Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOMUNIKASI EMPATIK

Dosen Pengampun : Eko Perianto , M.Si

Disusun oleh :

Alvian Wida Pranundita ( 18144200071)


Zakia Amelia Putri ( 20144200061)
Salsabila Rosantika Putri ( 20144200072)
Neema Elsavanah Fauzia (20144200074)
Musa Asyari (20144200079)

BK 2.A2.2020

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Model – Model
Komunikasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
komunikasi empatik.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 20 Oktober 2021

Tim
Penulis

2
DAFTAR ISI

MAKALAH KOMUNIKASI EMPATIK................................................................................................1


KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengertian Komunikasi Empatik......................................................................................................6
B. Prinsip – Prinsip Komunikasi Empatik............................................................................................7
C. Perkembangan Sikap Empatik.........................................................................................................8
D. Aspek – Aspek Empatik.....................................................................................................................9
E. Komunikasi Empatik Santun Antara Guru Dengan Siswa............................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................12
B. Saran.................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengalaman hidup di dalam berinteraksi membuktikan betapa sulitnya hubungan antar manusia.
Tidak jarang orang mengerahkan sekian banyak tenaga hanya untuk menguraikan persoalan
sepele. Dia menyisihkan sekian banyak waktu untuk menjelaskan maksud baik yang disalah
pahami. Tidak menyapa pada saat bertemu, tidak tersenyum saat teman bergembira, tidak
berkomentar saat teman berpakaian baru, dan sebagainya, yang boleh jadi dinilai sepele oleh satu
pihak akan dapat mengakibatkan rentannya hubungan. Memang, hubungan antar manusia sering
diliputi oleh kabut, yang seringkali memicu lahirnya perselisihan dan aneka problem.

Dengan berinteraksi dan berkomunikasi, maka dapat membentuk rasa saling pengertian,
menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan
melestarikan peradaban. Namun, komunikasi juga dapat menyuburkan perpecahan,
menghidupkan permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat
pemikiran. Tidak jarang konflik sesama manusia terjadi akibat komunikasi yang kurang empatik.
Kualitas hidup dan hubungan sesama manusia dapat di tingkatkan dengan memahami dan
memperbaiki komunikasi yang dilakukan.

Tidak sedikit orang menganggap bahwa komunikasi itu mudah dilakukan, laksana semudah
bernapas. Barulah pada saat seseorang memasuki pengalaman bahwa proses komunikasi yang
biasa ia lakukan rusak atau macet, maka ia akan menyadari bahwa komunikasi itu ternyara tidak
mudah.

Kemampuan manusia dalam berkomunikasi secara empatik, kelihatannya mulai sirna dari
induvidu-individu dalam masyarakat kontemporer. Akhir-akhir ini, kemampuan komunikasi
empatik makin dibutuhkan untuk memperbaiki berbagai kegagalan komunikasi antar pribadi,
komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi sosial ataupun komunikasi antar
budaya, yang tak jarang dalam kehidupan sehari-hari telah menyulut kesalah pahaman, sikap
saling menghakimi, saling menyalahkan, bahkan memicu terjadinya konflik.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian komunikasi empatik?
2. Bagaimana prinsip-prinsip komunikasi empatik?
3. Bagaimana perkembangan sikap empatik?
4. Bagaimana aspek-aspek empati ?
5. Bagaimana contoh komunikasi empatik

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Empatik

Komunikasi empatik adalah komunikasi yang menunjukkan adanya saling pengertian


antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini menciptakan interaksi yang
membuat satu pihak memahami sudut pandang pihak lainnya. Sebagai contoh, auditor
meminta kerjasama dari auditan berupa penyediaan data secara lengkap. Setelah
berkomunikasi, akhirnya auditan memahami kebutuhan auditor dan memahami bahwa
tanpa bantuannya, maka auditor akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
Dalam kondisi ini, auditan telah berempati terhadap kebutuhan auditor.

Komunikasi empatik bisa dijangkau dari kata empati. Empati adalah kemampuan
seseorang untuk mengetahui apa yang dialami orang lain pada saat tertentu, dari sudut
pandang dan perspektif orang lain tersebut. Jadi komunikasi empatik dapat menjadi
sarana untuk menjalin saling pengertian antara dua pihak. Berkaitan dengan audit,
komunikasi empatik dapat dijadikan sarana untuk menghapus salah persepsi audit atas
tujuan audit. Auditan sering mempersepsikan pekerjaan audit sebagai pekerjaan cari-cari
kesalahan. Jika auditor berhasil mengembangkan komunikasi, maka diharapkan auditan
dapat memahami bahwa tujuan utama dari audit adalah agar audit dapat dikembangkan
menjadi lebih efektif.

