PENDAHULUAN
1
pernyataan Global Audit Tobacco Survey (GATS) 2011 yang
menyebutkan 34,8% orang dewasa aktif merokok dengan prevalensi
merokok pada laki- laki di Indonesia meningkat dari 53,4% pada tahun
1995 menjadi 67,4% pada 2011. Angka prevalensi merokok pada laki-
laki di Indonesia tahun 2011 tersebut sekaligus menghantarkan
Indonesia pada jumlah perokok tertinggi di antara negara-negara yang
sudah melakukan GATS. Sedangkan pada perempuan di Indonesia,
angka prevalensi meningkat dari 1,7% pada 1995 menjadi 45% di
2011. Ini memperkuat fakta bahwa dengan tingginya jumlah perokok
dari tahun ke tahun, Indonesia masuk dalam jajaran negara dengan
konsumsi rokok terbesar berdampingan dengan China, USA, dan
Rusia.
Indonesia merupakan pasar rokok potensial mengingat
pertumbuhan ekonomi yang selalu meningkat 6 % per tahun dan
jumlah kelas menengah yang diperkirakan naik hampir dua kali lipat
dari 74 juta jiwa pada 2012 menjadi 140 juta jiwa pada 2020. Hal ini
terlihat pada data pertumbuhan konsumsi rokok yang naik drastis dari
251 miliar batang pada 2009 menjadi 302 miliar batang pada 2012,
konsistensi dengan pertumbuhan produk domestic bruto (PDB) per
kapita US$ 2.500 pada tahun 2009 menjadi US$ 3.500 per kapita pada
2020. (sumber: www.bisnis.com diakses pada tanggal 11 Juni 2013)
Dalam salah satu artikel majalah Indonesia Finance Today
menyatakan bahwa jumlah perusahaan di industri pengolahan
tembakau besar dan sedang nasional pada 2011 diperkirakan 897
perusahaan, sebaran terbesar terdapat di Jawa Timur. Selain itu industri
2
tembakau juga terdapat di Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jawa Barat,
dan DI Yogyakarta. Berdasarkan jumlahnya, terdapat kecenderungan
menurun pada industri pengolahan tembakau besar dan sedang
nasional dari 1.132 pada 2008 menjadi 987 di 2010 meskipun share
golongan ini mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan semakin
kuatnya dominasi pemain besar di industri ini.
Pada tahun 2011-2015, Kementerian Perindustrian
menargetkan pertumbuhan produksi rokok hanya berkisar rata- rata
3%- 4% per tahun. Sedangkan berdasarkan jenisnya, segmen Sigaret
Kretek Mesin (SKM) masih menjadi kontributor terbesar (63,6%),
diikuti Siigaret Kretek Tangan SKT (28,9%), dan Sigaret Putih Mesin
SPM (7,5%). Sementara dari sisi produsen, industri rokok dominasi
oleh tiga pemain utama, yaitu Sampoerna (31,1%), Gudang Garam
(20,7%), dan Djarum (20,2%). Pemain besar lainnya adalah Bentoel/
BAT (8,0%), dan Nojorono (5,8%). (sumber: Indonesia Finance
Today, diakses pada tanggal 11 Juni 2013)
3
Gambar 1.1
Market Share Rokok Tahun 2011
6% Sampoerna
8%
31% Gudang Garam
14%
Djarum
Lainnya
20% 21% Bentoel
Nojorono
4
Tabel 1.1
Prospective Brand 2011 yang menjadi Winner 2012
No Merek Kategori Gain Index Brand Share Peringkat
2011 2012 2011 2012 2011
1 Puteri 6,4 -2,0 18,3 19,0 2
Body Splash
Cologne
2 Kratingdaeng 23,6 25,9 20,6 26,2 2
Minuman
Energi
3 Sampoerna 0,9 -2,2 23,7 30,3 2
Rokok
4 OBH Combi 19,6 -27,9 15,4 21,6 2
Plus Anak
Obat Batuk
Anak
5 Sharp 22,9 24,1 15 23,3 2
Mesin Cuci
6 Fiesta 15,5 15,1 27,8 35,8 3
Chicken Nugget
Sumber:Majalah SWA XXVIII 2012
Pada kuartal I- 2012, pendapatan perusahaan Sampoerna naik
sebesar 31,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penjualan
Sampoerna pada kuartal I 2012 mencapai Rp. 15,4 triliun dibanding
penjualan di kuartal I 2011 sebesar Rp 11,7 triliun. Pada 2011,
sampoerna mencatatkan kenaikan volume penjualan sebesar 16,4%
menjadi 91,7 miliar batang dari 78,8 miliar batang pada 2010.
