Anda di halaman 1dari 193

HUBUNGAN ANTARA RELATIONAL MOBILITY

DENGAN WORK VALUE PADA INDIVIDU DEWASA


YANG MEMILIKI MOBILITAS SOSIAL RENDAH

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh
RIJALUL FIKRI
1550408089

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

i
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

Hubungan Antara Relational Mobility Dengan Work Value Pada Individu

Dewasa Yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah benar-benar hasil karya sendiri,

bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan pada kode etik ilmiah.

Semarang, 26 Agustus 2015

Rijalul Fikri
NIM. 1550408089

ii
iii
MOTTO DAN PERUNTUKKAN

Motto:

"Tak ada tempat yang lebih damai dan tenang bagi manusia
kecuali di dalam jiwanya sendiri."

(Marcus Aurelius 112-180 Kaisar Romawi dan Filsuf Stoik).

“Manusia yang bermartabat adalah orang yang, dalam rangka menjaga dirinya,
memberikan pijakan yang kuat bagi orang lain dan, dalam rangka meraih
prestasinya sendiri, membantu orang lain untuk berprestasi.”

(Konfusius 551-479 SM Filsuf Cina).

“Lidah orang bijak berada di balik hatinya.”

(Ali bin Abi Thalib, Khalifah Muslim ke-4).

Peruntukkan

Karya ini kupersembahkan kepada:

 Ibu Hj. Siti Nor Azzah, SH dan Bapak Edy Suntoro,


SE tercinta, atas kasih sayang, doa, ilmu, bimbingan,
pengorbanan, biaya, dan keikhlasan yang terus
dicurahkan kepada penulis.
 Kakakku Arief, adikku Febru dan Lolyta yang telah
memberikan semangat juang penulis untuk segera
menjadi sarjana.
 Anissa Dwi Mariana, S. Pd yang selalu memberikan
ketenangan, kesabaran, semangat, dan ketulusan cinta
kepada penulis.

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur atas nikmat dan karunia Allah

SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan pertolonganNya sehingga

skripsi yang berjudul Hubungan Antara Relational Mobility Dengan Work Value

Pada Individu Dewasa Yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah dapat diselesaikan

dengan baik. Penelitian ini adalah penelitian payung yang dilaksanakan 4 orang

dengan tema yang sama tetapi pada subjek berbeda.

Penyusunan skripsi ini merupakan kewajiban penulis sebagai tugas akhir

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini

tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ne-

geri Semarang.

2. Dr. Drs. Edy Purwanto, M.Si. Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidi-

kan Universitas Negeri Semarang.

3. Siti Nuzulia, S.Psi, M.Si. Sebagai pembimbing dengan sabar telah membim-

bing dan memberikan petunjuk serta arahan sehingga penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan.

4. Amri Hana Muhammad, S.Psi., M.A. Sebagai penguji I yang telah

memberikan masukan serta kritikan dalam rangka menyempurnakan skripsi.

v
5. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. Sebagai penguji II yang telah memberikan

masukan serta kritikan dalam rangka menyempurnakan skripsi.

6. Sugiariyanti, S.Psi., M.A. Sebagai dosen wali, terima kasih atas

bimbingannya.

7. Kepada seluruh dosen Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang, terimakasih atas kesempatan untuk berdiskusi bersama.

8. Masyarakat dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah yang bersedia

menjadi responden selama pelaksanaan penelitian.

9. Keluarga besar penulis dari Banu H. Mastur, Banu Harjo Rasuto, keluarga

Bapak Suwartono Hadi Saputro yang selalu membuat penulis nyaman dan

tenang berada di lingkup mereka. Semoga kita nantinya bisa dipertemukan

kembali di surga Allah SWT.

10. Keluarga besar BWA Warriors dan kost ajaib, teman-teman gang dahlia,

banaran, sekaran, dan patemon Gunung Pati Semarang yang selalu

memberikan canda tawa, semangat, motivasi, dan pengalaman yang luar biasa.

11. Teman-teman Psikologi Universitas Negeri Semarang Angkatan 2008, terima

kasih atas kebersamaan yang telah kalian berikan.

12. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, baik

secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

vi
Semoga skripsi ini dapat menambah wacana dan bermanfaat bagi dunia

pendidikan serta dapat digunakan sebagaimana mestinya. Kepada semua pihak

yang telah membantu, penulis ucapkan terima kasih banyak.

Semarang, 26 Agustus 2015

Penulis

vii
ABSTRAK

Fikri, Rijalul. 2015. Hubungan Antara Relational Mobility Dengan Work Value
Pada Individu Dewasa Yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah. Skripsi Jurusan
Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing
Siti Nuzulia, S.Psi, M.Si.

Kata kunci: work value, relational mobility, mobilitas sosial rendah, dewasa.

Manusia dewasa yang sehat adalah manusia yang bekerja dan memiliki
nilai kerja. Perubahan nilai kerja banyak dialami para dewasa dan hal tersebut
dipengaruhi oleh orang-orang yang berada di sekitar dewasa termasuk relational
mobility. Sedangkan individu yang memiliki mobilitas sosial rendah sangatlah
sulit mendapatkan kesempatan bertemu dengan orang-orang baru. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara relational mobility dengan work
value, perubahan work value dulu dengan work value sekarang, dan perubahan
work value dulu dengan work value sekarang yang ditinjau dari tinggi rendahnya
relational mobility pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Populasi
penelitian adalah pekerja dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah dengan
sampel 60 subjek. Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability
sampling dimana teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel (Sugiyono, 2010: 122). Metode yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah sampling purposive. Data penelitian diambil
mengguanakan skala work value 80 aitem pada rentang usia berbeda dan skala
relational mobility.
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan
relational mobility dengan work value adalah korelasi product moment. Hasilnya
diperoleh nilai r = 0,672 dengan nilai signifikansi atau p = 0,000. Hal tersebut
menunjukkan ada hubungan antara keduanya karena p < 0,05. Jadi jika relational
mobility tinggi maka perubahan work value juga tinggi dan sebaliknya. Kemudian
perbedaan work value dulu dengan work value sekarang dengan teknik t-test
paired nilai signifikansi 0,911 (p = 0,911 > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan
yang signifikan antara work value dulu dengan work value sekarang. Kemudian
perubahan work value dulu dengan work value sekarang yang ditinjau dari tinggi
rendahnya relational mobility dengan uji t-test Independent Samples. Hasilnya
diperoleh nilai p = 0,692 pada relational mobility rendah dan p = 0,938 pada
relational mobility tinggi. Hal tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan work
value dulu dengan work value sekarang yang ditinjau dari tinggi rendahnya
relational mobility karena p > 0.05. Relational mobility pada individu dewasa
yang memiliki mobilitas sosial rendah berada pada kriteria sedang sebesar 40%.
Diharapkan para dewasa yang bekerja dapat memilih relasinya dengan baik
karena relational mobility dewasa mempengaruhi nilai kerja yang di bawa dalam
menjalankan pekerjaanya.

viii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PERNYATAAN ......................................................................................... ii

PENGESAHAN ......................................................................................... iii

MOTTO DAN PERUNTUKAN ................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xxii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xxviii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xxxvii

BAB

1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 16

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 17

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 19

1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................... 19

1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 19

BAB

2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 20

2.1 Work Value (Nilai Kerja) ........................................................... 20

2.1.1 Pengertian Work Value (Nilai Kerja) ......................................... 20

ix
2.1.2 Tipologi Nilai Kerja .................................................................... 31

2.1.2.1 Tipologi Nilai Rokeach .............................................................. 31

2.1.2.2 Tipologi Nilai Allport ................................................................. 32

2.1.2.3 Tipologi Nilai Meglino ............................................................... 33

2.1.2.4 Tipoligi Nilai Schwartz .............................................................. 33

2.1.2.5 Tipologi Nilai Super ................................................................... 34

2.1.2.6 Tipologi Nilai Karyawan Suku Jawa ......................................... 35

2.1.2.7 Tipologi Nilai Tadjoedin ............................................................ 36

2.1.2.8 Tipologi Nilai Hashim ............................................................... 36

2.1.2.9 Tipologi Nilai Activity ................................................................ 38

2.1.2.10 Tipologi Nilai Twelve Berings ................................................... 40

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Kerja ........................ 44

2.1.3.1 Lingkungan ................................................................................ 44

2.1.3.2 Kepuasan ................................................................................... 45

2.1.3.3 Tujuan Personal ......................................................................... 45

2.1.4 Dimensi Nilai Kerja ................................................................... 45

2.1.4.1 Jarak Kekuasaan (Power Distance) .......................................... 46

2.1.4.2 Penghindaran Ketidakpastian (Uncertainty Avoidance) ........... 46

2.1.4.3 Individualis-Kolektifis ................................................................ 46

2.1.4.4 Maskulinitas-Feminimitas ......................................................... 47

2.2 Relational Mobility .................................................................... 47

2.2.1 Pengertian Relational Mobility .................................................. 47

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Relational Mobility ........... 54

x
2.2.2.1 Budaya ....................................................................................... 54

2.2.2.2 Lingkungan ................................................................................ 55

2.2.2.3 Self Disclosure ........................................................................... 56

2.2.2.4 Mitra Baru ................................................................................. 57

2.3 Mobilitas Sosial Rendah ............................................................ 59

2.4 Dewasa ....................................................................................... 60

2.5 Hubungan antara Relational Mobility dengan Work Value


pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobililas Sosial
Rendah ....................................................................................... 69

2.6 Hipotesis .................................................................................... 77

BAB

3 METODE PENELITIAN .......................................................... 78

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ....................................... 78

3.2 Variabel Penelitian ..................................................................... 79

3.2.1 Identifikasi Variabel .................................................................. 79

3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................. 79

3.2.3 Hubungan antar Variabel ........................................................... 84

3.3 Populasi dan Sampel .................................................................. 85

3.3.1 Populasi ...................................................................................... 85

3.3.2 Sampel ........................................................................................ 85

3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 86

3.5 Validitas dan Reliabilitas ........................................................... 90

3.5.1 Validitas ..................................................................................... 90

3.5.2 Reliabilitas ................................................................................. 94

xi
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................. 96

BAB

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 97

4.1 Persiapan Penelitian ................................................................... 97

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ....................................................... 97

4.2 Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 98

4.2.1 Pengumpulan Data ..................................................................... 98

4.2.2 Pelaksanaan Skoring .................................................................. 99

4.3 Analisis Deskriptif ..................................................................... 100

4.3.1 Gambaran Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) pada Individu
Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ...................... 101

4.3.1.1 Gambaran Spesifik Work Value Dulu pada Individu Dewasa


yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Berdasarkan Tiap
Aspek .......................................................................................... 103

4.3.1.1.1 Gambaran Spesifik Work Value Dulu pada Individu Dewasa


yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Berdasarkan Aspek
Core Value .................................................................................. 105

4.3.1.1.1.1 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Achievement ............................................................................... 105

4.3.1.1.1.2 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Balance ...................................................................................... 106

4.3.1.1.1.3 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Independence ............................................................................. 107

4.3.1.1.1.4 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Influence ..................................................................................... 109

4.3.1.1.1.5 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Integrity ...................................................................................... 110

xii
4.3.1.1.1.6 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator
Honesty ...................................................................................... 111

4.3.1.1.1.7 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Power ......................................................................................... 113

4.3.1.1.1.8 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Respect ....................................................................................... 114

4.3.1.1.1.9 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Spirituality ................................................................................. 115

4.3.1.1.1.10 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Status .......................................................................................... 117

4.3.1.1.2 Gambaran Spesifik Work Value Dulu pada Individu Dewasa


yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Berdasarkan Aspek
Work Environments..................................................................... 118

4.3.1.1.2.1 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Fast Paced ................................................................................. 119

4.3.1.1.2.2 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Flexible ...................................................................................... 120

4.3.1.1.2.3 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


High Earnings ............................................................................ 121

4.3.1.1.2.4 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Learning ..................................................................................... 123

4.3.1.1.2.5 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Location ..................................................................................... 124

4.3.1.1.2.6 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Predictable ................................................................................. 125

4.3.1.1.2.7 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Quiet ........................................................................................... 127

4.3.1.1.2.8 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Relaxed ....................................................................................... 128

xiii
4.3.1.1.2.9 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator
Structured ................................................................................... 129

4.3.1.1.2.10 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Time Freedom ............................................................................ 131

4.3.1.1.3 Gambaran Spesifik Work Value Dulu pada Individu Dewasa


yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Berdasarkan Aspek
Work Interaction ........................................................................ 132

4.3.1.1.3.1 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Competition ................................................................................ 133

4.3.1.1.3.2 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Diversity ..................................................................................... 135

4.3.1.1.3.3 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Friendships ................................................................................ 135

4.3.1.1.3.4 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Leadership ................................................................................. 137

4.3.1.1.3.5 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Management ............................................................................... 138

4.3.1.1.3.6 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Open Communication ................................................................ 139

4.3.1.1.3.7 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Recognition ................................................................................ 141

4.3.1.1.3.8 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Support ....................................................................................... 142

4.3.1.1.3.9 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Teamwork ................................................................................... 143

4.3.1.1.3.10 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Trust ........................................................................................... 145

4.3.1.1.4 Gambaran Spesifik Work Value Dulu pada Individu Dewasa


yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Berdasarkan Aspek
Work Activities ........................................................................... 146

xiv
4.3.1.1.4.1 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator
Analytical ................................................................................... 147

4.3.1.1.4.2 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Challenging ................................................................................ 148

4.3.1.1.4.3 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Creative ...................................................................................... 149

4.3.1.1.4.4 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Helping ....................................................................................... 151

4.3.1.1.4.5 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Leading Edge ............................................................................. 152

4.3.1.1.4.6 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Physical ...................................................................................... 153

4.3.1.1.4.7 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Public Contact ........................................................................... 155

4.3.1.1.4.8 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Research ..................................................................................... 156

4.3.1.1.4.9 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Risk Taking ................................................................................ 157

4.3.1.1.4.10 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator


Variety ........................................................................................ 159

4.3.2 Gambaran Work Value Sekarang (Usia 55 Tahun Keatas) pada


Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ....... 163

4.3.2.1 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang pada Individu


Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Berdasarkan
Tiap Aspek .................................................................................. 166

4.3.2.1.1 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang pada Individu


Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Berdasarkan
Aspek Core Value ....................................................................... 167

4.3.2.1.1.1 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Achievement ............................................................... 168

xv
4.3.2.1.1.2 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan
Indikator Balance ...................................................................... 169

4.3.2.1.1.3 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Independence ............................................................. 170

4.3.2.1.1.4 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Influence ..................................................................... 172

4.3.2.1.1.5 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Integrity ...................................................................... 173

4.3.2.1.1.6 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Honesty ...................................................................... 175

4.3.2.1.1.7 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Power ......................................................................... 176

4.3.2.1.1.8 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Respect ....................................................................... 177

4.3.2.1.1.9 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Spirituality .................................................................. 179

4.3.2.1.1.10 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Status .......................................................................... 180

4.3.2.1.2 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang pada Individu


Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Berdasarkan
Aspek Work Environments ......................................................... 181

4.3.2.1.2.1 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Fast Paced ................................................................. 182

4.3.2.1.2.2 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Flexible ...................................................................... 183

4.3.2.1.2.3 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator High Earnings ............................................................ 184

4.3.2.1.2.4 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Learning ..................................................................... 186

xvi
4.3.2.1.2.5 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan
Indikator Location ..................................................................... 187

4.3.2.1.2.6 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Predictable ................................................................. 188

4.3.2.1.2.7 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Quiet ........................................................................... 190

4.3.2.1.2.8 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Relaxed ....................................................................... 191

4.3.2.1.2.9 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Structured ................................................................... 193

4.3.2.1.2.10 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Time Freedom ............................................................ 194

4.3.2.1.3 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang pada Individu


Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Berdasarkan
Aspek Work Environments ......................................................... 195

4.3.2.1.3.1 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Competition ................................................................ 196

4.3.2.1.3.2 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Diversity ..................................................................... 197

4.3.2.1.3.3 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Friendships ................................................................ 198

4.3.2.1.3.4 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Leadership .................................................................. 200

4.3.2.1.3.5 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Management ............................................................... 201

4.3.2.1.3.6 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Open Communication ................................................ 203

4.3.2.1.3.7 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Recognition ................................................................ 204

xvii
4.3.2.1.3.8 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan
Indikator Support ....................................................................... 205

4.3.2.1.3.9 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Teamwork ................................................................... 207

4.3.2.1.3.10 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Trust ............................................................................ 208

4.3.2.1.4 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang pada Individu


Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Berdasarkan
Aspek Work Activities ................................................................ 209

4.3.2.1.4.1 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Analytical ................................................................... 210

4.3.2.1.4.2 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Challenging ................................................................ 211

4.3.2.1.4.3 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Creative ...................................................................... 212

4.3.2.1.4.4 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Helping ....................................................................... 214

4.3.2.1.4.5 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Leading Edge ............................................................. 215

4.3.2.1.4.6 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Physical ...................................................................... 217

4.3.2.1.4.7 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Public Contact ........................................................... 218

4.3.2.1.4.8 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Research ..................................................................... 219

4.3.2.1.4.9 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Risk Taking ................................................................. 221

4.3.2.1.4.10 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan


Indikator Variety ........................................................................ 222

xviii
4.3.3 Gambaran Relational Mobility pada Individu Dewasa yang
Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ............................................ 226

4.3.3.1 Gambaran Umum Relational Mobility pada Individu Dewasa


yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .................................... 229

4.3.3.1.1 Gambaran Spesifik Relational Mobility pada Individu Dewasa


yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Berdasarkan Tiap
Aspek .......................................................................................... 231

4.3.3.1.1.1 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek


Memiliki Banyak Kesempatan untuk Mengenal Orang Lain ..... 233

4.3.3.1.1.2 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek


Hal Biasa Melakukan Percakapan dengan Seseorang yang
Belum Pernah di Temui Sebelumnya ......................................... 234

4.3.3.1.1.3 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek


Dapat Memilih Berinteraksi dengan Orang Lain ...................... 236

4.3.3.1.1.4 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek


Peluang Membentuk Persahabatan atau Relasi Baru ............... 237

4.3.3.1.1.5 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek


Sudah Terbiasa Berkomunikasi dengan Orang yang Belum
Pernah di Temui Sebelumnya .................................................... 239

4.3.3.1.1.6 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek


jika Mereka Tidak Suka dengan Kelompok Mereka Saat Ini,
Mereka akan Beralih ke Kelompok yang Lebih Baik ................ 240

4.3.3.1.1.7 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek


Bebas Bergaul dengan Siapa Saja ............................................. 242

4.3.3.1.1.8 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek


Sangat Mudah untuk Bertemu Orang Baru ............................... 243

4.3.3.1.1.9 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek


Meninggalkan Kelompok yang Dimiliki karena Kurang Puas
dengan Kelompok Tersebut ....................................................... 244

4.3.3.1.1.10 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek


Memilih Kelompok dan Organisasi yang Mereka Inginkan ...... 246

xix
4.3.3.1.1.11 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek
Menjalin Hubungan dengan yang Lain jika Merasa Tidak Puas
dengan Hubungan yang Sekarang ............................................. 248

4.3.3.1.1.12 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek


Ada Kecenderungan Meninggalkan Kelompoknya dan Lebih
Baik Tidak Bertahan dengan Kelompoknya karena Tidak
Suka ............................................................................................. 249

4.4 Hasil Uji Asumsi ........................................................................ 253

4.4.1 Hasil Uji Normalitas .................................................................. 253

4.4.2 Hasil Uji Linieritas ..................................................................... 254

4.4.3 Hasil Uji Homogenitas ............................................................... 255

4.5 Uji Asumsi ................................................................................. 257

4.5.1 Hubungan antara Relational Mobility dengan Work Value Dulu


(Usia 35-45 Tahun) pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah ............................................................ 257

4.5.2 Hubungan antara Relational Mobility dengan Work Value


Sekarang (Usia 55 Tahun Keatas) pada Individu Dewasa yang
Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ............................................ 258

4.5.3 Perbedaan Work Value Dulu (Usia 35-45 tahun) dengan Work
Value Sekarang (Usia 55 Tahun Keatas) pada Individu Dewasa
yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ................................... 260

4.5.4 Perbedaan Work Value (Usia 35-45 Tahun) Dulu dengan Work
Value Sekarang (Usia 55 Tahun Keatas) Ditinjau dari Tingkat
Relational Mobility Rendah ....................................................... 261

4.5.5 Perbedaan Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) dengan Work
Value Sekarang (Usia 55 Tahun Keatas) Ditinjau dari
Relational Mobility Tinggi ......................................................... 262

4.6 Pembahasan ............................................................................... 255

xx
4.6.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Relational Mobility dengan
Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas
Sosial Rendah ............................................................................ 264

4.6.1.1 Work Value (Nilai Kerja) ........................................................... 264

4.6.1.2 Relational Mobility .................................................................... 271

4.6.2 Pembahasan Hubungan antara Relational Mobility dengan


Work Value ................................................................................ 275

4.6.3 Perubahan Work Value ditinjau dari tinggi rendahnya


Relational Mobility .................................................................... 278

4.7 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 282

BAB

5 PENUTUP ................................................................................. 283

5.1 Simpulan ..................................................................................... 283

5.2 Saran .......................................................................................... 287

Daftar Pustaka ................................................................................................. 289

Lampiran ......................................................................................................... 294

xxi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Nilai Terminal dan Instrumental Rokeach Value Survey (RVS) .. 31

Tabel 2.2 Perbedaan Budaya Individualis dan Kolektif ............................... 47

Tabel 2.3 Klasifikasi Bentuk Relational Mobility Menurut Schug (2012) . 54

Tabel 3.1 Skoring Skala Likert ..................................................................... 87

Tabel 3.2 Blue Print Skala Relational Mobility ........................................... 88

Tabel 3.3 Skoring Skala Likert .................................................................... 89

Tabel 3.4 Blueprint Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah ............................................................... 89

Tabel 3.5 Blueprint Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah Setelah Uji Validitas ............................ 92

Tabel 3.6 Blueprint Relational Mobility pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Setelah Uji Validitas ............ 93

Tabel 3.7 Reliability Statistics Skala Work Value ........................................ 95

Tabel 3.8 Reliability Statistics Skala Relational Mobility ............................ 95

Tabel 4.1 Penggolongan Kriteria Analisis ................................................... 101

Tabel 4.2 Kriteria Analisis Deskriptif Aspek Work Value Dulu (Usia 35-
45 Tahun) ..................................................................................... 101

Tabel 4.3 Kriteria Indikator Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) ............ 104

Tabel 4.4 Gambaran Achievement ................................................................ 105

Tabel 4.5 Gambaran Balance ....................................................................... 106

Tabel 4.6 Gambaran Independence .............................................................. 107

Tabel 4.7 Gambaran Influence ..................................................................... 109

Tabel 4.8 Gambaran Integrity ...................................................................... 110

Tabel 4.9 Gambaran Honesty ....................................................................... 111

xxii
Tabel 4.10 Gambaran Power .......................................................................... 113

Tabel 4.11 Gambaran Respect ........................................................................ 114

Tabel 4.12 Gambaran Spirituality .................................................................. 115

Tabel 4.13 Gambaran Status .......................................................................... 117

Tabel 4.14 Gambaran Fast Paced .................................................................. 119

Tabel 4.15 Gambaran Flexible ....................................................................... 120

Tabel 4.16 Gambaran High Earnings ............................................................. 121

Tabel 4.17 Gambaran Learning ...................................................................... 123

Tabel 4.18 Gambaran Location ...................................................................... 124

Tabel 4.19 Gambaran Predictable .................................................................. 125

Tabel 4.20 Gambaran Quiet ........................................................................... 127

Tabel 4.21 Gambaran Relaxed ....................................................................... 128

Tabel 4.22 Gambaran Structured ................................................................... 129

Tabel 4.23 Gambaran Time Freedom ............................................................. 131

Tabel 4.24 Gambaran Competition ................................................................ 133

Tabel 4.25 Gambaran Diversity ...................................................................... 134

Tabel 4.26 Gambaran Friendships ................................................................. 136

Tabel 4.27 Gambaran Leadership .................................................................. 137

Tabel 4.28 Gambaran Management ............................................................... 138

Tabel 4.29 Gambaran Open Communication ................................................. 139

Tabel 4.30 Gambaran Recognition ................................................................. 141

Tabel 4.31 Gambaran Support ........................................................................ 142

Tabel 4.32 Gambaran Teamwork ................................................................... 143

Tabel 4.33 Gambaran Trust ............................................................................ 145

Tabel 4.34 Gambaran Analytical .................................................................... 147

xxiii
Tabel 4.35 Gambaran Challenging ................................................................ 148

Tabel 4.36 Gambaran Creative ...................................................................... 149

Tabel 4.37 Gambaran Helping ....................................................................... 151

Tabel 4.38 Gambaran Leading Edge .............................................................. 152

Tabel 4.39 Gambaran Physical ...................................................................... 153

Tabel 4.40 Gambaran Public Contact ............................................................ 155

Tabel 4.41 Gambaran Research ..................................................................... 156

Tabel 4.42 Gambaran Risk Taking ................................................................. 157

Tabel 4.43 Gambaran Variety ........................................................................ 159

Tabel 4.44 Ringkasan Deskriptif Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun)
pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .. 161

Tabel 4.45 Kriteria Analisis Deskriptif Aspek Work Value Sekarang (Usia
55 Tahun Keatas) ......................................................................... 164

Tabel 4.46 Kriteria Indikator Work Value Sekarang (Usia 55 Tahun


Keatas) .......................................................................................... 167

Tabel 4.47 Gambaran Achievement ................................................................ 168

Tabel 4.48 Gambaran Balance ....................................................................... 169

Tabel 4.49 Gambaran Independence .............................................................. 170

Tabel 4.50 Gambaran Influence ..................................................................... 172

Tabel 4.51 Gambaran Integrity ...................................................................... 173

Tabel 4.52 Gambaran Honesty ....................................................................... 175

Tabel 4.53 Gambaran Power .......................................................................... 176

Tabel 4.54 Gambaran Respect ........................................................................ 177

Tabel 4.55 Gambaran Spirituality .................................................................. 179

Tabel 4.56 Gambaran Status .......................................................................... 180

Tabel 4.57 Gambaran Fast Paced .................................................................. 181

xxiv
Tabel 4.58 Gambaran Flexible ....................................................................... 183

Tabel 4.59 Gambaran High Earnings ............................................................. 184

Tabel 4.60 Gambaran Learning ...................................................................... 186

Tabel 4.61 Gambaran Location ...................................................................... 187

Tabel 4.62 Gambaran Predictable .................................................................. 188

Tabel 4.63 Gambaran Quiet ........................................................................... 190

Tabel 4.64 Gambaran Relaxed ....................................................................... 191

Tabel 4.65 Gambaran Structured ................................................................... 193

Tabel 4.66 Gambaran Time Freedom ............................................................. 194

Tabel 4.67 Gambaran Competition ................................................................ 196

Tabel 4.68 Gambaran Diversity ...................................................................... 197

Tabel 4.69 Gambaran Friendships ................................................................. 198

Tabel 4.70 Gambaran Leadership .................................................................. 200

Tabel 4.71 Gambaran Management ............................................................... 201

Tabel 4.72 Gambaran Open Communication ................................................. 203

Tabel 4.73 Gambaran Recognition ................................................................. 204

Tabel 4.74 Gambaran Support ........................................................................ 205

Tabel 4.75 Gambaran Teamwork ................................................................... 207

Tabel 4.76 Gambaran Trust ............................................................................ 208

Tabel 4.77 Gambaran Analytical .................................................................... 210

Tabel 4.78 Gambaran Challenging ................................................................ 211

Tabel 4.79 Gambaran Creative ...................................................................... 212

Tabel 4.80 Gambaran Helping ....................................................................... 214

Tabel 4.81 Gambaran Leading Edge .............................................................. 215

Tabel 4.82 Gambaran Physical ...................................................................... 217

xxv
Tabel 4.83 Gambaran Public Contact .......................................................... 218

Tabel 4.84 Gambaran Research ................................................................... 219

Tabel 4.85 Gambaran Risk Taking ............................................................... 221

Tabel 4.86 Gambaran Variety ...................................................................... 222

Tabel 4.87 Ringkasan Deskriptif Work Value Sekarang (Usia 55 Tahun


Keatas) pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas
Sosial Rendah ............................................................................ 224

Tabel 4.88 Kriteria Analisis Deskriptif Aspek Relational Mobility ............ 227

Tabel 4.89 Kriteria Relational Mobility ....................................................... 229

Tabel 4.90 Gambaran Relational Mobility ................................................... 230

Tabel 4.91 Kriteria Gambaran Spesifik Setiap Aspek Relational Mobility .. 232

Tabel 4.92 Gambaran Memiliki Banyak kesempatan untuk Mengenal


Orang lain .................................................................................. 233

Tabel 4.93 Gambaran Hal Biasa Melakukan Percakapan dengan


Seseorang yang Belum Pernah di Temui Sebelumnya .............. 234

Tabel 4.94 Gambaran Dapat Memilih Berinteraksi dengan Orang Lain ..... 236

Tabel 4.95 Gambaran Berdasarkan Aspek Peluang Membentuk


Persahabatan atau Relasi Baru ................................................... 237

Tabel 4.96 Gambaran Sudah Terbiasa Berkomunikasi dengan Orang


yang Belum Pernah di Temui Sebelumnya ................................ 239

Tabel 4.97 Gambaran jika Mereka Tidak Suka dengan Kelompok


Mereka Saat Ini, Mereka akan Beralih ke Kelompok yang
Lebih Baik .................................................................................. 240

Tabel 4.98 Gambaran Bebas Bergaul dengan Siapa Saja ............................ 242

Tabel 4.99 Gambaran Sangat Mudah untuk Bertemu Orang Baru ............... 243

Tabel 4.100 Gambaran Meninggalkan Kelompok yang Dimiliki karena


Kurang Puas dengan Kelompok Tersebut ................................. 244

Tabel 4.101 Gambaran Memilih Kelompok dan Organisasi yang Mereka


Inginkan ..................................................................................... 246

xxvi
Tabel 4.102 Gambaran Menjalin Hubungan dengan yang Lain jika Merasa
Tidak Puas dengan Hubungan yang Sekarang ........................... 248

Tabel 4.103 Gambaran Ada Kecenderungan Meninggalkan Kelompoknya


dan Lebih Baik Tidak Bertahan dengan Kelompoknya karena
Tidak Suka ................................................................................. 249

Tabel 4.104 Ringkasan Deskriptif Relational Mobility pada Individu


Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ...................... 251

Tabel 4.105 Hasil Uji Normalitas .................................................................. 254

Tabel 4.106 Hasil Uji Linieritas ..................................................................... 255

Tabel 4.107 Uji Glejser .................................................................................. 257

Tabel 4.108 Analisis Korelasi Relational Mobility dengan Work Value


Dulu (Usia 35-45 Tahun) pada Individu Dewasa yang
Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ............................................ 258

Tabel 4.109 Analisis Korelasi Relational Mobility dengan Work Value


Sekarang (Usia 55 Tahun Keatas) pada Individu Dewasa
yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ................................... 259

Tabel 4.110 Hasil Uji T-test Variabel Work Value Dulu (Usia 35-45
Tahun) dengan Work Value Sekarang (Usia 55 Tahun Keatas) . 260

Tabel 4.111 Hasil Uji T-test Independent Samples Work Value Dulu (Usia
35-35 Tahun) dengan Work Value Sekarang (Usia 55 Tahun
Keatas) Ditinjau dari Tingkat Relational Mobility Rendah ....... 262

Tabel 4.112 Hasil Uji T-test Independent Samples Variabel Work Value
Dulu (Usia 35-45 Tahun) dengan Work Value Sekarang (Usia
55 Tahun Keatas) Ditinjau dari Tingkat Relational Mobility
Tinggi ......................................................................................... 264

xxvii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir .................................................................... 76

Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel ........................................................ 84

Gambar 4.1 Gambaran Achievement pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 106

Gambar 4.2 Gambaran Balance pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 107

Gambar 4.3 Gambaran Independence pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 108

Gambar 4.4 Gambaran Influence pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 110

Gambar 4.5 Gambaran Influence pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 111

Gambar 4.6 Gambaran Honesty pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 112

Gambar 4.7 Gambaran Power pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 114

Gambar 4.8 Gambaran Respect pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 115

Gambar 4.9 Gambaran Spirituality pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 116

Gambar 4.10 Gambaran Status pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 118

xxviii
Gambar 4.11 Gambaran Fast Paced pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 120

Gambar 4.12 Gambaran Flexible pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 121

Gambar 4.13 Gambaran High Earnings pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 122

Gambar 4.14 Gambaran Learning pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 124

Gambar 4.15 Gambaran Location pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 125

Gambar 4.16 Gambaran Predictable pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 126

Gambar 4.17 Gambaran Quiet pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 128

Gambar 4.18 Gambaran Relaxed pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 129

Gambar 4.19 Gambaran Structured pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 130

Gambar 4.20 Gambaran Time Freedom pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 132

Gambar 4.21 Gambaran Competition pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 134

Gambar 4.22 Gambaran Diversity pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 135

xxix
Gambar 4.23 Gambaran Friendships pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 136

Gambar 4.24 Gambaran Leadership pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 138

Gambar 4.25 Gambaran Management pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 139

Gambar 4.26 Gambaran Open Communication pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 140

Gambar 4.27 Gambaran Recognition pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 142

Gambar 4.28 Gambaran Support pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 143

Gambar 4.29 Gambaran Teamwork pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 144

Gambar 4.30 Gambaran Trust pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 146

Gambar 4.31 Gambaran Analytical pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 148

Gambar 4.32 Gambaran Challenging pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 149

Gambar 4.33 Gambaran Creative pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 150

Gambar 4.34 Gambaran Helping pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 152

xxx
Gambar 4.35 Gambaran Leading Edge pada Individu Dewasa yang
Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 153

Gambar 4.36 Gambaran Physical pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 154

Gambar 4.37 Gambaran Public Contact pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 156

Gambar 4.38 Gambaran Research pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 157

Gambar 4.39 Gambaran Risk Taking pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 158

Gambar 4.40 Gambaran Variety pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 160

Gambar 4.41 Ringkasan Deskriptif Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun)
pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial
Rendah ..................................................................................... 163

Gambar 4.42 Gambaran Achievement pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 169

Gambar 4.43 Gambaran Balance pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 170

Gambar 4.44 Gambaran Independence pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 171

Gambar 4.45 Gambaran Influence pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 173

Gambar 4.46 Gambaran Integrity pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 174

xxxi
Gambar 4.47 Gambaran Honesty pada Dewasa yang Berada di Daerah
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 176

Gambar 4.48 Gambaran Power pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 177

Gambar 4.49 Gambaran Respect pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 178

Gambar 4.50 Gambaran Spirituality pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 180

Gambar 4.51 Gambaran Status pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 181

Gambar 4.52 Gambaran Fast Paced pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 183

Gambar 4.53 Gambaran Flexible pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 184

Gambar 4.54 Gambaran High Earnings pada individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 185

Gambar 4.55 Gambaran Learning pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 187

Gambar 4.56 Gambaran Location pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 188

Gambar 4.57 Gambaran Predictable pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 189

Gambar 4.58 Gambaran Quiet pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 191

xxxii
Gambar 4.59 Gambaran Relaxed pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 192

Gambar 4.60 Gambaran Structured pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 194

Gambar 4.61 Gambaran Time Freedom pada Individu Dewasa Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 195

Gambar 4.62 Gambaran Competition pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 197

Gambar 4.63 Gambaran Diversity pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 198

Gambar 4.64 Gambaran Friendships pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 199

Gambar 4.65 Gambaran Leadership pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 201

Gambar 4.66 Gambaran Management Individu pada Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 202

Gambar 4.67 Gambaran Open Communication pada individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 204

Gambar 4.68 Gambaran Recognition pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 205

Gambar 4.69 Gambaran Support pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 206

Gambar 4.70 Gambaran Teamwork pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 208

xxxiii
Gambar 4.71 Gambaran Trust pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 209

Gambar 4.72 Gambaran Analytical pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 211

Gambar 4.73 Gambaran Challenging pada Individu Dewasa Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 212

Gambar 4.74 Gambaran Creative pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 213

Gambar 4.75 Gambaran Helping pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 215

Gambar 4.76 Gambaran Leading Edge pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 216

Gambar 4.77 Gambaran Physical pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 218

Gambar 4.78 Gambaran Public Contact pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 219

Gambar 4.79 Gambaran Research pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 220

Gambar 4.80 Gambaran Risk Taking pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 222

Gambar 4.81 Gambaran Variety pada Individu Dewasa yang Memiliki


Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 224

Gambar 4.82 Ringkasan Deskriptif Work Value Sekarang (Usia 55 Tahun


Keatas) pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas
Sosial Rendah .......................................................................... 226

xxxiv
Gambar 4.83 Gambaran Umum Relational Mobility pada Individu Dewasa
yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ................................. 231

Gambar 4.84 Gambaran Memiliki Banyak Kesempatan untuk Mengenal


Orang Lain ............................................................................... 234

Gambar 4.85 Gambaran Hal Biasa Melakukan Percakapan dengan


Seseorang yang Belum Pernah di Temui Sebelumnya ............ 235

Gambar 4.86 Gambaran Dapat Memilih Berinteraksi dengan Orang Lain ... 237

Gambar 4.87 Gambaran Peluang Membentuk Persahabatan atau Relasi


Baru ......................................................................................... 239

Gambar 4.88 Gambaran Sudah Terbiasa Berkomunikasi dengan Orang


yang Belum Pernah di Temui Sebelumnya ............................. 240

Gambar 4.89 Gambaran jika Mereka Tidak Suka dengan Kelompok


Mereka Saat Ini, Mereka akan Beralih ke Kelompok yang
Lebih Baik ............................................................................... 242

Gambar 4.90 Gambaran Bebas Bergaul dengan Siapa Saja .......................... 243

Gambar 4.91 Gambaran Sangat Mudah untuk Bertemu Orang Baru ............ 244

Gambar 4.92 Gambaran Meninggalkan Kelompok yang Dimiliki karena


Kurang Puas dengan Kelompok Tersebut ............................... 246

Gambar 4.93 Gambaran Memilih Kelompok dan Organisasi yang Mereka


Inginkan ................................................................................... 247

Gambar 4.94 Gambaran Menjalin Hubungan dengan yang Lain jika Merasa
Tidak Puas dengan Hubungan yang Sekarang ........................ 249

Gambar 4.95 Gambaran Ada Kecenderungan Meninggalkan Kelompoknya


dan Lebih Baik Tidak Bertahan dengan Kelompoknya karena
Tidak Suka ............................................................................... 250

xxxv
Gambar 4.96 Ringkasan Relational Mobility pada Individu Dewasa yang
Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 253

Gambar 4.97 Scatterplot ................................................................................ 256

xxxvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN ................................................. 295

Lampiran 2 TABULASI DATA ................................................................. 308

Lampiran 3 TABULASI KELAS RELATIONAL MOBILITY RENDAH


DAN KELAS RELATIONAL MOBILITY ............................... 314

Lampiran 4 TABULASI WORK VALUE DENGAN TINGKAT


RELATIONAL MOBILITY RENDAH ..................................... 316

Lampiran 5 TABULASI WORK VALUE DENGAN TINGKAT


RELATIONAL MOBILITY TINGGI ........................................ 318

Lampiran 6 HASIL UJI VALIDITAS DAN HASIL UJI


RELIABILITAS ..................................................................... 320

Lampiran 7 HASIL UJI ASUMSI .............................................................. 338

Lampiran 8 HASIL UJI HIPOTESIS .......................................................... 340

xxxvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagian jumlah manusia penghuni bumi berada dalam rentang masa

dewasa. Shiraev (2012: 314) mengungkapkan bahwa manusia dewasa berada pada

usia 20 tahun keatas. Dimana individu telah mencapai status dewasa sebagaimana

dirumuskan oleh norma dan hukum suatu masyarakat.

Mayoritas manusia yang telah berusia dewasa adalah orang-orang yang

bekerja dan banyak pekerja yang kini menyebar dan meningkat tajam di berbagai

kalangan masyarakat karena usia dewasa adalah usia matang dan produktif serta

sewajarnya mampu bertanggung jawab atas pekerjaannya.

Masa dewasa yang baru muncul (emerging adulthood) yang dimulai dari

antara akhir usia belasan sampai pertengahan usia 20an dan dicirikan oleh

eksplorasi yang fokus pada cinta, kerja, dan pandangan dunia (Arnett 2000 dalam

Shiraev, 307: 2012). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Yahya (2011:

298) bahwa pada konteks kehidupan manusia, pekerjaan merupakan salah satu

aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, kapanpun dan

dimanapun mereka berada.

Ungkapan tersebut sama halnya dengan asumsi Brown (dalam Anoraga,

2006: 13) bahwa kerja sesungguhnya adalah bagian penting dari kehidupan

manusia, sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat.

Bagi semua dewasa baik pria maupun wanita sejak dahulu kala memang

1
2

menyukai pekerjaan. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.

Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan

seringkali tidak disadari oleh pelakunya.

Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang

berharap bahwa aktifitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada

suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya (Anoraga,

2006: 11).

Manusia bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Agar dapat

menghasilkan kinerja yang baik dan maksimal dalam melakukan sebuah

pekerjaan, maka pekerja harus memiliki nilai kerja yang positif agar hasil yang

diperoleh bisa memuaskan. Menurut Sheila (2013: 2) nilai kerja merupakan salah

satu penentu keberhasilan suatu organisasi karena kecemerlangan sebuah

organisasi sangat bergantung pada nilai kerja individu. Nilai kerja sangatlah

penting karena mempengaruhi perilaku organisasional, performa kerja,

produktivitas dan komitmen organisasi. Nilai kerja merujuk pada sikap individu

terhadap kerja dan berkaitan dengan makna yang diberikan oleh individu terhadap

kerja.

Bagi semua dewasa yang bekerja menganggap pentingnya nilai kerja

karena pekerjaannya akan bertahan lama sehingga bisa menghasilkan upah dan

mencukupi kebutuhan sehari-hari bagi para pekerja. Nilai kerja yang baik akan

mengantarkan dan mendekatkan para pekerja pada keberhasilan karena nilai kerja

adalah kunci kesuksesan.


3

Setiap manusia yang telah menginjak masa dewasa, dalam melakukan

sebuah pekerjaan pastinya memiliki pegangan yaitu nilai kerja terjemahan dari

work value. Karena nilai kerja merupakan salah satu yang mendasari timbulnya

prilaku kerja seseorang. Dengan memiliki nilai kerja, maka pekerjaan yang

dilakukan para dewasa tidak menjadi sia-sia karena nilai kerja masing-masing

individu mempengaruhi kinerjanya baik bagi dirinya maupun organisasi dalam

bidang pekerjaannya.

Nilai kerja menurut Zedeck (dalam Ucanok, 2008: 157) mengemukakan

bahwa nilai kerja sebagai keyakinan individu mengenai cara-cara bertingkah laku

yang dipilih dan kondisi akhir yang diinginkan yang dibawa ke dalam situasi

kerja.

Banyak ahli mendefinisikan tentang nilai kerja yang intinya itu sama dan

saling melengkapi. Seperti pendapat Shem dan Itzhak mendefinisikan nilai kerja

sebagai kualitas-kualitas yang orang inginkan dari pekerjaan mereka yang

mencerminkan korespondensi antara kebutuhan dan kepuasan. Sedangkan

menurut Super nilai kerja sebagai satu tujuan yang dan usaha untuk mencapai

kebutuhan. Dosis mendefinisikan nilai kerja sebagai standar evaluatif yang

berkaitan dengan pekerjaan atau lingkungan kerja dimana individu mendiskusikan

apa yang benar atau menilai pentingnya kebutuhan (dalam Matic, 2008: 95).

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, peneliti disini menyimpulkan

bahwa nilai kerja adalah suatu keyakinan dan sikap individu mengenai cara-cara

bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu terhadap pekerjaannya

yang digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.


4

Beberapa ahli menyimpulkan bahwa nilai kerja sangatlah penting dan

berarti bagi orang setiap individu dewasa dalam melakukan aktifitas di bidang

pekerjaan masing-masing. Seperti Super & Sverko (dalam Kasa, 2004: 2)

mengatakan pentingnya nilai kerja sebagai suatu set kepercayaan yang kekal

tentang apa yang baik dan diinginkan para pekerja berkaitan dengan peranan

kerja. Sedangkan Issacson & Brown (dalam Kasa, 2004: 2) memandang nilai

kerja adalah suatu kemahiran yang memberi petunjuk kepada tingkah laku

seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Dose menyimpulkan pendapat dari

kebanyakan ahli teori nilai kerja setuju bahwa individu bertindak dan berkelakuan

sesuai nilai mereka.

Menurut Ishak (2003: 78) nilai kerja yang dimiliki individu memberikan

kesan atas prestasi kerja individu tersebut. Yahya (2011: 297) mengatakan

pentingnya nilai kerja guna membangun wawasan bagi individu dan menjadikan

manusia menjadi dewasa yang produktif, berjiwa usaha tinggi, dan mampu

bersaing secara global. Berkaitan dengan pentingnya nilai kerja, Arenawati (2010:

126) menyebutkan nilai kerja adalah dasar yang kemudian membentuk nilai-nilai

luhur dalam bekerja yang menjadi modal dasar seseorang untuk melangkah lebih

jauh dalam pengembangan karirnya dikemudian hari.

Kraska (1991) (dalam Kasa, 2004: 2) juga mengenal pasti bahwa

pemimpin cenderung memilih pekerja yang mempunyai nilai dan etika kerja yang

baik dari pada pekerja yang berpengetahuan dan memiliki kemahiran. Karena

pengetahuan dan kemahiran bisa dipelajari pekerja semasa ia bekerja nantinya,


5

sedangkan nilai kerja yang baik tidak mudah dipelajari dan akan membutuhkan

waktu yang lama untuk seseorang menghasilkan nilai kerja yang baik.

Menurut (Ivancevich, 2007: 42) organisasi mampu beroperasi secara

efisien hanya ketika ada nilai kerja yang diyakini bersama diantara karyawannya.

Nilai merupakan keinginan afektif, kesadaran, atau keinginan yang membimbing

perilaku. Nilai kerja tertentu dibutuhkan dan dijunjung tinggi dalam suatu

lingkungan pekerjaan sesuai kebutuhan organisasi pekerjaannya.

Asumsi tersebut didukung oleh penelitian terdahulu yang berjudul

Pengaruh Nilai Kerja Terhadap Kinerja Lingkungan di Bandara (Tadjoedin,

2009). Penelitian ini menggambarkan bahwa nilai kerja yang harus dimiliki para

pekerja di lingkungan bandara berorientasi pada pelayanan kepuasan pengguna

jasa bandara tersebut.

Penelitian lain di bidang pelayanan terkait pentingnya nilai kerja yang

dibutuhkan terhadap kebutuhan organisasi dan lingkunannya yaitu penelitian yang

berjudul Pengaruh Nilai-Nilai Kerja, Kemampuan Komunikasi, dan Penanganan

Keluhan Terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Pelayanan RSUD Serang

(Arenawati, 2010). Nilai kerja para pekerja rumah sakit dalam hal pelayanan

memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan kepuasan masyarakat. Sehingga

para pekerja rumah sakit harus memiliki nilai kerja yang positif dalam pelayanan

terhadap masyarakat yang menggunakan jasa rumah sakit tersebut.

Penelitian nilai kerja pada lingkungan pekerjaan di bidang lain sesuai

kebutuhan organisasi yaitu penelitian yang berjudul Hubungan antara Nilai Kerja

dan Faktor Demografi Guru Pelatih (Kasa, 2004). Nilai kerja yang dianggap
6

penting oleh guru adalah perkembangan diri, gaji, pekerjaan yang mapan, gaya

hidup, dan kreatifitas. Pada intinya karakteristik nilai kerja individu menyesuaikan

bidang pekerjaan masing-masing individu dan lingkungan kerja satu dengan

lingkungan kerja lainnya memiliki nilai kerja yang berbeda-beda.

Banyak penelitian terdahulu yang menjelaskan perbedaan dan perubahan

nilai kerja sehingga peneliti disini melakukan langkah awal studi pendahuluan

melalui metode wawancara tentang nilai kerja kepada beberapa pekerja dewasa

yang berusia 55 tahun keatas dan memiliki mobilitas sosial rendah. Peneliti

menemukan berbagai macam jawaban nilai kerja dari para dewasa, dan

menyimpulkan nilai kerja paling banyak mendominasi dewasa yang memiliki

mobilitas sosial rendah berupa mencoba belajar tentang ikhlas dalam melakukan

pekerjaan yang saat ini masih dijalani, menerima upah dengan lapang dada

sehingga harus bisa memanfaatkan penghasilan dengan baik guna mencukupi

kebutuhan sehari-hari, memaknai bahwa bekerja adalah ibadah sehingga para

dewasa melakukan pekerjaan sebaik-baiknya serta berusaha untuk berbuat baik

kepada orang lain sehingga apa yang dilakukannya bisa bermanfaat bagi dirinya

dan berguna bagi orang lain.

Kemudian peneliti mencoba mengobservasi perbedaan nilai kerja dewasa

saat ini yang berusia 55 tahun lebih dengan nilai kerja dewasa dulu waktu berusia

sekitar 35 sampai 45 tahun. Subjek menyampaikan ada perbedaan nilai kerja yang

dirasakan saat ini dengan nilai kerja waktu usia sebelumnya. Nilai kerja dulu

berupa melakukan pekerjaan guna mencari pengalaman kerja, bekerja guna

memenuhi kebutuhan materi duniawi atau kebutuhan hidup sehari-hari, bekerja


7

guna mencari relasi dan menjalin hubungan dengan teman baru. Dari jawaban

tersebut peneliti penyimpulkan bahwa ada perubahan nilai kerja yang dirasakan

para dewasa saat berusia 55 tahun dengan usia sebelumnya.

Nilai kerja berhubungan dengan aturan-aturan kerja yang menekankan

pentingnya tujuan yang berhubungan dengan keamanan ekonomi, interaksi sosial,

atau pemanfaatan kemampuan. Terkaitnya pentingnya nilai kerja, nilai kerja juga

terbukti mempengaruhi banyak hal seperti perilaku dan kondisi psikologis pekerja

dalam pilihan kerja, kepuasan kerja, komitmen, dan motivasi kerja (Yahya, 2011:

298).

Sejak tahun 1950 pengaruh nilai kerja sudah banyak ditemukan. Ginzberg

dkk (1951) menyatakan nilai kerja sangat penting sebagai faktor dalam proses

pemilihan kerja. Post dan Kammer (1987) menyatakan nilai kerja mempengaruhi

kematangan pekerjaan. Judge dan Bretz (1992) menyatakan nilai kerja

mempengaruhi pemilihan pekerjaan. Dietrich (1977) menyatakan nilai kerja

mempengaruhi kepuasan kerja (dalam Kasa, 2004: 2).

Pendapat lain tentang pengaruh nilai kerja, seperti Hoftstede (2001)

(dalam Matic, 2008: 94) juga mengungkapkan nilai kerja karyawan akan

mempengaruhi organisasi dalam banyak hal, seperti resolusi konflik,

kemampuannya untuk berubah, komunikasi, motivasi karyawan.

Arenawati (2010: 125) menambahkan dalam hal pelayanan, nilai kerja

juga mempengaruhi kepuasan masyarakat, semakin tinggi nilai kerja maka

semakin tinggi pula kepuasan masyarakat.


8

Pada kenyataannya di lapangan banyak ditemukan bahwa masing-masing

individu memiliki nilai kerja yang berbeda-beda. Seperti hasil penelitian yang

berjudul Model Penanaman Nilai Kerja (PNK) di SMP (Yahya, 2011). Dijelaskan

bahwa semenjak manusia berusia dini, manusia sudah memiliki nilai kerja yang

berbeda-beda. Penelitian lain The Effects of Work Value, Work-Value Congruence

and Work Centrality on Organizational Citizenship Behavor (Ucanok, 2008).

Yaitu meneliti tentang nilai kerja pada karyawan di berbagai kota di negara Turky

dan menemukan perbedaan nilai kerja pada masing-masing karyawan.

Setiap individu memiliki nilai kerja yang berbeda dan bisa berubah karena

dipengaruhi oleh banyak hal. Seperti yang dikemukakan Sheila, (2013: 9) faktor-

faktor yang mempengaruhi nilai kerja seperti lingkungan pekerjaan, pengaruh

materi, perubahan waktu, teknologi, kesadaran untuk maju, bertambah wawasan

dan pengalaman, membangun relasi dengan rekan kerja, serta perubahan

pandangan sikap. Lake (2009: 3) menambahkan seperti jenis kelamin, ras,

pembelajaran orang tua, aspirasi pendidikan, pekerjaan terlalu santai, stabilitas

kerja, imbalan ekstrinsik, materialisme, penghargaan instrinsik, perbedaan

demografi merupakan hal yang mempengaruhi nilai kerja.

Penelitian Ishak (2003) yang berjudul Kecerdasan Emosi dan

Hubungannya dengan Nilai Kerja. Menambah rujukan tentang penelitian nilai

kerja yang dipengaruhi oleh kecerdasan emosi. Dijelaskan bahwa individu yang

memiliki kecerdasan emosi yang baik akan menunjukkan prestasi kerja dan nilai

kerja yang baik.


9

Banyak faktor yang menyebabkan nilai kerja dewasa mengalami

perubahan. Dari berbagai asumsi diatas, peneliti banyak menemukan hasil

penelitian nilai kerja yang berbeda karena dipengaruhi oleh gesekan interaksi

individu dengan individu lainnya sehingga menghasilkan nilai kerja yang beragam

dan mengalami perubahan. Sehingga Banyak penelitian lintas budaya diberbagai

negara dan budaya telah dilakukan. Seperti penelitian yang berjudul Dinamika

Nilai Kerja: Studi Indigenous Pada Karyawan yang Bersuku Jawa di Pulau Jawa

(Sheila, 2013). Mengungkapkan tiga nilai kerja yang dianggap paling penting oleh

pekerja yang bersuku Jawa yaitu disiplin, loyalitas, dan jujur guna menghasilkan

nilai kerja yang baik dan maksimal. Para karyawan bersuku jawa mengalami

perubahan nilai kerja karena dipengaruhi lingkungan pekerjaan dan interaksi

dengan orang lain. Dijelaskan bahwa budaya mempengaruhi cara berpikir,

bersikap dan berperilaku yang menghasilkan perbedaan aspek-aspek dalam

kehidupan seseorang yaitu keyakinan, nilai, sikap dan perilaku. Budaya

membentuk kepercayaan individu, nilai, sikap dan perilaku melalui proses belajar.

Nilai kerja banyak berubah karena dipengaruhi faktor eksternal dan faktor

internal.

Pada budaya yang berbeda, nilai kerja seseorang akan berbeda pula.

Seperti penelitian yang berjudul Cultural Differences In Employee Work Values

And Their Implications For Management (Matic, 2008). Dibuktikan bahwa ada

perbedaan nilai kerja pada pekerja lulusan sarjana antara Kroasia dan Amerika

karena interaksi masing-masing budaya yang berbeda. Dalam penelitian tersebut,

Matic menyimpulkan bahwa menentukan nilai kerja dari masing-masing budaya


10

itu penting karena akan mempengaruhi teori dan praktek manajemen organisasi.

Perbedaan nilai kerja di masing-masing budaya dan Negara dapat digunakan

untuk membedakan kinerja individu, memprediksi kepuasan kerja,

mengembangkan tenaga yang memiliki komitmen, mempersiapkan organisasi

supaya bertahan lama, membantu negosiasi antara karyawan dan organisasi,

mengembangkan reward atau penghargaan karyawan, mempengaruhi

kepemimpinan dan gaya manajemen, memfasilitasi komunikasi dan organisasi

kerja.

Dan banyak penelitian nilai kerja lintas budaya lainnya yang telah

dilakukan guna mengetahui nilai kerja disetiap masing-masing budaya yang

dipengaruhi oleh gesekan interaksi individu seperti penelitian yang berjudul Work

Values in Western and Eastern Europe (Torgler, 2011), Identifying the

Dimensions and Components of Islamic Work Values (IWV) for Public Services

Sector of Iran (Khanifar dkk, 2011), Job Sress and Job Performance Among

Employees in Hong Kong: The Role of Chinese Work Values and Organizational

Commitment (Siu, 2003), Work Values in White South African Males (Bluen &

Barling, 1983). Work Values in European Countries: Empirical Evidence and

Explanations (Kaasa, 2011).

