Anda di halaman 1dari 20

i

PERPAJAKAN II

CARA MENGHITUNG PPN SEBAGAI DISTRIBUTOR RESMI PABRIK COCA COLA

DOSEN PENGAMPU

Luh Kade Datrini,SE,M.Si

Oleh kelompok 3:

1. Dewa nyoman sandya summa (1933122097)


2. Ni Luh Ayu Paramita (1733122101)
3. I Kadek Kurniawan (1933122056)
4. Gede adi wilaguna (1933122078)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

TAHUN 2021

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa / Ida Sang Hyang Widhi wasa karena atas rahmat dan
karunia-nya yag memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan paper yang berjudul “ Cara menghitung ppn sebagai distributor resmi pabrik coca- cola
”.paper ini kami susun guna memenuhi sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Perpajakan II.

Dalam penyusunan paper ini , penulis banyak mendapat saran dan dorongan dari berbagai pihak ,
sehingga pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucap terima kasih kepada pihak -pihak
sebagai berikut :

1. Prof .dr . Dewa putu Widjana ,DAP&E.,Sp. Park selaku rektor universitas warmadewa
2. Dr. I Made Sara , SE.,MP selaku dekan fakultas ekonomi dan bisnis universitas warmadewa
3. Luh Kade Datrini ,SE.,M.Si selaku dosen pengempu pada mata kuliah perpajakan II universitas
warmadewa
4. Dewa Gede Dena Medana selaku Manager Operasional CCOD Nusa penida
5. Seluruh teman – teman seperjuangan yang sudah ikut serta dalam pembuatan paper ini .
6. Rekan – rekan seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan paper ini

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna . oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun guna menyempurnakan paper ini .akhir kata penulis mengharapkan
semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua

Denpasar , 15 november 2021

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

Cover……………….. ………………………………………...........................................................i

KATA PENGANTAR ………………………………………...........................................................ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………….1

1.1 Latar belakang …………………………………………………………………………………1


1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………………………...1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar PPN Dan PPnBM………………………………………………………………
2.2 Faktur pajak…………………………………………………………………………………….
2.3 Dasar pengenaan pajak…………………………………………………………………………
2.4 pelaporan PPN / PPnBM ………………………………………………………………………

BAB III KESIMPULAN


3.1 kesimpulan……………………………………………………………………………………
3.2 Saran …………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apabila dilihat dari sejarahnya, Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak
Penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak relevan lagi dengan
perkembangan zaman. Dan banyak aspek-aspek yang terbuka celahnya sehingga dapat
menimbulkan penyelundupan yang tidak dapat teratasi. Selain itu, Pajak Penjualan mempunyai
beberapa kelemahan lainnya seperti, mempunyai bermacam-macam tarif yang menyulitkan para
Subjek dan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya, dan adanya pajak berganda. Faktor-
faktor inilah yang menyebabkan Pajak Penjualan mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Pemerintah pun menyadari akan kekurangan Pajak Penjualan tersebut, oleh karena itu
diadakanlah revisi secara berkala pada Pajak Penjualan itu sendiri sehingga namanya dirubah
menjadi Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN sendiri memiliki beberapa forte (kelebihan) yang
menutupi Pajak Penjualan pendahulunya tersebut. Di antaranya seperti, menghilangkan pajak
berganda, menggunakan tarif tunggal, netral dalam persaingan dalam negeri, perdagangan
internasional, pola konsumsi dan juga dapat mendorong ekspor. Oleh karena itu, sebagai
akademisi yang bergerak di bidang Ekonomi yang suatu saat nanti, perlu untuk mempelajari
materi perpajakan ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana kosep dasar pemungutan PPN dalam objek , tariff dan perhitungan ?
2. Bagaimana cara perhitungan ppn dan cara melaporkan pajak setiap bulannya ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana konsep dasar pemungutan PPN dalam objek , tariff dan
perhitungan
2. Mengetahui bagaimana cara perhitungan dan cara melaporkan pajak setiap bulannya

1
2

1.4 Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat penelitian dilaksanakan di Nusa Penida pada toko UD.Cahaya Bintang Klungkung Bali

1.5 Fokus Penelitian


Pada penelitian ini berfokus untuk memaparkan penghitungan ppn secara benar.

