaran (metastase)
kelenjar getah bening regional:
4.7. Diagnosis
Onset yang tiba-tiba dari kanker ovarium menandakan tidak ada gejala awal
kanker ovarium. Gejala simtomatik meliputi rasa tidak nyaman pada
abdomen, dyspepsia, dan gejala gangguan ringan abdominal lainnya yang
timbul beberapa bulan sebelum diagnosis. Diagnosis pada stadium dini sulit
diketahui secara pasti. Sebab, kanker ini baru menimbulkan gejala setelah
mencapai stadium lanjut. Dan, gejalanya pun menyerupai beberapa penyakit
lainnya. Pada pemeriksaan fisik, lingkar perut penderita akan bertambah dan
ditemukan asites, yaitu penimbunan cairan di dalam rongga abdomen
(Prayitno, 2014).
4.8. Pencegahan
4.9. Pengobatan
BAB V
KESIMPULAN
Kista ovarium (kista indung telur) merupakan kantung berisi cairan yang
tumbuh dalam ovarium. Kista ovarium ditemukan pada USG transvaginal
pada hampir semua wanita premenopause dan mencapai 18% wanita
postmenopause. Sebagian besar kista ini merupakan kista fungsional dan
jinak. Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan
pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri.
Penyebab dari kista ovarium belum diketahui secara pasti, terdapat beberapa
faktor pendukung antara lain, gangguan hormon, faktor genetik, dan
infertilitas.
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kista non-neoplastik dan kista neoplastik. Kebanyakan kista ovarium
tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau keluhan. Keluhan biasanya muncul
jika kista sudah membesar dan mengganggu organ tubuh yang lain. Gejala
umum termasuk nyeri panggul bawah sebelah atau nyeri perut bawah, sering
menjalar ke belakang. Kista juga dapat membuat siklus haid terasa sangat
nyeri. Nyeri biasanya meningkat dengan coitus.
USG adalah alat diagnostik imaging yang utama untuk kista ovarium.
Banyak pasien dengan kista ovarium simple berdasarkan penemuan USG
tidak membutuhkan pengobatan. Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium
simpleks persisten yang lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks.
Prognosis dari kista jinak sangat baik.
Tumor ovarium adalah sebuah proses penumbuhan jaringan baru yang
berasal dari ovarium baik yang bersifat jinak maupun ganas. Beberapa
literatur menggolongkan kista sebagai tumor namun beberapa literatur lain
memisahkan antara tumor dengan kista. Berdasarkan tingkat keganasannya,
kista dibedakan menjadi dua macam, yaitu kista nonneoplastik dan kista
neoplastik Pemeriksaan untuk kista dapat di lakukan dengan USG dan dengan
pemeriksaan lab. Penatalaksanaan pada tumor ovarium adalah operasi.
Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalu screening USG umumnya
dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm baik dengan gejala maupun
tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi anatomi untuk
memastikan keganasan sel dari tumor tersebut. Prognosis kista jinak sangat
baik, namun pada keganasan ovarium, angka harapan hidup 5 tahun hanya
mencapai 46%
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Gejala, Tanda Peringatan Dini, dan Faktor Risiko Kanker
Ovarium http://www.gejala-tanda-peringatan-dini-dan-faktor-risikokanker-
ovarium.htm ( diakses 2 oktober 2014)
Chyntia, Erlyn. 2009. Pahami kista anda akan terbebaskan. Cet I; Yogyakarta,
Maximus.
Linawati, Lely. 2013. tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang kista
ovarium di desa jabung sragen pada tahun 2013.
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/7/01-gdl-lelylinawa337-
1-ktileli-9.pdf ( diakses tanggal 22 agustus 2014).
Mitchell RN, et al. Traktus Genitalia Wanita. Dalam: Buku Saku Dasar Patologis
Penyakit. Ed.7., Jakarta, EGC, 2006; 621–6.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurcahyo, Jalu. 2010. Awas Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara. Cet.1.
Yogyakarta: Wahana Totalita Publisher. Prawirohardjo, sarwono. 2008.
Ilmu Kandungan. Edisi 2. Cetakan IV. Jakarta: YPB-SP. Prayitno, Sunyoto.
2014. Kesehatan Organ Reproduksi Wanita. Cet I; Jakarta, Saufa.