PERPAJAKAN II (Kelompok 3)
PERPAJAKAN II (Kelompok 3)
PERPAJAKAN II
DOSEN PENGAMPU
Oleh kelompok 3:
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2021
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa / Ida Sang Hyang Widhi wasa karena atas rahmat dan
karunia-nya yag memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan paper yang berjudul “ Cara menghitung ppn sebagai distributor resmi pabrik coca- cola
”.paper ini kami susun guna memenuhi sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Perpajakan II.
Dalam penyusunan paper ini , penulis banyak mendapat saran dan dorongan dari berbagai pihak ,
sehingga pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucap terima kasih kepada pihak -pihak
sebagai berikut :
1. Prof .dr . Dewa putu Widjana ,DAP&E.,Sp. Park selaku rektor universitas warmadewa
2. Dr. I Made Sara , SE.,MP selaku dekan fakultas ekonomi dan bisnis universitas warmadewa
3. Luh Kade Datrini ,SE.,M.Si selaku dosen pengempu pada mata kuliah perpajakan II universitas
warmadewa
4. Dewa Gede Dena Medana selaku Manager Operasional CCOD Nusa penida
5. Seluruh teman – teman seperjuangan yang sudah ikut serta dalam pembuatan paper ini .
6. Rekan – rekan seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan paper ini
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna . oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun guna menyempurnakan paper ini .akhir kata penulis mengharapkan
semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
Cover……………….. ………………………………………...........................................................i
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar PPN Dan PPnBM………………………………………………………………
2.2 Faktur pajak…………………………………………………………………………………….
2.3 Dasar pengenaan pajak…………………………………………………………………………
2.4 pelaporan PPN / PPnBM ………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Jumlah
Harga Jual Quantity
No. Nama Produk Penjualan
(Rp) (krat/dus)
(Rp)
1 222
330 CAN X24 (ALL ITEM) 116,000 25,752,000
2 1036
390 PET X12 (ALL ITEM) 50,000 51,800,000
3 3676
250 PET X12 (ALL ITEM) 27,000 99,252,000
4 201
350 PET X12 FRESTEA (ALL ITEM) 41,500 8,341,500
5 80
500 PET X12 FRESTEA (ALL ITEM) 58,200 4,656,000
6 253
300 PET X12 MMNBOOST (ALL ITEM) 62,700 15,863,100
7 81
300 PET X12 MM PULPY (ALL ITEM) 45,000 3,645,000
8 14
600 PET X24 ADES 54,000 756,000
9 3
1.5 PET X12 ADES 55,000 165,000
10 37
1.0 PET X12 (ALL ITEM) 108,000 3,996,000
11 3
180 CBA X24 NUTRIBOOST (ST&ORG) 75,000 225,000
3
1 3-Sep 2,773,837
2 6-Sep 2,560,371
3 10-Sep 2,834,327
4 14-Sep 3,468,891
5 20-Sep 2,994,833
6 27-Sep 3,632,346
7 27-Sep 2,777,331
2
6
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa
barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.Barang Kena Pajak
adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984. Yang dimaksud
dengan “Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” adalah:
a. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian
atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia,
merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa
lainnya;
b. Hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah;
c. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau
komersial;
d. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan
atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada huruf a, penggunaan atau hak
menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada huruf b, atau pemberian
pengetahuan atau informasi tersebut pada huruf c, berupa:
Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat
optik, atau teknologi yang serupa;
Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara
atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan melalui
satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; dan
Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spectrum radio
komunikasi;
e. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films),
film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan
f. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau
pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana
tersebut di atas.
Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali undang-undang menetapkan
sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai berikut:
7
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, seperti:
Minyak mentah (crude oil);
Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi
langsung oleh masyarakat;
Panas bumi;
Asbes, batu tulis, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonite, dolomit,
feldspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit,
kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil,
pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah
diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta
bijih bauksit.
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak,
seperti:
Beras;
Gabah;
Jagung;
Sagu;
Kedelai;
Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
Daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak
dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau
direbus;
Telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan,
diasinkan, atau dikemas;
8
Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau
dikemas atau tidak dikemas;
Buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui
proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas
atau tidak dikemas; dan
Sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau
disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,
dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat
maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa
boga atau catering; dan
d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga (saham, obligasi, dan lainnya)
Pengusaha kecil
Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang atau jasa yang tidak
dikenakan PPN.
3. Penyerahan Barang Kena Pajak
Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena
Pajak. Penyerahan barang kena pajak yang termasuk dalam pengertian penyerahan BKP
adalah:
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;
b. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna
usaha (leasing);
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;
d. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP4;
e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP
antar cabang;
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi; dan
h. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP
kepada pihak yang membutuhkan BKP.
Sedangkan penyerahan barang yang tidak termasuk dalam pengertian
penyerahan BKP adalah:
a. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-
undang Hukum Dagang;
b. Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang;
c. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP
antar cabang dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
d. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan
yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan
4
10
e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan
atas perolehannya tidak dapat dikreditkan..
4. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Dengan pertimbangan bahwa:
a. Perlu keseimbangan pembebanan pajak Antara konsumen yang berpenghasilan
rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi
b. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah
c. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional
d. Perlu untuk mengamankan Negara
Maka atas penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh produsen atau impor BKP
yang Tergolong Mewah, disamping dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan
tinggi; dan/atau
d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status;
PPnBM dikenakan atas:
a. Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang
menghasilkan BKP yang Tergolong Mewah tersebut di dalam Daerah Pabean
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya;
b. Impor BKP yang Tergolong Mewah.
PPnBM merupakan pungutan tambahan di samping PPN. PPnBM hanya dikenakan 1
(satu) kali pada waktu penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh pengusaha yang
menghasilkan atau pada waktu impor BKP yang Tergolong Mewah.
5. Tarif PPN dan PPnBM
a. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan tarif
PPN yang diterapkan sebesar 0% adalah sebagai berikut:
1. Ekspor BKP Berwujud
11
b. Jika tejadi kesalahan dalam mengisi faktur pajak, PKP dapat melakukan
pembetulan faktur pajak tersebut. Jika tidak dilakukan pembetulan sama sekali,
maka hal ini akan merugikan PKP yakni pada saat auditor memeriksa pajak PKP.
2. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian
setelah dikurangi laba kotor;
3. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-
rata;
4. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
5. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;
6. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
adalah harga pasar wajar;
7. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga
perolehan;
8. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;
9. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10 % (sepuluh persen) dari jumlah yang
ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
10. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh
persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.
Misalnya PKP “D” menjual BKP yang dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan PPn
BM yang terutang adalah :
a. Dasar Pengenaan Pajak = Rp50.000.000,00
b. PPN = 10% x Rp50.000.000,00
= Rp5.000.000,00
c. PPnBM = 35% x Rp50.000.000,00
= Rp17.500.000,00
PPN sebesar Rp500.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi
PKP “D” dan PPN sebesar Rp5.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP “D”.
Sedangkan PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan
PPnBM sebesar Rp17.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”.
3.1 Kesimpulan
PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Penjualan yang
direstrukturisasi/dimodifikasi. Banyak kelebihan yang ditawarkan oleh PPN, salah satunya dapat
menghapus kewajiban pajak berganda. Untuk barang yang dianggap mewah ada perlakuan
khusus yang dinamakan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah). Tarif untuk PPN sebesar
10 persen, sedangkan untuk PPnBM minimal 10 persen dan paling tinggi sebesar 200 persen.
PPN dan PPnBM diterapkan untuk menarik pendapatan dari masyarakat
secara efektif dan efisien. Selain itu, keduanya diterapkan agar masyarakat tidak berjiwa
konsumtif dalam setiap perniagaan yang dilakukannya.Adapun pelaporan secara online atau
daring sangat bermanfaat baik sebelum dan sesudah pandemic karena bagi WP bisa
mendapatkan efisiensi dari waktu dan juga biaya
3.2 SARAN
Saran yang dapat saya sampaikan kepada para pelaku usaha yaitu supaya tetap memenuhi
kewajiban untuk membayar pajak , yang bertujuan untuk menambah pendapatan negara
,demikian paper yang dapat kami sampaikan , apabila terdapat kesalahan kata dalam penulisan
mohon dimaklumi
17
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, "Seri PPN dan PPnBM - Cara Menghitung
PPN dan PPnBM", diakses dari http://www.pajak.go.id/content/seri-ppn-dan-ppnbm-
cara-menghitung-ppn-dan-ppnbm, pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 23.22 WIB.
Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, "Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan PPN
& PPnBM Seri - PPN", diakses dari
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/BookletPPN.pdf, pada tanggal 28 Maret 2018
pukul 23.40 WIB.
Leandri, Alban, "Pengertian e-Faktur: Jenis, Fungsinya, dan Contoh Faktur Pajak", diakses dari
https://www.online-pajak.com/id/pengertian-e-faktur-contoh-faktur-pajak, pada tanggal
28 Maret 2018 pukul 22.25 WIB.
Mardiasmo, Perpajakan – Edisi Terbaru 2016, (Yogyakarta: ANDI; 2016).
Rosdiana, Haula dan Irianto, Edi Slamet, Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan Implementasi di
Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers; 2014).