1.6 Sumber Data


Data yang digunakan merupakan data kualitatif yaitu penelitian yang dilengkapi dengan hasil
wawancara dan observasi. Selain itu kami juga diperkenankan untuk melihat laporan penjualan
bulanan dari UD. Cahaya Bintang

LAPORAN PENJUALAN COCA COLA


PERIODE SEPTEMBER 2021

Jumlah
Harga Jual Quantity
No. Nama Produk Penjualan
(Rp) (krat/dus)
(Rp)

1 222
330 CAN X24 (ALL ITEM) 116,000 25,752,000
2 1036
390 PET X12 (ALL ITEM) 50,000 51,800,000
3 3676
250 PET X12 (ALL ITEM) 27,000 99,252,000
4 201
350 PET X12 FRESTEA (ALL ITEM) 41,500 8,341,500
5 80
500 PET X12 FRESTEA (ALL ITEM) 58,200 4,656,000
6 253
300 PET X12 MMNBOOST (ALL ITEM) 62,700 15,863,100
7 81
300 PET X12 MM PULPY (ALL ITEM) 45,000 3,645,000
8 14
600 PET X24 ADES 54,000 756,000
9 3
1.5 PET X12 ADES 55,000 165,000
10 37
1.0 PET X12 (ALL ITEM) 108,000 3,996,000
11 3
180 CBA X24 NUTRIBOOST (ST&ORG) 75,000 225,000
3

180 CBA X24 NUTRIBOOST


12 10
(COF&CHO) 93,000 930,000
13 5
425 PET X12 SPRITE WATERLYMON 48,000 240,000
240 PET X12 NUTRIBOOST
14 0
(COF&CHO) 73,500 -
15 0
300 PET X12 HOMESTYLE (ALL ITEM) 68,500 -
180 CBA X24 NUTRIFORCE (ALL
16 0
ITEM) 57,000 -
5,6
TOTAL
21 215,621,600

Dasar Pengenaan Pajak (DPP)


196,019,636
PPN 10%
19,601,964

Total FP Keluaran 100% 19,601,964 340,369,636

Total FP Masukan 100% 21,041,936

Lebih Bayar (1,439,972)

Total Margin 26,710,992

No. FP MASUKAN COCA COLA (SEPTEMBER 2021)

1 3-Sep 2,773,837

2 6-Sep 2,560,371

3 10-Sep 2,834,327

4 14-Sep 3,468,891

5 20-Sep 2,994,833

6 27-Sep 3,632,346

7 27-Sep 2,777,331

  Total FP Masukan 21,041,936


4

FP Masukan Cola & Bir 37,901,390

FP Keluaran Cola & Bir 34,036,964

Lebih Bayar 3,864,426

Kelebihan Masa Pajak Sebelumnya 115,278

Total Lebih Bayar 3,979,704


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar PPN dan PPnBM


Seperti kita ketahui, PPN berasal dari Pajak Penjualan yang termodifikasi. Pada dasarnya
terdapat 2 cara dalam pengambilan Pajak Penjualan, yaitu dengan cara Single Stage Levies dan
Multi-Stage Levies. Pada Single Stage Levies, terdapat 3 tempat dimana pajak tersebut diambil.
Yaitu pada pihak produsen atau pedagang besar/grosir, atau pada tingkat konsumen akhir. Akan
tetapi, pada masing-masing tingkatan terdapat kelemahan-kelemahan yang memungkinkan untuk
memberatkan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya. Pada sistem yang kedua (Multi-
Stage Levies) juga terbagi menjadi 2 sistem, yaitu Cumulative Cascade Systems dan Non
Cumulative System (Value Added).
Pada Cumulative Cascade Systems pajak dipungut pada tingkat peredaran barang pada
jalur produksi dan distribusi tanpa adanya penyesuaian (adjustment) terhadap pajak yang telah
dibayar pada jalur sebelumnya. Pajak ini dipungut setiap kali ada pemindahan barang pada jalur
berikutnya. Karena tidak ada kredit pajak, maka beban pajak menjadi berlipat ganda (kumulatif)
melebihi tarif yang sebenarnya berlaku untuk peredaran barang tersebut.
Sedangkan pada Non Cumulative System (Value Added) pajak hanya timbul karena
adanya faktor produksi yang terpakai untuk menambah nilai barang tersebut seperti bunga, sewa,
upah kerja, termasuk semua biaya untuk mendapatkan laba. Jadi yang menyebabkan PPN
(Value Added Tax) makin bertambah di setiap tingkatan penjualan adalah adanya unsur-unsur
yang menambah nilai suatu barang yang mempunyai biaya tertentu yang labanya tersebut dapat
diambil pajak darinya. Sehingga tidak terjadi perlipatan ganda biaya pajak karena pada dasarnya
biaya produksi yang produsen keluarkan sudah dibayarkan ketika raw material tersebut dirubah
menjadi produk siap pakai.1
Sebelum kita mengetahui objek apa saja yang dapat dikenakan PPN dan PPnBM, maka
kita seharusnya mengetahui beberapa aspek-aspek yang berkaitan dengan diambilnya pajak
tersebut. Di antaranya seperti, Barang Kena Pajak (BKP), Jasa Kena Pajak (JKP), dan Pengusaha
Kena Pajak (PKP).
1. Barang Kena Pajak (BKP)2
1

2
6

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa
barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.Barang Kena Pajak
adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984. Yang dimaksud
dengan “Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” adalah:
a. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian
atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia,
merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa
lainnya;
b. Hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah;
c. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau
komersial;
d. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan
atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada huruf a, penggunaan atau hak
menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada huruf b, atau pemberian
pengetahuan atau informasi tersebut pada huruf c, berupa:
 Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat
optik, atau teknologi yang serupa;
 Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara
atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan melalui
satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; dan
 Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spectrum radio
komunikasi;
e. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films),
film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan
f. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau
pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana
tersebut di atas.
Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali undang-undang menetapkan
sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai berikut:
7

a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, seperti:
 Minyak mentah (crude oil);
 Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi
langsung oleh masyarakat;
 Panas bumi;
 Asbes, batu tulis, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonite, dolomit,
feldspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit,
kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil,
pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah
diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
 Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
 Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta
bijih bauksit.
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak,
seperti:
 Beras;
 Gabah;
 Jagung;
 Sagu;
 Kedelai;
 Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
 Daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak
dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau
direbus;
 Telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan,
diasinkan, atau dikemas;
8

 Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau
dikemas atau tidak dikemas;
 Buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui
proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas
atau tidak dikemas; dan
 Sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau
disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,
dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat
maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa
boga atau catering; dan
d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga (saham, obligasi, dan lainnya)

2. Pengusaha Kena Pajak (PKP)


Pengusaha Kena Pajak adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor, mengekspor
barang melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean3, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar Daerah Pabean yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.
a. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak:
 Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan untuk menjadi pengusaha kena
pajak.
 Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.
 Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih
besar daripada pajak masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan pajak
penjualan atas barang mewah yang berutang .
 Melaporkan penghitungan pajak.
b. Pengecualian kewajiaban pengusaha kena pajak
3
.
9

 Pengusaha kecil
 Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang atau jasa yang tidak
dikenakan PPN.
3. Penyerahan Barang Kena Pajak
Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena
Pajak. Penyerahan barang kena pajak yang termasuk dalam pengertian penyerahan BKP
adalah:
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;
b. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna
usaha (leasing);
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;
d. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP4;
e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP
antar cabang;
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi; dan
h. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP
kepada pihak yang membutuhkan BKP.
Sedangkan penyerahan barang yang tidak termasuk dalam pengertian
penyerahan BKP adalah:
a. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-
undang Hukum Dagang;
b. Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang;
c. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP
antar cabang dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
d. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan
yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan

4
10

e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan
atas perolehannya tidak dapat dikreditkan..
4. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Dengan pertimbangan bahwa:
a. Perlu keseimbangan pembebanan pajak Antara konsumen yang berpenghasilan
rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi
b. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah
c. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional
d. Perlu untuk mengamankan Negara
Maka atas penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh produsen atau impor BKP
yang Tergolong Mewah, disamping dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan
tinggi; dan/atau
d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status;
PPnBM dikenakan atas:
a. Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang
menghasilkan BKP yang Tergolong Mewah tersebut di dalam Daerah Pabean
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya;
b. Impor BKP yang Tergolong Mewah.
PPnBM merupakan pungutan tambahan di samping PPN. PPnBM hanya dikenakan 1
(satu) kali pada waktu penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh pengusaha yang
menghasilkan atau pada waktu impor BKP yang Tergolong Mewah.
5. Tarif PPN dan PPnBM
a. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
 Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan tarif
PPN yang diterapkan sebesar 0% adalah sebagai berikut:
1. Ekspor BKP Berwujud
11

2. Ekspor BKP Tidak Berwujud


3. Ekspor JKP
b. Tarif PPnBM
 Tarif PPnBM dapat diterapkan ke beberapa kelompok, yaitu tarif paling
rendah 10% dan paling tinggi 200%. Atas ekspor barang Kena pajak (BKP)
yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0% (nol persen).PPnBM
yang telah dibayar atas perolehan BKP yang tergolong mewah yang diekspor
dapat diminta kembali (restitusi).
6. Mekanisme Pengenaan PPN
a. Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut:
 Pada saat membeli JKP atau BKP, akan dipungut PPN oleh PKP penjual. Ini
merupakan pembayaran pajak di muka (Pajak Masukan).
 Pada saat menjual BKP atau JKP wajib memungut PPN (Pajak
Pengeluaran). Ini sebagai bukti memungut PPN. Dan wajib membuat faktur.
 Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan surat
pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai.
 Apabila masa pajak lebih kecil daripada jumlah masukan maka dapat
direstitusi. Dan apabila jumlah pajak pengeluaran lebih besar daripada pajak
masukan selisihnya disetor ke kas negara.

