SKRIPSI
oleh
RIJALUL FIKRI
1550408089
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
i
PERNYATAAN
Dewasa Yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah benar-benar hasil karya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
Rijalul Fikri
NIM. 1550408089
ii
iii
MOTTO DAN PERUNTUKKAN
Motto:
"Tak ada tempat yang lebih damai dan tenang bagi manusia
kecuali di dalam jiwanya sendiri."
“Manusia yang bermartabat adalah orang yang, dalam rangka menjaga dirinya,
memberikan pijakan yang kuat bagi orang lain dan, dalam rangka meraih
prestasinya sendiri, membantu orang lain untuk berprestasi.”
Peruntukkan
iv
KATA PENGANTAR
skripsi yang berjudul Hubungan Antara Relational Mobility Dengan Work Value
Pada Individu Dewasa Yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah dapat diselesaikan
dengan baik. Penelitian ini adalah penelitian payung yang dilaksanakan 4 orang
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala
kepada:
1. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ne-
geri Semarang.
2. Dr. Drs. Edy Purwanto, M.Si. Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidi-
3. Siti Nuzulia, S.Psi, M.Si. Sebagai pembimbing dengan sabar telah membim-
bing dan memberikan petunjuk serta arahan sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
v
5. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. Sebagai penguji II yang telah memberikan
bimbingannya.
9. Keluarga besar penulis dari Banu H. Mastur, Banu Harjo Rasuto, keluarga
Bapak Suwartono Hadi Saputro yang selalu membuat penulis nyaman dan
10. Keluarga besar BWA Warriors dan kost ajaib, teman-teman gang dahlia,
memberikan canda tawa, semangat, motivasi, dan pengalaman yang luar biasa.
12. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, baik
vi
Semoga skripsi ini dapat menambah wacana dan bermanfaat bagi dunia
Penulis
vii
ABSTRAK
Fikri, Rijalul. 2015. Hubungan Antara Relational Mobility Dengan Work Value
Pada Individu Dewasa Yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah. Skripsi Jurusan
Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing
Siti Nuzulia, S.Psi, M.Si.
Kata kunci: work value, relational mobility, mobilitas sosial rendah, dewasa.
Manusia dewasa yang sehat adalah manusia yang bekerja dan memiliki
nilai kerja. Perubahan nilai kerja banyak dialami para dewasa dan hal tersebut
dipengaruhi oleh orang-orang yang berada di sekitar dewasa termasuk relational
mobility. Sedangkan individu yang memiliki mobilitas sosial rendah sangatlah
sulit mendapatkan kesempatan bertemu dengan orang-orang baru. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara relational mobility dengan work
value, perubahan work value dulu dengan work value sekarang, dan perubahan
work value dulu dengan work value sekarang yang ditinjau dari tinggi rendahnya
relational mobility pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Populasi
penelitian adalah pekerja dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah dengan
sampel 60 subjek. Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability
sampling dimana teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel (Sugiyono, 2010: 122). Metode yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah sampling purposive. Data penelitian diambil
mengguanakan skala work value 80 aitem pada rentang usia berbeda dan skala
relational mobility.
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan
relational mobility dengan work value adalah korelasi product moment. Hasilnya
diperoleh nilai r = 0,672 dengan nilai signifikansi atau p = 0,000. Hal tersebut
menunjukkan ada hubungan antara keduanya karena p < 0,05. Jadi jika relational
mobility tinggi maka perubahan work value juga tinggi dan sebaliknya. Kemudian
perbedaan work value dulu dengan work value sekarang dengan teknik t-test
paired nilai signifikansi 0,911 (p = 0,911 > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan
yang signifikan antara work value dulu dengan work value sekarang. Kemudian
perubahan work value dulu dengan work value sekarang yang ditinjau dari tinggi
rendahnya relational mobility dengan uji t-test Independent Samples. Hasilnya
diperoleh nilai p = 0,692 pada relational mobility rendah dan p = 0,938 pada
relational mobility tinggi. Hal tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan work
value dulu dengan work value sekarang yang ditinjau dari tinggi rendahnya
relational mobility karena p > 0.05. Relational mobility pada individu dewasa
yang memiliki mobilitas sosial rendah berada pada kriteria sedang sebesar 40%.
Diharapkan para dewasa yang bekerja dapat memilih relasinya dengan baik
karena relational mobility dewasa mempengaruhi nilai kerja yang di bawa dalam
menjalankan pekerjaanya.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ......................................................................................... ii
BAB
1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1
BAB
ix
2.1.2 Tipologi Nilai Kerja .................................................................... 31
x
2.2.2.1 Budaya ....................................................................................... 54
BAB
xi
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................. 96
BAB
4.3.1 Gambaran Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) pada Individu
Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ...................... 101
xii
4.3.1.1.1.6 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator
Honesty ...................................................................................... 111
xiii
4.3.1.1.2.9 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator
Structured ................................................................................... 129
xiv
4.3.1.1.4.1 Gambaran Spesifik Work Value Dulu Berdasarkan Indikator
Analytical ................................................................................... 147
xv
4.3.2.1.1.2 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan
Indikator Balance ...................................................................... 169
xvi
4.3.2.1.2.5 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan
Indikator Location ..................................................................... 187
xvii
4.3.2.1.3.8 Gambaran Spesifik Work Value Sekarang Berdasarkan
Indikator Support ....................................................................... 205
xviii
4.3.3 Gambaran Relational Mobility pada Individu Dewasa yang
Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ............................................ 226
xix
4.3.3.1.1.11 Gambaran Spesifik Relational Mobility Berdasarkan Aspek
Menjalin Hubungan dengan yang Lain jika Merasa Tidak Puas
dengan Hubungan yang Sekarang ............................................. 248
4.5.3 Perbedaan Work Value Dulu (Usia 35-45 tahun) dengan Work
Value Sekarang (Usia 55 Tahun Keatas) pada Individu Dewasa
yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ................................... 260
4.5.4 Perbedaan Work Value (Usia 35-45 Tahun) Dulu dengan Work
Value Sekarang (Usia 55 Tahun Keatas) Ditinjau dari Tingkat
Relational Mobility Rendah ....................................................... 261
4.5.5 Perbedaan Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) dengan Work
Value Sekarang (Usia 55 Tahun Keatas) Ditinjau dari
Relational Mobility Tinggi ......................................................... 262
xx
4.6.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Relational Mobility dengan
Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas
Sosial Rendah ............................................................................ 264
BAB
xxi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Nilai Terminal dan Instrumental Rokeach Value Survey (RVS) .. 31
Tabel 3.4 Blueprint Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah ............................................................... 89
Tabel 3.5 Blueprint Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah Setelah Uji Validitas ............................ 92
Tabel 4.2 Kriteria Analisis Deskriptif Aspek Work Value Dulu (Usia 35-
45 Tahun) ..................................................................................... 101
Tabel 4.3 Kriteria Indikator Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) ............ 104
xxii
Tabel 4.10 Gambaran Power .......................................................................... 113
xxiii
Tabel 4.35 Gambaran Challenging ................................................................ 148
Tabel 4.44 Ringkasan Deskriptif Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun)
pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .. 161
Tabel 4.45 Kriteria Analisis Deskriptif Aspek Work Value Sekarang (Usia
55 Tahun Keatas) ......................................................................... 164
xxiv
Tabel 4.58 Gambaran Flexible ....................................................................... 183
xxv
Tabel 4.83 Gambaran Public Contact .......................................................... 218
Tabel 4.88 Kriteria Analisis Deskriptif Aspek Relational Mobility ............ 227
Tabel 4.91 Kriteria Gambaran Spesifik Setiap Aspek Relational Mobility .. 232
Tabel 4.94 Gambaran Dapat Memilih Berinteraksi dengan Orang Lain ..... 236
Tabel 4.98 Gambaran Bebas Bergaul dengan Siapa Saja ............................ 242
Tabel 4.99 Gambaran Sangat Mudah untuk Bertemu Orang Baru ............... 243
xxvi
Tabel 4.102 Gambaran Menjalin Hubungan dengan yang Lain jika Merasa
Tidak Puas dengan Hubungan yang Sekarang ........................... 248
Tabel 4.110 Hasil Uji T-test Variabel Work Value Dulu (Usia 35-45
Tahun) dengan Work Value Sekarang (Usia 55 Tahun Keatas) . 260
Tabel 4.111 Hasil Uji T-test Independent Samples Work Value Dulu (Usia
35-35 Tahun) dengan Work Value Sekarang (Usia 55 Tahun
Keatas) Ditinjau dari Tingkat Relational Mobility Rendah ....... 262
Tabel 4.112 Hasil Uji T-test Independent Samples Variabel Work Value
Dulu (Usia 35-45 Tahun) dengan Work Value Sekarang (Usia
55 Tahun Keatas) Ditinjau dari Tingkat Relational Mobility
Tinggi ......................................................................................... 264
xxvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xxviii
Gambar 4.11 Gambaran Fast Paced pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 120
xxix
Gambar 4.23 Gambaran Friendships pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 136
xxx
Gambar 4.35 Gambaran Leading Edge pada Individu Dewasa yang
Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 153
Gambar 4.39 Gambaran Risk Taking pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 158
Gambar 4.41 Ringkasan Deskriptif Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun)
pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial
Rendah ..................................................................................... 163
xxxi
Gambar 4.47 Gambaran Honesty pada Dewasa yang Berada di Daerah
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 176
Gambar 4.52 Gambaran Fast Paced pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 183
xxxii
Gambar 4.59 Gambaran Relaxed pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 192
xxxiii
Gambar 4.71 Gambaran Trust pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 209
Gambar 4.80 Gambaran Risk Taking pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah .......................................................... 222
xxxiv
Gambar 4.83 Gambaran Umum Relational Mobility pada Individu Dewasa
yang Memiliki Mobilitas Sosial Rendah ................................. 231
Gambar 4.86 Gambaran Dapat Memilih Berinteraksi dengan Orang Lain ... 237
Gambar 4.90 Gambaran Bebas Bergaul dengan Siapa Saja .......................... 243
Gambar 4.91 Gambaran Sangat Mudah untuk Bertemu Orang Baru ............ 244
Gambar 4.94 Gambaran Menjalin Hubungan dengan yang Lain jika Merasa
Tidak Puas dengan Hubungan yang Sekarang ........................ 249
xxxv
Gambar 4.96 Ringkasan Relational Mobility pada Individu Dewasa yang
Memiliki Mobilitas Sosial Rendah .......................................... 253
xxxvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xxxvii
BAB 1
PENDAHULUAN
dewasa. Shiraev (2012: 314) mengungkapkan bahwa manusia dewasa berada pada
usia 20 tahun keatas. Dimana individu telah mencapai status dewasa sebagaimana
bekerja dan banyak pekerja yang kini menyebar dan meningkat tajam di berbagai
kalangan masyarakat karena usia dewasa adalah usia matang dan produktif serta
Masa dewasa yang baru muncul (emerging adulthood) yang dimulai dari
antara akhir usia belasan sampai pertengahan usia 20an dan dicirikan oleh
eksplorasi yang fokus pada cinta, kerja, dan pandangan dunia (Arnett 2000 dalam
Shiraev, 307: 2012). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Yahya (2011:
298) bahwa pada konteks kehidupan manusia, pekerjaan merupakan salah satu
aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, kapanpun dan
2006: 13) bahwa kerja sesungguhnya adalah bagian penting dari kehidupan
Bagi semua dewasa baik pria maupun wanita sejak dahulu kala memang
1
2
Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang
suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya (Anoraga,
2006: 11).
pekerjaan, maka pekerja harus memiliki nilai kerja yang positif agar hasil yang
diperoleh bisa memuaskan. Menurut Sheila (2013: 2) nilai kerja merupakan salah
organisasi sangat bergantung pada nilai kerja individu. Nilai kerja sangatlah
produktivitas dan komitmen organisasi. Nilai kerja merujuk pada sikap individu
terhadap kerja dan berkaitan dengan makna yang diberikan oleh individu terhadap
kerja.
karena pekerjaannya akan bertahan lama sehingga bisa menghasilkan upah dan
mencukupi kebutuhan sehari-hari bagi para pekerja. Nilai kerja yang baik akan
mengantarkan dan mendekatkan para pekerja pada keberhasilan karena nilai kerja
sebuah pekerjaan pastinya memiliki pegangan yaitu nilai kerja terjemahan dari
work value. Karena nilai kerja merupakan salah satu yang mendasari timbulnya
prilaku kerja seseorang. Dengan memiliki nilai kerja, maka pekerjaan yang
dilakukan para dewasa tidak menjadi sia-sia karena nilai kerja masing-masing
bidang pekerjaannya.
bahwa nilai kerja sebagai keyakinan individu mengenai cara-cara bertingkah laku
yang dipilih dan kondisi akhir yang diinginkan yang dibawa ke dalam situasi
kerja.