Kenaikan volume tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan industri
5
rokok di Indonesia, yang menurut data Nielsen, naik sekitar 8,9% pada
tahun lalu.(sumber:www.inilah.com, diakses pada 11 Juni 2013)
Menurut data AC Nielsen, penjualan rokok sigaret kretek
mesin (SKM) atau yang dikenal rokok mild Sampoerna, tumbuh
tertinggi di 2011 dibanding tahun sebelumnya dan dari segmen rokok
pesaing. Berikut adalah data mengenai volume penjualan dan pangsa
pasar produk rokok HM Sampoerna:
Tabel 1.2
Volume penjualan & pangsa pasar produk rokok HM Sampoerna
(dalam miliar batang)
Merek Volume penjualan
2010 2011
Marlboro 12 12,6
Lainnya 5,6 11
6
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan telah
menggeser pola konsumsi rokok dari heavier ke lower tar lower
nicotine format cigarettes beberapa tahun terakhir. Hal tersebut
menjadikan pertumbuhan pasar rokok Indonesia saat ini lebih didorong
oleh pertumbuhan segmen sigaret kretek mesin jenis mild. Pada tahun
2011, penjualan rokok mild tumbuh 22% menjadi 100 miliar batang.
Penjualan sigaret kretek tangan naik 4% menjadi 85 miliar batang di
2011. Penjualan sigaret kretek mesin filter naik 2% menjadi 87 miliar
batang. Sementara penjualan sigaret putih mesin naik 5% menjadi 22
miliar batang. Pertumbuhan penjualan rokok mild di Indonesia
didorong kenaikan permintaan terutama di daerah perkotaan.
Rokok Sampoerna A Mild dalam proses penjualan mengalami
peningkatan secara berkesinambungan disamping itu mild memberikan
profit terbesar bagi Sampoerna. Selama tahun 2011 penjualannya
mencapai 35,5 miliar batang atau naik 12,3% dari 31,6 miliar batang di
2010.
Dengan tingginya angka penjualan dan marketing serta
promotion oleh para pihak perusahaan menjadikan Sampoerna A Mild
sebagai peringkat pertama pada Indonesia Best Brand Index 2012
pada kategori rokok. Dibawah ini adalah data Indonesia Best Brand
Index 2012 Kategori Rokok:
7
Tabel 1.3
Indonesia Best Brand Index 2012 Kategori Rokok
Brand Brand Brand
No. Merek Value 2012 Value 2011 Value
urut 2010
1 Samporena A Mild 44,1 52,5 47,8
2 Gudang Garam 40,9 51,3 51,8
3 Dji Sam Soe 38,7 - -
4 Djarum 37,2 52,7 47,1
5 Marlboro 30,8 - -
Sumber: survey Indonesia Best Brand Awaed yang dilakukan
oleh SWA dan lembaga survei MARS
Tidak hanya itu pada tahun 2013 Sampoerna A Mild masuk
kategori Top untuk kelas rokok mild pada survei Top Brand 2013
angka persentase berada pada point 59,4 yang mengungguli produk
mild dari perusahaan lainnya. Berikut data yang dilampirkan oleh
Frontier Consulting Group;
Tabel 1.4
Survei Top Brand 2013Rokok Mild
Merek TBI
Sampoerna A Mild 59,4% TOP
Class Mild 12,0% TOP
U Mild 7,9%
Star Mild 6,6%
LA Light 5,8%
8
Bagian dari kesuksesan penjualan mild pada tahun 2013
kebawah tidak terlepas dari cara marketing dan promosi terkhususnya
iklan yang dilakukan secara berkesinambungan (media televisi).
