Oleh :
AHMAD AL FARUQI
NIM. 2208438076
Pembimbing :
dr. Ramzi Asrial, SpB,Subsp.BVE(K)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “DEEP VEIN
THROMBOSIS”.
yang telah membimbing saya dalam menyusun dan menyelesaikan referat ini. Referat ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik dibagian Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Saya
menyadari bahwa penyusunan referat ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan referat ini, saya
mengharapkan masukan, kritikan, dan saran yang bersifat membangun ke arah perbaikan
dan penyempurnaan.
Akhir kata, semoga referat deep vein thrombosis ini dapat memberikan manfaat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Batasan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan…...........................................................................................2
1.4 Metode Penulisan..............................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Trombosis vena dalam atau Deep vein thrombosis (DVT) adalah masalah yang
berkaitan dengan pembuluh darah akibat dari adanya masalah pada pembentukan bekuan
darah di pembuluh vena dalam pada sirkulasi sistemik. DVT merupakan kasus yang biasa
terjadi. Sekitar 900.000 orang terdiagnosa DVT setiap tahunnya, dimana kurang lebih satu
dari dua puluh warga Amerika mengalami DVT seumur hidupnya. 1 DVT juga merupakan
kasus kardiovaskuler terbesar ketiga di Inggris setelah penyakit jantung koroner dan stroke.2
Insiden DVT meningkat 30 kali lipat dibanding dekade yang lalu. Insiden tahunan DVT di
ketidakseimbangan dalam 3 komponen trias Virchow, yaitu dari pembuluh darah, aliran darah
dan komponen pembekuan darah. Risiko tromboemboli pada pasien gagal jantung kongestif
dapat mencapai 70% dan 25% pada infark miokard akut dan lebih dari 50% pasien dengan
stroke iskemik akut. Pada pasien yang menjalani operasi, risiko terjadi DVT sekitar 30% di
Eropa dan 16% di Amerika Serikat. Pada pasien yang menjalani operasi panggul atau lutut,
kejadian DVT berkisar 45 – 70 %.4 DVT pada ekstremitas bawah biasanya berawal di vena
betis, 10-20 % trombosis menjalar ke proksimal dan 1-5% berkembang menjadi emboli paru.
Pada kasus-kasus yang mengalami trombosis vena perlu pengawasan dan pengobatan yang
atau fraktur pada ekstremitas bawah, keganasan, penggunaan kontrasepsi oral atau terapi
sulih hormon, riwayat stroke serta dengan kelainan darah memiliki faktor risiko terjadinya
DVT.
1
Untuk meminimalkan resiko fatal terjadinya emboli paru diagnosis dan panatalaksanaan yang
tepat sangat diperlukan. Tujuan dari farmakoterapi untuk DVT adalah untuk mengurangi
morbiditas, mencegah sindrom pascatrombosis (PTS), dan mencegah trombo- emboli paru.
Rudolf Virchow mengemukakan tiga prasyarat trombogenesis: Stasis dari aliran darah,
abnormalitas dinding pembuluh darah, dan hiperkoagulabilitas maka dari itu didapatkan
Terapi utama DVT adalah dengan antikoagulan dan trombolitik. Pengenalan gejala dini,
ketepatan diagnosis dan pengobatan yang tepat dari DVT dapat menyelamatkan banyak
Referat ini akan membahas mengenai anatomi pembuluh darah, anatomi vena
ekstremitas atas dan bawah, definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, faktor resiko,
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan Rumah Sakit Umum Daerah
Arifin Achmad.
Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu pada
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi pembuluh darah terbagi menjadi 2 yaitu pembuluh darah arteri dan
pembuluh darah vena, pembuluh darah membentuk jaringan pipa yang memungkinkan darah
mengalir dari jantung ke seluruh sel-sel hidup tubuh dan kemudian kembali ke jantung. Arteri
merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung keseluruh tubuh sedangkan
3
pembuluh darah vena merupakan pembuluh darah balik dari tubuh ke jantung. Sistem
peredaran darah dibagi menjadi sistem kardiovaskular, yang terdiri dari jantung, pembuluh
darah, darah, dan sistem limfatik. Arteri dan vena yang terus-menerus dengan satu sama lain
melalui pembuluh darah yang lebih kecil yaitu kapiler. Arteri cabang ekstensif untuk
membentuk jaringan progresif pembuluh kecil yang disebut dengan arteriol. Sebaliknya,
Vena yang berukuran kecil disebut venula. Pembuluh darah utama terdiri dari trunkus
pulmonalis, trunkus aorta dan cabang-cabangnya, vena kava superior, inferior dan cabang-
cabangnya.6
Vena ekstremitas atas terdapat 2 bagian yaitu kondisi primer dan sekunder, primer
kateter vena, kanker, kehamilan, trauma atau operasi diarea ekstremitas atas. Ada dua batang
utama vena superfisial, vena sefalika dan basilika. Vena sefalika berjalan pada sisi radial
(ventral) lengan bawah dan pada aspek lateral biseps ke alur deltopektoralis untuk bergabung
dengan vena aksilaris. Vena basilika terletak di sisi ulnaris (ventral) lengan bawah dan
4
melintasi posterior siku untuk bergabung dengan vena brakialis di bagian tengah lengan.
Dengan lengan terentang, vena basilika lebih dekat ke tubuh, dan kepala lebih dekat ke
kepala. Ada serangkaian vena asendens aksesori yang paralel dengan batang tubuh utama dan
Superfisial vena
Deep vena
Perforator vena
5
2.3 Definisi Deep Vein Thrombosis
mekanisme refluks vena.20 DVT biasanya melibatkan sistem vena ekstremitas bawah, dengan
pembentukan gumpalan yang berasal dari vena betis dalam dan menyebar ke proksimal.21
Deep Vein Thrombosis (DVT) adalah bekuan darah yang terbentuk di dalam vena dalam,
biasanya di tungkai, namun dapat juga terjadi di lengan, vena mesenterika, dan serebral. Deep
Deep Vein Thrombosis (DVT) akut menghasilkan obstruksi aliran darah vena dari
ekstremitas atas, ektremitas bawah, vena serebral, vena spanknik 8. DVT yang paling banyak
terjadi pada ektremitas bawah9. DVT dari ekstremitas bawah dibagi menjadi dua kategori,
yaitu trombosis vena distal, di mana trombus tetap terbatas pada vena betis dalam dan
trombosis vena proksimal, dimana trombosis melibatkan vena poplitea, femoralis, atau vena
iliaka. Trombosis vena proksimal lebih penting secara klinis, karena lebih sering dikaitkan
2.4 Epidemiologi
DVT tahunan yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin sebesar 122 per 100.000
orang-tahun (DVT, 56 per 100.000). Penelitian ini juga menunjukkan tingkat penyesuaian
usia yang lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita (134 berbanding 115 per 100.000).
Kasus insiden, atau DVT pertama kali, diperkirakan terjadi pada sekitar 250.000 orang kulit
putih AS setiap tahun. Bila dibandingkan dengan populasi ras lain, orang kulit putih memiliki
insiden DVT yang lebih rendah daripada orang Afrika-Amerika (104 berbanding 141 per
100.000) dan insiden DVT yang lebih tinggi daripada gabungan penduduk Hispanik dan
6
Asia/Pasifik (104
7
berbanding 21 per 100.000). Total kasus DVT baru di Amerika Serikat berjumlah lebih dari
275.000. Namun, masalah DVT tidak hanya terjadi di Amerika Serikat; itu adalah masalah
global. Perkiraan DVT di seluruh Uni Eropa adalah 684.019 kasus DVT, dan 543.454
2.5 Etiologi
Sebagian besar deep venous thrombosis (DVT) terjadi di ekstremitas bawah, lokasi
lainnya seperti ekstremitas atas, pelvic veins, bahkan vena-vena cerebral. DVT merupakan
pembentukan bekuan darah pada lumen vena dalam (deep vein) yang diikuti oleh reaksi
inflamasi dinding pembuluh darah. DVT disebabkan oleh disfungsi endotel pembuluh darah,
hiperkoagulabilitas dan gangguan aliran darah vena (stasis) yang dikenal dengan trias
virchow. Bekuan darah yang bergerak melewati aliran darah disebut dengan emboli.
