Anda di halaman 1dari 87

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN

PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI RUMAH SAKIT DR. R. ISMOYO


KOTA KENDARI TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Memperoleh Derajat Sarjana (S-1)

Oleh:

RESKY AMELYA SARI


O1A117175

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................vii
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN........................................viii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................7
2.1 Covid-19...................................................................................7
2.2 Rumah Sakit...........................................................................13
2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit...............................................16
2.4 Standar Pelayanan Kefarmasian...........................................23
2.5 Standar Pelayanan Minimal Kefarmasian..............................29
2.6 Evaluasi Pengendalian Mutu..................................................33
2.7 Kepuasan Pasien.....................................................................36
2.8 Kualitas Pelayanan.................................................................37
2.9 Kerangka Konsep...................................................................39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................40
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian...............................................40
3.2 Jenis Penelitian.......................................................................40
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................40
3.4 Teknik Pengambilan Sampel..................................................40
3.5 Definisi Operasional...............................................................41
3.6 Instrumen Penelitian...............................................................41

iii
3.7 Tenik Pengumpulan Data.......................................................41
3.8 Analisis Data...........................................................................42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................43
3.3 Gambaran Umum Rumah sakit Dr.R.Ismoyo........................43
3.4 Karakteristik Responden........................................................44
3.3 Tingkat Kepuasan...................................................................48
BAB V. KESIMPULAN....................................................................55
3.5 Kesimpulan.............................................................................55
3.6 Saran.......................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................56
LAMPIRAN........................................................................................59

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

4.1 Dimensi 1 Tangible (Bukti fisik/Langsung) 48

4.2 Dimensi 2 Reliability (Kehandalan) 49

4.3 Dimensi 3 Responsiveness (Ketanggapan) 50

4.4 Dimensi 4 Assurance (Jaminan) 51

4.5 Dimensi 5 Empathy (Perhatian/Kepedulian) 52

4.6 Gambaran Tingkat Kepuasan 53

4.7 Validasi pelayanan Kefarmasian 64

4.8 Reliabilitas Kepuasan pasien 65

v
DAFTAR GAMBAR

TEKS Halaman

Gambar 2.9 Kerangka Konsep 39

Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 44

Gambar 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin 45

Gambar 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir 46

Gambar 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan 47

vi
DAFTAR LAMPIRAN

NOMOR TEKS HALAMAN

1. Surat izin Penelitian di Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kendari 59


2. Kueisioner Penelitian 60
3. Pengujian Instrumen 64
4. Hasil Data Spss 66
5. Dokumentasi Penelitian 78

vii
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

% : Persen

> : Lebih dari

229E : alfa Coronavirus

a, : alfa

ACE2 : Angiotensin Converting Enzyme 2

ADRS : Acute Distress Respiratory Syndrome

ARB : Angiotensin Receptor Blocker

CD 8 : Sel Penekan

CD14+ : Monosit(Sel Darah Putih)

CD16 : Protein Marker Dari Sel Nk

CD4 : Sel Darah Putih(Limfosit)

CDC : Centers for Disease Control and Prevention

CLQ : Klorokuin

CT ScaN : Computed Tomography scan

EPO : Evaluasi Penggunaan Obat

g : gram

HCQ : Hidrosiklorokuin

IFN alfa : Interferon alfa

viii
IFN beta : Interferon-beta

IgG/ IgM : Imunoglobin/antibodi

IL 1, : Interleukin 1

IL 6 : Interleukin 6

IL 8 : Interleukin 8

IRFS : Instalasi Farmasi Rumah Sakit

IRD : Instalasi Gawat Darurat

ICU/ICCU : Intensive Care Unit/Intensive Coronary Care Unit

LPV/r : RitonavirU/ dan Lopinavir

MERS-CoV : Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus

MESO : Monitoring Efek Samping Obat

Mg : Miligram

NL63 : Alpha Coronavirus

OC43 : Beta Coronavirus

PIO : Pelayanan informasi obatFarmasi Terapi

PFT : Panitia

PKOD : Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah

PRRs : Pattern Recognition Receptors:

PTO : Pemantauan Terapi Obat

RNA : Ribonucleic Acid

ROTD : Reaksi Obat Yang Tidak dikehendaki

SARS-CoV-2 : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2

TNF-α : Nekrosis Tumor

WHO : Word Health Organization

β, : Beta

ix
γ : Gamma

δ : Delta

HCU : High Care Unit

x
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Sehingga setiap masyarakat berhak memperoleh
pelayanan kesehatan secara adil, merata dan bermutu yang menjangkau seluruh
masyarakat Indonesia. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk
dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta
fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat (Depkes, 2009).
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
kefarmasian meliputi dua kegiatan yaitu yang bersifat manajerial berupa
pengelolaan sediaan farmasi dan kegiatan pelayanan farmasi klinik yang harus
didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan peralatan dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadi efek samping obat
untuk keselamatan pasien (Susyanty dkk, 2020).
Pelayanan kefarmasian yang baik adalah pelayanan yang berorientasi
langsung dalam proses penggunaan obat, bertujuan menjamin keamanan,
efektifitas dan kerasionalan penggunaan obat dengan menerapkan ilmu
pengetahuan dan fungsi dalam perawatan pasien. Tuntutan pasien dan masyarakat
akan mutu pelayanan kefarmasian mengharuskan adanya perubahan paradigma
pelayanan dari paradigma lama yang berorientasi pada produk obat, menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien Pelayanan kefarmasian pada saat
ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada
pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care) (Bertawati, 2013).

1
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit
tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan
untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud
adalah kegiatan yang menyangkut pembuatan, pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengelolaan perbekalan farmasi (perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, distribusi, pencatatan, pelaporan, pemusnahan/penghapusan),
pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, farmasi klinik di ruangan.
(Rusli, 2016).
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan bagi masyarakat untuk menjamin
kesehatan masyarakat. Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Pelayanan kesehatan
masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat. Pelaksanaan pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan pertolongan
keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta
merata dan non diskriminatif (Depkes, 2009).
Evaluasi Pelayanan kesehatan yaitu Evaluasi adalah kegiatan yang
dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan rencana
yang telah ditentukan. untuk memperbaiki program-program kesehatan dan
pelayanannya untuk mengantarkan dan mengarahkan alokasi tenaga dan dana untuk
program dan pelayanan yang sedang berjalan dan yang akan datang . Tujuan
evaluasi pelayanan kesehatan yaitu memuaskan masyarakat dengan pelayanan yang
berkualitas dan untuk memperbaiki program-program kesehatan dan pelayanannya
untuk mengantarkan dan mengarahkan alokasi tenaga dan dana untuk program dan
pelayanan yang sedang berjalan dan yang akan datang (Maulana, dkk 2013).
Mutu Pelayanan Kefarmasian adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis,
sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan

2
mekanisme tindakan yang diambil. Melalui pengendalian mutu diharapkan dapat
terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan kefarmasian yang
berkesinambungan. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian merupakan
kegiatan yang dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun
yang sudah berlalu. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi.
Tujuan kegiatan ini untuk menjamin pelayanan kefarmasian yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan
datang. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian harus terintegrasi dengan
program pengendalian mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dilaksanakan
secara berkesinambungan (Permenkes, 2014). Hubungan antara evaluasi dan
pengendalian mutu pelayanan farmasi dan kepuasan pasien yaitu evaluasi dan
pengendalian mutu pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan
kefarmasian yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit
yang baik agar pasien bisa merasa puas terhadap pelayanan kefarmasian dirumah
sakit tersebut (Nova, 2004).
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Arifin dkk, 2013). Kualitas
pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien dimana tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan
standar dan kode etik yang telah ditetapkan (Fadhilah Dkk, 2020). Kualitas
pelayanan yang baik akan mempengaruhi kepuasan pelanggan terutama untuk
perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Kualitas pelayanan dan kepuasan
pelanggan merupakan instrumen untuk menghadapi persaingan yang semakin
ketat (Sulaeman, 2015).
Hubungan antara kepuasan pasien dengan pelayanan kefarmasian yaitu
hubungannya sangat erat dapat dilihat dari pasien tersebut apakah dia merasa puas
terhadap pelayanan kefarmasian dirumah sakit tersebut atau tidak. Faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien seperti sarana dan prasarana, pemberian informasi
obat terhadap kepuasan pasien saat menebus obat, kecepatan pelayanan,
keramahan petugas memiliki hubungan positif dengan minat kembali menebus

3
resep obat, pengaruh antara keramahan petugas terhadap loyalitas pasien, pasien
yang diperlakukan kurang baik cenderung untuk mengabaikan saran dan nasehat
petugas. Ketidakpuasan yang paling sering disampaikan oleh pasien adalah
ketidakpuasan terhadap lamanya proses penebusan resep dan peracikan obat, serta
keramahan petugas farmasi dan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan
kefarmasian akan berdampak negatif pada kepuasan pasien tersebut sehingga
mengakibatkan minat pasien untuk berobat kembali di rumah sakit itu menjadi
berkurang, dan akan menyebabkan turunnya citra rumah sakit. Kepuasan Pasien
menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan sebab kepuasan pasien tidak
dapat dipisahkan dari kualitas pelayanan kesehatan. Ada lima dimensi dalam
melakukan peningkatan kualitas pelayanan,diperlukan survei tingkat kepuasan
pasien, yaitu kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan
(assurance), empati (emphaty) dan bukti langsung (tangible) (Fadhilah dkk,
2020).
Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah salah satu jenis virus
pneumonia yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini merupakan virus korona jenis ketiga yang
sangat patogen setelah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-
CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). COVID-
19 pertama kali dilaporkan dari Wuhan, provinsi Hubei, China, pada Desember
2019. Penyakit COVID-19 bersifat zoonosis, tetapi seperti yang kita ketahui
bahwa SARS-CoV-2 dapat menular dari manusia ke manusia. Penyebaran virus ini
terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Penularannya terjadi melalui droplet yaitu
dari percikan-percikan dari hidung dan mulut, kontak dengan droplet dan fekal-
oral. Percikan percikan tersebut akan menempel pada benda dan orang bisa
terinfeksi jika menyentuh benda tersebut (Harahap, 2020). Pengaruh pandemi
covid-19 terhadap pelayanan kefarmasian khususnya di rumah sakit yaitu seiring
dengan perkembangan penyakit ini yang begitu pesat, berbagai masalah pun mulai
bermunculan. Permasalahan yang berkembang bukan hanya masalah bagaimana
ketersediaan sumber daya rumah sakit yang kemudian menyebabkan keterbatasan
dalam memberikan layanan, tetapi juga bagaimana rumah sakit mempersiapkan

4
mental para tenaga kesehatan. Selain itu, tenaga kesehatan juga harus
mempersiapkan bagaimana ketakutan masyarakat akan COVID-19 menyebabkan
keengganan untuk mendapatkan pertolongan kesehatan atas masalahnya sendiri di
rumah sakit. Serial kasus ini ditulis untuk mengangkat pengalaman dalam
penanganan pasien keganasan dengan keterbatasannya pada masa pandemi
COVID-19. Adanya wabah penyakit baru yang kemudian meluas sehingga
dinyatakan pandemi oleh WHO menyebabkan kecemasan dan ketakutan pada
masyarakat umum. Ketakutan ini terjadi karena ketidakpahaman oleh masyarakat.
Ketakutan yang menyebar ini kemudian menyebabkan diskriminasi dan
munculnya pembatasan-pembatasan yang tidak sesuai terjadi di masyarakat. Di
sisi lain, sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi penyebaran penyakit,
masyarakat terutama populasi berisiko tinggi, dihimbau untuk tetap di rumah,
termasuk diantaranya tidak ke rumah sakit. Anjuran untuk tetap di rumah
bertujuan untuk menjaga jarak antar orang serta menghindari kumpulan massa. hal
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa penyebaran COVID-19 antar orang
terjadi melalui droplet (Adiputra, 2020).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang “Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan
Kefarmasian Pada Masa Pandemi covid-19 di Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota
Kendari Tahun 2021”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan kefarmasian pada masa pandemi covid-19 di Rumah
Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari Tahun 2021?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan kefarmasian pada masa pandemi covid-19 di Rumah
Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari Tahun 2021.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas, maka yang dapat diperoleh dari penelitian ini
yaitu:

