Resky Amelya Sari - O1a117175 - Kelas C - Tugas 3 Mikrobiologi Dan Parasitologi - Media Pertumbuhan
Resky Amelya Sari - O1a117175 - Kelas C - Tugas 3 Mikrobiologi Dan Parasitologi - Media Pertumbuhan
NIM : O1A117175
KELAS :C
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2O21
Media Pertumbuhan Bakteri Salmonella
Salah satu contoh media selektif yaitu salmomella shigella agar yang digunakan untuk
mengisolasi kuman Salmonella sp dan Shigella sp dari sampel feses, urin, dan makanan.
Untuk khusus isolasi kuman shigella, media ini tidak disarankan karena beberapa strain
shigella akan terhambat. Media ini tersusun atas beberapa bahan, seperti campuran ekstrak,
vitamin, mineral, dan asam amino, campuran bile salt, sodium sitrat, dan brilliant green,
neutral red ,dan ferric citrate. (Ageha, 2011). Perbenihan ini mirip dengan Mc. Conkey Agar,
hanya penggunaannya lebih khusus lagi untuk basil gram negatif patogen enterik, sehingga
dipakai untuk isolasi dari spesimen tinja terutama,Salmonella dan Shigella yang keduanya
memperlihatkan pertumbuhan koloni yang tak berwarna. (Edi,2012)
Untuk membuat media SSA ditimbang bubuk SSA menggunakan neraca analitik kemudian
masukkan ke dalam Erlenmeyer. Larutkan bubuk SSA dalam Erlenmeyer dengan aquadest,
diaduk hingga homogen. Larutan dipanaskan menggunkan kompor listrik sambil diaduk
hingga larut sempurna. Ukur pH larutan dengan menggunakan pH stick, pH SSA adalah 7 ±
0,2. Media dituang ke dalam plate sebanyak 15- 20mL dengan disertai proses fiksasi. Media
diberi label nama dan tanggal pembuatan. Media siap digunakan.
Virus Ebola ini menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya (termasuk feses, saliva, urine,
bekas muntahan dan sperma) dari hewan atau manusia yang terinfeksi Ebola. Virus ini dapat
masuk ke tubuh orang lain melalui kulit yang terluka atau melalui membrane mukosa yang
tidak terlindungi seperti mata, hidung dan mulut. Virus ini juga dapat menyebar melalui
jarum suntik dan infus yang telah terkontaminasi. Kelompok yang paling berisiko adalah
keluarga, teman, rekan kerja dan petugas medis. Misalnya, mereka yang merawat pasien yang
terkena virus Ebola beresiko tertular. Di rumah sakit, virus ini juga bisa tersebar dengan
cepat. Selain itu, penularan juga bisa terjadi jika pelayat menyentuh jenazah sosok yang
meninggal karena Ebola. Binatang juga bisa menjadi pembawa virus. Virus ini mampu
memperbanyak diri di hampir semua sel inang. Khususnya kelelawar mampu menularkan
virus tersebut. Codot dan kalong termasuk jenis kelelawar besar. Di Afrika, sebagian besar
jenis hewan ini membawa virus di dalam tubuhnya, termasuk di antaranya virus Ebola. Tidak
seperti manusia, kelelawar kebal terhadap virus-virus tersebut. Karena sering dijadikan bahan
makanan, virus yang terdapat pada daging kelelawar dapat dengan mudah menjangkiti
manusia.
Siklusnya berawal dari penderita infeksi cacing pipih yang kencing atau buang air besar pada
air bersih, kemudian membuat air tersebut terkontaminasi parasit cacing. Bila spesies siput air
tawar ada dalam air, maka telur cacing akan masuk ke dalam tubuh siput dan berkembang
biak. Kemudian parasit cacing yang keluar dari tubuh siput melalui air dapat dengan mudah
mencemari air.
Air yang terlihat bersih padahal telah terinfeksi telur cacing itu kemudian digunakan untuk
keperluan manusia seperti mandi, mencuci, berenang, hingga untuk dikonsumsi. Selanjutnya
parasit telur masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit dan masuk ke alirah darah.
Proses perkembangbiakan cacing memakan waktu selama beberapa minggu. Pada tubuh
manusia, parasit cacing melakukan perjalanan melalui pembuluh darah paru-paru, hati,
kemudian masuk ke pembuluh darah sekitar usus dan kandung kemih.
Salah satu media agar yang cocok dan mendukung pertumbuhan jamur adalah PDA (Potato
Dextrose Agar) yang merupakan media terdiri atas dextrose, sari kentang dan agar. Media
PDA mendukung pertumbuhan jamur karena dapat menghindari kontaminasi bakteri dengan
keasaman pada media yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk
pertumbuhan antara 25-30 °C (Cappucino, 2014). Media pertumbuhan mikroorganisme PDA
kini telah tersedia dalam bentuk instan yang harganya terhitung mahal yaitu Rp 680.00,-
hingga Rp 1.200.000,- setiap 500 g