Emboli tersebut dapat terjebak di dalam pembuluh darah otak, paru-paru, jantung atau daerah
lainnya
2.6 Patofisiologi
terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding pembuluh darah, perubahan
aliran darah dan perubahan daya beku darah. Trombosis vena adalah suatu deposit
intravaskuler yang terdiri dari fibrin, sel darah merah dan beberapa komponen trombosit dan
leukosit.8
8
9
Patogenesis terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut:
1. Stasis vena
Cedera vena mekanik jelas berperan dalam trombosis yang berhubungan dengan
trauma vena langsung, hip artroplasti, dan kateter vena sentral. Kanulasi vena sentral
sebagian besar bertanggung jawab atas peningkatan insiden trombosis ekstremitas atas,
sedangkan cedera vena bertanggung jawab atas pengamatan bahwa 57% trombus yang terjadi
setelah artroplasti pinggul muncul dari vena femoralis daripada tempat biasa di betis. Namun,
pentingnya cedera vena mekanik dalam situasi lain dipertanyakan. Misalnya, cedera vena
tidak dapat menjelaskan pengamatan bahwa trombosis pada pasien trauma lebih sering
1. Statis Vena
Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama pada
daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama. Stasis ini
faktor pembekuan yang aktif. Trombosis vena biasanya dimulai di tempat yang mengalami
stasis, misalnya pada daerah antara dinding vena dan katup, yang disebut valve-pocket
thrombi.8
Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel. Endotel yang
utuh bersifat non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan beberapa substansi seperti
10
Apabila endotel mengalami kerusakan, maka jaringan sub endotel akan terpapar.
Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan sistem pembekuan darah. Keadaan ini
akan menyebabkan sistem pembekuan darah diaktifkan dan trombosit akan melekat pada
jaringan sub endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan mikro-fibril. Trombosit
yang melekat ini akan melepaskan adenosin difosfat dan tromboksan A2 yang akan
merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk berubah bentuk dan saling melekat.
Perlekatan ini disebut disebut agregasi. Trombosit yang beragregasi ini akan melepaskan lagi
ADP dan TxA2 yang akan merangsang agregasi lebih lanjut. Kerusakan endotel juga akan
mengaktifkan sitem pembuluh darah. Aktifasi sistem pembekuan darah baik melalui jalur
intrinsik maupun ekstrinsik akan menghasilkan trombin. Trombin ini akan mengubah
fibrinogen menjadi fibrin yang akan menstabilkan massa trombosit sehingga terbentuk
thrombus.8
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan darah dan
Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas pembekuan darah
Faktor risiko DVT harus dicari pada semua pasien diantaranya adalah4:
11
g. Riwayat penggunaan kontrasepsi oral atau terapi sulih hormon
12
h. Kehamilan atau postpartum 6 bulan sebelumnya
i. Riwayat stroke
j. Riwayat penggunaan pace maker jantung
k. Riwayat naik pesawat terbang dalam jangka waktu yang lama
l. Riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah
Tingginya insiden DVT akut pada pasien rawat inap, ketersediaan tes diagnostik objektif,
dan adanya uji klinis mengevaluasi tindakan profilaksis telah memungkinkan identifikasi
kelompok berisiko tinggi dalam populasi ini. Faktor risiko DVT akut kurang didefinisikan
dengan baik dalam studi berbasis populasi. Perbedaan substansial, bagaimanapun, telah
dicatat dalam distribusi faktor risiko antara pasien rawat inap dan pasien rawat jalan.
