RENCANA PENELITIAN
Oleh
Dita Melinda
C1G017056
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ii
Oleh
Dita Melinda
C1G017056
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya yang belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar atau diploma pada perguruan tinggi manapun,
dan bukan merupakan duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain
yang diterbitkan atau yang tidak diterbitkan, kecuali kutipan yang berupa data
atau informasi yang sumbernya dicantumkan dalam naskah dan Daftar Pustaka.
Dita Melinda
C1G017056
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui :
Ir. Muhammad Zubair, MP. Dr. Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS.
NIP : 19571028198703 1 002 NIP : 19591226 198303 1 002
Mengetahui :
Dekan Ketua Jurusan
Fakultas Pertanian, Sosial Ekonomi Pertanian,
KATA PENGANTAR
v
Penulis
DAFTAR ISI
vi
Halaman
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAAN..............................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah..........................................................................................6
1.3. Manfaat dan Tujuan Penelitian.........................................................................7
1.3.1. Tujuan...................................................................................................7
1.3.2. Manfaat Penelitian................................................................................7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8
2.1. Dasar Teori........................................................................................................8
2.1.1.Tinjauan umum usahatani ....................................................................8
2.1.2. Hidroponik............................................................................................9
2.1.3. Teknik Hidroponik..............................................................................10
2.1.3.1. Hidroponik Substrat...............................................................10
2.1.3.2. Hidroponik NFT....................................................................11
2.1.4. Media Tanam pada Hidroponik..........................................................12
2.1.5. Teori Biaya dan Pendapatan...............................................................14
2.1.6. Kelayakan Usahatani dan aspek-aspeknya..........................................16
2.1.7. Titik Impas/Break Event Point (BEP)................................................18
2.1.8. Analisis R/C........................................................................................20
2.2. Penelitian Terdahulu.......................................................................................20
2.3. Kerangka Pendekatan Masalah.......................................................................21
2.4. Definisi Operasional........................................................................................23
BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................25
vii
DAFTAR TABEL
ix
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Drip Irrigation........................................................................ 10
2. Nutrient Film Technique (NFT)............................................ 11
3. Kurva Break Even Point (BEP)............................................. 19
4. Bagan Kerangka Pendekatan Masalah ................................. 21
1
BAB I. PENDAHULUAN
Luas lahan sawah yang ada di Kabupaten Lombok Barat tahun 2016
tidak jauh berbeda pada tahun 2017, pada tahun 2016 adalah sebesar 17.307,2 Ha
atau hanya sebesar 20% sedangkan tahun 2017 sebesar 17,169.7 Ha dari total
lahan yang ada di Kabupaten Lombok Barat. Penurunan luasan lahan pertanian
di Indonesia akibat konversi dari sektor pertanian ke sektor bukan pertanian
menyebabkan kegiatan budidaya pertanian mengalami kendala dalam penyediaan
lahan. Tentu saja hal ini berdampak buruk bagi peningkatan kuantitas produksi
pertanian, khususnya pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kondisi
lahan pertanian yang kian hari semakin berkurang, sementara disisi lain
pemenuhan kebutuhan pangan dari hasil pertanian semakin meningkat,
mendorong sektor pertanian untuk mengatasi kendala tersebut dengan
meningkatkan penerapan pertanian lahan sempit. Berkaitan dengan hal ini,
kegiatan produksi tanaman pangan di Indonesia hingga saat ini sudah relatif
berkembang dimana sudah banyak digunakan teknologi budidaya yang berhasil
diadopsi dari negara-negara maju. Diantaranya, sistem pertanian lahan sempit
yang saat ini diterapkan adalah sistem budidaya secara hidroponik Hidroponik
merupakan salah satu teknik budidaya tanaman pertanian tanpa menggunakan
tanah sebagai media tanam tetapi menggunakan media air dengan
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman dengan takaran yang
tepat. Hidroponik pun memiliki beberapa macam teknik budidaya tergantung pada
bentuk aliran nutrisi yang digunakan. Pada teknik hidroponik, tanaman yang dapat
dibudidayakan merupakan tanaman hortikultura khususnya sayuran dan buah-
buahan.