5
1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan yang lebih baik di bidang pelayanan
kefarmasian khususnya tentang peningkatan mutu pelayanan kefarmasian.
2. Bagi institusi, dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan dalam
meningkatkan mutu pelayanan khususnya mengenai pelayanan di apotek
Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari.
3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dapat menjadi acuan untuk
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota
Kendari.
4. Bagi Masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan
wawasan dan pengetahuan tentang pelayanan kefarmasian yang baik dan
benar

6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Coronavirus Disease 2019


a. Definisi
Penyakit Coronavirus 2019 (COVID 19) adalah salah satu jenis virus
pneumonia yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini merupakan virus korona jenis ketiga yang
sangat patogen setelah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-
CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). COVID-
19 pertama kali dilaporkan dari Wuhan, provinsi Hubei, China, pada Desember
2019. Penyakit COVID-19 bersifat zoonosis, tetapi seperti yang kita ketahui
bahwa SARS-CoV-2 dapat menular dari manusia ke manusia. Penyebaran virus ini
terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Penularannya terjadi melalui droplet yaitu
dari percikan-percikan dari hidung dan mulut, kontak dengan droplet dan fekal-
oral. Percikan percikan tersebut akan menempel pada benda dan orang bisa
terinfeksi jika menyentuh benda tersebut. Virus COVID-19 dapat bertahan hingga
72 jam pada plastic dan stainless steel, kurang dari 24 jam pada karton dan
berkisar antara 6 hingga 41 hari dengan rata-rata 14 hari. Periode ini tergantung
dari usia pasien dan status sistem kekebalan pasien. Lebih pendek pada pasien
berusia di atas 70 tahun dibandingkan di bawah 70 tahun (Harahap, 2020).
b. Epidemiologi
Berawal pada bulan Desember 2019 tepatnya pada tanggal 29 Desember
2019, ditemukan lima kasus pertama pasien pneumonia di Kota Wuhan Provinsi
Hubei, China. Lima orang tersebut dirawat dirumah sakit dengan acute respiratory
distress syndrome dan satu diantaranya meninggal dunia.Sekitar 66% penderita
terpajan di pasar ikan atau pasar makanan laut (Wet Market) Huanan di kota
Wuhan. Thailand adalah Negara pertama yang terkonfirmasi Covid-19 diluar
Negara China pada tanggal 13 Januari 2020. Thailand terkonfirmasi positif Covid-
19 sebanyak 3.135 kasus dan 58 kematian sejak tanggal 13 Januari 2020 hingga
15 Juni 2020. Penderita Covid-19 meningkat pesat menjadi 7.734 kasus pada
tanggal 30 Januari 2020 dan pada tanggal yang sama terkonfirmasi 90 kasus

7
pasien positif Covid-19 yang berasal dari berbagai Negara baik di benua Asia,
Eropa dan Australia. Pada tanggal 30 Januari 2020 pula, WHO membunyikan
alarm darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian oleh seluruh dunia
yaitu Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Penyebaran
kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada tanggal 02 Maret 2020 yang
terkonfirmasi sebanyak 2 penderita yang berasal dari Jakarta.Tanggal 15 Juni
2020, sebanyak 38.277 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dan terkonfirmasi
meninggal sebanyak 2.134 kasus. Di Jawa Timur, pada tanggal 19 Juni 2020
terkonfirmasi penderita Covid-19 sebanyak 9.046 +209 kasus baru, terkonfirmasi
sembuh sebanyak 2.763 kasus, dan terkonfirmasi meninggal sebanyak 721 kasus
(Levani dkk, 2021).
c. Virologi
Coronavirus termasuk virus yang menyerang saluran pernapasan.Virus
yang berhubungan dengan infeksi pada saluran pernapasan akan menggunakan sel
epitel dan mukosa saluran napas sebagai target awal dan menyebabkan infeksi
pada saluran pernapasan atau kerusakan organ. Virus corona merupakan virus
RNA rantai tunggal dan rantai positif yang masuk keluarga coronaviridae yang
dibagi menjadi subfamili menurut serotip dan genotip karakteristik yang meliputi
a, β, γ dan δ. Coronavirus pada umumnya menyerang hewan khususnya kelelawar
dan unta. Coronavirus mempunyai sampul (enveloped), dengan partikel bulat dan
seringkali berbentuk pleomorfik. Dinding coronavirus dilapisi oleh protein S
sebagai protein antigenik utama yang dapat berikatan dengan reseptor yang ada di
tubuh hostnya. Terdapat enam jenis coronavirus yang ditemukan di saluran napas
pada manusia yaitu 229E, NL63 dari genus Polygonum, OC43 dan HPU dari
genus beta, Middle East Respiratory Syndrome-associated Coronavirus
(MERSCoV), and Severe Acute Respiratory Syndromeassociated Coronavirus
(SARS-CoV). Coronavirus jenis baru atau SARS-CoV2 penyebab Covid-19 dapat
diklasifikasikan dalam kelompok betacoronavirus yang menyerupai SARS-CoV
dan MERS-CoV tetapi tidak sama persis. Coronavirus pada kelelawar merupakan
sumber utama yang menyebabkan Middle East Respiratory Syndrome-associated
Coronavirus (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome-associated

8
Coronavirus. Coronavirus sensitif terhadap panas, dengan suhu 56 derajat celcius
selama 30 menit dinding lipid dapat dihancurkan. Alkohol 75%, klorin
mengandung desinfektan, asam peroksiasetat dan klorform juga dapat melarutkan
lipid coronavirus. Menurut Van Doremalen dkk, 2020 menyebutkan bahwa
coronavirus lebih stabil pada plastik dan stainless steel >72 jam dibandingkan
tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam) (Levani dkk, 2021).
c. Patogenesis
Patogenesis Coronavirus atau Covid-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus, hasil anasilis menunjukkan adanya kemiripan dengan SARS.
Pada kasus Covid-19, trenggiling diduga sebagai perantaranya karena genomnya
mirip dengan coronavirus pada kelelawar (90,5%) dan SARS-CoV2 (91%).
Coronavirus disease 2019 Covid-19 atau yang sebelumnya disebut SARS-CoV2.
Covid-19 pada manusia menyerang saluran pernapasan khususnya pada sel yang
melapisi alveoli. Covid-19 mempunyai glikoprotein pada enveloped spike atau
protein S. Untuk dapat meninfeksi “manusia” protein S virus akan berikatan
dengan reseptor ACE2 pada plasma membrane sel tubuh manusia. Di dalam sel,
virus ini akan menduplikasi materi genetik dan protein yang dibutuhkan dan akan
membentuk virion baru di permukaan sel. Sama halnya SARS-CoV setelah masuk
ke dalam sel selanjutnya virus ini akan mengeluarkan genom RNA ke dalam
sitoplasma dan golgi sel kemudian akan ditranslasikan membentuk dua
lipoprotein dan protein struktural untuk dapat bereplikasi. Faktor virus dengan
respon imun menentukan keparahan dari infeksi Covid-19 ini. Efek sitopatik virus
dan kemampuannya dalam mengalahkan respon imun merupakan faktor
keparahan infeksi virus. Sistem imun yang tidak adekuat dalam merespon infeksi
juga menentukan tingkat keparahan, di sisi lain respon imun yang berlebihan juga
ikut andil dalam kerusakan jaringan. Saat virus masuk ke dalam sel selanjutnya
antigen virus akan dipresentasikan ke Antigen Presentation Cell (APC). Presentasi
sel ke APC akan merespon sistem imun humoral dan seluler yang dimediasi oleh
sel T dan sel B. IgM dan IgG terbentuk dari sistem imun humoral. Pada SARS-
CoV IgM akan hilang pada hari ke 12 dan IgG akan bertahan lebih lama.Virus
dapat menghindar dari sistem imun dengan cara menginduksi vesikel membran

9
ganda yang tidak mempunyai pattern recognition receptors (PRRs) dan dapat
bereplikasi di dalam vesikel tersebut sehingga tidak dapat dikenali oleh sel imun.
Pasien konfirmasi potitif Covid-19 dengan gejala klinis ringan menunjukkan
respon imun didapatkan peningkatan sel T terutama CD8 pada hari ke 7-9, selain
itu ditemukan T helper folikular dan Antibody Secreting Cells (ASCs). Pada hari
ke 7 hingga hari ke 20, ditemukan peningkatan IgM/IgG secara progresif. (18)Jika
dibandingkan dengan kontrol sehat, jumlah monosit CD14+ dan CD16+
mengalami penurunan. Namun pada orang konfirmasi positif Covid-19 dengan
tanda dan gejala yang ringan tidak ditemukan peningkatan kemokin dan sitokin
proinflamasi. Pada pasien konfirmasi positif Covid19 dengan gejala klinis berat
memberikan hasil profil imunologi yang berbeda dengan klinis ringan. Pada kasus
klinis berat ditemukan hitung limfosit yang rendah, serta hasil monosit, basofil,
dan eosinofil lebih rendah pada pasien Covid-19 dengan klinis berat. Teradapat
pula peningkatan mediator proinflamasi (TNF-α, IL 1, IL6 dan IL 8) namun pada
sel T helper, T supresor dan T regulator mengalami penurunan pada kasus Covid-
19 klinis berat. Pasien Covid-19 yang mengalami Acute Distress Respiratory
Syndrome (ADRS) juga ditemukan sel T CD4 dan CD 8 mengalami penurunan,
limfosit CD 4 dan CD8 mengalami hiperaktivasi. ARDS merupakan salah satu
penyebab kematian pada kasus Covid-19 yang diakibatkan oleh peningkatan
mediator proinflamasi (badai sitokin) yang tidak terkontrol. Hal itu akan
mengakibatkan kerusakan paru terbentuknya jaringan fibrosis sehingga dapat
terjadinya kegagalan fungsi. Gejala Klinis Rata-rata masa inkubasi adalah 4 hari
dengan rentang waktu 2 sampai 7 hari. Masa inkubasi dengan menggunakan
distribusi lognoral yaitu berkisar antara 2,4 sampai 15,5 hari. Periode bergantung
pada usia dan status imunitas pasien. Rerata usia pasien adalah 47 tahun dengan
rentang umur 35 sampai 58 tahun serta 0,9% adalah pasien yang lebih muda dari
umur 15 tahun. Gejala umum di awal penyakit adalah demam, kelelahan atau
myalgia, batuk kering. Serta beberapa organ yang terlibat seperti pernapasan
(batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, hemoptisis atau batuk darah, nyeri dada),
gastrointestinal (diare, mual, muntah), neurologis (kebingungan dan sakit kepala).
Namun tanda dan gejala yang sering dijumpai adalah demam (83-98%), batuk

10
(76-82%), dan sesak napas atau dyspnea (31-55%). Pasien dengan gejala yang
ringan akan sembuh dalam watu kurang lebih 1 minggu, sementara pasien dengan
gejala yang parah akan mengalami gagal napas progresif karena virus telah
merusak alveolar dan akan menyebabkan kematian. Kasus kematian terbanyak
adalah pasien usia lanjut dengan penyakit bawaan seperti kardiovaskular,
hipertensi, diabetes mellitus, dan parkinson. Seperempat pasien yang dirawat di
rumah sakit Wuhan memiliki komplikasi serius berupa aritmia, syok, cedera ginjal
akut dan acute respiratory distress syndrome (ARDS). Pasien yang menjalani
pemeriksaan penunjang CT Scan, menunjukkan tanda pneumonia bilateral dengan
opasitas bilateral ground glass. Perlu diingat, terdapat kesamaan gejala antara
betacoronavirus dengan Covid-19 yaitu batuk, sesak napas, dan opasitas bilateral
ground glass pada CT Scan dada (Levani dkk, 2021).
d. Gejala klinis
Gejala awal COVID-19 tidak spesifik. Gejala umum muncul dengan
demam, batuk dan kelelahan, yang kemudian dapat sembuh secara spontan atau
berkembang menjadi sesak napas, dispnea, dan pneumonia, yang menyebabkan
ARDS, gagal ginjal, disfungsi koagulasi, multipel kegagalan organ bahkan
kematian. Gejala yang lebih jarang yaitu rasa nyeri, hidung tersumbat, sakit
tenggorokan, sakit kepala bahkan kehilangan indera penciuman atau rasa. Gejala
yang dialami oleh penderita biasanya bersifat ringan dan munculnya bertahap,
tetapi ada juga yang tidak memiliki gejala atau bahkan gejalanya lebih parah dan
serius pada beberapa orang (Harahap, 2020).
e. Fakto Resiko
Laki-laki perokok aktif adalah faktor risiko dari infeksi Covid-19.Begitu
pula dengan pasien yang sudah ada penyakit bawaan seperti diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit kardiovaskular (perokok, diabetes mellitus, serta
hipertensi) terdapat peningkatan pada reseptor ACE2. Pasien lanjut usia yang
memiliki komorbiditas seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, penyakit ginjal
kronis, dan diabetes mellitus memiliki faktor risiko lebih besar terkena SARS-
CoV-2. Pengguna (ARB) angiotensin receptor blocker berisiko tinggi terkena
Covid-19. Pasien dengan kanker lebih rentan terhadap infeksi daripada orang