Agar komunikasi empatik tercipta, maka komunikator harus menceritakan:


1) Ketertarikan terhadap sudut pandang komunikan. Sikap ini akan mendorong
komunikan untuk lebih terbuka.
2) Sikap sabar untuk tidak berbicara. Banyak informasi yang didapat jika komunikator
menunggu untuk memeroleh penjelasan detail dari sudut pandang komunikan. Jika
informasi yang diperoleh telah cukup dan komunikan hanya berputar-putar
6
menjelaskan hal yang sama, maka komunikator perlu menambahkan kembali
pengertian yang diperolehnya dan menarik perhatian komunikan pada masalah
berikutnya.
3) Sikap tenang, meskipun menangkap ekspresi emosi yang kuat. Beberapa sudut
pandang bersifat sangat pribadi, sehingga saat mengungkapkannya interaksi emosi
tidak dapat dihindari. Sebagai contoh, komunikan mengungkapkannya saat
menceritakan ketidaksetujuannya terhadap suatu keputusan rapat.
4) Bersikap bebas, kecuali atau tidak evaluatif, jika sangat diperlukan. Untuk dapat
memahami sudut pandang orang lain, kita hindari sikap evaluatif. Sikap evaluatif
dapat membuat komunikan menyeleksi hal-hal yang perlu disampaikan dan tidak,
dengan mempertimbangkan apakah sudut pandangnya akan diterima atau tidak,
disetujui atau tidak, oleh komunikator.
Jika ini terjadi, maka kita tidak dapat memahami sudut pandang komunikan dengan
benar. Sikap evaluatif diperlukan ketika komunikan mendesak komunikator untuk
menilai pandangan komunikan.
5) Sikap awas pada permintaan pilihan atau saran. Sikap ini mengharapkan adanya
dukungan atau bantuan yang dapat diharapkan komunikan dari komunikator.
dukungan dan bantuan akan mengembangkan empati pada diri auditan, pemberian
untuk membalas dukungan dan bantuan yang diterimanya.
6) Sikap penuh pengertian. Sebagai contoh, komunikan mendesak untuk memperoleh
persetujuan dari komunikator atas sudut pandangnya. Komunikator tidak setuju.
Komunikator cukup menyatakan bahwa dia dapat memahami sudut pandang tersebut,
tidak perlu menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuannya.

B. PRINSIP – PRINSIP KOMUNIKASI EMPATIK

Agar komunikasi berjalan efektif, para pelaku komunikasi harus memperhatikan dan
menerapkan prinsip-prinsip komunikasi empatik yaitu:

1) Prinsip adalah keseluruhan, bukan sebagian (bukan dipisah-pisah).

7
Moral dalam arti cobalah terlebih dahulu mencari informasi yang selengkap-
lengkapnya sebelum memberikan komentar. Jika hanya memiliki sepenggal
informasi, maka jangan langsung membentuk opini dan menyatakan pendapat
berdasarkan informasi yang belum lengkap tersebut.

2) Berusaha mengerti, baru dimengerti. Dengan mengerti permasalahan yang


sebenarnya, serta mengerti lawan bicara, akan lebih mudah bagi memahami
sesuatu yang dikomunikasikan orang tersebut, dan akan lebih mudah pula bagi
untuk memberikan pendapat, masukan yang mudah dimengerti lawan bicara.

3) Keyakinan, pada dasarnya manusia akan cenderung lebih percaya kepada orang
yang memiliki dan menunjukkan keyakinan diri tinggi.

4) Kontak mata, merupakan bagian yang penting dalam berkomunikasi.

5) Senyuman, menurut Maxwell, merupakan senjata yang paling ampuh yang dapat
digunakan untuk membuka komunikasi. Senyuman yang tulus dan hangat dapat
mengatasi berbagai hambatan dalam komunikasi (misalnya: ketegangan,
kecurigaan, kemarahan, kecemburuan).

6) Saling menyukai, intinya komunikasi akan efektif, jika orang-orang yang terlibat
dalam komunikasi tersebut saling menyukai.

C. PERKEMBANGAN SIKAP EMPATIK

Pada perkembangannya, empati selalu dikaitkan dengan sikap. Menurut Baston dkk
(1997) dalam jurnalnya yang berjudul Information Function of Empathic Emotion:
Learning That We Value the Other’s Welfare melakukan penelitian untuk mengetahui
efek empati terhadap sikap yang menghasilkan tiga tahapan model yaitu:

Melakukan perspektif terhadap seseorang yang dalam kondisi membutuhkan akan


meningkatkan feeling empati terhadap individu itu.Feeling empati ini akan membawa
kepada persepsi untuk meningkatkan kondisi individu.