Keganasan, pembedahan, dan trauma dalam 3 bulan sebelumnya tetap merupakan faktor
risiko signifikan untuk DVT rawat jalan, tetapi frekuensi pembedahan dan keganasan bahkan
lebih tinggi di antara pasien rawat inap dengan DVT. Sekitar 47% pasien rawat jalan dengan
DVT yang terdokumentasi memiliki satu atau lebih faktor risiko yang diketahui.8
13
2.8 Diagnosis
Semua gejala dari DVT adalah bengkak, nyeri, kemerahan, dilatasi vena superfisialis
dan Homan’s sign tidak spesifik dan tidak cukup kuat untuk menyingkirkan atau
cara ini sangat akurat tetapi memerlukan fasilitas radiologi dan ahlinya, bersifat invasif dan
tidak nyaman bagi pasien. Vena yang tidak dapat ditekan dengan ultrasonografi merupakan
keterbatasan pada thrombosis vena femoralis di groin atau trombosis vena poplitea di daerah
fossa poplitea. Test ini memiliki sensitifitas dan spesifisitas 95 – 100% pada DVT
Untuk dapat menyingkirkan adanya DVT dengan cepat dan aman penggunaan test clinical
probability dan D-dimer sangat mambantu. Clinical probability dapat dinilai dengan
menggunakan tabel dibawah ini dengan kemungkinan hasil DVT likely atau DVT unlikely
dan PE likely atau PE unlikely. D-dimer merupakan produk dari degradasi cross-linked
fibrin, oleh karena itu D-dimer yang rendah dapat membantu untuk menyingkirkan adanya
trombosis.Pada kondisi normal hasil D-dimer akan tinggi pada pasien dengan usia diatas 70
tahun, oleh karena itu test ini kurang bermanfaat pada populasi umur tersebut. Sebanyak 30 –
50% pasien yang dirujuk dengan kecurigaan DVT ternyata mimiliki clinical probability
unlikely dan D-dimer normal sehingga pemeriksaan DVT lebih lanjut dapat ditunda dan
14
1. Predictive Clinical Model (Kriteria Wells)
Model yang paling umum dipakai adalah model yang dikembangkan oleh Wells.
Berdasarkan atas presentasi klinis dan faktor risiko penderita dibagi menjadi tiga kelompok
seperti low, moderate dan high probability. Kelompok dengan high probability mempunyai
risiko thrombosis 85%, kelompok moderate probability mempunyai risiko 33% dan low
2. D-dimer
D-dimer merupakan hasil dari degradasi cross-linked fibrin oleh plasmin. Test ini
menunjukkan aktivitas secara umum dari koagulasi dan fibrinolisis. Merupakan biomarker
yang terbaik dari suatu DVT. Kombinasi dari clinical probability model dan test D-dimer
dapat menyingkirkan sebanyak 25% pasien yang dengan gejala klinis meyerupai DVT tanpa
perlu pemeriksaan lebih lanjut. Bahkan pada pasien dengan DVT yang rekuren kombinasi ini
(clinical probability dan D-dimer) terbukti cukup baik untuk menyingkirkan adanya
8,10
trombosis, terutama pada pasien dengan clinical prtetest probabilitynya yang rendah.
15
Pemeriksaan D-dimer sangat sensitif (nilainya sampai 95%) tetapi spesifisitinya rendah.
Nilai negative prediction value D-dimer adalah hampir 100%. Oleh karena itu hasil test D-
dimer yang negatif sangat baik untuk menyingkirkan DVT. Hasil positif palsu dari D-dimer
adalah pada inflamasi, kehamilan, malignansi, usia tua dan kehamilan. Peningkatan D-dimer
dapat dipakai seagai prediksi outcome yang buruk pada anak-anak dengan kejadian trombosis
yang akut. Negatif palsu dari D-dimer juga bisa terjadi pada penderita yang menggunakan
heparin. Oleh karena itu disarankan untuk test D-dimer sebaiknya dilakukan sebelum
8,10
memberikan heparin.
