Aneurisme Aorta
Oleh
Tri Ayati
21360093
Preceptor:
Referat:
Aneurisma Aorta
Oleh:
Tri Ayati S.Ked (21360093)
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian Kepaniteraan
Klinik Ilmu Penyakit Bedah, Rumah Sakit Umum Daerah Jendral Ahmad Yani Kota Metro,
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, Periode 11 Juli – 17 September 2022.
I
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan referat ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Rony Oktarizal, Sp.B selaku preceptor yang
telah memberikan bimbingan selama penyusunan referat ini, serta semua pihak yang telah
membantu hingga selesainya referat ini.
Penulis telah berusaha untuk menyempurnakan karya tulis ini dengan baik. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi yang
membacanya.
II
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan································································ i
Kata Pengantar······································································· ii
Daftar Isi············································································ iii
2.2.1 Definisi......................................................................................................................... 3
2.2.2 Epidemiologi................................................................................................................ 3
2.2.3 Klasifikasi ........................................................................................ ... 4
2.2.4 Etiologi............................................................................................... ... 6
2.2.7 Diagnosis............................................................................................ 10
2.2.8 Penatalaksanaan................................................................................... 12
2.2.9 Prognosis............................................................................................ 15
III
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
aorta), yang meningkatkan risiko robek dan perdarahan ke dindingnya (yaitu, diseksi)
atau ke jaringan sekitarnya. Diseksi atau ruptur aneurisma aorta mungkin terjadi dalam
situasi, seperti olahraga, di mana ada peningkatan mendadak dalam tekanan darah
diameter lebih dari 50% atau lebih dibandingkan dengan pembuluh darah didekatnya
proteolitik, disertai dengan peningkatan lapisan kolagen, hilangnya lapisan otot halus di
lamina media, serta penyebaran luas infiltrasi sel-sel radang. Hal ini dapat terjadi karena
proses atheroskelrosis pada usia 65 tahun dan laki lebih banyak daripada perempuan 6:1.
Faktor risiko utama sebagai penyebab adalah hipertensi. Penyebab lain adalah trauma
septik, dan kelainan bawaan seperti pada aneurisma thorakalis. Rekontruksi bedah
vaskular ditunjukan untuk mengembalikan fungsi secara anatomis aliran darah kedistal/
2) Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Kepanitraan Klinik Ilmu bedah Rumah Sakit Umum Daerah
2. Unutk menambah pengetahuan bagi penulis dan bagi orang lain yang membacanya
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aorta
2.1.1 Anatomi
liter darah ke tubuh. Hal ini dibagi oleh diafragma menjadi aorta toraks
dan abdominal (Gambar 1). Dinding aorta secara histologis terdiri dari
tiga lapisan: tunika intima yang dilapisi oleh endotelium; tunika media
yang tebal ditandai oleh lembaran konsentris serat elastis dan kolagen;
gambar 1
gambar 2
2.2.1 Definisi
Aneurisma aorta mengacu pada dilatasi patologis segmen aorta yang
50% lebih besar. Aneurisma aorta dijelaskan dalam hal ukuran, lokasi,
2.2.2 Epidemiologi
lebih sering terjadi pada pria daripada pada wanita, dengan tingkat prevalensi
diperkirakan 1,3-8,9% pada pria dan 1,0-2,2% pada wanita. Namun, aneurisma
3
aorta thorakal (TAA) diperkirakan memiliki insiden setidaknya 5-10 per
aneurisma aorta ascending, yang paling umum (60%), diikuti oleh aneurisma
meluas secara distal untuk melibatkan aorta abdominal ( Atul et al, 2014).
2.2.3 Klasifikasi
yaitu “true aneurysm” yang mencakup ketiga lapisan dinding arteri dan
2021 ).
dilatasi yang terjadi difus, dan sakular yaitu dilatasi terjadi secara
et al, 2021 ).
4
Berdasarkan letak yang tersering aorta torasika dan aorta abdominalis.
