Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA MASYARAKAT ETNIK
MINANGKABAU DI KOTA PADANG
Delmi Sulastri, Elmatris, Rahmi Ramadhani

Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


email : delmisulastri@yahoo.com

Abstrak
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan di tengah
masyarakat dan mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi. Banyak faktor yang
dapat memicu terjadinya hipertensi, salah satunya adalah obesitas.
Penelitian dengan tujuan untuk melihat hubungan antara kejadian obesitas dengan
hipertensi ilakukan pada masyarakat etnik Minangkabau di 8 kelurahan di kota
Padang. Penelitian ini merupakan studi komparatif menggunakan desain cross
sectional study, dengan jumlah sampel 204 orang. Pengumpulan data karakteritik
dilakukan melalui wawancara dan pengukuran tekanan darah, berat badan, tinggi
badan, dan lingkar perut dilakukan dengan cara yang direkomendasikan WHO.
Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi square dan uji Independent
sample T-test.
Hasil penelitian menemukan bahwa lebih dari separuh penderita hipertensi
mengalami obesitas (56,6%) dan obesitas sentral (54,9%) terdapat hubungan
bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p<0,05; OR=1,82) dan
obesitas sentral dengan kejadian hipertensi (p<0,05; OR= 2,72). Uji Independent
sample T-test menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05) dimana ada perbedaan
rata-rata IMT (p= 0,025) antara responden hipertensi dan tidak hipertensi dan ada
perbedaan rata-rata LP (p= 0,002) antara responden hipertensi dan tidak
hipertensi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubngan antara kejadian obesitas
dan obesitas sentral dengan hipertensi pada masyarakat etnik Minangkabau di
kota Padang.
Kata kunci : Hipertensi, obesitas, obesitas sentral

Abstract
Hypertension is a common health problem in the community and lead to
high morbidity. Many factors can lead to hypertension, one of which is obesity.
The Aim of this study was investigated the relationship of obesity with the
incidence of hypertension, was conducted at the Minangkabau ethnic communities
in 8 districts in the city of Padang. This research is a comparative study using a
cross sectional study, with a sample of 204 people. Data collection was done with
the interview respondent characteristics. Measurement of blood pressure, weight,

188
height, waist and carried out by the WHO recommended. The statistical analysis
used was chi square test and independent sample t-test.
Results of the study found that more than half of obese patients with hypertension
(56,6%) and central obesity (54,9%). Chi-square statistical test showed there was
a significant association between obesity and the incidence of hypertension (p
<0,05; OR = 1,82). Likewise with central obesity, showed a significant
association with the incidence of hypertension (p <0,05; OR = 2,72). Independent
sample t-test showed there was a significant mean difference BMI (Body Mass
Index) between hypertension respondent and normotension respondent (p= 0,025)
and there was a significant mean difference WC (waist circumference) between
hypertension respondent and normotension respondent (p= 0,002).
The conclution of the study suggest association between obesity with
hypertension in Minangkabau ethnic communities in the Padang city.
Key word : Hypertension, Obesity, central obesity

189
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 190

PENDAHULUAN penyebabnya dan dikenal sebagai hiper-


Hipertensi merupakan masalah tensi primer atau esensial. Beberapa
kesehatan yang sering ditemukan di mekanisme yang mungkin berkontribusi
tengah masyarakat dan mengakibatkan untuk terjadinya hipertensi ini telah
angka kesakitan yang tinggi.(1) Saat ini diidentifikasi, namun belum satupun
hipertensi telah menjadi masalah global teori yang tegas menyatakan pato-
karena prevalensinya yang terus genesis hipertensi tersebut. Obesitas
meningkat dari tahun ke tahun.(2) merupakan salah satu faktor risiko yang
Penyakit ini dapat memicu penyakit erat kaitannya dengan penyakit ini.
lain seperti stroke, penyakit jantung Penelitian yang meneliti tentang
koroner, gagal jantung, dan penyakit hubungan obesitas dengan hipertensi
ginjal,(3) sehingga penanganan harus telah banyak dilakukan. Penelitian yang
segera dilakukan sebelum komplikasi dilakukan oleh Lilyasari dkk
dan akibat buruk lainnya terjadi.(4) menunjukkan sebagian besar subyek
Komplikasi yang ditimbulkannya dapat dengan tekanan darah tinggi mengalami
menurunkan umur harapan hidup pen- obesitas.(9) Estimasi risiko dari
deritanya.(5) Framingham Heart Study menunjukkan
Menurut WHO tahun 2000 bahwa 78% hipertensi pada laki-laki
sekitar 972 juta jiwa penduduk di dunia dan 65% hipertensi pada wanita secara
menderita hipertensi dengan persentase langsung berhubungan dengan obe-
pada pria sebesar 26,6% dan pada sitas.(10) Data dari NHANES III
wanita 26,1%. Insiden di negara maju memperlihatkan hubungan linier yang
333 juta dan 639 juta di negara bermakna antara peningkatan BMI
berkembang, termasuk Indonesia.(2) dengan tekanan darah dan tekanan nadi
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada populasi Amerika.(11) Pada popu-
menurut hasil RISKESDAS 2007 lasi MONICA-Jakarta ditemukan
adalah 31,7% dari total jumlah bahwa persentase hipertensi pada indi-
penduduk dewasa. Hipertensi menem- vidu yang overweight sebesar 24,5%
pati urutan ketiga penyebab kematian dan obesitas 27,5% jauh lebih tinggi
terbanyak setelah stroke dan tuber- dibandingkan individu dengan berat
kulosis. Jumlahnya mencapai 6,8% dari badan normal 12,5%.(12)
proporsi penyebab kematian pada Obesitas dapat menimbulkan
semua umur di Indonesia.(6) Prevalensi terjadinya hipertensi melalui berbagai
hipertensi di Sumbar sendiri mencapai mekanisme, baik secara langsung
31,2%, dimana kota Padang tercatat maupun tidak langsung. Secara lang-
menyumbang sebesar 26%.(7) Berdasar- sung obesitas dapat menyebabkan
kan laporan dari seluruh Puskesmas di peningkatan cardiac output karena
kota Padang, pada tahun 2009 makin besar massa tubuh makin banyak
hipertensi menempati peringkat 5 pula jumlah darah yang beredar
penyakit yang banyak diderita pendu- sehingga curah jantung ikut mening-kat.
(13)
duk kota Padang (26.456 kasus atau Sedangkan secara tidak langsung
8,1%) dan menyebabkan kematian melalui perangsangan aktivitas sistem
sebanyak 32 orang atau sekitar 8,72%.(8) saraf simpatis dan Renin Angiotensin
Hal ini menunjukkan insiden hipertensi Aldosteron System (RAAS) oleh
di kota Padang cukup tinggi dan harus mediator-mediator seperti hormon,
diselesaikan segera. sitokin, adipokin, dsb. Salah satunya
Sembilan puluh lima persen adalah hormon aldosteron yang terkait
penderita hipertensi tidak diketahui
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 191

erat dengan retensi air dan natrium BMI yang sama dan WC yang lebih
sehingga volume darah meningkat.(14) rendah dibanding pria kulit putih.(17)
Kejadian hipertensi yang Sumbar yang sebagian besar
disertai dengan obesitas ini dipengaruhi masyarakatnya beretnis Minangkabau
oleh usia, jenis kelamin, dan etnis. Usia juga berisiko untuk terkena hipertensi
35 – 65 tahun merupakan usia yang dan obesitas ini. Hal ini terlihat dari
dianggap paling banyak menderita penelitian yang dilakukan oleh Lipoeto
hipertensi dengan obesitas ini. Hal ini dkk pada etnis Minangkabau di
terlihat dari survei yang dilakukan oleh kabupaten Padang Pariaman. Hasil
Framingham Heart Study dimana dari penelitiannya menunjukkan bahwa
5209 partisipan, dua pertiganya berusia persentase lingkar pinggang laki-laki
35-65 tahun.(10) Data dari RISKESDAS yang termasuk kategori lingkar
juga menunjukkan hal yang sama pinggang besar adalah 12,5%, sedang-
dimana prevalensi hipertensi dan kan pada perempuan sebanyak 48,7%.
obesitas lebih sering terjadi pada usia Selain itu ditemukan sebanyak 21 orang
antara 35-65 tahun.(15) responden menderita Sindrom Meta-
Penelitian yang dilakukan oleh bolik (hipertensi, obesitas, hiper-
Framingham Heart Study menunjukkan glikemia, dislipidemia) dan terdapat
risiko kejadian hipertensi meningkat 2,6 korelasi yang positif antara lingkar
kali pada subyek laki-laki obesitas dan pinggang sebagai indikator obesitas
meningkat 2,2 kali pada subyek wanita sentral dengan tekanan darah.(16)
obesitas dibandingkan subyek dengan Etnis Minangkabau mempunyai
berat badan normal.(10) Sedangkan kekhasan tersendiri dalam tradisi dan
penelitian yang dilakukan oleh Liputo budayanya. Makanan tradisional
dkk menunjukkan sebaran penderita Minangkabau seperti rendang diklaim
Sindrom Metabolik (Hipertensi dan mengandung lemak jenuh tinggi.
Obesitas) berdasarkan jenis kelamin, Minyak kelapa dan santan yang
lebih banyak dialami oleh perempuan digunakan sebagai bahan utama mem-
(26,8%) dan hanya 6,3% pada res- buat rendang merupakan sumber utama
ponden laki-laki.(16) kaya asam lemak jenuh atau SAFA
Etnis diduga berpengaruh ter- (saturated fatty acid). Etnik Jawa juga
hadap kejadian hipertensi yang disertai mempunyai makanan tradisional kaya
dengan obesitas. Berdasarkan the ARIC santan seperti gudeg, tapi santan yang
study yang meneliti dua etnik populasi dipakai tidak sekental santan untuk
di Amerika menyatakan bahwa rendang, sehingga kandungan SAFA
prevalensi hipertensi lebih tinggi pada tidak terlalu tinggi.(16) Selain itu
penduduk Amerika Afrika dibanding berdasarkan data RISKESDAS 2007
kulit putih (55% laki-laki Amerika masyarakat Minangkabau hanya 5%
Afrika vs 29% laki-laki kulit putih; 56% yang cukup mengonsumsi sayur dan
wanita Amerika Afrika vs 26% wanita buah, sedangkan hampir seluruh
kulit putih). Pria dan wanita dengan penduduk (95%) kurang mengonsumsi
hipertensi memiliki rata-rata Indeks sayur dan buah, padahal sayur dan buah
Masa Tubuh (IMT) dan Lingkaran merupakan sumber serat yang dapat
Perut (LP) lebih tinggi dibanding yang menghambat absorpsi lemak.(15) Hasil
tidak hipertensi. Wanita etnik Amerika penelitian Sulastri dkk pada etnik
Afrika memiliki BMI dan WC lebih Minangkabau menunjukkan sebagian
tinggi dibanding wanita kulit putih, tapi besar responden mengalami hiper-
berbeda dengan prianya yang memiliki kolesterolemia, konsumsi bahan
Delmi Sulastri, Elmatris, Rahmi Ramadhani, HUBUNGAN OBESITAS 192
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MASYARAKAT ETNIK
MINANGKABAU DI KOTA PADANG

makanan yang merupakan sumber zat ini dilakukan atas pertimbangan


yang dapat menurunkan kadar lemak perbedaan pola makan di antara kedua
darah yakni sayur dan buah tidak lokasi tersebut. Dari ke 4 kecamatan
dilakukan setiap kali makan, sedangkan dilakukan pemilihan daerah tempat
pada setiap kali makan terdapat bahan pengambilan sampel dengan cara multi
sumber lemak jenuh yaitu santan (gulai, stage random sampling sedangkan
rendang) dan atau minyak kelapa sawit. sampel diperoleh dengan mem-
Berdasarkan survei pendahuluan di perhatikan kriteria eksklusi (Hipertensi
kelurahan Jati kecamatan Padang Timur sekunder, perokok berat, menjalani
kota Padang dari sepuluh orang etnik diet ) pada tiap - tiap lokasi yang
Minangkabau yang diperiksa tekanan sudah ditentukan dilakukan dengan
darahnya ada delapan orang yang metoda sistematik random sampling.
menderita hipertensi, dan dari delapan
orang tersebut ada tujuh orang yang Pengumpulan data
mengalami obesitas. Berdasarkan hal di Data karakteristik diperoleh melalui
atas maka peneliti tertarik untuk wawancara menggunakan kuesioner
mengetahui lebih lanjut apakah terdapat serta pengukuran tekanan darah, Berat
hubungan antara obesitas dengan Badan, Tinggi Badan dan lingkaran
kejadian hipertensi pada masyarakat perut
etnik Minangkabau di kota Padang.
Analisis data
METODE PENELITIAN Analisis univariat, untuk melihat
Desain dan lokasi Penelitian : distribusi data masing - masing
Penelitian ini adalah studi komperatif variabel dan kemudian disajikan
dengan desain cross sectional study, dalam bentuk tabel dan diagram .
dilakukan di 4 kecamatan di kota Data terdiri dari karakteristik,IMT dan
Padang provinsi Sumatera Barat. lingkaran perut.
Analisis bivariat, untuk melihat
Populasi dan sampel : Populasi hubungan antara variabel dependen
adalah semua penderita hipertensi dan dengan variabel independen dengan
normotensi yang berusia antara 35 – 65 menggunakan t-test dan chi-square
tahun, etnik Minang (berdomisili di dengan derajat kepercayaan 95%.
Sumatera Barat, kedua orang tua dan
kakek nenek berasal dari Sumatera HASIL PENELITIAN
Barat) dan diperoleh melalui pen- Gambaran Umum Lokasi Penelitian
jaringan terhadap 800 orang sampel Kecamatan Padang Selatan
yang tersebar di 4 kecamatan di Kota merupakan salah satu kecamatan di
Padang Prov. Sumatera Barat. Sampel Kota Padang yang berbatasan langsung
diambil dengan menggunakan rumus dengan Samudera Hindia di sebelah
untuk n1=n2=(zά√2PQ + zß√P1Q1 + barat. Kecamatan Padang Selatan
P2Q2)2 / (P1-P2) , didapatkan jumlah memiliki luas daerah 10,03 km2 yang
n1 = n2 = 102 orang. terbagi ke dalam 12 kelurahan. Dalam
penelitian ini, ada 2 kelurahan yang
Sampel diambil dengan cara porposif dijadikan lokasi dalam penelitian ini,
untuk menentukan kecamatan yang yaitu kelurahan Mata Air dan kelurahan
mewakili dengan 2 daerah berlokasi Rawang. Kelurahan Mata Air memiliki
di sepanjang pantai dan 2 daerah luas wilayah 0,8 km2 dengan populasi
lainnya berada jauh dari pantai. . Hal 11.346 jiwa, terdiri atas 13 RW 46 RT.
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 193

Kelurahan Rawang memiliki luas Kecamatan Koto Tangah merupakan


wilayah 0,5 km2 dengan popoulasi Kecamatan yang terbesar di kota
11.310, terdiri atas 13 RW dan 46 RT. Padang yang berpenduduk 161.799
Kecamatan Padang Timur jiwa, 41.007 KK, 664 RT, 173 RW
memiliki luas wilayah 8,15 km2 yang dengan luas wilayah 232,25 km2 yang
terdiri dari 10 kelurahan. Kelurahan terdiri dari 13 kelurahan. Kelurahan
yang dijadikan sebagai lokasi dalam yang dijadikan sebagai lokasi dalam
penelitian ini adalah kelurahan Jati dan penelitian ini adalah kelurahan Parupuk
kelurahan Ganting Parak Gadang. Tabing dan kelurahan Koto Pulai.
Kelurahan Jati memiliki luas wilayah Kelurahan Parupuk Tabing memiliki
0,61 km2 dengan populasi penduduk luas wilayah 9,41 km2 dengan jumlah
11.722 jiwa, terdiri dari 9 RW dan 33 penduduk 12.028 jiwa. Kelurahan ini
RT. Kelurahan Ganting Parak Gadang terdiri dari berbagai macam etnis,
memiliki luas wilayah 0,8 km2 dengan disamping etnis Minang, ada Jawa,
jumlah penduduk 11.755 jiwa terdiri Nias, dan Cina. Kelurahan ini
dari 11 RW dan 47 RT. mempunyai 18 RW dan 80 RT.
Kecamatan Kuranji memiliki Kelurahan Koto Pulai memiliki luas
luas wilayah 57,41 km2 yang terdiri atas wilayah 5,53 km2 dengan populasi
9 kelurahan. Kelurahan yang dijadikan penduduk 9.282 jiwa, terdiri atas 3 RW
sebagai lokasi dalam penelitian ini dan 10 RT.
adalah kelurahan Korong Gadang dan
kelurahan Ampang. Kelurahan Korong Karakteristik Responden
Gadang memiliki luas wilayah 7,05 km2 Responden dalam penelitian ini
dengan populasi penduduk 17.111 jiwa, adalah masyarakat Etnik Minangkabau
terdiri atas 16 RW dan 59 RT. usia 35-65 tahun di 8 kelurahan di kota
Kelurahan Ampang memiliki luas Padang. Berdasarkan penelitian yang
wilayah 4,03 km2 dengan populasi telah dilaksanakan, diperoleh informasi
penduduk 6.052, terdiri atas 8 RW dan mengenai gambaran karakteristik
23 RT. responden sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Responden Hipertensi Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,


Status Perkawinan, dan Tingkat Pendidikan

Hipertensi Tidak Hipertensi


Karakteristik
f % f %
Umur
- 35-45 th 24 23,5 23 22,5
- 46-55 th 32 31,4 33 32,4
- 56-65 th 46 45,1 46 45,1
Jumlah 102 100 102 100
Jenis Kelamin
- Laki-laki 23 22,5 23 22,5
- Perempuan 79 77,5 79 77,5
Jumlah 102 100 102 100
Status Perkawinan
- Belum kawin 0 0 2 2
- Kawin 88 86,3 88 86,3
- Janda/duda 14 13,7 12 11,8
Jumlah 102 100 102 100
Delmi Sulastri, Elmatris, Rahmi Ramadhani, HUBUNGAN OBESITAS 194
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MASYARAKAT ETNIK
MINANGKABAU DI KOTA PADANG

Tingkat Pendidikan
- Tidak 13 12,7 3 2,9
sekolah/tidak tamat SD
- Tamat SD 31 30,4 20 19,6
- Tamat SMP 16 15,7 23 22,5
- Tamat SMA 27 26,5 35 34,3
- Tamat akademi/PT 15 14,7 21 20,6
Jumlah 102 100 102 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat berstatus kawin sebanyak 88 orang


bahwa pada kelompok hipertensi, (86,3%) dan tingkat pendidikan tamat
paling banyak adalah responden yang SD sebanyak 31 orang (30,4%).
berumur 56-65 tahun yaitu sebanyak 46
orang (45,1%). Berdasarkan jenis Analisis Univariat
kelamin, responden wanita lebih banyak Analisis univariat bertujuan untuk
dibanding laki-laki yakni sebanyak 79 melihat distribusi frekuensi masing-
orang (77,5%). Dilihat dari status masing variabel baik variabel dependen
perkawinan dan tingkat pendidikan, maupun variabel independen.
paling banyak adalah responden yang

Tabel 2. Rata-Rata Tekanan Darah Responden Penelitian

Kelompok f Mean SD Min Maks


Hipertensi 102
TDS 157,96 17,65 120 217,50
TDD 92,20 7,67 70 117,50
Tidak Hipertensi 102
TDS 118,25 9,42 100 139
TDD 76 6,12 60 88

Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat dan rata-rata tekanan darah diastolik


bahwa rata-rata tekanan darah sistolik adalah 76 ± 6,12 mmHg dengan tekanan
(TDS) pada kelompok hipertensi adalah darah sistolik terendah 100 mmHg dan
157,96 ± 17,65 mmHg dan rata-rata tertinggi adalah 139 mmHg, sedangkan
tekanan darah diastolik (TDD) adalah tekanan darah diastolik terendah adalah
92,20 ± 7,67 mmHg dengan tekanan 60 mmHg dan tertinggi adalah 88
darah sistolik terendah 120 mmHg dan mmHg.
tertinggi 217,50 mmHg, sedangkan
tekanan darah diastolik terendah adalah Indeks Massa Tubuh (IMT)
70 mmHg dan tertinggi 117,50 mmHg. Indeks Massa Tubuh (IMT) responden
Pada kelompok tidak hipertensi, hasil didapatkan dengan membagi berat
pengukuran tekanan darah badan (kg) responden dengan kuadrat
menunjukkan rata-rata tekanan darah tinggi badan (m2).
sistolik adalah 118,25 ± 9,42 mmHg

Tabel 3. Rata-Rata IMT Responden Penelitian

Kelompok Mean SD Min Maks p value


Hipertensi 26,58 4,36 18,39 42,86 0,025
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 195

Tidak Hipertensi 25,21 4,29 15,96 40,37

Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat ± 4,29 kg/m2 dengan nilai IMT terendah
bahwa hasil pengukuran rata-rata IMT 15,96 kg/m2 dan tertinggi 40,37 kg/m2.
responden hipertensi adalah 26,58 ± Uji analisis T-test didapatkan perbedaan
4,36 kg/m2 dengan nilai IMT terendah bermakna rata-rata IMT antara
18,39 kg/m2 dan tertinggi 42,86 kg/m2. responden hipertensi dan tidak
Pada responden tidak hipertensi hasil hipertensi (p<0.05).
pengukuran rata-rata IMT adalah 25,21

Gambar 1. Distribusi Frekuensi Obesitas pada Responden Hipertensi dan Tidak


Hipertensi

Berdasarkan Gambar 1. diatas dapat Lingkar Perut (LP)


dilihat bahwa proporsi kejadian Lingkar Perut (LP) responden
hipertensi lebih banyak terjadi pada didapatkan dengan melakukan
responden yang obesitas yakni sebesar pengukuran memakai pita pengukur.
56,6%.

Tabel 4. Rata-Rata Lingkar Perut Responden Penelitian

Kelompok Mean SD Min Maks p value


Hipertensi 92,57 9,38 60 121
0,002
Tidak Hipertensi 87,36 14,07 25,8 120

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat lingkar perut adalah 87,36 ± 14,07 cm


bahwa hasil pengukuran rata-rata dengan nilai lingkar perut terendah 25,8
lingkar perut responden hipertensi cm dan lingkar perut tertinggi 120 cm.
adalah 92,57 ± 9,38 cm dengan lingkar Uji analisis T-test didapatkan perbedaan
perut terendah 60 cm dan lingkar perut bermakna lingkaran perut antara
tertinggi 121 cm. Pada responden tidak responden hipertensi dan normotensi
hipertensi hasil pengukuran rata-rata (p<0.05).
Delmi Sulastri, Elmatris, Rahmi Ramadhani, HUBUNGAN OBESITAS 196
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MASYARAKAT ETNIK
MINANGKABAU DI KOTA PADANG

Gambar 2. Distribusi Frekuensi Obesitas Sentral pada Responden Hipertensi dan


Tidak Hipertensi

Berdasarkan Gambar 2 diatas dapat responden yang mengalami obesitas


dilihat bahwa proporsi kejadian sentral yakni sebesar 54,9%.
hipertensi lebih banyak terjadi pada

Tabel 5. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi

Hipertensi
Total OR
Obesitas Ya Tidak p value
(95% CI)
f % f % f %
Ya 64 56,6 49 43,4 113 100 0,049 1,82
Tidak 38 41,8 53 58,2 91 100 (1,042-3,185)
Total 102 102 204

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat dengan hipertensi (p<0,05). dengan


proporsi responden yang mengalami Nilai OR = 1,82 dan 95% CI (1,042-
hipertensi lebih banyak terjadi pada 3,185), artinya obesitas merupakan
responden obesitas bila dibandingkan faktor risiko terjadinya hipertensi,
dengan responden yang tidak obesitas. dimana responden yang mengalami
Hasil uji statistik dengan menggunakan obesitas berisiko untuk hipertensi 1,82
chi square, diperoleh hububgan kali jika dibandingkan dengan
bermakna antara kejadian obesitas responden yang tidak obesitas.

