TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ekstrimitas atas
B. Etiologi
intrasel, aerob, tidak dapat dibiakkan secara in vitro, berbentuk basil Gram positif
dengan ukuran 3 – 8 μm x 0,5 μm, bersifat tahan asam dan alkohol2 . Kuman ini
memunyai afinitas terhadap makrofag dan sel Schwann, replikasi yang lambat di sel
tidak dapat dikultur secara in vitro, menginfeksi kulit dan sistem saraf kutan. Tumbuh
dengan baik pada jaringan yang lebih dingin (kulit, sistem saraf perifer, hidung,
3
cuping telinga, anterior chamber of eye, saluran napas atas, kaki, dan testis), dan tidak
mengenai area yang hangat (aksila, inguinal, kepala, garis tengah punggung.6
C. Epidemiologi
Kusta termasuk dalam salah satu penyakit menular yang angka kejadiannya
masih tinggi, misalnya di India, Brazil, dan Indonesia. Pada tahun 2004-2014
Indonesia menempati peringkat ketiga dalam jumlah kasus kusta di dunia setelah
India dan Brazil.2 Penyakit kusta merupakan masalah nasional kesehatan masyarakat,
dimana beberapa daerah di Indonesia, prevalens rate-nya masih tinggi. Data dari
prevalensi penyakit kusta berkisar antara 0,79 hingga 0,96 per 10.000 penduduk.3
Pada tahun 2010, tercatat 17.012 kasus baru kusta di Indonesia dengan angka
prevalensi 7,22 per 100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2011, tercatat 19.371
kasus baru kusta di Indonesia dengan angka prevalensi 8,03 per 100.000 penduduk.
Kusta lebih banyak didapatkan pada laki-laki daripada wanita, dengan perbandingan
2:1, dengan insidensi usia puncak 10-20 tahun dan 30-50 tahun, jarang terjadi pada
bayi. 4 Faktor predisposisinya adalah penduduk pada area yang endemik, memiliki
D. Klasifikasi
penyakit lepra yang terdiri atas berbagai tipe, yaitu: TT: tuberkuloid polar, bentuk
yang stabil Ti: tuberkuloid indefinite bentuk yang labil BT: borderline tuberculoid
4
bentuk yang labil BB: mid borderline bentuk yang labil BL: borderline lepromatous
bentuk yang labil Li: lepromatosa indefinite bentuk yang labil, dan LL: lepromatosa
TT adalah tipe tuberkuloid polar, yakni tuberkuloid 100%, tipe yang stabil.
Jadi tidak mungkin berubah tipe. Begitu juga LL adalah tipe lepromatosa polar, yakni
lepromatosa 100%. Sedangkan tipe antara Ti dan Li disebut tipe borderline atau
ini adalah tipe yang labil, berarti dapat beralih tipe, baik ke arah TT maupun LL.8
biposi (IB), ditemukan bakteri lebih dari +2, yaitu tipe LL, BL, dan BB pada
5
E. Patogenesis
anggapan klasik yaitu melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat.