4
1.3.2. Manfaat
Menurut Soekartawi (1998 cit Shinta, 2011) bahwa ilmu usaha tani
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber
daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang
tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan
sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila
penggunaan sumberdaya tersebut mengeluarkan keluaran yang melebihi masukan.
Menurut Kadarsan (1993 cit Shinta 2011), usahatani adalah suatu tempat di mana
seseorang atau sekumpulan orang yang berusaha mengelola unsur-unsur produksi
seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi
untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Ilmu usaha tani adalah ilmu
yang mempelajari cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga
produksi pertanian menghasilkan pendapatan petani yang lebih besar. Ilmu juga
didefinisikan sebagai ilmu tentang cara petani mendapatkan kesejahteraan
(keuntungan), menurut pengertian yang dimilikinya tentang kesejahteraan
(Wanda, 2015). Dapat disangkal bahwa ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang
membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumber daya yang efisien
dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber
daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Usahatani adalah kegiatan ekonomi, Karena ilmu ekonomi dalam
9
2.1.2. Hidroponik
Hidroponik secara harfiah berarti, Hydro yaitu air dan phonic yaitu
pengerjaan. Sehinggan secara umum berarti sistem budidaya pertanian tanpa
menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrisi. Budidaya
hidroponik biasanya dikerjakaan didalam satu rumah kasa (greenhouse) untuk
menjaga agar pertumbuhan tanaman secara optimal dan benar-benar terlindung
dari pengaruh atau unsur luar seperti hujan, hama penyakit, iklim dan lain-lain.
Keunggulan dari beberapa budidaya dengan menggunakan sistem hidroponik
antara lain: (1) Kepadatan tanaman per satuan luas dapat dilipat gandakan
sehingga menghemat penggunaan lahan. (2) Mutu produk seperti bentuk, ukuran,
rasa, warna, kebersihan dapat dijamin karena kebutuhan nutrisi dapat dijamin
karena kebutuhan nutrisi dalam tanaman dipasok secara terkendali di dalam
rumah kasa. (3) Tidak tergantung musim/waktu tanam dan panen, sehingga dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan pasar (Rodiah, 2014 ).
Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman dengan menggunakan air
yang telah dilarutkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai media tumbuh
tanaman untuk menggantikan tanah. Konsentrasi larutan nutrisi harus
dipertahankan pada tingkat tertentu agar pertumbuhan dan produksi tanaman
optimal (Istiqomah, 2006). Hidroponik dapat menjadi salah satu alternatif
terbatasnya lahan pertanian dan dapat dilakukan pada lahan yang kesuburannya
rendah maupun wilayah padat penduduk. Komoditas yang dapat dipilih dalam
budidaya secara hidroponik seperti endieve, selada keriting hijau, selada keriting
merah, lollo rossa, butterhead, christine, packcoy, monde dan selada Romain yang
jarang dibudidayakan petani konvensional (Herwibowo dan Budiana, 2014).
dengan suhu yang sangat tinggi sehingga batu tersebut meleleh ketika batu
mencair, maka serat-serat halus akan terbentuk. Proses produksi membuat
rockwool dicetak dengan bentuk lempengan atau blok dengan ukuran
besar. Kemudian ketika akan digunakan, maka hanya tinggal
memotongnya saja .
3. Arang Sekam Diantara banyaknya macam-macam media tanam
hidroponik, arang sekam adalah yang paling popular dan banyak
digunakan. Tidak hanya untuk teknik hidroponik, arang sekam juga
digunakan untuk budidaya tanam dalam pot. Arang sekam dihasilkan dari
limbah penggilingan padi yang sudah dibakar. Arang sekam digunakan
sebagai media tanam hidroponik karena dirasa steril dan bebas bakteri.
