Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FISIOLOGI HEWAN
SB 091324
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam praktikum ini adalah bagaimana mempelajari cara penggunaan
sphygmomanometer sebagai alat pengukur desakan darah arterial dan bagaimana cara
untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi desakan darah.
1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara penggunaan sphygmomanometer
sebagai alat pengukur desakan darah arterial dan untuk mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi desakan darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jantung
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Berada
di bagian rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum), sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, di atas rongga dada, di atas diagframa. Bagian kanan dan kiri
jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah
dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir
dalam satu arah, maka ventrikl memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada
jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida) (Sanjoyo, 2005 )
Bentuk jantung seperti jantung pisang, bagian pangkal jantung tumpul dan disebut
basis kordis. Di bagian bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. Jantung memiliki
ukuran kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan. Jantung memiliki berat kira-kira
250-300 gram (Syaifuddin, 1997)
Jantung terdiri atas tiga tipe otot jantung yang utama yakni, otot atrium, otot
ventrikel, dan serat otot khusus penghantar rangsangan dan pencetus rangsangan. Tipe otot
atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka, hanya saja
lamanya kontraksi otot-otot tersebut lebih lama. Sebaliknya, serat-serat khusus penghantar
dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali sebab serat-serat ini
menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi, sehingga serat-serat ini dapat bekerja
sebagai suatu sistem pencetus rangsangan bagi jantung (Guyton, 1997)
Menurut Sanjoyo (2005), jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan
mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke
dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida.
Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan
memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Gambar 2.1 Anatomi jantung tampak depan
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Sphygmomanometer,
Stetoskop, dan Timbangan badan.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah Air es (suhu sekitar
5ºC) dan alkohol
BAB IV
PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada praktikum desakan darah manusia ini, bertujuan untuk mengetahui cara
penggunaan sphygmomanometer sebagai alat pengukur desakan darah arterial, serta untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi desakan darah. Langkah pertama yang
dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan yaitu
Sphygmomanometer yang dipergunakan sebagai alat untuk mengukur tekanan darah,
stetoskop sebagai alat bantu untuk mendengarkan denyut jantung sebagai pertanda sistole
dan diastole, timbangan badan berfungsi untuk mengetahui berat badan dari praktikan dan
mengetahui pengaruh dari berat badan praktikan terhadap tekanan darahnya, air dengan
suhu kurang dari 5°C yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap tekanan
darah. Teknik – teknik pengukuran tekanan darah yaitu :
Teknik auskultasi
Bunyi jantung dapat didengar dengan menempatkan telinga langsung di atas dada
penderita. Dengan stetoskop, auskultasi mudah, sopan dan bunyi terdengar lebih keras.
Stetoskop untuk orang dewasa tidak dapat dipakai pada anak. Dianjurkan memakai
stetoskop dengan panjang selang sekitar 30 cm dan diameter bagian dalam selang kira-kira
1/8 inci. Ada 2 macam stetoskop yaitu berbentuk sungkup dan diafragma. Sungkup lebih
baik menangkap bunyi dan bising jantung bernada rendah, diafragma untuk bunyi bernada
tinggi. Dalam proses auskultasi yang lebih penting dari stetoskop ialah pemeriksa. Ia harus
mengetahui fisiologi dan patofisiologi kardiovaskuler sehingga dapat menentukan di mana
mendengar dan bagaimana menginterpretasi bunyi dan bising jantung. Tempat-tempat di
permukaan dada dengan intensitas, bunyi jantung paling kuat tidak selalu sesuai dengan
lokasi anatomik katup-katup. Daerah katup mitral, lokalisasinya pada sela iga V kiri, katup
pulmonal pada sela iga II kiri. Daerah katup aorta di sela iga II kanan dan katup trikuspid
pada peralihan korpus sterni ke processus xiphoideus(Anonim5, 2010).
Gambar :
Teknik palpatasi
Palpasi dilakukan dengan cara meraba bagian tubuh yang ingin dikaji. Melalui palpasi
tangan dapat dilakukan pengukuran yang lembut dan sensitif terhadap tanda fisik. Pada
saat melakukan palpasi, klien harus diposisikan dengan nyaman karena ketegangan otot
akan mengganggu keefektifan palpasi. Pada pengkajian terkait sistem sirkulasi, perawat
dapat melakukan perhitungan jumlah denyut nadi klien per menit. Untuk menghitung
denyut nadi per menit, hal yang perlu dilakukan perawat ialah menggunakan ketiga jari
untuk menemukan arteri radialis di tangan. Biasanya arteri radialis terletak di
dekat(Anonim6, 2010).
Jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan mengempis yang disebabkan oleh
adanya rangsangan dari saraf otonom. Rangsangan diterima oleh jantung pada simpul saraf
yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena kava yang disebut nodus sino
atrial. Rangsangan akan diteruskan ke dinding atrium dan juga ke bagian septum kardis
oleh nodus atrio ventricular atau simpul tawara melalui berkas wenkebach. Selanjutnya
rangsangan akan melalui bundle atrio ventricular (berkas his) dan pada bagian cincin yang
terdapat antara atrium dan ventrikel yang disebut annulus fibrosus, dimana rangsangan
akan terhenti setelah 0,1 detik. Seterusnya rangsangan tersebut akan diteruskan ke bagian
apeks kordis dan melalui berkas purkinye disebarkan ke seluruh dinding ventrikel, dengan
demikian jantung berkontraksi (Syaifuddin, 1997).
Dalam kerjanya, jantung memiliki 3 periode:
a. Periode Konstriksi (Periode sistol)
Suatu keadaan di mana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup
bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup. Valvula semilunaris aorta dan
valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra
mengalir ke arteri pulmonalis dan masuk ke paru-patu bagian kiri dan kanan.
Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian diedarkan ke
seluruh tubuh.
b. Periode Dilatasi (Periode diastol)
Suatu keadaan mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah
dari atrium sinistra masuk ke dalam ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra
akan masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan
kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh
tubuh melalui vena kava masuk ke dalam atrium dekstra.
c. Periode Istirahat
Merupakan waktu antara periode konstriksi dan dilatasi, dimana jantung berhenti
sekitar 0,1 detik. Pada waktu istirahat, jantung akan menguncup sebanyak 70-80
kali/menit. Pada setiap kontraksi jantung akan memindahkan darah ke aorta
sebanyak 60-70 cc (Syaifuddin, 1997).
Langkah selanjutnya yaitu memilih 3 orang praktikan yang mewakili 3 kriteria
yaitu probandus dengan berat paling besar, probandus dengan berat paling kecil, kemudian
probandus dengan jenis kelamin laki - laki kemudian menimbang berat badan tiap
praktikan yang kemudian tiap praktikan itu disebut sebagai probandus. Untuk
membandingkan besarnya tekanan darah, maka pada praktikum ini akan dilakukan 4
macam perlakuan yaitu dengan posisi tubuh terlentang, posisi tubuh berdiri tegak,
pengaruh aktivitas, dan pengaruh suhu dingin.
Pada pengukuran tekanan darah dengan posisi tubuh terlentang, mula-mula tiap
probandus dengan posisi tidur di lantai secara terlentang. Hal ini bertujuan sebagai
pembanding ketika tubuh sedang relaksasi (tidur), pada saat berdiri, pada saat melakukan
aktivitas dimana pada praktikum ini probandus melakukan lari – lari kecil di tempat dan
pada saat suhu tubuh menurun (dicelupkan es). Desakan darah dipengaruhi oleh aktivitas
tubuh. Pada waktu tidur desakan darah dalam keadaan normal. Kemudian diperiksa
tekanan darahnya dengan cara membebat lengan kiri probandus tersebut dengan
menggunakan sphygmomanometer. Sphygmomanometer merupakan alat pengukur
dasakan darah yang terdiri atas manometer air raksa yang dilengkapi dengan semacam
bebat yang berisi udara. Dilakukan pembebatan supaya menjepit pembuluh darah arteri
brachial hingga tidak ada sedikitpun darah yang mengalir ke lengan bagian bawah dan jari
– jari. Pembebatan dilakukan lengan kiri karena lengan kiri lebih dekat dengan jantung
sehingga lebih sensitif terhadap terjadinya pemompaan darah karena jantung terletak di
rongga dada sebelah kiri. Sebelum dibebat, terlebih dahulu dicari posisi darah arteri (arteria
branchialis) yang berdekatan dengan bagian lengan yang akan dibebat, yaitu pada lengan
kiri bagian atas. Digunakan lengan kiri atas karena merupakan letak dari arteri branchialis,
arteri yang terletak pada lengan kiri atas ini merupakan arteri yang paling dekat dengan
aorta letaknya juga hampir sejajar dengan jantung, sehingga akan mempermudah dalam
pendeteksian atau pengukuran denyut nadi. Pada lengan tersebut diletakkan stetoskop
untuk pendeteksian denyut nadi. Kemudian lengan dibebat menggunakan
sphygmomanometer kemudian dipompa atau diisi dengan udara melalui penghembus dari
karet hingga air raksa pada sphygmomanometer mencapai angka 170. Penyampaian angka
hingga 170 ini dikarenakan tekanan darah normal yaitu antara 169,6 sampai 169,9 dan
stetoskop masih diletakkan pada lengan tersebut, tujuannya adalah untuk memperjelas
bunyi denyut nadi pada saat dibebat sampai denyut nadi tidak terdengar lagi. Kemudian
udara yang terdapat dalam kantung pembebat dikeluarkan secara perlahan-lahan supaya
aliran darah yang terhambat tadi akan dapat kembali mengalir menuju ke kapiler,
kemudian mengalir menuju ke venul, menuju ke ke vena dan kembali lagi ke
jantung(menuju ke lengan bagian bawah dan jari – jari). Pada waktu dilakukan
pengempisan, akan terdengar bunyi denyut nadi pertama, denyut tersebut merupakan
sistole. Sistole merupakan suatu keadaan dimana jantung berkontraksi untuk memompa
darah. Denyut tersebut akan terus terdengar sampai bunyi tersebut mulai melemah dan
menghilang, denyut tersebut merupakan diastole. Diastole merupakan keadaan dimana
otot-otot jantung mengalami relaksasi. Kemudian dicatat hasilnya. Hasil tekanan darah
yang diperoleh pada posisi terlentang yaitu untuk Musalammah : 128/50, Daniel :120/80,
Evi :135/60. Rata-rata tekanan darah rendah dikarenakan posisi jantung sama dengan
pembuluh darah yang ada di tubuh sehingga jantung tidak berkontraksi terlalu kuat untuk
mengalirkan darah. Pada saat berbaring maka gaya gravitasi pada peredaran darah lebih
rendah sehingga arah peredaran darah horisontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi
dan tidak terlalu memompa sehingga aliran darah lancar dan tekanan darahpun rendah.
Pada pengukuran tekanan darah dengan posisi tubuh berdiri berdiri tegak, mula-
mula tiap probandus berdiri tegak. Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah sama
seperti perlakuan sebelumnya, dan dilakukan sebanyak tiga kali. Dicatat hasil
pengukurannya sehingga diperoleh hasil yaitu Musalammah : 110/75, Daniel :118/80, Evi :
130/70. Pada posisi tubuh berdiri tegak, seharusnya tekanan darahnya menjadi lebih rendah
karena pada kondisi tersebut posisi aliran darah ke bawah, dan karena adanya pengaruh
gravitasi. Pada posisi berdiri maka tekanan darah lebih tinggi dari posisi tidur, hal ini
dikarenakan pengaruh efek gravitasi terasa besar karena darah akan tertarik ke bawah
menuju bumi sehingga aliran darah menuju jantung akan terhambat dan tekanan darah
akan lebih tinggi akibat kerja jantung yang bekerja lebih keras.
Pada pengukuran tekanan darah dengan aktivitas terlebih dahulu, mula-
mula tiap probandus melakukan latihan atau melakukan aktivitas seperti lari – lari kecil di
dalam laboratorium selama 3 menit. Lari – lari kecil ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh aktivitas terhad kerja jantung dalam memompa darah ke deluruh tubuh.
Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah, sama seperti pada perlakuan yang
sebelumnya dan kemudian dicatat hasilnya. Hasil yang diperoleh yaitu Musalammah :
125/70, Daniel : 125/80, Evi : 135/70. Pada perlakuan ini, tekanan darah menjadi lebih
tinggi karena terjadi peningkatan sangat besar dalam penggunaan oksigen oleh jaringan.
Oleh sebab itu, pembuluh darah akan mengalami fase dilatasi yang memiliki tujuan untuk
mempercepat pengangkutan oksigen menuju ke jaringan. Fase dilatasi juga terjadi pada
vena yang mengalirkan darah dari jaringan menuju ke jantung, sehingga jantung akan
meningkatkan kontriksinya untuk memompa jumlah darah tambahan ini (Guyton, 1997).
Setelah beraktivitas (lari – lari kecil) maka sel-sel otot akan mengalami kekurangan
oksigen sehingga konsumsi akan oksigen pada otot tersebut meningkat yang
mengakibatkan aktivitas jantung untuk memompa darah lebih cepat sehingga tekanan
darah tinggi.
Pada pengukuran tekanan darah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
tekanana darah yaitu mula-mula tiap probandus tangan kirinya memegang es batu selama 2
menit(diperkirakan suhunya adalah 5°C). Kemudian dilakukan perlakuan yang sama
seperti perlakuan yang sebelumnya yaitu pengukuran tekanan darah kemudian dicatat
hasilnya. Hasil yang diperoleh yaitu Musalammah : 120/65, Daniel : 100/50, Evi : 110/70.
Dari data yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa tekanan darah mengalami
penurunan. Pada kondisi ini tekanan darah akan mengalami penurunan karena:
Aliran darah menjadi menurun.
Tekanan darah menjadi menurun.
Denyut jantung juga menjadi menurun
(Hidayati, 2006)
Pada waktu tangan dicelupkan atau direndam dalam air es, pembuluh darah akan
mengalami fase kontraksi yaitu pembuluh darah akan menyempit sehingga aliran darah
akan mengalir lebih lambat. Menurunnya aliran darah tersebut dapat berarti juga
menurunkan volume darah yang dipompa pada tiap siklus, hal ini juga berarti menurunkan
tekanan darah (Guyton, 1997). Saat suhu dingin maka metabolisme dalam tubuh akan
menurun akibat tubuh berusaha mencegah panas tubuh tidak keluar ke lingkungan
(mekanisme homeostasis) sehingga pembuluh darah kapiler kulit menyempit dan aliran
darah menjadi lambat sehingga tekanan darah turun. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi adanya desakan darah antara lain sebagai berikut:
Berat badan dapat mempengaruhi besarnya tekanan darah.
Jenis kelamin. Pria memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan darah wanita, karena pria membutuhkan energi yang lebih
banyak dari pada wanita (Pearce, 2002).
Umur juga dapat mempengaruhi besarnya tekanan darah. Semakin bertambah
umur, maka semakin tinggi pula tekanan darahnya.
Aktivitas tubuh dan posisi tubuh juga dapat mempengaruhi tekanan darah
(Franklin Stanley S. et al).
Perbedaan tekanan darah berdasarkan jenis kelamin. Tekanan darah pria lebih
tinggi dibandingkan wanita karena pria mempunyai struktur otot yang sedikit berbeda dari
wanita. Hal ini terkait dengan aktivitas yang dilakukan dimana pria melakukan aktivitas
yang lebih berat sehingga desakan darahnya relatif lebih tinggi. Namun pada praktikum ini
ternyata probandus wanita yaitu evi memiliki tekanan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Daniel. Hali ini dapat dikarenakan :
- Kurang tepatnya pendengaran detak sistol atau diastol oleh praktikan
- Psikis, emosi dan kesehatan probandus
- Peralatan Spygmomanometer yang kurang bagus
- Peletakan stetoskop kurang tepat
BAB V
KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu pengukuran tekanan darah
pada manusia dapat dilakukan dengan metode auskultasi (menggunakan
sphygmomanometer) yaitu suatu alat dengan manset udara yang terhubung dengan pompa
udara dan manometer. Dari alat tersebut dapat diketahui tekanan sistole (tekanan darah
yang keluar dari jantung) dan diastole (tekanan darah yang kembali ke jantung). Besar
tekanan darah dipengaruhi oleh umur, berat badan, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh
saat pemeriksaan, serta kegiatan yang dilakukan. Pada kondisi berdiri dan latihan berat
akan memperbesar tekanan darah. Pada kondisi tubuh terlentang dan dalam kondisi suhu
dingin, tekanan darah cenderung rendah, semakin besar berat badan maka semakin tinggi
tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1, 2010. Diakses pada http://www.mentorhealthcare.com/news.php?
nID=217&action=detail pada hari Minggu 28 Maret 2010 pada pukul 18.00
Franklin Stanley S, Gustin William, Wong ND, Larson MG, Weber MA, Kamel WB,
Guyton & Hall, Arthur C.,M.D & John E., Ph.D. (1997). Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran edisi 9. Penerbit buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Pearce EC. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia : Jakarta