8
Asumsi bahwa individu sebagai anggota kelompok membutuhkan pertolongan, maka
penilaian positif di generalisasikan kepada kelompok secara keseluruhan, sehingga
seseorang yang berempati kepada seorang anggota kelompok juga akan berempati pula
kepada kelompok secara keseluruhan.

D. ASPEK – ASPEK EMPATIK


Brownell mengungkapkan bahwa setidaknya ada 3 aspek yang mampu menggambarkan
empati secara menyeluruh, yaitu:

1) Aspek Kognitif
Empati mengacu pada bagaimana individu mampu melihat situasi yang dialami
orang lain melalui sudut pandang atau segi kognitif orang tersebut.
2) Aspek Afeksi
Selain mampu melihat dari sudut pandang orang lain, empati juga muncul dalam
bentuk perasaan. Empati mampu membuat individu mengerti apa yang di rasakan
orang lain. Gejolak emosi yang sedang dialami oleh orang lain mampu dipahami
oleh individu, walaupun tidak di tunjukkan secara verbal.
3) Aspek Tingkah Laku
Empati juga mengacu pada kemampuan individu untuk menunjukkan perilaku
verbal dan nonverbal yang mengindikasikan perilaku mendengarkan dan peduli
terhadap orang lain. Tatapan mata yang hangat, bahasa tubuh yang menarik, dan
mampu merangkum secara tepat sesuatu yang dibagikan orang lain merupakan
bagian dari aspek tingkah laku

E. KOMUNIKASI EMPATIK SANTUN ANTARA GURU DENGAN SISWA

kasih sayang, pengertian, dan pemahaman terhadap keberagaman karakteristik dan


latar Belakang peserta didik. Dengan empati, akan terjadi hubungan emosional yang
sangat dekat dan harmonis antara guru dengan peserta didik Untuk membangun
empati, seorang guru hendaknya mampu:

a) Menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap peserta didik.

9
b) Melihat keadaan peserta didik dan berpikir tentang kondisi peserta didik itu
sendiri.

c) Melihat segala sesuatu dari sudut pandang dan kebutuhan peserta didik yang
berbeda.

d) Melihat pikiran dan perasaan peserta didik dan memberikan respon terhadap
perasaan dan prilaku mereka.

e) Memperhatikan situasi dan tempat tertentu yang dapat memberikan pengaruh


terhadap proses empati, agar dapat berempati lebih baik di banding situasi
yang lain.

f) Menggunakan bahasa yang dapat diterima dan difahami oleh peserta didik.
Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam
berempati,diantaranya adalah:

a. Menunjukkan perhatian penuh terhadap peserta didik

b. Memperhatikan apa yang dialami dan dirasakan oleh peserta didik

c. Berupaya selalu mendengarkan peserta didik secara aktif 4. Bersikap


terbuka terhadap peserta didik

d. Menunjukkan sikap dan rasa kasih sayang terhadap peserta didik,

e. Mengetahui dan memahami kebutuhan peserta didik.

f. Memberikan bantuan yang berarti dan bermakna terhadap masalah


dan kesulitan yang dialami peserta didik

g. Memerankan diri sebagai teman atau relawan dengan mendampingi


dan membimbing peserta didik membantu mecahkan masalahnya
yang dialaminya,

h. Menggunakan imajinasi agar mampu dan turut merasakan keadaan


peserta didik, kemudian menggunakan pemahaman ini untuk
berempati

10
i. Menerima peserta didik apa adanya dan memperlakukannya sebagai
orang penting dan berharga.

j. Menampilkan postur dan gerakan tubuh dengan baik, memperhatikan


ekspresi wajah, dan bersikap lembut agar peserta didik merasa
nyaman.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahwa empati adalah kemampuan untuk memproyeksikan diri pada kondisi dan perasaan orang
lain. Dalam komunikasi, empati sangat penting agar pesan dapat diterima secara efektif dan
tepat. Agar komunikasi berjalan efektif, para pelaku komunikasi harus memperhatikan dan
menerapkan prinsip-prinsip komunikasi empatik diantaranya prinsip adalah keseluruhan, bukan
sebagian (bukan dipisah-pisah), moral, berusaha mengerti, baru dimengerti, diagnosa sebelum
respon, keyakinan, kontak mata, senyuman dan saling menyukai.

B. SARAN
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat
kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang
tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa.

12
DAFTAR PUSTAKA

http:www.komunikasipraktis.com201409teknik-dasar-komunikasi- efektif.

http://rosyidah97.blogspot.com/2017/12/makalah-komunikasi-empatik.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai