Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PATOFISIOLOGI

“PENYAKIT STEMI”

Disusun Oleh :

Andre Asmoro (220106022)


Alfiah Sabilunnajaah (220106015)

Dosen Pengampu :
Emiliani Elsi Jerau, S.Kep.,NS., M.Kep

D4 ANESTESIOLOGI
PATOFISIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “GANGGUAN STEMI”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah tentang penyakit gangguan osteoatritis ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Purwokerto, 4 Novembe 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG.............................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH.........................................................................5
1.3. TUJUAN...................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
2.1. DEFINISI STEMI.......................................................................................6
2.2. ETEOLOGI DARI STEMI........................................................................6
2.3. TANDA DAN GEJALA DARI STEMI.....................................................7
2.4. PATOFISIOLOGI DARI STEMI.............................................................8
2.5. PATHWAY DARI STEMI.......................................................................10
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG UNTUK STEMI................................12
2.7. PENATA LAKSANAAN STEMI............................................................13
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................14
KESIMPULAN.....................................................................................................14
SARAN..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang menempati posisi tertinggi
penyebab kematian dan kecacatan baik di dunia maupun di Indonesia, Salah satu
penyakit jantung yang sering dijumpai yaitu infark miokard akut (IMA) atau di
kalangan masyarakat dikenal juga sebagai serangan jantung, infark miokard akut
sendiri merupakan sindrom klinik yang diperlihatkan dengan gejala yang
ditimbulkan akibat ketidakseimbangan pasokan dan permintaan oksigen dalam
darah ke jantung. Infark Miokard Akut (IMA) diklasifikasikan atas ST-segment
elevation myocardial infarction (STEMI) dan Non-ST-segment elevation
myocardial infarction (NSTEMI) (Bambari et al., 2021).
Dari dua klasifikasi infark miokard akut yang ada ST-segment elevation
myocardial infarction (STEMI) adalah penyebab utama utama kematian di seluruh
dunia. STEMI terjadi ketika terdapat sumbatan yang disebabkan plak
aterisklerosis secara mendadak pada satu atau lebih arteri koroner dan
menghambat aliran darah ke otot jantung(Novrianti et al., 2021). Terjadinya
STEMI juga dapat disebabkan oleh masalah kesehatan penyerta diantaranya
mempunyai riwayat penyakit Hipertensi dan Diabetes Militus (DM). selain itu
juga dari masalalah gaya hidup juga dapat menjadi faktor terjadinya STEMI
terhadap seseorang seperti obesitas, konsumi alkohol dan kebiasaan
merokok(Karyatin, 2019).
Berdasarkan World Health Organization tahun 2019 penyakit kardiovaskuler
(CVD) adalah penyebab utama kematian secara global, diperkirakan 17,9 juta
orang meninggal karena CVD yaitu 32% dari semua kematian yang ada secara
global, dari kematian tersebut 85% disebabkan oleh serangan jantung dan stroke
(WHO, 2019). Dari seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)
tersebut, 45% nya disebabkan oleh Penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu
17.7 juta dari 39,5 juta kematian (WHO, 2019). prevalensi Penyakit Jantung
berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5%, dengan peringkat
prevalensi tertinggi yaitu, Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, DIY 2%, Gorontalo
2% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan studi dokumentasi yang dilakukan di ruang
ICCU RS Bethesda Yogyakarta kasus pasien dengan diagnose STEMI dari bulan
Mei sampai dengan bulan Juni tahun 2022 sebanyak 14 kasus.
STEMI terjadi karena adanya sumbatan penuh dan berkepanjangan pada
pembuluh darah koroner epikardial, hal tersebut disebabkan karena adanya erosi
plak aterosklerosis yang disertai adherence, aktivasi, dan agregasi platelet yang
berkelanjutan dan mengaktifkan clotting cascade sehingga mengakibatkan
terbentuknya trombus. Trombus yang terbentuk akan terbawa aliran darah
kemudian akan menyebabkan sumbatan total pada arteri koroner. Sehingga hal
yang paling menonjol pada pasien dengan STEMI adalah adanya gejala atau
keluhan yang dirasakan berupa sesak STIKES BETHESDA YAKKUM nafas,
nyeri dada yang parah dan biasanya akan berlangsung lama bahkan bisa sampai
pingsan, tetapi untuk secara pasti pasien tersebut dapat diDiagnosis bahwa terjadi
STEMI harus berdasarkan hasil EKG(Novrianti et al., 2021). Dalam kurun waktu
1 bulan penderita serangan jantung tipe STEMI terdapat 14 pasien terhitung mulai
awal bulan mei tahun 2022, tanda dan gejala dari serangan jantung yang terkadang
sulit dibedakan dengan gejala penyakit lainnya membuat beberapa pasien
serangan jantung mengalami keterlambatan bahwa dirinya sedang terkena
serangan jantung, karena penanganan yang tepat bagi pasien dengan STEMI dapat
meminimalkan pasien mengalami komplikasi yang tidak diharapkan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1) Apa definisi dari STEMI ?


2) Apa etiologi dari STEMI ?
3) Apa saja tanda dan gejala dari STEMI ?
4) Bagaimana patofisiologi dari STEMI ?
5) Bagaimana pathway dari STEMI ?
6) Apa saja pemeriksaan penunjang untuk STEMI ?
7) Bagaimana penata laksanaan untuk penyakit STEMI ?
1.3. TUJUAN
1) Agar makalah yang kami kerjakan dapat menjelaskan bagaimana etiologi
dari penyakit STEMI
2) Makalah ini diharapkan mampu menjelaskan bagaimana tanda dan gejala
dari pasien yang menderita penyakit STEMI.
3) Diharapkan pembaca memahami bagaimana patofisiologi dari penyakit
STEMI.
4) Agar pembaca dapat mengetahui apa pathway dari STEMI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI STEMI


STEMI (ST-elevation myocardial infarction) adalah jenis serangan jantung
yang terjadi saat pembuluh darah arteri tersumbat secara keseluruhan. Kondisi ini
membuat otot jantung rusak karena tidak mendapatkan suplai darah.
Ketika otot jantung tidak mendapatkan suplai darah, risiko komplikasi tentu akan
semakin besar. Bahkan, kondisi ini tak jarang mengakibatkan kematian jka tidak
segera ditangani.
STEMI sendiri terbagi ke dalam dua jenis menurut letaknya, yaitu stemi anterior
dan inferior. Masing-masing jenisnya memiliki perbedaan pada sisi arteri mana
yang mengalami penyumbatan.
 STEMI anterior: penyumbatan terjadi pada arteri left anterior descending
(LAD), yang bertugas memberikan aliran darah ke sisi anterior (depan)
jantung.
 STEMI inferior: penyumbatan terjadi pada arteri koroner kanan (RCA)
atau left circumflex (LCX), yang bertugas memasok darah ke sisi inferior
(bawah) jantung dan dinding samping jantung.
STEMI anterior maupun inferior sama-sama berbahaya dan berakibat fatal. Maka
dari itu, pasien harus segera mendapatkan penanganan medis.

