MAKALAH Infeksi Sistem Intergumen
MAKALAH Infeksi Sistem Intergumen
SISTEM INTERGUMEN 1
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Infeksi Sistem Intergumen“
DISUSUN OLEH :
Achmad romdoni (1211001) Mariana Kehi (1312089)
Anggita Agustina A. (1211017) Nita Aprilia Yudi A. (1312001)
Flori Juliant Pello (1212061) Nurvina Taurimasari (1211025)
Gootama Catur W. (1211007) Triyono (1211005)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Infeksi Sistem Intergumen” ini dapat
terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Intergumen I. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................5
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................5
1.2 TUJUAN..................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................7
2.1 INFEKSI KULIT OLEH VIRUS.............................................................7
2.1.1 Pengertian....................................................................................7
2.1.2 Etiologi.........................................................................................7
2.1.3 Klasifikasi Dan Manifestasi Klinis..............................................7
2.1.4 Patofisilogi...................................................................................10
2.1.5 Pathway........................................................................................12
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang...............................................................12
2.1.7 Penatalaksanaan...........................................................................13
2.2 INFEKSI KULIT OLEH JAMUR...........................................................14
2.2.1 Pengertian....................................................................................14
2.2.2 Etiologi.........................................................................................14
2.2.3 Klasifikasi Dan Manifestasi Klinis..............................................14
2.2.4 Patofisilogi...................................................................................18
2.2.5 Pathway........................................................................................19
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang...............................................................19
2.2.7 Penatalaksanaan...........................................................................20
2.3 INFEKSI KULIT OLEH BAKTERI........................................................21
2.3.1 Infeksi Kulit Primer oleh Bakteri.................................................21
2.3.1.1 Pengertian......................................................................21
2.3.1.2 Etiologi..........................................................................21
2.3.1.3 Klasifikasi Dan Manifestasi Klinis...............................21
2.3.1.4 Patofisilogi....................................................................25
2.3.1.5 Pathway.........................................................................27
2.3.1.6 Pemeriksaan penunjang.................................................27
2.3.1.7 Penatalaksanaan............................................................28
2.3.2 Infeksi Kulit Sekunder Oleh Bakteri (MRSA)............................29
2.3.2.1 Pengertian......................................................................29
2.3.2.2 Etiologi..........................................................................29
2.3.2.3 Manifestasi Klinis.........................................................29
2.3.2.4 Patofisiologi..................................................................31
2.3.2.5 Pemeriksaan Penunjang................................................31
2.3.2.6 Penatalaksanaan............................................................32
2.3.2.7 Proses Perawatan / Pencegahan....................................32
BAB IIIP ASUHAN KEPERWATAN............................................................34
3.1 PENGKAJIAN.........................................................................................34
3.2 DIAGNOSA.............................................................................................36
3.3 INTERVENSI..........................................................................................36
BAB IV PENUTUP...........................................................................................40
4.1 KESIMPULAN........................................................................................40
4.2 SARAN....................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami penyakit infeksi pada kulit oleh virus, jamur dan bakteri.
b. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar
penyakit infeksi kulit oleh virus, jamur dan bakteri yang meliputi :
Pengertian
Jenis – jenis virus, jamur dan bakteri yang menjadi penyebab
infeksi kulit
Klasifikasi dan manifestasi klinis
Patofisiologi
Pemeriksaan penunjang, dan
Penatalaksanaan penyakit infeksi kulit oleh virus, jamur dan
bakteri.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep proses
asuhan keperawatan pasien dengan penyakit infeksi kulit oleh
virus, jamur dn bakteri, yang meliputi :
Pengkajian
Diagnosis keperawatan
Intervensi
Implementasi, dan
Evaluasi.
