Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMIA PADA AN.

X
DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG X RSUD X

PROPOSAL
KTI

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan


Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa

Oleh:

ROHMAH DINI NUR KUSUMA


NIM. 190102047

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM


DIPLOMA TIGA FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak adalah seseorang yang usianya kurang dari 18 tahun dalam

masa tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik,

psikologis, sosial dan spiritual. Anak selalu tumbuh dan berkembang dari

mulai kelahirannya hingga berakhirnya masa remaja. Anak di bawah 5

tahun rentan terhadap berbagai penyakit karena sistem kekebalan tubuh

mereka yang belum terbangun sempurna (Yuliastati & Arnis, 2016).

Anak lebih rentan terkena infeksi yang sering menyebabkan demam

tinggi. Demam memang bukan merupakan suatu penyakit melainkan

gejala. Hampir semua orang pernah mengalami demam, ada yang hanya

demam ringan dan ada yang sampai demamnya tinggi. Demam sering

terjadi pada usia balita, ketika kenaikan suhu tubuh tersebut mencapai

skala angka yang paling tinggi, akan menimbulkan kejang pada anak atau

disebut kejang demam (Yuliastati & Arnis, 2016).

Angka kejadian kejang demam di dunia diperkirakan antara 2% dan

5% dari anak-anak antara 6 bulan dan 5 tahun di Amerika Serikat dan

Barat. Eropa dengan kejadian puncak antara 12 dan 18 bulan, meskipun

kejang demam terlihat pada semua kelompok etnis, itu lebih sering terlihat

pada populasi Asia seperti India sekitar 5-10%. Di Jepang, angka kejadian
kejang demam pada anak dilaporkan sekitar 6-9%. Insiden ini setinggi

14% di Guamese (Leung et al, 2018).

Angka kejadian kejang demam terbaru secara nasional di Indonesia

belum ditemukan, namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun

2013 dilaporkan angka kejadian kejang demam di Indonesia 3-4% dari

anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun (Badan Pusat Statistik, 2013).

Dilaporkan 5 (6,5%) diantara 83 pasien kejang demam menjadi epilepsy,

penanganan kejang demam harus tepat, sekitar 16% anak akan mengalami

kekambuhan (rekurensi) dalam 24 jam pertama walaupun ada kalanya

belum bisa dipastikan, bila anak mengalami demam yang terpenting

adalah usaha menurunkan suhu badannya (Depkes RI, 2017). Angka

kejadian kejang demam di Jawa Tengah berkisar 2-3% dari anak yang

berusia 6 bulan sampai 5 tahun (Depkes Jateng, 2013).

Kejang yang berkepanjangan dan berulang-ulang dapat menyebabkan

gangguan yang serius pada otak anak hingga anak mengalami kecacatan

mental. Selain itu, anak akan mengalami cerebral palsy (lumpuh otak),

terjadi kelumpuhan, epilepsy, retardas mental hingga mengakibatkan

development delay (lambat pertumbuhan) seperti motoric delay (lambat

motorik atau gerak), speechdelay (lamban bicara), dan cognitive delay

(lamban kognitif). Keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa

mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan bisa menyebabkan

kematian, oleh karena itu setiap serangan kejang harus mendapatkan

penanganan yang cepat dan tepat (Windawati & Alfiyanti, 2020).


Seorang anak yang pernah mengalami kejang demam untuk pertama

kalinya, mempunyai peluang 30-35% untuk mengalami kejang demam

berikutnya, tidak ada patokan suhu demam yang sama. Peningkatan faktor

predisposisi genetik juga akan meningkatkan risiko berulangnya kejang

demam (Hariadi & Arifianto, 2017).

Risiko berulangnya kejang demam sekitar 60% setelah kejang demam

pertama, 75% diantaranya terjadi dalam waktu satu tahun pertama. Akan

tetapi, masih cukup banyak orang tua yang tidak peka dengan tanda

kejang yaitu suhu badan mencapai 39°C, warna kulit berubah pucat

bahkan kebiruan dan bola mata naik ke atas dengan disertai kekakuan dan

kelemahan serta gerakan sentakan terulang dan risiko berulangnya

kejadian kejang demam. Kejadian berulangnya kejang demam pada balita

berhubungan dengan riwayat keluarga dengan kejang demam, usia saat

kejang demam pertama, suhu tubuh demam pertama dan terdapat kejang

demam kompleks (Syarifatunnisa, 2021).