11
yang tidak memiliki kanker, karena keadaan imunosupresif sistemik mereka
disebabkan kemoterapi dan pembedahan. Pasien kanker memiliki risiko tinggi
terkena Covid-19 dan prognosisnya buruk. Menurut Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), faktor risiko yang paling penting adalah kontak langsung
dengan penderita Covid-19, baik itu tinggal serumah, atau memiliki riwayat
berpergian ke tempat pandemik. Tenaga medis adalah salah satu risiko paling
tinggi tertular SARS-CoV-2 ini (Levani dkk, 2021).
f. Tata Laksana
Hingga saat ini, belum ada obat yang spesifik dan vaksin untuk pasien
Covid-19. Penanganan yang dapat dilakukan adalah pemberian obat simptomatik,
pemasangan oksigenasi, dan menjaga tanda-tanda vital agar tetap normal. Chen N
dkk (2020) telah melakukan penelitian pada 99 kasus penderita Covid-19 di Kota
Wuhan, mengatakan bahwa 75 pasien yang dirawat dirumah sakit di Kota Wuhan
telah diberikan obat antivirus berupa oseltamivir 75 mg setiap 12 jam, lopinavir
dan ritonavir 500 mg diberikan oral sebanyak dua kali sehari, serta pemberian
ganciclovir 25 gram tiap 12 jam secara intravena. Pemberian antivirus terus
dilakukan hingga 3-14 hari. Hampir semua pasien diberikan terapi antibiotik, 25
pasien diobati dengan antibiotik dosis tunggal dan 45 pasien kombinasi.
Antibiotik diberikan ketika terjadi infeksi sekunder dari bakteri Antibiotik yang
diberikan adalah cephalosporin, quinolons, carbapenem, dan tigecycline. Lu H
tahun (2020) merekomendasikan beberapa obat terapi antivirus untuk COVID-19
yaitu IFN-Alfa (5 juta U), lopinavir dan ritonavir (400 mg/100mg bid po). IFN-
alfa adalah obat antivirus spektrum luas yang dapat mengobati hepatitis B,
sedangkan lopinavir dan ritonavir adalah salah satu jenis protease inhibitor yang
digunakan untuk pengobatan HIV. WHO dan beberapa negara sedang
melaksanakan uji klinis untuk menemukan obat yang cocok pada Covid-19, uji
trial ini bernama SOLIDARITY. Uji ini terdapat 4 kelompok, yaitu kelompok
LPV/r dan Interferon-beta (IFN-beta), remdesivir, serta CLQ dan HCQ.) (Levani
dkk, 2021).

12
2.2 Rumah Sakit
a. Definisi
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes,
2020).
Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik. Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit
dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma pelayanan kefarmasian dari
orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi apoteker perlu
ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat
diimplementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian,
para apoteker Indonesia dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara
sendiri. Perkembangan di atas dapat menjadi peluang sekaligus merupakan
tantangan bagi apoteker untuk maju meningkatkan kompetensinya sehingga dapat
memberikan pelayanan kefarmasian secara komprehensif dan simultan baik yang
bersifat manajerial maupun farmasi klinik. Strategi optimalisasi harus ditegakkan
dengan cara memanfaatkan sistem informasi rumah sakit secara maksimal pada
fungsi manajemen kefarmasian, sehingga diharapkan dengan model ini akan
terjadi efisiensi tenaga dan waktu. Efisiensi yang diperoleh kemudian
dimanfaatkan untuk melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinik secara intensif
(Permenkes, 2016).
Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen
penggunaan obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-
kurangnya sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit
memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan
penggunaan obat yang berkelanjutan. Rumah Sakit perlu mengembangkan

13
kebijakan pengelolaan obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya obat yang
perlu diwaspadai (high- alert medication). High-alert medication adalah Obat
yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan
serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan reaksi obat
yang tidak diinginkan (ROTD) (Permenkes, 2016).
Salah satu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit adalah Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah
sakit tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang
ditujukan untuk keperluan rumah sakit dan pasien. pekerjaan kefarmasian yang
dimaksud adalah kegiatan yang menyangkut pembuatan, pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengelolaan perbekalan farmasi (perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, distribusi, pencatatan, pelaporan,
pemusnahan/penghapusan), spelayanan resep, pelayanan informasi obat,
konseling, farmasi klinik di ruangan (Rusli, 2016).
b. Tugas Dan Fungsi
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna, fungsi rumah sakit yaitu (Depkes, 2009):
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
3. Penyelesnggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
c. Pelayanan dan Pengelolaan
Jenis pelayanan yang diberikan, urmah sakit dikategorikan dalam rumah
sakit umum dan rumah sakit khusus.
1. Rumah sakit umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 butir a memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Pelayanan

14
kesehatan yang diberikan oleh Rumah sakit umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas :
a. pelayanan medik dan penunjang medik
b. pelayanan keperawatan dan kebidanan dan
c. pelayanan nonmedik.
2. Rumah sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hururf b
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya (Permenkes, 2020).
Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi rumah
sakit publik dan rumah sakit privat (Depkes, 2009)
a. Rumah sakit publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
b. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan badan layanan umum atau badan
layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dialihkan menjadi Rumah
sakit privat
d. Rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dikelola
oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
Persero.
Pasal 22
1. Rumah sakit dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah
memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.
2. Rumah sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang membidangi urusan
pendidikan.

15
Pasal 23
1. Rumah sakit pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 merupakan
rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu
dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran
berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
2. Dalam penyelenggaraan rumah sakit pendidikan dapat dibentuk jejaring rumah
sakit pendidikan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai rumah sakit pendidikan diatur dengan peraturan
pemerintah
d. Klasifikasi
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan
fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.
Klasifikasi Rumah sakit umum sebagaimana dimaksud pada pasal 16
bagian tiga terdiri atas (Permenkes, 2020):
a. Rumah sakit umum kelas A
b. Rumah sakit umum kelas B
c. Rumah sakit umum kelas C
d. Rumah sakit umum kelas D
Klasifikasi Rumah sakit khusus sebagaimana dimaksud pada pasal 18
terdiri atas :
a. Rumah sakit khusus kelas A
b. Rumah sakit khusus kelas
c. Rumah sakit khusus kelas C
2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
a. Definisi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit
tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan
untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud
adalah kegiatan yang menyangkut pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengelolaan perbekalan farmasi (perencanaan, pengadaan, penerimaan,

16
penyimpanan, distribusi, pencatatan, pelaporan, pemusnahan/penghapusan),
pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, farmasi klinik di ruangan.
IFRS merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan produks yaitu sediaan farmasi, perbekalan kesehatan dan gas
medis habis pakai serta pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO, Konseling, Meso,
Monitoring Terapi Obat, Reaksi Merugikan Obat) bagi pasien atau keluarga pasien
(Rusli, 2016)
IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah pimpinan
seorang Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan kompeten secara profesional, yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna,
mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat
inap dan rawat jalan, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit serta pelayanan farmasi
klinis (Rusli, 2016).
a. Tugas, Tanggung Jawab dan Fungsi IFRS
1. Tugas IFRS
Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan
kesehatan. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang dimaksud adalah
obat, bahan obat, gas medis dan alat kesehatan, mulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan rawat jalan dan rawat inap. IFRS
berperan sangat sentral terhadap pelayanan di rumah sakit terutama
pengelolaan dan pengendalian sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan
kesehatan (Rusli, 2016).
2. Tanggung jawab IFRS
Mengembangkan pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik
dan tepat untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan yang bersifat diagnosis
dan terapi untuk kepentingan pasien yang lebih baik (Rusli, 2016).

17
3. Fungsi IFRS
IFRS berfungsi sebagai unit pelayanan dan unit produksi. Unit pelayanan
yang dimaksud adalah pelayanan yang bersifat manajemen (non klinik)
adalah pelayanan yang tidak bersentuhan langsung dengan pasien dan tenaga
kesehatan lain. Pelayanan IFRS yang menyediakan unsur logistik atau
perbekalan kesehatan dan aspek administrasi. IFRS yang berfungsi sebagai
pelayanan non manajemen (klinik) pelayanan yang bersentuhan langsung
dengan pasien atau kesehatan lainnya. Fungsi ini berorientasi pasien sehingga
membutuhkan pemahaman yang lebih luas tentang aspek yang berkaitan
dengan penggunaan obat dan penyakitnya serta menjunjung tinggi etika dan
perilaku sebagai unit yang menjalankan asuhan kefarmasian yang handal dan
profesional (Rusli, 2016).
b. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Stuktur Organisasi IRFS Terdiri Dari (Rusli, 2016) :
1. Kepala IFRS adalah Apoteker yang bertanggung jawab secara keseluruhan
terhadap semua aspek penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dan
pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan di rumah
sakit.
2. Panitia Farmasi dan Terapi adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari IFRS sehingga tidak mempunyai jalur fungsional terhadap IFRS
melainkan jalur koordinasi dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah
sakit. Tugas PFT adalah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan dan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan
kesehatan di rumah sakit. Panitia ini terdiri unsur tenaga kesehatan
profesional (Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Ners) sehingga kredibilitas dan
akuntabilitas terhadap monitoring dan evaluasi pelayanan dan pengelolaan
sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan dapat
dipertanggungjawabkan
3. Farmasi Klinik membidangi aspek yang menyangkut asuhan kefarmasian

18
terutama pemantauan terapi obat. Bidang ini membawahi konseling pasien,
pelayanan informasi obat dan evaluasi penggunaan obat baik pasien di
ruangan maupun pasien ambulatory.
4. Logistik mempunyai tugas dalam hal menyiapkan dan memantau
perlengkapan perbekalan kesehatan, perencanaan dan pengadaan, sistem
penyimpanan di gudang, dan produksi obat dalam kapasitas rumah sakit
nonsteril dan aseptik.
5. Distribusi mempunyai tugas bertanggung jawab terhadap alur distribusi
sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan (obat, bahan baku
obat, alat kesehatan dan gas medis) kepada pasien rawat jalan, IRD,
ICU/ICCU, kamar operasi, bangsal atau ruangan.
6. Diklat mempunyai tugas dalam memfasilitasi tenaga pendidikan kesehatan
dan nonkesehatan yang akan melaksanakan praktek kerja sebagai tuntutan
kurikulum dan melaksanakan pelatihan.
7. Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan
pengetahuan dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang
berkaitan dengan kefarmasian secara kesinambungan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan di bidang kefarmasian.
8. Pendidikan dan Pelatihan merupakan kegiatan pengembangan sumber daya
manusia instalasi farmasi rumah sakit untuk meningkatkan potensi dan
produktivitasnya secara optimal, serta melakukan pendidikan dan pelatihan
bagi calon tenaga farmasi untuk mendapatkan wawasan, pengetahuan dan
keterampilan di bidang farmasi rumah sakit
9. Litbang mempunyai tugas memfasilitasi penelitian dan pengabdian pada
masyarakat
10. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit yaitu: Penelitian farmasetik,
termasuk pengembangan dan menguji bentuk sediaan baru.Formulasi,
metode pemberian (konsumsi) dan sistem pelepasan obat dalam tubuh
Drug Released System.

19
11. Berperan dalam penelitian klinis yang diadakan oleh praktisi klinis, terutama
dalam karakterisasi terapetik, evaluasi, pembandingan hasil Outcomes dari
terapi obat dan regimen pengobatan.
12. Penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan, termasuk penelitian
perilaku dan sosioekonomi seperti penelitian tentang biaya keuntungan cost-
benefit dalam pelayanan farmasi.
13. Penelitian operasional operation research seperti studi waktu, gerakan, dan
evaluasi program dan pelayanan farmasi yang baru dan yang ada sekarang.
14. Pengembangan instalasi farmasi rumah sakit di rumah sakit pemerintah kelas
A dan B (terutama rumah sakit pendidikan) dan rumah sakit swasta sekelas,
agar mulai meningkatkan mutu perbekalan farmasi dan obat-obatan yang
diproduksi serta mengembangkan dan melaksanakan praktek farmasi klinik.
15. Pimpinan dan Tenaga Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus berjuang,
bekerja keras dan berkomunikasi efektif dengan semua pihak agar
pengembangan fungsi instalasi farmasi rumah sakit yang baru itu dapat
diterima oleh pimpinan dan staf medik rumah sakit.
d. Ruang Lingkup
Ruang lingkup IFRS yaitu memberikan pelayanan farmasi berupa pelayanan
nonklinik dan klinik. Pelayanan nonklinik biasanya tidak secara langsung
dilakukan sebagai bagian terpadu, pelayanan ini sifatnya administrasi atau
manajerial seperti pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan
kesehatan dan interaksi profesional dengan tenaga kesehatan lainnya. Pelayanan
klinik mencakup fungsi IFRS yang dilakukan dalam program rumah sakit yaitu
pelayanan obat di apotik/depo, konseling pasien, pelayanan informasi obat,
evaluasi penggunaan obat, monitoring efek samping obat, pemantauan terapi obat
(Rusli, 2016).
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Pengelolaan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan, dengan tujuan;

20
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi.
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna.
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung yang diberikan
kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat. Pelayanan farmasi
klinik meliputi (Rusli, 2016) :
a. Pengkajian pelayanan resep
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat,
pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap
alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan
pemberian obat (medication error). Tujuan pengkajian pelayanan dan resep
untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah
terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan
informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan
sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara
atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien.
c. Pelayanan informasi obat (PIO) adalah kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak
bias, terkini dan komprehensif yang diberikan kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar
rumah sakit. Kegiatan yang dilakukan pada PIO meliputi:
1) Menjawab pertanyaan.
2) Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.
3) Menyediakan informasi bagi komite/subkomite farmasi dan terapi.
4) Sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit.

21
5) Bersama dengan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
(PKMRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan
rawat inap.
6) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya.
7) Melakukan penelitian.
d. Konseling
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan
pasien/keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan
kesempatan kepada pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan
membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga
pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam
penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling
adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi,
meminimalkan risiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan
menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi.
e. Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter,
pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada
pasien yang sudah keluar rumah sakit atas permintaan pasien yang biasa
disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care).
Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri
dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa
terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.

22
f. Pemantauan terapi obat (PTO)
PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi
obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan pemantauan terapi
obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko ROTD.
g. Monitoring efek samping obat (MESO)
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang
tidak dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek samping
obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
h. Evaluasi penggunaan obat (EPO)
EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstrukturi dan
berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
i. Dispensing sediaan khusus
Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit
dengan tekhnik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat. Tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus
adalah untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas
dari paparan zat berbahaya, dan menghindari terjadinya kesalahan pemberian
obat (Rusli, 2016).
2.4 Standar Pelayanan Kefarmasian
a. Definisi
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah
sakit bertujuan untuk (Rusli, 2016) :
1. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian;dan

23
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit harus menjamin ketersediaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat, dan terjangkau. Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian di
rumah sakit, harus dilakukan pengendalian mutu pelayananan kefarmasian yang
meliputi monitoring dan evaluasi (monev) (Rusli, 2016).
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan
pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara
lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit
akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya
pengetahuan pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi
ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya
berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian (Rusli,
2016).
Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam
standar pelayanan rumah sakit masih bersifat umum, maka untuk membantu pihak
rumah sakit dalam mengimplementasikan standar pelayanan rumah sakit tersebut
perlu dibuat standar pelayanan farmasi di rumah sakit yang bersifat paripurna
sesuai tuntutan rumah sakit dan pasien. Sehubungan dengan berbagai kendala
sebagaimana disebut di atas, maka sudah saatnya pula farmasi rumah sakit
menginventarisasi semua kegiatan farmasi yang harus dijalankan dan berusaha
mengimplementasikan secara prioritas dan simultan sesuai kondisi rumah sakit
(Rusli, 2016).
Praktik Kefarmasian adalah sautu kegiatan yang dilakukan oleh tenaga
farmasi dalam menjalankan pelayanan farmasi yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit meliputi 2

24
(dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia, sarana, dan peralatan (Rusli, 2016).
b. Tujuan dan Fungsi
Tujuan pelayanan kefarmasian yaitu (Rusli, 2016) :
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
3. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
5. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan.
6. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
Fungsi pelayanan kefarmasian yaitu (Rusli, 2016) :
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
2. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan mengkaji
instruksi pengobatan/resep pasien.

25
a. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
b. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan denan obat dan alat
kesehatan.
c. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
d. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
e. Memberi pelayanan informasi obat kepada pasien/keluarga.
f. Melaporkan setiap kegiatan
c. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pelayanan Kefarmasian Terdiri Dari (Rusli, 2016) :
1. Administrasi dan Pengelolaan Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi
berlangsungnya pelayanan farmasi yang efisien dan bermutu. Adanya struktur
organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung
jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi
yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
2. Pimpinan dan Staf
a. Kepala instalasi farmasi bertanggung jawab terhadap aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun
administrasi barang farmasi serta bertanggung jawab dan mengawasi
pelayanan farmasi dan ada pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
bila kepala instalasi farmasi berhalangan kepada kepala ruangan.
b. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
c. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
d. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait
dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan
kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.
3. Fasilitas dan peralatan harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas yang
dapat mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknis pelayanan
farmasi, sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang
fungsional, profesional dan etis.

26
a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua
barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan
sesuai dengan peraturan.
b. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
c. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
d. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
e. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik
sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
f. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin
keamanan setiap staf.
4. Kebijakan dan prosedur semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis
dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan
prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir
yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu
sendiri.
a. Kriteria kebijakan dan prosedur.
b. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan
apoteker menganalisa secara kefarmasian.
c. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal
berikut (Rusli, 2016) :
1) Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah
dokter.
2) Label obat yang memadai
3) Daftar obat yang tersedia.
4) Gabungan obat parenteral dan labelnya.
5) Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang
diberikan.
6) Pengadaan dan penggunaan obat di rumah sakit.
7) Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan,
karyawan dan pasien tidak mampu.

27
8) Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan pembuatan/produksi, penyimpanan,
pendistribusian dan penyerahan.
9) Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat
dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan
pasien.
10) Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan
farmasi.
11) Pemberian informasi kepada pasien maupun keluarga pasien
dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek
pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat kepatuhan
dalam penggunaan obat.
12) Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka
secara organisasi dibawah koordinasi instalasi farmasi.
13) Prosedur penarikan/penghapusan obat.
14) Pengaturan persediaan dan pesanan.
15) Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada
staf.
16) Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan
peraturan/undang-undang.
17) Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus
terjamin.
18) Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf.
d. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang salah
dan atau mengatasi masalah obat.
e. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap sistem pelayanan
rumah sakit lainnya.
5. Pengembangan staf dan program pendidikan setiap staf di rumah sakit harus
mempunyai kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya.

28
a. Menyusun program pengembangan staf.
b. Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga mengetahui tugas
dan tanggung jawab.
c. Adanya mekanisme untuk mengetahui kebutuhan pendidikan bagi staf.
d. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan
dan program pendidikan berkelanjutan.
e. Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang diadakan
oleh organisasi profesi, perkumpulan dan institusi terkait.
f. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi: penggunaan obat
dan penerapannya pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi
2.5 Standar Pelayanan Minimal Kefarmasian
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal, Juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur
pelayanan minimum yang diberikan oleh badan layanan umum kepada
masyarakat. Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif, kurative
dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Definisi Operasional yaitu (Permenkes, 2008) :
1. Jenis Pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit kepada masyarakat.
2. Mutu Pelayanan
3. Dimensi Mutu adalah suatu pandangan dalam menentukan penilaian terhadap
jenis dan mutu pelayanan dilihat dari akses, efektivitas, efisiensi, keselamatan
dan keamanan kenyamanan, kesinambungan pelayanan kompetensi teknis
dan hubungan antar manusia berdasarkan standar WHO.
4. Kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu
organisasi dalam menyediakan produk dalam bentuk jasa pelayanan atau
barang kepada pelanggan.
5. Indikator Kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap

29
perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu atau tolak ukur prestasi
kuantitatif / kualitatif yang digunakan untuk mengukur terjadinya perubahane
terhadap besaran target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
6. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu
yang harus dicapai.
7. Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari
indikator
8. Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari sumber
data untuk tiap indicator
9. Periode analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap indikator
kinerja yang dikumpulkan
10. Pembilang (numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam rumus
indikator kinerja
11. Penyebut (denominator) adalah besaran sebagai nilai pembagi dalam rumus
indikator kinerja
12. Standar adalah ukuran pencapaian mutu/kinerja yang diharapkan bisa dicapai
13. Sumber data adalah sumber bahan nyata/keterangan yang dapat dijadikan
dasar kajian yang berhubungan langsung dengan persoalan.
a. Prinsip Penyusunan Dan Penetapan SPM
Di dalam menyusun SPM telah memperhatikan hal-hal sebagai berikut
(Permenkes, 2008) :
1. Konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama berbagai komponen atau sektor
terkait dari unsur-unsur kesehatan dan departemen terkait yang secara rinci
terlampir dalam daftar tim penyusun
2. Sederhana, SPM disusun dengan kalimat yang mudah dimengerti dan
dipahami
3. Nyata, SPM disusun dengan memperhatikan dimensi ruang, waktu dan
persyaratan atau prosedur teknis
4. Terukur, seluruh indikator dan standar di dalam SPM dapat diukur baik
kualitatif ataupun kuantitatif
5. Terbuka, SPM dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan masyarakat

30
6. Terjangkau, SPM dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya dan dana
yang tersedia Akuntabel, SPM dapat dipertanggung gugatkan kepada public
7. Bertahap, SPM mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampun
keuangan, kelembagaan dan personil dalam pencapaian SPM
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dalam pedoman ini meliputi
jenis-jenis pelayanan indikator dan standar pencapaiain kinerja pelayanan rumah
sakit.
Jenis – jenis pelayanan rumah sakit Jenis – jenis pelayanan rumah sakit
yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit meliputi (Permenkes, 2008):
1. Pelayanan gawat darurat
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Pelayanan bedah
5. Pelayanan persalinan dan perinatologi
6. Pelayanan intensif
7. Pelayanan radiologi
8. Pelayanan laboratorium patologi klinik
9. Pelayanan rehabilitasi medik
10. Pelayanan farmasi
11. Pelayanan gizi
12. Pelayanan transfusi darah
13. Pelayanan keluarga miskin
14. Pelayanan rekam medis
15. Pengelolaan limbah
16. Pelayanan administrasi manajemen
17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah
18. Pelayanan pemulasaraan jenazah
19. Pelayanan laundry
20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
21. Pencegah Pengendalian Infeksi

31
Peran Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit adalah sebagai berikut (Permenkes, 2008):
1. Pengorganisasian:
a. Gubernur/Bupati/Walikota bertanggungjawab dalam penyelenggaraan
pelayanan rumah sakit sesuai Standar Pelayanan Minimal yang
dilaksanakan oleh Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota
b. Penyelenggaraan pelayanan rumah sakit sesuai Standar Pelayanan Minimal
sebagaimana dimaksud dalam butir a secara operasional dikoordinasikan
oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
2. Pelaksanaan dan Pembinaan
a. Rumah Sakit wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimal yang disusun dan disahkan oleh Kepala Daerah
b. Pemerintah Daerah wajib menyediakan sumber daya yang dibutuhkan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Standar
Pelayanan Minimal
c. Pemerintah dan Pemerintah Provinsi memfasilitasi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan minimal dan mekanisme
kerjasama antar daerah kabupaten/kota
d. Fasilitasi dimaksud butir a dalam bentuk pemberian standar teknis,
pedoman, bimbingan teknis, pelatihan Meliputi :
1. Perhitungan kebutuhan Pelayanan rumah sakit sesuai Standar Pelayanan
Minimal
2. Penyusunan rencana kerja dan standar kinerja pencapaian target SPM
3. Penilaian pengukuran kinerja
4. Penyusunan laporan kinerja dalam menyelenggarakan pemenuhan
standar pelayanan minimal rumah sakit
3. Pengawasan
a. Gubernur/Bupati/walikota melaksanakan pengawasan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan
minimal rumahsakit di daerah masing-masing.