3. Duplex ultrasonography
likely. Bersifat non-invasive, aman, mudah didapat, dan relatif murah. Kriteria ultrasonografi
mayor adanya trombosis adalah gagalnya penekanan lumen vena dengan tekanan yang cukup
dengan probe USG. Keunggulan lain dari venous ultrasound ini adalah dapat mendeteksi
adanya Baker’s cyst, hematoma dalam otot atau di daerah yang lebih superfisialis,
16
lymphadenopathy, aneurisma femoralis, tromboplebitis superfisialis dan abses. Pengunaan
alat ini memiliki keterbatasan untuk mendeteksi trombus didaerah distal. Penekanan vena
dengan probe USG ini memiliki kekurangan pada pasien-pasien yang gemuk, edema, dan
nyeri di lokasi vena yang diperiksa. Penggunaan alat USG yang lebih baru seperti
compression B-mode ultrasonography dengan atau tanpa color Duplex imaging mempunyai
sensitivitas 95% dan spesifisitas 96% untuk proximal DVT yang simtomatik. Trombosis di
betis memiliki sensitivitas 73%. Pemeriksaan ulang venous ultrasound hanya diindikasikan
pada pasien gejala DVT tetapi hasil pemeriksaan awal normal atau pada penderita yang
untuk pemeriksaan dengan metode tersebut atau fasilitas yang tidak tersedia. Serial ini tidak
4. Contrast venography
Venography merupakan test definitif untuk DVT, tetapi sangat jarang dikerjakan karena
17
test non-invasive seperti D-dimer dan venous ultrasound cukup baik dan akurat untuk
18
mendiagnosis DVT. Prosedurnya meliputi pamasangan kanul pada vena, penyuntikan kontras
bisanya contrast noniodinated seperti Omnipaque. Pemberian volume contrast yang cukup
8,10
banyak yang dilarutkan dengan normal salin menghasilkan test yang lebih baik.
Tanda utama yang ditemukan pada thrombosis vena ini adalah adanya filling defect
pada vena. Tanda lainnya adalah adanya tanda-tanda putusnya gambar kontrast pada vena
tiba- tiba. Pemeriksaan trombosis dengan metode ini bersifat invasive, nyeri, terpapar oleh
radiasi dan risiko alergi oleh karena kontras. Disamping itu bisa juga terjadi gangguan pada
ginjal akibat penggunaan kontras tersebut. DVT yang baru bisa juga di sebabkan oleh karena
prosedur venography tersebut yang kemungkinan besar disebabkan oleh iritasi dan kerusakan
endotel.
8,10
Penggunaan contrast yang nonionic mengurangi risiko reaksi alergi dan trombogeniknya.
5. MRI
Cara ini sangat sensitif untuk mendiagnosis DVT di daerah pelvis, DVT di daerah betis
dan DVT didaerah extremitas atas. Cara ini baik juga untuk menyingkirkan kemungkinan
19
penyakit lainnya pada pasien yang DVT. MRI merupakan test pilihan untuk mendiagnosis
20
DVT di daerah vena iliaka atau vena cava inferior pada saat computed tomography venography
merupakan kontraindikasi atau diperkirakan secara teknik mengalami kesulitan. Tidak ada
8,10
radiasi ion tetapi mahal, dan memerlukan ahli radiologi untuk interpretasinya.
Resiko rendah : Operasi minor pada pasien usia <40 tahun tanpa faktor resiko tambahan
Resiko sedang : Operasi minor pada pasien dengan faktor resiko tambahan, operasi bukan
mayor pada pasien 40-60 tahun tanpa faktor resiko tambahan, operasi mayor pada pasien <40
Resiko tinggi : Operasi bukan mayor pada pasien >60 tahun atau dengan faktor resiko
tambahan, operasi mayor pada pasien >40 tahun atau dengan faktor resiko tambahan
Resiko sangat tinggi : Operasi mayor pada pasien >40 tahun dengan + riwayat
tromboemboli vena, kanker, atau hypercoagulable state molecular, artroplasti panggul atau
obat penghambat trombin oral / oral vitamin k antagonis dan penghambat faktor Xa
merupakan obat yang efektif untuk mencegahan DVT. Beberapa studi melaporkan insiden
DVT dan PE termasuk PE yang fatal akan menurun dengan pemberian UFH dosis kecil.8
21
1. LMWH mempunyai keuntungan tambahan bila dibandingkan dengan UFH
LMWH dapat diberikan satu atau dua kali sehari tanpa perlu memonitor faal koagulasi.
