DESKRIPSI MASALAH
Penebangan hutan secara liar menjadi permasalahan lingkungan yang berdampak pada
ekosistem. Dampak tersebut bisa terjadi pada hari ini atau masa depan, baik ke manusia
maupun ke flora dan fauna. Kejadian seperti ini semestinya tidak terjadi, karena sifatnya
ilegal dan melanggar hukum. Hal itu tertuang dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan dapat menjadi payung hukum
untuk menjerat pelaku. Pada kenyataannya, berita penebangan hutan secara liar tetap
bermunculan. Penebangan hutan secara liar dapat menyebabkan kerusakan pada aspek
kehidupan makhluk hidup.Menurut Pusat Krisis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
dampak pembalakan liar terjadi di berbagai ranah kehidupan. Nyatanya, penebangan hutan
secara liar akan merugikan pendapatan negara secara tidak langsung. Tanpa adanya izin yang
jelas, pelaku pembalakan liar menyebabkan negara kehilangan potensi devisa sebesar Rp 30
triliun per tahun. Penebangan hutan juga merusak resapan air hujan. Rusaknya resapan air
hujan dapat membahayakan, karena menyebabkan longsor dan banjir. Banjir ini juga
disebabkan rusaknya hutan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan,
bahwa penurunan luas hutan alam di Kalimantan Selatan telah mencapai 62,8% selama 30
tahun terakhir atau sejak 1990. Dampak lainnya dari penebangan hutan secara liar
mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Pembalakan liar dilakukan tanpa melihat
jenis pohon yang ditebang. Hal itu membuat berbagai jenis populasi di hutan menjadi
berkurang. Posisi Indonesia sendiri merupakan salah satu yang paling terancam karena
pembalakan liar. Keberadaan fauna termasuk dalam keragaman hayati yang terancam karena
penebangan hutan. Menurut perkiraan, ada 80-90% dari spesies satwa liar yang tinggal di
dalam hutan tropis yang persentasenya hanya 6% dari permukaan bumi. Ancaman terhadap
habitat satwa sama saja mengancam satwa itu sendiri. Dampaknya adalah sekitar 100 spesies
satwa populasinya menurun. Habitat kelelawar ini aslinya jauh dari lokasi kehidupan
manusia. Ketika interaksi antara manusia dan hewan ini jarang terjadi, peluang terjadinya
lompatan penyakit hewan ke manusia atau zoonosis sebenarnya kecil. Namun, penebangan
hutan secara liar menyebabkan pembangunan pemukiman penduduk di lokasi bekas hutan
semakin masif. Inilah yang menyebabkan interaksi manusia dan kelelawar hutan menjadi
dekat, sehingga terjadilah zoonosis yang berkembang menjadi virus SARS-Cov2. Sebagai
manusia, kita dapat mengubah jalannya sejarah dengan kembali merawat hutan. Penghijauan
kembali dan pencegahan pembalakan liar dapat menjadi solusi yang dipilih.
(Sumber : Kompas )
IDENTIFIKASI MASALAH, AKIBAT, DAN PENYEBAB
Bagian 1
Mengidentifikasi Masalah,
sebab dan akibat.
Akibat dari penebangan hutan liar ini cukup banyak dan cukup memberikan dampak terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungannya, yaitu terancamnya fauna dan flora, merugikan
negara dengan mengurangi pendapatan negara, menyebabkan longsor serta banjir, dan
munculnya virus SARS-Cov2. Dimulai dari terancamnya fauna dan flora, hal ini dapat
terjadi karena jika hutan ditebang secara liar, akibatnya hewan akan kehilangan tempat tingga
lnya dan dikhawatirkan keanekaragaman hayati di hutan tersebut akan punah. Sehingga
hingga kini 100 spesies satwa mengalami penurunan. Lalu ruginya pendapatan negara,hal ini
terjadi karena negara kehilangan potensi devisa sebesar Rp 30 triliun per tahun. Lalu longsor
dan banjir, penebangan hutan secara liar dapat menyebabkan longsor dan banjir karena didala
m tanah sudah tidak ada lagi akar yang dapat menampung kadar air yang banyak, sehingga.sa
at kapasitas air melampui batas dapat menyebabkan longsor dan banjir. Lalu munculnya virus
SARS-Cov2, virus ini muncul karena interaksi antara manusia dengan kelelawar semakin
dekat, hal ini terjadi disebabkan adanya pembangunan pemukiman penduduk di lokasi bekas
hutan semakin masif.
Penyebab terjadinya penebangan liar yaitu kurangnya penegakkan hukum yang dilakukan
untuk memberantasi kasus ini. Meskipun sudah ada peraturan hukum yang termuat dalam U
ndang-undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hu
tan, hal ini masih dirasa kurang dalam mengatasi penebangan hutan secara liar. Pelaku
penebangan hutan merasa bahwa perraturan ini tidak memberikan rasa ketakutan terhadap
mereka agar mereka takut untuk melakukannya. Alhasil, mereka tetap melakuakn
penebangan liar tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi.
RENCANA PENGENTASAN MASALAH
Bagian 2
Merumuskan Tujuan & Strategi
Akar
MEANS
Hasil akhir dari pengentasan masalah ini yaitu agar akibat yang ditimbulkan oleh penebangan
pohon secara liar tidak terjadi lagi dan hutan mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
Yaitu tidak ada satwa dan flora yang populasinya berkurang, tidak memicu terjadinya tanah
longsor dan banjir, pendapatan negara tidak merugi, dan tidak memunculkan virus baru dari
hewa. Hal ini dirasa perlu dihindarkan agar kita sebagai manusia dan makhluk lain dapat
hidup dengan nyaman dan aman. Tidak hanya itu, dengan tidak adanya masalah itu, maka
hutan akan menjalankan fungsinya dengan baik dan memberikan manfaat yang baik, seperti
menyediakan udara yang bersih, menyerap karbon dioksida yang ada di udara, mendinginkan
bumi, mampu menyediakan hujan, menyediakan air minum, dan menyediakan makanan.
Cara untuk menumpas permasalahan ini yaitu dengan cara penegasan kembali Undang-
undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberatasan Perusakan Hutan,
yaitu dengan cara menambah personil polisi hutan ( POLHUT ). Polisi hutan bukan
merupakan bagian dari Kepolisian Negara Republik Indonesia. Polisi Kehutanan adalah
pejabat tertentu dalam lingkup instansi kehutanan pusat dan daerah yang sesuai dengan sifat
pekerjaannya menyelenggarakan dan melaksanakan usaha pelindungan hutan yang oleh
kuasa undang-undang diberikan wewenang kepolisian khusus di bidang kehutanan dan
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Sesuai dengan namanya, polisi ini
mempunyai tugas pokok yaitu menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, memantau, dan
mengevaluasi serta melaporkan kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan serta
pengawasan peredaran hasil hutan.