OLEH KELOMPOK 9 :
Nama : I Kadek Kurniawan
: Gede Adi Wilagunawan
Npm : 1933122056
: 1933122078
Kelas : F3 Akuntansi
Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor selalu dihadapkan
dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu audit yang sangat
terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, auditor berkepentingan dengan
keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan atau kegiatan yang
diauditnya.
Seorang auditor yang merupakan pelaku auditing harus memperoleh pemahaman tentang
pengendalian internal yang memadai untuk merencanakan audit dengan melakasanakan prosedur
untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keungan dan
apakah pengendalian internal tersebut di operasikan. Dalam auditing, khususnya audit laporan
keuangan, konsep pengujian adalah sangat penting, karena audit tidak akan melihat seluruh bukti.
Kegiatan audit memiliki ketergantungan yang sangat besar pada pengendalian internal dalam
siklus penjualan dan penagihan sehingga mengharuskan auditor untuk melakukan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi yang ekstensif. Dalam situasi lainnya yang
tidak melibatkan audit perusahaan publik, auditor mungkin tidak terlalu bergantung pada
pengendalian inetrnal tetapi, masih harus memahami pengendalian internal terhadap penjualan
dan penerimaan kas. Auditor harus mengetahui kapan mereka harus bergantung pada
pengendalian internal kapan tidak. Dalam makalah ini akan membahas penilaian resiko
pengendalian dan perancangan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi
bagi setiap kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan
1.3 Tujuan
Cara mengetahui pengujian substantif
2.1 Perancangan Pengujian Substantif
Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan sifat, saat, dan luas pengujian yang
diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi. ... Dan bila
risiko deteksi yang diterima tinggi auditor menggunakan prosedur yang kurang efektif yang biasanya
lebih murah.
1.Menentukan Risiko
DeteksiRisiko deteksi (detection risk) adalah risiko bahwa auditor tidak aka
n menemukan salah saji material yang ada dalam sebuah asersi. Tingkat risiko
deteksiyang direncanakan dapat diterima (planned acceptable level o detection risk)ditent
ukan untuk setiap asersi laporan keuangan yang signi ikan. !elanjutnya" tanpamemperhatikan apakah
auditor memilih untuk menggunakan tingkat
risiko kuantitati a t a u n o n k u a n t i t a t i " r i s i k o d e t e k s i y a n g d i r e n c a n a k a n d i t e n t u k a
n b e r d a s a r k a n hubungan yang diekspresikan dalam model berikut#
DR
=
AR IR xCR
Model tersebut menunjukkan bahwa untuk tingkat risiko audit tertentu (audit risk
$ %R) yang ditentukan oleh auditor" risiko deteksi (detection risk $ DR) dan risikopengendalian (control
risk $
&R).R i s i k o d e t e k s i y a n g d i r e n c a n a k a m e r u p a k a n d a s a r t i n g k a t p e n g u j i a
n substanti yang direncanaka (planned level o substanti tests). !elanjutnya" risiko deteksi
dapat dijabarkan ke dalam risiko prosedur analitis dan pengujian rincian risiko. %khirnya"
auditor harus merencanakan dan melakukan kombinasi prosedur analitis dan pengujian rincian untuk
membatasi risiko deteksi pada tingkat tepat.
Mengevaluasi Tingkat Pengujian Substantif yang Direncanakan
'ada saat mengevaluasi tingkat pengujian substanti yang direncanakanu n t u k s e t i a
p asersi laporan keuangan yang signiikan" auditor akan
mempertimbangkan bukti yang diperoleh dari
•
'enilaian risiko bawaan (inherent risk)
•
'rosedur untuk memahami bisnis dan industry klien dan prosedur analitis yang telah
dilengkapi.
•
'engujian pengendalian yang meliputi
o
ukti tentang eektiitas pengendalian intern