2.2. ETIOLOGI DARI STEMI


Infark miokard dengan elevasi ST terjadi karena oklusi satu atau lebih
arteri koroner yang memasok darah ke jantung. Penyebab gangguan aliran darah
yang tiba-tiba ini biasanya adalah pecahnya plak, erosi, retakan atau diseksi arteri
koroner yang mengakibatkan penyumbatan trombus. Faktor risiko utama infark
miokard dengan elevasi ST adalah dislipidemia, diabetes melitus, hipertensi,
merokok, dan riwayat penyakit arteri koroner dalam keluarga.
Infark miokard secara umum dapat diklasifikasikan dari MI Tipe 1 hingga
Tipe 5 berdasarkan etiologi dan patogenesisnya. MI tipe 1 disebabkan oleh cedera
miokard aterotrombotik koroner akut dengan ruptur plak. Sebagian besar pasien
dengan MI elevasi segmen ST (STEMI) dan banyak pasien dengan MI elevasi
segmen ST (NSTEMI) termasuk dalam kategori ini. MI tipe 2 adalah tipe MI yang
paling umum ditemui dalam kondisi klinis dimana terdapat ketidaksesuaian
permintaan dan suplai yang mengakibatkan iskemia miokard. Ketidaksesuaian
pasokan permintaan ini dapat disebabkan oleh berbagai alasan termasuk namun
tidak terbatas pada adanya obstruksi koroner stabil yang tetap, takikardia,
hipoksia, atau stres. Namun, adanya obstruksi koroner tetap tidak diperlukan.
Etiologi potensial lainnya termasuk asospasme koroner, embolus koroner, dan
diseksi arteri koroner spontan (SCAD).
Pasien kematian jantung mendadak yang meninggal sebelum peningkatan
troponin termasuk MI Tipe 3. MI tipe 4 dan 5 terkait dengan prosedur
revaskularisasi koroner seperti Intervensi Koroner Perkutan (PCI) atau Bypass
Arteri Koroner (CABG).

2.3. TANDA DAN GEJALA DARI GANGGUAN OSTEOARTRITIS


Gejala STEMI yang paling umum terjadi adalah nyeri dada. Biasanya,
nyeri dada akan disertai dengan rasa sesak dan sensasi tertekan pada dada. Selain
itu, nyeri juga akan terasa tambah buruk pada bagian tengah dada.
Bukan hanya nyeri dada, ada beberapa gejala lain dari STEMI yang perlu
diwaspadai, contohnya:
 Muncul keringat berlebihan.
 Kesulitan untuk bernapas.
 Mual dan muntah.
 Nyeri pada sekitar tulang belikat, lengan, rahang, dan perut bagian atas.
 Gangguan pencernaan berupa perut yang tidak nyaman.
 Kelelahan.
 Pusing dan sakit kepala.
 Denyut jantung meningkat dan tidak teratur.

2.4. PATOFISIOLOGI DARI OSTEOARTRITIS

Berdasarkan proses patofisiologi dan derajat keparahan myokard iskemik


dapat digambarkan sebagai berikut:

Stable Angina
Stable angina kronik adalah manifestasi yang dapat diramalkan, nyeri dada
sementara yang terjadi selama kerja berat atau stres emosi. Umumnya disebabkan
oleh plak atheromatosa yang terfiksir dan obstruktif pada satu atau lebih arteri
koroner. Pola nyerinya berhubungan dengan derajat stenosis. Seperti yang
digambarkan saat atherosclerosos stenosis menyempitkan lumenarteri koroner
lebih dari 70% menurunkan kapasitas aliran untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Saat aktivitas fisik berat, aktivitas sistim saraf meningkatkan denyut
jantung, tekanan darah dan kontraktilitas yang meningkatkan kebutuhan
konsumsi oksigen. Selama kebutuhan oksigen tak terpenuhi, terjadi iskemik
miokard diikuti angina pectoris yang mereda bila keseimbangan oksigen
terpenuhi. Sebenarnya oksigen yang inadekuat selain disebabkan oleh
atheroscleosis juga disebabkan oleh kerusakan endotel namun pada kasus ini
vasodilatasi distal dan aliran kolateral masih berlangsung baik sehingga kebutuhan
oksigen masih bisa diseimbangkan dengan cara beristirahat.

Unstable angina
Pasien dengan unstable angina akan mengalami nyeri dada saat aktivitas
berat namun kemudian masih tetap berlangsung saat istirahat. Ini adalah tanda
akan terjadi infark miokard akut . Unstable angina dan MI akut merupakan
sindrom koroner akut karena ruptur dari atherosclerotic plak pada pembuluh darah
koroner.

Infark Miokard Akut


Infark miokard akut dengan elevasi ST (ST elevation myocardial
infarction =STEMI) merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut
(SKA) yang terdiri dari angina pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan IMA
dengan elevasi ST Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI)
umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis
arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak memacu
STEMI karena berkembangnya banyak aliran kolateral sepanjang waktu.
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vaskular, di mana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak
aterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau
sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi
ruptur yang mengakibatkanoklusi arteri koroner. Penelitian histologis
menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrous
cap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core).
Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus,
yang dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respons terhadap
terapi trombolitik.Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen,
ADP, epinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit yang selanjutnya akan
memproduksi dan melepaskan tromboxan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten).
Selain itu aktivasi trombosit memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein
IIb/IIIa. Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor memiliki afinitas tinggi
terhadap sekuens asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti
faktor von Willebrand (vWF) dan fibrinogen di mana keduanya adalah molekul
multivalen yag dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan
menghasilkan ikatan silang platelet dan agregasi.Kaskade koagulasi di aktivasi
oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang rusak.
Faktor VII dan X diaktivasi mengakibatkan konversi protrombin menjadi
trombin, yang kemudian mengkonfirmasi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri
koroner yang terlibat (culprit) kemudian akan mengalami oklusi oleh trombus
yang terdiri dari agregat trombosit dan fibrin. Pada kondisi yang jarang, STEMI
dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang disebabkan oleh emboli
arteri koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit
inflamasi sistemik.Non STEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen
dan atau peningkatan oksigen demand miokard yang diperberat oleh obstruksi
koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut dan proses vasokonstriksi
koroner. Trombosis akut diawali dengan rupture plak aterom yang tidak stabil
dengan inti lipid besar dan fibrous cap tipis dan konsenterasi tissue factor tinggi.
Inti lemak yang cenderung rupture mempunyai konsenterasi ester kolesterol
dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi rupture plak
terdapat proses inflamasi dilihat dari jumlah makrofag dan limfosit T. Sel-sel ini
akan mengeluarkan sitokin proinflamasi

2.5. PATHWAY DARI STEMI


2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG UNTUK STEMI

Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris tipikal


berupa rasa tertekan/berat di daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, nyeri
epigastrium, disertai keluhan penyerta seperti keringat dingin, sesak napas,
mual/muntah, dan pada pemeriksaan EKG didapatkan elevasi segmen ST
persisten di dua sadapan bersebelahan. Menurut lokasi anatomis infark miokard,
temuan abnormalitas EKG adalah sebagai berikut
a) Anterior V1 -V4
b) Lateral V5 -V6 , I, aVL
c) Inferior II, III, aVF
d) Posterior V7 -V9
e) Ventrikel kanan V3 R-V4 R
f) Kriteria penanda jantung untuk penegakan
g) diagnosis SKA:4
 CKMB dan troponin I/T merupakan penanda yang sensitif dan spesifik
untuk diagnosis infark miokard.
 Dalam keadaan nekrosis miokard, kadar CKMB dan troponin I/T normal
dalam 4-6 jam setelah awitan SKA, pemeriksaan hendaknya diulang 8-12
jam setelah awitan angina.
 Pada dua pemeriksaan dengan beda waktu minimal 4 jam, didapatkan
peningkatan CKMB lebih dari 50%. Pada satu pemeriksaan didapatkan
peningkatan CKMB dua kali lipat nilai normal.
 Lebih dari 72 jam setelah awitan, didapatkan peningkatan troponin I/T.

2.7. PENATALAKSANAAN STEMI

Penatalaksaan awal adalah terapi pada pasien dengan diagnosis kerja SKA
atas dasar keluhan angina di ruang IGD, sebelum ada hasil pemeriksaan EKG
dan/atau penanda jantung. Terapi awal tersebut meliputi:
1. Tirah baring dan suplementasi O2.
2. Aspirin 160-320 mg per oral, diberikan dengan cara dikunyah (chewable)
supaya diabsorpsi lebih cepat.
3. Penghambat reseptor ADP (klopidogrel) 300 mg per oral, dilanjutkan dengan
dosis pemeliharaan 75 mg/hari.
4. Nitrogliserin spray/tablet sublingual jika nyeri dada masih berlangsung saat tiba
di IGD. Jika nitrogliserin tidak tersedia, dapat diberikan isosorbid dinitrat (ISDN).
Jika nyeri belum mereda, pemberian dapat diulang setiap 5 menit sampai
maksimal
3 kali.
5. Morfin sulfat 1-5 mg (IV), dapat diulang setiap 10-30 menit jika pasien tidak
responsif dengan nitrogliserin.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang menempati posisi


tertinggi penyebab kematian dan kecacatan baik di dunia maupun di
Indonesia, Salah satu penyakit jantung yang sering dijumpai yaitu infark
miokard akut atau di kalangan masyarakat dikenal juga sebagai serangan
jantung, infark miokard akut sendiri merupakan sindrom klinik yang
diperlihatkan dengan gejala yang ditimbulkan akibat ketidakseimbangan
pasokan dan permintaan oksigen dalam darah ke jantung.

Terjadinya STEMI juga dapat disebabkan oleh masalah kesehatan


penyerta diantaranya mempunyai riwayat penyakit Hipertensi dan Diabetes
Militus . selain itu juga dari masalalah gaya hidup juga dapat menjadi faktor
terjadinya STEMI terhadap seseorang seperti obesitas, konsumi alkohol dan
kebiasaan merokok yang berkepanjangan.

Berdasarkan World Health Organization tahun 2019 penyakit


kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian secara global, diperkirakan
17,9 juta orang meninggal karena CVD yaitu 32% dari semua kematian yang ada
secara global, dari kematian tersebut 85% disebabkan oleh serangan jantung dan
stroke.

STEMI terjadi karena adanya sumbatan penuh dan berkepanjangan pada


pembuluh darah koroner epikardial, hal tersebut disebabkan karena adanya erosi
plak aterosklerosis yang disertai adherence, aktivasi, dan agregasi platelet yang
berkelanjutan dan mengaktifkan clotting cascade sehingga mengakibatkan
terbentuknya trombus. Trombus yang terbentuk akan terbawa aliran darah
kemudian akan menyebabkan sumbatan total pada arteri koroner. Sehingga hal
yang paling menonjol pada pasien dengan STEMI adalah adanya gejala atau
keluhan yang dirasakan berupa sesak STIKES BETHESDA YAKKUM
nafas, nyeri dada yang parah dan biasanya akan berlangsung lama bahkan bisa
sampai pingsan, tetapi untuk secara pasti pasien tersebut dapat diDiagnosis
bahwa terjadi STEMI harus berdasarkan hasil EKG

SARAN

Diperlukannya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh apa Indeks


Massa Tubuh dapat mempengaruhi kejadian komplikasi pada pasien STEMI
terutama dengan menyingkirkan faktor perancu. Jika ingin melakukan penelitian
yang sejenis, maka diperlukan sampel lebih banyak lagi yang mencakup seluruh
status IMT dan faktor eksklusi yang lebih spesifik sehingga dapat memperkecil
bias penelitian..
DAFTAR PUSTAKA

Wilson PW. Faktor risiko yang diketahui dan penyakit arteri koroner: Studi
Framingham. Saya J Hipertensi. 1994 Juli; 7 (7 Bagian 2):7S-12S.
[PubMed]
4.
Canto JG, Kiefe CI, Rogers WJ, Peterson ED, Frederick PD, French WJ, Gibson
CM, Pollack CV, Ornato JP, Zalenski RJ, Penney J, Tiefenbrunn AJ,
Greenland P., Investigator NRMI. Jumlah faktor risiko penyakit jantung
koroner dan mortalitas pada pasien infark miokard pertama. JAMA. 16
November 2011; 306 (19):2120-7. [ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ]5.
Hartikainen TS, Sörensen NA, Haller PM, Goßling A, Lehmacher J, Zeller T,
Blankenberg S, Westermann D, Neumann JT. Penerapan klinis Definisi
Universal Infark Miokard ke-4. Euro Heart J.2020 14 Juni; 41 (23):2209-
2216. [ PubMed ]
Antman E, Braunwald E. Management ST Elevation Myocardial Infarction In:
Braunwald E, Zipes DP,Libby P, editor. Heart Disease: A Textbook of
Cardiovascular Medicine. 7th ed.
Philadelphia: WB Saunders;2005.p.1167

Anda mungkin juga menyukai