Anggapan kedua adalah secara inhalasi, sebab M. Leprae dapat hidup beberapa hari
didalam droplet. Masa tunasnya sangat bervariasi, antara 40 hari sampai 40 tahun,
sebab penderita yang mengandung kuman lebih banyak belum tentu memberikan
gejala yang lebih berat, bahkan dapat sebaliknya. Ketidakseimbangan derajat infeksi
dan derajat penyakit, tidak lain disebabkan karena respon imun yang berbeda, yang
sendiri atau progresif. Oleh karena itu, kusta dapat disebut sebagai penyakit
imunologik.7
bakeri, adanya komplikasi reaksi lepra, dan kerusakan saraf. Afinitas pada sel
ditemukan di saraf perifer di lamina basal. Replikasi di dalam sel ini menyebabkan
Pada kusta tipe LL, terjadi kelumpuhan sistem imunitas selular, dengan
bermultiplikasi dengan bebas dan merusak jaringan. Pada kusta tipe TT terjadi
6
sebaliknya, kemampuan imunitas selular tinggi, sehingga makrofag mampu
menjadi sel epiteloid dan kadang bersatu membentuk sel datia Langhans. Massa
mungkin mengalami reactional state, yang dapat terjadi pada sekitar >50% pasien
tuberculoid (BT). Berdasarkan dari yang paling tinggi resistensinya hingga ke yang
yang berhubungan dengan status klinis. Reaksi lepra tipe 1 (downgrading and
reversal reactions), atau reaksi non-nodular terjadi pada tipe borderline ( Li, BL, BB,
BT, B ), inflamasi terjadi diantara lesi kulit yang sudah ada. Gejala klinis reaksi
reversal ialah umumnya sebagian atau seluruh lesi yang telah ada bertambah aktif dan
atau timbul lesi baru dalam waktu yang relatif singkat. Gejala neuritis akut paling
Leprosum, ENL) terjadi pada sebagian individu dengan LL, biasanya timbul setelah
pemberian terapi antilepra. Gejala klinis berupa nodus eritema, dan nyeri dengan
tempat predileksi di lengan dan tungkai. Bila mengenai organ lain dapat
7
menimbulkan gejala seperti idiosiklitis, neuritis akut, limfadenitis, artritis, orkitis, dan
nefritis akut dengan proteinuria. Dapat disertai gejala konstitusi dari riingan sampai
Terdapat juga raksi kusta yang sangat berat yang terjadi pada kusta tipe
merupakan rekasi yang terjadi pada individu dengan LL yang meluas. Gambaran
klinis dapat berupa plak atau infiltrat difus, berwarna merah muda, berbentuk tidak
teratur dan nyeri. Lesi terutama di ekstremitas, kemudian meluas ke seluruh tubuh.
Lesi yang berat tampak lebih eritematosa, disertai purpura, dan bula kemudian
dengan cepat terjadi nekrosis serta ulserasi yang nyeri. Lesi lambat menyembuh dan
8
9
F. Diagnosis
maupun perbedaan tipe. Oleh karena itu, diagnosa klinis harus didasarkan hasil
pemeriksaan kelainan klinis seluruh tubuh orang tersebut. Bentuk diagnosis klinis
alat sederhana seperti jarum, kapas, tabung reaksi berisi air panas dan dingin, dan lain
sebagainya.7
- Diagnosis Klinis9
3. Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan kulit (slit skin
smear)
- Pemeriksaan Fisik9
10
Tanda Patognomonis
kulit mengkilat atau kering bersisik. Kulit tidak berkeringat dan berambut.
Terdapat baal pada lesi kulit, hilang sensasi nyeri dan suhu, vitiligo. Pada
Penebalan nervus perifer, nyeri tekan dan atau spontan pada saraf,
anggota gerak dan atau wajah, adanya deformitas, ulkus yang sulit
sembuh.
11
- Pemeriksaan Penunjang7,9
kulit yang diharapkan paling padat oleh basil setelah terlebih dahulu
cuping telinga bagian bawah dan 2 -4 lesi lain yang paling aktif berarti
tanpa menghiraukan ada atau tidaknya lesi di tempat tersebut karena pada
12
13
G. Diagnosis Banding9
Bercak eritema :
1. Psoriasis
2. Tinea circinata
3. Dermatitis seboroik
Bercak putih :
1. Vitiligo
2. Pitiriasis versikolor
3. Pitiriasis alba
Nodul :
1. Neurofibromatosis
2. Sarkoma Kaposi
3. Veruka vulgaris
Komplikasi :
1. Arthritis.
14
2. Sepsis.
3. Amiloid sekunder.
4. Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan yang
leprosum/ENL).
H. Penatalaksanaan9
a. Pasien yang baru didiagnosis kusta dan belum pernah mendapat MDT.
Relaps
Ganti klasifikasi/tipe
15
a. Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di
d. Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, dan DDS 50 mg.
d. Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, Lampren 150 mg dan
7) Dosis MDT pada anak <10 tahun dapat disesuaikan dengan berat badan :
16
c. Lampren: 1 mg/kgBB
B12.
9) Tablet MDT dapat diberikan pada pasien hamil dan menyusui. Bila pasien
tuberkulosis.
10) Untuk pasien yang alergi dapson, dapat diganti dengan lampren, untuk MB
Lampren lepas
17