Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Kemunduran industri rokok di negara barat memberikan
dorongan kepada industri tembakau untuk mencari konsumen baru di
negara-negara termiskin di dunia. Fakta ini merupakan salah satu
faktor dari perkembangan industri rokok di Indonesia. Peraturan
perundangan yang belum tegas menambah daftar panjang kesempatan
negara ini sebagai target industri tembakau. Dapat dilihat dengan kios-
kios rokok yang bebas menjual produk tembakau dengan harga murah
dari harga Rp.9000-Rp.13.000 per bungkus. Dan rokok juga dapat di
jual perbatang dengan harga Rp.500 per batang.
Adanya regulasi dalam penyangan iklan rokok merupakan
warna tersendiri bagi pertelevisian di Indonesia. Adanya larangan
mengenai kata-kata tertentu dan visualisasi produk tembakau yang
tidak boleh digunakan.mendorong para biro iklan dan produsen rokok
untuk dapat berpikir kreatif dan variatif. Sehingga produk dan pesan
yang ada di dalam rokok dapat tersampaikan.
Di Indonesia industri tembakau tumbuh 4-6% tiap tahunnya.
Bahkan, di tahun 2013 jumlah produksi industri rokok diperkirakan
mencapai 300 (tiga ratus) miliar batang. Hal ini diperkuat berdasarkan
data Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization
(WHO) yang menyebutkan jumlah perokok di Indonesia merupakan
terbesar ke- 3 dunia. (sumber: www.industri.kontan.co.id,diakses pada
tanggal 9 Juni 2013). Selanjutnya artikel Kompas.com menjelaskan

1
pernyataan Global Audit Tobacco Survey (GATS) 2011 yang
menyebutkan 34,8% orang dewasa aktif merokok dengan prevalensi
merokok pada laki- laki di Indonesia meningkat dari 53,4% pada tahun
1995 menjadi 67,4% pada 2011. Angka prevalensi merokok pada laki-
laki di Indonesia tahun 2011 tersebut sekaligus menghantarkan
Indonesia pada jumlah perokok tertinggi di antara negara-negara yang
sudah melakukan GATS. Sedangkan pada perempuan di Indonesia,
angka prevalensi meningkat dari 1,7% pada 1995 menjadi 45% di
2011. Ini memperkuat fakta bahwa dengan tingginya jumlah perokok
dari tahun ke tahun, Indonesia masuk dalam jajaran negara dengan
konsumsi rokok terbesar berdampingan dengan China, USA, dan
Rusia.
Indonesia merupakan pasar rokok potensial mengingat
pertumbuhan ekonomi yang selalu meningkat 6 % per tahun dan
jumlah kelas menengah yang diperkirakan naik hampir dua kali lipat
dari 74 juta jiwa pada 2012 menjadi 140 juta jiwa pada 2020. Hal ini
terlihat pada data pertumbuhan konsumsi rokok yang naik drastis dari
251 miliar batang pada 2009 menjadi 302 miliar batang pada 2012,
konsistensi dengan pertumbuhan produk domestic bruto (PDB) per
kapita US$ 2.500 pada tahun 2009 menjadi US$ 3.500 per kapita pada
2020. (sumber: www.bisnis.com diakses pada tanggal 11 Juni 2013)
Dalam salah satu artikel majalah Indonesia Finance Today
menyatakan bahwa jumlah perusahaan di industri pengolahan
tembakau besar dan sedang nasional pada 2011 diperkirakan 897
perusahaan, sebaran terbesar terdapat di Jawa Timur. Selain itu industri
2
tembakau juga terdapat di Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jawa Barat,
dan DI Yogyakarta. Berdasarkan jumlahnya, terdapat kecenderungan
menurun pada industri pengolahan tembakau besar dan sedang
nasional dari 1.132 pada 2008 menjadi 987 di 2010 meskipun share
golongan ini mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan semakin
kuatnya dominasi pemain besar di industri ini.
Pada tahun 2011-2015, Kementerian Perindustrian
menargetkan pertumbuhan produksi rokok hanya berkisar rata- rata
3%- 4% per tahun. Sedangkan berdasarkan jenisnya, segmen Sigaret
Kretek Mesin (SKM) masih menjadi kontributor terbesar (63,6%),
diikuti Siigaret Kretek Tangan SKT (28,9%), dan Sigaret Putih Mesin
SPM (7,5%). Sementara dari sisi produsen, industri rokok dominasi
oleh tiga pemain utama, yaitu Sampoerna (31,1%), Gudang Garam
(20,7%), dan Djarum (20,2%). Pemain besar lainnya adalah Bentoel/
BAT (8,0%), dan Nojorono (5,8%). (sumber: Indonesia Finance
Today, diakses pada tanggal 11 Juni 2013)

3
Gambar 1.1
Market Share Rokok Tahun 2011

Pangsa Pasar Rokok Berdasarkan Pemain


Utama, 2011

6% Sampoerna
8%
31% Gudang Garam
14%
Djarum
Lainnya
20% 21% Bentoel
Nojorono

Sumber: Indonesia Finance Today,2012


Meskipun persaingan bisnis rokok di Indonesia semakin ketat,
pangsa pasar perusahaan Sampoerna meningkat menjadi 31,1% pada
2011. Ini menunjukkan bahwa konsumen dewasa di Indonesia
menyukai produk- produk tembakau perusahaan ini.
Dalam artikel majalah marketing telah melakukan survei
kepada responden dengan sistem acak dan hasil dari survei tersebut
menjelaskan bahwa masyarakat luas sangat mengenal Sampoerna
sebagai brand rokok yang sudah menjadi bagian dari hidup masyarakat
terkhususnya perokok. Hasil survei tersebut juga menempatkan
Sampoerna sebagai winner 2012 kategori rokok yang sebelumnya
masuk dalam prospective brand 2011 (sumber: majalah marketing
SWA). Berikut adalah data mengenai Prospective Brand 2011 yang
menjadi Winner 2012:

4
Tabel 1.1
Prospective Brand 2011 yang menjadi Winner 2012
No Merek Kategori Gain Index Brand Share Peringkat
2011 2012 2011 2012 2011
1 Puteri 6,4 -2,0 18,3 19,0 2
Body Splash
Cologne
2 Kratingdaeng 23,6 25,9 20,6 26,2 2
Minuman
Energi
3 Sampoerna 0,9 -2,2 23,7 30,3 2
Rokok
4 OBH Combi 19,6 -27,9 15,4 21,6 2
Plus Anak
Obat Batuk
Anak
5 Sharp 22,9 24,1 15 23,3 2
Mesin Cuci
6 Fiesta 15,5 15,1 27,8 35,8 3
Chicken Nugget
Sumber:Majalah SWA XXVIII 2012
Pada kuartal I- 2012, pendapatan perusahaan Sampoerna naik
sebesar 31,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penjualan
Sampoerna pada kuartal I 2012 mencapai Rp. 15,4 triliun dibanding
penjualan di kuartal I 2011 sebesar Rp 11,7 triliun. Pada 2011,
sampoerna mencatatkan kenaikan volume penjualan sebesar 16,4%
menjadi 91,7 miliar batang dari 78,8 miliar batang pada 2010.
Kenaikan volume tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan industri
5
rokok di Indonesia, yang menurut data Nielsen, naik sekitar 8,9% pada
tahun lalu.(sumber:www.inilah.com, diakses pada 11 Juni 2013)
Menurut data AC Nielsen, penjualan rokok sigaret kretek
mesin (SKM) atau yang dikenal rokok mild Sampoerna, tumbuh
tertinggi di 2011 dibanding tahun sebelumnya dan dari segmen rokok
pesaing. Berikut adalah data mengenai volume penjualan dan pangsa
pasar produk rokok HM Sampoerna:
Tabel 1.2
Volume penjualan & pangsa pasar produk rokok HM Sampoerna
(dalam miliar batang)
Merek Volume penjualan

2010 2011

Sampoerna A mild 31,6 35,5

Dji Sam Soe 234 20,1 22,1

Marlboro 12 12,6

Sampoerna kretek 9,5 10,5

Lainnya 5,6 11

Total 78,8 91,7

Pangsa Pasar 29,1% 31,1%

Sumber: Nielsen Retail Audit Results FY 2011, dikutip dari Laporan


Keuangan PT HM Sampoerna Tbk., diolah.

6
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan telah
menggeser pola konsumsi rokok dari heavier ke lower tar lower
nicotine format cigarettes beberapa tahun terakhir. Hal tersebut
menjadikan pertumbuhan pasar rokok Indonesia saat ini lebih didorong
oleh pertumbuhan segmen sigaret kretek mesin jenis mild. Pada tahun
2011, penjualan rokok mild tumbuh 22% menjadi 100 miliar batang.
Penjualan sigaret kretek tangan naik 4% menjadi 85 miliar batang di
2011. Penjualan sigaret kretek mesin filter naik 2% menjadi 87 miliar
batang. Sementara penjualan sigaret putih mesin naik 5% menjadi 22
miliar batang. Pertumbuhan penjualan rokok mild di Indonesia
didorong kenaikan permintaan terutama di daerah perkotaan.
Rokok Sampoerna A Mild dalam proses penjualan mengalami
peningkatan secara berkesinambungan disamping itu mild memberikan
profit terbesar bagi Sampoerna. Selama tahun 2011 penjualannya
mencapai 35,5 miliar batang atau naik 12,3% dari 31,6 miliar batang di
2010.
Dengan tingginya angka penjualan dan marketing serta
promotion oleh para pihak perusahaan menjadikan Sampoerna A Mild
sebagai peringkat pertama pada Indonesia Best Brand Index 2012
pada kategori rokok. Dibawah ini adalah data Indonesia Best Brand
Index 2012 Kategori Rokok:

7
Tabel 1.3
Indonesia Best Brand Index 2012 Kategori Rokok
Brand Brand Brand
No. Merek Value 2012 Value 2011 Value
urut 2010
1 Samporena A Mild 44,1 52,5 47,8
2 Gudang Garam 40,9 51,3 51,8
3 Dji Sam Soe 38,7 - -
4 Djarum 37,2 52,7 47,1
5 Marlboro 30,8 - -
Sumber: survey Indonesia Best Brand Awaed yang dilakukan
oleh SWA dan lembaga survei MARS
Tidak hanya itu pada tahun 2013 Sampoerna A Mild masuk
kategori Top untuk kelas rokok mild pada survei Top Brand 2013
angka persentase berada pada point 59,4 yang mengungguli produk
mild dari perusahaan lainnya. Berikut data yang dilampirkan oleh
Frontier Consulting Group;
Tabel 1.4
Survei Top Brand 2013Rokok Mild
Merek TBI
Sampoerna A Mild 59,4% TOP
Class Mild 12,0% TOP
U Mild 7,9%
Star Mild 6,6%
LA Light 5,8%

Sumber: Marketing 02/XII/Februari 2013

8
Bagian dari kesuksesan penjualan mild pada tahun 2013
kebawah tidak terlepas dari cara marketing dan promosi terkhususnya
iklan yang dilakukan secara berkesinambungan (media televisi).
Perusahaan mengeluarkan banyak biaya untuk beriklan, tetapi cara
yang efektif dapat memenuhi tujuan dari rencana pemasaran yang
diterapkan perusahaan. Salah satu pertimbangan dalam membuat iklan
yang efektif adalah pesan iklan tersebut.
Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap pengaruh yang
dihasilkan oleh iklan. Menurut Terui et al. (2009:2), iklan berpengaruh
terhadap merek hingga keputusan pembelian. Oleh karena itu
perusahaan secara totalitas dalam pembelanjaan iklan terkhususnya
mdia televisi. Dibawah ini adalah data mengenai pangsa pasar
pembelanjaan iklan media televisi:
Table 1.5
Pangsa Pasar Pembelanjaan Iklan Media Televisi
Kinerja 2010 2011 2012* 2013*
Pendapatan Iklan 37,68 46,01 57,19 75,71
(Rp triliun)
Persentase (%) 60,1 61,7 64 67
Pertumbuhan (%) 26,1 22,2 24,26 32,28
Total Media (Rp triliun) 62,68 74,54 89,34 113
Sumber: Nielsen Advertising Information Services (2012),
Riset SWA, diolah
Periklanan di televisi merupakan media yang sesuai untuk
menawarkan produk dalam bentuk audio dan visual secara bersamaan.
Namun dengan kelebihan tersebut para perusahaan juga harus
9
mengeluarkan banyak biaya untuk memasang iklan di media televisi.
Disamping itu industri tembakau juga harus mengemas iklan yang
kreatif dengan pesan yang mudah tersampaikan kepada masyarakat
tanpa harus memperlihatkan produk tembakau mengingat peraturan
yang tidak memperbolehkan produk tembakau ini diperlihatkan secara
nyata.
Industri rokok adalah salah satu industri dengan tingkat
belanja iklan yang tinggi, pada tahun 2012 belanja iklan produk rokok
Sampoerna sebesar 58.79 miliar rupiah. Melalui jumlah pembelanjaan
iklan yang dilakukan industri ini terkhususnya Sampoerna menjelaskan
bahwa iklan sangat berpengaruh dalam mengkomunikasikan produk
sehingga dengan biaya besarpun perusahaan ini tetap mengalokasikan
dana khusus untuk beriklan.
Pada survei yang dilakukan oleh Nielsen Research Media,
Sampoerna pada tahun 2009 mengeluarkan dana untuk belanja iklan
sebesar 238,79 miliar. Namun biaya yang dikeluarkan dari tahun ke
tahun selanjutnya relatif menurun. Berikut data dari Nielsen Media
Research mengenai belanja iklan produk Sampoerna:
Tabel 1.6
Belanja Iklan Produk Rokok Sampoerna 2009-2012
Merek 2009 2010 2011 2012*
Sampoerna A (12-Clove, Menthol, 238,79 160,20 187,09 58,79
Mild, Super Premium)
Dji Sam Soe 234 (Clove, Gold, 111,95 93,46 169,22 32,57
Magnum, Super, Super Premium)
A Flava (Bold & Click Mint) - 24,00 28,11 -

10
Sumber: Nielsen Media Research diolah oleh SWA, 2012
Secara umum iklan merupakan komunikasi impersonal antara
pemasar dengan konsumen melalui media massa yang dibayar. Dengan
demikian iklan pada dasarnya merupakan suatu proses informasi yang
bertujuan untuk membujuk targetnya melakukan tindakan yang
diinginkan pembuat iklan (pemasar).
Menurut Addri Febrianto Basuki sebagai Brand Manager Dji
Sam Soe, PT HM Sampoerna Tbk dalam majalah Marketers, 2012
menjelaskan bahwa pembuatan materi iklan merupakan sebuah proses
yang panjang. Ini dimulai dari analisis konsumen, market, dan merek
secara bersamaan sehingga kami bisa melihat benang merah sebuah
kesuksesan menyampaikan pesan atau mengatasi masalah persepsi
yang ingin diperbaiki.
Secara konseptual pengaruh iklan televisi terhadap perilaku
konsumen melalui beberapa tahap.
Gambar 1.2
Model Terpaan Iklan

Terpaan iklan Pengolahaan Informasi kebutuhan

Evaluasi- pembelian- kegunaaan Pencarian Informasi

Rossiter dan Percy (1997:85)