Perusahaan mengeluarkan banyak biaya untuk beriklan, tetapi cara
yang efektif dapat memenuhi tujuan dari rencana pemasaran yang
diterapkan perusahaan. Salah satu pertimbangan dalam membuat iklan
yang efektif adalah pesan iklan tersebut.
Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap pengaruh yang
dihasilkan oleh iklan. Menurut Terui et al. (2009:2), iklan berpengaruh
terhadap merek hingga keputusan pembelian. Oleh karena itu
perusahaan secara totalitas dalam pembelanjaan iklan terkhususnya
mdia televisi. Dibawah ini adalah data mengenai pangsa pasar
pembelanjaan iklan media televisi:
Table 1.5
Pangsa Pasar Pembelanjaan Iklan Media Televisi
Kinerja 2010 2011 2012* 2013*
Pendapatan Iklan 37,68 46,01 57,19 75,71
(Rp triliun)
Persentase (%) 60,1 61,7 64 67
Pertumbuhan (%) 26,1 22,2 24,26 32,28
Total Media (Rp triliun) 62,68 74,54 89,34 113
Sumber: Nielsen Advertising Information Services (2012),
Riset SWA, diolah
Periklanan di televisi merupakan media yang sesuai untuk
menawarkan produk dalam bentuk audio dan visual secara bersamaan.
Namun dengan kelebihan tersebut para perusahaan juga harus
9
mengeluarkan banyak biaya untuk memasang iklan di media televisi.
Disamping itu industri tembakau juga harus mengemas iklan yang
kreatif dengan pesan yang mudah tersampaikan kepada masyarakat
tanpa harus memperlihatkan produk tembakau mengingat peraturan
yang tidak memperbolehkan produk tembakau ini diperlihatkan secara
nyata.
Industri rokok adalah salah satu industri dengan tingkat
belanja iklan yang tinggi, pada tahun 2012 belanja iklan produk rokok
Sampoerna sebesar 58.79 miliar rupiah. Melalui jumlah pembelanjaan
iklan yang dilakukan industri ini terkhususnya Sampoerna menjelaskan
bahwa iklan sangat berpengaruh dalam mengkomunikasikan produk
sehingga dengan biaya besarpun perusahaan ini tetap mengalokasikan
dana khusus untuk beriklan.
Pada survei yang dilakukan oleh Nielsen Research Media,
Sampoerna pada tahun 2009 mengeluarkan dana untuk belanja iklan
sebesar 238,79 miliar. Namun biaya yang dikeluarkan dari tahun ke
tahun selanjutnya relatif menurun. Berikut data dari Nielsen Media
Research mengenai belanja iklan produk Sampoerna:
Tabel 1.6
Belanja Iklan Produk Rokok Sampoerna 2009-2012
Merek 2009 2010 2011 2012*
Sampoerna A (12-Clove, Menthol, 238,79 160,20 187,09 58,79
Mild, Super Premium)
Dji Sam Soe 234 (Clove, Gold, 111,95 93,46 169,22 32,57
Magnum, Super, Super Premium)
A Flava (Bold & Click Mint) - 24,00 28,11 -
10
Sumber: Nielsen Media Research diolah oleh SWA, 2012
Secara umum iklan merupakan komunikasi impersonal antara
pemasar dengan konsumen melalui media massa yang dibayar. Dengan
demikian iklan pada dasarnya merupakan suatu proses informasi yang
bertujuan untuk membujuk targetnya melakukan tindakan yang
diinginkan pembuat iklan (pemasar).
Menurut Addri Febrianto Basuki sebagai Brand Manager Dji
Sam Soe, PT HM Sampoerna Tbk dalam majalah Marketers, 2012
menjelaskan bahwa pembuatan materi iklan merupakan sebuah proses
yang panjang. Ini dimulai dari analisis konsumen, market, dan merek
secara bersamaan sehingga kami bisa melihat benang merah sebuah
kesuksesan menyampaikan pesan atau mengatasi masalah persepsi
yang ingin diperbaiki.
