Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
SB 091324

Nama Praktikan : Dini Yuliansari


NRP : 1507100068
Kelompok : 1 (satu)
Judul Praktikum : Desakan Darah
Dosen Pengampuh : Dewi Hidayati
Asisten : Arsetyo Rahardianto

LABORATORIUM ZOOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tekanan darah merupakan tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah
ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah
dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami (berdasarkan berat badan, umur, jenis
kelamin dan faktor lainnya). Tekanan darah dibagi menjadi dua, yaitu sistolik dan
diastolik. Sistolik adalah tekanan dalam arteri yang terjadi saat dipompanya darah dari
jantung ke seluruh tubuh. Adapun diastolik yaitu sisa tekanan dalam arteri saat jantung
beristirahat. Untuk mendeteksi besar tekanan darah digunakan Sphygmo-manometer yang
dilakukan dalam praktikum ini. Angka teratas, tekanan darah systolic, terkait dengan
tekanan di arteri sebagai jantung mengkerut dan memompa darah kedalam arteri. Angka
bagian bawah, tekanan diastolic, merupakan tekanan di arteri sebagai jantung relaksasi
setelah kontraksi. Tekanan diastolic yang mencerminkan tekanan terendah dimana arteri
terbuka.
Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, jadi penting untuk standar
lingkungan ketika tekanan darah diukur. Setidaknya satu jam sebelum tekanan darah
diambil, menghindari makan, latihan berat (yang dapat menurunkan tekanan darah),
merokok, dan asupan kafein. Stress dan faktor - faktor lainnya dapat mengubah tekanan
darah dan perlu dipertimbangkan kembali ketika tekanan darah diukur.

1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam praktikum ini adalah bagaimana mempelajari cara penggunaan
sphygmomanometer sebagai alat pengukur desakan darah arterial dan bagaimana cara
untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi desakan darah.

1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara penggunaan sphygmomanometer
sebagai alat pengukur desakan darah arterial dan untuk mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi desakan darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jantung

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Berada
di bagian rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum), sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, di atas rongga dada, di atas diagframa. Bagian kanan dan kiri
jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah
dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir
dalam satu arah, maka ventrikl memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada
jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida) (Sanjoyo, 2005 )
Bentuk jantung seperti jantung pisang, bagian pangkal jantung tumpul dan disebut
basis kordis. Di bagian bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. Jantung memiliki
ukuran kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan. Jantung memiliki berat kira-kira
250-300 gram (Syaifuddin, 1997)
Jantung terdiri atas tiga tipe otot jantung yang utama yakni, otot atrium, otot
ventrikel, dan serat otot khusus penghantar rangsangan dan pencetus rangsangan. Tipe otot
atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka, hanya saja
lamanya kontraksi otot-otot tersebut lebih lama. Sebaliknya, serat-serat khusus penghantar
dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali sebab serat-serat ini
menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi, sehingga serat-serat ini dapat bekerja
sebagai suatu sistem pencetus rangsangan bagi jantung (Guyton, 1997)
Menurut Sanjoyo (2005), jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan
mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke
dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida.
Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan
memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Gambar 2.1 Anatomi jantung tampak depan