Media ini juga cukup tahan lama dan tidak mudah terurai sehingga bisa
digunakan berulang kali.
4. Serbuk Sabut Kelapa Media tanam yang satu ini bersifat organik. Namun,
serbuk serabut kelapa juga dapat digunakan sebagai media hidroponik.
Media ini memiliki kemampuan menyerap air yang cukup tinggi. pH yang
dimiliki cocopeat cukup stabil yakni 5,0-6,8. Ketika menggunakan
cocopeat atau serbuk serabut kelapa ini harus mencampurnya dengan
media tanam lainnya, seperti sekam bakar dengan perbandingan 50 : 50,
karena daya serap media tanam ini cukup baik dan akan berpengaruh
positif untuk pertumbuhan akar tanaman.
5. Spons Spons memiliki pori-pori besar dan dapat menjadi sarana yang baik
untuk mengalirkan air nutrisi ke akar tanaman. Dari segi formulasi atau
campuran bahan kimia adalah faktor yang sangat penting dalam proses
pembuatan busa atau spons, bahan kimia yang digunakan adalah Polyol,
air, Katalis, anti api, anti yellow, anti bakteri dan Isosianat. Density adalah
berat jenis yang merupakan faktor acuan untuk menentukan jumlah
takaran bahan kimia yang digunakan.
6. Perlite Media ini merupakan bebatuan kecil berwarna putih yang berasal
dari batu silica yang dipanaskan dengan suhu tinggi. Batu silica tersebut
dipanaskan sehingga mencair dan dibentuk dalam ukuran kecil. Perlite
15
memiliki aerasi yang cukup bagus. Disamping itu, pH yang dimiliki perlite
netral. Bobot perlite ini sangat ringan dan hampir menyerupai gabus. Daya
serap perlite cukup tinggi sehingga baik untuk perakaran. Dan dapat
dikombinasikan dengan media lainnya seperti cocopeat.
7. Vermiculite Secara sifat, vermiculite hamper sama dengan perlite. Kedua
media tanam ini dihasilkan dari proses pemanasan batu. Akan tetapi,
vermiculite memilik daya serap air yang jauh lebiih tinggi dibandingkan
perlite. Selain itu, bobot dari vermiculite juga lebih berat. Dilihat
bentuknya seperti kerang laut. Sama juga seperti perlite dapat
dikombinasikan dengan media lain agar daya serapnya tinggi .
2.1.5. Teori Biaya dan Pendapatan
1. Biaya produksi
1) Biaya Tetap: adalah biaya yang tidak berubah dengan peningkatan atau
penurunan jumlah barang ataupun jasa yang dihasilkan.
2) Biaya Variabel: adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan kuantitas
volume produksi atau penjualan.
Biaya produksi (TC) dapat diperoleh dengan menghitung jumlah seluruh
biaya tetap (TFC) ditambahkan dengan menghitung seluruh biaya variabel
(TVC), atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
2. Produksi Penerimaan
TR = P . Q
Keterangan:
TR = Total Penerimaan /Total Revenue (Rp mt-1)
P = Harga Output Price (Rp)
Q = Jumlah Produksi /Quantity (kg)
3. Pendapatan
Rumus :Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan
Keterangan :
a. Aspek Teknis
Evaluasi aspek teknis mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek
seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang digunakan,
pemakaian peralatan dan mesin proyek serta letak pabrik yang paling
menguntungkan, Dari kesimpulannya dapat dibuat rencana jumlah biaya
pengadaan harta tetapnya.