Keuntungan lain seperti efek antikogulan yang dapat diprediksi, kadar LMWH dalam plasma
yang dosis dependen, waktu paruh yang panjang, kejadian perdarahan yang kecil, dan insiden
heparin induced thrombocytopenia (HIT) yang lebih kecil bila dibandingkan dengan UFH.8,10
Risiko osteoporosis yang terkait dengan heparin lebih rendah pada LMWH bila
dibandingkan dengan UFH hal ini disebabkan oleh karena LMWH tidak meningkatkan
jumlah dan aktivitas osteoklas. Bila dibandingkan UFH, LMWH mempunyai efek yang lebih
besar dalam menghambat faktor Xa, dan mempunyai efek yang lebih sedikit terhadap
antitrombin III (AT III) yaitu dengan menghambat trombin. Kontraindikasi pemberian
LMWH sebagai tromboprofilaksis adalah perdarahan intra kranial, perdarahan yang tidak
dapat dikontrol, dan injuri corda spinalis parsial yang berhubungan dengan hematoma pada
spinal.8,11
tromboprofilaksis DVT. Bekerja menghambat secara selektif faktor Xa dengan cara mengikat
antitrombin dengan afinitas yang tinggi. HIT tidak dilaporkan terjadi pada penggunaan
mempunyai respon yang dapat diprediksi. Pemantauan prothrombin time (PT) atau partial
adalah fondaparinux mempunyai efektivitas yang sama bahkan lebih baik daripada obat yang
ada sekarang, mempunyai kelebihan seperti risiko perdarahan yang lebih kecil, tidak perlu
Dabigatran merupakan obat penghambat trombin yang baru. Dabigatran diserap secara
cepat di saluran pencernaan dengan bioavailabilitas 5 - 6%. Mempunyai waktu paruh 8 jam
22
setelah dosis pertama dan waktu paruh dapat memanjang sampai 17 jam setelah diberikan
23
beberapa dosis dengan peningkatan kadar mencapai puncak dalam plasma dalam waktu 2
jam. Obat dieksresi melalui ginjal. Dabigatran mempunyai bioavailabilitas yang rendah,
mempunyai efek antikoagulan yang dapat diprediksi, dan tidak tidak memerlukan evaluasi
koagulasi. Dabigatran sudah mendapat persetujuan dalam prevensi VTE pada operasi
pada pasien dengan DVT Dabigatran mempunyai efektivitas yang sama dengan warfarin
dalam mencegah DVT yang berulang, dengan komplikasi perdarahan mayor yang berimbang
antara kedua kelompok, dan total kejadian perdarahan yang lebih rendah. Studi lain (RE-
enoxaparin subkutan sebagai tromboprofilaksis pada pasien yang akan menjalani total hip
arthroplasty (THA). Profilaksis dengan dabigatran 200 mg mempunyai efektivitas yang sama
onset yang cepat dan biovaibilitas yang tinggi (80%), serta waktu paruh 4 - 12 jam. Studi
LMWH, enoxaparin, fondaparinux, dan warfarin dalam mencegah VTE yang berulang. Hasil
dari studi RECORD fase III menunjukan rivaroxaban 10 mg lebih baik dari enoxaparin
sebagai profilaksis DVT pada operasi ortopedi. Obat ini juga mempunyai kelebihan seperti
merupakan obat oral dengan dosis sekali sehari dan tidak memerlukan pemantauan
laboratorium. Obat lain seperti apixaban dan edoxaban masih dalam proses uji klinis.8,12
Tujuan pengobatan DVT adalah mencegah terjadinya trombus, PE akut, trombosis yang
berulang, dan munculnya komplikasi lanjut seperti hipertensi pulmonal dan post thrombotic
24
syndrome (PTS). Terapi awal diharapkan dapat mencapai dosis terapi dengan UFH, LMWH,
atau fondaparinux.8,12
Obat penghambat thrombin oral/ oral vitamin k antagonis yaitu Warfarin masih tetap
merupakan obat pilihan terapi jangka panjang dalam mencegah pembentukkan clot. LMWH
pada kehamilan. Terapi antikoagulan jangka panjang dengan LMWH lebih efektif daripada
warfarin dalam mencegah trombosis vena yang berulang pada pasien kanker tanpa adanya
2. Terapi trombolitik
Terapi ini jarang diindikasikan. Risiko terjadinya perdarahan mayor seperti perdarahan intra
kranial harus dipertimbangkan dengan keuntungan yang didapat dari penghancuran trombus
yang cepat. Trombolitik diindikasikan pada masif DVT yang ditandai oleh phlegmasia
cerulean dolens dan menyelamatkan tungkai yang terkena. Obat trombolitik yang tersedia
seperti tissue
15
plasminogen activator (tPA), streptokinasi, dan urokinase.