Dari berbagai penelitian diatas banyak ditemukan perbedaan nilai kerja di

setiap budaya, Schwartz (1999: 26) menyimpulkan bahwa masing-masing budaya

menghasilkan nilai kerja berbeda. Berbicara tentang budaya, Hofstede (1980)

menggambarkan ada dua dimensi budaya yaitu budaya individualis dan budaya

kolektif yang sangat berkaitan dengan sikap dan prilaku kerja. Budaya
11

individualis menekankan pada kerangka kerja yang bersifat sosial rendah,

sedangkan budaya kolektif menekankan pada kerangka kerja yang bersifat sosial

penekanannya sangat kuat (dalam Schwartz, 1999: 26).

Berdasarkan asumsi diatas, peneliti disini memandang bahwa nilai kerja

dewasa disetiap budaya tidak terlepas dari pengaruh gesekan interaksi teman

dekat atau hubungan relasi pekerja. Menurut Harkness (1992) (dalam Shiraev, 22:

2012) manusia tidak dapat bertahan hidup dengan terisolasi sepenuhnya dari

orang lain. Individu tidak dianggap sebagai sosok pasif dan statis yang

dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi sosok dinamis yang berinteraksi dengan

lingkungan dan mengubahnya.

Nilai kerja secara umum dibentuk dari kebudayaan nasional dan tingkatan

karakteristik individu. Susunan tingkat nilai individu diketahui sebagai pem-

bangunan diri, ditentukan oleh sebuah jarak dari beberapa faktor termasuk sebuah

hubungan individu dengan yang lain, dan konteks dimana individu menemukan

diri mereka sendiri. Sebuah nilai kerja perseorangan bisa di bentuk dan di cetak

melalui hubungan interpersonal dengan yang lain sebaik menjadi seorang anggota

dan mengidentifikasi dengan sebuah kelompok individu yang luas (Gahan dan

Abeysekera (2009) dalam Bosch, 2013: 20).

Dalam aktifitas sehari-hari para dewasa melakukan rutinitas untuk bekerja,

belajar dan berpengalaman sosial guna menjalin dan menata kedudukannya

sebagai anggota suatu kelompok masyarakat. Orang dewasa yang bekerja juga

menginginkan kepuasan kebutuhan sosial. Ia memerlukan persahabatan dan sering

berhubungan serta membangun relasi sesama manusia. Membuka diri untuk


12

mencari teman dan mengakhiri hubungan teman lama atau yang sekarang ini

disebut relational mobility. Asumsi tersebut menjadikan peneliti terpanggil untuk

melakukan penelitian antara relational mobility dan hubungannya dengan work

value pada individu dewasa.

Relational mobility adalah tingkat umum dimana individu dalam

masyarakat memiliki kesempatan untuk membentuk baru dan mengakhiri

hubungan yang lama (Schug dkk, 2010: 1471). Sedangkan menurut Falk dkk

(2010: 1471) relational mobility menjelaskan perbedaan keterbukaan diri terhadap

teman-teman dekat. Relational mobility didefinisikan sebagai sejauh mana

individu memiliki kesempatan untuk sukarela membentuk baru dan mengakhiri

hubungan yang lama dalam konteks tertentu (dalam Schug dkk, 2010: 1471).

Relational mobility ini lebih cenderung menunjuk kepada kemampuan

seseorang untuk berpindah dari suatu relasi atau hubungan kepada relasi yang

lain. Jadi relational mobility dapat disimpulkan sejauh mana individu memiliki

kesempatan membentuk hubungan baru dan mengakhiri hubungan yang lama.

Akhir-akhir ini sudah banyak penelitian relational mobility yang dilakukan

guna mengungkap berbagai aspek diri dalam masyarakat dan membedakan

berbagai aspek dari lintas budaya. Seperti penelitian yang berjudul “A Socio-

Ecological Approach to Privacy Concern on Facebook: the Role of Relational

Mobility” (Thomson, 2010), penelitian dari Hokaido University yang berjudul

“Relational Mobility Explains Between and Within Culture-Differences in Self-

Disclosure to Close Friends” (Schug dkk, 2010), “Social Ecology Moderates the

Association Between Self-Esteem and Happiness” (Yuki dkk, 2013), “Why Do


13

Westerners Self-Enhance More than East Asians” (Falk dkk, 2009), “Cross-

Cultural Differences and Similarities in Proneness to Shame an Adaptationist and

Ecological Approach” (Sznycer, 2012).

Dari beragam penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan perbedaan

tingkat relational mobility pada setiap budaya. Ada budaya yang memiliki tingkat

relational mobility rendah dan ada juga yang memiliki tingkat relational mobility

tinggi. Sehingga relational mobility yang tertanam pada individu menghasilkan

berbagai macam pengaruh nilai-nilai yang tertanam di setiap budaya. Dari

banyaknya penelitian terdahulu, peneliti disini menyimpulkan para individu

dewasa yang memiliki relational mobility beragam akan menghasilkan perubahan

nilai kerja.

Penelitian terdahulu tentang relational mobility ditemukan bahwa Asia

memiliki relational mobility lebih rendah dibandingkan Eropa karena nilai budaya

yang tertanam di Asia memiliki tingkat rasa malu lebih tinggi dibandingkan

Eropa. Sehingga Asia disimpulkan memiliki tingkat relational mobility lebih

rendah dibandingkan Eropa yang terbiasa dengan budaya untuk bebas membuka

diri dan menjalin relasi dengan orang lain. Menurut Schug dkk (2010: 1472)

setiap budaya mempengaruhi kemampuan relational mobility dan relational

mobility dapat bervariasi dalam suatu satu budaya. Relational mobility yang

cenderung memiliki kebebasan yang relatif tinggi untuk membentuk dan

mengakhiri suatu hubungan, dapat mengindikasikan rapuhnya komitmen sosial

dalam suatu komunitas tersebut.


14

Masyarakat yang berada pada komunitas dengan relational mobility yang

tinggi, mereka harus dapat menginvestasikan waktu dan energinya untuk

mempertahankan hubungan dalam komunitas mereka. Jika tidak, mereka akan

bubar dan berakhir. Sebaliknya, komunitas masyarakat dengan relational mobility

yang rendah, hubungan komunikasi kelompoknya akan lebih stabil, akan tetapi

ada kecenderungan kurangnya keaktifan usahanya dalam mempertahankan

hubungan. Relational mobility yang rendah pada umumnya hampir tidak ada mitra

baru dalam komunitasnya. Hal ini memicu adanya keterbatasan yang menonjol

dalam kelompok terkait dengan pengungkapan informasi apapun yang dapat

berpotensi menyebabkan adanya reputasi negatif, yang akhirnya berdampak pada

pengucilan sosial (dalam Schug, 2010: 1472).

Pengucilan sosial tersebut berlanjut ke isolasi sosial dalam masyarakat.

Relational mobility yang rendah merupakan konsekuensi terburuk yang dapat

terjadi mengingat adanya kesulitan membentuk hubungan baru dalam komunitas

tersebut. Sedangkan dalam masyarakat dengan relational mobility tinggi,

pengucilan sosial tersebut dapat diantisipasi karena adanya kemampuan dan

pengalaman individu membentuk hubungan yang ada dengan banyaknya mitra

baru yang tersedia. Dalam komunitas masyarakat dengan relational mobility yang

tinggi ini diperlukan adanya tingkat keterbukaan diri yang tinggi dikaitkan dengan

peningkatan motivasi untuk memperkuat hubungan dengan teman baru.

Mencari teman baru dan menjalin relasi yang ada lebih mudah dijumpai

pada dewasa yang memiliki mobilitas sosial tinggi. Mobilitas sosial dapat

diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial
15

yang lainnya. Masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka memiliki tingkat

mobilitas yang tinggi dibanding masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial yang

tertutup. Sehingga dewasa yang memiliki mobilitas sosial tinggi tidak punya

pilihan selain mengandalkan dirinya sendiri, mereka dipaksa oleh lingkungannya

untuk melepaskan diri dari kebiasaan dan pola hidup yang telah berakar dan harus

menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial dan standar-standar tingkah laku baru.

Dengan tingkat relational mobility yang tinggi pada dewasa yang memiliki

mobilitas sosial tinggi, mereka dipastikan mampu menyesuaikan diri dengan baik

terhadap situasi yang baru karena mereka sudah terbiasa dengan kondisi

lingkungan yang baru. Mereka lebih mudah memperoleh hal-hal positif yang ada

dalam lingkungan sosialnya termasuk pekerjaan yang sesuai dengan keinginan,

karena banyaknya pilihan kerja yang sesuai pada dewasa yang memiliki mobilitas

sosial tinggi.

Apabila tingkat mobilitas sosial rendah tentu saja kebanyakan orang akan

terkurung dalam status nenek moyang mereka dan mendapatkan pekerjaan dan

relasi sedikit karena terbatasnya pilihan pekerjaan yang tersedia dan hidup dalam

kelas sosial tertutup. Peneliti menduga dengan adanya proses relational mobility

pada pekerja yang memiliki mobilitas sosial rendah, tentunya sangat

mempengaruhi nilai kerjanya. Karena pekerja yang memiliki mobilitas sosial

rendah, wawasannya akan bertambah dengan pertukaran informasi dari banyaknya

relasi yang tersedia. Dengan relational mobility pada dewasa yang memiliki

mobilitas sosial rendah, peneliti menduga akan ada banyak perubahan nilai kerja.
16

Menurut Camilleri (1997) (dalam Shiraev, 307: 2012) individu masuk

kedalam berbagai macam kelompok yang berbeda. Ketika para dewasa bergabung

dengan suatu kelompok akan mendapatkan status posisi sosial relatif didalam

kelompok yang bisa bersifat formal atau informal. Sepanjang hidup, para dewasa

bergabung dengan beberapa lingkungan dengan terpaksa atau sukarela, sengaja

ataupun kebetulan. (Shiraev, 22: 2012) menjelaskan bahwa orang dari kelas sosial

yang sama, tetapi dari kelompok etnis berbeda, memiliki lebih banyak kesamaan

ketimbang orang dari kelompok etnis yang sama namun kelas sosialnya berbeda.

Berdasarkan asumsi dari latar belakang yang telah diuraikan, penulis

tertarik mengangkat dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul:

“Hubungan Antara Relational Mobility Dengan Work Value Pada Individu

Dewasa Yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah”.

1.2 Rumusan Masalah

Ada banyak variabel yang dapat mempengaruhi work value, akan tetapi

penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Rumusan

masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan antara relational mobility dengan work value dulu

(usia 35-45 tahun) pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial

rendah?

2. Apakah ada hubungan antara relational mobility dengan work value

sekarang (usia 55 tahun keatas) pada individu dewasa yang memiliki

mobilitas sosial rendah?


17

3. Apakah ada perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan

work value sekarang (usia 55 tahun keatas) pada individu dewasa yang

memiliki mobilitas sosial rendah?

4. Apakah ada perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan

work value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari relational

mobility rendah pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial

rendah?

5. Apakah ada perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan

work value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari relational

mobility tinggi pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial

rendah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditentukan di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan antara relational mobility dengan work value

dulu (usia 35-45 tahun) pada individu dewasa yang memiliki mobilitas

sosial rendah.

2. Untuk mengetahui hubungan antara relational mobility dengan work value

sekarang (usia 55 tahun keatas) pada individu dewasa yang memiliki

mobilitas sosial rendah.

3. Untuk mengetahui perubahan work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan

work value sekarang (usia 55 tahun keatas) pada individu dewasa yang

memiliki mobilitas sosial rendah.


18

4. Untuk mengetahui perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun)

dengan work value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari

relational mobility rendah pada individu dewasa yang memiliki mobilitas

sosial rendah.

5. Untuk mengetahui perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun)

dengan work value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari

relational mobility tinggi pada individu dewasa yang memiliki mobilitas

sosial rendah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta

sumbangan ilmiah untuk memperkaya referensi di bidang psikologi, khususnya

disiplin ilmu psikologi industri dan organisasi tentang relational mobility dan

work value pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah. Hasil

dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman serta rujukan

untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada hal yang sama atau sejenis.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti: penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan

pengembangan teori lebih lanjut mengenai relational mobility dan work

value.

2. Bagi akademisi: penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan

sebagai referensi dalam melakukan pengkajian di bidang psikologi industri

dan organisasi.
19

3. Bagi para pembaca atau masyarakat pada umumnya: sebagai bahan untuk

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik atau tema yang ada

dalam penelitian ini.

4. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi yang

bermanfaat bagi pihak lain yang terkait dengan masalah relational mobility

dan work value pada dewasa seperti menyaring serta memilah relational

mobility supaya menghasilkan work value yang di inginkan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Work Value (Nilai Kerja)

2.1.1 Pengertian Work Value (Nilai Kerja)

Literatur tentang nilai-nilai sangat luas meliputi berbagai macam topik

dalam sosiologi, studi organisasi dan psikologi. Berbagai peneliti telah

menetapkan nilai-nilai sejak tahun 1970an. An early definition by Rokeach, states

that a value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of

existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of

conduct or end-state of existence (Definisi awal oleh Rokeach menyatakan bahwa

nilai adalah kepercayaan abadi bahwa modus perilaku tertentu atau akhir tujuan

secara pribadi atau lebih sosial ke mode yang berlawanan atau kebalikan dari

perilaku atau akhir negara eksistensi) (Ucanok, 2008: 157).

Rokeach (1973) (dalam Crompton, 2010: 79) juga mendefinisikan nilai

sebagai psychological representations of what we believe to be important in life

and as “desirable trans-situational goals, varying in importance, that serve as

guiding principles in the life of a person or other social entity” (representasi

psikologis dari apa yang kita yakini menjadi penting dalam hidup dan sebagai

"transsituasional dari tujuan yang diinginkan, bervariasi dan penting, yang

berfungsi sebagai prinsip dalam kehidupan seseorang atau badan sosial lainnya".

Rokeach (dalam Shiraev, 2012: 356) menambahkan bahwa nilai adalah

sikap yang merefleksikan prinsip, standar, atau kualitas yang dianggap oleh

20
21

individu sebagai sesuatu yang paling diharapkan atau tepat. Nilai adalah

pandangan yang mapan bahwa perilaku spesifik yang sering disebut nilai

instrumental atau tujuan disebut juga nilai terminal yang lebih disukai ketimbang

perilaku atau tujuan lain. Nilai terminal biasanya merujuk pada perhatian sosial

dan personal, sedangkan nilai instrumental mengacu pada moralitas dan isu

kompetensi. Nilai-nilai pada umumnya berada pada posisi utama ketimbang sikap,

dan menyebabkan individu membentuk pandangan tertentu terhadap berbagai

macam isu.

Menurut Kouzes dan Posner (dalam Tadjoedin, 2009: 124) nilai

merupakan cara berperilaku (mode of conduct) yang sangat spesifik atau

merupakan pilihan akhir dari keberadaan (end-state of selections and existence).

Sedangkan menurut Sofyandi dan Garniwa (2007: 82) nilai merupakan

keyakinan-keyakinan dasar atau suatu modus dari cara berperilaku atau keadaan

akhir dari eksistensi yang khas lebih dapat disukai secara pribadi atau sosial dari

pada suatu modus perilaku keadaan akhir eksistensi yang berlawanan atau

kebalikannya.

Menurut Ivancevich dkk, (2006: 42) nilai merupakan keinginan afektif,

kesadaran, atau keinginan yang membimbing perilaku. Nilai pribadi seorang

individu membimbing perilakunya di dalam dan di luar pekerjaan. Jika

serangkaian nilai seseorang dianggap penting, maka nilai tersebut akan

membimbing orang tersebut dan juga kemungkinan orang itu berprilaku secara

konsisten terhadap berbagai situasi.


22

Dose (1997) (dalam Kasa, 2004: 2) menyimpulkan dari kebanyakan ahli

teori nilai setuju bahwa individu bertindak atau bekelakuan mengikut nilai

mereka. Karena nilai menentukan benar dan salahnya tindakan seseorang serta

menunjukkan apa saja yang seharusnya dilakukan secara ideal. Nilai juga

merupakan ide masyarakat tentang apa yang salah dan apa yang benar, seperti

keyakinan para dewasa dan masyarakat sekitarnya bahwa manusia yang telah

dewasa haruslah bekerja agar tidak di pandang sebelah mata dan mendapatkan

status sosial dalam lingkungannya.

Sedangkan kerja menurut Anoraga (2006: 11) merupakan sesuatu yang

dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan

berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja

karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktifitas

kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih

memuaskan dari pada keadaan sebelumnya.

Menurut Brown (dalam Anoraga, 2006: 13) kerja itu sesungguhnya

merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, sebab aspek kehidupan yang

memberikan status kepada masyarakat. Bagi semua dewasa baik pria maupun

wanita sejak dahulu kala memang menyukai pekerjaan.

Menurut Anoraga, (2006: 11) sesungguhnya kerja itu adalah kegiatan

sosial. Sedangkan menurut Smith (dalam Anoraga, 2006: 12) kerja adalah untuk

hidup. Dengan demikian, maka mereka yang menukarkan kegiatan fisik atau

kegiatan otak dengan sarana untuk kebutuhan hidup, berarti bekerja. Dari

pendapat tersebut maka hanya kegiatan-kegiatan orang yang bermotivasikan


23

kebutuhan ekonomis sajalah yang bisa dikategorikan sebagai kerja. Mereka yang

melakukan kegiatan dalam yayasan-yayasan sosial, yaitu mereka yang menjadi

anggota dan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial tanpa mendapatkan imbalan

apapun tentulah tidak dapat dikatakan sebagai pekerja.

Menurut Hegel (1770-1831) (dalam Anoraga, 2006: 12) inti pekerjaan

adalah kesadaran dari manusia itu sendiri. Pekerjaan memungkinkan orang dapat

menyatakan diri secara obyektif ke dunia ini, sehingga ia dan orang lain dapat

memandang dan memahami keberadaan dirinya. Dengan demikian dapat

dikatakan, bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada

saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya. Demi

mencapai tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktifitas yang

disebut kerja.

Peneliti disini menyimpulkan bahwa bekerja guna memenuhi

kesejahteraan hidup, melakukan kegiatan atau aktifitas, sebagai suatu ibadah,

pelayanan dan pengabdian, aktualisasi diri, suatu kewajiban dan tanggung jawab,

mengaplikasikan ilmu, dan menambah pengalaman. Dari beberapa devinisi tokoh

diatas, menurut analisis peneliti disini tentang nilai kerja sendiri di dasari oleh

nilai. Setiap manusia pastinya mempunyai pegangan nilai yang dianggapnya itu

benar dan diyakininya dalam melakukan pekerjaan. Nilai adalah keyakinan yang

meresap di dalam prakarsa individual. Nilai mengandung suatu unsur

pertimbangan dalam arti nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu

mengenai apa yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai mempunyai atribut isi

maupun intensitas. Sistem nilai diidentifikasikan oleh kepentingan relatif yang


24

diberikan kepada nilai-nilai seperti kebebasan, kesenangan, hormat diri, kejujuran,

kepatuhan, dan kesamaan.

Berkaitan tentang adanya nilai kerja pada dewasa, manusia yang sudah

dewasa serta memiliki pekerjaan membawa nilai masing-masing ke dalam

pekerjaanya sehingga menjadi apa yang dinamakan nilai kerja. Nilai kerja

terjemahan dari work value, peneliti disini menggunakan istilah work value untuk

menyebut nilai kerja. Nilai kerja merujuk pada sikap individu terhadap kerja dan

berkaitan dengan makna yang diberikan individu terhadap kerja. Nilai kerja

sangatlah penting karena dapat menghasilkan kinerja yang baik dan maksimal

bagi para pekerja, sebagai kunci kesuksesan, serta dapat memenuhi kebutuhan

hidup.

Taris and Feij (2001) (dalam Torgler, 2011: 7) provide a definition of

intrinsic and extrinsic work values: “Intrinsic work values refer to the degree to

which employees value immaterial aspects of their jobs that allow for self-

expression as important, for example, job variety and autonomy. Extrinsic work

values refer to the degree to which employees value material or instrumental work

aspects, such as salary and opportunity for promotion, as important”. definisi

nilai kerja intrinsik dan ekstrinsik: "nilai kerja intrinsik mengacu pada sejauh

mana karyawan menghargai aspek dari material pekerjaan mereka yang

memungkinkan untuk mengekspresikan diri yang dianggap penting, misalnya

berbagai pekerjaan dan otonomi. Nilai kerja ekstrinsik mengacu pada sejauh mana

materi nilai karyawan atau aspek kerja instrumental, seperti gaji dan kesempatan

untuk promosi yang dianggap penting".


25

Berbicara nilai kerja instrinsik dan ekstrinsik, Nord dkk (dalam Ucanok,

2009: 628) juga menyatakan bahwa nilai kerja dapat diklasifikasikan sebagai

intrinsik atau ekstrinsik. Nilai kerja intrinsik merujuk kepada hasil akhir yang

terjadi melalui kerja atau dalam perjalanan orang-orang yang terlibat dalam

aktivitas kerja seperti rasa prestasi dan tergantung pada isi dari pekerjaan. Nilai

kerja ekstrinsik mengacu mengakhiri dari keadaan akhir yang terjadi sebagai

konsekuensi dari pekerjaan, terlepas atau independen dari keadaan isi pekerjaan

seseperti keamanan keluarga. Dari definisi tersebut, Ginzberg (dalam Ucanok,

2009: 628) menambahkan dimensi ketiganya. Dimensi ketiga ini disebut nilai-

nilai sosial atau lingkungan mengacu pada hubungan dengan rekan kerja dan

lingkungan kerja itu sendiri.

Disisi lain, Hashim berpendapat bahwa work values are values that lead to

understanding the concept of work, in which Dewey (1916) differentiates between

the terms job and work. According to Dewey, the term job refers to a way of

making a living; on the other hand, work not only provides one with a salary to

make a living, but also includes the deeper meaning of the purpose of life,

personal well-being and one’s chosen vocation. (Nilai kerja adalah nilai-nilai

yang mengarah pada pemahaman konsep kerja, di mana Dewey (1916)

membedakan antara istilah pekerjaan dan bekerja. Menurut Dewey, pekerjaan

merujuk pada cara untuk membuat hidup. Di sisi lain, bekerja tidak hanya

menyediakan sessuatu dengan gaji untuk mencari nafkah, tetapi juga mencakup

makna yang lebih dalam dari tujuan hidup, kesejahteraan pribadi dan satu yang

dipilih panggilan) (dalam Hashim, 2009: 4).


26

Feather (dalam Mofard, 2012: 959) defined work values as motivations

and encouragements that act as standards and criterions in order to motivate

thoughts and actions that are related to work development (nilai kerja sebagai

motivasi dan dorongan yang bertindak sebagai standar dan kriteria untuk

memotivasi pikiran dan tindakan yang berhubungan dengan meningkatkan

pekerjaan).

Definisi tersebut hampir sama dengan devinisi Super (1970) (dalam

Khanifar, 2011: 248) work values as the part of individuals values that work can

satisfy (nilai kerja sebagai bagian dari nilai-nilai individu yang dapat memuaskan

pekerjaan).

Super (dalam Mofard, 2012: 959) menambahkan bahwa work values as

goals and purposes that everybody strives to achieve them with purpose of

satisfying his/her favorable needs (nilai kerja sebagai tujuan dan tujuan dari

semua orang untuk berusaha mencapai tujuan mereka dengan memuaskan

kebutuhannya dan menguntungkannya).

Menurut Heilinchu (2007) (dalam Mofard, 2012: 959), work values

considered as one of the important factors that motivate peoples to choosing

determined work environment in terms of organizational and industrial

psychology (nilai kerja dianggap sebagai salah satu faktor penting yang

memotivasi masyarakat untuk memilih lingkungan kerja ditentukan dalam hal

psikologi organisasi dan industri).

Menurut Dos (1999) (dalam Khanifar, 2011: 248) work values are

evaluative standards relating to work or the work environment which individuals


27

use to discern what is right or to assess the importance of preferences for actions

or outcomes (nilai kerja adalah standar evaluatif berkaitan dengan pekerjaan atau

lingkungan kerja yang digunakan individu untuk membedakan apa yang benar

atau untuk menilai pentingnya preferensi untuk tindakan atau hasil).

Menurut Issacson & Brown (1997) (dalam Kasa, 2004: 2) nilai kerja

adalah suatu piawai yang memberi petunjuk kepada tingkah laku seseorang dalam

menjalankan kerjanya. Menurut Hashim (2009) nilai kerja adalah keyakinan yang

mendasari individu mempengaruhi pilihan pekerjaannya.

Rokeach (dalam Kinicki & Kreitner, 2007: 7) mendefinisikan nilai kerja

adalah keyakinan individu mengenai cara-cara bertingkahlaku yang dipilih dan

kondisi akhir yang diinginkan yang dibawa ke dalam situasi kerja.

Nilai kerja menurut Hofstede (1980: 81) merupakan orientasi individual

dan sikap terhadap pekerjaannya sendiri, terhadap hubungan personalnya dengan

anggota perusahaan dan loyalitas kepada perusahaan maupun organisasi.

Brown (2002) (dalam Mofard, 2012: 960) defined work values as the

satisfying outcomes that everybody expects because of participation in work (nilai

kerja didefinisikan sebagai hasil memuaskan bagi semua orang yang

mengharapkan karena partisipasi dalam pekerjaan).

Menurut Li (2008) work values are goals that one seeks to attain to satisfy

a need) (nilai kerja adalah tujuan dan suatu usaha untuk mencapai dalam

memenuhi kebutuhan. Feather (1982) defined work values as a class of motives

that serve as standards or criteria to stimulate thoughts and actions related to

career development (mendefinisikan nilai kerja sebagai motivasi yang berfungsi


28

sebagai standar atau kriteria untuk merangsang pikiran dan tindakan yang terkait

dengan pengembangan karir. Brown (2002) defined work values as the

satisfactory outcomes that individuals expect to achieve through their

participation in work activities (nilai kerja sebagai hasil yang memuaskan bahwa

individu berharap untuk mencapai melalui partisipasi mereka dalam aktivitas

kerja) (dalam Khanifar, 2011: 248).

Nilai kerja dapat didefinisikan sebagai kualitas-kualitas yang orang

inginkan dari pekerjaan mereka yang mencerminkan korespondensi antara

kebutuhan dan kepuasan. Super (1973) mendefinisikan nilai kerja sebagai tujuan

yang satu berusaha untuk mencapai kebutuhan. Dose (1997) mendefinisikan nilai

kerja sebagai standar evaluatif yang berkaitan dengan pekerjaan atau lingkungan

pekerjaan dimana individu mendiskusikan apa yang benar atau menilai

pentingnya pilihan. Lebih lanjut Dose membagi nilai-nilai kerja menjadi dua

dimensi: (1) mempunyai suatu unsur moral dan (2) derajat tingkat consensus

mengenai arti penting dan keinginan dari nilai-nilai tertentu (dalam Matic, 2008:

95).

Nilai kerja merujuk pada sikap individu terhadap kerja dan berkaitan

dengan makna yang diberikan oleh individu terhadap kerja. Rokeach

mendefinisikan nilai kerja sebagai keyakinan individu mengenai cara-cara

bertingkah-laku yang dipilih dan kondisi akhir yang diinginkan yang dibawa

kedalam situasi kerja. Nilai kerja dapat menghasilkan kinerja yang baik dan

maksimal, sebagai kunci kesuksesan, serta dapat memenuhi kebutuhan hidup

(dalam Sheila, 2013: 3).


29

Nilai kerja sangat berkaitan dengan sikap, persepsi dan kepercayaan

individu terhadap pekerjaannya. Nilai kerja juga boleh dijadikan petunjuk untuk

menilai sejauh mana penilaian pekerja terhadap kerjanya dan bagaimana pula

kebanggaan, rasa tanggung jawab, kesungguhan, cara bekerja dan akhirnya,

prestasi kerja yang dihasilkan (dalam Samad, 2009: 9).

Sementara Kraska (1993: 340) mengemukakan bahwa nilai kerja

merupakan salah satu bagian dari etika kerja yang menjadi penuntun dan diyakini

setiap individu dalam bersikap dan berperilaku sesuai nilai atau aturan di tempat

kerja. Sverko dkk, (2008: 539) menekankan bahwa nilai kerja adalah apa yang

seseorang anggap penting untuk dipertimbangkan ketika bekerja.

Nilai kerja menurut The Harrington O’Shea Career Decision-Making

System (CDM) (Brad, 1995: 360) ada 14 macam, yaitu: kreativitas, penghasilan

(uang), prestasi tinggi, kemandirian, keamanan bekerja, kepemimpinan, aktivitas

fisik, prestise, aktivitas rutin, pekerjaan yang disupervisi, pekerjaan beragam

(varety diversion), bekerja dengan tangan, bekerja dengan pikiran, dan bekerja

dengan orang. Sementara Rokeach membagi nilai menjadi dua perangkat, yaitu:

nilai terminal dan nilai instrumental. Nilai terminal merujuk ke keadaan akhir

ekstensi yang sangat diinginkan, yang merupakan tujuan yang ingin dicapai

seseorang selama hayatnya. Nilai instrumental merujuk kepada modus perilaku

yang lebih disukai atau cara untuk mencapai nilai-nilai terminal (dalam Yahya,

2011: 11).

Zedeck mendefinisikan nilai kerja sebagai pernyataan akhir yang

memandu individu bekerja terkait kepentingan yang dapat dicapai melalui


30

tindakan bekerja. Nilai kerja menurut Zedeck identik dengan usaha dan tujuan

yang manusia inginkan didalam bekerja. Ucanok menggunakan istilah inti dari

nilai dan tujuan kerja menjadi kesatuan yaitu nilai kerja (dalam Ucanok, 2008:

157).

Ros dkk (dalam Ucanok, 2009: 628) adopt the view that, like basic values,

work values are beliefs pertaining to desirable end-states (e.g. high pay) or

behavior (e.g. working with people) and examine the relationship between these

basic values and work values (mengadopsi pandangan bahwa, seperti nilai-nilai

dasar, nilai kerja adalah keyakinan yang berkaitan dengan tujuan akhir yang

diinginkan (misalnya gaji tinggi) atau perilakunya (misalnya bekerja dengan

orang-orang) dan menguji hubungan antara nilai-nilai dasar dan nilai-nilai kerja).

Work values have been defined as the desirable outcomes individuals feel

they should obtain through work. (Nilai kerja didefinisikan sebagai hasil yang

diinginkan individu merasa mereka harus mendapatkan melalui kerja) (Kaasa,

2011: 853).

Beberapa tokoh diatas menyebut nilai kerja dengan berbagai istilah yang

intinya sama dan saling melengkapi, dimana tujuan individu yang ingin dicapai

dalam pekerjaannya. Nilai kerja adalah tujuan spesifik bahwa individu

menganggap penting dan upaya para dewasa untuk mencapai kebutuhan ataupun

kesenangan yang diberikan dalam melakukan aktifitas kerja. Salah satu aspek

yang paling penting dari teori nilai kerja adalah bahwa pekerja memiliki nilai

kerja yang berbeda dan berkaitan dengan alasan yang mereka miliki yaitu untuk

bekerja dan memenuhi kebutuhan yang mereka ingin melalui kerja. Berdasarkan
31

beberapa pengertian di atas, nilai kerja dapat diartikan sebagai suatu keyakinan

dan sikap individu mengenai cara-cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang

diinginkan individu terhadap pekerjaannya yang digunakan sebagai prinsip atau

standar dalam hidupnya.

2.1.2 Tipologi Nilai Kerja

Berdasarkan dari penelitian terdahulu, peneliti disini menemukan berbagai

macam nilai kerja yang terbagi menjadi beberapa macam klasifikasi yang berguna

untuk membedakan nilai-nilai yang dimiliki para pekerja dewasa, diantaranya

yaitu:

2.1.2.1 Tipologi Nilai Rokeach

Survey nilai Rokeach, menciptakan Rokeach Value Survey (RVS) yang

terdiri atas dua perangkat nilai, yaitu nilai terminal dan nilai instrumental. Setiap

peringkat nilai berisi dengan 18 butir nilai individu. Nilai terminal merujuk pada

keadaan akhir eksistensi yang sangat diinginkan, yaitu tujuan yang ingin dicapai

seseorang selama hayatnya dan nilai instrumental merujuk pada modus perilaku

yang lebih disukai, atau cara-cara yang ditempuh untuk mencapai nilai terminal

(Sofyandi & Garniwa 2007: 85).

Tabel 2.1 Nilai Terminal dan Instrumental Rokeach Value Survey (RVS)
Nilai Terminal Nilai Instrumental
Suatu hidup nyaman (hidup makmur, Ambisius (pekerja keras, penuh
sejahtera) harapan)
Suatu hidup menggairahkan (motivasi Berpikiran luas (berpikir terbuka)
hidup)
Rasa berprestasi Kapabel (mampu, efektif)
Suatu dunia damai (bebas konflik) Riang (ringan hati, suka cita)
Suatu dunia yang indah (keindahan Bersih (rapi, tertata)
alam dan seni)
Kesamaan Berani (membela keyakinan)
Keamanan keluarga (saling cinta) Memaafkan (bersedia memaklumi
32

orang lain)
Kemerdekaan Membantu (bekerja demi kebaikan
orang)
Kebahagiaan (kepuasan) Jujur (tulus, terbuka)
Harmoni batin (bebas konflik batin) Imajinatif (penyayang, kreatif)
Cinta dewasa (cinta keluarga dan Bebas
agama)
Keamanan nasional (lindungan rasa Intelektual (cerdas, reflektif)
aman)
Kesenangan (hidup nikmat dan Logis (rasional)
Menyenangkan)
Keselamatan Mencintai (penyayang, lemah lembut)
Hormat kepada diri (harga diri) Patuh (setia, penuh hormat)
Pengakuan sosial (kehormatan) Sopan (beradab, perilaku baik)
Persahabatan sejati Tanggung jawab (dapat diandalkan)
Kebijaksanaan Kendali diri (terkendali, disiplin)
Sumber: Robbin (1993: 174) (dalam Sofyandi dan Garniwa 2007: 86)

2.1.2.2 Tipologi Nilai Allport

Allport dan rekan-rekan berupaya untuk mengkategorikan nilai dalam

enam tipe nilai, yaitu: (1) teoritis, adalah menganggap sangat penting penemuan

kebenaran lewat suatu pendekatan kritis dan rasional; (2) ekonomis, menekankan

pentingnya kegunaan dan kepraktisan; (3) estetis, menaruh nilai tertinggi pada

bentuk dan keserasian; (4) sosial, memberikan nilai tertinggi pada kecintaan akan

orang-orang atau terhadap kepentingan masyarakat; (5) politis, menaruh tekanan

pada diperolehnya kekuasaan dan pengaruh; (6) religius, menjunjung tinggi

aturan-aturan agama (Sofyandi & Garniwa, 2007: 84-85).

Menggunakan pendekatan ini, ditemukan bahwa orang-orang dalam

kedudukan kerja yang berlainan secara berlainan menganggap pentingnya keenam

tipe nilai itu. Misalnya, satu studi membandingkan rohaniawan, agen pembelian,

dan ilmuwan industri. Tidaklah mengherankan, pemimpin religius menaruh nilai-

nilai religius sebagai paling penting dan nilai-nilai ekonomi kurang penting. Nilai
33

ekonomi, di pihak lain dijumpai sebagai paling penting bagi eksekutif pembelian

(Sofyandi & Garniwa, 2007: 85).

Berdasarkan tipologi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kategori nilai

Allport lebih simpel dan tidak serinci serta sespesifik apabila dibandingkan

dengan tipologi nilai Rokeach karena tipologi nilai Allport sudah dikelompokkan

ke dalam aspek-aspek umum, sehingga lebih mudah ketika melakukan

pengelompokan kategori nilai.

2.1.2.3 Tipologi Nilai Meglino

Lebih spesifik Meglino mengidentifikasikan skema nilai individu dalam

setting lingkungan kerja sebagai berikut: (1) achievement, orientasi individu untuk

melaksanakan tugas melalui usaha yang gigih dan keras dalam menyelesaikan

tugas yang sulit; (2) helping and concern for other, orientasi individu untuk

memperhatikan orang lain dan memberikan bantuan sesuai dengan kapasitasnya;

(3) honesty, orientasi individu untuk mengatakan dan melaksanakan kebenaran;

(4) fairness, orientasi individu untuk menegakkan keadilan secara menyeluruh.

Berdasarkan tipologi nilai Meglino, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Meglino hanya mengidentifikasikan nilai individu dalam setting lingkungan kerja,

sehingga penggunaan tipologi nilai tersebut terbatas pada settingnya dan tidak

dapat digunakan secara luas. Tipologi nilai Meglino tidak dapat digunakan untuk

mengetahui nilai-nilai secara umum, misal nilai budaya, nilai sosial, nilai ibadah,

nilai ekonomi dan lain-lain.

2.1.2.4 Tipoligi Nilai Schwartz

Model teoritis 10 jenis nilai yang saling berhubungan menurut Schwartz


34

(1992) (dalam Crompton, 2010: 31) sebagai berikut: (1) Self direction, pikiran dan

tindakan bebas yaitu memilih, menciptakan, mengeksplorasi; (2) Stimulation,

kegembiraan kebaruan, dan tantangan dalam hidup; (3) Hedonism, kesenangan

dan kepuasan sensual untuk diri sendiri; (4) Achievement, keberhasilan pribadi

melalui kompetensi menunjukkan sesuai dengan standar sosial; (5) Power, status

sosial dan gengsi, kontrol atau dominasi atas orang-orang dan sumber informasi;

(6) Security, keselamatan, harmoni, dan stabilitas masyarakat, hubungan, dan diri;

(7) Conformity, pengekangan tindakan, kecenderungan, dan impuls mungkin kesal

atau merugikan orang lain dan melanggar norma-norma sosial atau harapan; (8)

Tradition, menghormati, komitmen, dan penerimaan dari kebiasaan dan ide-ide

bahwa budaya tradisional atau agama memberikan diri; (9) Benevolence,

melestarikan dan meningkatkan kesejahteraan mereka dengan siapa satu di kontak

pribadi yang sering dalam kelompok; (10) Universalism, pemahaman, apresiasi,

toleransi, dan perlindungan untuk kesejahteraan semua orang dan alam.

2.1.2.5 Tipologi Nilai Super

Super (dalam Mofard dkk, 2012: 961) membuat 15 skala nilai kerja bagi

perempuan dan laki-laki di berbagai negara. Dan menemukan bahwa pengukuran

nilai kerja sangat penting. Berikut ini nilai kerja yang dianggap penting menurut

Super: (1) Altruisme: pekerjaan di mana Anda membantu orang lain; (2) Esthetic,

pekerjaan di mana Anda harus memiliki kemampuan artistik; (3) Creativity,

pekerjaan di mana Anda mencoba ide-ide baru dan saran; (4) Intellectual

stimulation, pekerjaan di mana Anda harus tetap memecahkan masalah baru; (5)

Achievemant, pekerjaan di mana Anda mendapatkan perasaan telah melakukan


35

pekerjaan hari yang baik; (6) Independence, pekerjaan di mana Anda memiliki

kebebasan di daerah Anda sendiri; (7) Prestige, pekerjaan di mana Anda

mendapatkan prestise di bidang Anda; (8) Management, pekerjaan di mana Anda

memiliki kewenangan atas orang lain; (9) Economic returns, pekerjaan di mana

Anda bisa mendapatkan kenaikan gaji; (10) Security, bekerja di mana Anda tahu

pekerjaan Anda akan bertahan; (11) Surroundings, pekerjaan di mana Anda ingin

pengaturan di mana pekerjaan Anda selesai; (12) Supervisory relations, pekerjaan

di mana Anda memiliki bos yang memberi Anda banyak persegi; (13) Associates,

pekerjaan di mana Anda adalah salah satu geng; (14) Way of life, kerja di mana

Anda bisa menjadi jenis orang yang Anda ingin menjadi; (15) Variety, pekerjaan

di mana Anda berharap untuk perubahan dalam pekerjaan Anda.

2.1.2.6 Tipologi Nilai Karyawan Suku Jawa

Tipologi Karyawan Suku Jawa menurut Sheila (2013) yaitu: (1) Disiplin;

(2) Loyalitas; (3) Jujur; (4) Tanggung jawab; (5) Totalitas; (6) Membina

hubungan baik; (7) Motivasi; (8) Ekonomi; (9) Ibadah; (10) Lain-lain (Sheila,

2013: 6).

Karyawan Jawa memilih nilai-nilai kerja tersebut dengan beberapa alasan,

antara lain: (1) menghasilkan kinerja yang baik/maksimal, berarti tanpa nilai-nilai

kerja tersebut, suatu pekerjaan tidak akan berjalan dengan baik, hasil yang

diperoleh pun akan kurang/tidak memuaskan; (2) kunci kesuksesan, bahwa

dengan menerapkan nilai-nilai kerja tersebut akan mengantarkan dan

mendekatkan pada keberhasilan serta kesuksesan; (3) memenuhi kebutuhan hidup,

dengan bekerja dan menerapkan nilai kerja tersebut pekerjaan akan bertahan lama
36

sehingga bisa menghasilkan upah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Menurut

pandangan orang Jawa, upaya untuk mencapai kesejahteraan hidup dilakukan

dengan bekerja. Ukuran kesejahteraan hidup diartikan dalam bentuk materi.

Upaya yang dilakukan orang Jawa untuk mencapai kesejahteraan (dalam struktur

kesejahteraan orang Jawa) lebih didorong oleh nilai-nilai kesejahteraan Jawa yang

diyakini bersama.

2.1.2.7 Tipologi Nilai Tadjoedin

(1) Adil; (2) Berpikir positif; (3) Bijaksana; (4) Cerdas; (5)

Dedikasi/pengabdian; (6) Keja keras; (7) Keselamatan; (8) Keselarasan; (9)

Ketekunan; (10) Kompeten; (11) Konsisten; (12) Loyalitas/kesetiaan; (13)

Kreatifitas; (14) Jiwa dagang; (15) Jiwa wirausaha; (16) Bekerja tanpa pamrih;

(17) Mempergunakan bahasa daerah; (18) Mengambil resiko; (19) Pengetahuan;

(20) Penghargaan; (21) Perasaan; (22) Perdamaian; (23) Perilaku; (24)

Persahabatan; (25) Persaingan; (26) Rajin; (27) Tertib; (28) Tindakan; (29)

Prakarsa/inisiatif; (30) Prioritas (Tadjoedin, 2009: 126).

2.1.2.8 Tipologi Nilai Hashim

(1) Altruism, nilai kerja ada dalam pekerjaan yang memungkinkan

seseorang untuk berkontribusi pada kesejahteraan orang lain, mengukur keinginan

sosial; (2) Aesthetic, nilai yang berhubungan dengan kepentingan artistik, untuk

hal-hal yang indah, dan memberikan kontribusi keindahan dunia; (3) Creativity,

kesempatan untuk menciptakan desain atau mengembangkan hal-hal baru dan ide-

ide baru; (4) Intellectual, pemikiran independen dan belajar bagaimana dan

mengapa hal-hal yang signifikan dalam nilai intrinsik ini, individu cenderung
37

lebih abstrak dan ingin menggunakan kecerdasan mereka sendiri dan membuat

penilaian mereka sendiri; (5) Achievement, perasaan memuaskan prestasi ciri

prestasi, individu yang berorientasi tugas dan keinginan hasil yang nyata dalam

pekerjaan yang dipilih; (6) Independence, ini merupakan keinginan untuk bekerja

dengan cara sendiri tanpa campur tangan yang tidak semestinya; (7) Prestige,

menghormati/berdiri di mata orang lain, sangat terkait dengan nilai intrinsik yang

berbeda dari status dan kekuasaan; (8) Management, hal ini terkait dengan

keinginan untuk merencanakan pekerjaan orang lain atau setidaknya

merencanakan satu karya sendiri; (9) Economic return, sering disebut sebagai

materialisme, nilai ini menekankan pentingnya kuat untuk tangibles dan

pendapatan; (10) Security, sebuah nilai yang kuat bagi mereka yang takut berada

di luar pekerjaan, keamanan mencerminkan keinginan selalu tahu di mana satu

berdiri; (11) Surrounding, mencerminkan apresiasi kondisi kerja yang

menyenangkan; (12) Supervisory relation, kekhawatiran tentang bos, apakah dia

adil, dan bagaimana seseorang bisa bergaul dengan dirinya dirangkum oleh

hubungan pengawas; (13) Associates, ini keprihatinan alamat nilai rekan sekerja

seseorang, bagaimana seseorang bisa bergaul dengan mereka, dan apakah

seseorang menyukai mereka; (14) Way of Life, hal ini terkait dengan jenis

pekerjaan yang memungkinkan seseorang untuk hidup jenis kehidupan seseorang

memilih dan menjadi tipe orang yang ingin menjadi; (15) Variety, hal ini dinilai

tinggi oleh orang-orang yang menjadi bosan dengan mudah dan menginginkan

kesempatan untuk melakukan beberapa hal dalam pekerjaan mereka (Hashim,

2009: 5).
38

2.1.2.9 Tipologi Nilai Activity

(1) Help society, bantuan masyarakat, melakukan sesuatu untuk

berkontribusi pada perbaikan dunia yang saya tinggal masuk; (2) Help others,

membantu orang lain, memberikan pelayanan kepada orang lain secara individu

atau dalam kelompok-kelompok kecil; (3) Public contact, kontak publik, tampak

bekerja dengan orang-orang setiap hari; (4) Affiliation, afiliasi, diakui sebagai

anggota dari sebuah organisasi atau departemen tertentu; (5) Friendships,

persahabatan, mengembangkan hubungan pribadi yang dekat dengan rekan-rekan

kerja; (6) Competition, persaingan, terlibat dalam kegiatan di mana ada hasil

menang atau kalah; (7) Make decisions, membuat keputusan, memiliki kekuatan

untuk memutuskan program tindakan atau kebijakan; (8) Work under pressure,

bekerja di bawah tekanan, bekerja dalam situasi di mana tekanan waktu atau

kualitas pekerjaan terus menerus ditekan; (9) Power and authority, daya dan

wewenang, kegiatan kerja pengendalian diri dan orang lain; (10) Influence people,

mempengaruhi orang, mengubah sikap atau pendapat orang lain; (11) Work

independently, bekerja secara mandiri, melakukan proyek sendiri tanpa orang lain;

(12) Knowledge, pengetahuan, berusaha untuk terus belajar tentang informasi,

kebenaran dan pemahaman; (13) Intelectual status, status intelektual, dianggap

sebagai ahli di lapangan; (14) General creativity, kreatifitas umum, menciptakan

ide-ide baru, program atau struktur organisasi; (15) Artistic creativity, kreatifitas

asrtistik, mengembangkan seni baru dalam bidang seni rupa seperti musik,

fotografi, lukisan atau sketsa; (16) Aesthetic, estetika, mengembangkan seni baru

dalam bidang seni rupa seperti musik, fotografi, lukisan atau sketsa; (17)
39

Supervision, pengawasan, secara langsung bertanggung jawab untuk pekerjaan

yang dilakukan oleh orang lain; (18) Change and variety, perubahan dan fariasi,

tanggung jawab pekerjaan sering berubah dalam konten dan pengaturan,

lingkungan kerja yang tidak terstruktur; (19) Precision work, presisi kerja, bekerja

di situasi yang membutuhkan pengukuran yang tepat akan diperoleh dengan mesin

atau alat; (20) Stability, stabilitas, lingkungan kerja yang melibatkan kegiatan

rutin, dijamin jam kerja; (21) Security, keamanan, jaminan mempertahankan

pekerjaan saya dalam pembayaran wajar untuk layanan; (22) Fast pace, serba

cepat, lingkungan di mana pekerjaan harus dilakukan dengan cepat pada

kecepatan tinggi aktivitas; (23) Recognition, pengakuan, orang menyadari prestasi

saya; (24) Excitement, semangat, mengalami stimulasi tingkat tinggi dalam

pekerjaan saya; (25) Adventure, petualangan, tugas pekerjaan memerlukan fisik

atau mental pengambilan risiko; (26) Profit/gain, laba, kemungkinan untuk

mengakumulasi sejumlah besar uang atau keuntungan materi lainnya; (27)

Independence, kebebasan, dapat menentukan sifat pekerjaan tanpa arah yang

signifikan dari orang lain; (28) Moral fulfillment, pemenuhan moral, pekerjaan

saya berkontribusi terhadap seperangkat standar moral yang saya rasa penting;

(29) Location, lokasi, hidup di sebuah kota, kota, atau wilayah geografis lainnya

kondusif untuk gaya hidup saya yang memungkinkan saya untuk melakukan hal-

hal yang paling saya nikmati; (30) Community, komunitas, tinggal di kota atau

daerah di mana saya bisa terlibat dalam program-program lokal; (31) Physical

challenge, kesempatan fisik, pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik; (32) Time

freedom, waktu luang, tanggung jawab saya dapat melaksanakan sesuai dengan
40

jadwal waktu saya sendiri; (33) Honesty, kejujuran, yang jujur dan benar-benar

diri Anda dengan semua orang; (34) Travel, bepergian, terlibat dengan sering

perjalanan luar kota; (35) Commute, tempat kerja dekat rumah saya (kurang dari

1/2 jam perjalanan); (36) Early retirement, awal pensiun, mampu berhenti bekerja

sebelum usia 65, dengan pensiun yang baik; (37) Advancement, kemajuan, kerja

menawarkan banyak kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan

profesional; (38) Work environment, lingkungan kerja, menyenangkan, nyaman,

tenang; (39) Trustworthiness, kepercayaan, kemampuan untuk menjadi jujur,

lugas dan penuh perhatian; (40) Religious faith, keimanan, memiliki keyakinan

agama; (41) Loyalty, loyalitas, mempertahankan kesetiaan kepada seseorang,

kelompok atau lembaga; (42) Justice, keadilan, memperlakukan orang lain secara

adil dan tidak memihak, sesuai dengan kebenaran, fakta, alasan; (43) Emotional

well-being,kesejahteraan emosi, ketenangan pikiran, keamanan batin, kemampuan

untuk mengenali dan menangani konflik batin (dalam Barbara, 2008: 2).

2.1.2.10 Tipologi Nilai Twelve Berings

(1) Structure, terorganisasi dengan baik dan terstruktur tempat kerja

misalnya semuanya berjalan secara teratur; (2) Rationality, dominanrasionalitas,

cerebralityatasemosi misalnya orang-orang mengontrol emosi mereka; (3)

Autonomy, personal ruang, kebebasan dan hak menentukan nasib sendiri misalnya

Anda bebas untuk menentukan aspek; (4) Influence, pengaruh dan partisipasi

dalam pengambilan keputusan misalnya Anda terlibat dalam organisasi; (5)

Creativity, ruang untuk improvisasi dan eksperimen misalnya pekerjaan Anda

memungkinkan untuk berimprovisasi; (6) Community, kegiatan masyarakat


41

sebagai sebuah keluarga dengan hubungan pribadi misalnya lingkungan kerja

Anda terasa seperti keluarga; (7) Team, tim kerja dan semangat tim, misalnya

anda secara teratur mendapatkan kesempatan untuk bekerja bersama tim; (8)

Competition, perhatian terhadap prestasi individu dan kompetisi misalnya anda

mendapatkan kesempatan untuk membedakan diri dari rekan anda; (9) Earnings,

kesempatan untuk mendapatkan banyak uang misalnya pekerjaan anda

menghasilkan penghasilan besar; (10) Stability, stabilitas dan kontinuitas dalam

organisasi misalnya cara yang terorganisir dan tidak berubah untuk waktu yang

lama; (11) Innovation, keasyikan dengan inovasi dan perubahan misalnya

organisasi mudah dan sejalan dengan yang baru dengan tren dimasyarakat; (12)

Stressa voidance, santai dan suasana akan mudah misalnya pekerjaan

menyebabkan sedikit tekanan atau stres (dalam Berings, 2002: 356).

Dari beberapa tipologi nilai kerja diatas, peneliti disini menggunakan work

value inventory yang dirasa lebih lengkap kriterianya untuk mengetahui work

value (nilai kerja) pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah.

Work value inventory tersebut yaitu;

a. Core values yaitu nilai yang terpenting dalam diri seseorang yang terdiri

dari:

1) Achievement adalah mampu memenuhi tujuan Anda.

2) Balance adalah waktu untuk keluarga, bekerja dan bermain.

3) Independence adalah mengendalikan nasib Anda sendiri.

4) Influence adalah mampu berdampak pada orang lain.

5) Integrity adalah berdiri untuk keyakinan Anda.


42

6) Honesty adalah mengatakan kebenaran dan mengetahui bahwa orang lain

mengatakan yang sebenarnya.

7) Power adalah mengendalikan orang lain.

8) Respect adalah perawatan dan kepercayaan diri dan orang lain.

9) Spirituality adalah percaya pada keyakinan inti Anda.

10) Status adalah memiliki pengaruh dan kekuasaan atas orang lain.

b. Work environments yaitu nilai yang menghargai lingkungan kerjanya:

11) Fast paced adalah pekerjaan yang memiliki banyak hal yang terjadi pada

satu waktu.

12) Flexible adalah pekerjaan yang tidak diatur dengan jadwal waktu tertentu.

13) High earnings adalah pekerjaan yang memiliki potensi untuk membuat

banyak uang.

14) Learning adalah pekerjaan yang secara intelektual menantang untuk Anda.

15) Location adalah pekerjaan yang ada di tempat yang nyaman dan

perjalanan yang mudah.

16) Predictable adalah bekerja di mana Anda tahu apa yang akan terjadi hari

demi hari.

17) Quiet adalah bekerja di mana ada beberapa gangguan sepanjang hari.

18) Relaxed adalah bekerja di mana ada beberapa tekanan untuk

menyelesaikan sesuatu.

19) Structured adalah kerja di mana ia terorganisir dan memiliki seperangkat

waktu tertentu.
43

20) Time freedom adalah bekerja di mana Anda mengatur jadwal Anda sendiri

dan merencanakan bagaimana dan kapan Anda melakukan pekerjaan

Anda.

c. Work interactions yaitu nilai tentang interaksi kerja dengan rekan kerja

yang mendukung pekerjaannya:

21) Competition adalah bekerja dimana saya berkompetisi dengan yang lain.

22) Diversity adalah bekerja dimana ada beberapa orang dengan latar belakang

budaya yang berbeda.

23) Friendships adalah bekerja dimana saya mampu bersosialisasi dengan

rekan kerja.

24) Leadership adalah bekerja dimana ada seorang pemimpin yang bagus

dalam mengatur sebuah organisasi.

25) Management adalah bekerja dimana ada manajemen yang kuat.

26) Open communication adalah bekerja dimana informasi tidak diberikan

dibelakang karyawan.

27) Recognition adalah bekerja dimana saya bisa menambah pengetahuan dan

kontribusi perusahaan.

28) Support adalah bekerja dimana kamu membantu dan memberikan

dorongan semangat kepada rekan kerja.

29) Teamwork adalah bekerja dimana sebuah kerja sama itu penting.

30) Trust adalah bekerja dimana saya bisa dipercaya satu sama lain.

d. Work activities yaitu nilai tentang aktifitas pekerjaan:

31) Analytical adalah bekerja yang menyajikan data dan informasi.


44

32) Challenging adalah bekerja yang secara mental/fisik memiliki kesempatan

lebih baik.

33) Creative adalah bekerja yang menggunakan imajinasi dan kemampuan

kreatif untuk menghasilkan sesuatu.

34) Helping adalah bekerja yang bisa membantu orang.

35) Leading edge adalah bekerja pada sesuatu yang baru dan inovatif.

36) Physical adalah bekerja yang memiliki aktifitas fisik.

37) Public contact adalah setiap hari bekerja dengan berinteraksi orang lain.

38) Research adalah bekerja guna mencari informasi baru.

39) Risk taking adalah bekerja yang memiliki resiko kerja.

40) Variety adalah bekerja dimana beberapa pekerjaan yang dilakukan setiap
hari berbeda.
(www.rop.santacruz.k12.ca.us/resources/career_planning/step1tool1.pdf/diunduh

29/7/2014)

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Kerja

Nilai kerja seseorang terbentuk oleh beberapa faktor. Menurut Hofstede

(1980: 81-94) faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerja (dalam Matsumoto

dan Juang, 2000: 99) adalah sebagai berikut:

2.1.3.1 Lingkungan

Lingkungan tempat bekerja mempengaruhi nilai kerja seseorang dalam

bekerja, seperti lingkungan fisik tempat kerja, orang-orang yang ada dilingkungan

organisasi. Lingkungan ataupun situasi yang dialami oleh seseorang akan

membuat munculnya dorongan untuk membuat penilaian pada suatu hal, demikian

juga terhadap nilai kerjanya. Hubungan interpersonal antara pegawai dengan


45

teman sejawat maupun dengan atasan dan bawahan akan berdampak pada nilai

kerja pegawai.

2.1.3.2 Kepuasan

Kepuasan yang diperoleh karyawan dalam pekerjaannya menentukan nilai

kerjanya. Kepuasan karyawan dipandang sebagai hal yang menyeluruh dari

pekerjaannya, maka semakin puas karyawan terhadap pekerjaannya maka nilai

kerja mereka akan terpengaruh juga. Pengalaman bekerja dipandang sangatlah

berpengaruh pada nilai kerja dan kepuasan. Kepuasan kerja seseorang akan

menentukan tinggi rendahnya nilai kerja seseorang, dan kepuasan ini juga

menentukan lama tidaknya orang tersebut bekerja pada perusahaan.

2.1.3.3 Tujuan Personal

Tujuan personal merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh karyawan,

yang menyebabkan karyawan akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk

mencapai hal tersebut. Tujuan personal dari karyawan juga menentukan nilai kerja

karyawan di mana suatu hal yang ingin dicapai akan menjadi penentu bagaimana

karyawan menggambarkan dan menentukan nilai kerjanya.

2.1.4 Dimensi Nilai Kerja

Hasil dari penelitian Hofstede ditunjukkan pada apa yang disebut peta

dunia. Peta tersebut menunjukkan sekilas persamaan dan perbedaan nilai

pekerjaan di berbagai negara. Hasilnya nilai terhadap produktifitas tempat kerja,

sikap, dan efektifitas sulit ditentukan. Nilai suatu masyarakat memiliki dampak

terhadap nilai organisasi karena sifat yang saling berinteraksi antara pekerjaan,

waktu luang, keluarga, dan komunitas (dalam Ivancevich, 2007: 43).


46

Dimensi-dimensi nilai budaya yang sangat mempengaruhi nilai kerja

menurut Hofstede (dalam Yuwono dkk, 2005: 100-103), yaitu:

2.1.4.1 Jarak Kekuasaan (Power Distance)

Jarak kekuasaan adalah adanya ketidaksamaan wewenang dan kekuasaan

antara atasan dengan bawahan atau batasan-batasan kewenangan antara atasan

dengan bawahan dalam suatu organisasi. Manusia pada dasarnya memiliki

perbedaan kemampuan fisik dan intelektual, yang akhirnya dapat membedakan

kekayaan dan kekuatan masyarakatnya. Masyarakat dengan jarak kekuasaan yang

tinggi akan menerima adanya perbedaan yang nyata dalam kekuatan atau

kewenangan organisasi, cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau

kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan.

Implikasi dalam struktur organisasi biasanya ditandai adanya struktur hierarki

yang ketat dan kekuasaan yang terpusat.

2.1.4.2 Penghindaran Ketidakpastian (Uncertainty Avoidance)

Penghindaran ketidakpastian merupakan perasaan terancam seseorang

terhadap keadaan ataupun situasi yang tidak pasti atau ambigu pada masa yang

akan datang, sehingga cenderung akan membentuk aturan-aturan formal untuk

menghindari ketidakpastian tersebut.

2.1.4.3 Individualis-Kolektifis

Harry Triandis (1996) (dalam Shiraev, 2012: 17) mengemukakan

pemahaman yang lebih detail dan canggih tentang fenomena individualis-

kolektivisme. Dia menggambarkan dari dua dimensi vertikal dan horizontal.

Dalam sindrom kultural vertikal, orang melihat satu sama lain dari sudut pandang
47

kekuasaan dan prestasi. Mereka berkomunikasi satu sama lain sebagai majikan

dan karyawan, dan sebagai pemimpin dan yang dipimpin. Orang juga melakukan

beragam aktifitas sebagai teman, anggota keluarga, dan rekan kerja. Jadi

keramahan dan kesetaraan boleh jadi merepresentasikan sindrom kultural

horizontal. Dimensi ini mengacu pada sejauh mana suatu budaya mendukung

tendensi individualis atau kolektifis. Budaya individualis mendorong anggota-

anggotanya agar mandiri, menekankan pada tanggung jawab dan hak-hak

pribadinya, sehingga dalam budaya ini kebutuhan, keinginan, kepentingan dan

tujuan individu lebih diutamakan daripada tujuan kelompok.

Tabel 2.2 Perbedaan Budaya Individualis dan Kolektif


Anggota Budaya Individualis Anggota Budaya Kolektif
Mendefinisikan diri (self) sebagai figur Mendefinisikan diri sebagai bagian
otonom dan mandiri, lepas dari yang interdependen (saling
kelompok. tergantung) dalam kelompok.
Memberikan proiritas terhadap tujuan Memberikan prioritas pada
individual dan pribadi. kebutuhan dan tujuan dari
anggotanya.
Menghargai kebebasan, kepemimpinan, Menghargai harmoni, tugas,
pencapaian, kepuasan pribadi. kewajiban, keamanan kelompok.
Perilaku dijelaskan sebagai akibat Perilaku dijelaskan sebagai akibat
penekanan pada sikap dan minat penekanan pada norma kelompok
individual, bukan pada norma dibandingkan sikap individual.
kelompok.
Menimbang untung rugi dalam Memperhatikan kebutuhan
hubungan interpersonal ; jika kerugian kelompok. Jika suatu hubungan
lebih banyak daripada keuntungan, menguntungkan bagi kelompok
orang tersebut akan memutuskan tetapi merugikan bagi individu,
hubungan tersebut. individu terus berusaha bertahan
dalam hubungan tersebut.
Sumber: Triandis 1996 (dalam Wade, 2008: 219)

2.1.4.4 Maskulinitas-Feminimitas

Dimensi maskulinitas menekankan terhadap tujuan-tujuan kerja

(berpenghasilan, memperoleh kemajuan) dan keterusterangan. Faktor-faktor yang


48

terdapat di dalamnya adalah termasuk hubungan yang baik dengan manager,

kerjasama yang baik dengan orang lain, bayaran yang tinggi dan dihargai,

sehingga maskulinitas sebagai suatu preferensi ke prestasi, heroisme,

keterusterangan dan keberhasilan materi. Sementara dimensi feminimitas

menekankan pada tujuan interpersonal (suasana bersahabat, akrab dengan atasan),

pengasuhan dan faktor yang terdapat di dalamnya adalah lebih kepada preferensi

kehubungan, perhatian manusiawi terhadap kelemahan, dan kualitas hidup.

2.2 Relational Mobility

2.2.1 Pengertian Relational Mobility

Knapp dan Vangelisti (Liliweri, 2007: 6) menyimpulkan bahwa orang

harus berkomunikasi dan harus berbicara:

a. Orang bicara tentang relasi mereka dalam pekerjaan, bagaima mereka

terlibat, bagaimana kebutuhan untuk menyatakan tenaganya.

b. Orang bicara tentang komitmen yang berkaitan dengan relasi. Komitmen

merupakan kondisi awal dari sebuah relasi.

c. Orang bicara tentang relasi sebagai keterlibatan, terlibat bersama secara

kuantitatif maupun kualitatif dalam percakapan, dialog, membagi

pengalaman.

d. Orang bicara tentang relasi dalam istilah manipulasi, misalnya bagaimana

Saling mengawasi.

e. Orang bicara tentang relasi dalam istilah untuk mempertimbangkan dan

memperhatikan.
49

Secara alamiah proses komunikasi berakar dari relasi. Watzlawick dkk

(1967) (dalam Liliweri, 2007: 17) menekankan bahwa isi (content of

communication) komunikasi tidak berada dalam sebuah ruang yang terisolasi. Isi

(content) dan makna (meaning) adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dua

hal yang esensial dalam hal membentuk relasi (relations).

Menurut beberapa tokoh seperti Arensberg & Niehoff (1964), Kluchohn &

Strodbeck (1961), Rokeach (1968) & Yousef (1975) (dalam Liliweri, 2007: 153)

yakni word view tentang relasi dengan sesama yaitu:

a. Relasi dalam keluarga;

(a). Rasa hormat kepada orang yang lebih tua.

(b). Rasa hormat kepada orang tua.

(c). Rasa hormat kepada tamu.

b. Relasi dengan sesama;

(a). Keseimbangan diantara manusia.

(b). Humanitarianisme.

(c). Ramah tamah menghargai tamu asing, ditempat lain cukup simpati.

(d). Kejujuran.

(e). Moralitas dan etis.

(f). Kebebasan.

(g). Emosi.

(h). Bekerja dan bermain.

(i). Waktu.
50

c. Relasi dengan masyarakat;

(a). Sukses.

(b). Individualisme.

(c). Kecukupan material.

d. Relasi dengan diri sendiri;

(a). Individu sebagai ego.

(b). Individu sebagai bagian dari orang lain.

(c). Mendahului kepentingan diri sendiri atau kepentingan orang lain.

e. Relasi dengan binatang;

(a). Hak hidup binatang sebagai ciptaan tuhan.

(b). Binatang sebagai simbol.

(c). Hubungan individu dan kelompok terhadap binatang misalnya totem

(pamali).

Manusia dewasa ditakdirkan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus

sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencukupi

semua kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi

kebutuhannya manusia tidak mampu berusaha sendiri, mereka membutuhkan

orang lain. Itulah sebabnya manusia perlu berelasi atau berhubungan dengan

orang lain sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial dalam rangka

menjalani kehidupannya selalu melakukan relasi yang melibatkan dua orang atau

lebih dengan tujuan tertentu. Menurut Spradley dan McCurdy (1975) relasi sosial

atau hubungan sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam waktu
51

yang relatif lama akan membentuk suatu pola, pola hubungan ini juga disebut

sebagai pola relasi sosial (dalam Ramadhan, 2009: 11).

Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk

bersahabat dengan manusia lainnya. Selama sejarah, manusia menghadapi banyak

tantangan, dan cara penyelesaiannya lebih baik kolektif dan bersama-sama

daripada sendirian. Dengan demikian pembentukan dan pemeliharaan hubungan

dekat sesama manusia sangatlah penting untuk perkembangan keberadaan

manusia. Menurut Schug dkk (2010: 3) pembentukan dan pemeliharaan hubungan

dekat sangatlah penting untuk pembangunan dan keberadaan kita. Sebagai

makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan mendasar bagi pendamping orang

lain. Selama sejarah evolusi kita telah menghadapi berbagai tantangan adaptif,

seperti membesarkan anak, akuisisi sumber daya, dan perlindungan dari predator,

tantangan yang dihadapi baik secara kolektif daripada sendirian.

Hubungan sosial merupakan interaksi sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, ataupun antara individu

dengan kelompok. Hubungan sosial atau relasi sosial merupakan hubungan timbal

balik antar individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi

dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong.

Hubungan antara sesama dalam istilah sosiologi disebut relasi atau

relation. Sedangkan mobilitas atau mobility berasal dari bahasa latin mobilis yang

berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang

lain. Sedangkan pengertian mengenai relational mobility, para ahli memberikan

definisi sebagai berikut:


52

Schug dkk (2010: 2) menyatakan bahwa relational mobility adalah tingkat

umum individu dalam masyarakat yang memiliki kesempatan untuk membentuk

baru dan mengakhiri hubungan lama. Schug dkk (2010: 2) juga menyimpulkan

relational mobility yaitu hubungan yang dapat dibentuk dan dibubarkan dengan

relatif mudah. Masyarakat sosial yang tinggi dalam relational mobility di mana

hubungan dapat dibentuk dan dibubarkan relatif mudah menghasilkan insentif

kuat untuk pengungkapan diri sebagai perangkat komitmen sosial. Menurut Schug

dkk (2010: 3) relational mobility didefinisikan sebagai sejauh mana individu

memiliki kesempatan untuk secara sukarela membentuk baru dan mengakhiri

hubungan lama dalam konteks tertentu.

Menurut Falk dkk (2009) perbedaan dalam struktur sosial telah telah

dirumuskan dalam teori relational mobility yang didefinisikan sejauh mana

individu memiliki kesempatan sukarela untuk membentuk baru dan mengakhiri

hubungan lama dalam konteks tertentu (dalam Schug, 2010: 9).

Menurut Yuki dkk (2013: 2) relational mobility adalah sejauh mana

pilihan yang ada dalam konteks ekologi sosial yang diberikan untuk pembentukan

dan pembubaran hubungan. Yuki (2013: 2) juga mendefinisikan relational

mobility sebagai tingkat ketersediaan pilihan yang ada dalam suatu masyarakat

tertentu atau konteks sosial mengenai hubungan interpersonal, seperti peluang

untuk mendapatkan relasi yang baru, menjaga relasi saat ini, dan memutuskan

hubungan relasi lama.

Mobilitas sosial pada pekerja di dalam masyarakat menimbulkan berbagai

konsekuensi baik positif maupun negatif. Apakah konsekuensi tersebut positif


53

atau negatif ditentukan oleh kemampuan individu atau kelompok individu

menyesuaikan dirinya terhadap situasi baru seperti kelompok baru, orang baru,

cara hidup baru. Apabila individu atau kelompok individu yang mengalami

mobilitas sosial mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi yang baru maka

akan memperoleh hal-hal positif sebagai konsekuensi mobilitas sosial. Namun

pekerja yang memiliki mobilitas sosial rendah dalam bekerja, dan relational

mobility yang dilakukan akan membuat nilai kerjanya berpengaruh positif ataupun

negatif karena lingkungan pekerja yang mobilitas sosialnya rendah biasanya

memiliki hubungan relasi yang statis dan itu-itu saja.

Dalam konteks masyarakat relational mobility yang tinggi akan memiliki

komitmen yang rendah karena relational mobility tinggi memiliki kebebasan

membentuk baru dan mengakhiri hubungan lama dari pada relational mobility

yang rendah. Karena masyarakat relational mobility rendah memiliki hubungan

yang stabil.

Berdasarkan definisi para tokoh, disimpulkan bahwa relational mobility

adalah hubungan yang berubah atau berpindah dari satu individu ke individu

lainnya. Relational mobility merupakan hasil dari interaksi (rangkaian

tingkahlaku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Relational mobility

merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang

lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi atau hubungan relational mobility

akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat macam tindakan yang

akan datang dari pihak lain terhadap dirinya. Dikatakan sistematik karena

terjadinya secara teratur dan berulang kali dengan pola yang sama. Jadi, relational
54

mobility adalah tingkatan individu menjalin hubungan relasi dengan individu baru

dan mengakhiri hubungan dengan relasi lama.

Tabel 2.3 Klasifikasi Bentuk Relational Mobility Menurut Schug (2012)


No Indikator
1 Banyak kesempatan untuk mengenal orang lain.
2 Hal biasa melakukan percakapan dengan seseorang yang belum pernah
ditemui sebelumnya.
3 Mereka dapat bisa memilih berinteraksi dengan siapa.
4 Peluang membentuk persahabatan atau relasi baru.
5 Terbiasa berkomunikasi dengan orang yang belum pernah ditemui
sebelumnya.
6 Jika mereka tidak suka kelompok mereka saat ini, mereka akan beralih ke
kelompok yang lebih baik.
7 Mereka bebas bergaul dengan siapa saja.
8 Sangat mudah untuk bertemu orang baru.
9 Meninggalkan kelompok yang dimiliki karena kurang puas dengan
kelompoknya.
10 Memilih kelompok dan organisasi yang mereka inginkan.
11 Menjalin hubungan dengan yang lain walau merasa tidak puas dengan
hubungan yang sekarang.
12 Ada kecenderungan untuk meninggalkan kelompoknya dan lebih baik
meniggalkan kelompoknya karena tidak suka.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Relational Mobility

Relational mobility dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Schug dkk

(2010), faktor yang mempengaruhi relational mobility adalah sebagai berikut:

2.2.2.1 Budaya

Menurut Schug dkk (2010: 3) sifat hubungan kita dengan orang lain secara

mendalam dipengaruhi oleh budaya. Sebagai contoh penelitian Chen dkk. (1995)

(dalam Schug, 2010: 3) menunjukkan bahwa orang Asia Timur yang kurang

dibandingkan orang Barat dalam mengungkapkan informasi sensitif tentang diri.

Mereka yang terbiasa merasa enggan untuk mencari dukungan sosial dengan

berbicara tentang masalahnya kepada orang lain menyebabkan dekat pada gejala
55

stres karena tidak mendapatkan manfaat psikologis dan kurang menerima

dukungan sosial dari teman-teman terdekatnya (dalam Schug, 2010: 3).

Penting bagi manusia untuk tetap menjaga jalinan relasi dengan manusia

lainnya untuk terus berkembang dan bertahan dalam hidupnya. Hubungan yang

dijalin oleh tiap manusia sangat dipengaruhi oleh budaya. Secara langsung budaya

mempengaruhi psikologis dan perilaku seseorang dalam bersosial (Schug & Yuki,

2011: 9).

Masing-masing budaya menghasilkan relational mobility yang berbeda

pada setiap individu. Ada budaya yang memiliki tingkatan relational mobility

yang tinggi dimana suatu hubungan dapat dibentuk dan dibubarkan dengan

mudah, ada pula yang memiliki tingkat relational mobility rendah dimana mereka

tetap setia pada komitmen dan enggan untuk meninggalkan hubungan yang lama.

Pengaruh relational mobility pada budaya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang sudah

tertanam pada masing-masing budaya. Sehingga menjadikan individu terpatok

dengan nilai budaya yang ada dan takut dikucilkan jika tidak mengikuti atau

melanggar nilai yang tertanam pada masing-masing budaya.

2.2.2.2 Lingkungan

Menurut Adams dkk (2003) hubungan pribadi yang terbentuk melalui

pilihan pribadi, atau biasanya diberikan oleh pengaturan lingkungan. Menurut

(Falk dkk, 2009) perbedaan tersebut dalam struktur sosial telah dirumuskan dalam

konsep baru yaitu relational mobility didefinisikan sebagai sejauh mana individu

memiliki kesempatan untuk secara sukarela membentuk baru dan mengakhiri

hubungan lama dalam konteks tertentu. Schug (2010) menjelaskan bahwa


56

relational mobility juga dapat bervariasi dalam suatu masyarakat tunggal (dalam

Shug, 2010: 4).

Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi,

membentuk tingkat relational mobility seseorang. Orang belajar melalui orang

tua, guru, dan figur lainnya tentang baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki

dan yang tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan

yang lebih luas, orang kemudian mengembangkan standar yang dapat digunakan

dalam melakukan relational mobility pada masing-masing individu.

2.2.2.3 Self Disclosure

Menurut Altman dkk (1973) secara umum hubungan dapat dipertahankan

oleh komitmen kepada mitra satu sinyal. Salah satu cara untuk melakukan ini

adalah melalui self disclosure, yang dikenal untuk meningkatkan keinginan dan

keintiman dalam hubungan dekat. Atau sebagai kelebihan dari diri pribadi untuk

bertukar informasi sensitif kepada pribadi yang lain, pengungkapan diri dapat

menimbulkan komitmen karena menunjukkan kesediaannya untuk menjadi teman.

Penanda yang berbeda kepercayaan dan komitmen dalam hubungan (Schug dkk,

2010).

Dalam masyarakat yang tinggi dalam relational mobility, hubungan dapat

dibubarkan jika tidak dikelola dengan baik, sehingga strategis dan

menguntungkan untuk mencurahkan waktu dan energi terhadap pemeliharaan

kebtuhan mereka. Menurut Schug (2010) perbedaan budaya dicatat sebelumnya

dalam keterbukaan diri akan dijelaskan oleh perbedaan sosial dalam relational

mobility. Selanjutnya, karena relational mobility juga dapat bervariasi dalam suatu
57

masyarakat tunggal, Schug memprediksikan bahwa relational mobility akan

berdampak pada pengungkapan diri bahkan dalam budaya tunggal, dengan tingkat

yang lebih tinggi dari pengungkapan diri terkait dengan peningkatan motivasi

untuk memperkuat hubungan seseorang.

Schug dkk (2010) menyimpulkan bahwa masyarakat dan konteks sosial

yang tinggi dalam relational mobility (di mana hubungan dapat dibentuk dan

dibubarkan relatif mudah) menghasilkan insentif kuat untuk pengungkapan diri

sebagai perangkat komitmen sosial.

2.2.2.4 Mitra Baru

Sebagai mitra baru umumnya tersedia dalam konteks relational mobility

tinggi, tenaga yang dikeluarkan oleh mitra saat ini relatif rendah. Sebaliknya,

dalam konteks sosial relational mobility rendah di mana hubungan interpersonal

yang stabil dan mitra baru umumnya tidak tersedia, ada downside menonjol terkait

dengan mengungkapkan informasi yang berpotensi menyebabkan reputasi negatif,

dan pengucilan sosial pada akhirnya. Meskipun pengucilan sosial adalah

fenomena benar-benar menyakitkan bahkan dalam budaya mobilitas tinggi.

konsekuensi sangat parah dalam masyarakat mobilitas rendah mengingat sulitnya

membentuk hubungan baru, dan dengan demikian kemungkinan berbeda terus

isolasi sosial berikut pengecualian dari hubungan atau kelompok (dalam Schug

2010). Dengan adanya mitra baru secara automatis memberikan pilihan pada

dewasa untuk melakukan relational mobility. Jika tidak ada mitra baru, maka para

dewasa tidak mungkin bisa melakukan relational mobility karena tidak adanya

pilihan lain.
58

Berdasarkan penjelasan diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi

relational mobility menghasilkan individu memiliki relational mobility tinggi dan

ada juga yang memiliki relational mobility rendah. Schug (2010) menyimpulkan

bahwa budaya Asia Timur memiliki relational mobility yang rendah dibandingkan

Amerika Utara. Menurut Schug dkk (2012: 4) jumlah usaha yang diperlukan

untuk mempertahankan hubungan berkomitmen di masyarakat lebih besar pada

relational mobility yang tinggi misalnya Amerika Utara, dibandingkan mereka

yang memiliki relational mobility lebih rendah seperti Jepang. Karena kebebasan

relatif untuk membentuk baru dan mengakhiri hubungan lama, komitmen sosial

dalam budaya relational mobility tinggi relatif rapuh. Dengan demikian, individu

harus menginvestasikan waktu dan energi untuk mempertahankan hubungan

mereka, jika tidak mereka mungkin memburuk dan berakhir. Dalam masyarakat

relational mobility tinggi, hubungan dapat dibubarkan jika tidak dikelola dengan

baik, sehingga sangat strategis dan menguntungkan untuk mencurahkan waktu

dan energi terhadap pemeliharaan kebutuhan pribadi mereka.

Dalam masyarakat yang rendah dalam relational mobility di mana

hubungan yang lebih stabil, namun, ada sedikit kebutuhan untuk aktif berinvestasi

usaha dalam mempertahankan hubungan. Dengan demikian, strategi pemeliharaan

hubungan harus memiliki kurang utilitas dalam konteks mobilitas rendah. Schug

dkk (2012: 4) menyimpulkan dalam masyarakat yang memiliki relational mobility

rendah di mana hubungan yang lebih stabil, namun ada sedikit kebutuhan untuk

aktif berinvestasi usaha dalam mempertahankan hubungan. Dengan demikian,

strategi pemeliharaan hubungan harus dimiliki dalam konteks mobilitas rendah.


59

Menurut Schug (2010) meskipun konstruksi teori yang relatif baru dalam

literatur psikologis, berbagai penelitian telah memberikan bukti bahwa relational

mobility lebih rendah dalam budaya Asia Timur dari pada di Amerika Utara. Dan

persepsi relational mobility pada masing-masing orang di Jepang dan Amerika

Serikat konsisten dengan bukti-bukti ini.

2.3 Mobilitas Sosial Rendah

Pengertian mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau

kelompok dari lapisan (strata sosial) yang satu ke lapisan yang lain, yaitu mobilis

yang berarti mudah dipindahkan dari satu ke tempat ke tempat lain. Dalam bahasa

Indonesia dapat diartikan dengan gerak atau perpindahan. Mobilitas sosial

merupakan suatu konsep dinamika sosial yang secara harfiah seringkali diartikan

sebagai suatu gerakan yang terjadi akibat perpindahan atau berubah posisi sosial

seseorang atau sekelompok orang pada saat yang berbeda.

Pengertian mobilitas sosial menurut beberapa ahli:

a. Menurut Soerjono Soekanto mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam

struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu

kelompok sosial.

b. Menurut Kimball Young & Raymond W. Mack mobilitas sosial adalah

suatu mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang

mengatur organisasi suatu kelompok sosial.

c. Menurut William Kornblum mobilitas sosial adalah perpindahan individu-

individu, keluarga-keluarga dan kelompok sosialnya dan satu lapisan ke

lapisan sosial lainnya.


60

d. Menurut H. Edward Ransoford mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas

atau ke bawah dalam lingkungan sosial secara hirarki.

e. Menurut Robert M.Z Lawang mobilitas sosial adalah perpindahan posisi

dari lapisan satu ke lapisan yang lain atau dari satu dimensi ke dimensi

yang lainnya.

f. Menurut Horton dan Hunt mobilitas sosial adalah suatu perpindahan dari

suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.

(www.pengertianahli.com/2014/08/pengertian-mobilitas-sosial.html#_)

Dari pendapat beberapa ahli tentang mobilitas sosial, peneliti

menyimpulkan bahwa mobilitas sosial adalah perpindahan individu dari tempat

asalnya ke suatu tempat lain dalam kurun waktu tertentu. Sehingga para individu

yang memiliki mobilitas sosial rendah berarti mereka yang memiliki sedikit

kesempatan untuk berpindah tempat dari tempat tinggalnya ke tempat lain yang

lebih jauh dalam kurun waktu yang lama.

2.4 Dewasa

Shiraev (2012: 314) mengatakan bahwa pengalaman masa dewasa

bervariasi dari satu kultur ke kultur lain dan tergantung pada usia, gender, status

ekonomi, pekerjaan, stuktur keluarga, dan berbagai peristiwa hidup. Sehingga

peneliti disini menarik kesimpulan bahwa dewasa memiliki tingkat relational

mobility dan nilai kerja yang berbeda pula.

Menurut Mappiare (1990: 21) masa dewasa memiliki ciri-ciri yaitu usia

reproduktif atau “reproductive age”, usia memantapkan letak kedudukan atau

“setting-down age”, usia banyak masalah atau “problem age”, usia tegang dalam
61

hal emosi atau “emotional tension”. Masa dewasa merupakan usia pemantapan

letak kedudukan atau “dettling-down age”. Membahas persoalan yang

berhubungan dengan pekerjaan dan jabatan. Kompleksnya persoalan pekerjaan ini

disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan intern individu itu

sendiri, faktor-faktor lingkungan sosial termasuk orang tua, faktor kesempatan

kerja dan lapangan kerja yang tersedia. Faktor intern yang meliputi ciri-ciri

pribadi, sikap, kemampuan dan ketrampilan khusus tertentu haruslah dimiliki

seseorang untuk dapat memasuki suatu lapangan pekerjaan tertentu.

Mappiare (1990: 17) juga mendefinisikan bahwa dewasa boleh dikenakan

kepada individu-individu yang telah memiliki kekuatan tubuh secara maksimal

dan siap bereproduksi dan telah dapat diharapkan memiliki kesiapan kognitif,

afektif, psikomotor, serta dapat diharapkan memainkan peranannya bersama

individu-individu lain dalam masyarakat.

Menurut Levinson (1978) (dalam Shiraev, 305: 2012) disemua kultur,

masa dewasa mempresentasikan kematangan, tanggung jawab, dan akuntabilitas.

Periode ini biasanya dibagi menjadi tiga tahap: dewasa awal, dewasa pertengahan,

dan dewasa akhir. Dewasa awal biasanya berkaitan dengan proses pembentukan,

sedangkan tahap dewasa pertengahan dan akhir diasosiasikan dengan pencapaian

beberapa hal. Tetapi garis yang memisahkan periode-periode ini tidak tegas.

Menurut Hurlock (dalam buku Tim pengembangan MKDK IKIP

Semarang Psikologi Perkembangan 1990: 86) menegaskan bahwa dewasa dibagi

menjadi dewasa awal; 21-40 tahun, dewasa menengah; 40-60 tahun, dewasa

lanjut; 60 tahun keatas. Fielman memberikan periodesasi yaitu firs period of


62

maturity (periode pernyataan diri, mulai mempraktekkan tanggung jawab) dan

second of maturity yaitu periode penghargaan diri. Permulaan mengadakan

retrospeksi atas karir / jabatan tertentu. Maturity berada pada usia 20 sampai 60

tahun. Dari pendapat para ahli di bidang perkembangan dapat disimpulkan bahwa

fase perkembangan manusia masa dewasa berawal dari 21 sampai 60 tahun lebih.

Menurut Hurlock (1968) (dalam Mappiare, 1990: 19) masa dewasa awal

atau “early adulthood” tebentang sejak tercapainya kematangan secara hukum

sampai kira-kira usia empat puluh tahun (dialami seseorang sekitar dua puluh

tahun). Selanjutnya adalah masa setengah baya atau “middle age,” yang umumnya

dimulai pada usia empat puluh tahun dan terakhir dalam usia enam puluh tahun

(juga dialami dalam kurun waktu dua puluh tahun). Dan akhirnya masa tua atau

“old age” yang dimulai sejak berakhirnya masa setengah baya sampai seseorang

meninggal dunia.

Teori psikologi perkembangan pembagian masa hidup manusia disebut

fase-fase perkembangan. Fase perkembangan ini mempunyai ciri-ciri yang relatif

sama, berupa kesatuan-kesatuan peristiwa yang bulat, dan setiap fase akan

ditandai dengan ciri-ciri tingkah laku tertentu sebagai karakteristik dari fase

tersebut. Dalam keseluruhan proses hidupnya individu akan menghadapi

serangkaian tugas-tugas perkembangan. Individu harus mempelajari tugas-tugas

perkembangan yang akan dijumpai dalam fase demi fase perkembangan. Individu

harus mempelajari tugas-tugas perkembangan sebagai sesuatu yang dapat

membawa kebahagiaan dan kepuasan perkembangan dalam kehidupan

masyarakat. Teori tugas perkembangan menyatakan bahwa proses kehidupan


63

manusia yaitu dari lahir sampai meninggal dunia terdiri dari satu serangkaian

tugas-tugas perkembangan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya dengan

memecahkan masalah yang ditemui pada setiap tingkat perkembangan. Masalah

yang harus ditemui inilah yang disebut tugas-tugas perkembangan. Apabila

sesaeorang berhasil didalam menyelesaikan setiap tugas, ia akan merasa bahagia

dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Keberhasilan ini mempunyai peranan

yang penting dalam tugas berikutnya. Sebaliknya bila individu gagal dalam

menyelesaikan tugasnya, ia merasa tidak bahagia, masyarakat kurang dapat

menerima dan akan mengalami kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan

tugas berikutnya. Havigurst menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah satu

tugas yang timbul pada satu periode tertentu dalam hidupnya, dimana dalam

keberhasilan dalam menyelesaikan tugas ini menimbulkan perasaan bahagia serta

keberhasilan pada tugas berikutnya, sedangkan kegagalan menimbulkan

ketidakbahagiaan dan kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan tugas

berikutnya. Tugas-tugas perkembangan itu hendaknya selalu diperhitungkan oleh

individu sebagai sesuatu yang harus dicapai demi untuk mencapai kepuasan dan

kebahagiaan (tim pengembangan MKDK IKIP Semarang 1990: 91).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan secara prinsip dapat

dikemukakan ke dalam empat faktor, yaitu : faktor pembawaan, faktor lingkungan

yang dipengaruhi oleh kebudayaan, golongan sosial/social class, keluarga, teman

sepermainan, faktor kematangan, dan faktor belajar (tim pengembangan MKDK

IKIP Semarang dalam Psikologi perkembangan 1990: 9).


64

Masa dewasa jika seseorang telah mencapai kemasakan kognitif, efektif,

dan psikomotor sebagai hasil pengajaran atau latihan yang ditunjang kesiapan.

Lain halnya yang memandang dari sudut biologis, fisiologis, masa dewasa telah

dicapai bila keadaan pertumbuhannya ukuran-ukuran tubuh dan mencapai

kekuatan maksimal serta siap berproduksi. Dewasa sama halnya dengan

kematangan atau psikologis maturity.

Ada 7 ciri-ciri kematangan menurut Anderson dalam bukunya yang

berjudul psychology of developmen and personal adjustment (1951), yaitu:

a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri sendiri atau ego; minat orang

matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak

condong pada perasaan – perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan

pribadi.

b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien;

seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara

jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefinisikannya secara cermat dan tahu

mana yang pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju

arahnya.

c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir

perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya

dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang-orang lain. Dia

tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula

perasaan perasaan orang lain.


65

d. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha

mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.

e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang

realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka

terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.

f. Pertanggung jawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang

mau memberi kesempatan pada orang-orang lain membantu usaha-

usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa

beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara

sungguh-sungguh, sehingga untuk itu dia menerima bantuan orang lain,

tetapi tetap dia bertanggung jawab secara pribadi terhadap usaha-

usahanya.

g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang yang

matang memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri seirama

dengan kenyataan - kenyataan yang dihadapinya dalam situasi-situasi baru

(dalam Mappiare, 1990: 19).

Ciri-ciri masa dewasa menurut Mappiare (1990: 21):

a. Usia reproduktif atau “Reproductive Age.” Yaitu suatu masa dimana

individu-individu sudah siap fisik dan psikologis, telah siap atau matang

untuk melanjutkan keturunan. Pada masa ini paling banyak terjadi

perkawinan dan kelahiran.


66

b. Usia memantapkan letak kedudukan atau “Settling-Down Age”.

Kedudukan orang dewasa ditunjukkan dengan penentuan pola-pola

prilaku, peranan, kedudukan ekonomi keluarga dan jabatan pekerjaan.

c. Usia banyak masalah atau “Problem Age”. Pada masa ini dihadapkan pada

masalah yang cukup ruwet mengenai pekerjaan dan jabatan, pemilihan

teman hidup dan penyesuaian perkawinan dan kesulitan keuangan.

d. Usia tegang dalam hal emosi atau “Emotional Tention”. Ketegangan emosi

itu timbul karena faktor-faktor penyesuaian yang sukar, faktor lingkungan

yang dirasa tidak cocok dan kerap dinampakkan melalui rasa takut atau

khawatir yang berlebihan terhadap masalah keuangan.

Manusia dewasa digolongkan sebagai manusia produktif dimana manusia

tersebut mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dari apa yang

dikerjakannya. Seseorang yang telah menyandang status dewasa, berharap dirinya

siap menerima kewajiban dan tanggung jawab kedewasaannya. Hal ini

ditunjukkan dengan pola-pola tingkah laku wajar seperti yang berlaku pada

kebudayaan sekitarnya.

Menurut Havighurst (1953) (dalam Mappiare, 1990: 32) telah

mengemukakan tugas-tugas perkembangan dalam masa dewasa sebagai berikut :

a. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri).

b. Belajar hidup bersama dengan suami atau istri.

c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga.

d. Belajar mengasuh anak-anak.

e. Mengelola rumah tangga.


67

f. Mulai bekerja dalam suatu jabatan.

g. Mulai bertanggung jawab sebagai warga Negara secara layak.

h. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.

Menurut Kagitcibasi (1985) (dalam Shiraev, 306: 2012) dimasa dewasa,

kebanyakan orang mengembangkan pemahaman identitas, yakni pandangan

tentang diri sendiri sebagai individu dan anggota masyarakat. Formasi identitas

tak dapat dipahami diluar konteks kulturnya. Dalam masyarakat tradisional

misalnya, orang menerima identitasnya dalam lingkungan yang sistematis dan

koheren. Masyarakat semacam ini umumnya memberi rasa aman pada warganya.

Individu terus menerus mempertimbangkan pertimbangan orang lain.

Manusia dewasa mempunyai seperangkat kemungkinan untuk dapat

menggunakan potensinya untuk sadar diri, pemahaman diri, serta berlanjut ke

membangkitkan diri sendiri. Orang-orang dalam masa dewasa dapat memetik

makna dari pengetahuan tentang diri mereka sendiri dan diri orang lain.

Masalah utama dari kedewasaan menurut Wyngaarden (dalam

Simanjuntak & Pasaribu, 1984: 186) ada 4 yaitu:

a. Penerimaan (acceptance) terhadap diri sendiri.

Orang yang mencapai kedewasaan adalah yang selalu damai dengan diri

sendiri, sedang seorang puber selalu dalam keadaan perang dengan diri sendiri,

merasa tegang, karena belum cukup mengenal penyesuaian diri sendiri. Puber

selalu melihat bagaimana pendapat orang terhadap dirinya sendiri, bercermin pada

orang lain. Ia belum berhasil mendamaikan dirinya, cemas terhadap pendapat

orang lain. Menerima dirinya sendiri itu tak berarti bangga dengan dirinya sendiri.
68

Penerimaan diri sendiri menyiratkan tugas dalam kehidupannya, jujur terhadap

diri sendiri, dapat menerima kehidupan dalam suka dan duka, dapat menyerahkan

diri terhadap kehidupannya.

b. Penerimaaan terhadap orang lain

Kita harus dapat menerima orang lain sebagaimana adanya. Ini

menyiratkan bahwa kita mengakui orang lain menpunyai pandangan sendiri.

Seorang dewasa harus bertindak sesuai dengan masyarakat, menerima masyarakat

dengan segala kelemahannya. Orang yang tidak menerima masyarakat selalu

mengeluh. Menerima tidak selalu menyetujui, tetapi harus dengan sikap kritis.

Memang sukar menerima seseorang yang kita benci tetapi biar bagaimanapun

perasaan benci itu harus diatasi agar dapat menerima orang lain.

c. Penerimaan terhadap teman hidup (partner)

Penerimaaan akan teman (pemuda/pemudi) tentu didasarkan pada janji

hidup bersama. Hidup bersama berarti saling menerima walaupun ada perbedaan

pendirian. Perbedaan pendirian dapat diatasi dengan adanya cinta. Inilah kegunaan

masa pertunangan untuk membiasakan diri dalam perbedaan itu. Tiap pernikahan

tentu memperkaya diri secara psikologis, yang berarti yang tadinya kita miliki

sekarang kita miliki. Dalam hal inilah kita menolak pendirian yang romantis

bahwa 1+1=1. Ini tak dapat dibenarkan secara psikologis tetapi dalam arti dwi-

tunggal hal itu benar. Pernikahan didasari bahwa laki-laki membutuhkan anima

sedangkan wanita membutuhkan animus.


69

d. Penerimaan terhadap makna kehidupan

Sering kita berkonfronasi dengan ucapan untuk apa hidup ini. Bagi orang

dewasa menerima hidup itu bermakna.penerimaan ini benar-benar sesuatu yang

dihayati. Juga melihat perbuatan sehari-hari dengan makna kehidupan. Makna

kehidupan itu dihayati tidak lepas dari ideologi yang dianutnya.

2.5 Hubungan antara Relational Mobility dengan Work Value pada

Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah.

Manusia yang telah menyandang status dewasa, dirinya diharapkan siap

menerima kewajiban dan tanggung jawab kedewasaannya yang ditunjukkan

dengan pola-pola tingkah laku wajar seperti yang berlaku pada kebudayaan

sekitarnya dan memiliki suatu pekerjaan, karena manusia dewasa digolongkan

sebagai manusia produktif dimana manusia tersebut mampu menghasilkan sesuatu

yang bermanfaat dari apa yang dikerjakannya.

Menurut Mappiare (1983: 21) masa dewasa memiliki ciri-ciri yaitu usia

reproduktif atau reproductive age, usia memantapkan letak kedudukan atau

setting-down age. Usia dimana dewasa harus memiliki dan melakukan suatu

pekerjaan.

Setiap dewasa yang memiliki pekerjaan tentunya mempunyai lingkungan

dan kebudayaan masing-masing yang mempengaruhi nilai-nilai individu yang

dibawa ke dalam pekerjaannya sehingga membentuk nilai kerja tertentu. Sesuai

dengan penelitian yang berjudul “Dinamika Nilai Kerja: Studi Indigenous

Karyawan Bersuku Jawa”. Karyawan Jawa Juga kebanyakan merasakan

perubahan nilai kerja yang positif, dan alasan terbanyak perubahan tersebut karena
70

pengaruh lingkungan pekerjaan. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa budaya dari satu negara dengan negara lain atau satu daerah

dengan daerah lain pasti berbeda (Sheila, 2013: 1).

Penelitian lain yang mendukung nilai kerja berbeda disetiap negara atau

budaya yaitu penelitian yang berjudul “A Theory of Cultural Values and Some

Implications for Work”. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

nilai kerja pada 49 negara di seluruh dunia. Perbedaan nilai kerja tersebut

disebabkan nilai budaya pada masing-masing negara. Schwartz (1999: 26)

menyatakan bahwa masing-masing budaya menghasilkan nilai kerja berbeda.

Penelitian nilai kerja lintas budaya yang masih berhubungan dengan penelitian

tersebut adalah penelitian Ros (1999) yang berjudul “Basic Individual Values,

Work Values, and the Meaning of Work”. Diakhir paragraf, Ros (1999: 69)

menyimpulkan bahwa nilai kerja berkolerasi dengan variabel pengalaman sosial.

Nilai kerja yang dimiliki orang dewasa pada masing-masing budaya tidak

terlepas dari pengaruh pengalaman sosial dalam menjalani hidup bermasyarakat,

yaitu cara individu berinteraksi dengan orang-orang disekitar dan teman dekat

para dewasa. Menurut Mappiare (1990: 21) membahas persoalan yang

berhubungan dengan pekerjaan dan jabatan. Kompleksnya persoalan pekerjaan ini

disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan intern individu itu

sendiri, faktor-faktor lingkungan sosial termasuk orang tua, faktor kesempatan

kerja dan lapangan kerja yang tersedia. Faktor intern yang meliputi ciri-ciri

pribadi, sikap, kemampuan dan ketrampilan khusus tertentu haruslah dimiliki

seseorang untuk dapat memasuki suatu lapangan pekerjaan tertentu.


71

Asumsi tersebut sesuai dengan penelitian yang berjudul “Identifying the

Dimensions and Components of Islamic Work Values (IWV) for Public services

sector of Iran”. Khanifar et al. (2011: 255) menyimpulkan secara keseluruhan,

penelitian telah dicoba untuk melihat nilai kerja dari perspektif Islam secara

sistematis dan mempertimbangkan semua aspek, tidak hanya aspek moral dan

spiritual yang mempengaruhi nilai kerja seseorang, tetapi juga aspek-aspek

material, kebahagiaan lingkungan kerja dan kepuasan kerja juga mempengaruhi

nilai kerja.

Dose (1997) mendefinisikan nilai kerja sebagai standar evaluatif yang

berkaitan dengan pekerjaan atau lingkungan kerja dimana individu mendiskusikan

apa yang benar atau menilai pentingnya kebutuhan dalam bekerja (dalam Matic,

2008: 95). Seperti penelitian nilai kerja lintas budaya Matic (2008) yang berjudul

“Cultural Differences In Employee Work Values And Their Implications For

Management”. Dalam penelitian tersebut, Matic menjelaskan ada perbedaan dan

kesamaan nilai kerja perempuan dewasa Kroasia dan Amerika. Matic menemukan

nilai kerja wanita Kroasia yang sangat menonjol yaitu memiliki hubungan baik

dengan manajer yang menyumbang nilai sebesar 64,52%.

Penelitian lain yang mendukung bahwa nilai kerja dipengaruhi interaksi

antar individu adalah peneltian yang berjudul “Hubungan Antara Nilai Kerja dan

Faktor Demografi Guru Pelatih”. Penelitian ini menunjukkan nilai kerja

berhubungan dengan hubungan sosial (Kasa, 2004: 7). Menurut Johnson (2002)

nilai kerja juga banyak dipengaruhi oleh masyarakat dan budaya yang luas (dalam

Kasa, 2004: 7).


72

Penelitian lain yang masih sejalan adalah penelitian yang berjudul “The

Effects of Work Values, Work-Value Congruence and Work Centrality on

Organizational Citizenship Behavior”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

nilai kerja yang melekat pada setiap orang berbeda-beda (Ucanok, 2009: 626).

Teori dan penelitian tentang nilai kerja terdahulu sebagian besar

menyimpulkan nilai kerja yang berasal dari sistem nilai dasar masyarakat yang

membantu mereka untuk mengarahkan untuk bekerja melalui beberapa bidang

kehidupan mereka. Nilai kerja lebih spesifik dari pada nilai-nilai kehidupan umum

karena mereka berlaku untuk lingkungan hidup tertentu. Dengan demikian, nilai

kerja mempengaruhi pentingnya kerja dalam kehidupan individu. Dalam

penelitian terdahulu, selain faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi

nilai kerja, menurut Ginzberg (1951) ditambahkan dimensi ketiga. Dimensi ketiga

ini disebut nilai-nilai sosial / lingkungan mengacu pada hubungan dengan rekan

kerja dan lingkungan kerja itu sendiri. Karyawan yang percaya bahwa mereka

dapat mencapai tujuan atau nilai-nilai mereka melalui tindakan bekerja terlibat

dalam perilaku yang bertanggung jawab dan optimis dalam lingkungan kerja

(dalam Ucanok, 2009: 628).

Nilai kerja yang dimiliki orang dewasa dipengaruhi oleh orang-orang yang

berada di lingkungan dan budaya yang melatar belakanginya. Pada masing-

masing budaya dan lingkungan pekerjaan para dewasa memiliki kemampuan

untuk berinteraksi dengan individu satu dengan yang lainnya, serta menjalin

hubungan dengan rekan baru dan meninggalkan hubungan teman lama yang

dianggapnya tidak begitu penting, proses tersebut adalah relational mobility.


73

Masing-masing lingkungan dan budaya, para dewasa memiliki relational mobility

berbeda yang bisa mempengaruhi nilai kerja para dewasa dalam menjalankan

pekerjaannya, dimana cara dewasa bisa menemukan hubungan relasai baru dan

meninggalkan hubungan relasi lama dalam lingkungannya.

Asumsi ini didukung dengan penelitian yang berjudul Relational Mobility

Explains Between- and Within-Culture Differences in Self-Disclosure to Close

Friends. Schug (2010: 2) menjelaskan bahwa didalam budaya terdapat perbedaan

dalam keterbukaan diri terhadap teman-teman dekat, dapat dijelaskan oleh

konstruk relational mobility yaitu tingkat umum dimana individu dalam

masyarakat memiliki kesempatan untuk membentuk baru dan mengakhiri

hubungan yang lama. Menurut (Schug, 2010: 3) sifat hubungan kita dengan orang

lain secara mendalam dipengaruhi oleh budaya.

Asumsi lain tentang nilai kerja yang sesuai dengan penelitian ini yaitu

penelitian Marshall (1997) yang meneliti dua sampel dari orang Selandia Baru

dan Indonesia yang keduanya terdiri dari pekerja tukang sampah, sopir bis, dan

profesor. Masing-masing kategori pekerja terdiri dari 25 responden dengan total

sampel 150. Ditemukan bahwa orang Indonesia lebih kolektif dan orang Selandia

baru lebih individualis (dalam Shiraev, 67: 2012).

Pernyataan kolektif yaitu saya tidak bisa bahagia jika ada kawan saya yang

tidak bahagia. Saya merasa senang bekerja sebagian dari organiasasai besar. Saya

tak keberatan berbagi problem dengan kawan saya. Lebih baik memilih kawan

dari orang dengan latar belakang yang sama dengan diri anda. Orang di termpat

kerja bergantung pada saya, maka saya tidak boleh mengecewakan mereka meski
74

organisasi memperlakukan saya dengan buruk. Sebagian besar keputusan saya

dibuat bersama-sama dengan saudara dan kawan. Tugas pertama saya adalah

memastikan kesejahteraan keluarga (Shiraev, 67: 2012).

Pernyataan individualis yaitu jika organisasi tempat saya bekerja

mengalami kesulitan keuangan dan meminta saya menerima pengurangan gaji,

saya akan menmcari pekerjaan lain. Saya biasa melakukan hal-hal yang terbaik

bagi saya, tak peduli kata orang lain. Kebahagiaan adalah memaksimalkan

kesenangan pribadi saya. Idealnya, kita bekerja untuk diri sendiri atau perusahaan

saya sendiri. Saya tak suka campur tangan terhadap urusan pribadi saya.

Kebahagiaan saya tergantung pada keadaan pikiran, terlepas dari perasaan orang

lain disekitar saya (Shiraev, 2012: 67).

Budaya individualis memiliki kesamaan dengan relational mobility tinggi

jika dikaitkan dengan definisi Schug (2009: 96) tingkat relational mobility yang

tinggi menyiratkan bahwa individu memiliki kesempatan untuk membentuk

hubungan baru. Peluang ini bisa sering dan tidak tentu. Bahkan dalam masyarakat

yang relational mobility tinggi, jika mereka puas dengan hubungan yang

baru,maka individu akan cenderung bersama dengan hubungan yang baru.

Pada budaya kolektif sama halnya dengan relational mobility rendah

dimana individu lebih memilih kelompok atau hubungan lama dari pada mereka

meninggalkan kelompoknya dan engan mencari dan bergabung dengan kelompok

baru.
75

Menurut Yamagishi & Yamagishi (1994) (dalam Schug, 2009: 96)

kelompok atau daerah di masyarakat dapat mempengaruhi perilaku dan psikologis

proses orang-orang yang tinggal dalam masyarakat (dalam Schug, 2009: 96).

Penelitian lain yang mendukung dilakukannya penelitia ini adalah

penelitian yang berjudul “Social Ecology Moderates the Association Between

Self-Esteem and Happiness”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hubungan

yang signifikan antara relational mobility dengan penghargaan diri dan

kebahagiaan (Yuki, 2013: 743).

Seseorang yang bekerja pastinya memiliki dan memilih pekerjaan yang

dilakukan dengan rasa bahagia. Sesungguhnya nilai kerja banyak dipengaruhi oleh

hubungan dengan orang-orang yang berada di lingkungan para pekerja termasuk

proses relational mobility seseorang, bagaimana individu mencari relasi baru dan

meninggalkan relasi yang lama dalam lingkungan hidupnya. Untuk mendapatkan

relasi baru lebih mudah dijumpai bagi orang yang memiliki mobilitas sosial tinggi

dibandingkan orang yang berada di daerah mobilitas sosial rendah.

Menurut Schug (2010: 5) relational mobility dapat bervariasi dalam suatu

lingkungan masyarakat. Dari asumsi tersebut dapat disimpulkan bahwa

masyarakat yang memiliki mobilitas sosial rendah belum tentu memiliki

relational mobility rendah juga.


76

Berikut ini digambarkan hubungan antara relational mobility dengan work

value:

a. Memiliki banyak kesempatan untuk mengenal orang lain.


b. Hal biasa melakukan percakapan dengan seseorang yang belum pernah ditemui sebelumnya.
c. Mereka dapat memilih berinteraksi dengan orang lain.
d. Peluang membentuk persahabatan atau relasi baru.
e. Sudah terbiasa berkomunikasi dengan orang yang belum pernah di temui sebelumnya.
f. Jika mereka tidak suka dengan kelompok mereka saat ini, mereka akan beralih ke kelompok yang
lebih baik.
g. Mereka bebas bergaul dengan siapa saja.
h. Sangat mudah untuk bertemu orang baru.
i. Meninggalkan kelompok yang dimiliki karena kurang puas dengan kelompok tersebut.
j. Memilih kelompok dan organisasi yang mereka inginkan.
k. Menjalin hubungan dengan yang lain jika merasa tidak puas dengan hubungan yang sekarang.
l. Ada kecenderungan meninggalkan kelompoknya dan lebih baik tidak bertahan dengan kelompoknya
karena tidak suka.

Mobilitas Sosial Relational Mobility Value Berubah


Tinggi Tinggi

Mobilitas
Sosial

Mobilitas Sosial Relational Mobility Value Tetap


Rendah Rendah

a. Tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengenal orang lain.


b. Tidak terbiasa melakukan percakapan dengan seseorang yang belum pernah ditemui sebelumnya.
c. Tidak dapat memilih berinteraksi dengan orang lain.
d. Tidak ada peluang membentuk persahabatan atau relasi baru.
e. Tidak terbiasa berkomunikasi dengan orang yang belum pernah di temui sebelumnya.
f. Jika mereka tidak suka dengan kelompok mereka saat ini, mereka tidak akan beralih ke kelompok
yang lebih baik.
g. Mereka tidak bebas bergaul dengan siapa saja.
h. Kesulitan untuk bertemu orang baru.
i. Tidak bisa meninggalkan kelompok yang dimiliki meskipun kurang puas dengan kelompok tersebut.
j. Tidak dapat memilih kelompok dan organisasi yang mereka inginkan.
k. Tidak bisa menjalin hubungan dengan yang lain jika merasa tidak puas dengan hubungan yang
sekarang.
l. Ada kecenderungan meninggalkan kelompoknya dan lebih baik tetap bertahan dengan kelompoknya.
karena tidak suka.

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir


77

2.6 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. “Ada hubungan antara relational mobility dengan work value dulu (usia

35-45 tahun )pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial

rendah”.

2. “Ada hubungan antara relational mobility dengan work value sekarang

(usia 55 tahun keatas) pada individu dewasa yang memiliki mobilitas

sosial rendah”.

3. “Ada perubahan work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan work value

sekarang (usia 55 tahun keatas) pada individu dewasa yang memiliki

mobilitas sosial rendah”.

4. “Ada perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan work

value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari relational mobility

rendah pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah”.

5. “Ada perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan work

value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari relational mobility

tinggi pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah”.


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah sesuatu yang penting dalam suatu penelitian.

Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data secara objektif dan dilakukan

dengan prosedur yang jelas berdasarkan bukti-bukti empiris. Pada bab ini akan

diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian yaitu jenis dan

desain penelitian; variabel penelitian; populasi; dan sampel; metode pengumpulan

data; validitas dan reabilitas; dan metode analisis data. Penjelasan lebih rinci akan

diuraikan lebih luas di bawah ini.

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Berdasarkan judul penelitian diatas, maka jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (2012: 5)

penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya

pada data-data numerikal (angka) yang diolah menggunakan metode statistika.

Desain penelitian adalah rencana atau strategi yang digunakan untuk

menjawab masalah penelitian (Seniati dkk, 2009: 103). Desain penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuantitatif korelasional, yaitu

desain penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada

suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain

berdasarkan koefisian korelasi (Azwar, 2010: 8). Melalui pendekatan

korelasional, penelitian ini dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan

78
79

yang terjadi, yaitu hubungan antara variabel bebas (X), yaitu relational mobility

dengan variabel tergantung (Y), yaitu work value.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah simbol yang nilainya dapat bervariasi, yang itu angkanya

dapat berbeda-beda dari satu subjek ke subjek yang lain atau dari satu objek ke

objek yang lain (Azwar, 2012: 28). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari

variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel penelitian yang diukur untuk

mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Arikunto 2006:

119). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah work value (nilai

kerja).

b. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang variasinya mempengaruhi

variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel independen adalah

variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui

(Arikunto, 2006: 119). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

relational mobility.

3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat


80

dipahami (Azwar 2012: 74). Definisi operasional juga merupakan penjelasan atau

konsep atau variabel penelitian yang ada dalam judul penelitian. Konsep atau

variabel penelitian merupakan dasar pemikiran peneliti yang akan

dikomunikasikan kepada para pembaca atau orang lain. Berikut ini adalah definisi

operasional dari variabel penelitian :

a. Relational mobility adalah tingkatan individu menjalin hubungan relasi

dengan individu baru dan mengakhiri hubungan dengan relasi lama.

Relational mobility dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

skala Relational mobility. Penyusunan skala relational mobility berdasarkan

aspek-aspek relational mobility, yaitu:

a. Memiliki banyak kesempatan untuk mengenal orang lain.

b. Hal biasa melakukan percakapan dengan seseorang yang belum pernah

ditemui sebelumnya.

c. Mereka dapat memilih berinteraksi dengan orang lain.

d. Peluang membentuk persahabatan atau relasi baru.

e. Sudah terbiasa berkomunikasi dengan orang yang belum pernah di temui

sebelumnya.

f. Jika mereka tidak suka dengan kelompok mereka saat ini, mereka akan

beralih ke kelompok yang lebih baik.

g. Mereka bebas bergaul dengan siapa saja.

h. Sangat mudah untuk bertemu orang baru.

i. Meninggalkan kelompok yang dimiliki karena kurang puas dengan

kelompok tersebut.
81

j. Memilih kelompok dan organisasi yang mereka inginkan.

k. Menjalin hubungan dengan yang lain jika merasa tidak puas dengan

hubungan yang sekarang.

l. Ada kecenderungan meninggalkan kelompoknya dan lebih baik tidak

bertahan dengan kelompoknya karena tidak suka.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat

relational mobility, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek

menunjukkan semakin rendah relational mobility.

b. Nilai kerja adalah suatu keyakinan dan sikap individu mengenai cara-cara

bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu terhadap pekerjaannya

yang digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.