Tabel 6. Hubungan Obesitas Sentral dengan Kejadian Hipertensi

Hipertensi OR
Obesitas Total p value
Ya Tidak (95% CI)
Sentral
f % f % f %
Ya 89 54,9 73 45,1 162 100 0,009 2,72
Tidak 13 31 29 69 42 100 (1,319-5,608)
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 197

Total 102 102 204

Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat penelitian ini menunjukkan bahwa


proporsi responden yang mengalami kenaikan nilai IMT diikuti dengan
hipertensi lebih banyak terjadi pada kenaikan tekanan darah. Artinya
responden obesitas sentral bila semakin tinggi IMT seseorang semakin
dibandingkan dengan responden yang besar pula peluangnya untuk terkena
tidak obesitas sentral. Hasil uji statistik hipertensi.(18)
dengan menggunakan chi square, Berdasarkan distribusi frekuensi
terdapat hubungan yang bermakna obesitas pada responden hipertensi dan
antara kejadian obesitas sentral dengan tidak hipertensi didapatkan proporsi
hipertensi. Nilai OR = 2,72 dan 95% CI kejadian hipertensi lebih banyak terjadi
(1,319-5,608), artinya obesitas sentral pada responden yang obesitas yakni
merupakan faktor risiko terjadinya sebesar 56,6%. Hal ini sesuai dengan
hipertensi, dimana responden yang survei yang dilakukan pada populasi
mengalami obesitas sentral berisiko MONICA (Monitoring Trends and
untuk hipertensi 2,72 kali jika Determinant in Cardiovascular) di
dibandingkan dengan responden yang Jakarta yang menyebutkan bahwa
tidak obesitas sentral. persentase hipertensi pada individu
obesitas 27,5% jauh lebih tinggi
PEMBAHASAN dibandingkan individu dengan berat
Hubungan Obesitas dengan Kejadian badan normal 12,5%.(12) Studi
Hipertensi Framingham menunjukkan hal yang
Berdasarkan hasil penelitian serupa dimana dari 165 responden yang
didapatkan rata-rata Indeks Massa mengalami hipertensi, sebanyak 133
Tubuh (IMT) responden hipertensi responden mengalami obesitas. Hal ini
26,58 ± 4,36 kg/m2 dengan nilai IMT berarti hanya 32 orang saja yang tidak
terendah 18,39 kg/m2 dan tertinggi mengalami obesitas.(10). Hasil penelitian
42,86 kg/m2. Pada responden tidak Akintunde dkk juga menunjukkan hal
hipertensi hasil pengukuran rata-rata yang sama, dimana dari 816 responden
IMT adalah 25,21 ± 4,29 kg/m2 dengan yang mengalami hipertensi esensial,
nilai IMT terendah 15,96 kg/m2 dan lebih dari setengahnya (494 orang)
tertinggi 40,37 kg/m2. Hal ini mengalami obesitas.(19)
menunjukkan rata-rata IMT pada Hasil analisis independent
responden hipertensi lebih tinggi sample T-test menunjukkan ada
dibandingkan dengan responden tidak hubungan rerata IMT dengan hipertensi
hipertensi. Hal ini sejalan dengan (p value < 0,05). Hasil uji statistik chi
penelitian yang dilakukan oleh square menunjukkan ada hubungan
Margaret M.Harris dkk, dimana Harris yang bermakna antara obesitas dengan
mendapatkan pada wanita kulit putih kejadian hipertensi (p value < 0,05)
dengan hipertensi memiliki rerata IMT dengan nilai OR = 1,82. Hasil penelitian
29,1±6,1, sedangkan pada yang tidak ini menunjukkan obesitas terbukti
hipertensi memiliki rerata IMT merupakan faktor resiko terjadinya
25,9±4,9 (Harris dkk, 2000). Penelitian hipertensi, dimana responden yang
yang dilakukan oleh Hendrik di mengalami obesitas berisiko untuk
Fakultas Kedokteran Universitas hipertensi 1,82 kali jika dibandingkan
Sumatera Utara tahun 2012 juga dengan responden yang tidak obesitas.
menunjukkan hal yang sama. Hasil Hasil penelitian ini sejalan dengan
Delmi Sulastri, Elmatris, Rahmi Ramadhani, HUBUNGAN OBESITAS 198
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MASYARAKAT ETNIK
MINANGKABAU DI KOTA PADANG