Secara konseptual pengaruh iklan televisi terhadap perilaku
konsumen melalui beberapa tahap.
Gambar 1.2
Model Terpaan Iklan
14
Mild pada akhir 2012 bersamaan dengan penayangan iklan ini di media
televisi merupakan tolak ukur penelitian ini dilakukan.
Tabel 1.7
Potongan Scene Iklan A Mild Go Ahead versi Pemimpi
No Video Audio
Backsound
Backsound
Backsound
15
Backsound
Backsound
Voiceover
16
sumber: www.youtube.com
Penelitian dilaksanakan di Kota Bandung karena pada
penelitian terdahulu menjelaskan bahwa daerah pemasaran PT. HM
Sampoerna di Indonesia dibagi kedalam 5 regional dan Kota Bandung
merupakan pusat salah satu dari kelima regional tersebut.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai masalah iklan televisi terhadap keputusan pembelian
konsumen dengan mengambil judul: “Pengaruh Iklan Sampoerna A
Mild Go Ahead versi Pemimpi Terhadap Keputusan Pembelian
Rokok Sampoerna A Mild di Kota Bandung”.
17
pembelian konsumen rokok Sampoerna A Mild di kota
Bandung?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui penilaian konsumen terhadap iklan rokok
Sampoerna A Mild Go Ahead versi pemimpi pada media
televisi.
2) Untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen rokok
Sampoerna A Mild di kota Bandung.
3) Untuk mengetahui pengaruh iklan rokok Sampoerna A Mild
Go Ahead versi pemimpi pada media televisi terhadap
keputusan pembelian konsumen rokok Sampoerna A Mild di
kota Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
perkembangan ilmu komunikasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dari segi praktis hasil penelitian ini dapat memberi masukan
bagi semua pihak yang sedang atau akan melaksanakan kajian di
bidang ilmu komunikasi.
1.5 Tahapan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti membagi proses
menjadi beberapa tahapan-tahapan yang dilakukan, yaitu :
a. Observasi
18
Mencari pokok permasalahan yang akan diangkat menjadi topik
dalam penelitian. Setelah topik penelitian ditemukan lalu
selanjutnya menentukan judul penelitian.
b. Merumuskan & Mengidentifikasikan Masalah
Judul penelitian yang telah ditentukan lalu diturunkan menjadi
rumusan masalah dan kemudian diturunkan kembali menjadi
pertanyaan-pertanyaan ilmiah dalam identifikasi masalah. Hal ini
menjadi fokus dan batasan dari penelitian.
c. Menentukan Populasi dan Sampel
Penentuan populasi dan sampel disesuaikan dengan masalah yang
diangkat sebagai topik penelitian karena sampel atau responden
disini adalah sumber utama dari data yang akan diolah dalam
penelitian ini.
d. Pengumpulan Data
Data penelitian didapatkan dari survei yaitu dengan menyebarkan
kuisioner kepada responden. Selain itu data juga didapatkan dari
penelitian terdahulu, data dari perusahaan dan internet yang dapat
membantu kelengkapan penelitian ini.
e. Menganalisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara
dihitung menggunakan rumus-rumus statistik yang tentunya harus
berkaitan dengan topik penelitian.
f. Menyajikan & Membahas Data
Dari hasil data yang telah dihitung secara sistematis kemudian
disajikan dan dibahas secara detail ditambah dengan
19
pengaplikasian teori-teori yang dapat memperkuat pembahasan
masalah dalam penelitian.
g. Kesimpulan dan Saran
Menyimpulkan seluruh proses penelitian dari awal hingga akhir
lalu memberikan saran berupa alternatif-alternatif yang
ditawarkan kepada perusahaan, dengan harapan dapat bermanfaat
bagi perusahaan, peneliti dan juga pembaca.
20