2.2 Tekanan Darah


Setiap saat terjadi pertukaran antara sari makanan dan oksigen yang dibawa dari
jantung oleh pembuluh darah arteri dengan karbondioksida (CO2) dan bahan sisa
metabolisme yang dialirkan kembali menuju jantung oleh pembuluh darah vena. Sisa
metabolisme akan dibuang melalui ginjal saat darah melalui kedua organ ini.
Karbondioksida dalam sel-sel darah merah akan diteruskan ke paru-paru untuk dilepaskan.
Pada saat bersamaan, paru-paru menghirup oksigen baru. Sel-sel darah merah yang kosong
setelah melepaskan karbondioksida membawa oksigen tersebut ke jantung, untuk
seterusnya bersama-sama dengan plasma darah didistribusikan ke seluruh sel tubuh oleh
pembuluh darah arteri. Tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat darah dialirkan
itulah yang disebut tekanan darah. Dengan adanya tekanan ini, aliran darah akan
lancer(Franklin).
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan
darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80
mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan
jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung
beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik
untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau
berbaring(Anonim2, 2010).
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-
anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari
juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam
hari. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu
dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-
kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat(Anonim2, 2010).
Dalam keadaan normal, jantung manusia dewasa normal menghasilkan tekanan
sistolik antara 110 s/d 150 mm Hg atau rata-rata 130 mm Hg, dan tekanan diastolic antara
60 s/d 100 mm Hg atau rata-rata 80 mm Hg. Sebagaimana halnya dengan detak jantung,
tekanan darah juga berkaitan dengan faktor rasio dan emosi, dimana tekanan darah pada
wanita umumya lebih tinggi daripada pada pria, karena umumnya wanita lebih emosional
daripada pria. Karena tekanan darah berkaitan dengan detak jantung. Tekanan darah
menurun pada saat seseorang dalam keadaan tenang, santai, beristirahat dan mencapai
minimum pada saat orang tidur pulas. Tekanan darah meningkat pada saat seseorang dalam
keadaan terangsang, tegang, berolahraga. Tapi jika detak jantung melambat selaras dengan
usia, maka tekanan darah meningkat selaras dengan usia, karena terjadi akumulasi
pengendapan dan pengerasan secara berangsur pada dinding pembuluh-pembuluh arterial
dan arteriolar, sehingga penampang dan rongga pembuluh darah menyempit dan
mengakibatkan peningkatan hambatan dan tekanan darah(Anonim2, 2010).

2.3 Macam – macam tekanan darah


Tekanan darah systolic/diastolic diatas 140/100 mm Hg dinyatakan sebagai
hypertensi (tekanan-tinggi) dan dibawah 110/70 dinyatakan hypotensi (tekanan-rendah).
Salah satu faktor penyebab utama hipertensi atau hypotensi adalah penyempitan atau
pelebaran penampang pembuluh darah, atau perubahan kekentalan|kepekatan (viscosity)
darah menjadi lebih kental atau lebih encer daripada normal karena terjadi peningkatan
atau penurunan kadar kandungan sel darah merah per satuan volume darah sebagai akibat
produksi sel darah merah diatas atau dibawah kapasitas normal. Peningkatan keluaran
jantung (cardiac output) tak mengakibatkan peningkatan tekanan darah secara terus-
menerus, hanya efek peningkatan sementara (transient rise)(Anonim4, 2010).

2.4 Pengaturan tekanan darah


Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika:
1. Aktivitas memompa jantung berkurang
2. Arteri mengalami pelebaran
3. Banyak cairan keluar dari sirkulasi
Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-
faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf
otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

Perubahan fungsi ginjal


Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
a. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam
dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal.
b. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal.
c. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri
renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua
ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

Sistem saraf otonom


Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara
waktu akan:
a. meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik
tubuh terhadap ancaman dari luar)
b. meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit
sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu
(misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)
c. mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh
d. melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin),
yang merangsang jantung dan pembuluh darah
(Anonim3, 2010)

2.5 Faktor yang mempengaruhi tekanan darah


Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-
anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang anda lakukan. Tekanan darah
akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas, dan lebih rendah ketika anda beristirahat.
Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda-beda. Tekanan darah berada paling tinggi
pada pagi hari dan paling rendah pada saat tidur di malam hari. Bila tekanan darah
diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami
masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga
bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.Tekanan darah dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, jadi penting untuk standar lingkungan ketika tekanan
darah diukur. Setidaknya satu jam sebelum tekanan darah diambil, menghindari makan,
latihan berat (yang dapat menurunkan tekanan darah), merokok, dan asupan kafein. Stres
lainnya dapat mengubah tekanan darah dan perlu dipertimbangkan kembali ketika tekanan
darah diukur (Pearce, 2002).
2.6 Sphygmomanometer
Tensimeter atau blood pleasure monitor adalah alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan darah. Penderita hipertensi memerlukan tensimeter untuk mengetahui
tekanan darahnya, terutama untuk mengetahui efek dari obat yang diminumnya serta efek
diet dan olahraga terhadap tekanan darah(Anonim1, 2010).
Gambar :

Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dilakukan dengan cara :


 Memompakan manset yang digulungkan di lengan atas. Fungsi : menjepit
pembuluh darah arteri brachial hingga tikan ada sedikitpun darah yang mengalir ke
lengan bagian bawah dan jari – jari
 Menurunkan tekanan pada manset dengan perlahan – lahan hinggga pembuluh
darah arteri terbuka lagi dan darah dapat mengalir ke lengan bawah. Tekanan
dimana darah pertamakali dapat melewati jepitan manset dikatakan sebagai tekanan
darah sistolik. Angka ini ditulis sebagi angka pertama, misalnya 110/80.
 Selanjutnya tekanan darh pada manset terus diturunkan (dilonggarkan) hingga
pembuluh darah arteri kembali normal dan darah dapat mengalir bebas tanpa
hambatan. Tekanan dimana darah pertamakali dapat mengalir tanpa hambatan
dicatat sebagai tekan diastolik. Angka ini ditulis sebagai angka kedua, misalnya
110/80.
Macam – macam tensimeter yaitu :
a. Tensimeter air raksa
Merupakan tensimeter konvensional yang di luar negeri sudah tidak boleh dipergunakan
lagi karena bahay dari air raksa, karena jika sampai alat pecah dan air raksanya terpapar
kulit atu saluran pernapasan.
b. Tensimeter digital
Merupakan tensimeter modern yang akurat dan dianjurkan dipergunakan di rumah untuk
memantau tekanan darah sehari – hari. Berbeda dengan tensimeter air raksa yang
memerlukan stetoskop untuk mendengarkan suara sebagai pertanda sistolik dan diastolik.
Tensimeter digital memperghunakan sensor sebagai pendeteksinya(Anonim1, 2010).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Sphygmomanometer,
Stetoskop, dan Timbangan badan.

3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah Air es (suhu sekitar
5ºC) dan alkohol

3.2 Cara kerja


Sebelum dilakukan percobaan, ditimbang dulu berat probandus dan dicatat
hasilnya.

3.2.1 Posisi Tubuh Terlentang


Lengan kiri seorang probandus yang tidur terlentang di bebat. Udara diisikan ke
dalam pembebat itu sehingga air raksa menunjukkan pada angka 170 mmHg. Sebelum
dilakukan pengisian udara sebaiknya dicari lebih dulu posisi darah arteri (arteria
branchialis) yang berdekatan dengan bagian lengan yang dibebat. Disitulah diletakkan
stetoskop. Sebelum dipompakan melalui stetoskop terdengar denyut nadi. Dengan
penuhnya udara maka bunyi itu semakin melemah dan menghilang. Pada waktu bunyi itu
mulai melemah, dicatat berapa tinggi permukaan air raksa dan pengisian udara dilanjutkan.
Kemudian udara dikeluarkan kembali sambil didengarkan melalui stetoskop dan pada
waktu denyut nadi terdengar pertama kali, dicatat tinggi air raksa. Pengosongan
dilanjutkan terus sehingga bunyi melemah dan permukaan air raksa dicatat tingginya, dan
pada saat bunyi menghilang sama sekali.

3.2.2 Posisi Tubuh Berdiri Tegak


Dilakukan pekerjaan seperti pada latihan A tetapi dalam posisi tubuh berdiri tegak.
Pengukuran diulangi sesudah probandus berdiri 5-10 menit.