Banyak ahli mendefinisikan tentang nilai kerja yang intinya itu sama dan
saling melengkapi. Seperti pendapat Shem dan Itzhak mendefinisikan nilai kerja
menurut Super nilai kerja sebagai satu tujuan yang dan usaha untuk mencapai
apa yang benar atau menilai pentingnya kebutuhan (dalam Matic, 2008: 95).
bahwa nilai kerja adalah suatu keyakinan dan sikap individu mengenai cara-cara
bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu terhadap pekerjaannya
berarti bagi orang setiap individu dewasa dalam melakukan aktifitas di bidang
mengatakan pentingnya nilai kerja sebagai suatu set kepercayaan yang kekal
tentang apa yang baik dan diinginkan para pekerja berkaitan dengan peranan
kerja. Sedangkan Issacson & Brown (dalam Kasa, 2004: 2) memandang nilai
kerja adalah suatu kemahiran yang memberi petunjuk kepada tingkah laku
kebanyakan ahli teori nilai kerja setuju bahwa individu bertindak dan berkelakuan
Menurut Ishak (2003: 78) nilai kerja yang dimiliki individu memberikan
kesan atas prestasi kerja individu tersebut. Yahya (2011: 297) mengatakan
pentingnya nilai kerja guna membangun wawasan bagi individu dan menjadikan
manusia menjadi dewasa yang produktif, berjiwa usaha tinggi, dan mampu
bersaing secara global. Berkaitan dengan pentingnya nilai kerja, Arenawati (2010:
126) menyebutkan nilai kerja adalah dasar yang kemudian membentuk nilai-nilai
luhur dalam bekerja yang menjadi modal dasar seseorang untuk melangkah lebih
pemimpin cenderung memilih pekerja yang mempunyai nilai dan etika kerja yang
baik dari pada pekerja yang berpengetahuan dan memiliki kemahiran. Karena
sedangkan nilai kerja yang baik tidak mudah dipelajari dan akan membutuhkan
waktu yang lama untuk seseorang menghasilkan nilai kerja yang baik.
efisien hanya ketika ada nilai kerja yang diyakini bersama diantara karyawannya.
perilaku. Nilai kerja tertentu dibutuhkan dan dijunjung tinggi dalam suatu
2009). Penelitian ini menggambarkan bahwa nilai kerja yang harus dimiliki para
(Arenawati, 2010). Nilai kerja para pekerja rumah sakit dalam hal pelayanan
para pekerja rumah sakit harus memiliki nilai kerja yang positif dalam pelayanan
kebutuhan organisasi yaitu penelitian yang berjudul Hubungan antara Nilai Kerja
dan Faktor Demografi Guru Pelatih (Kasa, 2004). Nilai kerja yang dianggap
6
penting oleh guru adalah perkembangan diri, gaji, pekerjaan yang mapan, gaya
hidup, dan kreatifitas. Pada intinya karakteristik nilai kerja individu menyesuaikan
nilai kerja sehingga peneliti disini melakukan langkah awal studi pendahuluan
melalui metode wawancara tentang nilai kerja kepada beberapa pekerja dewasa
yang berusia 55 tahun keatas dan memiliki mobilitas sosial rendah. Peneliti
menemukan berbagai macam jawaban nilai kerja dari para dewasa, dan
mobilitas sosial rendah berupa mencoba belajar tentang ikhlas dalam melakukan
pekerjaan yang saat ini masih dijalani, menerima upah dengan lapang dada
kepada orang lain sehingga apa yang dilakukannya bisa bermanfaat bagi dirinya
saat ini yang berusia 55 tahun lebih dengan nilai kerja dewasa dulu waktu berusia
sekitar 35 sampai 45 tahun. Subjek menyampaikan ada perbedaan nilai kerja yang
dirasakan saat ini dengan nilai kerja waktu usia sebelumnya. Nilai kerja dulu
guna mencari relasi dan menjalin hubungan dengan teman baru. Dari jawaban
tersebut peneliti penyimpulkan bahwa ada perubahan nilai kerja yang dirasakan
atau pemanfaatan kemampuan. Terkaitnya pentingnya nilai kerja, nilai kerja juga
terbukti mempengaruhi banyak hal seperti perilaku dan kondisi psikologis pekerja
dalam pilihan kerja, kepuasan kerja, komitmen, dan motivasi kerja (Yahya, 2011:
298).
Sejak tahun 1950 pengaruh nilai kerja sudah banyak ditemukan. Ginzberg
dkk (1951) menyatakan nilai kerja sangat penting sebagai faktor dalam proses
pemilihan kerja. Post dan Kammer (1987) menyatakan nilai kerja mempengaruhi
(dalam Matic, 2008: 94) juga mengungkapkan nilai kerja karyawan akan
individu memiliki nilai kerja yang berbeda-beda. Seperti hasil penelitian yang
berjudul Model Penanaman Nilai Kerja (PNK) di SMP (Yahya, 2011). Dijelaskan
bahwa semenjak manusia berusia dini, manusia sudah memiliki nilai kerja yang
Yaitu meneliti tentang nilai kerja pada karyawan di berbagai kota di negara Turky
Setiap individu memiliki nilai kerja yang berbeda dan bisa berubah karena
dipengaruhi oleh banyak hal. Seperti yang dikemukakan Sheila, (2013: 9) faktor-
kerja yang dipengaruhi oleh kecerdasan emosi. Dijelaskan bahwa individu yang
memiliki kecerdasan emosi yang baik akan menunjukkan prestasi kerja dan nilai
penelitian nilai kerja yang berbeda karena dipengaruhi oleh gesekan interaksi
individu dengan individu lainnya sehingga menghasilkan nilai kerja yang beragam
negara dan budaya telah dilakukan. Seperti penelitian yang berjudul Dinamika
Nilai Kerja: Studi Indigenous Pada Karyawan yang Bersuku Jawa di Pulau Jawa
(Sheila, 2013). Mengungkapkan tiga nilai kerja yang dianggap paling penting oleh
pekerja yang bersuku Jawa yaitu disiplin, loyalitas, dan jujur guna menghasilkan
nilai kerja yang baik dan maksimal. Para karyawan bersuku jawa mengalami
membentuk kepercayaan individu, nilai, sikap dan perilaku melalui proses belajar.
Nilai kerja banyak berubah karena dipengaruhi faktor eksternal dan faktor
internal.
Pada budaya yang berbeda, nilai kerja seseorang akan berbeda pula.
And Their Implications For Management (Matic, 2008). Dibuktikan bahwa ada
perbedaan nilai kerja pada pekerja lulusan sarjana antara Kroasia dan Amerika
itu penting karena akan mempengaruhi teori dan praktek manajemen organisasi.
kerja.
Dan banyak penelitian nilai kerja lintas budaya lainnya yang telah
dipengaruhi oleh gesekan interaksi individu seperti penelitian yang berjudul Work
Dimensions and Components of Islamic Work Values (IWV) for Public Services
Sector of Iran (Khanifar dkk, 2011), Job Sress and Job Performance Among
Employees in Hong Kong: The Role of Chinese Work Values and Organizational
Commitment (Siu, 2003), Work Values in White South African Males (Bluen &
menggambarkan ada dua dimensi budaya yaitu budaya individualis dan budaya
kolektif yang sangat berkaitan dengan sikap dan prilaku kerja. Budaya
11
sedangkan budaya kolektif menekankan pada kerangka kerja yang bersifat sosial
dewasa disetiap budaya tidak terlepas dari pengaruh gesekan interaksi teman
dekat atau hubungan relasi pekerja. Menurut Harkness (1992) (dalam Shiraev, 22:
2012) manusia tidak dapat bertahan hidup dengan terisolasi sepenuhnya dari
orang lain. Individu tidak dianggap sebagai sosok pasif dan statis yang
Nilai kerja secara umum dibentuk dari kebudayaan nasional dan tingkatan
bangunan diri, ditentukan oleh sebuah jarak dari beberapa faktor termasuk sebuah
hubungan individu dengan yang lain, dan konteks dimana individu menemukan
diri mereka sendiri. Sebuah nilai kerja perseorangan bisa di bentuk dan di cetak
melalui hubungan interpersonal dengan yang lain sebaik menjadi seorang anggota
dan mengidentifikasi dengan sebuah kelompok individu yang luas (Gahan dan
sebagai anggota suatu kelompok masyarakat. Orang dewasa yang bekerja juga
mencari teman dan mengakhiri hubungan teman lama atau yang sekarang ini
hubungan yang lama (Schug dkk, 2010: 1471). Sedangkan menurut Falk dkk
hubungan yang lama dalam konteks tertentu (dalam Schug dkk, 2010: 1471).
seseorang untuk berpindah dari suatu relasi atau hubungan kepada relasi yang
lain. Jadi relational mobility dapat disimpulkan sejauh mana individu memiliki
berbagai aspek dari lintas budaya. Seperti penelitian yang berjudul “A Socio-
Disclosure to Close Friends” (Schug dkk, 2010), “Social Ecology Moderates the
Westerners Self-Enhance More than East Asians” (Falk dkk, 2009), “Cross-
tingkat relational mobility pada setiap budaya. Ada budaya yang memiliki tingkat
relational mobility rendah dan ada juga yang memiliki tingkat relational mobility
nilai kerja.
memiliki relational mobility lebih rendah dibandingkan Eropa karena nilai budaya
yang tertanam di Asia memiliki tingkat rasa malu lebih tinggi dibandingkan
rendah dibandingkan Eropa yang terbiasa dengan budaya untuk bebas membuka
diri dan menjalin relasi dengan orang lain. Menurut Schug dkk (2010: 1472)
mobility dapat bervariasi dalam suatu satu budaya. Relational mobility yang
yang rendah, hubungan komunikasi kelompoknya akan lebih stabil, akan tetapi
hubungan. Relational mobility yang rendah pada umumnya hampir tidak ada mitra
baru dalam komunitasnya. Hal ini memicu adanya keterbatasan yang menonjol
baru yang tersedia. Dalam komunitas masyarakat dengan relational mobility yang
tinggi ini diperlukan adanya tingkat keterbukaan diri yang tinggi dikaitkan dengan
Mencari teman baru dan menjalin relasi yang ada lebih mudah dijumpai
pada dewasa yang memiliki mobilitas sosial tinggi. Mobilitas sosial dapat
diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial
15
mobilitas yang tinggi dibanding masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial yang
tertutup. Sehingga dewasa yang memiliki mobilitas sosial tinggi tidak punya
untuk melepaskan diri dari kebiasaan dan pola hidup yang telah berakar dan harus
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial dan standar-standar tingkah laku baru.
Dengan tingkat relational mobility yang tinggi pada dewasa yang memiliki
mobilitas sosial tinggi, mereka dipastikan mampu menyesuaikan diri dengan baik
terhadap situasi yang baru karena mereka sudah terbiasa dengan kondisi
lingkungan yang baru. Mereka lebih mudah memperoleh hal-hal positif yang ada
karena banyaknya pilihan kerja yang sesuai pada dewasa yang memiliki mobilitas
sosial tinggi.
Apabila tingkat mobilitas sosial rendah tentu saja kebanyakan orang akan
terkurung dalam status nenek moyang mereka dan mendapatkan pekerjaan dan
relasi sedikit karena terbatasnya pilihan pekerjaan yang tersedia dan hidup dalam
kelas sosial tertutup. Peneliti menduga dengan adanya proses relational mobility
relasi yang tersedia. Dengan relational mobility pada dewasa yang memiliki
mobilitas sosial rendah, peneliti menduga akan ada banyak perubahan nilai kerja.
16
kedalam berbagai macam kelompok yang berbeda. Ketika para dewasa bergabung
dengan suatu kelompok akan mendapatkan status posisi sosial relatif didalam
kelompok yang bisa bersifat formal atau informal. Sepanjang hidup, para dewasa
ataupun kebetulan. (Shiraev, 22: 2012) menjelaskan bahwa orang dari kelas sosial
yang sama, tetapi dari kelompok etnis berbeda, memiliki lebih banyak kesamaan
ketimbang orang dari kelompok etnis yang sama namun kelas sosialnya berbeda.
Ada banyak variabel yang dapat mempengaruhi work value, akan tetapi
1. Apakah ada hubungan antara relational mobility dengan work value dulu
(usia 35-45 tahun) pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial
rendah?
3. Apakah ada perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan
work value sekarang (usia 55 tahun keatas) pada individu dewasa yang
4. Apakah ada perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan
work value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari relational
rendah?
5. Apakah ada perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan
work value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari relational
rendah?
dulu (usia 35-45 tahun) pada individu dewasa yang memiliki mobilitas
sosial rendah.
3. Untuk mengetahui perubahan work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan
work value sekarang (usia 55 tahun keatas) pada individu dewasa yang
4. Untuk mengetahui perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun)
dengan work value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari
sosial rendah.
5. Untuk mengetahui perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun)
dengan work value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari
sosial rendah.
disiplin ilmu psikologi industri dan organisasi tentang relational mobility dan
work value pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah. Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman serta rujukan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada hal yang sama atau sejenis.
value.
dan organisasi.
19
3. Bagi para pembaca atau masyarakat pada umumnya: sebagai bahan untuk
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik atau tema yang ada
bermanfaat bagi pihak lain yang terkait dengan masalah relational mobility
dan work value pada dewasa seperti menyaring serta memilah relational
TINJAUAN PUSTAKA
nilai adalah kepercayaan abadi bahwa modus perilaku tertentu atau akhir tujuan
secara pribadi atau lebih sosial ke mode yang berlawanan atau kebalikan dari
psikologis dari apa yang kita yakini menjadi penting dalam hidup dan sebagai
berfungsi sebagai prinsip dalam kehidupan seseorang atau badan sosial lainnya".
sikap yang merefleksikan prinsip, standar, atau kualitas yang dianggap oleh
20
21
individu sebagai sesuatu yang paling diharapkan atau tepat. Nilai adalah
pandangan yang mapan bahwa perilaku spesifik yang sering disebut nilai
instrumental atau tujuan disebut juga nilai terminal yang lebih disukai ketimbang
perilaku atau tujuan lain. Nilai terminal biasanya merujuk pada perhatian sosial
dan personal, sedangkan nilai instrumental mengacu pada moralitas dan isu
kompetensi. Nilai-nilai pada umumnya berada pada posisi utama ketimbang sikap,
macam isu.
keyakinan-keyakinan dasar atau suatu modus dari cara berperilaku atau keadaan
akhir dari eksistensi yang khas lebih dapat disukai secara pribadi atau sosial dari
pada suatu modus perilaku keadaan akhir eksistensi yang berlawanan atau
kebalikannya.
membimbing orang tersebut dan juga kemungkinan orang itu berprilaku secara
teori nilai setuju bahwa individu bertindak atau bekelakuan mengikut nilai
mereka. Karena nilai menentukan benar dan salahnya tindakan seseorang serta
menunjukkan apa saja yang seharusnya dilakukan secara ideal. Nilai juga
merupakan ide masyarakat tentang apa yang salah dan apa yang benar, seperti
keyakinan para dewasa dan masyarakat sekitarnya bahwa manusia yang telah
dewasa haruslah bekerja agar tidak di pandang sebelah mata dan mendapatkan
karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktifitas
kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih
merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, sebab aspek kehidupan yang
memberikan status kepada masyarakat. Bagi semua dewasa baik pria maupun
sosial. Sedangkan menurut Smith (dalam Anoraga, 2006: 12) kerja adalah untuk
hidup. Dengan demikian, maka mereka yang menukarkan kegiatan fisik atau
kegiatan otak dengan sarana untuk kebutuhan hidup, berarti bekerja. Dari
kebutuhan ekonomis sajalah yang bisa dikategorikan sebagai kerja. Mereka yang
adalah kesadaran dari manusia itu sendiri. Pekerjaan memungkinkan orang dapat
menyatakan diri secara obyektif ke dunia ini, sehingga ia dan orang lain dapat
disebut kerja.
pelayanan dan pengabdian, aktualisasi diri, suatu kewajiban dan tanggung jawab,
diatas, menurut analisis peneliti disini tentang nilai kerja sendiri di dasari oleh
nilai. Setiap manusia pastinya mempunyai pegangan nilai yang dianggapnya itu
benar dan diyakininya dalam melakukan pekerjaan. Nilai adalah keyakinan yang
mengenai apa yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai mempunyai atribut isi
Berkaitan tentang adanya nilai kerja pada dewasa, manusia yang sudah
pekerjaanya sehingga menjadi apa yang dinamakan nilai kerja. Nilai kerja
terjemahan dari work value, peneliti disini menggunakan istilah work value untuk
menyebut nilai kerja. Nilai kerja merujuk pada sikap individu terhadap kerja dan
berkaitan dengan makna yang diberikan individu terhadap kerja. Nilai kerja
sangatlah penting karena dapat menghasilkan kinerja yang baik dan maksimal
bagi para pekerja, sebagai kunci kesuksesan, serta dapat memenuhi kebutuhan
hidup.
intrinsic and extrinsic work values: “Intrinsic work values refer to the degree to
which employees value immaterial aspects of their jobs that allow for self-
expression as important, for example, job variety and autonomy. Extrinsic work
values refer to the degree to which employees value material or instrumental work
nilai kerja intrinsik dan ekstrinsik: "nilai kerja intrinsik mengacu pada sejauh
berbagai pekerjaan dan otonomi. Nilai kerja ekstrinsik mengacu pada sejauh mana
materi nilai karyawan atau aspek kerja instrumental, seperti gaji dan kesempatan
Berbicara nilai kerja instrinsik dan ekstrinsik, Nord dkk (dalam Ucanok,
2009: 628) juga menyatakan bahwa nilai kerja dapat diklasifikasikan sebagai
intrinsik atau ekstrinsik. Nilai kerja intrinsik merujuk kepada hasil akhir yang
terjadi melalui kerja atau dalam perjalanan orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas kerja seperti rasa prestasi dan tergantung pada isi dari pekerjaan. Nilai
kerja ekstrinsik mengacu mengakhiri dari keadaan akhir yang terjadi sebagai
konsekuensi dari pekerjaan, terlepas atau independen dari keadaan isi pekerjaan
2009: 628) menambahkan dimensi ketiganya. Dimensi ketiga ini disebut nilai-
nilai sosial atau lingkungan mengacu pada hubungan dengan rekan kerja dan
Disisi lain, Hashim berpendapat bahwa work values are values that lead to
the terms job and work. According to Dewey, the term job refers to a way of
making a living; on the other hand, work not only provides one with a salary to
make a living, but also includes the deeper meaning of the purpose of life,
personal well-being and one’s chosen vocation. (Nilai kerja adalah nilai-nilai
merujuk pada cara untuk membuat hidup. Di sisi lain, bekerja tidak hanya
menyediakan sessuatu dengan gaji untuk mencari nafkah, tetapi juga mencakup
makna yang lebih dalam dari tujuan hidup, kesejahteraan pribadi dan satu yang
thoughts and actions that are related to work development (nilai kerja sebagai
motivasi dan dorongan yang bertindak sebagai standar dan kriteria untuk
pekerjaan).
Khanifar, 2011: 248) work values as the part of individuals values that work can
satisfy (nilai kerja sebagai bagian dari nilai-nilai individu yang dapat memuaskan
pekerjaan).
goals and purposes that everybody strives to achieve them with purpose of
satisfying his/her favorable needs (nilai kerja sebagai tujuan dan tujuan dari
psychology (nilai kerja dianggap sebagai salah satu faktor penting yang
Menurut Dos (1999) (dalam Khanifar, 2011: 248) work values are
use to discern what is right or to assess the importance of preferences for actions
or outcomes (nilai kerja adalah standar evaluatif berkaitan dengan pekerjaan atau
lingkungan kerja yang digunakan individu untuk membedakan apa yang benar
Menurut Issacson & Brown (1997) (dalam Kasa, 2004: 2) nilai kerja
adalah suatu piawai yang memberi petunjuk kepada tingkah laku seseorang dalam
menjalankan kerjanya. Menurut Hashim (2009) nilai kerja adalah keyakinan yang
Brown (2002) (dalam Mofard, 2012: 960) defined work values as the
Menurut Li (2008) work values are goals that one seeks to attain to satisfy
a need) (nilai kerja adalah tujuan dan suatu usaha untuk mencapai dalam
sebagai standar atau kriteria untuk merangsang pikiran dan tindakan yang terkait
participation in work activities (nilai kerja sebagai hasil yang memuaskan bahwa
kebutuhan dan kepuasan. Super (1973) mendefinisikan nilai kerja sebagai tujuan
yang satu berusaha untuk mencapai kebutuhan. Dose (1997) mendefinisikan nilai
kerja sebagai standar evaluatif yang berkaitan dengan pekerjaan atau lingkungan
pentingnya pilihan. Lebih lanjut Dose membagi nilai-nilai kerja menjadi dua
dimensi: (1) mempunyai suatu unsur moral dan (2) derajat tingkat consensus
mengenai arti penting dan keinginan dari nilai-nilai tertentu (dalam Matic, 2008:
95).
Nilai kerja merujuk pada sikap individu terhadap kerja dan berkaitan
bertingkah-laku yang dipilih dan kondisi akhir yang diinginkan yang dibawa
kedalam situasi kerja. Nilai kerja dapat menghasilkan kinerja yang baik dan
individu terhadap pekerjaannya. Nilai kerja juga boleh dijadikan petunjuk untuk
menilai sejauh mana penilaian pekerja terhadap kerjanya dan bagaimana pula
merupakan salah satu bagian dari etika kerja yang menjadi penuntun dan diyakini
setiap individu dalam bersikap dan berperilaku sesuai nilai atau aturan di tempat
kerja. Sverko dkk, (2008: 539) menekankan bahwa nilai kerja adalah apa yang
System (CDM) (Brad, 1995: 360) ada 14 macam, yaitu: kreativitas, penghasilan
(varety diversion), bekerja dengan tangan, bekerja dengan pikiran, dan bekerja
dengan orang. Sementara Rokeach membagi nilai menjadi dua perangkat, yaitu:
nilai terminal dan nilai instrumental. Nilai terminal merujuk ke keadaan akhir
ekstensi yang sangat diinginkan, yang merupakan tujuan yang ingin dicapai
yang lebih disukai atau cara untuk mencapai nilai-nilai terminal (dalam Yahya,
2011: 11).
tindakan bekerja. Nilai kerja menurut Zedeck identik dengan usaha dan tujuan
yang manusia inginkan didalam bekerja. Ucanok menggunakan istilah inti dari
nilai dan tujuan kerja menjadi kesatuan yaitu nilai kerja (dalam Ucanok, 2008:
157).
Ros dkk (dalam Ucanok, 2009: 628) adopt the view that, like basic values,
work values are beliefs pertaining to desirable end-states (e.g. high pay) or
behavior (e.g. working with people) and examine the relationship between these
basic values and work values (mengadopsi pandangan bahwa, seperti nilai-nilai
dasar, nilai kerja adalah keyakinan yang berkaitan dengan tujuan akhir yang
orang-orang) dan menguji hubungan antara nilai-nilai dasar dan nilai-nilai kerja).
Work values have been defined as the desirable outcomes individuals feel
they should obtain through work. (Nilai kerja didefinisikan sebagai hasil yang
2011: 853).
Beberapa tokoh diatas menyebut nilai kerja dengan berbagai istilah yang
intinya sama dan saling melengkapi, dimana tujuan individu yang ingin dicapai
menganggap penting dan upaya para dewasa untuk mencapai kebutuhan ataupun
kesenangan yang diberikan dalam melakukan aktifitas kerja. Salah satu aspek
yang paling penting dari teori nilai kerja adalah bahwa pekerja memiliki nilai
kerja yang berbeda dan berkaitan dengan alasan yang mereka miliki yaitu untuk
bekerja dan memenuhi kebutuhan yang mereka ingin melalui kerja. Berdasarkan
31
beberapa pengertian di atas, nilai kerja dapat diartikan sebagai suatu keyakinan
dan sikap individu mengenai cara-cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang
macam nilai kerja yang terbagi menjadi beberapa macam klasifikasi yang berguna
yaitu:
terdiri atas dua perangkat nilai, yaitu nilai terminal dan nilai instrumental. Setiap
peringkat nilai berisi dengan 18 butir nilai individu. Nilai terminal merujuk pada
keadaan akhir eksistensi yang sangat diinginkan, yaitu tujuan yang ingin dicapai
seseorang selama hayatnya dan nilai instrumental merujuk pada modus perilaku
yang lebih disukai, atau cara-cara yang ditempuh untuk mencapai nilai terminal
Tabel 2.1 Nilai Terminal dan Instrumental Rokeach Value Survey (RVS)
Nilai Terminal Nilai Instrumental
Suatu hidup nyaman (hidup makmur, Ambisius (pekerja keras, penuh
sejahtera) harapan)
Suatu hidup menggairahkan (motivasi Berpikiran luas (berpikir terbuka)
hidup)
Rasa berprestasi Kapabel (mampu, efektif)
Suatu dunia damai (bebas konflik) Riang (ringan hati, suka cita)
Suatu dunia yang indah (keindahan Bersih (rapi, tertata)
alam dan seni)
Kesamaan Berani (membela keyakinan)
Keamanan keluarga (saling cinta) Memaafkan (bersedia memaklumi
32
orang lain)
Kemerdekaan Membantu (bekerja demi kebaikan
orang)
Kebahagiaan (kepuasan) Jujur (tulus, terbuka)
Harmoni batin (bebas konflik batin) Imajinatif (penyayang, kreatif)
Cinta dewasa (cinta keluarga dan Bebas
agama)
Keamanan nasional (lindungan rasa Intelektual (cerdas, reflektif)
aman)
Kesenangan (hidup nikmat dan Logis (rasional)
Menyenangkan)
Keselamatan Mencintai (penyayang, lemah lembut)
Hormat kepada diri (harga diri) Patuh (setia, penuh hormat)
Pengakuan sosial (kehormatan) Sopan (beradab, perilaku baik)
Persahabatan sejati Tanggung jawab (dapat diandalkan)
Kebijaksanaan Kendali diri (terkendali, disiplin)
Sumber: Robbin (1993: 174) (dalam Sofyandi dan Garniwa 2007: 86)
enam tipe nilai, yaitu: (1) teoritis, adalah menganggap sangat penting penemuan
kebenaran lewat suatu pendekatan kritis dan rasional; (2) ekonomis, menekankan
pentingnya kegunaan dan kepraktisan; (3) estetis, menaruh nilai tertinggi pada
bentuk dan keserasian; (4) sosial, memberikan nilai tertinggi pada kecintaan akan
tipe nilai itu. Misalnya, satu studi membandingkan rohaniawan, agen pembelian,
nilai religius sebagai paling penting dan nilai-nilai ekonomi kurang penting. Nilai
33
ekonomi, di pihak lain dijumpai sebagai paling penting bagi eksekutif pembelian
Allport lebih simpel dan tidak serinci serta sespesifik apabila dibandingkan
dengan tipologi nilai Rokeach karena tipologi nilai Allport sudah dikelompokkan
setting lingkungan kerja sebagai berikut: (1) achievement, orientasi individu untuk
melaksanakan tugas melalui usaha yang gigih dan keras dalam menyelesaikan
tugas yang sulit; (2) helping and concern for other, orientasi individu untuk
sehingga penggunaan tipologi nilai tersebut terbatas pada settingnya dan tidak
dapat digunakan secara luas. Tipologi nilai Meglino tidak dapat digunakan untuk
mengetahui nilai-nilai secara umum, misal nilai budaya, nilai sosial, nilai ibadah,
(1992) (dalam Crompton, 2010: 31) sebagai berikut: (1) Self direction, pikiran dan
dan kepuasan sensual untuk diri sendiri; (4) Achievement, keberhasilan pribadi
melalui kompetensi menunjukkan sesuai dengan standar sosial; (5) Power, status
sosial dan gengsi, kontrol atau dominasi atas orang-orang dan sumber informasi;
(6) Security, keselamatan, harmoni, dan stabilitas masyarakat, hubungan, dan diri;
atau merugikan orang lain dan melanggar norma-norma sosial atau harapan; (8)
Super (dalam Mofard dkk, 2012: 961) membuat 15 skala nilai kerja bagi
nilai kerja sangat penting. Berikut ini nilai kerja yang dianggap penting menurut
Super: (1) Altruisme: pekerjaan di mana Anda membantu orang lain; (2) Esthetic,
pekerjaan di mana Anda mencoba ide-ide baru dan saran; (4) Intellectual
stimulation, pekerjaan di mana Anda harus tetap memecahkan masalah baru; (5)
pekerjaan hari yang baik; (6) Independence, pekerjaan di mana Anda memiliki
memiliki kewenangan atas orang lain; (9) Economic returns, pekerjaan di mana
Anda bisa mendapatkan kenaikan gaji; (10) Security, bekerja di mana Anda tahu
pekerjaan Anda akan bertahan; (11) Surroundings, pekerjaan di mana Anda ingin
di mana Anda memiliki bos yang memberi Anda banyak persegi; (13) Associates,
pekerjaan di mana Anda adalah salah satu geng; (14) Way of life, kerja di mana
Anda bisa menjadi jenis orang yang Anda ingin menjadi; (15) Variety, pekerjaan
Tipologi Karyawan Suku Jawa menurut Sheila (2013) yaitu: (1) Disiplin;
(2) Loyalitas; (3) Jujur; (4) Tanggung jawab; (5) Totalitas; (6) Membina
hubungan baik; (7) Motivasi; (8) Ekonomi; (9) Ibadah; (10) Lain-lain (Sheila,
2013: 6).
antara lain: (1) menghasilkan kinerja yang baik/maksimal, berarti tanpa nilai-nilai
kerja tersebut, suatu pekerjaan tidak akan berjalan dengan baik, hasil yang
dengan bekerja dan menerapkan nilai kerja tersebut pekerjaan akan bertahan lama
36
Upaya yang dilakukan orang Jawa untuk mencapai kesejahteraan (dalam struktur
kesejahteraan orang Jawa) lebih didorong oleh nilai-nilai kesejahteraan Jawa yang
diyakini bersama.
(1) Adil; (2) Berpikir positif; (3) Bijaksana; (4) Cerdas; (5)
Kreatifitas; (14) Jiwa dagang; (15) Jiwa wirausaha; (16) Bekerja tanpa pamrih;
Persahabatan; (25) Persaingan; (26) Rajin; (27) Tertib; (28) Tindakan; (29)
sosial; (2) Aesthetic, nilai yang berhubungan dengan kepentingan artistik, untuk
hal-hal yang indah, dan memberikan kontribusi keindahan dunia; (3) Creativity,
kesempatan untuk menciptakan desain atau mengembangkan hal-hal baru dan ide-
ide baru; (4) Intellectual, pemikiran independen dan belajar bagaimana dan
mengapa hal-hal yang signifikan dalam nilai intrinsik ini, individu cenderung
37
lebih abstrak dan ingin menggunakan kecerdasan mereka sendiri dan membuat
prestasi, individu yang berorientasi tugas dan keinginan hasil yang nyata dalam
pekerjaan yang dipilih; (6) Independence, ini merupakan keinginan untuk bekerja
dengan cara sendiri tanpa campur tangan yang tidak semestinya; (7) Prestige,
menghormati/berdiri di mata orang lain, sangat terkait dengan nilai intrinsik yang
berbeda dari status dan kekuasaan; (8) Management, hal ini terkait dengan
merencanakan satu karya sendiri; (9) Economic return, sering disebut sebagai
pendapatan; (10) Security, sebuah nilai yang kuat bagi mereka yang takut berada
adil, dan bagaimana seseorang bisa bergaul dengan dirinya dirangkum oleh
hubungan pengawas; (13) Associates, ini keprihatinan alamat nilai rekan sekerja
seseorang menyukai mereka; (14) Way of Life, hal ini terkait dengan jenis
memilih dan menjadi tipe orang yang ingin menjadi; (15) Variety, hal ini dinilai
tinggi oleh orang-orang yang menjadi bosan dengan mudah dan menginginkan
2009: 5).
38
berkontribusi pada perbaikan dunia yang saya tinggal masuk; (2) Help others,
membantu orang lain, memberikan pelayanan kepada orang lain secara individu
atau dalam kelompok-kelompok kecil; (3) Public contact, kontak publik, tampak
bekerja dengan orang-orang setiap hari; (4) Affiliation, afiliasi, diakui sebagai
kerja; (6) Competition, persaingan, terlibat dalam kegiatan di mana ada hasil
menang atau kalah; (7) Make decisions, membuat keputusan, memiliki kekuatan
untuk memutuskan program tindakan atau kebijakan; (8) Work under pressure,
bekerja di bawah tekanan, bekerja dalam situasi di mana tekanan waktu atau
kualitas pekerjaan terus menerus ditekan; (9) Power and authority, daya dan
wewenang, kegiatan kerja pengendalian diri dan orang lain; (10) Influence people,
mempengaruhi orang, mengubah sikap atau pendapat orang lain; (11) Work
independently, bekerja secara mandiri, melakukan proyek sendiri tanpa orang lain;
ide-ide baru, program atau struktur organisasi; (15) Artistic creativity, kreatifitas
asrtistik, mengembangkan seni baru dalam bidang seni rupa seperti musik,
fotografi, lukisan atau sketsa; (16) Aesthetic, estetika, mengembangkan seni baru
dalam bidang seni rupa seperti musik, fotografi, lukisan atau sketsa; (17)
39
yang dilakukan oleh orang lain; (18) Change and variety, perubahan dan fariasi,
lingkungan kerja yang tidak terstruktur; (19) Precision work, presisi kerja, bekerja
di situasi yang membutuhkan pengukuran yang tepat akan diperoleh dengan mesin
atau alat; (20) Stability, stabilitas, lingkungan kerja yang melibatkan kegiatan
pekerjaan saya dalam pembayaran wajar untuk layanan; (22) Fast pace, serba
signifikan dari orang lain; (28) Moral fulfillment, pemenuhan moral, pekerjaan
saya berkontribusi terhadap seperangkat standar moral yang saya rasa penting;
(29) Location, lokasi, hidup di sebuah kota, kota, atau wilayah geografis lainnya
kondusif untuk gaya hidup saya yang memungkinkan saya untuk melakukan hal-
hal yang paling saya nikmati; (30) Community, komunitas, tinggal di kota atau
daerah di mana saya bisa terlibat dalam program-program lokal; (31) Physical
challenge, kesempatan fisik, pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik; (32) Time
freedom, waktu luang, tanggung jawab saya dapat melaksanakan sesuai dengan
40
jadwal waktu saya sendiri; (33) Honesty, kejujuran, yang jujur dan benar-benar
diri Anda dengan semua orang; (34) Travel, bepergian, terlibat dengan sering
perjalanan luar kota; (35) Commute, tempat kerja dekat rumah saya (kurang dari
1/2 jam perjalanan); (36) Early retirement, awal pensiun, mampu berhenti bekerja
sebelum usia 65, dengan pensiun yang baik; (37) Advancement, kemajuan, kerja
lugas dan penuh perhatian; (40) Religious faith, keimanan, memiliki keyakinan
kelompok atau lembaga; (42) Justice, keadilan, memperlakukan orang lain secara
adil dan tidak memihak, sesuai dengan kebenaran, fakta, alasan; (43) Emotional
untuk mengenali dan menangani konflik batin (dalam Barbara, 2008: 2).
Autonomy, personal ruang, kebebasan dan hak menentukan nasib sendiri misalnya
Anda bebas untuk menentukan aspek; (4) Influence, pengaruh dan partisipasi
Anda terasa seperti keluarga; (7) Team, tim kerja dan semangat tim, misalnya
anda secara teratur mendapatkan kesempatan untuk bekerja bersama tim; (8)
mendapatkan kesempatan untuk membedakan diri dari rekan anda; (9) Earnings,
organisasi misalnya cara yang terorganisir dan tidak berubah untuk waktu yang
organisasi mudah dan sejalan dengan yang baru dengan tren dimasyarakat; (12)
Dari beberapa tipologi nilai kerja diatas, peneliti disini menggunakan work
value inventory yang dirasa lebih lengkap kriterianya untuk mengetahui work
value (nilai kerja) pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah.
a. Core values yaitu nilai yang terpenting dalam diri seseorang yang terdiri
dari:
10) Status adalah memiliki pengaruh dan kekuasaan atas orang lain.
11) Fast paced adalah pekerjaan yang memiliki banyak hal yang terjadi pada
satu waktu.
12) Flexible adalah pekerjaan yang tidak diatur dengan jadwal waktu tertentu.
13) High earnings adalah pekerjaan yang memiliki potensi untuk membuat
banyak uang.
14) Learning adalah pekerjaan yang secara intelektual menantang untuk Anda.
15) Location adalah pekerjaan yang ada di tempat yang nyaman dan
16) Predictable adalah bekerja di mana Anda tahu apa yang akan terjadi hari
demi hari.
17) Quiet adalah bekerja di mana ada beberapa gangguan sepanjang hari.
menyelesaikan sesuatu.
waktu tertentu.
43
20) Time freedom adalah bekerja di mana Anda mengatur jadwal Anda sendiri
Anda.
c. Work interactions yaitu nilai tentang interaksi kerja dengan rekan kerja
21) Competition adalah bekerja dimana saya berkompetisi dengan yang lain.
22) Diversity adalah bekerja dimana ada beberapa orang dengan latar belakang
rekan kerja.
24) Leadership adalah bekerja dimana ada seorang pemimpin yang bagus
dibelakang karyawan.
27) Recognition adalah bekerja dimana saya bisa menambah pengetahuan dan
kontribusi perusahaan.
29) Teamwork adalah bekerja dimana sebuah kerja sama itu penting.
30) Trust adalah bekerja dimana saya bisa dipercaya satu sama lain.
lebih baik.
35) Leading edge adalah bekerja pada sesuatu yang baru dan inovatif.
37) Public contact adalah setiap hari bekerja dengan berinteraksi orang lain.
40) Variety adalah bekerja dimana beberapa pekerjaan yang dilakukan setiap
hari berbeda.
(www.rop.santacruz.k12.ca.us/resources/career_planning/step1tool1.pdf/diunduh
29/7/2014)
2.1.3.1 Lingkungan
bekerja, seperti lingkungan fisik tempat kerja, orang-orang yang ada dilingkungan
membuat munculnya dorongan untuk membuat penilaian pada suatu hal, demikian
teman sejawat maupun dengan atasan dan bawahan akan berdampak pada nilai
kerja pegawai.
2.1.3.2 Kepuasan
berpengaruh pada nilai kerja dan kepuasan. Kepuasan kerja seseorang akan
menentukan tinggi rendahnya nilai kerja seseorang, dan kepuasan ini juga
Tujuan personal merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh karyawan,
mencapai hal tersebut. Tujuan personal dari karyawan juga menentukan nilai kerja
karyawan di mana suatu hal yang ingin dicapai akan menjadi penentu bagaimana
Hasil dari penelitian Hofstede ditunjukkan pada apa yang disebut peta
sikap, dan efektifitas sulit ditentukan. Nilai suatu masyarakat memiliki dampak
terhadap nilai organisasi karena sifat yang saling berinteraksi antara pekerjaan,
tinggi akan menerima adanya perbedaan yang nyata dalam kekuatan atau
terhadap keadaan ataupun situasi yang tidak pasti atau ambigu pada masa yang
2.1.4.3 Individualis-Kolektifis
Dalam sindrom kultural vertikal, orang melihat satu sama lain dari sudut pandang
47
kekuasaan dan prestasi. Mereka berkomunikasi satu sama lain sebagai majikan
dan karyawan, dan sebagai pemimpin dan yang dipimpin. Orang juga melakukan
beragam aktifitas sebagai teman, anggota keluarga, dan rekan kerja. Jadi
horizontal. Dimensi ini mengacu pada sejauh mana suatu budaya mendukung
2.1.4.4 Maskulinitas-Feminimitas
kerjasama yang baik dengan orang lain, bayaran yang tinggi dan dihargai,
pengasuhan dan faktor yang terdapat di dalamnya adalah lebih kepada preferensi
pengalaman.
Saling mengawasi.
memperhatikan.
49
communication) komunikasi tidak berada dalam sebuah ruang yang terisolasi. Isi
(content) dan makna (meaning) adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dua
Menurut beberapa tokoh seperti Arensberg & Niehoff (1964), Kluchohn &
Strodbeck (1961), Rokeach (1968) & Yousef (1975) (dalam Liliweri, 2007: 153)
(b). Humanitarianisme.
(c). Ramah tamah menghargai tamu asing, ditempat lain cukup simpati.
(d). Kejujuran.
(f). Kebebasan.
(g). Emosi.
(i). Waktu.
50
(a). Sukses.
(b). Individualisme.
(pamali).
orang lain. Itulah sebabnya manusia perlu berelasi atau berhubungan dengan
orang lain sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial dalam rangka
menjalani kehidupannya selalu melakukan relasi yang melibatkan dua orang atau
lebih dengan tujuan tertentu. Menurut Spradley dan McCurdy (1975) relasi sosial
atau hubungan sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam waktu
51
yang relatif lama akan membentuk suatu pola, pola hubungan ini juga disebut
lain. Selama sejarah evolusi kita telah menghadapi berbagai tantangan adaptif,
seperti membesarkan anak, akuisisi sumber daya, dan perlindungan dari predator,
dengan kelompok. Hubungan sosial atau relasi sosial merupakan hubungan timbal
balik antar individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi
relation. Sedangkan mobilitas atau mobility berasal dari bahasa latin mobilis yang
berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang
baru dan mengakhiri hubungan lama. Schug dkk (2010: 2) juga menyimpulkan
relational mobility yaitu hubungan yang dapat dibentuk dan dibubarkan dengan
relatif mudah. Masyarakat sosial yang tinggi dalam relational mobility di mana
kuat untuk pengungkapan diri sebagai perangkat komitmen sosial. Menurut Schug
Menurut Falk dkk (2009) perbedaan dalam struktur sosial telah telah
pilihan yang ada dalam konteks ekologi sosial yang diberikan untuk pembentukan
mobility sebagai tingkat ketersediaan pilihan yang ada dalam suatu masyarakat
untuk mendapatkan relasi yang baru, menjaga relasi saat ini, dan memutuskan
menyesuaikan dirinya terhadap situasi baru seperti kelompok baru, orang baru,
cara hidup baru. Apabila individu atau kelompok individu yang mengalami
mobilitas sosial mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi yang baru maka
pekerja yang memiliki mobilitas sosial rendah dalam bekerja, dan relational
mobility yang dilakukan akan membuat nilai kerjanya berpengaruh positif ataupun
membentuk baru dan mengakhiri hubungan lama dari pada relational mobility
yang stabil.
adalah hubungan yang berubah atau berpindah dari satu individu ke individu
tingkahlaku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Relational mobility
merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang
lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi atau hubungan relational mobility
akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat macam tindakan yang
akan datang dari pihak lain terhadap dirinya. Dikatakan sistematik karena
terjadinya secara teratur dan berulang kali dengan pola yang sama. Jadi, relational
54
mobility adalah tingkatan individu menjalin hubungan relasi dengan individu baru
2.2.2.1 Budaya
Menurut Schug dkk (2010: 3) sifat hubungan kita dengan orang lain secara
mendalam dipengaruhi oleh budaya. Sebagai contoh penelitian Chen dkk. (1995)
(dalam Schug, 2010: 3) menunjukkan bahwa orang Asia Timur yang kurang
Mereka yang terbiasa merasa enggan untuk mencari dukungan sosial dengan
berbicara tentang masalahnya kepada orang lain menyebabkan dekat pada gejala
55
Penting bagi manusia untuk tetap menjaga jalinan relasi dengan manusia
lainnya untuk terus berkembang dan bertahan dalam hidupnya. Hubungan yang
dijalin oleh tiap manusia sangat dipengaruhi oleh budaya. Secara langsung budaya
mempengaruhi psikologis dan perilaku seseorang dalam bersosial (Schug & Yuki,
2011: 9).
pada setiap individu. Ada budaya yang memiliki tingkatan relational mobility
yang tinggi dimana suatu hubungan dapat dibentuk dan dibubarkan dengan
mudah, ada pula yang memiliki tingkat relational mobility rendah dimana mereka
tetap setia pada komitmen dan enggan untuk meninggalkan hubungan yang lama.
Pengaruh relational mobility pada budaya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang sudah
dengan nilai budaya yang ada dan takut dikucilkan jika tidak mengikuti atau
2.2.2.2 Lingkungan
(Falk dkk, 2009) perbedaan tersebut dalam struktur sosial telah dirumuskan dalam
konsep baru yaitu relational mobility didefinisikan sebagai sejauh mana individu
relational mobility juga dapat bervariasi dalam suatu masyarakat tunggal (dalam
tua, guru, dan figur lainnya tentang baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki
yang lebih luas, orang kemudian mengembangkan standar yang dapat digunakan
oleh komitmen kepada mitra satu sinyal. Salah satu cara untuk melakukan ini
adalah melalui self disclosure, yang dikenal untuk meningkatkan keinginan dan
keintiman dalam hubungan dekat. Atau sebagai kelebihan dari diri pribadi untuk
bertukar informasi sensitif kepada pribadi yang lain, pengungkapan diri dapat
Penanda yang berbeda kepercayaan dan komitmen dalam hubungan (Schug dkk,
2010).
dalam keterbukaan diri akan dijelaskan oleh perbedaan sosial dalam relational
mobility. Selanjutnya, karena relational mobility juga dapat bervariasi dalam suatu
57
berdampak pada pengungkapan diri bahkan dalam budaya tunggal, dengan tingkat
yang lebih tinggi dari pengungkapan diri terkait dengan peningkatan motivasi
yang tinggi dalam relational mobility (di mana hubungan dapat dibentuk dan
tinggi, tenaga yang dikeluarkan oleh mitra saat ini relatif rendah. Sebaliknya,
yang stabil dan mitra baru umumnya tidak tersedia, ada downside menonjol terkait
isolasi sosial berikut pengecualian dari hubungan atau kelompok (dalam Schug
2010). Dengan adanya mitra baru secara automatis memberikan pilihan pada
dewasa untuk melakukan relational mobility. Jika tidak ada mitra baru, maka para
dewasa tidak mungkin bisa melakukan relational mobility karena tidak adanya
pilihan lain.
58
ada juga yang memiliki relational mobility rendah. Schug (2010) menyimpulkan
bahwa budaya Asia Timur memiliki relational mobility yang rendah dibandingkan
Amerika Utara. Menurut Schug dkk (2012: 4) jumlah usaha yang diperlukan
yang memiliki relational mobility lebih rendah seperti Jepang. Karena kebebasan
relatif untuk membentuk baru dan mengakhiri hubungan lama, komitmen sosial
dalam budaya relational mobility tinggi relatif rapuh. Dengan demikian, individu
mereka, jika tidak mereka mungkin memburuk dan berakhir. Dalam masyarakat
relational mobility tinggi, hubungan dapat dibubarkan jika tidak dikelola dengan
hubungan yang lebih stabil, namun, ada sedikit kebutuhan untuk aktif berinvestasi
hubungan harus memiliki kurang utilitas dalam konteks mobilitas rendah. Schug
rendah di mana hubungan yang lebih stabil, namun ada sedikit kebutuhan untuk
Menurut Schug (2010) meskipun konstruksi teori yang relatif baru dalam
mobility lebih rendah dalam budaya Asia Timur dari pada di Amerika Utara. Dan
kelompok dari lapisan (strata sosial) yang satu ke lapisan yang lain, yaitu mobilis
yang berarti mudah dipindahkan dari satu ke tempat ke tempat lain. Dalam bahasa
merupakan suatu konsep dinamika sosial yang secara harfiah seringkali diartikan
sebagai suatu gerakan yang terjadi akibat perpindahan atau berubah posisi sosial
kelompok sosial.
dari lapisan satu ke lapisan yang lain atau dari satu dimensi ke dimensi
yang lainnya.
f. Menurut Horton dan Hunt mobilitas sosial adalah suatu perpindahan dari
(www.pengertianahli.com/2014/08/pengertian-mobilitas-sosial.html#_)
asalnya ke suatu tempat lain dalam kurun waktu tertentu. Sehingga para individu
yang memiliki mobilitas sosial rendah berarti mereka yang memiliki sedikit
kesempatan untuk berpindah tempat dari tempat tinggalnya ke tempat lain yang
2.4 Dewasa
bervariasi dari satu kultur ke kultur lain dan tergantung pada usia, gender, status
Menurut Mappiare (1990: 21) masa dewasa memiliki ciri-ciri yaitu usia
“setting-down age”, usia banyak masalah atau “problem age”, usia tegang dalam
61
hal emosi atau “emotional tension”. Masa dewasa merupakan usia pemantapan
kerja dan lapangan kerja yang tersedia. Faktor intern yang meliputi ciri-ciri
dan siap bereproduksi dan telah dapat diharapkan memiliki kesiapan kognitif,
Periode ini biasanya dibagi menjadi tiga tahap: dewasa awal, dewasa pertengahan,
dan dewasa akhir. Dewasa awal biasanya berkaitan dengan proses pembentukan,
beberapa hal. Tetapi garis yang memisahkan periode-periode ini tidak tegas.
menjadi dewasa awal; 21-40 tahun, dewasa menengah; 40-60 tahun, dewasa
retrospeksi atas karir / jabatan tertentu. Maturity berada pada usia 20 sampai 60
tahun. Dari pendapat para ahli di bidang perkembangan dapat disimpulkan bahwa
fase perkembangan manusia masa dewasa berawal dari 21 sampai 60 tahun lebih.
Menurut Hurlock (1968) (dalam Mappiare, 1990: 19) masa dewasa awal
sampai kira-kira usia empat puluh tahun (dialami seseorang sekitar dua puluh
tahun). Selanjutnya adalah masa setengah baya atau “middle age,” yang umumnya
dimulai pada usia empat puluh tahun dan terakhir dalam usia enam puluh tahun
(juga dialami dalam kurun waktu dua puluh tahun). Dan akhirnya masa tua atau
“old age” yang dimulai sejak berakhirnya masa setengah baya sampai seseorang
meninggal dunia.
sama, berupa kesatuan-kesatuan peristiwa yang bulat, dan setiap fase akan
ditandai dengan ciri-ciri tingkah laku tertentu sebagai karakteristik dari fase
perkembangan yang akan dijumpai dalam fase demi fase perkembangan. Individu
manusia yaitu dari lahir sampai meninggal dunia terdiri dari satu serangkaian
dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Keberhasilan ini mempunyai peranan
yang penting dalam tugas berikutnya. Sebaliknya bila individu gagal dalam
tugas yang timbul pada satu periode tertentu dalam hidupnya, dimana dalam
individu sebagai sesuatu yang harus dicapai demi untuk mencapai kepuasan dan
dan psikomotor sebagai hasil pengajaran atau latihan yang ditunjang kesiapan.
Lain halnya yang memandang dari sudut biologis, fisiologis, masa dewasa telah
a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri sendiri atau ego; minat orang
pribadi.
jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefinisikannya secara cermat dan tahu
mana yang pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju
arahnya.
usahanya.
individu-individu sudah siap fisik dan psikologis, telah siap atau matang
c. Usia banyak masalah atau “Problem Age”. Pada masa ini dihadapkan pada
d. Usia tegang dalam hal emosi atau “Emotional Tention”. Ketegangan emosi
yang dirasa tidak cocok dan kerap dinampakkan melalui rasa takut atau
ditunjukkan dengan pola-pola tingkah laku wajar seperti yang berlaku pada
kebudayaan sekitarnya.
tentang diri sendiri sebagai individu dan anggota masyarakat. Formasi identitas
koheren. Masyarakat semacam ini umumnya memberi rasa aman pada warganya.
makna dari pengetahuan tentang diri mereka sendiri dan diri orang lain.
Orang yang mencapai kedewasaan adalah yang selalu damai dengan diri
sendiri, sedang seorang puber selalu dalam keadaan perang dengan diri sendiri,
merasa tegang, karena belum cukup mengenal penyesuaian diri sendiri. Puber
selalu melihat bagaimana pendapat orang terhadap dirinya sendiri, bercermin pada
orang lain. Menerima dirinya sendiri itu tak berarti bangga dengan dirinya sendiri.
68
diri sendiri, dapat menerima kehidupan dalam suka dan duka, dapat menyerahkan
mengeluh. Menerima tidak selalu menyetujui, tetapi harus dengan sikap kritis.
Memang sukar menerima seseorang yang kita benci tetapi biar bagaimanapun
perasaan benci itu harus diatasi agar dapat menerima orang lain.
hidup bersama. Hidup bersama berarti saling menerima walaupun ada perbedaan
pendirian. Perbedaan pendirian dapat diatasi dengan adanya cinta. Inilah kegunaan
masa pertunangan untuk membiasakan diri dalam perbedaan itu. Tiap pernikahan
tentu memperkaya diri secara psikologis, yang berarti yang tadinya kita miliki
sekarang kita miliki. Dalam hal inilah kita menolak pendirian yang romantis
bahwa 1+1=1. Ini tak dapat dibenarkan secara psikologis tetapi dalam arti dwi-
tunggal hal itu benar. Pernikahan didasari bahwa laki-laki membutuhkan anima
Sering kita berkonfronasi dengan ucapan untuk apa hidup ini. Bagi orang
dengan pola-pola tingkah laku wajar seperti yang berlaku pada kebudayaan
Menurut Mappiare (1983: 21) masa dewasa memiliki ciri-ciri yaitu usia
setting-down age. Usia dimana dewasa harus memiliki dan melakukan suatu
pekerjaan.
perubahan nilai kerja yang positif, dan alasan terbanyak perubahan tersebut karena
70
disimpulkan bahwa budaya dari satu negara dengan negara lain atau satu daerah
Penelitian lain yang mendukung nilai kerja berbeda disetiap negara atau
budaya yaitu penelitian yang berjudul “A Theory of Cultural Values and Some
nilai kerja pada 49 negara di seluruh dunia. Perbedaan nilai kerja tersebut
Penelitian nilai kerja lintas budaya yang masih berhubungan dengan penelitian
tersebut adalah penelitian Ros (1999) yang berjudul “Basic Individual Values,
Work Values, and the Meaning of Work”. Diakhir paragraf, Ros (1999: 69)
Nilai kerja yang dimiliki orang dewasa pada masing-masing budaya tidak
yaitu cara individu berinteraksi dengan orang-orang disekitar dan teman dekat
kerja dan lapangan kerja yang tersedia. Faktor intern yang meliputi ciri-ciri
Dimensions and Components of Islamic Work Values (IWV) for Public services
penelitian telah dicoba untuk melihat nilai kerja dari perspektif Islam secara
sistematis dan mempertimbangkan semua aspek, tidak hanya aspek moral dan
nilai kerja.
apa yang benar atau menilai pentingnya kebutuhan dalam bekerja (dalam Matic,
2008: 95). Seperti penelitian nilai kerja lintas budaya Matic (2008) yang berjudul
kesamaan nilai kerja perempuan dewasa Kroasia dan Amerika. Matic menemukan
nilai kerja wanita Kroasia yang sangat menonjol yaitu memiliki hubungan baik
antar individu adalah peneltian yang berjudul “Hubungan Antara Nilai Kerja dan
berhubungan dengan hubungan sosial (Kasa, 2004: 7). Menurut Johnson (2002)
nilai kerja juga banyak dipengaruhi oleh masyarakat dan budaya yang luas (dalam
Penelitian lain yang masih sejalan adalah penelitian yang berjudul “The
nilai kerja yang melekat pada setiap orang berbeda-beda (Ucanok, 2009: 626).
menyimpulkan nilai kerja yang berasal dari sistem nilai dasar masyarakat yang
kehidupan mereka. Nilai kerja lebih spesifik dari pada nilai-nilai kehidupan umum
karena mereka berlaku untuk lingkungan hidup tertentu. Dengan demikian, nilai
nilai kerja, menurut Ginzberg (1951) ditambahkan dimensi ketiga. Dimensi ketiga
ini disebut nilai-nilai sosial / lingkungan mengacu pada hubungan dengan rekan
kerja dan lingkungan kerja itu sendiri. Karyawan yang percaya bahwa mereka
dapat mencapai tujuan atau nilai-nilai mereka melalui tindakan bekerja terlibat
dalam perilaku yang bertanggung jawab dan optimis dalam lingkungan kerja
Nilai kerja yang dimiliki orang dewasa dipengaruhi oleh orang-orang yang
untuk berinteraksi dengan individu satu dengan yang lainnya, serta menjalin
hubungan dengan rekan baru dan meninggalkan hubungan teman lama yang
berbeda yang bisa mempengaruhi nilai kerja para dewasa dalam menjalankan
pekerjaannya, dimana cara dewasa bisa menemukan hubungan relasai baru dan
hubungan yang lama. Menurut (Schug, 2010: 3) sifat hubungan kita dengan orang
Asumsi lain tentang nilai kerja yang sesuai dengan penelitian ini yaitu
penelitian Marshall (1997) yang meneliti dua sampel dari orang Selandia Baru
dan Indonesia yang keduanya terdiri dari pekerja tukang sampah, sopir bis, dan
sampel 150. Ditemukan bahwa orang Indonesia lebih kolektif dan orang Selandia
Pernyataan kolektif yaitu saya tidak bisa bahagia jika ada kawan saya yang
tidak bahagia. Saya merasa senang bekerja sebagian dari organiasasai besar. Saya
tak keberatan berbagi problem dengan kawan saya. Lebih baik memilih kawan
dari orang dengan latar belakang yang sama dengan diri anda. Orang di termpat
kerja bergantung pada saya, maka saya tidak boleh mengecewakan mereka meski
74
dibuat bersama-sama dengan saudara dan kawan. Tugas pertama saya adalah
saya akan menmcari pekerjaan lain. Saya biasa melakukan hal-hal yang terbaik
bagi saya, tak peduli kata orang lain. Kebahagiaan adalah memaksimalkan
kesenangan pribadi saya. Idealnya, kita bekerja untuk diri sendiri atau perusahaan
saya sendiri. Saya tak suka campur tangan terhadap urusan pribadi saya.
Kebahagiaan saya tergantung pada keadaan pikiran, terlepas dari perasaan orang
jika dikaitkan dengan definisi Schug (2009: 96) tingkat relational mobility yang
hubungan baru. Peluang ini bisa sering dan tidak tentu. Bahkan dalam masyarakat
yang relational mobility tinggi, jika mereka puas dengan hubungan yang
dimana individu lebih memilih kelompok atau hubungan lama dari pada mereka
baru.
75
proses orang-orang yang tinggal dalam masyarakat (dalam Schug, 2009: 96).
dilakukan dengan rasa bahagia. Sesungguhnya nilai kerja banyak dipengaruhi oleh
proses relational mobility seseorang, bagaimana individu mencari relasi baru dan
relasi baru lebih mudah dijumpai bagi orang yang memiliki mobilitas sosial tinggi
value:
Mobilitas
Sosial
2.6 Hipotesis
1. “Ada hubungan antara relational mobility dengan work value dulu (usia
rendah”.
sosial rendah”.
3. “Ada perubahan work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan work value
4. “Ada perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan work
value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari relational mobility
5. “Ada perubahan antara work value dulu (usia 35-45 tahun) dengan work
value sekarang (usia 55 tahun keatas) yang ditinjau dari relational mobility
METODOLOGI PENELITIAN
dengan prosedur yang jelas berdasarkan bukti-bukti empiris. Pada bab ini akan
diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian yaitu jenis dan
data; validitas dan reabilitas; dan metode analisis data. Penjelasan lebih rinci akan
menjawab masalah penelitian (Seniati dkk, 2009: 103). Desain penelitian yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuantitatif korelasional, yaitu
desain penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada
suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain
78
79
yang terjadi, yaitu hubungan antara variabel bebas (X), yaitu relational mobility
Variabel adalah simbol yang nilainya dapat bervariasi, yang itu angkanya
dapat berbeda-beda dari satu subjek ke subjek yang lain atau dari satu objek ke
objek yang lain (Azwar, 2012: 28). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
a. Variabel Dependen
119). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah work value (nilai
kerja).
b. Variabel Independen
relational mobility.
dipahami (Azwar 2012: 74). Definisi operasional juga merupakan penjelasan atau
konsep atau variabel penelitian yang ada dalam judul penelitian. Konsep atau
dikomunikasikan kepada para pembaca atau orang lain. Berikut ini adalah definisi
ditemui sebelumnya.
sebelumnya.
f. Jika mereka tidak suka dengan kelompok mereka saat ini, mereka akan
kelompok tersebut.
81
k. Menjalin hubungan dengan yang lain jika merasa tidak puas dengan
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat
b. Nilai kerja adalah suatu keyakinan dan sikap individu mengenai cara-cara
bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu terhadap pekerjaannya
Nilai kerja dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala work
value inventory. Penyusunan skala work value (nilai kerja) berdasarkan aspek-
aspek nilai kerja yang kemudian setiap aspek dipecah menjadi sepuluh indikator,
yaitu:
a. Core values;
10) Status adalah memiliki pengaruh dan kekuasaan atas orang lain.
b. Work environments;
11) Fast paced adalah pekerjaan yang memiliki banyak hal yang terjadi pada
satu waktu.
12) Flexible adalah pekerjaan yang tidak diatur dengan jadwal waktu tertentu.
13) High earnings adalah pekerjaan yang memiliki potensi untuk membuat
banyak uang.
14) Learning adalah pekerjaan yang secara intelektual menantang untuk Anda.
15) Location adalah pekerjaan yang ada di tempat yang nyaman dan
16) Predictable adalah bekerja di mana Anda tahu apa yang akan terjadi hari
demi hari.
17) Quiet adalah bekerja di mana ada beberapa gangguan sepanjang hari.
menyelesaikan sesuatu.
waktu tertentu.
20) Time freedom adalah bekerja di mana Anda mengatur jadwal Anda sendiri
Anda.
83
c. Work interactions;
21) Competition adalah bekerja dimana saya berkompetisi dengan yang lain.
22) Diversity adalah bekerja dimana ada beberapa orang dengan latar belakang
rekan kerja.
24) Leadership adalah bekerja dimana ada seorang pemimpin yang bagus
dibelakang karyawan.
27) Recognition adalah bekerja dimana saya bisa menambah pengetahuan dan
kontribusi perusahaan.
29) Teamwork adalah bekerja dimana sebuah kerja sama itu penting.
30) Trust adalah bekerja dimana saya bisa dipercaya satu sama lain.
d. Work activities;
lebih baik.
35) Leading edge adalah bekerja pada sesuatu yang baru dan inovatif.
37) Public contact adalah setiap hari bekerja dengan berinteraksi orang lain.
40) Variety adalah bekerja dimana beberapa pekerjaan yang dilakukan setiap
hari berbeda.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat
work value, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek menunjukkan
variabel work value. Hubungan antar variabel dapat ditunjukan dalam gambar
sebagai berikut :
3.3.1 Populasi
memiliki beberapa karakteristik yang sama. Menurut Azwar (2010: 79) sampel
merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri–ciri yang dimiliki oleh
generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2011: 77). Populasi dalam penelitian yang
berjudul “Hubungan antara Relational Mobility dengan Work Value pada Individu
c. Mobilitas sosial rendah yang ditandai dengan tinggal di desa dan tidak
d. Bekerja.