BAB II
PEMBAHASA
N
2.1.4 Patofisilogi
Virus biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui bibir, mulut, kulit,
kantong konjungtiva atau genetalia. Sekali masuk, virus akan menetap seumur
hidup di susunan saraf tepi kulit. Multiplikasi awal virus terjadi pada tempat
masuk virus. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan mengalami multiplikasi
dalam sistem retikuloendotelial kemudian masuk ke dalam darah (viremia) dan
melepaskan diri melalui kapiler dermis menuju sel epidermis (epidermotropik)
dan mengadakan reproduksi di dalam kulit atau membentuk badan inklusi intra
sitoplasma yang terletak di inti sel (badan Guarneri). Terjadi reaksi inflamasi dan
memunjulkan manifesatasi klinis. Pada kulit manifestasinya berupa lesi kulit
primer berupa lepuh – lepuh kecil berisi cairan jernih dan berkelompok. Kelainan
kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persarafan
ganglion neurologis yang diserang. Kadang – kadang virus ini juga menyerang
ganglion interior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala – gejala
gangguan motorik.
Patogenesis virus mengacu pada interaksi antara faktor virus dan inang
yang mengakibatkan timbulnya penyakit atau kelainan kulit. Virus bersifat
patogenik untuk inang tertentu jika virus tersebut dapat menginfeksi dan
menimbulkan gejala-gejala penyakit pada inang tersebut.
Langkah-langkah khusus yang terjadi pada patogenesis virus adalah
sebagai berikut ;
Penularan dan replikasi Primer
Virus mula-mula harus melekat dan memasuki sel dari suatu permukaan
tubuh, misalnya kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran
kemih, atau konjungtiva. Sebagian besar virus masuk melalui mukosa
saluran pernapasan atau saluran pencernaan.
Penyebaran virus dan tropisme Sel
Setelah replikasi primer di tempat masuknya, virus ini kemudian menyebar
ke dalam tubuh inang. Mekanisme penyebarannya beragam, namun jalur
yang paling umum adalah melalui aliran darah atau getah bening. Adanya
virus di dalam darah disebut viremia. Pada banyak infeksi virus, fase
viremia ini berlangsung pendek. Kadang-kadang terjadi penyebaran
melalui sel saraf (neuron). Tropisme sel dan jaringan dari virus tertentu
biasanya menunjukan adanya reseptor khusus di permukaan sel untuk
virus tersebut. Reseptor merupakan komponen permukaan sel yang
berinteraksi secara khusus dengan suatu daerah di permukaan virus (kapsid
atau selubung) untuk memulai infeksi.
Cedera sel dan penyakit Klinik
Perusakan sel yang terinfeksi oleh virus pada jaringan sasaran dan
perubahan fisiologis yang ditimbulkan pada inang oleh cedera jaringan
sebagian merupakan sebab terjadinya penyakit, pada fase ini terjadi reaksi
inflamasi dan muncul manifestasi klinis kulit yang khas.
Penyembuhan dari infeksi
Inang bisa menjadi mati atau sembuh dari infeksi virus. Mekanisme
penyembuhan melibatkan imunitas humoral atau perantara sel, interferon
dan mungkin faktor pertahanan lain dari inang. Pada infeksi akut,
penyembuhan dihubungkan dengan hilangnya virus. Namun, ada saat-saat
dimana inang tetap terinfeksi virus secara persisten.
Pelepasan virus
Stadium akhir dari patogenesis adalah pelepasan virus dan infeksius ke
lingkungan. Hal ini merupakan langkah yang diperlukan untuk tetap
menjaga infeksi virus dalam populasi inang. Pelepasan biasanya terjadi
dari permukaan tubuh tempat virus masuk. Pelepasan terjadi pada stadium
yang berbeda dari penyakit, tergantung pada bahan-bahan tertentu yang
terlibat.
2.1.5 Pathway
Jamur
Epidermophyton, Trichopyton, dan
Menghasilkan Keratinase
b. Selulitis
Definisi
Selulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan subkutan yang
pada orang – orang dengan imunitas normal biasanya disebabkan
oleh Streptococcus pyrogenes. Erisipelas adalah istilah untuk
selulitis streptokokus yang superfisial dimana tepinya berbatas
tegas. Kadang – kadang, bakteri lain ikut terlibat Haemophilus
influenzae merupakan penyebab yang penting dari selulitis fasial
pada anak – anak, yang sering berhubungan dengan otitis media
ipsilateral.
