Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN UROLITHIASIS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu :
Idris Handriana, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 5


1. Anisa 18142011008
1. Dadang Rusmana 18142011011
2. Febiyanti Utami 18142011016
3. Mega Sri Rahayu 18142011023
4. Novi Fitriani 18142011030
5. Rika Meisari 18142011039
6. Yuliana Dewi 18142011051

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES YPIB MAJALENGKA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah
dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tentang “MAKALAH KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN UROLITHIASIS” Dengan harapan makalah ini dapat membantu
mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah Keperawatan Kritis.
Makalah ini merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis.
Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan
tentang pengetahuan Keperawatan Kritis secara meluas. Sehingga besar harapan
kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang
wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan masih
perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan.
Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat ikut
memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Majalengka, November 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A.Latar Belakang.......................................................................................................1
B.Rumusan Masalah..................................................................................................2
C.Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II KONSEP DASAR............................................................................................3
A.Pengertian...............................................................................................................3
B.Klasiikasi................................................................................................................3
C.Etiologi...................................................................................................................4
D.Manifestasi Klinik..................................................................................................7
E.Patofisiologi............................................................................................................7
F.Penatalaksanaan…………….………………………………………………..….12

G.Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………………..13

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN......................................................14


A.Pengkajian............................................................................................................14
B.Diagnosa Keperawatan.........................................................................................16
C.Intervensi Keperawatan.......................................................................................17
D.Implementasi........................................................................................................20
E.Evaluasi................................................................................................................21
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................22
A.Kesimpulan..........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya


masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu
disebabkan karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau
karena air kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu,
kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita
4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia
rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat
dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai
keempat.
Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih
yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis,
vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan
karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004). Batu
dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran
urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2007). Pada
umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang berkepanjangan akan
menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat
menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti
nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan
urosepsis (Purnomo, 2011).

1
Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan terkadang ditemukan pula
ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi akibat batu saluran kemih ini . Tingginya
insidens rate batu saluran kemih, namun rendahnya kesadaran masyarakat akan penyakit
batu saluran kemih dan asuhan keperawatannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja konsep dasar urolithiais?

2. Apa saja konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan urolithiasis?

3. Apa aplikasi jurnal untuk menurunkan urolithiasis?

C. Tujuan

1. Mengetahui konsep dasar urolithiasis.

2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan urolithiasis.

3. Mengetahui aplikasi jurnal untuk menurunkan nyeri.

2
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di
dalam saluran perkemihan.  Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai
dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang
tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus
mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam
pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam,
hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2013).
Batu Saluran Kemih  adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai
zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat
(60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel
fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R.
Borley 2006).

B. Klasifikasi

Klasifikasi Batu Saluran Kemih meliputi :

a. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat
atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil
sampai ke ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan dapat masuk
ke kaliks.
b. Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan
oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman
golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan
merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini
memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat membentuk

3
batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah urea adalah
proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus
c. Batu asam urat
Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung
purine, peminum alcohol, volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau
dehidrasi, hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang
berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium
oksalat.
d. Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi
pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak
kecil dan orang tua, jarang ditemukan pada usia
e. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi oksidasi
xathine.

C. Etiologi

Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk faktor
intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
1) Heriditer/ Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus
ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal
atau kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolic.
Riwayat batu saluran kemih bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam
satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan batu saluran kemih
antara lain:
2) Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga
penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan
gagal ginjal.

4
3) Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah
hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.

4) Umur : Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.

5) Jenis kelamin

Kejadian batu saluran kemih berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih
sering terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian batu saluran
kemih yang sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak
terdapat 170.000 kasus baru per tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan
produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan
anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan
anak-anak.

b. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti
geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.

1) Geografi
Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah
pegunungan, bukit atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan
insiden batu saluran kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi
mewakili salah satu aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah,
temperatur, kelembaban yang sangat menentukan faktor intrinsik yang menjadi
predisposisi batu saluran kemih.
2) Faktor Iklim dan cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan
tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim panas
banyak ditemukan batu saluran kemih. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan
keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang
meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang
mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap batu saluran kemih
3) Jumlah air yang diminum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut.

5
Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi
kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena batu saluran kemih.
Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga
terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air kemih dengan banyak minum
menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air
kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi rata-rata umur kristal
pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air
kemih.
4) Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih.
Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi         tinggi rendahnya jumlah
air kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya
batu saluran kemih.
5) Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan
orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena
mengganggu proses metabolisme tubuh1.
6) Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa
stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti.
Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya
tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan
terjadinya batu saluran kemih.
7) Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran
kemih jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang
bekerja di kantor dengan banyak duduk.
8) Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik
diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium
oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Hal ini disebabkan

6
pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat dan kalsium
naik
9) Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat
berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman
pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan
adanya stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal.
10) Tinggi rendahnya pH air kemih
Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH 5,2
pada batu kalsium oksalat).

D. Manifestasi Klinik

Gejala klinis dari batu saluran kemih yang dapat dirasakan adalah :

a. Rasa Nyeri
Lokasi rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai
nyeri tekan diseluruh area kostovertebral tidak jarang disertai mual dan muntah, maka
dapat disimpulkan pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di
ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke
paha dan genitalia. Pasien yang mengalami kolik ureter akan sering ingin merasa
berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai
dengan darah.
b. Demam
Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..
c. Infeksi
Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran
kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas,
dan Staphylococcus.
d. Hematuria dan Kristaluria
Diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih dapat dibantu dengan adanya hematuria
dan kristaluira. Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam air kemih,
sedangkan kristaluria adalah air kemih yang berpasir.

7
e. Mual dan Muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter, seringkali menyebabkan mual
dan muntah.
E. Patofisiologi

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis
belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan
juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam
urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat
dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu
struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan.
Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah
dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa
nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu
yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul
hidronefrosis karena dilatasi ginjal. 
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada
organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu
melakukan fungsinya secara normal (Smeltzer, 2011).

8
Infeksi pada ginjal
a. Pathway

Kerusakan pada nefron ginjal

Ganggguan reabsorbsi dan kebocoran


Obat-obatan Konsumsi ginjal
air rendah
Peningkatan mineral
diginjal

Penurunan cairan Peningkatan konsenterasi mineral


keginjal diurine
Urine menjadi pekat
Terjadi pengendapan mineral menjadi
kristal

Endapan kristal membentuk nukleus dan menjdi


batu

urolithiasis
Tidak Pembedahan
GGA
mendapat
penanganan

Nyeri akut Resiko


infeksi

Ginjal Ureter Bladde Uretra


r
Gangguan
mobilitas fisik
obstruksi Pemasangan Infeksi
kateter

Hambatan airan
urine

Peningkatan tekanan
hidrostatik Hidronefrosis

Distensi saluran kemih


Kencing Nyeri saat dan abdomen
sedikit/menetes berkemih
Gangguan eliminasi
urine
Retensi urine Nyeri akut
9
F. Penatalaksanaan

Penatalaksaan pada pasien dengan urolithiasis :

a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil
yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat
keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran
urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama
pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan
batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien
batu saluran kemih harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar
batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat
yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti
ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri.
Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan
batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, batu
saluran kemih dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat
tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan
batu berikutnya.
c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini
digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk
memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan
pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu
ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi
keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama
rawat inap di rumah sakit.

12
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung
kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit (perkutan).
e. Tindakan Operasi
1) Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di dalam ginjal
2) Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di ureter
3) Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang
berada di vesica urinaria
4) Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di uretra

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum


menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal serta
serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam.
b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
d. Darah lengkap :
Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.
Sel darah merah : biasanya normal.
Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
e. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
f. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

13
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN UROLITHIASIS

A. Pengkajian

A. Pengkajian Primer
Airway: adanya sumbatan/ obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan secret akibat kelemahan reflek batuk, Breathing : kelemahan
menelan/ batuk/ melindungi jalan nafas, timbulnya pernapasan yang sulit
dan/ atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/ aspirasi, Circulation:
Tekanan Darah (TD) dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada
tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit
dan membrane mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

B. Pengkajian Sekunder

Aktivitas dan istirahat : klien BSK dapat mengalami gangguan tidur apabila
nyeri timbul pada malam hari. Keterbatasan akitivitas atau imobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya (penyakit tak sembuh, cedera medulla
spinalis), Srikulasi : peningkatan tekanan darah (TD)/ nadi (nyeri, ansietas
gagal ginjal), kulit hangat dan kemerahan, pucat. Pola fungsioanal: pola
persepsi dan pemeliharaan kekuatan klienyang bisa saja tinggal di daerah yang
tinggi kalium pada air. Terdapat riwayat penggunaan pada alkohol, pola nutrisi
dan metabolisme, adanya asupan dengan tinggi purin, kalsium oksalat dan
fosfat. Terdapat juga ketidak cukupan intake cairan. Klien Batu Saluran Kemih
dapat mengalami mual/muntah, nyeri tekan abdomen, pola eliminasi klien Batu
Saluran Kemih dapat mengalami riwayat adanya Infeksi Saluran Kemih Kronis,
adanya obstruksi sebelumnya (kulkus), penurunan haluaran urine, kandung
kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare, Nyeri/ Kenyamanan:
Episode akut nyeri berat, nyeri kolik, Lokasi tergantung pada lokasi batu,
contoh pada panggul di region sudut, costovertebal; dapat menyebar ke
punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha atau genetalia. Nyeri dangkal
konstan menunjukan kalkus ada di pelvis atau kalkulus ginjal, Keamanan:

14
Penggunaan alkohol, demam menggigil, Pemeriksaan Fisik : Tanda-tnda vital :
peningkatan tekanan darah dan nadi, peningkata suhu bila di jumpai infeksi.
Kulit : Hangat dan kemerahan, pucat, Abdomen: adanya nyeri tekan abdomen,
doistensi abdominal, penurunan atau tidaknya adanya bising usus.

1)  Identitas Klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan
alamat.
2) Riwayat Keperawatan
a) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau
infeksi saluran kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi
sebelumnya
b) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan
didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami
mual, muntah, hematuri, Buang Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak
tuntas, rasa terbakar, penurunan haluaran urin, dorongan berkemih.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
d) Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
e) Pola kebiasaan sehari-hari :
(1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi.  Keterbatasan aktivitas / mobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya
(2) Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit
kemerahan dan hangat; pucat.

15
(3) Eliminasi
Gejala     : Riwayat adanya    ISK     kronis, obstruksi sebelumnya
(kalukulus), penurunan haluaran          urine,   kandung          kemih
penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih
(4) Diare
Tanda     : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih
(5) Makanan / cairan
Gejala     : Mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,
kalsium oksalat, dan / atau fosfat, ketidakcukupan   pemasukan  
cairan;   tidak minum air dengan cukup
Tanda     : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus.
Muntah.
(6) Nyeri / Kenyamanan
Gejala      :Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung
pada        lokasi  batu, contoh        pada panggul di region sudut
kostovertebral, dapat menyebar kepunggung, abdomen, dan turun
ke lipat  paha/genetalia.  Nyeri  dangkal  konstan
menunjulkkan          kalkulus ada di pelvis            atau kalkulus
ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang
dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda     : Melindungi ; perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area
ginjal pada palpasi
(7) Keamanan
Gejala     : Penggunaan alcohol, demam, menggigil.

B. Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

1) Nyeri akut b.d agen pencedera biologis (obstruksi)

2) Retensi urine b.d obstruksi

16
3) Gangguan eliminasi urine b.d distensi kandung kemih

Post Operasi

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (insisi pembedahan)

2) Resiko infeksi b.d insisi pembedahan

3) Gangguan mobilitas fisik b.d insisi pembedahan

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan merupakan tahap di mana perawat harus dapat berpikir


kritis dalam merumuskan rencana keperawatan yang akan di
tunjukan pada pasien yang di rawat. Rencana asuhan keperawatan
tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan
pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup
kebutuhan klien jangka panjang (potter,1997). Intervensi
keperawatan terdiri atas intervensi keperawatan yang independen
dan intervensi intervensi keperawatan kolaboratif. Intervensi
keperawatan independe adalah intervensi keperawatan yang di
lakukan perawat terhadap klien secara mandiri tanpa peran aktif dari
tenaga kesehatan lain. Intervensi keperawatan kolaboratif adalah
intervensi keperawatan yang di lakukan oleh perawat.

Tahap perencanaan dapat di sebut sebagai inti atau pokok dari


proses keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal
yang member arah bagi tujuan yang ingin di capai, hal yang akan di
lakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan
melakukan tindakan keperawatan. Dalam penyusunan rencana
tindakan keperawatan perlu keterlibatan keluarga dan orang terdekat
klien atau pasien untuk memaksimalkan perencanaan tindakan
keperawatan tersebut (Asmadi,2008).

17
Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut b.d Setelah 1. Lakukan 1. Mengetahui
pengkajian nyeri neri secara
agen dilakukan
secara komprehensif
pencedera tindakan komprehensif 2. Mengetaui
termasuk lokasi, reaksi dari
biologis keperawatan
karakteristik, adanya nyeri
(obstruksi) 3x24 jam nyeri durasi, frekuensi, 3. Mengetahui
kualitas dan perubahan
dapat teratasi
faktor presipitasi vital sign
Kriteria Hasil: 2. Observasi reaksi 4. Mengurangi
nonverbal dari nyeri
Nyeri berkurang,
ketidaknyamanan 5. Mengurangi
Skala nyeri 3. Monitor vital nyeri dengan
sign farmakologi
menurun, klien
4. Ajarkan tentang
dapat beristirahat teknik non
farmakologi:
dan tampak rileks
relaksai napas
dalam
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
analgetik

2. Retensi urine Setelah 1. Monitor intake 1. Mengetaui


dan output pemasukan
b.d obstruksi dilakukan
2. Stimulasi reflek dan
tindakan bladder dengan pengeluaran
kompres dingin 2. Agar dapat
keperawatan
pada abdomen tuntas dalam
3x24 jam retensi 3. Monitor tanda berkemih
dan gejala ISK 3. Mengetahui
urine dapat
4. Kateterisasi jika tanda dan
teratasi perlu gejala ISK
4. Membantu
Kriteria Hasil:
mengeluarkan
Kandung kemih urine
kosong secara
penuh, bebas dari
ISK tidak ada
spasme bladder
3. Gangguan Setelah 1. Lakukan 1. Mengetahui
penilaian kemih maalah pada
eliminasi dilakukan
yang saluran
urine b.d tindakan komprehensif perkemihan

18
distensi keperawatan berfokus pada 2. Membantu
inkontinensia merangsang
kandung 3x24 jam
2. Merangsang pengeluaran
kemih gangguan reflek kandng urine
kemih dengan 3. Mengetahui
eliminasi urine
kompres dingin tingkat
dapat teratasi 3. Memantau distensi
tingkat distensi kandung
Kriteria Hasil:
kandng kemih kemih
Kandung kemi 4. Menganjurkan 4. Mengetahui
kosong secara pasien/keluarga output urine
penuh, intake mencatat output secara
cairan dalam urine berkala
rentang normal, 5. Menerapkan 5. Membanu
bebas dari ISK, kateterisasi mengeluarkan
tidak ada spasme urine
bladder

Post Operasi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Mengetahui
pengkajian nyeri nyeri secara
agen tindakan
secara komprehensif
pencedera keperawatan 3x24 komprehensif 2. Mengetaui
termasuk lokasi, reaksi dari
fisik (insisi jam nyeri dapat
karakteristik, adanya nyeri
pembedahan) teratasi durasi, frekuensi, 3. Mengetahui
kualitas dan perubahan
Kriteria Hasil:
faktor presipitasi vital sign
Nyeri berkurang, 2. Observasi reaksi 4. Mengurangi
nonverbal dari nyeri
Skala nyeri
ketidaknyamanan 5. Mengurangi
menurun, klien 3. Monitor vital nyeri dengan
sign farmakologi
dapat beristirahat
4. Ajarkan tentang
dan tampak rileks, teknik non
farmakologi:
TTV dalam batas
relaksai
normal genggam jari dan
auditori dzikir
(asmaul husna)
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
analgetik

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Cuci tangan 1. Mencegah

19
b.d insisi tindakan sebelum dan terjadinya
sesudah tindakan infeksi
pembedahan keperawatan 3x24
keperawatan 2. Mencegah
jam resiko infeksi 2. Gunakan sarung terjadinya
tangan sebagai ineksi
dapat teratasi
alat pelindung 3. Mengetahui
Kriteria Hasil: 3. Monitor tanda tanda dan
dan gejala gejala infeksi
Klien bebas dari
infeksi 4. Mengetahui
tanda dan gejala 4. Inspeksi kondisi kondisi luka
luka 5. Mempercepat
infeksi,
5. Dorong masukan penyembuhan
menunjukkan nutrisi yang luka
cukup 6. Proteksi
kemampuan untuk
6. Kolaborasi terhadap
mencegah dalam infeksi
pemberian
timbulnya infeksi
antibiotik

3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor vital 1. Mengetahui


sign perubahan
mobilitas fisik tindakan
2. Kaji kemampuan vital sign
b.d insisi keperawatan 3x24 klien dalam 2. Mengetahui
mobilisasi kemampuan
pembedahan jam gangguan
3. Ajarkan klien klien dalam
mobilitas fisik bagaimana mobilisasi
berubah posisi 3. Klien mampu
dapat teratasi
4. Dampingi dan merubah
Kriteria Hasil: bantu klien saat posisi secara
mobilisasi mandiri
Mampu berpindah
4. Mencegah
teradinya
resiko jatuh

D. Implementasi

Pelaksanaan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan


keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kemampuan yang harus di miliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang
efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi(Asmadi,2008).

20
Tahap pelaksanaan merupakan tahap di mana perawat dapat
melaksanakan berbagai tindakan keperawatan untuk mencapai tingkat
kesembuhan pasien. Tahap pelaksanaan di mulai setelah rencana tindakan di
susun dan di tunjukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang di harapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik di
laksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang memepengaruhi masalah
kesehatan klien. Adapu tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut, tahap pertama yaitu tahap persiapan. Tahap persiapann
merupakan tahap awal dari tindakan keperawatan. Di mana pada tahap ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang di identifikasi pada tahap
perencanaan. Yang kedua adalah tahap pelaksanaan. Focus tahap
pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiaatan dan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan. Dan tahap akhir dari tindakan keperawatan ini
adalah tahap pendokumentasian, yaitu dokumentasi pelaksanaan tindakan
keperawatan yang di ikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan.Evaluasi menyediakan nilai


informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah di rencanakan
(Hidayat.,2002).

BAB VI
PENUTUP

21
A. Kesimpulan
Kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain sangat diperlukan dalam
pelaksanaan intervensi keperawatan. Adanya kolaborasi tersebut tujuannya
adalah membantu penulis melakukan implementasi yang tepat sesuai dengan
intervensi walaupun kemungkinan adanya ketidaksempurnaan. Dalam
implementasi sebagian besar telah sesuai dengan rencana tindakan yang telah
diterapkan pada teori, maupun perencanaan secara nyata.

DAFTAR PUSTAKA

22
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah .
Jakarta:EGC

Johnson, M.,et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Smeltzer C. Suzanne. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diganosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI

23
24

Anda mungkin juga menyukai