3.3.2 Sampel
atau keadaan tertentu yang akan diteliti atau sebagian anggota populasi yang
pada data sampel sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
tertentu dimana pengambilan subjek yang dilibatkan pada dewasa yang bekerja
dan memiliki mobilitas sosial rendah. Pada penelitian ini, jumlah sampelnya
sendiri terdiri dari 60 responden dengan kriteria atau karakteristik yang sudah
ditentukan, baik itu laki–laki dan perempuan tidak diperhitungkan. Tidak ada
digunakan untuk mengungkap fakta yang berhubungan denga variabel yang akan
diteliti (Azwar, 2012: 91). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
merupakan alat pengukur psikologi yang biasa digunakan untuk mengukur aspek
yang antara lain memiliki ciri stimulusnya bersifat ambigu serta tidak terdapat
sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala tiap pernyataan tidak akan
distribusi respon, setuju atau tidak setuju dari kelompok responden (Azwar, 2012:
97).
Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua
macam, yaitu skala relational mobility dan skala work value. Skala yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk pernyataan dan sifat itemnya tertutup.
Pada skala Relational Mobility terdapat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai
(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
Modifikasi skala likert pada kedua skala dengan empat alternatif jawaban
yang digunakan berdasarkan tiga alasan (Hadi, 2001: 19), yaitu sebagai berikut:
memilih jawaban tersebut (central tendency effect) bagi subjek yang ragu-
3. Maksud kategori SS, S, TS, dan STS adalah untuk melihat kecenderungan
pembuatan blue print. Blue print akan memberikan gambaran mengenai isi skala
dan menjadi acuan serta pedoman bagi peneliti untuk tetap berada dalam lingkup
ukur yang benar (Azwar, 2010: 23). Berikut ini disajikan blue print skala
relational mobility:
Skala work value yaitu skala yang digunakan untuk mengetahui hubungan
antara relational mobility dengan work value pada dewasa yang berada di daerah
kesempatan yang sama asalkan sudah memenuhi kriteria atau karakteristik yang
89
sudah ditentukan. Pada skala work value terdapat alternatif jawaban yaitu Sangat
Penting (SP), Penting (P), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STS).
Tabel 3.4 Blueprint Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas
Sosial Rendah
No Aspek Indikator Aitem Total
1 Core Values Achievement 1, 2 2
Balance 3, 4 2
Independence 5, 6 2
Influence 7, 8 2
Integrity 9, 10 2
Honesty 11, 12 2
Power 13, 14 2
Respect 15, 16 2
Spirituality 17, 18 2
Status 19, 20 2
2 Work Environments Fast Paced 21, 22 2
Flexible 23, 24 2
High Earnings 25, 26 2
Learning 27, 28 2
Location 29, 30 2
Predictable 31, 32 2
Quiet 33, 34 2
Relaxed 35, 36 2
Structured 37, 38 2
Time Freedom 39, 40 2
3 Work Interactions Competition 41, 42 2
Diversity 43, 44 2
Friendships 45, 46 2
Leadership 47, 48 2
Management 49, 50 2
Open Communication 51, 52 2
Recognition 53, 54 2
Support 55, 56 2
90
Teamwork 57, 58 2
Trust 59, 60 2
4 Work Activities Analytical 61, 62 2
Challenging 63, 64 2
Creative 65, 66 2
Helping 67, 68 2
Leading Edge 69, 70 2
Physical 71, 72 2
Public Contact 73, 74 2
Research 75, 76 2
Risk Taking 77, 78 2
Variety 79, 80 2
Total 80
3.5.1 Validitas
“Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
fungsi ukurnya” (Azwar, 2011: 5). Jadi alat ukur tersebut dapat menjalankan
fungsinya dengan baik yaitu alat ukur tersebut dapat mencapai tujuan pengukuran
yang dikehendaki dengan tepat, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan memiliki
Validitas skala relational mobility dan skala work value pada individu
dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah dalam penelitian ini akan diukur
relational mobility dan work value dewasa yang berada di daerah mobilitas sosial
rendah mengungkap konsep teoritik yang ingin diukur. Allen & Yen (dalam
Azwar, 2011: 48) mengatakan bahwa validitas konstrak adalah tipe validitas yang
menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau kontrak teoritik yang
korelasi product moment, karena item yang digunakan dalam penelitian ini
dihitung dengan menggunakan korelasi antar skor item dan skor total item.
dengan Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial
berikut :
N (ΣXY) – (ΣX)(ΣY)
rxy
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara skor tiap item dengan skor total
menggunakan taraf signifikansi 5%. Pada subjek yang berjumlah 60 ini memiliki
taraf signifikansi 5% pada nilai 0,254 maka aitem dikatakan valid ketika hasil
dari uji validitas menunjukkan angka sama dengan atau lebih dari 0,254.
92
Pada variabel work value atau nilai kerja terdapat 80 item yang disebarkan
kepada 60 subjek. Setelah uji validitas, 80 item terhitung valid semua. Tidak ada
Tabel 3.5 Blueprint Work Value pada Individu Dewasa yang Memiliki
Mobilitas Sosial Rendah Setelah Uji Validitas
No Aspek Indikator Aitem Total
1 Core Values Achievement 1, 2 2
Balance 3, 4 2
Independence 5, 6 2
Influence 7, 8 2
Integrity 9, 10 2
Honesty 11, 12 2
Power 13, 14 2
Respect 15, 16 2
Spirituality 17, 18 2
Status 19, 20 2
2 Work Environments Fast Paced 21, 22 2
Flexible 23, 24 2
High Earnings 25, 26 2
Learning 27, 28 2
Location 29, 30 2
Predictable 31, 32 2
Quiet 33, 34 2
Relaxed 35, 36 2
Structured 37, 38 2
Time Freedom 39, 40 2
3 Work Interactions Competition 41, 42 2
Diversity 43, 44 2
Friendships 45, 46 2
Leadership 47, 48 2
Management 49, 50 2
Open Communication 51, 52 2
Recognition 53, 54 2
Support 55, 56 2
Teamwork 57, 58 2
Trust 59, 60 2
4 Work Activities Analytical 61, 62 2
Challenging 63, 64 2
Creative 65, 66 2
Helping 67, 68 2
93
memenuhi syarat signifikansi 5% dengan nilai sama dengan atau lebih dari 0,254.
Kisaran koefisien validitas terendah adalah sebesar 0.327 dan tertinggi adalah
sebesar 0,745.
3.5.2 Reliabilitas
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik
(Arikunto, 2006: 178). Besarnya koefisien reliabilitas berkisar mulai dari 0,0
sampai dengan 1,0. Semakin mendekati 1,0 maka reliabilitas pengukuran tersebut
instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya
alpha diperolah lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali
menyajikan satu skala hanya satu kali, maka problem yang mungkin timbul dapat
k S2 j
α= 1 2
k 1 S x
95
Keterangan :
α : Koefisien alpha
r : Rerata korelasi
K : Jumlah item
1 : Bilangan konstan
menggunakan terknik statistik Alpha Cronbach dengan program SPSS versi 20.0
for windows. Item dikatakan reliabel bila hasil koegisien mendekati angka 1,0.
Hasil uji reliabilitas pada skala work value diperoleh koefisien reliabilitas sebesar
0,983. Koefisien ini menunjukkan skala work value adalah reliabel. Pada skala
reliabel.
Hasil uji reliabilitas pada skala work value diperoleh koefisien reliabilitas
sebesar 0,983. Berdasarkan hasil tersebut, maka skala work value reliabel.
Hasil uji reliabilitas pada skala work value diperoleh koefisien reliabilitas
sebesar 0,937. Berdasarkan hasil tersebut, maka skala work value reliabel.
96
maksudnya adalah untuk mencari hubungan antara variabel bebas (X) dan
variabel tergantung (Y). variabel bebas dalam penelitian ini adalah Relational
Mobility dan variabel tergantungnya adalah Work Value atau Nilai Kerja. Di
dalam penelitian ini memiliki hipotesis yang berbeda. Teknik analisis data yang
hipotesis ketiga, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik data T-Test
analisis data yang digunakan adalah teknik T-Test Paired. Keseluruhan data
PENUTUP
5.1. Simpulan
kesimpulan, yaitu:
Work Value dulu pada Individu Dewasa yang Memiliki Mobilitas Sosial
Rendah” diterima (r 0,616 dengan dengan sig > 0,05). Hal ini berarti ada
value dulu pada individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah.
Hal ini berarti, semakin tinggi relational mobility maka semakin tinggi
Sosial Rendah” diterima (r = 0,672 dengan dengan sig > 0,05). Hal ini
mobilitas sosial rendah. Hal ini berarti, semakin tinggi relational mobility
3. Uji hipotesis “Ada Perbedaan Work Value Dulu (35-45 tahun) dengan
Work Value Sekarang (55 Tahun Keatas) pada Dewasa yang Berada di
283
284
signifikansi > 0,05). Hal ini berarti tidak ada perubahan yang signifikan
antara work value dulu dengan work value sekarang pada individu dewasa
4. Uji hipotesis “Ada Perbedaan Work Value Dulu dengan Work Value
(0,692 dengan signifikansi < 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan
yang signifikan antara work value dulu dengan work value sekarang pada
individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah yang ditinjau dari
5. Uji hipotesis “Ada Perbedaan Work Value Dulu dengan Work Value
dengan signifikansi < 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan antara work value dulu dengan work value sekarang pada
individu dewasa yang memiliki mobilitas sosial rendah yang ditinjau dari
mobilitas sosial rendah didominasi oleh nilai core value yaitu nilai
sebenarnya. Pada work value dulu didominasi oleh aspek core value
sebesar 5,85. Sedangkan Pada work value sekarang juga didominasi oleh
aspek core value sebesar 52,61 dengan indikator yang paling banyak
285
bekerja, dan bermain sebesar 6,11. Hal ini berarti subyek menanamkan
286
relasi baru berada pada kriteria sedang sebesar 36,67%. Sudah terbiasa
berada pada kriteria sedang sebesar 43,33%. Jika merasa tidak suka
dengan kelompok mereka saat ini, mereka akan beralih ke yang lebih baik
berada pada kriteria rendah sebesar 30,00%. Bebas bergaul dengan siapa
saja berada pada kriteria sedang sebesar 38,33%. Sangat mudah untuk
bertemu dengan orang baru berada pada kriteria tinggi sebesar 28,33%.
rendah sebesar 26,67. Menjalin hubungan dengan yang lain jika merasa
tidak puas dengan hubungan yang sekarang berada pada kriteria rendah
287
lebih baik tidak bertahan dengan kelompoknya karena tidak suka berada
5.2. Saran
sebagai berikut:
dari pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh subyek. Sehingga penggunaan alat
ukur akan sesuai dengan subyek yang akan diteliti serta mudah dipahami oleh
jumlah teman atau relasi yang subyek miliki sehingga bisa terlihat perbedaan
jumlah relasi antara subyek yang memiliki tingkat relational mobility tinggi
dengan subyek yang memiliki tingkat relational mobility rendah karena hal
rentang dua usia yang berbeda pada subyek yang sama bisa menggunakan
dipengaruhi oleh variabel lain seperti lingkungan sekitar subyek, budaya, nilai
yang berlaku di masyarakat, serta faktor lainnya sehingga populasi subyek bisa
lebih diperinci atau dikerucutkan lagi dengan detail untuk mendapatkan hasil
288
penelitian yang lebih aktual, jadi relational mobility bisa saja menjadi variabel
mempengaruhi nilai kerja, sehingga bisa dimasukkan variabel lain dan metode
penelitian yang sesuai dengan subyek dan populasi sesuai dengan penelitian
berikutnya yang akan diteliti. Keenam, melakukan try out instrumen agar dapat
hubungan positif antara variabel relational mobility dengan variabel work value,
value yang positif. Terutama pada masyarakat yang berada di daerah mobilitas
sosial rendah supaya tetap memiliki work value yang positif dengan cara
yang masuk dari budaya luar yang dapat mempengaruhi pergeseran work value.
sehingga pihak terkait seperti tokoh masyarakat, perangkat desa, dan pemerintah
bisa membuat peraturan dan kebijakan yang baik supaya work value pada dewasa
yang berada di daerah mobilitas sosial rendah tidak mengalami banyak pergeseran
ke arah negatif.
289
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P., dan Suyati S. 1995. Psikologi Industri dan Sosial. Jakarta: PT. Dunia
Pustaka Jaya.
Berings, D., F. D. Fruyt dan R. Bouwen. 2004. Work values and personality traits
as predictors of enterprising and social vocational interests. Journal Person-
ality and Individual Differences 36, 349–364.
Cervellati, M., J. Esteban., et al. 2010. Work Values, Endogenous Sentiments and
Redistribution. Jurnal University of Bologna IZA Bonn.