Manifestasi klinis
Selulitis sering terjadi pada tungkai walaupun bisa terdapat pada
bagian lain tubuh. Daerah yang terkena menjadi eritema, terasa
panas dan bengkak serta terdapat lepuhan – lepuhan dan daerah
nekrosis. Pasien menjadi demam dan merasa tidak enak badan bisa
terjadi kekakuan dan pada orang tua dapat terjadi penurunan
kesadaran.
Contoh gambar :
2.3.1.4 Patofisilogi
Kelainan kulit pada keadaan ini dapat langsung akibat mikroorganisme
patogen itu pada epidermis, dermis, atau endotel kapiler dermis, atau dapat
disebabkan respons imun antara organisme dan antibodi atau faktor selular pada
kulit.
Tahap pertama pertahanan adalah mekanisme antibakteri yang tidak
tergantung dari pengenalan antigen. Kulit dan permukaan epitel mempunyai
sistem non-spesifik atau innate protective system yang membatasi masuknya
organisme invasif. Asam lemak yang dihasilkan kulit juga bersifat toksik terhadap
banyak organisme. Kulit merupakan barier fisik yang dapat mempertahankan
tubuh dari agen patogen. Apabila terdapat kerusakan kulit, maka kulit akan
mempertahankan tubuh dengan proses imunologik yang cepat terhadap agen
patogen tersebut dan mengeluarkan mikroorganisme tersebut dari epidermis dan
dermis. Sistem imun berkembang dengan fungsi yang khusus dan bekerja pada
kulit. Sel Langerhans, dendrosit kulit, sel endotel, keratinosit dan sel lainnya
semuanya ikut berpartisipasi dalam skin associated lymphoid tissue (SALT) yang
mempunyai sistem imun pada kulit. Ketika mikroorganisme menembus barier
kulit akan merangsang respons imun. Kulit seperti halnya organ lain akan
merusak mikroorganisme tersebut dan mengeliminasi antigen. Antigen terikat
pada sel yang dapat mempresentasikan antigen seperti sel Langerhans, makrofag
dan dendrosit dermis. Sel tersebut akan memproses antigen dan
mempresentasikan fragmen antigen kepada limfosit spesifik. Dalam keadaan
normal sejumlah kecil limfosit akan melalui dermis di luar pembuluh darah.
Limfosit kemudian akan membentuk sel inflamasi perivaskular. Banyak ahli
imunologis berpendapat bahwa populasi limfosit di kulit dilengkapi oleh suatu
program untuk beraksi dengan antigen yang sebelumnya telah pernah kontak
dengan kulit. Sirkulasi limfosit dari kulit ke kelenjar limfe kembali ke kulit
disebut homing. Limfosit homing masuk ke dalam kulit yang tidak mengalami
inflamasi untuk mencari adanya antigen. Bila ada antigen, limfosit akan
mengaktivasi sel endotel gepeng untuk mengumpulkan limfosit lain sebagai
bagian dari reaksi inflamasi yang ditimbulkannya. Bila limfosit spesifik yang
telah tersentisisasi bereaksi dengan antigen, respons imun dapat timbul. Kurang
lebih 5% dari limfosit di dermis pada reaksi imun yang diperantarai oleh sel
adalah limfosit yang secara spesifik bereaksi terhadap antigen. Limfosit tambahan
dapat dikumpulkan ke area tersebut oleh limfokin yang dikeluarkan oleh limfosit
spesifik sebagai respons terhadap adanya antigen. Bila telah terdapat dalam
epidermis, limfosit dapat diaktivasi oleh sel Langerhans. Keadaan ini dapat
memperkuat respons imun dan membantu eliminasi antigen atau menghancurkan
sel yang terinfeksi.
Sistem imun berkembang dengan fungsi yang khusus dan bekerja di kulit.
Sel Langerhans, keratinosit, sel endotel, dendrosit dan sel lainnya semua ikut
berperan dalam skin associated lymphoid tissue (SALT). Mediator yang berperan
antara lain IL-1, IL-2, IL-3, produk sel mast, limfokin dan sitokin lain yang
sebagian besar dihasilkan oleh keratinosit.