Trombolitik endovaskular merupakan metode yang dilakukan selama ini. Catheter- directed
thrombolysis (CDT) dapat digunakan dalam pengobatan DVT sebagai terapi tambahan terapi
medikal. CDT sekarang terbukti dapat mengurangi clot yang terjadi, DVT berulang, dan
mencegah terjadinya PTS bila dibandingkan dengan pemberian antikoagulan sistemik lain.
CDT farmakomekanikal sekarang sering dilakukan pada beberapa tempat sebagai terapi DVT
ileofemoral akut.15
Indikasi trombolitik meliputi pasien usia muda dengan trombosis proksimal akut, mempunyai
harapan hidup yang tinggi,dan mempunyai penyakit komorbid yang sedikit. Pada trombosis
25
tungkai yang mengancam juga dapat diggunakan CDT meskipun dikatakan mempunyai
angka kematian yang tinggi. Beberapa randomized controlled trials (RCT) mengevaluasi
Vena cava Filter diindikasikan pada beberapa keadaan seperti adanya kontraindikasi
mutlak terhadap antikoagulan, perdarahan yang mengancam nyawa, dan kegagalan terapi
hemoptisis masif,
18
metastasis serebral, trauma cerebrovaskular, dan trombositopenia < 50.000/ɥL.
Studi yang menilai efektivitas filter vena cava menunjukan terjadi penurunan yang
bermakna kejadian PE dalam jangka pendek namun tidak menunjukan hasil yang bermakna
pada PE secara keseluruhan dan terjadi peningkatan kejadian DVT berulang pada jangka
panjang. Komplikasi pemberian filter vena cava inferior berupa hematom pada tempat
insersi, DVT pada tempat insersi, migrasi dari filter, filter dapat mengerosi dinding
pembuluh darah
19
vena cava inferior, embolisasi filter, dan trombosis/obstruksi pada vena cava inferior.
4. Tindakan pembedahan
medikamentosa tidak berhasil serta adanya bahaya komplikasi. Ada beberapa pilihan
a. Ligasi vena, dilakukan untuk mencegah emboli paru. Vena Femoralis dapat diikat
26
kemungkinan emboli paru. Ligasi Vena Cava Inferior secara efektif dapat
27
mencegah terjadinya emboli paru, tapi gejala stasis hebat dan resiko operasi lebih
memberikan hasil yang baik jika dilakukan segera sebelum lewat 3 hari. Tujuan
katup dan mencegah terjadinya komplikasi seperti ulkus stasis dan emboli paru.
dipilih untuk bypass vena iliaka serta cabangnya yang mengalami trombosis.
femoralis tidak terjadi. Metoda ini dengan menyambungkan vena safena secara
a. Fisioterapi
Bed rest merupakan hal terakhir yang dilakukan setelah dilakukan kompresi
kaki dan ambulasi pada pasien yang sudah menderita DVT. Perkembangan
berjalan, dan latihan isometrik, yang dapat dimulai pada hari pertama setelah
operasi.
28
b. Terapi manual
menggerakan sendi kaki secara pasief sebanyak 30 kali dalam satu menit.
c. Terapi konservatif
mengurangi gejala dan tanda selama latihan tidak memberikan hasil yang
konklusif.