Crompton, T. 2010. Common Cause The Case for Working with our Cultural
Values. Cognittive Policy Works. (brewer@cognitivepolicyworks.com).
Falk, F. C., Heine, S. J. et al. 2009. Why Do Western Self-Enhance More than
East Asian?. Eur Journal. Pers. 23: 183-203 (2009).
Ishak, N. M., R. Mustapha., dkk. 2003. Kecerdasan Emosi dan Hubungan nya
dengan Nilai Kerja. Jurnal Teknologi, 39(E) Dis. 77 – 84.
Kasa, Z. 2004. Hubungan Antara Nilai Kerja dan Faktor Demografi Guru Pelatih.
Jurnal Teknologi, 2 – 7.
Matic, L. J. 2008. Cultural Differences In Employee Work Values and Their Im-
plications for Management. Journal Management. Vol. 13, 2, pp. 93-104.
Mofard, S. H., M. Abedi., et al. 2012. The Determination of Validity and Reliabil-
ity of Work Values Questionaire Among the High School Students in Five
Districts of Isfahan. Journal Institute of Interdisciplinary Businnes Research
Volume 4, No. 2.
Noor, M., Masjaya., dkk. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja
terhadap Prestasi Kerja Pegawai di Kecamatan Tenggarong Kabupaten
Kutai Kartanegara. Journal Administrative Reform, 1 (1): 132-144.
Ros, M. 1999. Basic Individual Values, Work Values, and the Meaning of Work.
Journal International Association of Apllied Psychology, 48 (1), 49-71.
Schug, J., M. Yuki., et al. 2010. Relational Mobility Explains Between and
Within-Culture Differences in Self-Disclousure to Close Friends. Journal
Psychological Science. 21 (10) . 1471 – 1478.
Siu, O, I. 2003. Job Stress and Job Performance Among Employees in Hong
Kong: The Role of Chinese Work Values and Organizational Commitment.
International Journal of Psychology, 2003, 38 (6), 337-347.
Torgler, B. 2011. Work Values in Western and Eastern Europe. Journal Working
Paper No. 2011 – 22.
www.rop.santacruz.k12.ca.us/resources/careerplanning/step1tool1.pdf/diunduh
29/07/2014.
www.pengertianahli.com/2014/08/pengertian-mobilitas-sosial.html#_
diunduh05/09/07/2015.
Yahya, M. 2011. Model Penanaman Nilai Kerja (PNK) di SMP. Cakrawala Pen-
didikan, No. 2.
Yuki, M., et all. 2013. Social Ecology Moderates the Association between Self-
Esteem and Happiness. Journal of Experimental Social Psychology.
Yuwono, I., dkk. 2005. Psikologi Industri dan Organisasi. Surabaya: Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga.
294
295
LAMPIRAN 1:
INSTRUMEN PENELITIAN
296
No:
SKALA PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
297
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan sarjana di Jurusan Psikologi FIP UNNES, saya
membutuhkan sejumlah data yang hanya akan dapat saya peroleh
dengan adanya kerja sama dari anda dalam mengisi skala ini.
Skala ini terdiri dari dua bagian skala. Cara menjawabnya akan
dijelaskan pada petunjuk pengisian. Untuk itu saya mengharapkan
agar anda memperhatikan petunjuk pengisian dengan baik. Bila telah
selesai dikerjakan, periksalah kembali jawaban anda agar tidak ada
pernyataan yang terlewati untuk dijawab.
Dalam mengisi skala ini, tidak ada jawaban yang benar dan salah,
karena setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Saya
mengharapkan jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Dengan
demikian sudilah kiranya anda memberikan jawaban sendiri, jujur,
dan tanpa mendiskusikannya dengan orang lain.
Kesediaan anda untuk mengisi skala ini merupakan bantuan yang
amat besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya
mengucapkan banyak terima kasih.
Hormat Saya,
(Rijalul Fikri)
298
IDENTITAS DIRI
Nama/Inisial :............................................................
Jenis kelamin (L/P) :............................................................
Usia :............................................................
Pendidikan Terakhir :............................................................
Pekerjaan :............................................................
Riwayat Pekerjaan :............................................................
Status Perkawinan :............................................................
299
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Mudah bagi saya menjumpai orang-orang
baru untuk saya jadikan teman
2 Saya mempunyai cukup waktu untuk
mencari teman baru
3 Saya sering bertemu dengan orang-orang
baru yang belum saya kenal
4 Saya sering membuka obrolan dengan orang
yang belum saya kenal
5 Saya tidak keberatan menyapa orang yang
tidak saya kenal
6 Hal wajar bagi saya untuk bertanya kepada
seseorang yang tidak saya kenal
7 Banyak orang yang bisa saya pilih untuk
membahas tentang suatu hal
8 Saya bisa memilih orang yang tepat untuk
diajak berbicara
9 Saya memiliki banyak kenalan yang bisa
saya ajak berbicara
10 Saya memiliki waktu luang mencari teman
baru
11 Saya memiliki banyak kesempatan untuk
mencari sahabat yang banyak
12 Saya mudah berkenalan dengan orang lain
yang belum saya kenal
13 Saya sering melakukan percakapan dengan
orang yang tidak saya kenal sebelumnya
14 Saya merasa tidak keberatan apabila ada
orang lain yang belum saya kenal mengajak
saya mengobrol
15 Saya mempunyai waktu untuk berbicara
dengan orang yang belum saya kenal
16 Saya bisa meninggalkan kelompok dan
akan mencari kelompok lain yang lebih baik
17 Jika saya merasa tidak cocok dengan suatu
kelompok, saya akan pindah ke kelompok
yang lain
18 Saya bisa memilih kelompok yang terbaik
bagi saya, dan tidak akan memilih kelompok
yang merugikan saya
19 Saya bebas memilih teman yang ada
20 Saya tidak membeda-bedakan teman yang
ada
301
keyakinan diri
sendiri
18 Mempertahankan
keyakinan yang
dimiliki
19 Memiliki pengaruh
terhadap orang lain
20 Memiliki kekuasaan
terhadap orang lain
21 Melakukan banyak
hal dalam waktu
yang bersamaan
22 Melakukan beragam
aktifitas dengan
cepat
23 Melakukan pekerjaan
yang tidak diatur
dengan jadwal waktu
tertentu
24 Beraktifitas dengan
waktu yang tidak
menentu
25 Melakukan pekerjaan
untuk mendapat upah
yang tinggi
26 Melakukan pekerjaan
demi mendapatkan
uang banyak
27 Melakukan pekerjaan
yang menantang
secara intelektual
28 Melakukan pekerjaan
yang tidak biasa
dilakukan
29 Memiliki lingkungan
pekerjaan yang
nyaman
30 Tempat kerja tidak
jauh dari tempat
tinggal
31 Memiliki pekerjaan
yang bisa diprediksi
32 Mengetahui
pekerjaan yang akan
dilakukan esok hari
305
yang bagus
51 Mendapatkan
informasi pekerjaan
dengan maksimal
52 Mampu mencari
informasi secara
mudah
53 Membuat diri sendiri
menjadi dibutuhkan
oleh pekerjaan
54 Ada kontribusi yang
diberikan didalam
pekerjaan
55 Memberikan bantuan
kepada orang lain
56 Menyemangati orang
lain
57 Menyelesaikan
masalah bersama-
sama
58 Melakukan kerja
sama dengan orang
lain
59 Memberikan
kepercayaan kepada
orang lain
60 Mampu membuat
kepercayaan kerja
dengan orang lain
61 Mengutamakan
kemampuan berfikir
dalam bekerja
62 Menyelesaikan
pekerjaan yang rumit
63 Mengerjakan
pekerjaan yang
menantang
64 Mampu
menyelesaikan
pekerjaan yang
menantang
65 Kreatifitas dalam
bekerja
66 Menggunakan
bakat/ketrampilan
307
tertentu
67 Pekerjaan yang
membantu orang lain
68 Meringankan dan
memberikan bantuan
kepada orang lain
69 Menghasilkan
sesuatu yang baru
70 Banyak melakukan
pekerjaan baru
71 Banyak melakukan
gerakan fisik
72 Mengeluarkan
banyak tenaga
73 Berinteraksi dengan
banyak orang
74 Sering bertemu
dengan orang banyak
75 Mendapatkan
pengetahuan baru
dalam bekerja
76 Mendapatkan
informasi penting
untuk diri sendiri
tentang pekerjaan
77 Melakukan pekerjaan
yang beresiko
78 Menyelesaikan
pekerjaan yang
berbahaya
79 Pekerjaan yang
dilakukan
mengagendakan
beragam aktifitas
80 Melakukan kegiatan
yang tidak monoton
dalam bekerja
-Terima Kasih-
308
LAMPIRAN 2:
TABULASI DATA
309
LAMPIRAN 3:
TABULASI KELAS
RELATIONAL MOBILITY
RELATIONAL MOBILITY
TINGGI
315
TABULASI DATA KELAS TINGKAT RELATIONAL MOBILITY RENDAH DAN KELAS TINGKAT RELATIONAL MOBILITY TINGGI
316
LAMPIRAN 4:
TABULASI WORK VALUE
DENGAN TINGKAT
RELATIONAL MOBILITY
RENDAH
317
TABULASI DATA WORK VALUE DULU (USIA 35-45 TAHUN) DAN WORK VALUE SEKARANG (USIA 55 TAHUN KEATAS)
Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) dengan Kelas Relational Mobility Rendah
Work Value Sekarang (Usia55 Tahun Keatas) dengan Kelas Relational Mobility Rendah
318
LAMPIRAN 5:
TABULASI WORK VALUE
DENGAN TINGKAT
RELATIONAL MOBILITY
TINGGI
319
TABULASI DATA WORK VALUE DULU (USIA 35-45 TAHUN) DAN WORK VALUE SEKARANG (USIA 55 TAHUN KEATAS)
Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) dengan Kelas Relational Mobility Tinggi
Work Value Dulu (Usia 35-45 Tahun) dengan Kelas Relational Mobility Tinggi
320
LAMPIRAN 6:
HASIL UJI VALIDITAS
RELIABILITAS
321
Correlations
Total
**
VAR00001 Pearson ,501
Correlation
**
VAR00008 Pearson ,553
Correlation
**
VAR00025 Pearson ,604
Correlation
Sig. (2-
tailed)
N 60
**. Correlation is significant at the
0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the
0.05 level (2-tailed).
326
N %
Cases Valid 60 100,0
a
Excluded 0 0,0
Total 60 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,937 36
327
Correlations
Total
**
VAR00001 Pearson ,575
Correlation
**
VAR00008 Pearson ,784
Correlation
**
VAR00025 Pearson ,519
Correlation
**
VAR00042 Pearson ,616
Correlation
**
VAR00059 Pearson ,696
Correlation
**
VAR00076 Pearson ,771
Correlation
Sig. (2-
tailed)
N 60
**. Correlation is significant at the
0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the
0.05 level (2-tailed).
337
N %
Cases Valid 60 100,0
a
Excluded 0 0,0
Total 60 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,983 80
338
LAMPIRAN 7 :
HASIL UJI ASUMSI
339
1. Uji Normalitas
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Work Value Between Groups (Combined) 83609,600 40 2090,240 1,590 ,139
(35-45) * Linearity 41148,194 1 41148,194 31,305 ,000
Relational Deviation 42461,406 39 1088,754 ,828 ,699
Mobility from
Linearity
Within Groups 24974,000 19 1314,421
Total 108583,600 59
Work Value Between Groups (Combined) 92936,150 40 2323,404 1,651 ,121
(55+) * Linearity 54079,489 1 54079,489 38,425 ,000
Relational Deviation 38856,661 39 996,325 ,708 ,823
Mobility from
Linearity
Within Groups 26740,833 19 1407,412
Total 119676,983 59
3. Uji Homogenitas
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations
Std. Zero-
Model B Error Beta T Sig. order Partial Part
1 (Constant) 23,867 24,227 ,985 ,329
Relational 1,932 ,279 ,672 6,915 ,000 ,672 ,672 ,672
Mobility
a. Dependent Variable: work value (55+)
340
LAMPIRAN 8 :
HASIL UJI HIPOTESIS
341
Correlations
Work Value (35- Relational
45) Mobility
Pearson Correlation Work Value (35-45) 1,000 ,616
Relational Mobility ,616 1,000
Sig. (1-tailed) Work Value (35-45) . ,000
Relational Mobility ,000 .
N Work Value (35-45) 60 60
Relational Mobility 60 60
*. Correlation is Significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Work Value Relational
(55+) Mobility
Pearson Correlation Work Value (55+) 1,000 ,672
Relational Mobility ,672 1,000
Sig. (1-tailed) Work Walue (55+) . ,000
Relational Mobility ,000 .
N Work Value (55+) 60 60
Relational Mobility 60 60
*. Correlation is Significant at the 0.05 level (2-tailed).