32
b. Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan laporan pencapaian
kinerja pelayanan rumah sakit sesuai standar pelayanan minimal
yang ditetapkan.
2.6 Evaluasi pengendalian mutu
Pengendalian Mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis,
sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta
menyediakan mekanisme tindakan yang diambil. Melalui pengendalian mutu
diharapkan dapat terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan efarmasian
yang berkesinambungan. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian
merupakan kegiatan yang dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang
berjalan maupun yang sudah berlalu. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui
monitoring dan evaluasi. Tujuan kegiatan ini untuk menjamin pelayanan
kefarmasian yang sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan upaya
perbaikan kegiatan yang akan datang. Pengendalian mutu pelayanan
kefarmasian harus terintegrasi dengan program pengendalian mutu pelayanan
kesehatan rumah sakit yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Kegiatan
pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi (Permenkes, 2014) :
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu sesuai target yang ditetapkan.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja);
2. memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
1. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan;
2. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan. Tahapan
program pengendalian mutu:
a. Mendefinisikan kualitas pelayanan kefarmasian yang diinginkan dalam
bentuk kriteria.

33
b. Penilaian kualitas pelayanan kefarmasian yang sedang berjalan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan;
d. Penilaian ulang kualitas pelayanan kefarmasian.
e. Up date kriteria.
Langkah–langkah dalam aplikasi program pengendalian mutu, meliputi
(Permenkes, 2014):
1) Memilih subyek dari program
2) Tentukan jenis pelayanan kefarmasian yang akan dipilih
3) Berdasarkan prioritas
4) Mendefinisikan kriteria suatu pelayanan kefarmasian sesuai dengan
kualitas pelayanan yang diinginkan
5) Mensosialisasikan kriteria pelayanan kefarmasian yang dikehendaki
6) Dilakukan sebelum program dimulai dan disosialisasikan pada semua
personil serta menjalin konsensus dan komitmen bersama untuk
mencapainya
7) Melakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan yang sedang berjalan
menggunakan kriteria
8) Apabila ditemukan kekurangan memastikan penyebab dari kekurangan
tersebut
9) Merencanakan formula untuk menghilangkan kekurangan;
10) Mengimplementasikan formula yang telah direncanakan;
11) Revaluasi dari mutu pelayanan.
Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan
indikator, suatu alat/tolok ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan
terhadap standar yang telah ditetapkan. Indikator dibedakan menjadi (Permenkes,
2014):
a. Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan untuk mengukur
terpenuhi tidaknya standar masukan, proses, dan lingkungan.

34
b. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk mengukur
tercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang
diselenggarakan. Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut:
1. Sesuai dengan tujuan
2. Informasinya mudah didapat
3. Singkat, jelas, lengkap dan tak menimbulkan berbagai interpretasi
4. Rasional
Dalam pelaksanaan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian dilakukan
melalui kegiatan monitoring dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan oleh
Instalasi Farmasi sendiri atau dilakukan oleh tim audit internal.
Monitoring dan evaluasi merupakan suatu pengamatan dan penilaian secara
terencana, sistematis dan terorganisir sebagai umpan balik perbaikan sistem dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan. Monitoring dan evaluasi harus
dilaksanakan terhadap seluruh proses tata kelola sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai sesuai ketentuan yang berlaku (Permenkes, 2014)
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi menjadi 3 (tiga) jenis
program evaluasi, yaitu (Permenkes, 2014) :
a. Prospektif adalah program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan, contoh:
standar prosedur operasional, dan pedoman.
b. Konkuren adalah program dijalankan bersamaan dengan pelayanan
dilaksanakan, contoh: memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep
oleh asisten apoteker.
c. Retrospektif adalah program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan
dilaksanakan, contoh: survei konsumen, laporan mutasi barang, audit internal.
evaluasi mutu pelayanan merupakan proses pengukuran, penilaian atas semua
kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit secara berkala. Kualitas
pelayanan meliputi: teknis pelayanan, proses pelayanan, tata cara/standar
prosedur operasional, waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan.
Metode evaluasi yang digunakan, terdiri dari (Permenkes, 2014):
a. Audit (pengawasan) Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah
sudah sesuai standar.

35
b. Review (penilaian) Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan
sumber daya, penulisan Resep.
c. Survei Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau
wawancara langsung.
d. Observasi Terhadap kecepatan pelayanan misalnya lama antrian, ketepatan
penyerahan Obat
2.7 Kepuasan Pasien
a. Definisi
Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin “satis” (artinya
cukup baik, memadai atau layak) dan “facio” (membuat). Kepuasan bisa diartikan
sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai” (Lantuka
dkk., 2017).
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Arifin dkk, 2013).
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Kepuasan pasien atau organisasi pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain berkaitan dengan (Martini, 2016):
1. Karakteristik Produk.
2. Harga
3. Pelayanan.
4. Lokasi.
5. Fasilitas.
6. Image.
7. Desain Visual
8. Suasana.
9. Komunikasi
Faktor-faktor dasar yang mendorong kepuasan Pasien/Pelanggan
diantaranya adalah (Martini, 2016):
1. Kualitas Produk.
2. Harga.

36
3. Servie Quality.
4. Emotional.
5. Biaya.
2.8 Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
menimbulkan kepuasan pada setiap pasien dimana tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan standar dan kode etik yang telah ditetapkan. Kepuasan menjadi
bagian penting dalam pelayanan kesehatan sebab kepuasan pasien tidak dapat
dipisahkan dari kualitas pelayanan kesehatan (Fadhilah Dkk, 2020).
Kualitas pelayanan yang baik akan mempengaruhi kepuasan pelanggan
terutama untuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Kualitas pelayanan dan
kepuasan pelanggan merupakan instrumen untuk menghadapi persaingan yang
semakin ketat (Sulaeman, 2015).
a. Dimensi Kualitas Pelayanan
Lima dimensi karakteristik yang digunakan oleh para pasien dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan, antara lain sebagai berikut (Sulaeman, 2015) :
1) Tangibles (Bukti Fisik)
Bukti fisik adalah kemampuan untuk menunjukkan keberadaannya pada pihak
eksternal melalui sarana dan prasarana fisik, dan keadaan lingkungan
sekitarnya sebagai bukti nyata dan pelayanan yang diberikan.
2) Reliability (Kehandalan)
Kehandalan adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan
yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya.
3) Responsiveness (Ketanggapan)
kesediaan untuk memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien
dengan cara penyampaian informasi yang jelas.
4) Assurance (Jaminan)
pengetahuan dan kemampuan dari para pegawai rumah sakit dalam
menumbuhkan rasa percaya pasien.
5) Empathy (Empati/Perhatian/Kepedulian)

37
kemampuan rumah sakit dalam memahami keinginan pasien dan menghargai
pasien
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan publik yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat harus mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu. Rendahnya suatu mutu pelayanan rumah sakit
akan berpengaruh pada ketidakpuasan pasien terhadap mutu pelayanan yang
dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit (Fadhillah dkk,
2020).
Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang semula hanya
berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui
tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Selain itu,
apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional (Bertawati,
2013).

38
2.9 Kerangka Konsep

Rumah Sakit Dr. R.


Ismoyo Kendari

Pasien Rawat
Jalan

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


1. Pasien yang telah Pasien tidak bersedia dijadikan
Mendapatkan pelayanan responden karena sedang
Kefarmasian menjalankan aktivitas yang
2. Pasien usia 18-60 Tahun tidak dapat diganggu
3. Pasien bisa berkomunikasi
membaca dan menulis
dengan baik
4. Pasien bersedia menjawab
kuisioner

Mutu pelayanan kefarmasian

Tingkat kepuasan

Hasil Keterangan
: Variabel terikat
………. : Variabel bebas
39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari pada
bulan Juni sampai Agustus 2021
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah-
masalah yang diteliti. Dasar penelitian ini adalah survey, yaitu pembagian
kuesioner kepada responden yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hal
yang berhubungan dengan penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang mendapatkan
pelayanan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari
dengan jumlah pasien Rawat Jalan 6.004 pasien Perbulannya, sampel dalam
penelitian ini ditentukan menggunakan rumus Slovin, yaitu :
N
n=
N . d 2 +1
Dimana : N = Jumlah populasi
d = Batas kesalahan yang ditoleransi dalam pengambilan
sampel
n = Jumlah sampel
N 6004
n= 2 = = 98 sampel dan dibulatkan menjadi 100 sampel.
N.d +1 6004 ( 0,01 ) + 1

3.4 Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan teknik accidental s
sampling. Teknik ini didasarkan pada pengambilan sampel yang dilakukan dengan
mengambil sampel yang kebetulan ada pada saat sedang melakukan penelitian
Dalam penelitian ini sampel/responden yang dipilih adalah pasien rawat jalan atau
pendamping pasien rawat jalan dan bagian poliklinik yang mendapat pelayanan
farmasi dan dianggap peneliti mampu berkomunikasi dengan baik sehingga dapat
mempertanggungjawabkan apa yang telah ia kemukakan (Novaryatiin dkk, 2018)

40
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini yaitu :
1. Pasien: Seseorang yang berobat jalan dan mendapatkan pelayanan farmasi di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari
2. Pelayanan: Semua jenis pelayanan farmasi yang diberikan oleh petugas farmasi
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari kepada pasien
yang mendapat pelayanan.
3. Kepuasan: Tingkat keadaan yang dirasakan pasien yang merupakan hasil dari
membandingkan penampilan atau hasil produk yang dirasakan dalam
hubungannya dengan harapan pasien.
4. Tingkat Kepuasan: Jika penampilan pelayanan sangat kurang dari harapan,
pasien tidak puas maka diberi skor 1. Jika penampilan pelayanan kurang dari
harapan, pasien kurang puas maka diberi skor 2. Jika penampilan pelayanan
cukup dari harapan, pasien cukup puas maka diberi skor 3. Jika penampilan
pelayanan sesuai dengan harapan, pasien puas maka diberi skor 4. Dan jika
penampilan pelayanan melebihi harapan, pasien sangat puas maka diberi skor 5
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini yaitu :
1. Kuesioner, pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mendistribusikan
kuesioner kepada responden. Pada penelitian ini, kuesioner dibagikan kepada
responden selanjutnya diwawancarai di lokasi untuk memudahkan
pendataan.
2. Dokumen, untuk mendapatkan data sekunder, dengan mencatat data yang
telah diterbitkan oleh rumah sakit, seperti data jumlah pasien yang datang,
gambaran umum rumah sakit, struktur organisasi rumah sakit, job
description, dll.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan menyebarkan
kuesioner yang telah divalidasi kepada responden/Pasien yang menjadi subjek
penelitian.

41
3.8 Analisis Data
Menggunakan teknis analisa deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan
suatu gejala yang telah direkam oleh alat kemudian diolah data tersebut
dipaparkan dalam bentuk angka-angka. Data yang dikumpulkan kemudian dibuat
dalam bentuk tabulasi (aplikasi spss) dan dianalisis menggunakan rumus yang ada

Jumlah Skor Pengumpulan Data


yaitu x 100 %
jumlah skor ideal
(Tangkere dkk, 2020)
Analisis skor tingkat kepuasan pada penelitian ini menggunakan format
jawaban Skala Likert, yang memungkinkan pasien menjawab dalam berbagai
tingkatan (1-5) dimana setiap jawaban diberi bobot nilai dengan ketentuan sebagai
berikut skor 5 bila jawaban ‘sangat puas’, skor 4 bila jawaban ‘puas’, skor 3 bila
jawaban ‘cukup puas’, skor 2 bila jawaban ‘kurang puas’, skor 1 bula jawaban
‘tidak puas’. Kriteria interpretasi skor menurut Skala Likert dalam pengukuran
tingkat kepuasan sebagai berikut: angka 0% - 20% = tidak puas, angka 21% - 40%
= kurang puas, angka 41% - 60% = cukup puas, angka 61% - 80% = puas, dan
angka 81% - 100% = sangat puas

42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Dr.R.Ismoyo Kota Kendari


a. Letak Geografis
Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kendari adalah Rumah Sakit Tk. IV
dalam standar perumahsakitan TNI AD yang disingkat menjadi Rumkit Ismoyo
namun bagi masyarakat Sultra khususnya Kota Kendari mengenal dengan sebutan
Rumah Sakit Korem, karena berada di wilayah Korem 143/Halu Oleo Kendari.
Rumah Sakit Dr.R Ismoyo berdomisili di Kecamatan Mandonga, Kota Kendari
yang merupakan Ibu Kota Sulawesi Tenggara. Rumkit Ismoyo berada pada
tempat yang sangat strategis bagi Masyarakat Sultra karena berada di jalan poros
baik Kota maupun poros antar provinsi yakni jalan Laute no.1 Poros Jalan antar
provinsi, dan jalan Abd. Silondae poros utama kota Kendari.
b. Lingkungan Fisik
Rumkit Ismoyo selain tempatnya yang strategis, juga berada di antara
pusat perkantoran pemerintahan maupun swasta serta pusat perbelanjaan. Rumkit
Ismoyo berdiri di atas tanah seluas 10.215 m². yang terdiri dari bangunan kantor
Denkesyah, kantor Rumah Sakit, unit Gawat Darurat, Radiologi, Laboratorium,
Instalasi Dapur, ruang Perawatan, ruang Bersalin, Poliklinik, KIA/KB, Instalasi
Bedah, instalasi farmasi, gedung cakra, Aula, Gudang, Kantin, tempat parkir,
sarana olah raga, mushola, instalasi mesin genzet.
Rumah Sakit Tk.IV Dr.R. Ismoyo berdiri atas Skep Menkes RI
No.YM.02.04.3.2.4548 Tentang pemberian Izin penyelenggaraan Rumah Sakit
dengan Nama”Rumkit Tk.IV Dr.R. Ismoyo Kendari, Jl. Laute No. 1 Kendari
kepada Mabes TNI
c. Status
Rumah sakit Tk IV Dr. R Ismoyo adalah Rumah Sakit Milik TNI AD
yang berada di wilayah Korem 143/HO berdasarkan Skep. Menteri Kesehatan RI
No. HK. 03.05/I/2026/1102.04.3.2.4548 tentang penetapan kelas Rumah Sakit
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) Tingkat IV 14.07.03

43
Rumkit Tk IV Dr. R Ismoyo sesuai dengan Tugas pokoknya melayani
personel TNI, PNS dan Keluarganya yang berada di wilayah korem 143/Ho.
Namun dalam perkembangannya diberikan kebijakan untuk melayani Masyarakat
umum dan lain-lain.
d. Organisasi dan Manajemen.
Secara organisasi Rumkit Ismoyo merupakan unsur pelaksana dari
Detasemen Kesehatan Wilayah Kendari (Denkesyah Kendari) yang bertanggung
jawab kepada Komandan Detasemen Kesehatan Wilayah Kendari
(Dandenkesyah).
4.2 Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 100 responden.
Pertanyaan yang diajukan kepada responden sebanyak 18 pertanyaan untuk
kepuasan pasien, keseluruhan kuesioner ini diolah dengan bantuan menggunakan
SPSS for windows versi 22.00. Setelah melakukan pengkoreksian terhadap
jawaban responden maka dilakukan skoring terhadap jawaban tersebut. Dalam hal
ini digunakan angka 1 sampai 5 untuk mencari skor jawaban responden tersebut
dengan menggunakan skala likert.
Karakteristik dari responden adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karateristik umur dikategorikan berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia (2009) yang terbagi menjadi empat kelompok umur yang dapat dilihat
pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Responden Berdasarkan Umur


12% < 30 Tahun
22%
11% 36-40 Tahun

31-35 Tahun
11% 45-80 Tahun
24% 36-40 Tahun

21% 41-45 Tahun

44
Berdasarkan gambar diatas dari 100 responden maka responden yang
berumur dibawah 30 tahun tahun berjumlah 67 orang dengan persentase 67%,
responden berumur 31-35 tahun berjumlah 12 orang dengan persentase 12%,
responden berumur 36-40 tahun berjumlah 6 orang dengan persentase 6%,
responden berumur 41-45 tahun berjumlah 3 orang dengan persentase 3 %,
responden umur 45-80 tahun berjumlah 12 orang dengan presentase 12 % Maka
dapat disimpulkan bahwa umur responden pasien rawat jalan di Apotek Rumah
sakit Dr.R.Ismoyoa Kota Kendari kebanyakan berumur dibawah 30 tahun karena
pada pasien dengan rentang umur 18-30 tahun umumnya rentan terserang
penyakit hal ini dibuktikan dari beberapa kasus yang telah terjadi bahwa penyakit
lebih mudah menyerang pada usia muda. Selain itu keingitahuan pasien terhadap
penyakit lebih besar sehingga mendorong pasien untuk datang memeriksa diri.
b.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat melalui gambar
berikut ini:

Gambar 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-Laki
37%
Perempuan
63%

Berdasarkan gambar diatas dari 100 responden maka responden yang


berjenis kelamin laki-laki berjumlah 48 orang dengan persentase 48%, responden
berjenis kelamin perempuan berjumlah 52 orang dengan persentase 52%. Maka
dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin responden Pasien rawat jalan di Apotek
Rumah sakit Dr.R.Ismoyo Kota Kendari kebanyakan berjenis kelamin perempuan
karena berdasarkan penelitian hal ini disebabkan karena tingginya kejadian
penyakit yang terjadi pada masyarakat, perempuan memiliki tingkat empati lebih

45
tinggi terhadap sesuatu terutama kesehatan sehingga lebih sering memeriksa
kesehatan untuk dirinya maupun untuk keluarganya.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Deskripsi dari responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat
melalui gambar berikut ini:

Gambar 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


9%

31% 13% Tidak Sekolah


SD
SMP
SMA
26% Perguruan
21% Tinggi

Berdasarkan gambar diatas dari 100 responden maka responden yang


memiliki pendidikan terakhir tidak sekolah berjumlah 0 orang dengan persentase
0%, responden yang memiliki pendidikan terakhir SD berjumlah 0 orang dengan
persentase 0 %, responden yang memiliki pendidikan terakhir SMP berjumlah 4
orang dengan persentase 4 %, responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA
berjumlah 60 orang dengan persentase 60%, responden yang memiliki pendidikan
terakhir perguruan tinggi berjumlah 36 orang dengan persentase 36%. Maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan terakhir responden Pasien rawat jalan di Apotek
Rumah Sakit Dr.R.Ismoyo Kota Kendari kebanyakan SMA karena tingkat
pendidikan seseorang dapat mempengaruhi harapan pasien terhadap pelayanan
kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, pengetahuan serta pola pikir
mereka mengenai berbagai hal termasuk tentang kualitas pelayanan yang
diberikan akan lebih baik dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah.
Arikunto (2006) tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi

46
persepsi untuk menerima informasi semakin baik semakin tinggi pendidikan akan
mempengaruhi pengetahuan responden yang baik.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Deskripsi dari responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat melalui
gambar berikut ini:

Gambar 4.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan


12% PNS
22%
11% Pegawai swasta

Ibu rumah
tangga
11%
Lainnya
24%
Petani
21% Wiraswasta

Berdasarkan gambar diatas dari 100 responden maka responden yang memiliki
pekerjaan ibu rumah tangga berjumlah 12 orang dengan persentase 12%,
responden yang memiliki pekerjaan Petani/Nelayan berjumlah 2 orang dengan
persentase 2 %, responden yang memiliki pekerjaan wiraswasta berjumlah 7 orang
dengan persentase 7 %, responden yang memiliki pekerjaan PNS berjumlah 21
orang dengan persentase 21%, responden yang memiliki pekerjaan Pegawai
Swasta berjumlah 8 orang dengan persentase 8%, responden yang memiliki
pekerjaan Lainnya (Mahasiswa,Tentara/Polisi,Dosen,Guru) berjumlah 50 orang
dengan presentase 50 %. Maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan responden
Pasien rawat jalan di Apotek Rumah sakit Dr.R.Ismoyo Kota Kendari kebanyakan
Lainnya hal ini disebabkan karena Pekerjaan ini memiliki tingkat pengetahuan
yang lebih akan kesehatan dibandingkan dengan masyarakat lain sehingga
frekuensi kunjungan kerumah sakit lebih tinggi dalam melakukan pengobatan

47
4.3 Tingkat Kepuasan
Tabel 4.1 Dimensi 1 Tangible (Bukti fisik/langsung)
No Jenis Pelayanan Jumlah Skor Presentase Kriteria
1 Apotek Rumah 429 85,8 % Sangat Puas
sakit terlihat
bersih dan rapi
2 Kenyamanan 429 85,8 % Sangat puas
Ruang tunggu
3 Penataan 421 84,2 % Sangat Puas
eksterior
ruangan
4 Kerapian 421 84,2 % Sangat puas
penampilan
petugas apotek
Rata- rata 1.700 85 % Sangat Puas

Dimensi pertama tentang bukti langsung terdiri dari 4 (empat) pernyataan yaitu
pernyataan 1, 2, 3 dan 4. Dimensi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasien
puas terhadap pelayanan kefarmasian di Rumah sakit Dr.R.Ismoyo Kota Kendari
tentang Apotek terlihat bersih dan rapi, kenyamanan ruang tunggu, penataan
eksterior ruangan dan Kerapian penampilan petugas Apotek. Indeks tingkat
kepuasan pada dimensi ini di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Murjani Sampit rata-
rata sebesar 85 % yang artinya Sangat puas (Tabel II). Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, sebaiknya pada sarana kefarmasian di
Rumah Sakit memiliki fasilitas ruang yang memadai dalam hal kualitas dan
kuantitas agar dapat menunjang fungsi dan proses pelayanan kefarmasian. Salah
satu fasilitas penunjang adalah ruang tunggu, ruang tunggu haruslah terlihat rapi
baik interior maupun eksterior.

48
Tabel 4.2 Dimensi 2 Kehandalan (Reliability)
No Jenis Jumlah Skor Presentase Kriteria
Pelayanan
1 Kecepatan 418 83,6 % Sangat Puas
Pelayanan
Obat
2 Obat Tersedia 432 86,4 % Sangat puas
dengan
Lengkap
3 Petugas 425 85 % Sangat puas
apotek
melayani
dengan ramah
dan santun
4 Petugas 412 84,2 % Sangat puas
apotek selalu
siap
membantu
Rata-rata 1.687 84 % Sangat Puas

Dimensi kedua tentang kehandalan terdiri dari 4 (empat) pernyataan yaitu


pernyataan 1, 2, 3 dan 4. Dimensi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasien
puas terhadap pelayanan kefarmasian di RSUD Dr. Murjani Sampit tentang
kecepatan pelayanan obat, obat tersedia dengan lengkap, petugas Apotek melayani
dengan ramah dan tersenyum dan selalu siap membantu. Indeks tingkat kepuasan
pada dimensi ini di Instalasi Farmasi Rumah sakit Dr.R.Ismoyo Kota Kendari
rata-rata sebesar 84 % yang artinya Sangat puas (Tabel II). Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
di Rumah Sakit harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan sumber daya
manusia yang memberikan pelayanan kefarmasian dengan baik.

49
Tabel 4.3 Dimensi 3 Responsiveness (Ketanggapan)
No Jenis Pelayanan Jumlah Skor Presentase Kriteria
1 Petugas apotek 405 81 % Sangat Puas
cepat tanggap
terhadap
keluhan pasien
2 Petugas apotek 419 83,8 % Sangat puas
mampu
memberikan
penyelesaian
terhadap
masalah yang
dihadapi pasien
3 Terjadi 427 85,4 % Sangat Puas
komunikasi
yang baik
antara petugas
apotek dengan
pasien
4 Pasien 443 88,6 % Sangat puas
mendapatkan
informasi yang
jelas dan
mudah
dimengerti
tentang
resep/obat yang
ditebusnya
Rata-rata 1.694 84,7% Sangat Puas

Dimensi ketiga tentang ketanggapan terdiri dari 4 (empat) pernyataan yaitu


pernyataan 1, 2, 3 dan 4. Dimensi ini bertujuan mengetahui apakah pasien puas
terhadap pelayanan Kefarmasian di Rumah sakit Dr.R.Ismoyo Kota Kendari

50
tentang petugas Apotek cepat tanggap terhadap keluhan pasien, petugas Apotek
mampu memberikan penyelesaian masalah yang dihadapi pasien, terjadi
komunikasi yang baik antara petugas Apotek dengan pasien dan pasien
mendapatkan informasi yang jelas dan mudah dimengerti tentang resep yang
ditebusnya. Indeks tingkat kepuasan di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Murjani
Sampit rata-rata sebesar 84,7% yang artinya puas (Tabel III). Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, tenaga kefarmasian mampu
melakukan komunikasi dengan pasien atau keluarga pasien.