3.2.3 Pengaruh Latihan


Dilakukan pekerjaan seperti pada latihan A tetapi dilakukan setelah melakukan
latihan (lari ditempat atau naik tangga selama 5 menit).

3.2.4 Pengaruh Suhu Dingin


Dilakukan pekerjaan seperti pada latihan A tetapi sebelum dilakukan pengukuran,
dicelupkan tangan ke dalam air yang diberi es batu (suhu sekitar 5ºC). Dilakukan
pendinginan selama 2 menit.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


No. Perlakuan Pengamatan

1. Dipilih 3 orang praktikan kemudian Musalammah : 38 kg


ditimbang berat badannya, diukur tekanan Daniel : 51 kg
darah masing – masing praktikan dengan Evi : 51 kg
menggunakan sphygmomanometer
dengan langkah – langkah sebagai
berikut :
 Manset dibebatkan pada lengan  Manset dipasang tidak tiodak
atas praktikan terlalu rapat pada lengan atas
 Stetoskop diselipkan di dalam praktikan
manset
 Pompa ban pada manset sehingga  Manset mengembang dan
tekanan masuk dan mencapai lengan atas terasa tertekan dan
angka 170 air raksa pada tensimeter naik
hingga mencapai angka 170

 Buka klep sehingga tekanan darah  Air raksa pada tensimeter


menurun sedikit – demi sedikit menurun
 Tekanan dimana darah pertamakali
dapat melewati jepitan manset
dikatakan sebagai tekanan darah
sistolik
 Tekanan dimana darah pertamakali
dapat mengalir tanpa hambatan
dicatat sebagai tekan diastolic
2. Tekanan darah diukur dari tiap praktikan Musalammah : 128/50
dengan posisi terlentang dan dicatat Daniel :120/80
hasilnya Evi :135/60
3. Tekanan darah diukur dari tiap praktikan Musalammah : 110/75
dengan posisi berdiri dan dicatat hasilnya Daniel :118/80
Evi :130/70
4. Tekanan darah diukur dari tiap praktikan Musalammah : 125/70
setelah praktikan melakukan aktivitas dan Daniel : 125/80
dicatat hasilnya Evi : 135/70
5. Tekanan darah diukur dari tiap praktikan Musalammah : 120/65
setelah praktikan memegang es batu dan Daniel : 100/50
dicatat hasilnya Evi : 110/70

4.2 Pembahasan
Pada praktikum desakan darah manusia ini, bertujuan untuk mengetahui cara
penggunaan sphygmomanometer sebagai alat pengukur desakan darah arterial, serta untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi desakan darah. Langkah pertama yang
dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan yaitu
Sphygmomanometer yang dipergunakan sebagai alat untuk mengukur tekanan darah,
stetoskop sebagai alat bantu untuk mendengarkan denyut jantung sebagai pertanda sistole
dan diastole, timbangan badan berfungsi untuk mengetahui berat badan dari praktikan dan
mengetahui pengaruh dari berat badan praktikan terhadap tekanan darahnya, air dengan
suhu kurang dari 5°C yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap tekanan
darah. Teknik – teknik pengukuran tekanan darah yaitu :
 Teknik auskultasi
Bunyi jantung dapat didengar dengan menempatkan telinga langsung di atas dada
penderita. Dengan stetoskop, auskultasi mudah, sopan dan bunyi terdengar lebih keras.
Stetoskop untuk orang dewasa tidak dapat dipakai pada anak. Dianjurkan memakai
stetoskop dengan panjang selang sekitar 30 cm dan diameter bagian dalam selang kira-kira
1/8 inci. Ada 2 macam stetoskop yaitu berbentuk sungkup dan diafragma. Sungkup lebih
baik menangkap bunyi dan bising jantung bernada rendah, diafragma untuk bunyi bernada
tinggi. Dalam proses auskultasi yang lebih penting dari stetoskop ialah pemeriksa. Ia harus
mengetahui fisiologi dan patofisiologi kardiovaskuler sehingga dapat menentukan di mana
mendengar dan bagaimana menginterpretasi bunyi dan bising jantung. Tempat-tempat di
permukaan dada dengan intensitas, bunyi jantung paling kuat tidak selalu sesuai dengan
lokasi anatomik katup-katup. Daerah katup mitral, lokalisasinya pada sela iga V kiri, katup
pulmonal pada sela iga II kiri. Daerah katup aorta di sela iga II kanan dan katup trikuspid
pada peralihan korpus sterni ke processus xiphoideus(Anonim5, 2010).
Gambar :
 Teknik palpatasi
Palpasi dilakukan dengan cara meraba bagian tubuh yang ingin dikaji. Melalui palpasi
tangan dapat dilakukan pengukuran yang lembut dan sensitif terhadap tanda fisik. Pada
saat melakukan palpasi, klien harus diposisikan dengan nyaman karena ketegangan otot
akan mengganggu keefektifan palpasi. Pada pengkajian terkait sistem sirkulasi, perawat
dapat melakukan perhitungan jumlah denyut nadi klien per menit. Untuk menghitung
denyut nadi per menit, hal yang perlu dilakukan perawat ialah menggunakan ketiga jari
untuk menemukan arteri radialis di tangan. Biasanya arteri radialis terletak di
dekat(Anonim6, 2010).
Jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan mengempis yang disebabkan oleh
adanya rangsangan dari saraf otonom. Rangsangan diterima oleh jantung pada simpul saraf
yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena kava yang disebut nodus sino
atrial. Rangsangan akan diteruskan ke dinding atrium dan juga ke bagian septum kardis
oleh nodus atrio ventricular atau simpul tawara melalui berkas wenkebach. Selanjutnya
rangsangan akan melalui bundle atrio ventricular (berkas his) dan pada bagian cincin yang
terdapat antara atrium dan ventrikel yang disebut annulus fibrosus, dimana rangsangan
akan terhenti setelah 0,1 detik. Seterusnya rangsangan tersebut akan diteruskan ke bagian
apeks kordis dan melalui berkas purkinye disebarkan ke seluruh dinding ventrikel, dengan
demikian jantung berkontraksi (Syaifuddin, 1997).
Dalam kerjanya, jantung memiliki 3 periode:
a. Periode Konstriksi (Periode sistol)
Suatu keadaan di mana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup
bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup. Valvula semilunaris aorta dan
valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra
mengalir ke arteri pulmonalis dan masuk ke paru-patu bagian kiri dan kanan.
Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian diedarkan ke
seluruh tubuh.
b. Periode Dilatasi (Periode diastol)
Suatu keadaan mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah
dari atrium sinistra masuk ke dalam ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra
akan masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan
kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh
tubuh melalui vena kava masuk ke dalam atrium dekstra.
c. Periode Istirahat
Merupakan waktu antara periode konstriksi dan dilatasi, dimana jantung berhenti
sekitar 0,1 detik. Pada waktu istirahat, jantung akan menguncup sebanyak 70-80
kali/menit. Pada setiap kontraksi jantung akan memindahkan darah ke aorta
sebanyak 60-70 cc (Syaifuddin, 1997).
Langkah selanjutnya yaitu memilih 3 orang praktikan yang mewakili 3 kriteria
yaitu probandus dengan berat paling besar, probandus dengan berat paling kecil, kemudian
probandus dengan jenis kelamin laki - laki kemudian menimbang berat badan tiap
praktikan yang kemudian tiap praktikan itu disebut sebagai probandus. Untuk
membandingkan besarnya tekanan darah, maka pada praktikum ini akan dilakukan 4
macam perlakuan yaitu dengan posisi tubuh terlentang, posisi tubuh berdiri tegak,
pengaruh aktivitas, dan pengaruh suhu dingin.
Pada pengukuran tekanan darah dengan posisi tubuh terlentang, mula-mula tiap
probandus dengan posisi tidur di lantai secara terlentang. Hal ini bertujuan sebagai
pembanding ketika tubuh sedang relaksasi (tidur), pada saat berdiri, pada saat melakukan
aktivitas dimana pada praktikum ini probandus melakukan lari – lari kecil di tempat dan
pada saat suhu tubuh menurun (dicelupkan es). Desakan darah dipengaruhi oleh aktivitas
tubuh. Pada waktu tidur desakan darah dalam keadaan normal. Kemudian diperiksa
tekanan darahnya dengan cara membebat lengan kiri probandus tersebut dengan
menggunakan sphygmomanometer. Sphygmomanometer merupakan alat pengukur
dasakan darah yang terdiri atas manometer air raksa yang dilengkapi dengan semacam
bebat yang berisi udara. Dilakukan pembebatan supaya menjepit pembuluh darah arteri
brachial hingga tidak ada sedikitpun darah yang mengalir ke lengan bagian bawah dan jari
– jari. Pembebatan dilakukan lengan kiri karena lengan kiri lebih dekat dengan jantung
sehingga lebih sensitif terhadap terjadinya pemompaan darah karena jantung terletak di
rongga dada sebelah kiri. Sebelum dibebat, terlebih dahulu dicari posisi darah arteri (arteria
branchialis) yang berdekatan dengan bagian lengan yang akan dibebat, yaitu pada lengan
kiri bagian atas. Digunakan lengan kiri atas karena merupakan letak dari arteri branchialis,
arteri yang terletak pada lengan kiri atas ini merupakan arteri yang paling dekat dengan
aorta letaknya juga hampir sejajar dengan jantung, sehingga akan mempermudah dalam
pendeteksian atau pengukuran denyut nadi. Pada lengan tersebut diletakkan stetoskop
untuk pendeteksian denyut nadi. Kemudian lengan dibebat menggunakan
sphygmomanometer kemudian dipompa atau diisi dengan udara melalui penghembus dari
karet hingga air raksa pada sphygmomanometer mencapai angka 170. Penyampaian angka
hingga 170 ini dikarenakan tekanan darah normal yaitu antara 169,6 sampai 169,9 dan
stetoskop masih diletakkan pada lengan tersebut, tujuannya adalah untuk memperjelas
bunyi denyut nadi pada saat dibebat sampai denyut nadi tidak terdengar lagi. Kemudian
udara yang terdapat dalam kantung pembebat dikeluarkan secara perlahan-lahan supaya
aliran darah yang terhambat tadi akan dapat kembali mengalir menuju ke kapiler,
kemudian mengalir menuju ke venul, menuju ke ke vena dan kembali lagi ke
jantung(menuju ke lengan bagian bawah dan jari – jari). Pada waktu dilakukan
pengempisan, akan terdengar bunyi denyut nadi pertama, denyut tersebut merupakan
sistole. Sistole merupakan suatu keadaan dimana jantung berkontraksi untuk memompa
darah. Denyut tersebut akan terus terdengar sampai bunyi tersebut mulai melemah dan
menghilang, denyut tersebut merupakan diastole. Diastole merupakan keadaan dimana
otot-otot jantung mengalami relaksasi. Kemudian dicatat hasilnya. Hasil tekanan darah
yang diperoleh pada posisi terlentang yaitu untuk Musalammah : 128/50, Daniel :120/80,
Evi :135/60. Rata-rata tekanan darah rendah dikarenakan posisi jantung sama dengan
pembuluh darah yang ada di tubuh sehingga jantung tidak berkontraksi terlalu kuat untuk
mengalirkan darah. Pada saat berbaring maka gaya gravitasi pada peredaran darah lebih
rendah sehingga arah peredaran darah horisontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi
dan tidak terlalu memompa sehingga aliran darah lancar dan tekanan darahpun rendah.
Pada pengukuran tekanan darah dengan posisi tubuh berdiri berdiri tegak, mula-
mula tiap probandus berdiri tegak. Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah sama
seperti perlakuan sebelumnya, dan dilakukan sebanyak tiga kali. Dicatat hasil
pengukurannya sehingga diperoleh hasil yaitu Musalammah : 110/75, Daniel :118/80, Evi :