2.3.1.5 Pathway
Bakteri patogen
Staphylococus aureus atau
Streptokokus
Lesi : pustula
Nyeria akut
Hipertermia
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan merupakan dasar dalam menentukan proses
keperawatan selanjutnya. Kemampuan perawat dalam melakukan pengakajian
pasien dengan masalah kelainan dermatologi dapat sangat membantu pasien
dalam upaya mendapatkan diagnosis medis segera dan pengobatan yang tepat dari
tenaga medis/dokter berdasarkan hasil kolaborasi perawat.
Pengakajian keperawatan pada kelainan deramatologi meliputi :
a. Anamnesis
Anamnesis terdiri dari:
1. Data demografi : Identitas pasien ; nama, JK, usia,agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dll.
2. Keluhan utama : seperti pasien datang dengan keluhan muncul
kelainan pada kulit, seperti benjolan, bintik bintik merah, gatal,
panas dan nyeri, dll.
Untuk keluhan utama ini, perawat harus menggali informasi lebih
mendalam lagi seperti :
Kapan ruam / kelainan mulai muncul ?
Tampak seperti apa ketika ruam pertama kali muncul dan
bagaimana ia berubah ?.
Dimana mulainya, apakah menjalar? dimana ?
Apakah ruamnya hilang timbul ?
Adakah rasa gatal, panas atau sakit?
3. Riwayat keluhan utama.
Adakah makanan yang di makan sebelum munculnya ruam?
Adakah aktivitas pekerjaan yang di curigai menjadi penyebab
munculnya ruam?
Apakah pernah berjumpa dengan penderita penyakit yang
sama sebelumnya?
4. Riwayat penyakit dan pengobatan
Apakah pernah mengalami ruam ini sebelumnya? Bila Ya,
pengobatan apa yang menyembuhkan.
Apakah pasien pernah atau sedang mengalami penyakit
kronis?
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama?
Pengobatan apa yang telah dilakukan untuk mengobati ruam
ini?
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kelainan dermatologi pada dasarnya bagaimana
kemampuan perawat mengidentifikasi jenis berbagai lesi yang muncul
pada kulit tersebut, seperti :
1. Lesi khas pada penyakit infeksi oleh virus :
Papula : kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit,
padat, berbatas jelas, dan ukurannya tidak lebih dari 1 cm.
Nodul : sama dengan papula, ukurannya lebih dari 1 cm.
Vesikel : Kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit,
berisi cairan dan ukurannya tidak lebih dari 1 cm.
2. Lesi khas pada penyakit infeksi oleh jamur :
Skuama : jaringan mati dari lapisan tanduk yang terlepas, sebagian
kulit menyerupai sisik.
Makula : kelainan kulit yang sama tinggi dengan permukaan kulit,
warnanya berubah dan berbatas jelas.
Erosio : kuit yang peidermis bagian atasnya terkelupas.
Fisura : Epidermis yang retak hingga dermis terlihat, biasnya nyeri.
Pada kulit kepala juga disertai kerusakan pada rambut seperti
rambut kusam, dan mudah patah.
3. Lesi khas pada penyakit infeksi oleh bakteri :
Sebagian besar infeksi kulit oleh bakteri akan memunculkan
manifestasi klinis udem pada area infeksi, dan terbentuknya
pustula, yaitu lesi kulit yang sama dengan vesikula tetapi berisi
pus/nanah.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang sering di gunakan pada kelaianan
dermatologi adalah pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksan
menggunakan pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan Sinar Wood.
Jadi kemampuan perawat dalam membaca hasil pemeriksaan laboratorium
sangat di harapkan sehingga mempermudah proses kolaborasi.
3.2 DIAGNOSA
a. Hipertermia b.d proses inflamasi
b. Kerusakan/ resiko kerusakan integritas kulit b,d lesi dan reaksi inflamasi
c. Nyeri akut b.d penekanan serabut saraf akibat proses inflamasi
d. Resiko penularan infeksi b.d sifat menular dari organisme
e. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d
ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi penyakit dan perawatan.
f. Resiko harga diri rendah situasional b.d penampilan dan respon orang lain
3.3 INTERVENSI
a. Hipertermia b.d proses inflamasi
NOC
Klien akan mempertahakan suhu tubuh dalam rentang normal selama
proses perawatan.
Dengan kriteria hasil: Klien tidak mengeluh demam, suhu tubuh dalam
batas normal 36,5-37,5ºC.