Tabel 4.4 Dimensi 4 Assurance (Jaminan)


No Jenis Pelayanan Jumlah Skor Presentase Kriteria
1 Petugas apotek 421 84,2 % Sangat Puas
mempunyai
pengetahuan
dan
keterampilan
yang baik
dalam bekerja
2 Obat yang 440 88 % Sangat puas
diperoleh
terjamin
kualitasnya
3 Obat yang 483 96,6 % Sangat Puas
diberikan sudah
sesuai dengan
yang diminta
4 Obat yang 443 88,6 % Sangat puas
diserahkan
dalam kondisi
baik
Rata-rata 1.787 89 % Sangat Puas

51
Dimensi keempat tentang Jaminan terdiri dari 3 (tiga) pernyataan yaitu pernyataan
1, 2 dan 3. Dimensi ini bertujuan mengetahui kepuasan pasien terhadap pelayanan
Kefarmasian di Rumah sakit Dr.R.Ismoyo Kota Kendari tentang petugas apotek
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam bekerja, obat yang
diperoleh terjamin kualitasnya obat yang diberikan sesuai dengan yang diminta
dan obat yang diserahkan dalam kondisi baik. Indeks tingkat kepuasan di Instalasi
Farmasi rumah sakit Dr.R.Ismoyo Kota Kendari rata-rata sebesar 89 % yang
artinya sangat puas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, tenaga kefarmasian harus memberikan informasi dan edukasi
penggunaan obat yang baik berdasarkan resep kepada pasien atau keluarga pasien,
sehingga obat yang diberikan sesuai dengan resep dan obat terjamin kualitasnya.

Tabel 4.5 Dimensi 5 Empathy (Perhatian/kepedulian)


No Jenis Jumlah Skor Presentase Kriteria
Pelayanan
1 Petugas apotek 414 82,8 % Sangat Puas
memberikan
perhatian
terhadap
keluhan pasien
2 Petugas apotek 414 82,8 % Sangat puas
memberikan
pelayanan
kepada semua
pasien tanpa
memandang
status social
3 Pasien merasa 422 84,4 % Sangat Puas
nyaman
sekama
menunggu obat
Rata-rata 1.250 83,3 % Sangat Puas

52
Tabel 4.6 Gambaran Tingkat Kepuasan

No Dimensi Jumlah Skor Presentase Kriteria


1 Tangible (bukti 1700 85 % Sangat Puas
fisik/langsung
2 Kehandalan (reliability) 1687 84 % Sangat puas
3 Responsiveness 1694 84 % Sangat Puas
(ketanggapan
4 Assurance (jaminan) 1787 89 % Sangat puas
5 Empathy 1250 83,3 % Sangat Puas
(perhatian/kepedulian
Rata-rata 1623 85 % Sangat Puas

Dimensi ke lima tentang empati terdiri dari 3 (tiga) pernyataan yaitu pernyataan 1,
2 dan 3. Dimensi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasien puas terhadap
pelayanan Kefarmasian di Instalasi farmasi rumah sakit Dr.R.Ismoyo Kota
Kendari tentang petugas Apotek memberikan perhatian terhadap keluhan pasien,
petugas apotek memberikan pelayanan kepada semua pasien tanpa memandang
status sosial dan pasien merasa nyaman selama menunggu obat. Indeks tingkat
kepuasan di Instalasi Farmasi rumah sakit Dr.R.Ismoyo Kota Kendari rata-rata
sebesar 83,3% yang artinya sangat puas. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian bahwa Tenaga Teknis
Kefarmasian memberikan perlakuan sama dengan tidak membedakan suku,
bangsa, agama, status sosial dan ras

53
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui tingkat kepuasan pasien dengan rata-
rata persentase interpretasi skor sebesar 85 % yang artinya masuk dalam kategori
Sangat puas. Kedepannya, perlu dilakukan evaluasi tingkat kepuasan setiap saat
untuk perkembangan dan kemajuan pelayanan di Instalasi Farmasi rumah sakit
Dr.R.Ismoyo Kota Kendari, karena kepuasan pasien setiap saat akan berubah
seiring dengan kebutuhan yang diinginkan oleh pasien tersebut.

54
B. Saran
Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk melakukan penggumpulan
data yang dilakukan dengan hanya mengisi koesioner sebaiknya dilakukan dengan
metode wawancara agar memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisi
sebenarnya dan agar data yang diperoleh lebih representatif serta tidak bias.
Disarankan kepada rumah sakit yang menjadi rujukan saya dalam melakukan
penelitian ini Kedepannya, perlu dilakukan evaluasi tingkat kepuasan setiap saat
untuk perkembangan dan kemajuan pelayanan di Instalasi Farmasi rumah sakit
Dr.R.Ismoyo Kota Kendari, karena kepuasan pasien setiap saat akan berubah
seiring dengan kebutuhan yang diinginkan oleh pasien tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, P. A. T. (2020). Dampak Pandemi COVID-19 pada Pelayanan Pasien


Kanker di Rumah Sakit Tersier di Indonesia: Serial Kasus. JBN (Jurnal
Bedah Nasional), 4(1)

Arifin, M, Sumitri, & Yeni Lestari, 2013 Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap
Terhadap Pelayanan Keperawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK), 5(2)

Bertawati, 2013., Profil pelayanan kefarmasian dan kepuasan konsumen apotek


dikecamatan adiwerna kota tegal , Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya,2 (2)

55
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, no 44 2009, Tentang Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, no 36 2009, Tentang Kesehatan,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dewi, S. K., & Sudaryanto, A. (2020). Validitas dan reliabilitas kuisioner


pengetahuan , sikap dan perilaku. Program Studi Keperawatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 73–79.

Fadhilah, & Nurlita, L. (2020). Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan


Kefarmasian Di Rumah Sakit. Edu Masda Journal, 4(2).

Hakim, L. N. (2020). Urgensi Revisi Undang-Undang tentang Kesejahteraan Lanjut


Usia. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 11(1), 43–55.
https://doi.org/10.46807/aspirasi.v11i1.1589

Harahap, T ., & Rara, J. (2020). Karakteristik Klinis Penyakit Coronavirus 2019,


Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 2(3), 317–324.

Lantuka I, Andini S. L., & Mandey A., (2017), Analisis Pengaruh Kualitas Layanan
Dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pada Restoran Fastfood Pizza
Hut Di Manado Town Square Analysis Of The Influence Of The Quality Of
Service And Customer Satisfaction Against The Loyalty At Pizza Hut
Fastfood Restaurant In Manado Town Square, Jurnal EMBA, 5(2), Hal.
1891 –1900

Levani, Y., Prastya, A. D., Mawaddatunnadila, S., Wuhan, K., & Huebei, P. (2019).
Coronavirus Disease 2019 ( COVID-19 ): Patogenesis , Manifestasi Klinis
dan Pilihan Terapi. Jurnal Kedokteran dan Keshatan,17(1)

Martini, M., Lestari, W., Yulianthini, N. N., & Suwendra, I. W. (2016). Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan. e-Journal Bisma Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen 4(1)

Maulana, S., Supriyono, B., & Hermawan, H. (2013). Evaluasi Penyediaan


Layanan Kesehatan di Daerah Pemekaran  dengan Metode CIPP (Studi pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Tidung). WACANA, Jurnal Sosial Dan
Humaniora, 16(4), 186–196.

Nova, F. A. (2004). Hubungan pengendalian mutu pelayanan pada pendapatan


apotek di rumah sakit Orthopedi dan Prothese Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta.

Novaryatiin, S., Ardhany, S. D., & Aliyah, S. (2018). Tingkat Kepuasan Pasien
terhadap Pelayanan Kefarmasian di RSUD Dr. Murjani Sampit. Borneo
Journal of Pharmacy, 1(1)

56
Permenkes No. 129 Tahun 2008, Tentang Standar Pelayanan Minimal di Rumah
Sakit, Kementrian Kesehatan, Jakarta

Permenkes No. 58 Tahun 2014, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di


Rumah Sakit, Kementrian Kesehatan, Jakarta.

Permenkes No. 3 Tahun 2020, Tentang Perizinan dan Klasifikasi Rumah Sakit
Kementrian Kesehatan, Jakarta.

Permenkes No. 72 Tahun 2016, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di


Rumah Sakit Kementrian Kesehatan, Jakarta.

Puspitasari, P. A., Lolo, W. A., & Rundengan, G. (2021). Analysis Of Hospital


Minimum Service Standards ( Mss ) Implementation Of Pharmacy
Installation Of Bhayangkara Hospital Manado Analisis Pelaksanaan
Standar Pelayanan Minimal ( Spm ) Rumah Sakit. Pharmacon, 10(2)

Rusli, 2016. Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik , Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta

Sulaeman, E. (2015). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan


(Studi Kasus Pada Charly VHT Family Karaoke Cabang Garut). Jurnal
Manajemen Maranatha, 14(2),

Susyanty, A. L., Yuniar, Y., J. Herman, M., & Prihartini, N. (2020). Kesesuaian
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Media Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan, 30(1), 65–74.

Taluke, D., Lakat, R. S. M., Sembel, A., Mangrove, E., & Bahwa, M. (2019).
Analisis Preferensi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di
Pesisir Pantai Kecamatan Loloda Kabupaten Halmahera Barat. Spasial,
6(2), 531–540.

Tangkere, H.A., Joachim, N.K.D., & Tommy, F.L., (2020). Analisis Tingkat
Kepuasan Konsumen Terhadap Pelayanan Dabu – Dabu Lemong Boulevard
Karangria).Jurnal Nasional Sinta, 16(2), 159–168.

Yusniati Dewi Pemudi, 2020, Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan


Pasien Rawat Jalan Pada Puskesmas Poasia, Lepo-Lepo, Dan Puuwatu Kota
Kendari

57
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin Penelitian di Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari

58
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

59
Bapak- ibu yang terhormat,
Terima kasih atas partisipasi anda telah menjadi salah satu peserta survey dan
secara suka rela mengisi kuesioner ini. Nama Resky Amelya Sari, Mahasiswi
Universitas Halu Oleo (UHO) Fakultas Farmasi, saat ini saya sedang mengadakan
penelitian tentang Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kefarmasian
Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari.
Kami sangat menghargai kejujuran anda dalam mengisi kuesioner. Hasil survei
ini semata-mata akan digunakan untuk tujuan penelitian.
Mohon diberi tanda (X) untuk jawaban yang anda anggap paling sesuai menurut
pendapat bapak- ibu.
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan Terakhir : 1.( ) Tidak sekolah
2.( ) SD
3.( ) SMP
4.( ) SMA
5.( ) Perguruan Tinggi
6.( ) Lainnya, sebutkan..................
Pekerjaan : 1.( ) Ibu rumah tangga
2.( ) Petani
3.( ) Wiraswasta
4.( ) PNS
5.( ) Pegawai swasta
6. ( ) Lainnya

KOESIONER : Tentang kepuasan anda terhadap pelayanan kefarmasian di


apotek rumah sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari

60
Berilah tanda (√) pada pilihan yang sesuai
Keterangan :
1 = Tidak Puas (TP)
2 = Kurang Puas (KP)
3 = Cukup Puas (CP)
4 = Puas (P)
5 = Sangat Puas (SP)
Apa yang anda rasakan tentang
pelayanan kefarmasian di Apotek
No Pernyataan
rumah sakit
1 2 3 4 5
(TP) (KP) (CP) (P) (SP)
Tangible
1 Apotek rumah sakit terlihat bersih dan rapi
2 Kenyamanan ruang tunggu

3 Penataan eksterior ruangan

4 Kerapian penampilan petugas apotek


Reliability
1 Kecepatan pelayanan obat
2 Obat tersedia dengan lengkap
Petugas Apotek melayani dengan ramah dan
3
santun
4 Petugas Apotek selalu siap membantu

Responsiveness
Petugas Apotek cepat tanggap terhadap keluhan
1
pasien
Petugas Apotek mampu memberikan penyelesaian
2
terhadap masalah yang dihadapi pasien
Terjadi komunikasi yang baik antara petugas
3
Apotek dengan pasien
Pasien mendapatkan informasi yang jelas dan
4 mudah dimengerti tentang resep/obat yang di
tebusnya