penelitian yang dilakukan oleh cm (Harris dkk, 2000). Hasil penelitian


Manampiring AE dkk (2009) pada ini juga sejalan dengan penelitian yang
penduduk di kelurahan Pakowa dilakukan oleh Arresta tahun 2008 yang
kecamatan Wanea kota Manado yang menyatakan bahwa nilai LP berbanding
sebagian besar beretnis Minahasa, lurus dengan peningkatan tekanan
dimana hasilnya menunjukkan ada darah. Semakin besar lingkar perut
hubungan yang bermakna antara status seseorang maka semakin besar pula
gizi lebih dengan kejadian hipertensi. risikonya untuk terkena hipertensi.(22)
Penelitian ini juga sejalan dengan Berdasarkan perbandingan
penelitian yang dilakukan oleh, dimana distribusi frekuensi obesitas sentral
hasil penelitiannya menunjukkan ada pada responden hipertensi dan tidak
hubungan obesitas dengan hipertensi hipertensi didapatkan proporsi kejadian
pada karyawan tetap Universitas hipertensi lebih banyak terjadi pada
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta responden yang mengalami obesitas
yang sebagian besar beretnis Jawa.(20) sentral yakni sebesar 54,9%. Hasil yang
Obesitas merupakan salah satu sama juga dilaporkan oleh Arresta
dari faktor resiko hipertensi. Seseorang (2008) di Surabaya yang menemukan
yang memiliki berat badan berlebih atau bahwa dari semua penderita yang
mengalami obesitas akan membutuhkan terdiagnosis hipertensi, sebanyak 81%
lebih banyak darah untuk menyuplai mengalami obesitas sentral.(22) Sedang-
oksigen dan makanan ke jaringan kan penelitian yang dilakukan oleh
tubuhnya, sehingga volume darah yang Abdus Sukkur di poli jantung Sidoarjo
beredar melalui pembuluh darah juga memperlihatkan bahwa dari 24
meningkat, curah jantung ikut pasien yang mengalami obesitas sentral,
meningkat dan akhirnya tekanan darah sebagian besar mengalami hipertensi.
ikut meningkat.(13) Selain itu kelebihan Hasil uji analisis dengan
berat badan juga meningkatkan kadar independent sample T-test menunjuk-
insulin dalam darah. Peningkatan kan ada hubungan yang bermakna
insulin ini menyebabkan retensi natrium antara beda rerata LP dengan hipertensi
pada ginjal sehingga tekanan darah ikut (p value < 0,05). Hasil uji statistik chi
naik.(21) square menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara obesitas sentral
Hubungan Obesitas Sentral dengan dengan kejadian hipertensi (p value
Kejadian Hipertensi <0,05) dengan nilai OR = 2,72, artinya
Berdasarkan hasil penelitian responden yang mengalami obesitas
didapatkan rata-rata Lingkar Perut (LP) sentral berisiko 2,72 kali terkena
responden hipertensi adalah 92,57 ± hipertensi dibanding responden yang
9,38 cm, sedangkan pada responden tidak obesitas sentral. Hal ini sejalan
tidak hipertensi rata-rata lingkar perut dengan penelitian yang dilakukan oleh
adalah 87,36 ± 14,07 cm. Hal ini Arresta (2008), yang menyatakan
menunjukkan rata-rata lingkar perut obesitas sentral berhubungan dengan
responden hipertensi lebih tinggi jika hipertensi dimana nilai p = 0,047 dan
dibandingkan dengan responden yang nilai OR = 5,21. Selain itu, hasil
tidak hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdus
penelitian Harris dkk yang menyatakan Sukkur di poli jantung RSUD Sidoarjo
bahwa rata-rata LP wanita hipertensi tahun 2009 juga menyatakan hal yang
adalah 100,4 ± 15,8 cm, sedangkan serupa. Hasil penelitiannya menunjuk-
pada wanita tidak hipertensi 90,9 ± 13,6 kan bahwa ada hubungan lingkar
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 199

pinggang dengan kejadian hipertensi hipertensi dibandingkan dengan


dengan nilai p = 0,032.(23) responden tidak hipertensi, dan
Obesitas sentral dapat memicu lebih dari separuh penderita
terjadinya hipertensi. Hal ini terjadi hipertensi mengalami obesitas.
karena pada obesitas sentral penum- 2. Terdapat perbedaan yang ber-
pukan lemak lebih banyak pada daerah makna rata-rata lingkaran perut
abdomen. Jika lemak abdomen ini responden hipertensi dibanding-
berlebihan akan menyebabkan beberapa kan dengan responden yang tidak
hal diantaranya: menurunkan kadar hipertensi, dan lebih dari separuh
adiponektin, menurunkan ambilan asam penderita hipertensi mengalami
lemak bebas intrasel oleh mitokondria obesitas sentral
sehingga oksidasi berkurang, dan 3. Terdapat hubungan yang ber-
menyebabkan akumulasi asam lemak makna antara obesitas dan
bebas intrasel. Kelebihan asam lemak obesitas sentral dengan kejadian
bebas ini dapat memicu terjadinya hipertensi.
resistensi insulin. Keadaan hiperin-
sulinemia ini dapat menyebabkan KEPUSTAKAAN
vasokonstriksi dan reabsorpsi natrium 1. Bustan M.N. 2000. Epidemiologi
di ginjal, yang pada akhirnya menga- penyakit tidak menular. Rineka
kibatkan hipertensi.(24) Cipta: Jakarta, pp 61-9.
Seseorang dengan lingkar perut
yang besar sangat berisiko untuk 2. World Health Report. 2002.
menderita hipertensi. Hal ini karena Reducing risks, promoting
lingkar perut merupakan indikator healthy life. World Health
banyaknya penumpukan lemak di Organization: Geneva,
daerah abdomen. Semakin besar nilai Switzerland, D.
lingkar perut seseorang, maka semakin
banyak pula penumpukan lemak di 3. Sutanto. 2010. Cegah dan
daerah abdomen. Penumpukan lemak di tangkal penyakit modern
abdomen inilah yang disebut sebagai hipertensi, stroke, jantung,
obesitas sentral. Penumpukan lemak di kolesterol, dan diabetes. Andi
abdomen erat kaitannya dengan Offset: Yogyakarta, pp 1-33.
penumpukan kolesterol. Sel lemak pada
perut mudah lepas dan bisa masuk ke 4. Lumbantobing S.M. 2008.
pembuluh darah sehingga bisa menye- Tekanan darah tinggi. Balai
babkan tersumbatnya aliran darah. Pada Penerbit Fakultas Kedokteran
akhirnya hal ini akan menyebabkan Universitas Indonesia: Jakarta,
terjadinya hipertensi. (23) pp 1-24.

Kesimpulan 5. Bangun A.P. 2003. Terapi jus


Setelah dilakukan penelitian tentang dan ramuan tradisional untuk
hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi. Agromedia Pustaka :
hipertensi pada masyarakat Etnik Jakarta, pp 15-21.
Minangkabau di kota Padang, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai 6. Kementerian Kesehatan. 2008.
berikut : Laporan Nasional Riset
1. Terdapat perbedaan bermakna Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
rata-rata IMT responden 2007. Badan Litbangkes,
Delmi Sulastri, Elmatris, Rahmi Ramadhani, HUBUNGAN OBESITAS 200
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MASYARAKAT ETNIK
MINANGKABAU DI KOTA PADANG

Depkes RI : Jakarta. Diakses di 14. Nagase M and Toshiro Fujita.


www.depkes.go.id . 2009. Mineralocorticoid
receptor activation in obesity
7. Kementerian Kesehatan. 2009. hypertension. The Japanese
Profil kesehatan Indonesia 2008. Society of Hypertension. 32:
Badan Litbangkes, Depkes RI : 649-57.
Jakarta. Diakses di
www.depkes.go.id 15. Kementerian Kesehatan. 2008.
Laporan Nasional Riset
8. Dinas Kesehatan Kota Padang, Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
2010. Laporan tahunan tahun 2007. Badan Litbangkes,
2009 edisi 2010. DKK: Padang. Depkes RI : Jakarta. Diakses di
www.depkes.go.id.
9. Lilyasari O. 2007. Hipertensi
dengan obesitas adakah peran 16. Lipoeto NI, Fasli Jalal, Fadhil
endotelin. J Kardiol Ind, 28(6): Oenzil dan Novia Susanti. 2008.
460-75. Lingkar pinggang, kadar glukosa
darah, trigliserida dan tekanan
10. Wilson P.W.F, D.Agustino R.B., darah pada etnis minang di
Sullivan L, Parise H, Kannel kabupaten Padang Pariaman,
W.B. 2002. Overweight and Sumatera Barat. M Med
obesity as determinants of Indonesiana, 43(3): 129-36.
cardiovascular risk. The
Framingham Experience. Arc. 17. Harris MM, June Stevens, Neal
Intern. Med. 2, 162:1867-2. Thomas, Pam Schreiner, and
Aaron R. Folsom. 2002.
11. National Institutes of Health, Association of fat distribution
National Heart, Lung, and Blood and obesity with hypertension in
Intitute. 2003. The seventh a bi-ethnic population: the ARIC
report of the joint national Study. Obesity Research 8(7):
committe on prevention, 516-24.
detection, evaluation and
treatment of high blood pressure 18. Hendrik. 2012. Hubungan
(JNC VII). Available at: Indeks Massa Tubuh Dengan
http://www.nhlbi.nih.gov/guideli Tekanan Darah Pada Mahasiswa
nes/hypertension/jn7full.pdf. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Skripsi Fakultas
12. Arief I. 2007. Profil hipertensi Kedokteran Universitas
pada populasi MONICA tahun Sumatera Utara. Diakses di
2000 (survey III). Diakses di http://repository.usu.ac.id/handle
http://www.pjnhk.go.id /123456789/31021.

13. Sheps SG. 2005. Mayo clinic 19. Akintunde AA, Akinwusi PO,
hipertensi, mengatasi tekanan Adebayo RA, Ogunyemi S,
darah tinggi. Intisari Mediatama: Opadijo OG. 2010. Burden of
Jakarta. obesity in essential
hypertension: pattern and
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 201

prevalence. Niger J Clin Pract,


13(4): 399-402. 22. Francischetti E.A, Genelhu V.A.
2007. Obesity-hypertension: an
20. Rachmawaty. 2011. Hubungan ongoing pandemic. International
antara usia, obesitas, dan prilaku Journal of Clinical Practice,
merokok dengan hipertensi pada 61(2): 269-80.
karyawan UPN Veteran Jakarta
yang berjenis kelamin laki-laki. 23. Sukkur A. 2009. Hubungan
Skripsi Fakultas Kedokteran hipertensi dengan lingkar
UPN Veteran Jakarta. Diakses di pinggang. Skripsi Poltekes
www.library.upnvj.ac.id . Surabaya. Diakses di
http://ml.scribd.com/doc/80325
21. Morrison R. 2006. The zucker 792/Hubungan-hipertensi-
rat as a model of obesity- dengan-lingkar-pinggang
hypertension. Thesis, University
of Marshall. Huntington, USA. 24. Supariasa IDN, Bachyar Bakri,
hal 20-7. Ibnu Fajar. 2002. Penilaian
status gizi. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai