Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI PENGEMBANGAN PERTANIAN MELALUI

KEGIATAN AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PEDESAAN DI


JAWA BARAT
(Dalam Perspektif Sumberdaya Lahan)
Oleh : M. Arifin

PENDAHULUAN

Konsep Pembangunan Pertanian di Indonesia Abad-21


Dengan meningkatnya kesadaran kita tentang pentingnya sektor pertanian
dalam perekonomian nasional dewasa ini sebagai akibat adanya krisis moneter, maka
banyak konsep, gagasan, rumusan, serta opini dari berbagai kalangan baik dari unsur
pemerintah, akademisi, himpunan profesi, koperasi, LSM, maupun perseorangan
dikemukakan sebagai sharing pemikiran dalam upaya mencari alternatif serta
menetapkan landasan atau arah pertanian Indonesia ke depan. Salah satu konsep/ arah
pernah dilontarkan oleh pemerintah melalui menteri pertanian.

Konsep pembangunan pertanian di Indonesia abad-21 yang digariskan


pemerintah, yakni pertanian sebagai pilar penyangga ekonomi nasional. Arah yang
dituju adalah mewujudkan sosok pertanian modern, yang menfokuskan pada berbagai
komodoti unggulan yang dapat bersaing di pasar domestik maupun internasional.

Visinya menurut mentan adalah pertanian modern, tangguh, dan efesien,


sedangkan misinya adalah mewujudkan masyarakat pertanian yang mandiri, maju,
sejahtera, dan berkeadilan. Bentuk pertanian modern yang selayaknya
dikembangkan adalah agroindustri atau agribisnis skala kecil atau menengah
yang berbasis di pedesaan.

Pentingnya Agribisnis
Agribisnis merupakan salah satu sektor perekonomian yang menghasilkan dan
mendistribusikan masukan bagi pengusaha tani, dan memasarkan, memproses, serta
mendistribusikan produk usaha tani kepada pemakai akhir.

Sektor perekonomian dewasa ini makin dipengaruhi oleh sektor pertanian. Kegiatan
pertanian akan secara terus menerus menyerap teknologi baru dalam bentuk mesin

Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung
dan peralatan, pupuk. bibit varietas, dan sebagainya, demikian juga hasil pertanian
untuk sampai ke konsumen akhir diolah terlebih dahulu menjadi berbagai bentuk,
yang tidak mungkin disediakan oleh pengusaha pertanian. Petani harus bekerjasama
dengan pengusaha di bidang masukan pertanian maupun pemasaran hasil pertanian.
Keluaraan hasil produksi usaha tani yang sampai ke konsumen hanya 30 persen yang
diterima petani (sektor produksi) sedangkan 70 persen sisanya oleh sektor keluaran
(pemasaran).

Sektor agribisnis di dalam ruang lingkup ekonomi abad-21 di Indonesia akan


mencakup berbagai usaha komersil, memanfaatkan tenaga kerja, bahan, modal dan
teknologi secara kombinasi dan heterogen. Sistem bahan pangan dan sandang
mempunyai spektrum yang luas, kompleks, dan dinamis karena harus disesuaikan
dengan permintaan pasar.

POTENSI PERTANIAN DI JAWA BARAT

Peluang pengembangan agribisnis pedesaan di Jawa Barat sangat besar.


Lokasi pengembangan agribisnis dapat direncanakan pada 6.689 Desa dan 415
Kelurahan yang tersebar di 529 Kecamatan dari 26 DT II. .

Jawa Barat sebagai salah satu lumbung padi di Indonesia, ternyata memiliki
potensi yang sangat besar juga untuk berkembangnya berbagai komoditas pertanian
(padi, palawija, hortikultura, dan perkebunan) yang mempunyai nilai strategis secara
ekonomi. Dari luas Jawa Barat sekitar 4.393.809 Ha, maka seluas 3.602.341 Ha atau
82 % diperuntukan sebagai Kawasan Budidaya (pertanian, pemukiman, industri, dan
sebagainya). Kawasan Budidaya tersebut sudah dimanfaatkan untuk kegiatan
pertanian sekitar 2.539.763 Ha (58% dari luas Jabar), yang terdiri dari 1.139.428 Ha
lahan sawah, 1.024.998 Ha lahan kering, dan 375.337 Ha perkebunan. Penduduk yang
bekerja di sektor pertanian tersebut pada tahun 1997 mencapai 5.230.998 jiwa
(35.71%). Walaupun demikian, sumbangannya terhadap PDRB Jabar pada tahun
1997 hanya sekitar 12.25% atau masih relatif kecil dibandingkan dengan industri
pengolahan (39,51 %) dan perdagangan/ hotel/restoran (18.49 %).

Potensi dari segi luasan, keragaman komoditas, dan tenaga kerja yang
prospektif tersebut, secara umum tidak diikuti oleh produksi yang memadai.
Produktivitasnya masih rendah. Walaupun kendala atau penyebab produktivitas
rendah tersebut sudah lama diketahui dan ditangani tetapi pemecahannya menjadi
sangat komplek dan lambat karena strateginya kurang tepat atau hanya menjadi
slogan semata.

Sumberdaya Lahan

Berdasatkan topografinya, Jawa Barat mempunyai bentuk wilayah yang sangat


bervariasi, mulai dari datar (umumnya menempati dataran rendah dengan ketinggian 0
– 100 m dpl, di wilayah bagian utara), berbukit-bukit dengan sedikit pantai
(menempati wilayah bagian selatan dengan ketinggian 100 – 500 m dpl), dan
pegunungan (menempati dataran tinggi dengan ketinggian > 1500 m dpl, di wilayah
bagian tengah). Secara Fisiografinya, Van Bemmelen menguraikan bahwa Jawa
Barat terbagi kedalam 4 Zona Fisiografi, yaitu :

a). Zona Jakarta, yaitu kira-kira 40 Km lebarnya sepanjang laut jawa mulai dari
Serang sampai Cirebon, terdiri atas alluvial karter gunung api asli.

b.) Zona Bogor, terbentang dari zona Jakarta sampai Selatan, terdiri dari tanah
berbukit yang berlokasi di Rangkasbitung, Bogor, Purwakarta, Subang dan
Sumedang.

c). Zona Bandung, terdiri dari Gunung Api Kuarter dan deposit Alluvial dalam
bentuk danau di sekitar Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan Cianjur. Terbentang dari
Kabupaten Pandeglang sampai Jawa Tengah. Di zona ini masih terdapat enam
gunung api yang masih aktif.

d). Zona Pegunungan Selatan, terbentang dari Pelabuhan Ratu sampai


Nusakambangan berbatas Samudra Indonesia. Terjadi pada masa tersier, yang
sebagian besar merupakan batukapur (limestone).

Adapun bila melihat sumberdaya tanahnya, maka juga cukup bervariasi, yaitu
meliputi tanah-tanah Aluvial, Andosol, Organosol, Glei, Grumusol, Latosol, Litosol,
Podsolik, dan lain sebagainya, dimana tanah-tanah ini satu sama lainnya berbeda
tingkat kesuburannya (mulai dari sangat rendah sampai sangat tinggi), dan luas
penyebarannya masing-masing. Secara garis besar, tanah-tanah yang tergolong subur
banyak menempati di wilayah bagian tengah dan utara, atau dalam zona fisiografi
termasuk Zona Jakarta, Bogor, dan Bandung, sedangkan tanah-tanah yang
tidak/kurang subur lebih banyak terdapat di wilayah bagian Barat dan Zona
Pegunungan Selatan. Dari sekian jenis tanah yang ada, Jenis Latosol adalah jenis
tanah yang penyebarannya paling luas, menyebar mulai dari bagian Tengah-Utara
sampai ke Selatan Jawa Barat, yaitu menempati wilayah seluas kurang lebih 50 persen
dari luas Jawa Barat.

Tanah-tanah yang banyak menjadi lahan budidaya tanaman pertanian adalah


Latosol, Andosol, Alluvial, dan Podsolik.

ROSPEK AGRIBISNIS DI JABAR

KEKUATAN
1. Daya Juang petani tetap tinggi. sebagai buktinya petani tetap bertani dalam kondisi
apapun
2. Keterampilan berusahatani telah memadai. Keterampilan berusahatani sebagai faktor
yang mendorong peningkatan keterampilan subsistem lainnya dalam agrobisnis,
khususnya agroindustri dan pemasaran.
3. Kerjasama antar petani telah tumbuh. Kerjasama setidaknya akan dapat meningkatkan
skala usaha dalam suatu kelompok.

KELEMAHAN
1. Ekonomi global. Kesiapan dalam menghadapi persaingan bebas didunia, khususnya
dalam hal penyediaan produk pertanian berkualitas dan berkesinambungan.
2. Perbankan belum mengantisipasi agribisnis sebagai peluang usaha yang feasibel dan
menguntungkan. Hal ini berkaitan juga kelembagaan keuangan terpusat di kota,
sedangkan di pedesaan relatif terbatas.
3. Pola agroindustri belum masuk ke pedesaan. Dewasa ini masih terpusat di sekitar kota.
4. Tidak semua wilayah tanah air memiliki transportasi yang memadai, sehubungan dengan
negara indonesia adalah negara kepulauan. Hal ini berdampak pada penyediaan sarana
produksi dan pemasaran hasil mengalami gangguan.

PELUANG
1. Momentum pembangunan pertanian termasuk agribisnis muncul kembali setelah industri
terpuruk dalam kondisi perekonomian Indonesia.
2. Jumlah penduduk Indonesia sangat besar lebih dari 200 juta orang. Hal ini sebagai
peluang pasar dalam negeri atau tidak selalu mengandalkan ekspor.
3. Dalam kondisi normal, pola konsumsi masyarakat Indonesia sudah lebih menghargai
komoditas yang mempunyai kualitas tinggi.
4. Di Indonesia cukup keragaman komoditas lokal. Dengan peningkatan kualitas dan
kontinyuitas banyak komoditas yang diminati orang luar negeri atau peluang ekspor.
5. Kebijaksanaan saat ini lebih memberikan peluang permodalan perbankan dengan interest
rate yang cukup rendah. Hal ini sebagai peluang permodalan dalam agribisnis.

KENDALA
1. Kewirausahaan masih perlu ditingkatkan, agar dapat meraih peluang agribisnis.
2. Penyediaan produk masih berskala kecil, karena luas usahanya terbatas. Dengan
berkelompok dalam satuan wilayah yang cukup luas dapat memperbesar skala, termasuk
pemilihan komoditas yang dihasilkan.
3. Secara umum usaha tani belum efisien. Agar lebih efisien dapat dimanfaatkan teknologi-
teknologi sehingga harga per satuan lebih kompetitif.
4. Tenaga kerja dalam bidang pertanian realtif terbatas. Tenaga kerja muda kurang tertarik
bekerja di sektor pertanian. Harapannya tenaga kerja yang ada sebagai akibat PHK
berkemauan bekerja di sektor pertanian meskipun terpaksa.

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI JABAR

Agribisnis dapat dibagi menjadi tiga sektor yang saling tergantung secara ekonomis,
yaitu sektor masukan (input), produksi (farm), dan sektor keluaran (output).

Sektor masukan dan sektor keluaran identik dengan agroindustri berskala besar, yang
merupakan sektor yang tidak berakar di pedesaan. Kedua sektor ini umumnya padat
teknologi, padat modal, tetapi minim tenaga kerja, yang umumnya berkembang di
kawasan industri atau perkotaan. Sektor agribisnis yang berakar di pedesaan adalah
sektor produksi (bioprodiksi) usaha tani dan dapat dikembangkan pula sektor
masukan atau keluaran (agroindustri) skala kecil dan menengah.

Sektor produksi usaha tani adalah sektor pusat dalam agribisnis. Sektor produksi
usaha tani di pedesaan di Jabar sebagai sasaran pengembangan agribisnis, umumnya
akan berdampak pada perekonomian di Indonesia. Apabila ukuran, tingkat masukan,
tingkat keluaran, dan efisiensi sektor ini berubah, maka sektor lainnya akan berubah.
Agribisnis artinya pertanian yang dikelola secara bisnis atau profesional. Karena
pegelolaannya bersifat bisnis maka di dalamnya akan terlibat hal-hal yang
berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan
pengkoordinasian. Organisasi pengelolaanya dapat berupa perseorangan, kemitraaan
(partnership), perseroan (badan hukum), dan koperasi.

Tujuan utama pertanian dikelola secara bisnis adalah meningkatnya pendapatan


pengusaha tani, sedangkan tujuan lainnya adalah terpenuhinya permintaan pasar,
terserapnya masukan teknolgi, tertampungnya tenaga kerja/pengangguran,
terlestarikannya sumberdaya lahan, dan sebagainya.
Pengelola agribisnis harus memahami bahwa bisnis pertanian mengadung resiko yang
kadang-kadang sulit diperkirakan. Pengelolaan agribisnis adalah unik, karena bisnis
pertanian sangat dipengaruhi musim (sumberdaya lahan), produknya mudah rusak,
dan merupakan bagian dari masyarakat setempat dimana hubungan jangka panjang
antar perseorangan bersifat menentukan sekali. ..

Pak Suyono (Pendahuluan)


HISTORIS BERTANI
Tempo dulu, manusia memperoleh bahan makanan melalui :
 memungut apa saja yang ada di hutan yang terjangkau tangan seperti buah-
buahan, daun-daunan, ubi-ubian.
 berburu hewan di hutan seperti banteng, rusa, babi, dll tanpa menggunakan
peralatan.

Tahap selanjutnya setelah manusia dapat membuat alat sangat sederhana, perolehan
makanan, khususnya berburu hewan dengan ikan di sungai dengan alat sangat
sederhana.
Pada perkembangan peradaban manusia, memperoleh padi melalui berladang
berpindah-pindah. Makanan yang lain tetap seperti di atas tetapi dengan peralatannya
lebih sempurna.
Perkembangan terakhir manusia mulai tinggal menetap, dan berusaha tanipun
menetap. Mulai bertani menetap, memelihara ternak/ikan. Teknologi yang
digunakan mulai dari sederhana sampai sekarang teknologinya selalu berkembang
terus.

SISTEM PERTANIAN
Sistem pertanian terdiri dari empat subsistem, yaitu

1) Subsistem Petani
Subsistem petani adalah petani dan nelayan. Petani adalah orang yang
melakukan usahatani tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, sedangkan
nelayan adalah orang yang melakukan penangkapan ikan di laut.
Dalam sistem pertanian subsistem petani sebagai subsistem pertama dan
utama. Petani/nelayan sebagai subyek atau pelaku utama dalam pembangunan
pertanian
.
2) Subsistem Kelembagaan Sosial
Subsistem kelembagaan sosial khususnya adalah di pedesaan Kelembagaan
sosial yang ada sampai saat ini adalah Lembaga Musyawarah Desa (LMD) dan
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) LMD dapat diidentikkan dengan
DPR-nya tingkat desa, sedangkan LKMD indentik dengan Bappeda sekaligus sebagai
pengawasnya tingkat desa
.
3) Subsistem Kelembagaan Ekonomi
Subsistem Kelembagaan Ekonomi di pedesaan adalah koperasi. Saat ini
koperasi di pedesaan adalah Koperasi Unit Desa (KUD) yang berkedudukan di
kecamatan.
Pada tahap awal KUD diperuntukkan bagi aktivitas pertanian. Tugas pokok
KUD adalah :
a. Penyediaan sarana produksi pertanian
b. Penyediaan biaya usahatani (kredit)
c. Melakukan pemasaran hasil pertanian
Tugas pokok yang ketiga secara umum belum dapat dilakukan kecuali dalam hal
komoditi pertanian yang telah diatur seperti susu.
4) Subsistem Aparatur

Subsistem aparatur adalah pendukung keberhasilan pembangungan, terdiri dari


:a. Penentu kebijakan
Tugasnya adalah menetapkan kebijakan yang kondusif bagi usaha pertanian
b. Penelitian
Tuganya adalah melakukan penelitian mutahir di bidang pertanian
c. Pendidikan dan latihan
Tugasnya mengembangkan SDM masyarakat petani atau aparatur
d. Pembinaan
Tugasnya adalah membina kerjasama antar petani, antar kelembagaan petani, dan
penyebaran teknologi

PENGEMBANGAN USAHA POKOK PERTANIAN


A. Diversifikasi (Horisontal dan vertikal)
B. Intenfikasi
c. Ekstensifikasi
d. Rehabilitasi

PROSPEK AGRIBISNIS
KEKUATAN
1. Daya Juang petani tetap tinggi. sebagai buktinya petani tetap bertani dalam kondisi
apapun
2. Keterampilan berusahatani telah memadai. Keterampilan berusahatani sebagai faktor
yang mendorong peningkatan keterampilan subsistem lainnya dalam agrobisnis,
khususnya agroindustri dan pemasaran.
3. Kerjasama antar petani telah tumbuh. Kerjasama setidaknya akan dapat meningkatkan
skala usaha dalam suatu kelompok.

Kelemahan
1. Ekonomi global. Kesiapan dalam menghadapi persaingan bebas didunia, khususnya
dalam hal penyediaan produk pertanian berkualitas dan berkesinambungan.
2. Perbankan belum mengantisipasi agribisnis sebagai peluang usaha yang feasibel dan
menguntungkan. Hal ini berkaitan juga kelembagaan keuangan terpusat di kota,
sedangkan di pedesaan relatif terbatas.
3. Pola agroindustri belum masuk ke pedesaan. Dewasa ini masih terpusat di sekitar kota.
4. Tidak semua wilayah tanah air memiliki transportasi yang memadai, sehubungan dengan
negara indonesia adalah negara kepulauan. Hal ini berdampak pada penyediaan sarana
produksi dan pemasaran hasil mengalami gangguan.

Peluang
6. Momentum pembangunan pertanian termasuk agribisnis muncul kembali setelah industri
terpuruk dalam kondisi perekonomian Indonesia.
7. Jumlah penduduk Indonesia sangat besar lebih dari 200 juta orang. Hal ini sebagai
peluang pasar dalam negeri atau tidak selalu mengandalkan ekspor.
8. Dalam kondisi normal, pola konsumsi masyarakat Indonesia sudah lebih menghargai
komoditas yang mempunyai kualitas tinggi.
9. Di Indonesia cukup keragaman komoditas lokal. Dengan peningkatan kualitas dan
kontinyuitas banyak komoditas yang diminati orang luar negeri atau peluang ekspor.
10. Kebijaksanaan saat ini lebih memberikan peluang permodalan perbankan dengan interest
rate yang cukup rendah. Hal ini sebagai peluang permodalan dalam agribisnis.

KENDALA
5. Kewirausahaan masih perlu ditingkatkan, agar dapat meraih peluang agribisnis.
6. Penyediaan produk masih berskala kecil, karena luas usahanya terbatas. Dengan
berkelompok dalam satuan wilayah yang cukup luas dapat memperbesar skala, termasuk
pemilihan komoditas yang dihasilkan.
7. Secara umum usaha tani belum efisien. Agar lebih efisien dapat dimanfaatkan teknologi-
teknologi sehingga harga per satuan lebih kompetitif.
8. Tenaga kerja dalam bidang pertanian realtif terbatas. Tenaga kerja muda kurang tertarik
bekerja di sektor pertanian. Harapannya tenaga kerja yang ada sebagai akibat PHK
berkemauan bekerja di sektor pertanian meskipun terpaksa.

Anda mungkin juga menyukai