Nama Kelompok 6:
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Disetujui:
Tanggal:
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran yang baik, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan jurnal “Beneficial
Effects of Pulsed Electromagnetic Field during Cast Immobilization in Patients
with Distal Radius Fracture”, tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ibu selaku dosen fasilitator Risa Herlianita, MS .atas
bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada saya dalam
pengerjaan laporan jurnal ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan
pada penulisan laporan presentasi jurnal ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan dari pembaca sekalian. Saya berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Malang,Maret 2021
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
4.1 Kesimpulan...................................................................................................37
4.2 Saran.............................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
meningkat sedikit dari 126 ke 132. Dengan demikian, kejadian STEMI tampaknya
meningkat dibandingkan dengan kejadian non-STEMI. Di Indonesia menurut data
Depkes RI tahun 2008 angka kematian mencapai 25% akibat serangan jantung.
Sementara itu pada tahun 2008 terdapat 2446 kasus, tahun 2009 terdapat 3862 kasus, dan
pada tahun 2010 terdapat 2529 kasus yang didiagnosa Acute Coronary Syndrome (ACS)
di UGD (Unit Gawat Darurat) Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita
Jakarta (Priyanto, 2011).
Mortalitas STEMI dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya: usia,
waktu tunda pengobatan, cara pengobatan, riwayat infark miokard sebelumnya,
diabetes mellitus, gagal ginjal, jumlah arteri koroner sakit, dan pengobatan.
Mortalitas pasien STEMI di rumah sakit dari di Sumber data register Nasional
dari ESC negara bervariasi antara 6% dan 14% (Dharma, 2013).
5
BAB II
JURNAL PENELITIAN
6
7
8
9
10
11
2.2 Jurnal Penunjang
12
13
14
15
16
17
18
19
BAB III
PEMBAHASAN
20
3.1.2 Deskripsi Penelitian
Case study :
Multiple Concomitant Injuries in One Upper Extremity: A Case Report
Seorang pria kidal berusia 36 tahun jatuh sekitar empat meter melalui
jendela atap saat mencoba memperbaiki satelitnya sendiri. Setibanya di ruang
gawat darurat (IGD), siku kanannya ditopang oleh pergelangan tangan kirinya.
Dia tidak bisa mengingat bagaimana dia jatuh ke tanah. Dia membantah
adanya riwayat kehilangan kesadaran. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya pada
tungkai kanan atas atau penggunaan pengobatan jangka panjang. Ia mencatat
riwayat merokok 60 batang per hari. Siku kanannya mengalami pembengkakan
yang parah. Terdapat lecet superfisial ringan di sisi lengan kanan tengah dan
ulnaris pergelangan tangan kanannya. Siku dan pergelangan tangan tidak dapat
digerakkan. Ada krepitasi ringan di pergelangan tangan kanannya. Pemeriksaan
neurovascular nya normal. Pemeriksaan X-ray pada siku kanan menunjukkan
dislokasi siku posterolateral dengan fraktur kepala radial (Gambar 1A, 1B).
Radiografi pergelangan tangan menunjukkan fraktur radius distal dorsal displaced
dengan metaphyseal comminution ringan dan fraktur styloid ulnaris (Gambar 2A,
2B).
Avulsi lengkap dari lateral collateral ligament (LCL) dari kondilus humerus lateral
terlihat bersama dengan avulsi parsial dari asal ekstensor umum. LCL dan asal ekstensor
diperbaiki menggunakan jahitan. Fraktur radius distal distabilkan melalui pendekatan volar
menggunakan pelat radius distal volar dan sekrup (Volar 2.4 mm LCP Distal Radius
System, DePuy Synthes). Skafoid distabilkan dengan sekrup mini (Sekrup Cortex 2,4 mm)
Gambar 6A, 6B) sendi radioulnaris distal ditemukan . Siku ditemukan stabil dengan
pengurangan konsentris di bawah II setelah perbaikan, pergelangan tangan sampai ibu jari.
Dipasang gips dalam posisi pronasi selama tiga minggu dan kemudian penjepit siku
berengsel yang dibuat khusus yang meluas ke pergelangan tangan dan ibu jari diterapkan
di mana dia diizinkan untuk melenturkan dan memperpanjang sikunya sambil menjaga
lengan bawah dalam pronasi selama enam minggu lagi. Pasien mulai melakukan latihan
berbagai gerakan siku dan lengan, termasuk rotasi lengan bawah, setelah pelepasan brace.
22
Gips skafoid diterapkan selama total 12 minggu untuk melindungi radius skafoid dan distal
(Gambar 6A, 6B).
Gambar 7. Gambaran klinis rentang gerak ekstremitas kanan atas 16 bulan pasca operasi
menunjukkan rentang gerak yang sangat baik; siku ekstensi ( A ) dan fleksi ( B ), dorsofleksi
pergelangan tangan ( C ) dan fleksi palmar ( D ), supinasi lengan bawah ( E ) dan pronasi ( F ).
24
Cortex 2,4 mm). Pergelangan tangan sampai
ibu jari, Dipasang gips dalam posisi pronasi
selama tiga minggu dan kemudian penjepit
siku berengsel yang dibuat khusus yang
meluas ke pergelangan tangan dan ibu jari
diterapkan di mana dia diizinkan untuk
melenturkan dan memperpanjang sikunya
sambil menjaga lengan bawah dalam
pronasi selama enam minggu lagi. Pasien
mulai melakukan latihan berbagai gerakan
siku dan lengan, termasuk rotasi lengan
bawah. Gips skafoid diterapkan selama total
12 minggu untuk melindungi radius skafoid
dan distal. Kemudian, Pasien mengikuti
fisioterapis untuk memulihkan rentang gerak
pergelangan tangan dan sikunya. Seorang
terapis okupasi dilibatkan untuk membantu
pasien mendapatkan kembali fungsi tangan
dan kekuatan genggamannya
25
3.1.3 JBI Critical Apparaisal Check List
Reviewer: KELOMPOK 6
Date 18 Maret 2021
Author: Hao Wang 1 *, Xiao-Ce Dai 2, Yun-Tao Zhao 3 dan Xiao-Hang Cheng.
Year :2016
26
Comments (Including reason for exclusion)
Iya. Pada penelitian case report ini dijelaskan bahwa seorang pria
kidal berusia 36 tahun jatuh sekitar empat meter melalui jendela atap saat
mencoba memperbaiki satelitnya sendiri. Setibanya di ruang gawat
darurat siku kanannya ditopang oleh pergelangan tangan kirinya.
2. Apakah riwayat pasien digambarkan dengan jelas dan disajikan
sebagai lini masa?
Iya. Dijelaskan bahwa pasien membantah adanya riwayat kehilangan
kesadaran. Tidak ada riwayat sebelumnya pada tungkai kanan atas atau
penggunaan pengobatan jangka panjang. Pasien mencatat riwayat
merokok 60 batang per hari.
3. Apakah kondisi klinis pasien saat kejadian dijelaskan dengan jelas?
Ya. Dari penelitian ini dapat dipelajari bahwa tindakan X-ray dan
Radiografi untuk menentukan dislokasi dan ketak fraktur pada kasus
injuri extremitas.
28
3.2 Jurnal Penunjang
3.2.1 Profile Penelitian
29
3.2.2 Deskripsi Penelitian Berdasarkan PICO
Problem PROBLEM : fraktur radius distal adalah salah satu patah tulang
yang paling umum terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Biasanya
terapeutik yang digunkan untuk fraktur ini adalah reposisi fraktur,
rehabilitas dan imobilisasi akan tetapi latihan mobilisasi sering
diabaikan, mengakibatkan pengurangan rentang gerak sendi (ROM),
otot saat rophy, dan nyeri.
Purpose Medan elektromagnetik berdenyut (PEMF) telah digunakan untuk
mendukung penyembuhan patah tulang. Namun, mekanisme kerja
pada tingkat sel dan molekuler belum sepenuhnya dijelaskan, oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
PEMF, dimulai sehari setelah cedera dan imunisasi cor, nyeri,
edema, rentang gerak tungkai, sensasi ekstero ceptive, dan fungsi
sehari-hari pada penderita DRF.
Populasi sebanyanyak 52 pasien (Kelompok PEMF: 27 pasien dan kelompok
non PEMF : 25 pasien).
1. Kriteria inklusi
Distal ujung radius fraktur tipe A atau B menurut
kelas AO-sifikasi
Perawatan imobilisasi cor
Tidak ada batasan fungsi pergelangan tangan dan
tangan sebelum cedera
Tidak ada kontra indikasi kepada PEMF, dan
persetujuan pasien.
2. Kriteria eksklusi
Cedera banyak organ
Laporan DRF sebelumnya
Kontra penyakit saat ini yang mempengaruhi
pemulihan DRF, seperti diabetes, hipertiroidisme,
penyakit kejiwaan, dan inflamasi osteoartritis.
30
Intervensi 1. Peserta studi dialokasikan untuk satu dari dua kelompok:
kelompok PEMF, terdiri dari 27 pasien, dan kelompok kontrol
non PEMF sebanyak 25 pasien.Alat terapi PEMF diproduksi
oleh ASTAR ABR.
2. Tangan pasien, pergelangan tangan, dan distal lengan bawah
ditempatkan di dalam aplikator koil konsentris
3. Diameter 345 mm dan tinggi 440 mm menghasilkan intensitas
medan magnet 6–10 mT dan frekuensi25–30 Hz.
4. Setiap perawatan berlangsung selama 30 menit, medan magnet
diterapkan awalnya dibuat selama 1 detik dengan jeda.
5. Lama waktu istirahat pada perlakuan pertama adalah 3 detik dan
semula dikurangi 0,5 detik di setiap aplikasi yang berurutan.
6. Seperti dari perlakuan ketujuh, medan magnet yang diterapkan
dihasilkan dengan amplitudo konstan selama perawatan.
7. Untuk 10 hari, pasien menerima perawatan sekali sehari diwaktu
yang sama di pagi hari, dengan istirahat di akhir pekan, dan
kemudian tiga kali seminggu.