Aneurisma torasika dapat menyerang aorta torasika desenden dibawah arteri
subklavia kiri, aorta asenden diatas katup aorta, dan arkus aorta. Aorta
desenden paling sering terserang. Aoneurisma aorta abdominal dibagi
menjadi aneurisma aorta infrarenal ---aneurisma mengenai sebagian
segmen aorta dibawah arteri renalis; aneurisma aorta juxtarenal—
mengenai seluruh segmen aorta dibawah arteri renalis; aneurisma aorta
pararenalis--sampai mengenai pangkal arteri renalis; aneurisma aorta
suprarenalis—aneurisma meluas sampai diatas artei renalis. Pada aneurisma
aorta abdominal lokasi tersering adalah infrarenal (Gloviczki, P & Ricotta, JJ,
2007).
gambar 4 Tipe aneurisma aorta abdominal. I) Infrarenalis; II) Juxtarenalis; III) Pararenalis; IV)
Suprarenalis. ( diambil dari Sabiston Textbook of Surgery)
5
2.2.4 Etiologi
bawaan, atau dapat terjadi dalam kondisi seperti sindrom Marfan (tetapi dalam
kasus Sindrom Marfan sering muncul lebih lambat dari ascending aneurisma
aorta).
2. Aneurisma Toraks
Ada lebih banyak penyebab potensial untuk TAA daripada AAA. Penyebab
TAA /diseksi familial (misalnya, katup aorta bicuspid dan koarktasio aorta);
hipertensi; trauma mekanis; dan kondisi inflamasi (misalnya, arteritis giant cell,
tanpa gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan
normal, tetapi penyakit arteri oklusif pada renal atau ekstremitas bawah sering
6
ditemukan pada 25% kasus. Aneurisma arteri popliteal terdapat pada 15%
dengan sebab yang belum diketahui. Pada pasien ini terdapat demam ringan,
peningkatan laju endap darah, dan riwayat infeksi saluran pernapasan atas yang
baru saja; pasien sering sebagai perokok aktif. Infeksi aneurisma aorta (baik
dikarenakan oleh emboli septik atau kolonisasi bakteri aorta normal dari
aneurisma yang ada) sangat jarang terjadi tetapi harus diperkirakan pada pasien
punggung, abdomen, dan flank serta hipotensi. Ruptur posterior terbatas pada
7
stridor, atau batuk akibat penekanan pada trakhea, disphagia akibat penekanan
sinistra, atau edema leher dan lengan akibat penekanan pada vena cava
superior. Regurgitasi aorta karena distorsi anulus valvula aortikus dapat terjadi
2.2.6 Patofisiologi
peredaran darah. Ekstremitas bawah memiliki tahanan arteri yang terbesar, dan
trauma yang berulang sebagai cerminan gelombang arterial pada distal aorta
aneurisma (Wassef,2001).
destruksi elastin dan kolagen pada tunika media dan adventitia, hilangnya sel
otot polos tunika media dengan penipisan dinding pembuluh, dan infiltrat
8
limfosit dan makrofag transmural. Atherosclerosis adalah gambaran utama
aneurisma melibatkan proses yang komplek dari destruksi tunika media aorta
dan jaringan penyokongnya melalui degradasi elastin dan kolagen. Pada model
tersebut, sebaik yang telah dipelajari juga pada jaringan aorta manusia,
berasal dari makrofag dan sel otot polos aorta, memainkan peran terintegrasi
(gelatinase B), dan MMP-12 (elastase makrofag) juga meningkat pada jaringan
MMP-2 pada pembentukan awal aorta. Terakhir elastase MMP-9 yang dapat
diinduksi meningkat pada jaringan aorta, juga pada serum pasien aneurisma.
9
biologis yang menginisiasi proteolitik enzim pada aorta belum diketahui
(Wassef,2001).
2.2.7 Diagnosis
1) Ultrasonografi adalah alat yang sangat baik untuk skrining, tanpa resiko
10
perkiraan diameter yang terlalu tinggi. Dianggap sebagai 'standar emas'
mendeteksi.
tinggi
11
2.2.8 Penatalaksanaan
1) Farmakoterapi :
atau kurang
manajemen medis pada populasi ini adalah kematian 100% dari waktu ke
waktu sebagai konsekuensi dari pecahnya aorta. Selain itu, pasien ini
b. Intervensi Bedah
1. Transperitoneal Approach
arteri renali, dan kedua arteri iliaca. Dibuat midline incision abdomen
dari xiphoid sampai pubis, panjang insisi tergantung dari besar aneurisme
14
b. Aneurisma aorta Thoracica
Indikasi untuk pembedahan meliputi adanya gejala, ekspansi cepat, atau
ukuran yang lebih besar dari 5 cm. Risiko operasi dari kondisi komorbid harus
pulmonal dan manajemen nyeri postoperatif yang lebih ekstensif. Adanya nervus
laryngeus recurrent, nervus phrenicus, dan arteria subklavia membuat trauma terhadap
bangunan tersebut menjadi mungkin. Arteria radicularis major muncul dari arteri
intercostalis antara T8 dan L1 dan sebagai arteri medulla spinalis yang dominan pada
80% pasien, menunjukkan adanya risiko paraplegi selama repair aneurisma thoracica.
stent graft untuk perbaikan dari aneurisma arkus dan thorakoabdominal (Tseng, 2009).
2.2.9 Prognosis
Outcome biasanya baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman sebelum ruptur. Kurang dari 50% dari pasien bertahan dari ruptur
aneurisma abdominal. Mortalitas setelah open elective atau endovascular repair adalah
1-5%. Pada umumnya pasien dengan aneurisma aorta yang lebih besar dari 5 cm
mempunyai kemungkinan tiga kali lebih besar untuk meninggal sebagai konsekuensi
dari ruptur dibandingkan dari reseksi bedah. Survival rate 5 tahun setelah tindakan
Kesimpulan
Aneurisma aorta yaitu dilatasi patologis segmen aorta yang memiliki kecenderungan untuk
mengembang dan pecah dengan peningkatan diameter setidaknya 50% lebih besar. Berdasarkan
letak yang tersering aorta torasika dan aorta abdominalis. Aneurisma terbentuk secara
perlahan selama beberapa tahun dan sering tanpa gejala. Jika aneurisma mengembang secara
cepat, maka terjadi robekan (ruptur aneurisma), atau kebocoran darah disepanjang dinding
pembuluh darah ( aortic dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba seperti nyeri midabdominal
atau punggung bawah atau keduanya dan adanya pulsasi aorta prominen dapat
punggung, atau leher. Yang lainnya menderita dispneu, stridor, atau batuk akibat penekanan
pada trakhea, disphagia akibat penekanan pada esophagus, hoarseness akibat penekanan pada
nervus laryngeus recurrent sinistra, atau edema leher dan lengan akibat penekanan pada vena
cava superior. Computed tomography (CT) memberikan pencitraan yang sangat baik dari
aorta, dengan reproduktifitas pengukuran diameter yang lebih besar daripada USG, dan tetap
menjadi alat penting dalam screening. Penatalaksanaan seperti antihipertensif , analgesik, dan
pembedahan yang dilakukan jika pengobatan farmakoterapi tidak berhasil untuk mencegah
Rahimi, 2016 ).
16
DAFTAR PUSTAKA
Atul Mathur, Varun Mohan, Deepak Ameta, Bhardwaj Gaurav, Pradeep Haranahalli J Transl Int Med.
2016 Apr 1; 4(1): 35–41.
Gloviczki, P & Ricotta, JJ. Aneurysmal Vascular Disease. In Sabiston Textbook of Surgery.18thed.2007.
Jonathan K. Ehrman, PhD; Antonio B. Fernandez, MD; Jonathan Myers, PhD; Paul Oh, MD; Paul D.
Thompson, MD; Steven J. Keteyian, PhD (2020). Journal of Cardiopulmonary Rehabilitation
and Prevention 2020;40:215-223
Kadoglou, NP & Liapis, CD. Matrix Metalloproteinases: Contribution to Pathogenesis, Diag: Pathogenesis
of Abdominal Aortic Aneurysm. 2004. http://www.medscape.com/viewarticle/475262_2. Diakses
tanggal 22 Juli 2022
Puruhito, (2016) Buku Ajar Primer: Ilmu Bedah Thoraks, Kardiak, Dan Vaskular. 1 ed. Surabaya:
Airlangga University Press
Raimund Erbel, Victor Aboyans, Eduardo Bossone (2014) ESC Guidelines on the diagnosis and
treatment of aortic diseases. European Heart Journal. 2873–2926 doi:10.1093/eurheartj/ehu281
Tracci MC, Cherry KJ. Section XII: Vascular. Chapter 61: The Aorta. In: Townsend CM, Beauchamp
RD, Evers BM, Mattox KL.Sabiston Textbook of Surgery. 20th ed. Philadelphia: Elsevier;
2021. p.1774
17