Evaluasi aspek pasar dan pemasaran sangat penting dilakukan karena tidak
ada proyek bisnis berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa
yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Pada dasarnya analisis pasar dan
pemasaran bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan
dan pangsa pasar dari proyek yang bersangkutan.
c. Aspek Yuridis/Hukum
Evaluasi terhadap aspek yuridis perlu dilakukan bagi pemilik proyek,
Evaluasi ini berguna bagi kelangsungan hidup proyek serta untuk meyakinkan
para kreditor atau investor bahwa proyek tersebut taat pada aturan berlaku.
d. Aspek Manajemen
Aspek manajemen yang dievaluasi ada dua macam yaitu manajemen
pembangunan proyek dan manajemen saat telah dioperasikan. Dalam
pembangunan proyek aspek manajemen antara lain menyusun rencana kerja,
siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan proyek antara lain menentukan secara efektif dan efesien
mengenai bentuk badan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktural organisasi
serta pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan.
e. Aspek Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari
lingkungan sekitarnya. Faktor lingkungan tidak bersifat statis melainkan
dinamis, Misalnya hal-hal yang pada saat ini suatu kondisi tertentu
berpengaruh positif pada perusahaan, diwaktu yang akan datang dapat saja
berpengaruh negatif begitu pula sebaliknya. Sistem nilai masyarakat, sistem
birokrasi, iklan politik dan perekonomian, lingkungan atau lingkungan hidup,
merupakan beberapa contoh dari faktor lingkungan yang perlu diperhatikan.
f. Aspek finansial
Dari sisi keuntungan, proyek dikatakan sehat apabila dapat memberikan
keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya.
Kegiatan pada aspek finansial ini antara lain menghitung perkiraan jumlah
19
dana yang diperkirakan untuk keperluan modal kerja awal dan pengadaan
harga tetap proyek.
Titik impas atau Break Event Point (BEP) adalah suatu keadaan jumlah
penerimaan sama dengan jumlah biaya produksi. Dalam keadaan ini kegitan
usaha yang dijalankan tidak mengalami kerugian, akan tetapi tidak juga
mengalami keuntungan (impas). Sukirno (2005) menyatakan titik impas atau
Break Event Point dimana tingkat operasi perusahaan yang mencapai suatu
tingkat produksi dimana biaya total sama dengan hasil penjualan total.
Jumingan (2005), analisis titik impas adalah suatu cara yang digunakan
oleh perusahaan untuk mengetahui atau untuk merencanakan pada volume
produksi atau volume penjualan berapakah perusahaan yang bersangkutan
tidak memperoleh keuntungan atau tidak menderita kerugian.
BEP merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan karena
dengan analisis BEP memungkinkan perusahaan menentukan tingkat operasi
yang harus dilakukan agar semua biaya operasional dapat tertutupi dan untuk
mengevaluasi tingkat-tingkat penjualan tertentu dalam hubungannya dengan
tingkat keuntungan.BEP diartikan sebagai tingkat penjualan yang dapat
menutupi semua biaya yang dikeluarkan baik biaya operasional maupun biaya
tetap atau biaya variabel (Machfoedz, 1984).
Perhitungan BEP dapat dilakukan dengan menggunakan metode
grafik. Dengan menggunakan grafik BEP maka dapat diketahui penerimaan
dari hasil penjualan, produksi yang dijual, total biaya variabel dan biaya tetap,
laba pada tingkat penjualan tertentu, kerugian pada tingkat tertentu dan titik
BEP dapat diilustrasikan pada Gambar 2.3. (Machfoedz, 1984).
TR
Rp
1.
TC
A TVC
TFC
0 BEP Y
20
Keterangan:
Y = Produksi
TFC =Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap)
TVC =Total Variabel Cost (Total Biaya Variabel)
TC =Total Cost (Total Biaya)
TR =Return (Total Penerimaan)
A =Titik yang menunjukkan Titik BEP (titik impas)
Dapat dilihat BEP terjadi pada titik A dimana total penerimaan = total biaya
atau TR = TC.
TFC
BEP-produksi =
P− AVC
TC
BEP-harga =
Y
Kriteria :
Nilai BEP < Nilai produksi yang diperoleh pengusaha, maka usaha tersebut
menguntungkan
Nilai BEP > Nilai produksi yang diperoleh pengusaha, maka usaha tersebut
tidak menguntungkan
Nilai BEP = Nilai produksi yang diperoleh pengusaha, maka usaha tersebut
mengalami titik impas
21
Bandung, jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas produksi
yang terbesar adalah bibit yaitu sebesar 0,22 persen. Apabila dilihat dari imbangan
penerimaan dan biaya (R/C-ratio) diketahui bahwa R/C atas biaya tunai petani
skala III lebih besar dibandingkan dengan skala I dan II yaitu sebesar 3,75. Hal
ini berarti setiap rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani skala III akan
memberikan penerimaan sebesar Rp 3,75 sehingga usahatani jamur tiram putih
yang lebih efisien pada skala II.
Produksi
Biaya Tetap: Biaya Variabel:
Kelayakan Finansial
(R/C)
BEP
Hambatan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu
metode yang bertujan untuk memecahkan masalah yang ada pada waktu sekarang
dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menganalisis dan
menginterpretasikan data untuk mencapai suatu kesimpulan. Teknik
pengumpulkan data yang digunakan yaitu dengan teknik survei yaitu dengan
wawancara langsung dan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya (Nazir,1993)
Unit analisis dalam penelitian ini adalah unit usaha hidroponik pada Rumah
Hijau Hydrofarm Desa Bengkaung Kecamatan Batu Layar.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif adalah data yang tidak terbentuk angka sedangkan data kuantitatif
adalah data yang berbentuk angka.
27
Variabel pengukuran adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. (Sugiyono, 2012). Variabel-
variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat (benefit) yaitu hasil yang produktif yang meliputi :
a. Produksi : besarnya produksi yang dihasilkan dalam satuan volume (kg).
b. Nilai produksi : jumlah produksi di kalikan dengan harga produk per
satuan (Rp).
2. Biaya produksi yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan
usahanya, yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variable.
28
(1) Teknis : aspek teknis merupakan salah satu masalah yang sering
dihadapi yaitu penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang
digunakan, pemakaian peralatan
b. Pendapatan
30
π = TR - TC
Keterangan :
π = pendapatan bersih
TR = total penerimaan (total revenue)
TC = total biaya (total cost)
c. Penerimaan
Untuk menghitung penerimaan dapat digunakan rumus sebagai
berikut (Soekartawi, 2002) :
TR = P . Q
Keterangan:
TR = Total Penerimaan/ Total revenue
P = Harga/ Price
Q = Produksi/ Quantity
TFC
BEPProduk=
P−AVC
TC
BEPHarga=
Y
Keterangan :
Kriteria:
Jika penerimaan, jumlah produksi, dan harga jual > dari nilai BEP-
penerimaan-produksi-harga, maka usaha tersebut menguntungkan.
Jika penerimaan, jumlah produksi, dan harga jual = nilai BEP-
penerimaan-produksi-harga, maka usaha tersebut berada pada kondisi
tidak untung dan tidak mengalami kerugian.
1. Teknis : aspek teknis merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi
yaitu penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang digunakan,
pemakaian peralatan
32
2. Finansial : masalah dalam finasial yang sering dihadapi seperti modal (Rp),
jangka waktu pinjaman (Rp/Tahun), pajak usaha (Rp).
3. Pemasaran: masalah pemasaran merupakan salah satu hambatan dalam usaha
seperti pangsa pasar, harga jual (Rp)
Tabel 4.1. Luas Kecamatan Batu Layar Menurut Desa Tahun 2019
Luas Wilayah
No. Desa (km2) Persentase
1 Sandik 7,00 20,52
2 Meninting 1,02 2,99
33
Kecamatan Batu Layar termasuk wilayah yang beriklim tropis dengan dua
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan Kecamatan Batu Layar termasuk
wilayah yang beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Musim kemarau berlangsung antara bulan Mei sampai bulan Oktober
sedangkan musim hujan berlangsung antara bulan November sampai bulan April.
Keadaan hari hujan di Kecamatan Gunung Sari memiliki rata-rata sebesar 8 /bulan
dan rata-rata curah hujan sebesar 85 mm. Secara rinci hari hujan dan crah hujan di
Kecamatan Batu Layar disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kecamatan Batu Layar di Rinci
per Bulan Pada Tahun 2018.
1. Golongan penduduk padat, jumlah penduduk lebih dari 1000 jiwa per km2 .
2. Golongan penduduk sedang, jumalah penduduk antara 500 sampai 1000
jiwa per km2 .
35
3. Golongan penduduk kurang padat, jumlah penduduk kurang dari 500 jiwa
per km2 .
Tabel 4.4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan
Batu Layar Tahun 2019
Jumlah Kepadatan
No. Desa Luas wilayah Penduduk Penduduk
(jiwa/km2)
1 Sandik 7,00 16.220 2.317
2 Meninting 1,02 7.377 7.232
3 Batulayar 7,14 7.769 1.088
4 Lembah Sari 6,84 2.993 438
5 Senteluk 2,88 5.852 2.032
6 Senggigi 6,87 5.833 849
7 Batulayar Barat 1,20 6.877 5.731
8 Bengkaung 0,52 4.091 7.867
9 Pusuk Lestari 0,64 1.392 2.175
Total 53,01 58.404 1.712
Sumber : BPS Kecamatan Batu Layar Tahun 2020.
1. Nama H. Adi
2. Umur 55 Tahun
3. Pendidikan formal S1
5. Produktif 3 orang
hidroponik yaitu pak Haji Adi memiliki umur 55 tahun artinya berada pada
kelompok umur produktif, artinya baik fisik maupun mental responden memiliki
kesempatan dalam mengembangkan usaha dengan baik.
Tabel 4.6. Jenis Sayuran dan Jumlah Lubang Tanam per Sayuran untuk Usaha
Sayuran Hidroponik di Rumah Hijau Hydrofarm
bayam merah dan bayam hijau. Instalasi yang harus ada dalam greenhouse
antara lain bak penampung air serta nutrisi karena sumber kehidupan utama
untuk jenis tanaman hidroponik adalah air atau nutrisi. Sebelum penanaman,
petani melakukan persiapan lahan yaitu sterilisasi greenhouse. Sterilisasi
dilakukan dengan membuang sisa tanaman yang masih ada, membersihkan
wadah tanam, dan seluruh lokasi tanam yang dapat mengganggu proses
produksi sayuran hidroponik.
2. Penyemaian
Proses penumbuhan benih atau biji menjadi bibit sehingga bisa
dilanjutkan ke tahap berikutnya. Pada pross penyemaian ini sangat
penting,terutama pada benih tanaman yang halus dan tidak tahan faktor-faktor
luar yang dapat menghambat proses pertumbuhan benih menjadi bibit tanaman.
3. Transplanting
Setelah bibit mulai muncul 4 helai daun, maka bibit siap untuk dipindah
(transplanting). Yang perlu dipersiapkan adalah air dalam nampan dan media
tanam yang akan digunakan Kemudian dipindahkan ke media tanam yang telah
disiapkan. Rata-rata petani responden menggunakan busa sebagai media tanam.
Untuk penguatnya menggunakan flanel dan netpot.
4. Pemeliharaan
mencucinya atau membuat pestisida alami yang berasal dari bahan alami
seperti air bawang putih atau mengggunakan minuman coca cola dan cairan
pencuci piring.
terdiri dari biaya saprodi, biaya tenaga kerja dan biaya variabel lain yaitu sebesar
Rp.5.947.000,00. Untuk total biaya tetap hanya terdiri dari depresiasi alat karena
tidak ada sewa lahan sebesar Rp. 1,110,333.33. Total biaya produksi Rp
6.817.333.33 dan Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 15.982.666.67 dengan nilai
R/C = 3,34 yang berarti usaha sayuran hidroponik yang dilakukan oleh rumah
hijau hydrofarm layak untuk diusahakan.