8. Secara keseluruhan, pasien menerima 22 perawatan selama enam
minggu.
9. Pada hari setelah cedera dan imobilisasi gips, baik PEMF
maupun kelompok kontrol memulai rehabilitasi yang terdiri dari
latihan gerak aktif bahu, siku, dan jari tiga kali sehari (semua
sendi tanpa imobilisasi).
10. Semua peserta diberi instruksi untuk latihan rumahan yang akan
dilakukan di bawah pengawasan fisioterapis.
11. Semua pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini menjalani
pengobatan servatif tanpa perlu pembedahan dan kebutuhan
perpanjangan periode imobilisasi plestermelebihi 6 minggu.
33
3.2.3 JBI Critical Apparaisal Check List
Reviewer : Kelompok 6
34
13. Was the trial design appropriate, and any deviations from the □ □ □
standard RCT design (individual randomization, parallel groups)
accounted for in the conduct and analysis of the trial?
1. Apakah pengacakan yang benar digunakan untuk penugasan peserta ke kelompok perlakuan?
Iya, karna dalam penelitian ini dijelaskan bahwa kelompok PEMF dengan terapi PEMF. Pada
akhirnya baik PEMF maupun kelompok kontrol memulai rehabilitasi yang terdiri dari latihan
gerak aktif bahu, siku, dan jari tiga kali sehari.
Iya, Karena dalam jurnal tersebut telah dijelaskan mekanisme pemilihan responden pada
pasien memiliki kriteria inklusi yang sama sesuai syarat penulis. Responden tersebut masing-
masing di acak dalam kelompok PEMF dan non PEMF
Iya, Dalam jurnal dijelaskan bahwa kelompok PEMF dan non PEMF menjalani proses
intervensinya yang berbeda dengan stategi yang sama sehingga pasien tidak tau apa yang
menjadi penilaian dalam kelompok lainnya.
Tidak, Pada jurnal dijelaskan setiap intervensi yang diberikan perawat atau tenaga kesehatan
menjalankan tugasnya yang dilakukan pada pasien, dengan intervensin yang berbeda dengan
stategi yang sama . Sehingga, perawat menganggap bahwa intervensi ini memang prosedur
yang harus dilakukan pada pasien untuk data penelitian.
Tidak, Karena dalam jurnal hasil intervensi berupa setelah pasien menerima intervensi
35
langsung diukur rasa sakit, lingkar tungkai, rentang gerakan bersama, kekuatan genggaman,
sensasi sentuhan, catat ekstermitas atas dan analisis stetistik.
7. Apakah kelompok perlakuan diperlakukan secara identik selain intervensi yang diminati?
Iya , semua yang berpartisipasi dalam penelitian ini menjalani pengobatan servatif tanpa perlu
pembedahan dan kebutuhan perpanjangan periode imobilisasi plestermelebihi 6 minggu.
8. Apakah tindak lanjut selesai dan jika tidak, apakah perbedaan antara kelompok dalam hal
tindak lanjut mereka cukup dijelaskan dan analisis?
Iya, selesai, yaitu maksudnya setelah dilakukan intervensi pada hasil akhir ada pebedaannya.
10. Apakah hasil diukur dengan cara yang sama untuk kelompok perlakuan?
Iya, hasilnya di ukur dari rasa nyeri menggunakan Visual Analoge Scale (VAS), mengukurr
lingkar tungkai menggunakan pita pengukur, rentang gerakan bersama diukur menggunakaan
metode goniometri, kekuatan genggaman diukur menggunakan dinamomete jamar, sensai
sentuh diuku dengan diskiminator Dellon, cacat ekstemitas atas dinilai dengan kuesione DASH.
Iya dapat diandalkan karena sudah dipapakan masing-masing hasil dari kelompok PEMF dan
non PEMF
Uji nomalitas menggunakan uji Shapirro-Wilk. Untuk menilai perbedaan antara dua kelompok
menggunak uji Mann-Whitney
13. Apakah desain uji coba sesuai untuk topik, dan setiap penyimpangan dari desain RCT standar
diperhitungkan dalam pelaksanaan dan analisis?
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tidak ada perbedaan yang berkaitan dengan ukuran infark miokard, antara
pasien yang diobati dengan strategi invasif langsung di bandingkan yang tertunda.
Secara umum, pasien dengan STEMI transien memiliki ukuran infark yang sangat
kecil dan perjalanan klinis yang relatif jinak. Oleh karena itu, pasien dengan
STEMI sementara dapat diobati dengan strategi invasif segera atau tertunda
dengan hasil yang serupa.
4.2 Saran
Perkembangan penelitian-penelitian kesehatan terkini telah menghasilkan
inovasi-inovasi baru dalam menangani suatu masalah kesehatan seperti acute
hypoxemic respiratory failure (STEMI). Maka tenaga medis khususnya perawat
dapat mengaplikasikan tindakan invasif langsung serta tertunda sesuai keadaan
pasien STEMI sebagai salah satu penatalaksanaan dalam praktik keperawatan
Gawatdarurat
37
DAFTAR PUSTAKA
38