Salah satu masalah keperawatan pada pasien kejang demam yang

perlu penanganan khusus yaitu hipertermia. Hipertermia adalah suhu

tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh (PPNI, 2017). Penyebab

dari hipertermia yaitu dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses

penyakit, ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan

laju metabolisme, respon trauma, aktivitas berlebihan, dan penggunaan

inkubator (PPNI, 2017).


Peran perawat dalam mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan

dengan tindakan farmakologi, non-farmakologi, maupun kombinasi

keduanya (Wardiyah et al., 2016). Tindakan farmakologi dilakukan

dengan pemberian obat antipiretik seperti paracetamol, salisilat atau Anti-

Inflamasi NonSteroid (AINS) untuk menangani demamnya dan obat

diazepam untuk menangani kejangnya (Pratiwi et al., 2016; Tanaka et al.,

2020). Italian Pediatric Society Guidelines menjelaskan bahwa water

tepid sponge merupakan salah satu dari beberapa metode yang dapat

digunakan dalam mengatasi demam (Iqomah et al., 2019). Water tepid

sponge merupakan suatu tindakan kompres hangat dengan teknik seka

diberikan kepada pasien yang mengalami demam tinggi untuk

menurunkan atau mengurangi suhu tubuh (Bangun & Ainun, 2017).

Tindakan ini dapat dilakukan oleh semua orang, peralatannya yang murah

dan caranya juga mudah dan praktis (Kurniawan, 2016). Tindakan ini

dilakukan dengan menyeka bagian tubuh terutama di lipatan-lipatan tubuh

(Yunianti et al., 2019). Tindakan ini dapat dilakukan selama 15 menit

sebanyak 3 kali kompres dalam rentang waktu 30 menit perhari sampai

suhu tubuhnya menurun (Labir et al., 2017).

Penelitian yang dilakukan Pratiwi et al., (2018) menyatakan bahwa

efektifitas water tepid sponge terhadap penurunan demam pada pasien

yang mengalami kejadian kejang demam di ruangan ICU RSUD

Arjawinangun kabupaten Cirebon dengan 30 responden menunjukan hasil

bahwa rata-rata suhu tubuh sebelum dilakukan intervensi adalah 38,87°C


dan setelah 10 menit dilakukan intervensi adalah 38,07°C dan 30 menit

setelah dilakukan intervensi adalah 37,11°C. Hasil uji test dependent

didapatkan nilai value = 0,000 (alpha = 0,05) maka terdapat efektifitas

water tepid sponge dalam menurunkan demam pada pasien yang

mengalami kejang demam ( Pratiwi et al.,2018).

Sesuai latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membuat

Karya Tulis Ilmiah, dengan judul Asuhan Keperawatan Hipertermia pada

An. X dengan Kejang Demam di Ruang X RSUD X.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan hipertermia pada An. X

dengan kejang demam di Ruang X RSUD X ?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mampu menggambarkan asuhan keperawatan hipertermia pada

An. X dengan kejang demam di Ruang X RSUD X.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan hipertermia pada

An. X dengan kejang demam di Ruang X RSUD X.

b. Menggambarkan diagnosis keperawatan hipertermia pada An. X

dengan kejang demam di Ruang X RSUD X.


c. Menggambarkan intervensi keperawatan hipertermia pada An. X

RSUD X.

d. Menggambarkan implementasi keperawatan hipertermia pada An.

X di Ruang X RSUD X.

e. Menggambarkan evaluasi keperawatan hipertermia pada An. X di

Ruang X RSUD X.

f. Menggambarkan dokumentasi asuhan keperawatan hipertermia

pada An. X di Ruang X RSUD X.

g. Menganalisis teori yang dikemukakan dengan mengaplikasikan

pemberian tindakan asuhan keperawatan hipertermia pada An. X di

Ruang X RSUD X.

D. MANFAAT

1. Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan

hipertermia pada An. X dengan kejang demam di Ruang X RSUD X.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Hasil studi kasus ini dapat memberikan manfaat bagi

responden untuk mendapatkan pengetahuan tentang water tepid

sponge.

b. Bagi perkembangan ilmu keperawatan


Institusi Kesehatan dapat menambah keluasan ilmu bidang

keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak

dengan hipertermia pada kejang demam.

c. Bagi penulis

Hasil studi kasus ini diharapkan menambah pengetahuan

tentang masalah keperawatan pada anak dengan kejang demam

yang mengalami hipertermia.

Anda mungkin juga menyukai