130/70. Pada posisi tubuh berdiri tegak, seharusnya tekanan darahnya menjadi lebih rendah
karena pada kondisi tersebut posisi aliran darah ke bawah, dan karena adanya pengaruh
gravitasi. Pada posisi berdiri maka tekanan darah lebih tinggi dari posisi tidur, hal ini
dikarenakan pengaruh efek gravitasi terasa besar karena darah akan tertarik ke bawah
menuju bumi sehingga aliran darah menuju jantung akan terhambat dan tekanan darah
akan lebih tinggi akibat kerja jantung yang bekerja lebih keras.
Pada pengukuran tekanan darah dengan aktivitas terlebih dahulu, mula-
mula tiap probandus melakukan latihan atau melakukan aktivitas seperti lari – lari kecil di
dalam laboratorium selama 3 menit. Lari – lari kecil ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh aktivitas terhad kerja jantung dalam memompa darah ke deluruh tubuh.
Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah, sama seperti pada perlakuan yang
sebelumnya dan kemudian dicatat hasilnya. Hasil yang diperoleh yaitu Musalammah :
125/70, Daniel : 125/80, Evi : 135/70. Pada perlakuan ini, tekanan darah menjadi lebih
tinggi karena terjadi peningkatan sangat besar dalam penggunaan oksigen oleh jaringan.
Oleh sebab itu, pembuluh darah akan mengalami fase dilatasi yang memiliki tujuan untuk
mempercepat pengangkutan oksigen menuju ke jaringan. Fase dilatasi juga terjadi pada
vena yang mengalirkan darah dari jaringan menuju ke jantung, sehingga jantung akan
meningkatkan kontriksinya untuk memompa jumlah darah tambahan ini (Guyton, 1997).
Setelah beraktivitas (lari – lari kecil) maka sel-sel otot akan mengalami kekurangan
oksigen sehingga konsumsi akan oksigen pada otot tersebut meningkat yang
mengakibatkan aktivitas jantung untuk memompa darah lebih cepat sehingga tekanan
darah tinggi.
Pada pengukuran tekanan darah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
tekanana darah yaitu mula-mula tiap probandus tangan kirinya memegang es batu selama 2
menit(diperkirakan suhunya adalah 5°C). Kemudian dilakukan perlakuan yang sama
seperti perlakuan yang sebelumnya yaitu pengukuran tekanan darah kemudian dicatat
hasilnya. Hasil yang diperoleh yaitu Musalammah : 120/65, Daniel : 100/50, Evi : 110/70.
Dari data yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa tekanan darah mengalami
penurunan. Pada kondisi ini tekanan darah akan mengalami penurunan karena:
 Aliran darah menjadi menurun.
 Tekanan darah menjadi menurun.
 Denyut jantung juga menjadi menurun
(Hidayati, 2006)
Pada waktu tangan dicelupkan atau direndam dalam air es, pembuluh darah akan
mengalami fase kontraksi yaitu pembuluh darah akan menyempit sehingga aliran darah
akan mengalir lebih lambat. Menurunnya aliran darah tersebut dapat berarti juga
menurunkan volume darah yang dipompa pada tiap siklus, hal ini juga berarti menurunkan
tekanan darah (Guyton, 1997). Saat suhu dingin maka metabolisme dalam tubuh akan
menurun akibat tubuh berusaha mencegah panas tubuh tidak keluar ke lingkungan
(mekanisme homeostasis) sehingga pembuluh darah kapiler kulit menyempit dan aliran
darah menjadi lambat sehingga tekanan darah turun. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi adanya desakan darah antara lain sebagai berikut:
 Berat badan dapat mempengaruhi besarnya tekanan darah.
 Jenis kelamin. Pria memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan darah wanita, karena pria membutuhkan energi yang lebih
banyak dari pada wanita (Pearce, 2002).
 Umur juga dapat mempengaruhi besarnya tekanan darah. Semakin bertambah
umur, maka semakin tinggi pula tekanan darahnya.
 Aktivitas tubuh dan posisi tubuh juga dapat mempengaruhi tekanan darah
(Franklin Stanley S. et al).
Perbedaan tekanan darah berdasarkan jenis kelamin. Tekanan darah pria lebih
tinggi dibandingkan wanita karena pria mempunyai struktur otot yang sedikit berbeda dari
wanita. Hal ini terkait dengan aktivitas yang dilakukan dimana pria melakukan aktivitas
yang lebih berat sehingga desakan darahnya relatif lebih tinggi. Namun pada praktikum ini
ternyata probandus wanita yaitu evi memiliki tekanan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Daniel. Hali ini dapat dikarenakan :
- Kurang tepatnya pendengaran detak sistol atau diastol oleh praktikan
- Psikis, emosi dan kesehatan probandus
- Peralatan Spygmomanometer yang kurang bagus
- Peletakan stetoskop kurang tepat

BAB V
KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu pengukuran tekanan darah
pada manusia dapat dilakukan dengan metode auskultasi (menggunakan
sphygmomanometer) yaitu suatu alat dengan manset udara yang terhubung dengan pompa
udara dan manometer. Dari alat tersebut dapat diketahui tekanan sistole (tekanan darah
yang keluar dari jantung) dan diastole (tekanan darah yang kembali ke jantung). Besar
tekanan darah dipengaruhi oleh umur, berat badan, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh
saat pemeriksaan, serta kegiatan yang dilakukan. Pada kondisi berdiri dan latihan berat
akan memperbesar tekanan darah. Pada kondisi tubuh terlentang dan dalam kondisi suhu
dingin, tekanan darah cenderung rendah, semakin besar berat badan maka semakin tinggi
tekanan darah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim1, 2010. Diakses pada http://www.mentorhealthcare.com/news.php?
nID=217&action=detail pada hari Minggu 28 Maret 2010 pada pukul 18.00

Anonim 2, 2010. diakses pada http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah pada hari


Minggu 28 Maret 2010 pada pukul 18.20

Anonim3, 2010. diakses pada http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi pada


hari Minggu 28 Maret 2010 pada pukul 18.30
Anonim4, 2010. Tekanan darah. http://www.suzuki-thunder.net/pojok-kesehatan-
health-corner-f85/kesehatan-darah-sekitar-tekanan-darah-t3669.htm pada hari
Minggu 28 Maret 2010 pada pukul 18.00
Anonim5. diakses pada
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/56_04_BunyiJantung.pdf/56_04_BunyiJantung.
html pada hari Minggu 28 Maret 2010 pada pukul 18.30
Anonim6, 2010. diakses pada http://mhs.blog.ui.ac.id/rani.setiani/2009/03/ pada hari
Minggu 28 Maret 2010 pada pukul 18.30

Franklin Stanley S, Gustin William, Wong ND, Larson MG, Weber MA, Kamel WB,

Guyton & Hall, Arthur C.,M.D & John E., Ph.D. (1997). Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran edisi 9. Penerbit buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Hidayati, Dewi. 2008. Modul Fisiologi Hewan. FMIPA ITS : Surabaya

Pearce EC. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia : Jakarta

Sanjoyo, 2005, Sistem Radiovaskuler, FMIPA UGM: Yogyakarta

Santoso, T., 2001, Improvement of Endothelial Dysfunction as a Surrogate Endpoint


in the Treatment of Hypertension on The Electronic, Journal of the Indonesian
Medical Association IV(2) May 2001; 1-6.

Anda mungkin juga menyukai