Model ini menunjukkan bahwa terpaan iklan terhadap pemirsa
secara bertahap akan membentuk sikap pada produk yang selanjutnya
akan mengarahkan perilakunya untuk membeli produk dan
11
menggunakannya untuk memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya
menurut teori pengaruh selektif, bujukan iklan yang sama akan melalui
proses selektivitas dalam diri masing- masing pemirsa dan akan
membentuk sikap dan keputusan pembelian produk.
Dalam sebuah artikel di majalah SWA pada bulan November
2012, Hartawan A. Kusuma, Manajer Merek A Mild, menjelaskan
rokok Sampoerna A Mild tetap konsisten mengusung satu kampanye
besar dengan slogan Go Ahead yang mendorong para perokok untuk
maju. Selanjutnya slogan Go Ahead sebagai payung besar A Mild
dalam aktivitas pemasaran rokok Sampoerna mild.
Dalam aktivitas pemasarannya, A Mild selalu berupaya dalam
warna tersendiri dan menjaga konsistensinya. Meski begitu, pesan
yang disampaikan harus sesuai dengan aspirasi pelanggannya. Alhasil
iklan A Mild di televisi menarik dan unik.
Awal 2009 hingga 2013 ini para industri tembakau mengalami
polemik dengan peraturan pemerintah untuk mengendalikan dampak
iklan rokok terhadap generasi muda. Melalui Permenkes No 28 Tahun
2013 akan membatasi iklan, promosi, dan sponsorsip rokok.
Pembatasan iklan akan dilakukan di seluruh media cetak maupun
elektronik.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kemenkes pada puncak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia
pada 31 Mei, mengatakan bahwa untuk televisi penayangan iklan
dibatasi hanya pukul 21.30 sampai lima pagi. Sedangkan untuk media
teknologi informasi, akses hanya untuk usia di atas 18 tahun.
12
Pambatasan iklan rokok secara umum sebenarnya sudah diatur
dalam PP 109/2012. Pada peraturan ini dalam bungkus rokok harus
mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan,
minimal 10% dari total durasi iklan atau 15% dari total luas iklan.
Rangkaian pesan dalam sebuah iklan sendiri tidak terlepas dari
teks, visual, dan audio. Rangkaian komponen ini saling mengisi antara
satu dengan lainnya dan pada akhirnya memiliki arti tersendiri bagi
para penerima pesan tersebut.
Pesan iklan yang melibatkan teks, visual, dan audio dapat
dikategorikan sebagai saluran komunikasi (channel non personal).
Proses penyampaian pesan yang tidak mendapatkan respon dan umpan
balik secara langsung dari para penerima pesannya yaitu pembaca
iklan.
Iklan Sampoerna A Mild, adalah salah satu perusahaan rokok
yang menggunakan iklan dalam mempromosikan dan membangun
brand awareness terhadap produk yang akhirnya melalukakn
keputusan pembelian. Sampoerna A Mild telah banyak menayangkan
iklan rokok yang kreatif pada setiap ilustrasi ceritanya dengan pesan
yang membangun nilai diri dan sosial dengan tagline-nya berawal dari
bukan basa basi hingga go ahead.
Pada penelitian ini memilih untuk meneliti iklan Sampoerna A
Mild Go Ahead versi pemimpi karena Sampoerna adalah brand rokok
di Indonesia yang menjadi pemain besar dalam jenis rokok mild dan
iklan ini merupakan iklan yang menghasilkan tingkat volume penjualan
tertinggi pada tahun 2012. Iklan Sampoerna A Mild Go Ahead versi
13
pemimpi memiliki kekuatan untuk menarik seseorang untuk tidak
hanya bermimpi tapi berusaha merealisasikan mimpinya tersebut.
Dari segi visualisasi, potongan-potongan scene yang
ditampilkan pada iklan ini merepresentasikan isi pesan lisan yang
diperkuat juga oleh voiceover di potongan scene akhir yang
memberikan kemudahan untuk mengerti maksud pesan dari iklan ini.
Tujuan utama dari iklan ini adalah untuk mendorong para pemimpi
untuk dapat merealisasikan mimpinya dan tidak hanya berhenti pada
sebuah mimpi.
Pada iklan Sampoerna A Mild Go Ahead versi pemimpi
menunjukkan bahwa adanya representasi maskulinitas. Dapat dilihat
dari visualisasi pria yang menjadi bintang iklan yang aktif, dinamis,
berani, berpetualang, dan kuat. Secara langsung representasi
maskulinitas pada iklan tersebut merepresentasikan karakteristik
produk Sampoerna A Mild .
Dengan pesan lisan yang minim namun bermakna dan
representasi maskulinitas dari bintang iklan menarik perhatian para
penonton untuk mengerti maksud dari pesan iklan ini. Setiap scene
yang ada pada iklan ini memfokuskan pada sosok pria menjadi subjek
utama penokohan yang menjadi magnet.
Iklan versi pemimpi berbeda dengan iklan A Mild sebelumnya,
iklan ini lebih berbentuk short film yang memiliki alur maju mundur
yang membawa penontonnya masuk kedalam iklan tersebut. Dengan
ciri khas iklan ini dan peningkatan penjualan produk Sampoerna A

14
Mild pada akhir 2012 bersamaan dengan penayangan iklan ini di media
televisi merupakan tolak ukur penelitian ini dilakukan.
Tabel 1.7
Potongan Scene Iklan A Mild Go Ahead versi Pemimpi
No Video Audio

Backsound

Backsound

Backsound

15
Backsound

Backsound

Voiceover

“ada dua macam orang


yang hanya bermimpi dan
hidup di dalamnya”

16
sumber: www.youtube.com
Penelitian dilaksanakan di Kota Bandung karena pada
penelitian terdahulu menjelaskan bahwa daerah pemasaran PT. HM
Sampoerna di Indonesia dibagi kedalam 5 regional dan Kota Bandung
merupakan pusat salah satu dari kelima regional tersebut.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai masalah iklan televisi terhadap keputusan pembelian
konsumen dengan mengambil judul: “Pengaruh Iklan Sampoerna A
Mild Go Ahead versi Pemimpi Terhadap Keputusan Pembelian
Rokok Sampoerna A Mild di Kota Bandung”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah
yang akan dibahas peneliti dalam penelitian ini adalah :
1) Seberapa besar penilaian konsumen terhadap iklan rokok
Sampoerna A Mild Go Ahead versi pemimpi pada media
televisi?
2) Seberapa besar keputusan pembelian konsumen rokok
Sampoerna A Mild di kota Bandung?
3) Seberapa besar pengaruh iklan rokok Sampoerna A Mild Go
Ahead versi pemimpi pada media televisi terhadap keputusan

17
pembelian konsumen rokok Sampoerna A Mild di kota
Bandung?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui penilaian konsumen terhadap iklan rokok
Sampoerna A Mild Go Ahead versi pemimpi pada media
televisi.
2) Untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen rokok
Sampoerna A Mild di kota Bandung.
3) Untuk mengetahui pengaruh iklan rokok Sampoerna A Mild
Go Ahead versi pemimpi pada media televisi terhadap
keputusan pembelian konsumen rokok Sampoerna A Mild di
kota Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
perkembangan ilmu komunikasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dari segi praktis hasil penelitian ini dapat memberi masukan
bagi semua pihak yang sedang atau akan melaksanakan kajian di
bidang ilmu komunikasi.
1.5 Tahapan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti membagi proses
menjadi beberapa tahapan-tahapan yang dilakukan, yaitu :
a. Observasi

18
Mencari pokok permasalahan yang akan diangkat menjadi topik
dalam penelitian. Setelah topik penelitian ditemukan lalu
selanjutnya menentukan judul penelitian.
b. Merumuskan & Mengidentifikasikan Masalah
Judul penelitian yang telah ditentukan lalu diturunkan menjadi
rumusan masalah dan kemudian diturunkan kembali menjadi
pertanyaan-pertanyaan ilmiah dalam identifikasi masalah. Hal ini
menjadi fokus dan batasan dari penelitian.
c. Menentukan Populasi dan Sampel
Penentuan populasi dan sampel disesuaikan dengan masalah yang
diangkat sebagai topik penelitian karena sampel atau responden
disini adalah sumber utama dari data yang akan diolah dalam
penelitian ini.
d. Pengumpulan Data
Data penelitian didapatkan dari survei yaitu dengan menyebarkan
kuisioner kepada responden. Selain itu data juga didapatkan dari
penelitian terdahulu, data dari perusahaan dan internet yang dapat
membantu kelengkapan penelitian ini.
e. Menganalisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara
dihitung menggunakan rumus-rumus statistik yang tentunya harus
berkaitan dengan topik penelitian.
f. Menyajikan & Membahas Data
Dari hasil data yang telah dihitung secara sistematis kemudian
disajikan dan dibahas secara detail ditambah dengan
19
pengaplikasian teori-teori yang dapat memperkuat pembahasan
masalah dalam penelitian.
g. Kesimpulan dan Saran
Menyimpulkan seluruh proses penelitian dari awal hingga akhir
lalu memberikan saran berupa alternatif-alternatif yang
ditawarkan kepada perusahaan, dengan harapan dapat bermanfaat
bagi perusahaan, peneliti dan juga pembaca.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Kota Bandung dengan
menggunakan alat bantu kuesioner yang akan disebar secara
langsung kepada responden. Waktu penelitian akan dilaksanakan
pada bulan Juni – Agustus 2013, sampai data yang didapat dan
dikumpulkan telah valid dan realiable.

20

Anda mungkin juga menyukai