Nilai kerja dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala work

value inventory. Penyusunan skala work value (nilai kerja) berdasarkan aspek-

aspek nilai kerja yang kemudian setiap aspek dipecah menjadi sepuluh indikator,

yaitu:

a. Core values;

1) Achievement adalah mampu memenuhi tujuan Anda.

2) Balance adalah waktu untuk keluarga, bekerja dan bermain.

3) Independence adalah mengendalikan nasib Anda sendiri.

4) Influence adalah mampu berdampak pada orang lain.

5) Integrity adalah berdiri untuk keyakinan Anda.

6) Honesty adalah mengatakan kebenaran dan mengetahui bahwa orang lain

mengatakan yang sebenarnya.


82

7) Power adalah mengendalikan orang lain.

8) Respect adalah perawatan dan kepercayaan diri dan orang lain.

9) Spirituality adalah percaya pada keyakinan inti Anda.

10) Status adalah memiliki pengaruh dan kekuasaan atas orang lain.

b. Work environments;

11) Fast paced adalah pekerjaan yang memiliki banyak hal yang terjadi pada

satu waktu.

12) Flexible adalah pekerjaan yang tidak diatur dengan jadwal waktu tertentu.

13) High earnings adalah pekerjaan yang memiliki potensi untuk membuat

banyak uang.

14) Learning adalah pekerjaan yang secara intelektual menantang untuk Anda.

15) Location adalah pekerjaan yang ada di tempat yang nyaman dan

perjalanan yang mudah.

16) Predictable adalah bekerja di mana Anda tahu apa yang akan terjadi hari

demi hari.

17) Quiet adalah bekerja di mana ada beberapa gangguan sepanjang hari.

18) Relaxed adalah bekerja di mana ada beberapa tekanan untuk

menyelesaikan sesuatu.

19) Structured adalah kerja di mana ia terorganisir dan memiliki seperangkat

waktu tertentu.

20) Time freedom adalah bekerja di mana Anda mengatur jadwal Anda sendiri

dan merencanakan bagaimana dan kapan Anda melakukan pekerjaan

Anda.
83

c. Work interactions;

21) Competition adalah bekerja dimana saya berkompetisi dengan yang lain.

22) Diversity adalah bekerja dimana ada beberapa orang dengan latar belakang

budaya yang berbeda.

23) Friendships adalah bekerja dimana saya mampu bersosialisasi dengan

rekan kerja.

24) Leadership adalah bekerja dimana ada seorang pemimpin yang bagus

dalam mengatur sebuah organisasi.

25) Management adalah bekerja dimana ada manajemen yang kuat.

26) Open communication adalah bekerja dimana informasi tidak diberikan

dibelakang karyawan.

27) Recognition adalah bekerja dimana saya bisa menambah pengetahuan dan

kontribusi perusahaan.

28) Support adalah bekerja dimana kamu membantu dan memberikan

dorongan semangat kepada rekan kerja.

29) Teamwork adalah bekerja dimana sebuah kerja sama itu penting.

30) Trust adalah bekerja dimana saya bisa dipercaya satu sama lain.

d. Work activities;

31) Analytical adalah bekerja yang menyajikan data dan informasi.

32) Challenging adalah bekerja yang secara mental/fisik memiliki kesempatan

lebih baik.

33) Creative adalah bekerja yang menggunakan imajinasi dan kemampuan

kreatif untuk menghasilkan sesuatu.


84

34) Helping adalah bekerja yang bisa membantu orang.

35) Leading edge adalah bekerja pada sesuatu yang baru dan inovatif.

36) Physical adalah bekerja yang memiliki aktifitas fisik.

37) Public contact adalah setiap hari bekerja dengan berinteraksi orang lain.

38) Research adalah bekerja guna mencari informasi baru.

39) Risk taking adalah bekerja yang memiliki resiko kerja.

40) Variety adalah bekerja dimana beberapa pekerjaan yang dilakukan setiap

hari berbeda.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat

work value, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek menunjukkan

semakin rendah work value.

3.2.3 Hubungan antar Variabel

Berdasarkan hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,

diasumsikan bahwa variabel relational mobility mempunyai hubungan dengan

variabel work value. Hubungan antar variabel dapat ditunjukan dalam gambar

sebagai berikut :

Variabel bebas (X) : relational mobility

Variabel tergantung (Y) : work value

Berikut ini digambarkan hubungan antar variabel :

Relational Mobility (X) Work Value (Y)

Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel


85

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang

memiliki beberapa karakteristik yang sama. Menurut Azwar (2010: 79) sampel

merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri–ciri yang dimiliki oleh

populasi. Populasi merupakan suatu kelompok subjek yang hendak dikenai

generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2011: 77). Populasi dalam penelitian yang

berjudul “Hubungan antara Relational Mobility dengan Work Value pada Individu

Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah” adalah sebagai berikut:

a. Usia dewasa akhir antara 55 tahun keatas.

b. Latar belakang pendidikan tidak diperhitungkan.

c. Mobilitas sosial rendah yang ditandai dengan tinggal di desa dan tidak

pernah berpindah untuk sekolah/bekerja di luar daerah desa tempat

tinggalnya dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.

d. Bekerja.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian merupakan “bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri

atau keadaan tertentu yang akan diteliti atau sebagian anggota populasi yang

dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat

mewakili populasi” (Martono, 2010: 66). Karena analisis penelitian didasarkan

pada data sampel sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi

maka sangatlah penting untuk memperoleh sampel yang representatif bagi

populasinya (Azwar, 2012: 79-80).


86

Dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling

dimana teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan

sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel

(Sugiyono, 2010: 122). Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel

adalah sampling purposive, yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan

tertentu dimana pengambilan subjek yang dilibatkan pada dewasa yang bekerja

dan memiliki mobilitas sosial rendah. Pada penelitian ini, jumlah sampelnya

sendiri terdiri dari 60 responden dengan kriteria atau karakteristik yang sudah

ditentukan, baik itu laki–laki dan perempuan tidak diperhitungkan. Tidak ada

kualifikasi secara khusus.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu yang sangat penting yang

digunakan untuk mengungkap fakta yang berhubungan denga variabel yang akan

diteliti (Azwar, 2012: 91). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan pengukuran skala psikologi. Skala

merupakan alat pengukur psikologi yang biasa digunakan untuk mengukur aspek

yang antara lain memiliki ciri stimulusnya bersifat ambigu serta tidak terdapat

jawaban benar dan salah (Azwar, 2012: 99).

Skala yang digunakan menggunakan model skala likert. Penskalaan model

likert ini merupakan penskalaan pernyataan yang menggunakan distribusi respon

sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala tiap pernyataan tidak akan

ditentukan oleh derajat favorabelnya masing-masing, akan tetapi ditentukan oleh


87

distribusi respon, setuju atau tidak setuju dari kelompok responden (Azwar, 2012:

97).

Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua

macam, yaitu skala relational mobility dan skala work value. Skala yang

digunakan dalam penelitian ini berbentuk pernyataan dan sifat itemnya tertutup.

Pada skala Relational Mobility terdapat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai

(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

Modifikasi skala likert pada kedua skala dengan empat alternatif jawaban

yang digunakan berdasarkan tiga alasan (Hadi, 2001: 19), yaitu sebagai berikut:

1. Kategori netral (undecided) memiliki arti ganda sehingga tidak dapat

diartikan sebagai sesuai atau tidak sesuai.

2. Tersedianya jawaban di tengah dapat menimbulkan kecenderungan untuk

memilih jawaban tersebut (central tendency effect) bagi subjek yang ragu-

ragu atas arah kecenderungan jawabannya.

3. Maksud kategori SS, S, TS, dan STS adalah untuk melihat kecenderungan

subjek ke salah satu kutub.

Untuk lebih jelasnya mengenai distribusi skor skala relational mobility

dapat diperiksa dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Skoring Skala Likert


No Jawaban Skor
1 Sangat Penting 4
2 Penting 3
3 Tidak Penting 2
4 Sangat Tidak Penting 1
Sumber : (Azwar, 1997: 99)
88

Setelah dilakukan identifikasi alat ukur, maka langkah selanjutnya adalah

pembuatan blue print. Blue print akan memberikan gambaran mengenai isi skala

dan menjadi acuan serta pedoman bagi peneliti untuk tetap berada dalam lingkup

ukur yang benar (Azwar, 2010: 23). Berikut ini disajikan blue print skala

relational mobility:

Tabel 3.2 Blue Print Skala Relational Mobility


Indikator Item Total
Memiliki banyak kesempatan untuk mengenal orang 1, 2, 3 3
lain.
Memulai percakapan dengan orang yang belum 4, 5, 6 3
pernah bertemu sebelumnya.
Dapat memilih berinteraksi dengan siapa. 7, 8, 9 3
Peluang membentuk persahabatan atau relasi baru. 10, 11, 12 3
Berkomunikasi dengan orang yang belum pernah 13, 14, 15 3
ditemui sebelumnya.
Jika mereka tidak suka kelompok mereka saat ini, 16, 17, 18 3
mereka akan beralih ke yang lebih baik.
Bebas bergaul dengan siapa saja. 19, 20, 21 3
Sangat mudah untuk bertemu orang baru. 22, 23, 24 3
Meninggalkan kelompok yang dimiliki karena 25, 26, 27 3
kurang puas dengan kelompoknya.
Memilih kelompok dan organisasi yang mereka 28, 29, 30 3
inginkan.
Menjalin hubungan dengan yang lain kalau merasa 31, 32, 33 3
tidak puas dengan hubungan yang sekarang.
Ada kecenderungan untuk meninggalkan 34, 35, 36 3
kelompoknya dan tidak akan bertahan
dikelompoknya karena tidak suka.
Total 36

Skala work value yaitu skala yang digunakan untuk mengetahui hubungan

antara relational mobility dengan work value pada dewasa yang berada di daerah

mobilitas sosial rendah. Untuk subjeknya sendiri, setiap individu mempunyai

kesempatan yang sama asalkan sudah memenuhi kriteria atau karakteristik yang
89

sudah ditentukan. Pada skala work value terdapat alternatif jawaban yaitu Sangat

Penting (SP), Penting (P), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STS).

Tabel 3.3 Skoring Skala Likert


No Jawaban Skor
1 Sangat Penting 4
2 Penting 3
3 Tidak Penting 2
4 Sangat Tidak Penting 1
Sumber : (Azwar, 1997: 99)

Berikut ini disajikan blue print skala work value:

Tabel 3.4 Blueprint Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas
Sosial Rendah
No Aspek Indikator Aitem Total
1 Core Values Achievement 1, 2 2
Balance 3, 4 2
Independence 5, 6 2
Influence 7, 8 2
Integrity 9, 10 2
Honesty 11, 12 2
Power 13, 14 2
Respect 15, 16 2
Spirituality 17, 18 2
Status 19, 20 2
2 Work Environments Fast Paced 21, 22 2
Flexible 23, 24 2
High Earnings 25, 26 2
Learning 27, 28 2
Location 29, 30 2
Predictable 31, 32 2
Quiet 33, 34 2
Relaxed 35, 36 2
Structured 37, 38 2
Time Freedom 39, 40 2
3 Work Interactions Competition 41, 42 2
Diversity 43, 44 2
Friendships 45, 46 2
Leadership 47, 48 2
Management 49, 50 2
Open Communication 51, 52 2
Recognition 53, 54 2
Support 55, 56 2
90

Teamwork 57, 58 2
Trust 59, 60 2
4 Work Activities Analytical 61, 62 2
Challenging 63, 64 2
Creative 65, 66 2
Helping 67, 68 2
Leading Edge 69, 70 2
Physical 71, 72 2
Public Contact 73, 74 2
Research 75, 76 2
Risk Taking 77, 78 2
Variety 79, 80 2
Total 80

3.5 Validitas dan Reliabilitas

3.5.1 Validitas

“Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (test) dalam melakukan

fungsi ukurnya” (Azwar, 2011: 5). Jadi alat ukur tersebut dapat menjalankan

fungsinya dengan baik yaitu alat ukur tersebut dapat mencapai tujuan pengukuran

yang dikehendaki dengan tepat, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan memiliki

validitas yang tinggi.

Validitas skala relational mobility dan skala work value pada individu

dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah dalam penelitian ini akan diukur

menggunakan pendekatan validitas konstrak karena mengukur sejauh mana

relational mobility dan work value dewasa yang berada di daerah mobilitas sosial

rendah mengungkap konsep teoritik yang ingin diukur. Allen & Yen (dalam

Azwar, 2011: 48) mengatakan bahwa validitas konstrak adalah tipe validitas yang

menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau kontrak teoritik yang

hendak diukurnya. Validitas konstrak tersebut akan dianalisis secara statistika.


91

Adapun cara pengukuran validitas tersebut adalah dengan menggunakan rumus

korelasi product moment, karena item yang digunakan dalam penelitian ini

dihitung dengan menggunakan korelasi antar skor item dan skor total item.

Pada penelitian yang berjudul “Hubungan antara Relational Mobility

dengan Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial

Rendah” menggunakan rumus korelasi product moment dengan rumus sebagai

berikut :

N (ΣXY) – (ΣX)(ΣY)

rxy

√{N . ΣX2 – (ΣX)2} {N . ΣY2 – (ΣY)2}

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara skor tiap item dengan skor total

ΣX : Jumlah nilai variabel X

ΣY : Jumlah nilai variabel Y

ΣXY : Jumlah nilai item dengan nilai total

N : Jumlah subjek (responden)

X2 : Kuadrat yang dijumlah skor tiap aitem

Y2 : Kuadrat di skor total

Telah dilakukan uji validitas terhadap dua variabel yaitu relational

mobility dan work value. Menggunakan korelasi product moment dengan

menggunakan taraf signifikansi 5%. Pada subjek yang berjumlah 60 ini memiliki

taraf signifikansi 5% pada nilai 0,254 maka aitem dikatakan valid ketika hasil

dari uji validitas menunjukkan angka sama dengan atau lebih dari 0,254.
92

Pada variabel work value atau nilai kerja terdapat 80 item yang disebarkan

kepada 60 subjek. Setelah uji validitas, 80 item terhitung valid semua. Tidak ada

item yang menunjukkan angka dibawah 0,254. Kisaran koefisien validitas

terendah adalah sebesar 0,277 dan tertinggi adalah sebesar 0,828.

Tabel 3.5 Blueprint Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah Setelah Uji Validitas
No Aspek Indikator Aitem Total
1 Core Values Achievement 1, 2 2
Balance 3, 4 2
Independence 5, 6 2
Influence 7, 8 2
Integrity 9, 10 2
Honesty 11, 12 2
Power 13, 14 2
Respect 15, 16 2
Spirituality 17, 18 2
Status 19, 20 2
2 Work Environments Fast Paced 21, 22 2
Flexible 23, 24 2
High Earnings 25, 26 2
Learning 27, 28 2
Location 29, 30 2
Predictable 31, 32 2
Quiet 33, 34 2
Relaxed 35, 36 2
Structured 37, 38 2
Time Freedom 39, 40 2
3 Work Interactions Competition 41, 42 2
Diversity 43, 44 2
Friendships 45, 46 2
Leadership 47, 48 2
Management 49, 50 2
Open Communication 51, 52 2
Recognition 53, 54 2
Support 55, 56 2
Teamwork 57, 58 2
Trust 59, 60 2
4 Work Activities Analytical 61, 62 2
Challenging 63, 64 2
Creative 65, 66 2
Helping 67, 68 2
93

Leading Edge 69, 70 2


Physical 71, 72 2
Public Contact 73, 74 2
Research 75, 76 2
Risk Taking 77, 78 2
Variety 79, 80 2
Total 80
Keterangan * : aitem yang tidak memiliki koefisien r ix atau gugur.

Pada variabel relational mobility terdapat 36 item yang disebarkan kepada

60 subjek. Dalam pengujian validitas, keseluruhan item dinyatakan valid karena

memenuhi syarat signifikansi 5% dengan nilai sama dengan atau lebih dari 0,254.

Kisaran koefisien validitas terendah adalah sebesar 0.327 dan tertinggi adalah

sebesar 0,745.

Tabel 3.6 Blueprint Relational Mobility pada Individu Dewasa yang


Memiliki Mobilitas Sosial Rendah Setelah Uji Validitas
Indikator Item Total
Memiliki banyak kesempatan untuk 1, 2, 3 3
mengenal orang lain
Memulai percakapan dengan orang yang 4, 5, 6 3
belum pernah bertemu sebelumnya
Dapat memilih berinteraksi dengan siapa 7, 8, 9 3
Peluang membentuk persahabatan atau relasi 10, 11, 12 3
baru
Berkomunikasi dengan orang yang belum 13, 14, 15 3
pernah ditemui sebelumnya
Jika mereka tidak suka kelompok mereka 16, 17, 18 3
saat ini, mereka akan beralih ke yang lebih
baik
Bebas bergaul dengan siapa saja 19, 20, 21 3
Sangat mudah untuk bertemu orang baru 22, 23, 24 3
Meninggalkan kelompok yang dimiliki 25, 26, 27 3
karena kurang puas dengan kelompoknya.
Memilih kelompok dan organisasi yang 28, 29, 30 3
mereka inginkan
Menjalin hubungan dengan yang lain kalau 31, 32, 33 3
merasa tidak puas dengan hubungan yang
sekarang
Ada kecenderungan untuk meninggalkan 34, 35, 36 3
94

kelompoknya dan tidak akan bertahan


dikelompoknya karena tidak suka
Total 36
Keterangan : tidak ada aitem yang tidak memiliki koefisien r ix atau gugur

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik

(Arikunto, 2006: 178). Besarnya koefisien reliabilitas berkisar mulai dari 0,0

sampai dengan 1,0. Semakin mendekati 1,0 maka reliabilitas pengukuran tersebut

semakin tinggi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai

pengukuran yang reliabel (Azwar, 2010: 4).

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil

pengukuran. Suatu instrumen memilki tingkat reliabilitas yang memadai, bila

instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya

sama atau relatif sama (Sukmadinata, 2005: 229).

Pengujian reliabilitas pada instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan cara koefisien reliabilitas alpha. Menghitung koefisien reliabilitas

alpha diperolah lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali

saja pada sekelompok responden (single-trial administration). Dengan

menyajikan satu skala hanya satu kali, maka problem yang mungkin timbul dapat

dihindari (Azwar, 2010: 87). Dengan rumus sebagai berikut :

k  S2 j
α= 1  2 
k  1  S x 
95

Keterangan :

α : Koefisien alpha

r : Rerata korelasi

K : Jumlah item

1 : Bilangan konstan

Uji reliabilitas skala work value dan skala relational mobility

menggunakan terknik statistik Alpha Cronbach dengan program SPSS versi 20.0

for windows. Item dikatakan reliabel bila hasil koegisien mendekati angka 1,0.

Hasil uji reliabilitas pada skala work value diperoleh koefisien reliabilitas sebesar

0,983. Koefisien ini menunjukkan skala work value adalah reliabel. Pada skala

relational mobility, uji reliabilitas menunjukkan koefisien sebesar 0,937.

Berdasarkan hasil tersebut, maka koefisien skala relational mobility adalah

reliabel.

Tabel 3.7 Reliability Statistics Skala Work Value


Cronbach’s Alpha N of Items
,983 80

Hasil uji reliabilitas pada skala work value diperoleh koefisien reliabilitas

sebesar 0,983. Berdasarkan hasil tersebut, maka skala work value reliabel.

Tabel 3.8 Reliability Statistics Skala Relational Mobility


Cronbach’s Alpha N of Items
,937 36

Hasil uji reliabilitas pada skala work value diperoleh koefisien reliabilitas

sebesar 0,937. Berdasarkan hasil tersebut, maka skala work value reliabel.
96

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu dengan teknik statistik korelasional,

maksudnya adalah untuk mencari hubungan antara variabel bebas (X) dan

variabel tergantung (Y). variabel bebas dalam penelitian ini adalah Relational

Mobility dan variabel tergantungnya adalah Work Value atau Nilai Kerja. Di

dalam penelitian ini memiliki hipotesis yang berbeda. Teknik analisis data yang

digunakan di setiap hipotesis juga berbeda. Untuk menjawab hipotesis pertama

dan kedua menggunakan teknik analisis korelasi pearson. Untuk menjawab

hipotesis ketiga, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik data T-Test

Independent Samples. Untuk menjawab hipotesis keempat dan ke kelima, teknik

analisis data yang digunakan adalah teknik T-Test Paired. Keseluruhan data

pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 20.0 for windows.


BAB 5

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa

kesimpulan, yaitu:

1. Uji hipotesis “Ada Hubungan Positif antara Relational Mobility dengan

Work Value dulu pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial

Rendah” diterima (r 0,616 dengan dengan sig > 0,05). Hal ini berarti ada

hubungan positif yang signifikan antara relational mobility dengan work

value dulu pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah.

Hal ini berarti, semakin tinggi relational mobility maka semakin tinggi

perubahan work value dulu.

2. Uji hipotesis “Ada Hubungan Positif antara Relational Mobility dengan

Work Value sekarang pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas

Sosial Rendah” diterima (r = 0,672 dengan dengan sig > 0,05). Hal ini

berarti ada hubungan positif yang signifikan antara relational mobility

dengan work value sekarang pada individu dewasa yang memiliki

mobilitas sosial rendah. Hal ini berarti, semakin tinggi relational mobility

maka semakin tinggi perubahan work value sekarang.

3. Uji hipotesis “Ada Perbedaan Work Value Dulu (35-45 tahun) dengan

Work Value Sekarang (55 Tahun Keatas) pada Dewasa yang Berada di

Daerah Mobilitas Sosial Rendah” tidak terbukti (p = 0,911 dengan

283
284

signifikansi > 0,05). Hal ini berarti tidak ada perubahan yang signifikan

antara work value dulu dengan work value sekarang pada individu dewasa

yang memiliki mobilitas sosial rendah.

4. Uji hipotesis “Ada Perbedaan Work Value Dulu dengan Work Value

Sekarang ditinjau dari Tingkat Relational Mobility Rendah” tidak terbukti.

(0,692 dengan signifikansi < 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan

yang signifikan antara work value dulu dengan work value sekarang pada

individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah yang ditinjau dari

relational mobility rendah.

5. Uji hipotesis “Ada Perbedaan Work Value Dulu dengan Work Value

Sekarang ditinjau dari Relational Mobility Tinggi” tidak terbukti. (0,938

dengan signifikansi < 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang

signifikan antara work value dulu dengan work value sekarang pada

individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah yang ditinjau dari

relational mobility tinggi.

6. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa hal yang

penting, diantaranya work value pada dewasa yang berada di daerah

mobilitas sosial rendah didominasi oleh nilai core value yaitu nilai

sebenarnya. Pada work value dulu didominasi oleh aspek core value

sebesar 51,56 dengan indikator yang paling banyak mendominasi indikator

balance yaitu keseimbangan waktu untuk keluarga, bekerja, dan bermain

sebesar 5,85. Sedangkan Pada work value sekarang juga didominasi oleh

aspek core value sebesar 52,61 dengan indikator yang paling banyak
285

mendominasi indikator balance yaitu keseimbangan waktu untuk keluarga,

bekerja, dan bermain sebesar 6,11. Hal ini berarti subyek menanamkan
286

nilai kerja semasa hidupnya yaitu mengutamakan keseimbangan watu

untuk keluaga, bekerja, dan bermain.

7. Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan ditemukan bahwa

Relational mobility pada dewasa yang berada di daerah mobilitas sosial

rendah berada pada kriteria sedang, yaitu sebesar 40,00%. Gambaran

relational mobility tersebut adalah sebagai berikut: memiliki banyak

kesempatan untuk mengenal orang lain berada pada krireria sedang

sebesar 38,33%. Hal biasa melakukan percakapan dengan seseorang yang

belum pernah ditemui sebelumnya berada pada kriteria tinggi sebesar

51,67%. Dapat memilih berinteraksi dengan orang lain berada pada

kriteria rendah sebesar 31,67%. Peluang membentuk persahabatan atau

relasi baru berada pada kriteria sedang sebesar 36,67%. Sudah terbiasa

berkomunikasi dengan orang yang belum pernah ditemui sebelumnya

berada pada kriteria sedang sebesar 43,33%. Jika merasa tidak suka

dengan kelompok mereka saat ini, mereka akan beralih ke yang lebih baik

berada pada kriteria rendah sebesar 30,00%. Bebas bergaul dengan siapa

saja berada pada kriteria sedang sebesar 38,33%. Sangat mudah untuk

bertemu dengan orang baru berada pada kriteria tinggi sebesar 28,33%.

Meninggalkan kelompok yang dimiliki karena kurang puas dengan

kelompok tersebut berada pada kriteria sedang sebesar 28,33%. Memilih

kelompok dan organisasi yang mereka inginkan berada pada kriteria

rendah sebesar 26,67. Menjalin hubungan dengan yang lain jika merasa

tidak puas dengan hubungan yang sekarang berada pada kriteria rendah
287

sebesar 35,00%. Ada kecenderungan meninggalkan kelompoknya dan

lebih baik tidak bertahan dengan kelompoknya karena tidak suka berada

pada kriteria rendah sebesar 38,33%.

5.2. Saran

Merujuk pada simpulan penelitian diatas, peneliti mengajukan saran-saran

sebagai berikut:

Bagi Peneliti Selanjutnya

Pertama, apabila meneliti pekerja yang berada di daerah mobilitas sosial

rendah, sebaiknya membedakan pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, serta gaji

dari pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh subyek. Sehingga penggunaan alat

ukur akan sesuai dengan subyek yang akan diteliti serta mudah dipahami oleh

subyek. Kedua, apabila mengukur hubungan relational mobility, bisa dijelaskan

jumlah teman atau relasi yang subyek miliki sehingga bisa terlihat perbedaan

jumlah relasi antara subyek yang memiliki tingkat relational mobility tinggi

dengan subyek yang memiliki tingkat relational mobility rendah karena hal

tersebut mempengaruhi keberhasilan pengungkapan tinggi rendahnya aspek

relational mobility yang akan diukur. Ketiga, apabila mengukur perbedaan

rentang dua usia yang berbeda pada subyek yang sama bisa menggunakan

penelitian longitudinal dimana peneliti melakukan penelitian lebih lanjut pada

subjek yang akan diteliti. Keempat, variabel relational mobility kemungkinan

dipengaruhi oleh variabel lain seperti lingkungan sekitar subyek, budaya, nilai

yang berlaku di masyarakat, serta faktor lainnya sehingga populasi subyek bisa

lebih diperinci atau dikerucutkan lagi dengan detail untuk mendapatkan hasil
288

penelitian yang lebih aktual, jadi relational mobility bisa saja menjadi variabel

terikat dalam penelitian berikutnya. Kelima, relational mobility tidak hanya

mempengaruhi nilai kerja, sehingga bisa dimasukkan variabel lain dan metode

penelitian yang sesuai dengan subyek dan populasi sesuai dengan penelitian

berikutnya yang akan diteliti. Keenam, melakukan try out instrumen agar dapat

meminimalisir kelemahan alat ukur. Ketujuh, penelitian ini terbukti terdapat

hubungan positif antara variabel relational mobility dengan variabel work value,

sehingga diharapkan pada pihak-pihak yang terkait dapat mempertahankan work

value yang positif. Terutama pada masyarakat yang berada di daerah mobilitas

sosial rendah supaya tetap memiliki work value yang positif dengan cara

mengelola dan menjaga relational mobility. Individu yang memiliki tingkat

relational mobility rendah maupun tinggi diharapkan dapat menyaring nilai-nilai

yang masuk dari budaya luar yang dapat mempengaruhi pergeseran work value.

Menjaga dan meningkatkan work value ke arah positif sangatlah penting,

sehingga pihak terkait seperti tokoh masyarakat, perangkat desa, dan pemerintah

bisa membuat peraturan dan kebijakan yang baik supaya work value pada dewasa

yang berada di daerah mobilitas sosial rendah tidak mengalami banyak pergeseran

ke arah negatif.
289

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P., dan Suyati S. 1995. Psikologi Industri dan Sosial. Jakarta: PT. Dunia
Pustaka Jaya.

__. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arenawati. 2010. Pengaruh Nilai-Nilai Kerja, Kemampuan Komunikasi dan Pe-


nanganan Keluhan terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Pelayanan RSUD
Serang . Jurnal Administrasi Publik, Volume 1, No 2.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Azwar, S. 1996. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi


Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

________. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

________. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Offset.

________. 2010. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

________. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

________. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

________. 2011. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Offset.

Berings, D., F. D. Fruyt dan R. Bouwen. 2004. Work values and personality traits
as predictors of enterprising and social vocational interests. Journal Person-
ality and Individual Differences 36, 349–364.

Bosch, D. 2013. The Impact of Transformational Leadership on Leader-Follower


Work Value Congruence. International Journal of Business and Social
Research (IJBSR), Volume-3, No.-8.
290

Cervellati, M., J. Esteban., et al. 2010. Work Values, Endogenous Sentiments and
Redistribution. Jurnal University of Bologna IZA Bonn.

Crompton, T. 2010. Common Cause The Case for Working with our Cultural
Values. Cognittive Policy Works. (brewer@cognitivepolicyworks.com).

Falk, F. C., Heine, S. J. et al. 2009. Why Do Western Self-Enhance More than
East Asian?. Eur Journal. Pers. 23: 183-203 (2009).

Hadi, S. 2001. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offest

Hashim, R., A. S. M. Ramly., et al. 2009. Exploring The Relationship Between


Spirituality And Work Values Amongst Hospitality Students. Journal of
Tourism, Hospitality & Culinary Arts.

Ishak, N. M., R. Mustapha., dkk. 2003. Kecerdasan Emosi dan Hubungan nya
dengan Nilai Kerja. Jurnal Teknologi, 39(E) Dis. 77 – 84.

Kaasa, A. 2011. Work Values in European Countries: Empirical Evidence and


Explanations. Review of International Comparative Management Volume
12, Issue 5.

Kanifar, H., H. Z. Mating., et al. 2011. Indentifying the Dimensions and


Components of Islamic Work Values (IMV) for Public services sector of
Iran. European Journal of Social Sciences-Volume 22, Number 2.

Kasa, Z. 2004. Hubungan Antara Nilai Kerja dan Faktor Demografi Guru Pelatih.
Jurnal Teknologi, 2 – 7.

Lake, W. L., A, K. Syvertsen., et al. 2009. Exploring the Changing Meaning of


Work for American High School Seniors from 1976 to 2005. Journal
Addolescent’ Work Values.

Lawsson, R. D. 2009. Identifying and Managing Diversity of Workforce. Business


Intelligence Journal, Vol2 No.1.
291

Liliweri, A. 2007. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Lkis


Yogyakarta.

Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya. Usaha Nasional.

Matic, L. J. 2008. Cultural Differences In Employee Work Values and Their Im-
plications for Management. Journal Management. Vol. 13, 2, pp. 93-104.

Mofard, S. H., M. Abedi., et al. 2012. The Determination of Validity and Reliabil-
ity of Work Values Questionaire Among the High School Students in Five
Districts of Isfahan. Journal Institute of Interdisciplinary Businnes Research
Volume 4, No. 2.

Noor, M., Masjaya., dkk. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja
terhadap Prestasi Kerja Pegawai di Kecamatan Tenggarong Kabupaten
Kutai Kartanegara. Journal Administrative Reform, 1 (1): 132-144.

Ralston, D. A, D. H Holt., et al. 1996. The Impact of National Culture and


Economic Ideologi on Managerial Work Values: a Study of the United
States, Russia, Japan, and China. Journal of International Business Studies
First Quatrter.

Ros, M. 1999. Basic Individual Values, Work Values, and the Meaning of Work.
Journal International Association of Apllied Psychology, 48 (1), 49-71.

Schug, J., M. Yuki., et al. 2010. Relational Mobility Explains Between and
Within-Culture Differences in Self-Disclousure to Close Friends. Journal
Psychological Science. 21 (10) . 1471 – 1478.

Schwartz, S. H. 1999. A Theory of Cultural Values and Some Implications for


Work. Journal Applied Psychology: An Internstional Review, 23–47.

Sheila, N. D. 2013. Dinamika Nilai Kerja: Studi Indigenous Karyawan Bersuku


Jawa. Jurnal Psikologi Universitas Negeri Semarang.
292

Sheila, N. D. 2013. Dinamika Nilai Kerja: Studi Indigenous Karyawan Bersuku


Jawa. Skripsi Universitas Negeri Semarang.

Shiraev, E. B, dan Levy, D. A. 2012. Psikologi Lintas Kultural. Jakarta: Kencana.

Siu, O, I. 2003. Job Stress and Job Performance Among Employees in Hong
Kong: The Role of Chinese Work Values and Organizational Commitment.
International Journal of Psychology, 2003, 38 (6), 337-347.

Sofyandi, H., I. Garniwa. 2007. Perilaku Organisasi (Edisi Pertama).


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sznycer, D. 2012. Cross-Cultural Differences and Similarities in Proneness to


Shame an Adaptationist and Ecological Approach. www.epjournal.net-
2012.10(2): 352-370.

Tadjoedin, A. R., S. Mangkuprawira., dkk. 2009. Pengaruh Nilai Kerja terhadap


Kinerja Lingkungan di Bandara. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi.
vol.16,nomor 3.Hal 122-130.

Thomson. 2012. The Effect of Relational Mobility on SNS User Behaviour : A


Study of Japanese Dual-User of Mixi and Facebook. Journal
HUSCAP.14.3-22.

Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Perkembangan


(Cetakan Kedua). Semarang: IKIP Semarang Press.

Torgler, B. 2011. Work Values in Western and Eastern Europe. Journal Working
Paper No. 2011 – 22.

Ucanok, B. 2008. The Effect of Work Values, Work-Value Congruence an Work


Centrality on Organizational Citizenship Behavior. Journal World Academy
of Science, Engineering and Technology. 46: 156-169.
293

Wade, C. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Erlangga.

www.rop.santacruz.k12.ca.us/resources/careerplanning/step1tool1.pdf/diunduh
29/07/2014.

www.pengertianahli.com/2014/08/pengertian-mobilitas-sosial.html#_
diunduh05/09/07/2015.

Yahya, M. 2011. Model Penanaman Nilai Kerja (PNK) di SMP. Cakrawala Pen-
didikan, No. 2.

Yuki, M., et all. 2013. Social Ecology Moderates the Association between Self-
Esteem and Happiness. Journal of Experimental Social Psychology.

Yuki, M. & J. Schug. (2012). Relational mobility: A socio-ecological approach to


personal relationships. Journal Washington D.C.: American Psychological
Association. (pp. 137-152).

Yuwono, I., dkk. 2005. Psikologi Industri dan Organisasi. Surabaya: Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga.
294
295

LAMPIRAN 1:
INSTRUMEN PENELITIAN
296

No:

SKALA PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
297

Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan sarjana di Jurusan Psikologi FIP UNNES, saya
membutuhkan sejumlah data yang hanya akan dapat saya peroleh
dengan adanya kerja sama dari anda dalam mengisi skala ini.
Skala ini terdiri dari dua bagian skala. Cara menjawabnya akan
dijelaskan pada petunjuk pengisian. Untuk itu saya mengharapkan
agar anda memperhatikan petunjuk pengisian dengan baik. Bila telah
selesai dikerjakan, periksalah kembali jawaban anda agar tidak ada
pernyataan yang terlewati untuk dijawab.
Dalam mengisi skala ini, tidak ada jawaban yang benar dan salah,
karena setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Saya
mengharapkan jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Dengan
demikian sudilah kiranya anda memberikan jawaban sendiri, jujur,
dan tanpa mendiskusikannya dengan orang lain.
Kesediaan anda untuk mengisi skala ini merupakan bantuan yang
amat besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya
mengucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya,

(Rijalul Fikri)
298

IDENTITAS DIRI

Silahkan anda mengisi identitas diri anda terlebih dahulu:

 Nama/Inisial :............................................................
 Jenis kelamin (L/P) :............................................................
 Usia :............................................................
 Pendidikan Terakhir :............................................................
 Pekerjaan :............................................................
 Riwayat Pekerjaan :............................................................
 Status Perkawinan :............................................................
299

PETUNJUK PENGISIAN SKALA I

Pada skala pertama terdapat 36 pernyataan. Bacalah dan pahami


baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah satu
alternatif jawaban yang tersedia di kolom sebelah kanan dari setiap
pernyataan berdasarkan pada kondisi anda yang sebenarnya. Berilah
tanda () pada salah satu alternatif jawaban. Berikut pilihan jawaban
yang tersedia:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai

Contoh Pengisian Skala:


No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya memiliki banyak kerabat yang bisa

saya jumpai

Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan


sebelumnya, maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda
() pada alternatif jawaban yang menurut anda sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban:
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya memiliki banyak kerabat yang bisa 

saya jumpai
300

No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Mudah bagi saya menjumpai orang-orang
baru untuk saya jadikan teman
2 Saya mempunyai cukup waktu untuk
mencari teman baru
3 Saya sering bertemu dengan orang-orang
baru yang belum saya kenal
4 Saya sering membuka obrolan dengan orang
yang belum saya kenal
5 Saya tidak keberatan menyapa orang yang
tidak saya kenal
6 Hal wajar bagi saya untuk bertanya kepada
seseorang yang tidak saya kenal
7 Banyak orang yang bisa saya pilih untuk
membahas tentang suatu hal
8 Saya bisa memilih orang yang tepat untuk
diajak berbicara
9 Saya memiliki banyak kenalan yang bisa
saya ajak berbicara
10 Saya memiliki waktu luang mencari teman
baru
11 Saya memiliki banyak kesempatan untuk
mencari sahabat yang banyak
12 Saya mudah berkenalan dengan orang lain
yang belum saya kenal
13 Saya sering melakukan percakapan dengan
orang yang tidak saya kenal sebelumnya
14 Saya merasa tidak keberatan apabila ada
orang lain yang belum saya kenal mengajak
saya mengobrol
15 Saya mempunyai waktu untuk berbicara
dengan orang yang belum saya kenal
16 Saya bisa meninggalkan kelompok dan
akan mencari kelompok lain yang lebih baik
17 Jika saya merasa tidak cocok dengan suatu
kelompok, saya akan pindah ke kelompok
yang lain
18 Saya bisa memilih kelompok yang terbaik
bagi saya, dan tidak akan memilih kelompok
yang merugikan saya
19 Saya bebas memilih teman yang ada
20 Saya tidak membeda-bedakan teman yang
ada
301

21 Semua orang bisa saya jadikan kenalan


22 Saya sering menjumpai orang yang belum
saya kenal
23 Mudah bagi saya untuk pergi ke tempat
umum dan bertemu dengan orang baru
24 Saya bisa menemukan tempat dimana
banyak orang baru yang bisa saya temui
25 Saya akan mencari kelompok baru karena
saya tidak puas dengan kelompok saya yang
sekarang
26 Jika ada kelompok yang lebih baik, maka
saya akan bergabung dengan kelompok
tersebut
27 Lebih baik saya keluar dari kelompok yang
merugikan saya
28 Saya akan bergabung dengan kelompok
yang saya sukai
29 Saya bisa bebas memilih dan bergabung
dengan organisasi manapun
30 Saya hanya akan bergabung dengan
kelompok yang saya sukai
31 Saya akan mencari teman lain dari pada saya
terus bersama dengan orang yang merugikan
diri saya
32 Saya akan mencari orang baru yang cocok
bagi saya
33 Lebih baik saya mencari teman baru dari
pada saya terus-menerus bersama teman
lama yang sudah tidak cocok lagi dengan
saya
34 Saya bisa bergabung dengan kelompok lain
dan meninggalkan kelompok yang tidak
saya sukai
35 Jika saya tidak nyaman dengan kelompok
saya, saya bisa mencari kelompok baru
36 Lebih baik saya mencari kelompok yang
baru daripada bertahan dan tertekan dengan
kelompok saat ini

Ψ-Ψ-Ψ-SILAHKAN LANJUT KE SKALA BERIKUTNYA-Ψ-Ψ-


302

PETUNJUK PENGISIAN SKALA II

Pada skala ke dua ini terdapat 80 pernyataan. Bacalah dan


pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih
salah satu alternatif jawaban yang tersedia dikanan dari setiap
pernyataan berdasarkan pada kondisi anda yang sebenarnya. Isilah
Jawaban dari pernyataan dalam dua Usia Anda yang berbeda yaitu
ketika Anda berusia (35 –45 tahun) dan Usia Anda saat ini yaitu Usia
(55 tahun atau lebih). Berilah tanda () pada salah satu alternatif
jawaban. Berikut pilihan jawaban yang tersedia:
SP : Sangat Penting
P : Penting
TP : Tidak Penting
ST : Sangat Tidak Penting

Contoh Pengisian Skala:


No Pernyataan Usia (35 - 45) Usia (55+)
SP P TP STP SP P TP STP
1 Bekerja guna
mencukupi  
kebutuhan keluarga
Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan
sebelumnya, maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda
() pada alternatif jawaban yang menurut anda sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban:
No Pernyataan Usia (35 - 45) Usia (55+)
SP P TP STP SP P TP STP
1 Bekerja guna
mencukupi    
kebutuhan keluarga
303

No Pernyataan Usia (35 - 45) Usia (55+)


SP P TP STP SP P TP STP
1 Ada target dalam
menjalani hidup
2 Mampu mencapai
tujuan dalam hidup
3 Memanfaatkan
waktu untuk
keluarga, bekerja dan
bermain
4 Keseimbangan antara
keluarga, bekerja dan
bermain
5 Mampu mengontrol
nasib sendiri
6 Bekerja berdasarkan
kemauan diri sendiri
7 Mampu memberikan
dampak bagi orang
lain
8 Mampu menjadi
panutan bagi orang
lain
9 Mampu
mempertahankan
keyakinan diri
10 Percaya dengan
keyakinan yang
dimiliki diri sendiri
11 Mampu mengatakan
kebenaran
12 Mampu mengetahui
bahwa orang lain
mengatakan yang
sebenarnya
13 Mampu
mengendalikan orang
lain
14 Bisa memerintah
orang lain
15 Peduli dan percaya
dengan diri sendiri
16 Peduli dan percaya
pada orang lain
17 Percaya pada
304

keyakinan diri
sendiri
18 Mempertahankan
keyakinan yang
dimiliki
19 Memiliki pengaruh
terhadap orang lain
20 Memiliki kekuasaan
terhadap orang lain
21 Melakukan banyak
hal dalam waktu
yang bersamaan
22 Melakukan beragam
aktifitas dengan
cepat
23 Melakukan pekerjaan
yang tidak diatur
dengan jadwal waktu
tertentu
24 Beraktifitas dengan
waktu yang tidak
menentu
25 Melakukan pekerjaan
untuk mendapat upah
yang tinggi
26 Melakukan pekerjaan
demi mendapatkan
uang banyak
27 Melakukan pekerjaan
yang menantang
secara intelektual
28 Melakukan pekerjaan
yang tidak biasa
dilakukan
29 Memiliki lingkungan
pekerjaan yang
nyaman
30 Tempat kerja tidak
jauh dari tempat
tinggal
31 Memiliki pekerjaan
yang bisa diprediksi
32 Mengetahui
pekerjaan yang akan
dilakukan esok hari
305

33 Hanya ada sedikit


gangguan ketika
bekerja
34 Tidak ada gangguan
dalam bekerja
35 Mengetahui ada
orang lain yang
menekan kita dalam
melakukan pekerjaan
36 Ada tekanan didalam
pekerjaan
37 Pekerjaan yang
terorganisir dengan
baik
38 Pekerjaan yang
memiliki urutan yang
jelas
39 Mengatur jadwal
kegiatan secara
mandiri
40 Merencanakan kerja
secara mandiri
41 Bersaing dengan
yang lain
42 Adanya persaingan
kerja
43 Bekerja dengan latar
belakang etnis yang
berbeda
44 Terdapat perbedaan
etnis ditempat kerja
45 Bersosialisasi dengan
rekan kerja
46 Mendapat banyak
kenalan teman baru
dari tempat kerja
47 Ada pimpinan yang
mengatur organisasi
48 Adanya
pemimpin/atasan
ditempat kerja
49 Bekerja dimana ada
manajemen yang
baik
50 Organisasi kerja
306

yang bagus
51 Mendapatkan
informasi pekerjaan
dengan maksimal
52 Mampu mencari
informasi secara
mudah
53 Membuat diri sendiri
menjadi dibutuhkan
oleh pekerjaan
54 Ada kontribusi yang
diberikan didalam
pekerjaan
55 Memberikan bantuan
kepada orang lain
56 Menyemangati orang
lain
57 Menyelesaikan
masalah bersama-
sama
58 Melakukan kerja
sama dengan orang
lain
59 Memberikan
kepercayaan kepada
orang lain
60 Mampu membuat
kepercayaan kerja
dengan orang lain
61 Mengutamakan
kemampuan berfikir
dalam bekerja
62 Menyelesaikan
pekerjaan yang rumit
63 Mengerjakan
pekerjaan yang
menantang
64 Mampu
menyelesaikan
pekerjaan yang
menantang
65 Kreatifitas dalam
bekerja
66 Menggunakan
bakat/ketrampilan
307

tertentu
67 Pekerjaan yang
membantu orang lain
68 Meringankan dan
memberikan bantuan
kepada orang lain
69 Menghasilkan
sesuatu yang baru
70 Banyak melakukan
pekerjaan baru
71 Banyak melakukan
gerakan fisik
72 Mengeluarkan
banyak tenaga
73 Berinteraksi dengan
banyak orang
74 Sering bertemu
dengan orang banyak
75 Mendapatkan
pengetahuan baru
dalam bekerja
76 Mendapatkan
informasi penting
untuk diri sendiri
tentang pekerjaan
77 Melakukan pekerjaan
yang beresiko
78 Menyelesaikan
pekerjaan yang
berbahaya
79 Pekerjaan yang
dilakukan
mengagendakan
beragam aktifitas

80 Melakukan kegiatan
yang tidak monoton
dalam bekerja

-Terima Kasih-
308

LAMPIRAN 2:
TABULASI DATA
309

TABULASI DATA WORK VALUE DULU (USIA 35 - 45 TAHUN)


310
311

TABULASI DATA WORK VALUE SEKARANG (USIA 55 TAHUN KEATAS)


312
313

TABULASI DATA RELATIONAL MOBILITY


314

LAMPIRAN 3:
TABULASI KELAS

RELATIONAL MOBILITY

RENDAH DAN KELAS

RELATIONAL MOBILITY

TINGGI
315

TABULASI DATA KELAS TINGKAT RELATIONAL MOBILITY RENDAH DAN KELAS TINGKAT RELATIONAL MOBILITY TINGGI
316

LAMPIRAN 4:
TABULASI WORK VALUE

DENGAN TINGKAT

RELATIONAL MOBILITY

RENDAH
317

TABULASI DATA WORK VALUE DULU (USIA 35-45 TAHUN) DAN WORK VALUE SEKARANG (USIA 55 TAHUN KEATAS)

DENGAN TINGKAT RELATIONAL MOBILITY RENDAH

Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) dengan Kelas Relational Mobility Rendah

Work Value Sekarang (Usia55 Tahun Keatas) dengan Kelas Relational Mobility Rendah
318

LAMPIRAN 5:
TABULASI WORK VALUE

DENGAN TINGKAT

RELATIONAL MOBILITY

TINGGI
319

TABULASI DATA WORK VALUE DULU (USIA 35-45 TAHUN) DAN WORK VALUE SEKARANG (USIA 55 TAHUN KEATAS)

DENGAN TINGKAT RELATIONAL MOBILITY RENDAH

Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) dengan Kelas Relational Mobility Tinggi

Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) dengan Kelas Relational Mobility Tinggi
320

LAMPIRAN 6:
HASIL UJI VALIDITAS

DAN HASIL UJI

RELIABILITAS
321

Skala Relational Mobility

1. Hasil Uji Validitas Relational Mobility

Correlations

Total
**
VAR00001 Pearson ,501
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00002 Pearson ,666
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00003 Pearson ,455
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00004 Pearson ,563
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
*
VAR00005 Pearson ,327
Correlation

Sig. (2- ,011


tailed)
N 60
**
VAR00006 Pearson ,342
Correlation

Sig. (2- ,007


tailed)
N 60
**
VAR00007 Pearson ,594
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
322

**
VAR00008 Pearson ,553
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00009 Pearson ,691
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00010 Pearson ,682
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00011 Pearson ,589
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00012 Pearson ,359
Correlation

Sig. (2- ,005


tailed)
N 60
**
VAR00013 Pearson ,521
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00014 Pearson ,430
Correlation

Sig. (2- ,001


tailed)
N 60
**
VAR00015 Pearson ,545
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00016 Pearson ,494
Correlation
323

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00017 Pearson ,687
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00018 Pearson ,700
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00019 Pearson ,745
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00020 Pearson ,587
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00021 Pearson ,346
Correlation

Sig. (2- ,007


tailed)
N 60
**
VAR00022 Pearson ,491
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00023 Pearson ,411
Correlation

Sig. (2- ,001


tailed)
N 60
**
VAR00024 Pearson ,427
Correlation

Sig. (2- ,001


tailed)
N 60
324

**
VAR00025 Pearson ,604
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00026 Pearson ,654
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00027 Pearson ,602
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00028 Pearson ,699
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00029 Pearson ,710
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00030 Pearson ,660
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00031 Pearson ,519
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00032 Pearson ,708
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00033 Pearson ,414
Correlation
325

Sig. (2- ,001


tailed)
N 60
**
VAR00034 Pearson ,560
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00035 Pearson ,694
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00036 Pearson ,517
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
Total Pearson 1
Correlation

Sig. (2-
tailed)
N 60
**. Correlation is significant at the
0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the
0.05 level (2-tailed).
326

2. Hasil Uji Reliabilitas Relational Mobility

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 60 100,0

a
Excluded 0 0,0
Total 60 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's N of
Alpha Items
,937 36
327

Skala Work Value

1. Hasil Uji Validitas Work Value

Correlations

Total
**
VAR00001 Pearson ,575
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00002 Pearson ,577
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00003 Pearson ,333
Correlation

Sig. (2- ,009


tailed)
N 60
**
VAR00004 Pearson ,428
Correlation

Sig. (2- ,001


tailed)
N 60
**
VAR00005 Pearson ,748
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00006 Pearson ,526
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00007 Pearson ,734
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
328

**
VAR00008 Pearson ,784
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00009 Pearson ,617
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00010 Pearson ,565
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00011 Pearson ,469
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
*
VAR00012 Pearson ,277
Correlation

Sig. (2- ,032


tailed)
N 60
**
VAR00013 Pearson ,766
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00014 Pearson ,744
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00015 Pearson ,547
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00016 Pearson ,360
Correlation
329

Sig. (2- ,005


tailed)
N 60
**
VAR00017 Pearson ,548
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00018 Pearson ,623
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00019 Pearson ,775
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00020 Pearson ,697
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00021 Pearson ,631
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00022 Pearson ,632
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00023 Pearson ,401
Correlation

Sig. (2- ,001


tailed)
N 60
**
VAR00024 Pearson ,413
Correlation

Sig. (2- ,001


tailed)
N 60
330

**
VAR00025 Pearson ,519
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00026 Pearson ,605
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00027 Pearson ,596
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00028 Pearson ,611
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00029 Pearson ,601
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00030 Pearson ,708
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00031 Pearson ,780
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00032 Pearson ,800
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00033 Pearson ,712
Correlation
331

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00034 Pearson ,580
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00035 Pearson ,680
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00036 Pearson ,658
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00037 Pearson ,708
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00038 Pearson ,714
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00039 Pearson ,751
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00040 Pearson ,761
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00041 Pearson ,587
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
332

**
VAR00042 Pearson ,616
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00043 Pearson ,620
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00044 Pearson ,671
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00045 Pearson ,765
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00046 Pearson ,801
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00047 Pearson ,627
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00048 Pearson ,766
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00049 Pearson ,805
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00050 Pearson ,741
Correlation
333

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00051 Pearson ,828
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00052 Pearson ,768
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00053 Pearson ,740
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00054 Pearson ,744
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00055 Pearson ,657
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00056 Pearson ,753
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00057 Pearson ,633
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00058 Pearson ,783
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
334

**
VAR00059 Pearson ,696
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00060 Pearson ,687
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00061 Pearson ,735
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00062 Pearson ,658
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00063 Pearson ,697
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00064 Pearson ,708
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00065 Pearson ,815
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00066 Pearson ,571
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00067 Pearson ,549
Correlation
335

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00068 Pearson ,599
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00069 Pearson ,501
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00070 Pearson ,643
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00071 Pearson ,547
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00072 Pearson ,528
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00073 Pearson ,689
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00074 Pearson ,649
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00075 Pearson ,706
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
336

**
VAR00076 Pearson ,771
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00077 Pearson ,596
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00078 Pearson ,568
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00079 Pearson ,639
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
**
VAR00080 Pearson ,679
Correlation

Sig. (2- ,000


tailed)
N 60
Total Pearson 1
Correlation

Sig. (2-
tailed)
N 60
**. Correlation is significant at the
0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the
0.05 level (2-tailed).
337

2. Hasil Uji Reliabilitas Work Value

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 60 100,0

a
Excluded 0 0,0
Total 60 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's N of
Alpha Items
,983 80
338

LAMPIRAN 7 :
HASIL UJI ASUMSI
339

Hasil Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Relational work value work value
Mobility (35-45) (55+)
N 60 60 60
Normal Parametersa,b Mean 85,3167 187,8000 188,6833
Std. Deviation 15,67195 42,89988 45,03802
Most Extreme Differences Absolute ,086 ,108 ,114
Positive ,086 ,108 ,114
Negative -,044 -,062 -,074
Kolmogorov-Smirnov Z ,665 ,839 ,883
Asymp. Sig. (2-tailed) ,769 ,482 ,417
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
2. Uji Linearitas
ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Work Value Between Groups (Combined) 83609,600 40 2090,240 1,590 ,139
(35-45) * Linearity 41148,194 1 41148,194 31,305 ,000
Relational Deviation 42461,406 39 1088,754 ,828 ,699
Mobility from
Linearity
Within Groups 24974,000 19 1314,421
Total 108583,600 59
Work Value Between Groups (Combined) 92936,150 40 2323,404 1,651 ,121
(55+) * Linearity 54079,489 1 54079,489 38,425 ,000
Relational Deviation 38856,661 39 996,325 ,708 ,823
Mobility from
Linearity
Within Groups 26740,833 19 1407,412
Total 119676,983 59
3. Uji Homogenitas
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations
Std. Zero-
Model B Error Beta T Sig. order Partial Part
1 (Constant) 23,867 24,227 ,985 ,329
Relational 1,932 ,279 ,672 6,915 ,000 ,672 ,672 ,672
Mobility
a. Dependent Variable: work value (55+)
340

LAMPIRAN 8 :
HASIL UJI HIPOTESIS
341

HASIL UJI HIPOTESIS

Correlations
Work Value (35- Relational
45) Mobility
Pearson Correlation Work Value (35-45) 1,000 ,616
Relational Mobility ,616 1,000
Sig. (1-tailed) Work Value (35-45) . ,000
Relational Mobility ,000 .
N Work Value (35-45) 60 60
Relational Mobility 60 60
*. Correlation is Significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations
Work Value Relational
(55+) Mobility
Pearson Correlation Work Value (55+) 1,000 ,672
Relational Mobility ,672 1,000
Sig. (1-tailed) Work Walue (55+) . ,000
Relational Mobility ,000 .
N Work Value (55+) 60 60
Relational Mobility 60 60
*. Correlation is Significant at the 0.05 level (2-tailed).

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval
Std. Std. Error of the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T Df tailed)
Pair 1 work -,88333 61,19685 7,90048 -16,69215 14,92549 -,112 59 ,911
value
(35-45) -
work
value
(55+)
342

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
VAR Equal variances -
25,931
00001assumed ,344 ,562 ,400 30 ,692 4,25000 10,61622 17,431
22
22
Equal variances -
26,308
not assumed ,400 21,297 ,693 4,25000 10,61622 17,808
90
90

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
VAR Equal variances -
31,286
00001assumed 2,848 ,102 -,078 30 ,938 -1,25000 15,93176 33,786
99
99
Equal variances -
31,627
not assumed -,078 24,050 ,938 -1,25000 15,93176 34,127
94
94

Anda mungkin juga menyukai