Assurance

61
Petugas Apotek mempunyai pengetahuan dan
1
keterampilan yang baik dalam bekerja
2 Obat yang diperoleh terjamin kualitasnya
3 Obat yang diberikan sesuai dengan yang diminta

Obat yang diserahkan kepada pasien dalam


4
kondisi baik
Emphaty
Petugas apotek memberikan perhatian terhadap
1
keluhan pasien
Petugas Apotek memberikan pelayanan kepada
2
semua pasien tanpa memandang status sosial
Pasien merasa nyaman selama menunggu obat
3

Lampiran 3 : Pengujian Instrumen


a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi. Dalam uji validitas
ini, kriteria suatu nilai dikatakan valid jika rhitung lebih besar dari tabel. Program
aplikasi yang digunakan dalam uji validitas ini adalah SPSS 25. Pada uji validitas
ini, diketahui apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel (Dewi dan Sudaryanto,
2020), jika nilai jawabannya yang nilainya lebih besar dari 0,361. Setiap item
pernyataan dapat dikatakan valid jika lebih besar dari 0,361. Adapun hasil data uji
validitas sebagai berikut :
Tabel 4.7. Tabel Validasi Pelayanan Kefarmasian
Variabel item r hitung r tabel Keterangan

62
Tangible X1.1 0,373 0,361 Valid
X2.2 0,913 0,361 Valid
X3.3 0,386 0,361 Valid
X4.1 0,913 0,361 Valid
Reliability X2.1 0,913 0,361 Valid
X2.2 0,913 0,361 Valid
X2.3 0,913 0,361 Valid
X2.4 0,913 0,361 Valid
Responsiveness X3.1 0,913 0,361 Valid
X3.2 0,913 0,361 Valid
X3.3 0,913 0,361 Valid
X3.4 0,913 0,361 Valid
Assurance X4.1 0,913 0,361 Valid
X4.2 0,913 0,361 Valid
X4.3 0,913 0,361 Valid
X4.4 0,581 0,361 Valid
Empathy X5.1 0,913 0,361 Valid
X5.2 0,373 0,361 Valid
X5.3 0,373 0,361 Valid

Berdasarkan tabel validitas di atas dapat dilihat bahwa seluruh item


pernyataan pelayanan kefarmasian instrument penelitian dinyatakan valid, karena
rhitung lebih besar dari rtabel 0,361.
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Cronbach
Alpha. Suatu kuesioner dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha > 0,70
(Dewi dan Sudaryanto. 2020). Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 4.8. Tabel Reliabilitas Kepuasan Pasien
Cronbach's
Alpha N of Items
2.617 19
Dari hasil output reliability statistic di atas diperoleh nilai alpha cronbach
sebesar 2,617 dengan jumlah pernyataan 19 item. Nilai rhitung lebih besar dari
rtabel 0,197. Dengan demikian, nilai alpha cronbach 2,617 > 0,361. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa angket reliabel. Reliabilitas ini juga ditunjukkan dengan nilai

63
alpha cronbach sebesar 0,60 – 0,80 sehingga dapat disimpulkan bahwa alat ukur
penelitian sangat reliabel.

Lampiran 4 : Data Spss


Tabel Frekuensi
Nama Responden
Valid
Frequency Percent Percent Cumulative
Valid Abas Lawantoro 1 1.0 1.0
Abdul Hamid 1 1.0 1.0
Abdul Kadir 1 1.0 1.0
Abdul Wijaya 1 1.0 1.0
Ade Irawan 1 1.0 1.0
Adelia Sastra Dwi 1 1.0 1.0
Adnan 1 1.0 1.0
Adolsina 1 1.0 1.0
Aksan Aswin 1 1.0 1.0
Alawiyah 1 1.0 1.0
Alfin Ode 1 1.0 1.0
Amanda Maulidya 1 1.0 1.0
Andi Baso Lalang 1 1.0 1.0
Ashira 1 1.0 1.0

64
Aslam 1 1.0 1.0
Asriani 1 1.0 1.0
Asridawati 1 1.0 1.0
Awan 1 1.0 1.0
Awil 1 1.0 1.0
Ay Nur Tasya 1 1.0 1.0
Bibi Nurhawa 1 1.0 1.0
Delon 1 1.0 1.0
Desi Afrianti 1 1.0 1.0
Dimas Almuhajir 1 1.0 1.0
Dwi Lestari Salili 1 1.0 1.0
Edi K 1 1.0 1.0
Eka Dian 1 1.0 1.0
Elismawati 1 1.0 1.0
Ellawati 1 1.0 1.0
Erha Yunita 1 1.0 1.0
Farah Maya 1 1.0 1.0
Febrianti 1 1.0 1.0
Fitra 1 1.0 1.0
Fitri 1 1.0 1.0
Hadi 1 1.0 1.0
Hamid 1 1.0 1.0
Hamit Hijra 1 1.0 1.0
Hastuti 1 1.0 1.0
Herman 1 1.0 1.0
Ibnu 1 1.0 1.0
Indri 1 1.0 1.0
Inung 1 1.0 1.0
Irwan 1 1.0 1.0
Jamaluddin 1 1.0 1.0
Kula 1 1.0 1.0
La Ode Hariru 1 1.0 1.0
La Ondu 1 1.0 1.0
La Paliti 1 1.0 1.0
La Ute 1 1.0 1.0
Ld.Ijaluddin 1 1.0 1.0
Ld.Juprianto 1 1.0 1.0

65
Ld.Patudu 1 1.0 1.0
Ld.Umar 1 1.0 1.0
Lm.Andi Alhidayat 1 1.0 1.0
Mahdat Yasid 1 1.0 1.0
Misarni 1 1.0 1.0
Muh.Adam 1 1.0 1.0
Muh.Al Sukir 1 1.0 1.0
Munawir 1 1.0 1.0
Nini 1 1.0 1.0
Nur Aulia 1 1.0 1.0
Nurdiansyah 1 1.0 1.0
Putu Wiwik 1 1.0 1.0
Rahma Wati 1 1.0 1.0
Rahman 1 1.0 1.0
Rama Kapriana 1 1.0 1.0
Rangga Budi 1 1.0 1.0
Hartono
Ranti 1 1.0 1.0
Rara 1 1.0 1.0
Rasni 2 2.0 2.0
Reki Ariski 1 1.0 1.0
Reren Anisfar 1 1.0 1.0
Reza Hernanza 1 1.0 1.0
Rindy 1 1.0 1.0
Rizal Ramli 1 1.0 1.0
Rohayana 1 1.0 1.0
Januarti, S.pd
Rudhy Hartono 1 1.0 1.0
Rudy 1 1.0 1.0
Sarnita 1 1.0 1.0
Sartini 1 1.0 1.0
Sawais 1 1.0 1.0
Simel Youjin 1 1.0 1.0
Ko'odo
Siska Widiawati 1 1.0 1.0
Sitti Emelsa 1 1.0 1.0
Sitti Rohma Isnaini 1 1.0 1.0
A.Ma.pd

66
Sitti Zaini 1 1.0 1.0
Sri Reski 1 1.0 1.0
Sunarti 1 1.0 1.0
Susi Sukmawati 1 1.0 1.0
Syahrul 1 1.0 1.0
Ramadhan
Trianto 1 1.0 1.0
Viivi Andriani 1 1.0 1.0
Wa Dia 1 1.0 1.0
Waode Aziza 1 1.0 1.0
Waode Nurmina 1 1.0 1.0
Wd.Husnawati 1 1.0 1.0
Wd.Marfuat 1 1.0 1.0
Yon Fredy 1 1.0 1.0
Yuli 1 1.0 1.0
Total 100 100.0 100.0

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 30 tahun 67 67.0 67.0 67.0
31-35 tahun 12 12.0 12.0 79.0
36-40 tahun 6 6.0 6.0 85.0
41-45 tahun 3 3.0 3.0 88.0
45-80 tahun 12 12.0 12.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 48 48.0 48.0 48.0
Perempun 52 52.0 52.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

67
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SMP 4 4.0 4.0 4.0
SMA 60 60.0 60.0 64.0
Perguruan Tinggi 36 36.0 36.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ibu rumah tangga 12 12.0 12.0 12.0
Petani 2 2.0 2.0 14.0
Wiraswasta 7 7.0 7.0 21.0
PNS 21 21.0 21.0 42.0
Pegawai swasta 8 8.0 8.0 50.0
Lainnya 50 50.0 50.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Apotek rumah sakit terlihat bersih dan rapi


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 6 6.0 6.0 6.0
Puas 59 59.0 59.0 65.0
Sangat Puas 35 35.0 35.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kenyamanan ruang tunggu


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 9 9.0 9.0 9.0
Puas 53 53.0 53.0 62.0
Sangat Puas 38 38.0 38.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Penataan eksterior ruangan

68
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Puas 1 1.0 1.0 1.0
Kurang Puas 1 1.0 1.0 2.0
Cukup Puas 4 4.0 4.0 6.0
Puas 64 64.0 64.0 70.0
Sangat Puas 30 30.0 30.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kerapian penampilan petugas apotek


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 10 10.0 10.0 10.0
Puas 59 59.0 59.0 69.0
Sangat Puas 31 31.0 31.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kecepatan pelayanan obat


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang Puas 2 2.0 2.0 2.0
Cukup Puas 10 10.0 10.0 12.0
Puas 56 56.0 56.0 68.0
Sangat Puas 32 32.0 32.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Obat tersedia dengan lengkap


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang Puas 1 1.0 1.0 1.0
Cukup Puas 8 8.0 8.0 9.0
Puas 49 49.0 49.0 58.0
Sangat Puas 42 42.0 42.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Petugas Apotek melayani dengan ramah dan santun

69
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 9 9.0 9.0 9.0
Puas 57 57.0 57.0 66.0
Sangat Puas 34 34.0 34.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Petugas Apotek selalu siap membantu


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 19 19.0 19.0 19.0
Sangat Puas 50 50.0 50.0 69.0
Sangat Puas 31 31.0 31.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Petugas Apotek cepat tanggap terhadap keluhan pasien


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 24 24.0 24.0 24.0
Puas 47 47.0 47.0 71.0
Sangat Puas 29 29.0 29.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Petugas Apotek mampu memberikan penyelesaian terhadap masalah yang


dihadapi pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 16 16.0 16.0 16.0
Puas 49 49.0 49.0 65.0
Sangat Puas 35 35.0 35.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Terjadi komunikasi yang baik antara petugas Apotek dengan pasien


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 10 10.0 10.0 10.0
Puas 53 53.0 53.0 63.0

70
Sangat Puas 37 37.0 37.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pasien mendapatkan informasi yang jelas dan mudah dimengerti tentang


resep/obat yang di tebusnya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 6 6.0 6.0 6.0
Puas 45 45.0 45.0 51.0
Sangat Puas 49 49.0 49.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Petugas Apotek mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam


bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 10 10.0 10.0 10.0
Puas 59 59.0 59.0 69.0
Sangat Puas 31 31.0 31.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Obat yang diperoleh terjamin kualitasnya


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 7 7.0 7.0 7.0
Puas 46 46.0 46.0 53.0
Sangat Puas 47 47.0 47.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Obat yang diberikan sesuai dengan yang diminta


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 7 7.0 7.0 7.0
Puas 42 42.0 42.0 49.0
Sangat Puas 50 50.0 50.0 99.0
44.00 1 1.0 1.0 100.0

71
Total 100 100.0 100.0

Obat yang diserahkan kepada pasien dalam kondisi baik


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 4 4.0 4.0 4.0
Puas 49 49.0 49.0 53.0
Sangat Puas 47 47.0 47.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Petugas apotek memberikan perhatian terhadap keluhan pasien


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 11 11.0 11.0 11.0
Puas 64 64.0 64.0 75.0
Sangat Puas 25 25.0 25.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Petugas Apotek memberikan pelayanan kepada semua pasien tanpa memandang


status sosial
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 17 17.0 17.0 17.0
Puas 52 52.0 52.0 69.0
Sangat Puas 31 31.0 31.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pasien merasa nyaman selama menunggu obat


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup Puas 10 10.0 10.0 10.0
Puas 58 58.0 58.0 68.0
Sangat Puas 32 32.0 32.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

72
Histogram

73
74
75
Lampiran 5 : Dokumentasi Penelitian

76
77

Anda mungkin juga menyukai