NIC
1. Jelaskan pada klien tentang penyebab demam.
2. Anjurkan klien untuk intake cairan 1500 – 3000 cc/ hari.
3. Beri kompres hangat.
4. Beri antipiretik sesuai pesanan dokter.
5. Observasi perubahan suhu tubuh.
b. Kerusakan/resiko kerusakan integritas kulit b,d lesi dan reaksi
inflamasi NOC
Klien akan mempertahankan keutuhan integritas kulitnya selama dalam
proses perawatan.
Dengan kriteria hasil: Lesi tidak meluas, lesi utuh sampai pada proses
penyembuhannya yang optimal, lesi tidak berubah menjadi lesi yang baru /
jenis baru.
NIC
1. Jelaskan pada klien tentang jenis dan sifat lesi
2. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk, memencet atau menggosok
lesi.
3. Pertahankan kebersihan kulit yang terinfeksi.
4. Anjurkan klien untuk tidak menyentuh atau memegang lesi setelah
memegang sesuatu.
5. Lakukan perawatan kulit dengan teratur.
6. Pantau / observasi kemungkinan terjadi perluasan area lesi dan
perubahan bentuknya.
7. Layani pengobatan sesuai anjuran dokter ; oral atau topikal.
8. Layani pemberian obat topikal sesuai SOP keperawatan.
c. Nyeri akut b.d penekanan serabut saraf akibat proses
inflamasi NOC
Klien akan mempertahankan rasa nyaman ; bebas dari nyeri selama proses
perawatan.
Dengan kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri yang dirasakan berkurang,
klien dapat mendemonstrasikan tekhnik mengontrol nyeri yang adaptif,
klien nampak rileks.
NIC
1. Kaji keluhan nyeri (P,Q,R,S,T)
2. Jelaskan pada klien penyebab nyeri
3. Ajarkan klien tekhnik kontrol nyeri yang adaptif ; tekhnik napas
dalam atau distraksi
4. Beri kompres hangat pada area infkesi (untuk infeksi oleh bakteri),
beri bedak khusus antigatal (untuk infeksi virus) dan beri salp
antigfungi sesuai resep dokter (untuk infeksi jamur).
5. Obsevasi kemampuan klien mengontrol nyeri yang adaptif.
d. Resiko penularan infeksi ; pada diri sendiri maupun orang lain b.d sifat
menular dari organisme
NOC
Klien akan menurunkan resiko penularan infeksi selama proses perawatan.
Dengan kriteria hasil: lesi tidak meluas dan menyebar, tidak ada anggota
keluarga atau klien lain yang menderita penyakit yang sama.
NIC
1. Jelaskan jenis dan sifat lesi pada klien.
2. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk atau memegang megang
lesi.
3. Jelaskan jenis dan sifat lesi pada keluarga.
4. Batasi kunjungan keluarga.
5. Hindari penggunaan pakaian / laken yang sama dengan klien yang
lain.
6. Isolasi klien pada ruang perawatan khusus.
7. Gunakan alat pelindung diri yang tepat ; bagi perawat selama beri
perawatan.
8. Gunakan alat perawatan sekali pakai jika perlu.
9. Isolasi bahan sampah medis sisa perawatan klien.
10. Beri pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
proses penyakit dan penymbuhannya.
e. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d
ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi penyakit dan perawatan.
NOC
Klien akan melaksanakan program terapeutik yang optimal selama proses
perawatan.
Dengan kriteria hasil: klien berpartisipasi aktif dalam program perawatan,
klien dapat menjelaskan indikasi, kontra indikasi,efek samping dan dosis
obat yang di gunakannya, klien dapat mencapai kesembuhan yang optimal.
NIC
1. Jelaskan jenis penyakit, penyebab, pengobatan, dan cara perawatan
penyakit pada klien dan keluarga.
2. Jelaskan tentang obat yang digunakan klien; indikasi, kontra
indikasi,efek samping dan dosis obat.
3. Motivasi klien untuk mengikuti program pengobatan dengan
sunguh sungguh.
4. Yakinkan klien bahwa penyakit klien dapat disembuhkan dengan
pengobatan yang tepat dan teratur.
f. Resiko harga diri rendah situasional b.d penampilan dan respon orang
lain NOC
Klien akan mempertahankan pandangan positif pada diri selama proses
perawatan.
Dengan kriteria hasil: klien mengungkapkan penerimaanya terhadap
keadaan penyakit, klien mengungkapkan keyakinan terhadap kesembuhan
peyakit.
NIC
1. Jelaskan proses penyembuhan penyakit pada klien.
2. Motivasi klien ikuti program perawatan yang diberikan.
3. Yakinkan klien bahwa penyakit klien dapat disembuhkan dengan
pengobatan dan perawatan yang tepat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Penyakit infeksi pada kulit disebabkan oleh tiga penyebab utama yaitu
infeksi oleh virus, jamur dan bakteri.
Infeksi kulit oleh virus paling banyak adalah disebabkan oleh
Papillomavirus / HPV yaitu virus penyebab penyakit kutil/ veruka dan kandiloma,
Herpesvirus penyebab penyakit herpes zoster,herpes simpleks dan varisela, dan
Poxvirus yang menyebabkan penyakit molluscum contagiosum. Kebanyakan
infeksi jamur disebabkan oleh tiga jenis jamur yang disebut dermatofita. Tiga
jenis jamur tersebut adalah Epidermophyton, Trichopyton, dan Mocrosporum dan
merupakan penyebab utama terjadinya infeksi Tinea yang menghasilkan bentuk
klinis yang berbeda, bergantung pada lokasi antominya. Sedangkan infeksi kulit
oleh bakteri disebut Pioderma adalah infeksi kulit oleh Staphylococus aureus,
streptokokus atau kedua duanya.
Berbagai jenis virus, jamur dan bakteri tersbut masuk kedalam tubuh
melalui kulit maupun melewati sistem respirasi. Dengan berbagai enzim dan zat
yang dimilkinya, virus, jamur dan bakteri tersebut menimbulkan reaksi
peradangan pada lapisan kulit dan memunculkan berbagai jenis lesi sebagai
manifestasi klinisnya.
Akibat proses peradangan dan proses pneyakit tersebut, muncul beberapa
masalah keperawatan yang perlu segera diatasi, diantaranya Hipertermia b.d
proses inflamasi, Kerusakan/ resiko kerusakan integritas kulit b,d lesi dan reaksi
inflamasi, Resiko penularan infeksi b.d sifat menular dari organisme, Resiko
ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d ketidakcukupan
pengetahuan tentang kondisi penyakit dan perawatan dan Resiko harga diri rendah
situasional b.d penampilan dan respon orang lain.
40
Intervensi keperawatan yang tepat dan rasional pada setiap diangnosa
keparawatan tersebut merupakan pemandu utama perawat dalam melakukan dan
memberikan tindakan perawatan pada pasien. Sehingga hasil akhirnya adalah
pasien dapat memperoleh kesembuhan yang optimal sesuai yang diharapan.
4.2 SARAN
Dari makalah ini kelompok ingin menyarankan kepada teman-teman dan
para pembaca semuanya untuk sama-sama membaca lagi dan mancari lietaratur
lain sebagai penambah wawasan tentang penyakit infeksi pada kulit, khusunya
informasi tentang manifestasi klinis berbagai jenis penyakit kulit sesuai dengan
faktor penyebabnya, proses patologis, pengobatannya dan proses asuhan
keperawatannya yang mungkin sudah ada yang terbaru. Akhirnya, harapan
kelompok, kita bisa memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dan lebih
profesional lagi kepada klien sesuai harapan pasien dan keluraga.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8 vol. 3.
Jakarta: EGC.
Carpenito,L.Jual. 2006. Buku Saku Diagnosis Keparawatan Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Goldstein G. Beth. 1998. Dermatologi Praktis. Jakarta: Hipokrates.
Brown Graham & Burns Tony. 2005. Dermatologi edisi 8. Jakarta: Erlangga.
Harahap Mawarli. 2000. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates.
Handoko Ronny P. 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima. Jakarta:
FKUI.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius FKU
Price,A.Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol.2.
Jakarta: EGC.
Wilkinson, M. J. Ahern, N. R. 2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 ;
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.