2.2 Faktur Pajak


Bukti pungutan pajak yang dibuat PKP yang melakukan penyerahan BKP atau
JKP. Yang harus dibuat pada:
1. Akhir bulan penyerahan barang atau jasa kena pajak
2. Setiap penerimaaan termin sebagai tahap pekerjaan
3. Saat lain yang diatur berdasarkan peraturan menteri keuangan republik Indonesia
Fungsi Faktur Pajak :
a. Peran penting Faktur Pajak sangat berguna bagi PKP. Dengan adanya faktur pajak
maka PKP memiliki bukti bahwa PKP telah melakukan penyetoran, pemungutan
hingga pelaporan SPT Masa PPN sesuai dengan peraturan yang berlaku.
12

b. Jika tejadi kesalahan dalam mengisi faktur pajak, PKP dapat melakukan
pembetulan faktur pajak tersebut. Jika tidak dilakukan pembetulan sama sekali,
maka hal ini akan merugikan PKP yakni pada saat auditor memeriksa pajak PKP.

2.3 Dasar pengenaan pajak


Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang,
berupa: Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk PPN
yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak.
2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP),ekspor
Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk
PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya
dibayar oleh penerima jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima
manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-Undang PPN.
4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
5. Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak
dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah sebagai berikut5 :
1. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor;
5
13

2. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian
setelah dikurangi laba kotor;
3. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-
rata;
4. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
5. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;
6. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
adalah harga pasar wajar;
7. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga
perolehan;
8. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;
9. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10 % (sepuluh persen) dari jumlah yang
ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
10. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh
persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

Contoh Cara Menghitung PPN dan PPnBM


1. PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak “A”.
2. Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu
BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya
35%.
Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat
dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga
BKP yang dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan sebagai biaya.
14

Misalnya PKP “D” menjual BKP yang dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan PPn
BM yang terutang adalah :
a. Dasar Pengenaan Pajak = Rp50.000.000,00
b. PPN = 10% x Rp50.000.000,00
= Rp5.000.000,00
c. PPnBM = 35% x Rp50.000.000,00
= Rp17.500.000,00
PPN sebesar Rp500.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi
PKP “D” dan PPN sebesar Rp5.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP “D”.
Sedangkan PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan
PPnBM sebesar Rp17.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”.

2.4 SAAT PELAPORAN PPN/ PPnBM


1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan
disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang telah dilunasi
segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.
3. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan:
a. Bendahara Pemerintah harus dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus dilaporkan paling lama akhir
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
4. Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan PPnBM dihitung sendiri
oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada KPP setempat
paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Penjualan yang
direstrukturisasi/dimodifikasi. Banyak kelebihan yang ditawarkan oleh PPN, salah satunya dapat
menghapus kewajiban pajak berganda. Untuk barang yang dianggap mewah ada perlakuan
khusus yang dinamakan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah). Tarif untuk PPN sebesar
10 persen, sedangkan untuk PPnBM minimal 10 persen dan paling tinggi sebesar 200 persen.
PPN dan PPnBM diterapkan untuk menarik pendapatan dari masyarakat
secara efektif dan efisien. Selain itu, keduanya diterapkan agar masyarakat tidak berjiwa
konsumtif dalam setiap perniagaan yang dilakukannya.Adapun pelaporan secara online atau
daring sangat bermanfaat baik sebelum dan sesudah pandemic karena bagi WP bisa
mendapatkan efisiensi dari waktu dan juga biaya

3.2 SARAN
Saran yang dapat saya sampaikan kepada para pelaku usaha yaitu supaya tetap memenuhi
kewajiban untuk membayar pajak , yang bertujuan untuk menambah pendapatan negara
,demikian paper yang dapat kami sampaikan , apabila terdapat kesalahan kata dalam penulisan
mohon dimaklumi
17

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, "Seri PPN dan PPnBM - Cara Menghitung
PPN dan PPnBM", diakses dari http://www.pajak.go.id/content/seri-ppn-dan-ppnbm-
cara-menghitung-ppn-dan-ppnbm, pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 23.22 WIB.
Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, "Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan PPN
& PPnBM Seri - PPN", diakses dari
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/BookletPPN.pdf, pada tanggal 28 Maret 2018
pukul 23.40 WIB.
Leandri, Alban, "Pengertian e-Faktur: Jenis, Fungsinya, dan Contoh Faktur Pajak", diakses dari
https://www.online-pajak.com/id/pengertian-e-faktur-contoh-faktur-pajak, pada tanggal
28 Maret 2018 pukul 22.25 WIB.
Mardiasmo, Perpajakan – Edisi Terbaru 2016, (Yogyakarta: ANDI; 2016).
Rosdiana, Haula dan Irianto, Edi Slamet, Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan Implementasi di
Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers; 2014).

Anda mungkin juga menyukai