Tabel 4.8. Analisis BEP Usaha Sayuran Hidroponik di Rumah Hijau Hydrofarm
Uraian Simbol Satuan
Niai
44
Komponen BEP
Rata-rata Produksi Q (kg/bln) 780.00
Rata-rata Harga Jual Produk P (Rp/kg) 29,230.77
Total Penerimaan TR (Rp/kg) 22,800,000.00
Total Biaya Variabel TVC (Rp) 5,707,000.00
Total Biaya Tetap TFC (Rp) 1,110,333.33
Total Biaya TC (Rp) 6,817,333.33
Biaya Variabel Rata-rata AVC (Rp) 7,316.67
Investasi (Rp) 72,310,000.00
BEP Penjualan (Rp) 1,481,050.72
BEP Produksi (kg) 50.6675
Sumber: data diolah,2021
Dari hasil analisis BEP Usaha Sayuran Hidroponik di rumah hijau hydrofarm
pada Tabel 4.13 diperoleh pada rata-rata harga produk sebesar Rp. 29,230.77 per kg,
maka produsen akan berada pada titik BEP pada saat produsen memperoleh nilai
penjualan sebesar nilai BEP penjualan (Rp 1,481,050.72) atau pada kemampuan produksi
rata-rata sebesar 780.00 kg per proses produksi, maka titik BEP produksi akan dicapai
dalam kurun waktu 0,06 kali proses produksi. Untuk mengetahui berapa kali proses
produksi yang dilakukan menggunakan selisih antara BEP penjualan dengan Total
Penerimaan atau dengan selisih antara BEP produksi dengan rata-rata produksi.
1. Hambatan teknis
Berdasarkan hasil penelitianmenunjukan bahwa terdapat 3 petani
responden yang memiliki persentase 100% terkendala oleh instalasi irigasi.
Instalasi irigasi yang dimaksud yaitu jenis teknik dalam sistem hidroponik yang
digunakan oleh petani responden adalah teknik NFT (Nutrient Film
Technique). Teknik NFT ini bergantung pada daya listrik. Apabila daya listrik
mati pada waktu yang cukup lama. Maka akar tanaman akan kekurangan
oksigen dan nutrisi karena tidak adanya aliran air. Hal ini menyebabkan
tanaman akan cepat layu dan mati.
45
2. Hambatan pemasaran
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013-2015. Kecamatan Batu Layar Dalam Angka. BPS
Kabupaten Lombok Barat. Lombok Barat.
Husodo,S., dkk. 2004. Pertanian Mandiri. Pandangan Strategis Para Pakar
Untuk Kemajuan Pertanian Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Istiqomah,siti.2006. Menanam Hidroponik. Azka Press. Jakarta.
Kadariah., L karlina, dan G. gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Kasmir dan Jakfar, 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta.
Kusuma, P.T.W.W dan Mayasati, N.K.I. 2014. Analisa Kelayakan Finansial
Pengembangan Usaha Produksi Komoditas Lokal: Mie Berbasis Jagung.
Jurnal Agritech 34(2): 194-202.
Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
________. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
.2015. Ilmu Usahatani. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta Timur.
Lingga, P. 2005. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Machpoedz M., 1984. Akuntansi Manajemen. PT. BPFE Yogyakarta.Yogyakarta.
Soekartawi. 1987. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. CV.
Rajawali. Jakarta.
_________. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
_________. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. ANDI. Yogyakarta.
Sutiyoso, Y. 2004. Aeroponik Sayuran Budidaya dengan Sistem Pengabutan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
48