2.10 Komplikasi
1. Pulmonary embolism
Pulmonary embolism terjadi ketika sepotong bekuan darah dari DVT istirahat dan
berjalan melalui aliran darah ke paru-paru dan memblok salah satu pembuluh darah di
paru-paru.8,14
Terjadi jika terjadi kerusakan dvt katup vena dalam sehingga menyebabkan darah
2.11 Prognosis
Tanpa pengobatan DVT pada ekstremitas bawah yang adekuat akan meningkatan
sebesar 3% terjadi pulmonary embolism, kematian dikarenakan DVT pada ekstremitas atas
sangat jarang terjadi. Risiko terjadinya DVT ulang pada pasien dengan transient risk factor
seperti pembedahan, trauma, dan imobiliasi kecil kemungkinannya, sedangkan pada pasien
dengan persistent risk factor seperti kanker, idiopatic DVT, residual trombus besar
kemungkinannya.8,14
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trombosis vena dalam (Deep vein thrombosis/DVT) adalah masalah yang umum terjadi
pada pembuluh darah akibat dari pembentukan bekuan darah pada pembuluh vena dalam
pada sirkulasi sistemik. DVT merupakan kasus yang lazim terjadi. DVT dapat berkaitan
dengan berbagai kondisi medis atau prosedur bedah tertentu. Patofisiologi berkaitan dengan
tiga prasyarat trombogenesis: Stasis dari aliran darah, abnormalitas dinding pembuluh darah,
dan hiperkoagulabilitas. Tanpa pengobatan DVT pada ekstremitas bawah yang adekuat akan
ekstremitas atas sangat jarang terjadi. Risiko terjadinya DVT ulang pada pasien dengan
transient risk factor seperti pembedahan, trauma, dan imobiliasi kecil kemungkinannya,
sedangkan pada pasien dengan persistent risk factor seperti kanker, idiopatic DVT, residual
30
DAFTAR PUSTAKA
2. Menon J, and Hamilton, G. Deep Vein Thrombosis. Surgery 2004; 22(11): 300–2.
3. JCS Join Workig Group. Guidelines for the diagnosis, treatment and prevention of
pulmonary thromboembolism and deep vein thrombosis (JCS 2009). Circ J 2011; 75:
1258 – 1281
4. Landaw SA, Bauer KA. 2015. Approach to the diagnosis and therapy of lower
6. Martini, Tallitsch Nath. Human anatomy 9 th edition 2018. Diakses pada 23 Oktober
2023.
7. Rutherford’s Vascular Surgery text book 9th edition. Diakses pada 23 Oktober 2023
8. Kaushansky K, Lichtman MA, Prchal JT, Levi MM, Press OW, Burns L, et al.
document from the European Society of Cardiology working groups of aorta and
peripheral vascular diseases and pulmonary circulation and right ventricular function.
2018;4208–18
10. Jusi D. Dasar-Dasar Bedah Vaskuler. 3 ed. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2004. p.
228-45.
31
11. Bombeli T, Spahn D.R. Updates in perioperative coagulation: physiology and
87.
syndrome in gynecological cancer. Int J Gynecol Cancer. 2006; 16 (Suppl. 1): 458-471.
13. Landaw SA, Bauer KA. 2015. Approach to the diagnosis and therapy of lower
2023.
15. Frits R Rosendaal, Harry R Buller. Venous thrombosis. In: Dan L Longo, editor.
2010.p.246-53.
16. Colm an RW. Hemostasis and thrombosis: basis principles and clinical practice. 5th ed.
17. Hirsh J, Lee AY. How we diagnose and threat deep vein thrombosis. Blood
2002;99:3102-10.
18. Streiff MB. Vena caval filters: a comprehensive review. Blood 200;95(12):3669-77.
19. Decousus H, Leizorovicz A, parent F, et al. A clinical trial of vena caval filters in the
20. Huang Y, Ge H, Wang X, Zhang X. Association Between Blood Lipid Levels and
32
21. Chen R, Feng R, Jiang S, Chang G, Hu Z, Yao C, Jia B, Wang S, Wang S. Stent
patency rates and prognostic factors of endovascular intervention for iliofemoral vein
22. Parker K, Thachil J. The use of direct oral anticoagulants in chronic kidney disease.
33