Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN KASUS FEBRIS DI RUANGAN KEMUNING


INTERNA 1 RSUD Dr.R SOEDARSONO PASURUAN

Oleh:

Ferdianus Babu Wuda


2021611027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN KASUS FEBRIS DI RUANGAN KEMUNING
INTERNA 1 RSUD Dr.R SOEDARSONO PASURUAN

Mengetahui
Masiswa

Ferdianus Babu Wuda

Menyetujui

Ci Lahan Interna 1 Ci Institusi Unitri

( ) ( )

Kepela Ruangan Interna I

( )
A.    Konsep Dasar Penyakit
1.     Definisi
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2000). Dikatakan demam jika suhu
orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006). Demam terjadi karena
pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang
oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau
merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu
infeksi (Sjaifoellah Noer, 2004).
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur
suhu tubuh secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh
diatas variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada
pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
Jenis Demam Ciri-ciri
Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari
turun hingga diatas normal, sering
disertai menggigil dan berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari tapi
tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai 2
derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam terjadi dua hari sekali
disebut tertiana dan apabila terjadi 2
hari bebas demam diantara 2 serangan
demam disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia
2.     Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
2000 bahwa etiologi febris,diantaranya
a.   Suhu lingkungan.
b.   Adanya infeksi.
c.    Pneumonia.
d.   Malaria.
e.    Otitis media.
f.    Imunisasi

3.     Tanda dan gejala


Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a.   suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b.   Kulit kemerahan
c.      Hangat pada sentuhan
d.     Peningkatan frekuensi pernapasan
e.      Menggigil
f.      Dehidrasi
g.     Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri
punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh
lebih tinggi dari 37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan
batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan,
peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat
dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala
verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999,
Carpenito. 2000).

4.     Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan
difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat
sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang
menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi
atau sistem kekebalan tubuh.

5. Pathway
6.   Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir,
yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau
scanning, masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis
dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai.
Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau
limfangiografi

7.     Penatalaksanaan
a.   Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara
berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering
terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung
melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam
yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel
otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1.     Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2.     Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3.   Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai
oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4.  Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar
cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh
memperoleh gantinya.
5.   Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6.   Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya
suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh
digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol
dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7.     Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat
suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka
suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan
bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan
luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori
kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari
tubuh.
b.  Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga
set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran
panas tidak ada lagi.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko,
yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat
anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang
bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi
mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan
set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen
merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan pembentukan
prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik
antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari.
Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat
d itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan
intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral
maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja
meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik,
analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa mual, perut
kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek
samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia
aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila
dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10
mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja
menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik,
analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa
agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna. Dosis
terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt uk
anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau
intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat
analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek sampingnya
berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20
mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak
boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.

8.   Komplikasi
a.      Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b.     Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayakan otak
B.    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.   Pengkajian
a.      Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b.     Riwayat kesehatan
c.      Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d.     Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e.   Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
f.   Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak)
2.   Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
3.   Pemeriksaan persistem
a.      Sistem persepsi sensori
b.     Sistem persyarafan: kesadaran
c.      Sistem pernafasan
d.     Sistem kardiovaskuler
e.      Sistem gastrointestinal
f.      Sistem integument
g.     Sistem perkemihan
4.   Pada fungsi kesehatan
a.      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b.     Pola nutrisi dan metabolism
c.      Pola eliminasi
d.     Pola aktivitas dan latihan
e.      Pola tidur dan istirahat
f.      Pola kognitif dan perseptual
g.     Pola toleransi dan koping stress
h.     Pola nilai dan keyakinan
i.       Pola hubungan dan peran
5.   Pemeriksaan penunjang
a.      Laboratorium
b.     Foto rontgent
c.      USG
6.  Diagnosa Keperawatan
a.      Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b.     Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
7. Intervensi keperawatan

N Diagonosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


o keperawatan
1 Hipertermia Setelah di lakukan Manajemen hipertermia
berhubugan dengan tindakapan keperawatan I.15506
proses infeksi,proses selama 3x 24 jam di Observasi
penyakit harapkan termoregulasi -identifikasi penyebab
membaik. dehidrasi
Termoregulasi L.14134 -monitor suhu tubuh
1. Menggigil -Monitor komplikasi akibat
2. kulit merah hipertermia
3. suhu tubuh Terapeutik
4. suhu kulit -sediakan lingkungan yang
dingin
-berikan cairan oral
-lakukan pendinginan
eksternal
Edukasi
-anjurkan tirah baring
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena

2 Nyeri akut Setelah di lakukan tindakan Manajemen nyeri I. 08238


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 Observasi
agen pencedera jam di harapkan tingkat -identifikasi lokasi,
fisiologis nyeri menurun karakteristik,durasi,
Tingkat nyeri L.08066 frekuensi,kualitas ,intensitas
1.keluhan nyeri nyeri
2. meringis -identifikasi skala nyeri
3. gelisah -monitor efek samping
4. mual pengunaan analgetik
Terapeutik
-berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
-jelaskan strategi meredahkan
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik

8.     Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas
petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah
tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan
dokter atau petugas kesehatan lain.
9.     Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
10.  Discharge Planning
a. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan
dokter/perawat
b.   Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c.   Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d.   Instruksikan untuk control ulang
e.   Jelaskan factor penyebab demand an menghindari factor pencetus
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:


Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3.


Jakarta, EGC.

Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.

Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. Dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-demam.html diakses
pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITA

NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA.


Yogyakarta: Media Hardy

Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai