PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Analisis Industri:
Menurut Porter, struktur industri harus dianalisis terkait dengan kekuatan
kolektif dari lima kekuatan persaingan:
1. Intensitas persaingan diantara para pesaing yang ada
Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan secara langsung adalah
pertumbuhan industri, perbedaan produk, jumlah dan keanekaragaman pesaing,
tingkat biaya tetap, kapasitas intermiten yang berlebihan, dan kendala untuk
keluar dari industri.
2. Daya tawar pelanggan
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli adalah jumlah pembeli, biaya
peralihan pembeli, kemampuan pembeli untuk mengintegrasikan kembali, dampak
produk dari unit bisnis pada biaya total pembeli, dampak produk unit bisnis pada
kualitas/kinerja produk pembeli, dan signifikansi volume unit bisnis bagi pembeli.
3. Daya tawar pemasok
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan pemasok adalah jumlah pemasok,
kemampuan pemasok untuk melakukan integrasi ke depan, kehadiran input
substitusi, dan pentingnya volume unit bisnis bagi pemasok.
4. Ancaman dari barang substitusi
Faktor-faktor yang mempengaruhi ancaman barang substitusi adalah
harga/kinerja relatif barang substitusi, biaya peralihan pembeli, dan kecendrungan
pembeli untuk menggunakan barang substitusi.
5. Ancaman pendatang baru yang masuk industri
Faktor-faktor yang mempengaruhi kendala untuk masuk ke dalam industri
adalah persyaratan modal, akses terhadap saluran distribusi, skala ekonomis,
diferensiasi produk, kompleksitas teknologi dari produk atau proses, tindakan
balasan yang diperkirakan dari perusahaan-perusahaan yang sudah ada, dan
kebijakan pemerintah.
Pemahaman tentang faktor faktor analisis industri diatas, dapat membantu unit
bisnis untuk membatasi strategi generik untuk merespon terhadap kesempatan dalam
lingkungan eksternal dan mengembangkan keunggulan kompetitif yang
berkesinambungan: biaya rendah dan diferensiasi.
- Biaya rendah
Kepemimpinan biaya dapat diperoleh melalui beberapa pendekatan seperti skala
ekonomis dan produksi, dampak learning curve, pengendalian biaya yang ketat,
dan meminimalisasi biaya.
- Diferensiasi
Fokus utama strategi ini adalah melakukan diferensiasi penawaran produk yang
dihasilkan oleh unit bisnis, sehingga menciptakan sesuatu yang dipandang oleh
pelanggan sebagai sesuatu yang unik. Pendekatan pada diferensiasi produk
meliputi royalitas merk, pelayanan pelanggan yang unggul, jaringan dealer,
desain produk dan fitur produk, dan teknologi.
- Cost-cum differentiation
Unit-unit bisnis dapat mengembangkan keunggulan kompetitif yang didasarkan
pada biaya rendah, diferensiasi, atau keduanya. Sisi persaingan yang paling
menarik adalah mencapai cost-cum differentiation
Dari ke lima analisis industri Porter di atas, ternyata Southwest Airlines memilki
beberapa keunggulan kompetitif. Dasar yang digunakan Southwest sebagai landasan
membangun competitive advantagenya seperti dikutip dari CEO Herb Kelleher adalah
mengutamakan karyawan; apabila karyawan bahagia, maka mereka akan memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan, sehingga pelanggan menjadi gembira dan datang
kembali, yang juga akan membuat shareholder gembira. Southwest menggunakan basis Cost
Commulative Differentiation yaitu Strategi Cost-Leadership dan Diferensiasi yang
dikombinasikan, sehingga seiring berjalannya kemajuan teknologi memungkinkan
perusahaan mengadopsi strategi cost leadership dan diferensiasi sekaligus. Artinya,
mengadopsi beragam model diferensiasi dengan biaya yang relatif rendah. Beberapa faktor
yang merupakan competitive advantage Southwest dibandingkan dengan pesaingnya adalah :
Dikutip dari buku Management Control System oleh Robert N. Anthony dan Vijay
Govindarajan edisi ke-12, Southwest adalah satu-satunya angkutan jarak dekat dengan tarif
rendah dan berfrekuensi tinggi dari kota ke kota, tidak seperti penerbangan besar lainnya
yang menggunakan pendekatan “hub-and-spoke” atau pusat dan jari-jari. Biaya reservasi
online melalui southwest.com juga jauh lebih rendah dibandingkan melalui agen
perjalanan.Selain itu dengan Southwest menggunakan bandara yang tidak terlalu ramai dan
memiliki strategi internal staf di landasan yang dapat menghemat waktu lepas landas.
Dengan fasilitas tersebut, Southwest menempatkan dirinya berbeda dari perusahaan
penerbangan lain, dan dapat dengan mudah menjangkau lebih banyak pelanggan khususnya
yang sensitif dengan harga tiket. Southwest memiliki struktur biaya operasi paling rendah
dalam industri perusahaan penerbangan domestik dan secara konsisten menawarkan ongkos
paling sederhana dan murah dengan rekor pelayanan terbaik demi kenyamanan dan
kepuasan pelanggan.
2. Tempat Duduk dan Awak Kabin (Limited Customer Services)
Untuk alasan efisiensi, para penumpang tidak dapat memilih tempat duduk, Southwest telah
mengatur agar setiap kursi dapat diisi tanpa ada yang tersisa. Southwest Airlines juga
membayar awak menurut trayek yang dilayaninya.Hal ini membuat upah awak kabin sesuai
dengan beban pekerjaan yang diterimanya, awak kabin dengan frekuensi terbang yang
tinggi dan trayek yang padat mendapatkan upah yang lebih tinggi jika dibandingkan awak
kabin yang terbang lebih sedikit.
3. Manajemen SDM dengan Mendukung dan Mengapresiasi Budaya Kerja keras,
Energi Tinggi, Rasa Senang, Otonomi Lokal dan Kreatifitas Karyawan
Dukungan dilakukan melalui pelatihan karyawan di University of People, in-flight contest,
dan pengakuan inisiatif pribadi.Southwest memenuhi dinding Southwest dengan foto-foto
karyawannya sebagai bentuk apresiasi terhadap kinerja, inisiatif, dan attitude, serta
mengijinkan sesama karyawan menikah. Gaji karyawan Southwest merupakan salah satu
yang paling tinggi dalam industri jasa penerbangan.
4. Differensiasi bandara
Pemilihan lokasi bandara, yang menyasar pada bandara dengan tingkat penerbangannya
kurang padat, membuat Southwest Airlines dapat dengan cepat melakukan proses landing
dan take-off pesawat, tanpa perlu lama-lama antri dengan maskapai penerbangan lainnya.
Pelanggan juga di untungkan karena dengan traffic yang tidak terlalu padat dan dapat lebih
nyaman dalam menggunakan fasilitas yang disediakan.
5. Pilot yang Handal dan Memiliki Jam Terbang Ekstra
Kebanyakan perusahaan penerbangan membatasi jam terbang pilotnya, tapi tidak dengan
Southwest yang para pilot yang direkrut bukan anggota serikat nasional, sehingga mereka
diijinkan untuk memiliki jam terbang jauh lebih banyak, juga memungkinkan jumlah
penerbangan yang lebih banyak.
6. Frekuensi terbang yang tinggi, rute point to point
Frekuensi penerbangan menjadi lebih banyak.Pendekatan yang digunakan adalah short-
haul atau trayek pendek dan pendekatan point-to-point atau titik ke titik (misalnya, Dallas
ke Houston, Los Angeles ke Phoenix)
7. Kenyamanan pelanggan atas pelayanan yang diberikan
Dalam layanan kepuasan pelanggan, Southwest Airlines melakukan beberapa hal seperti
tingkah laku yang ramah tamah, sifat yang menyenangkan, dan memalukan hal-hal yang
positif agar penumpang merasa nyaman.Perusahaan juga berupaya memperkerjakan
karyawan yang ramah bila berinteraksi dengan pelanggan, memiliki ketrampilan
interpersonil yang baik, dan berpenampilan ceria. Sejumlah karyawan Southwest
membiarkan untuk saling memberi lelucon, seperti mengajukan pertanyaan yang konyol.
8. Pegawai yang efektif dan efisien dalam bekerja
Waktu yang singkat untuk menurunkan dan menaikan penumpang sehingga menuntut para
pekerja bekerja dengan efektif dan efisien dalam waktu yang disediakan.Di Southwest,
waktu sebuah pesawat mendarat sampai siap untuk lepas landas membutuhkan waktu
kurang lebih 20-25 menit, dan memerlukan satu regu petugas landasan yang terdiri dari 4
orang ditambah 2 orang lagi pada pintu gerbang.
Tidak seperti maskapai lain yang menerapkan rewards berdasarkan jumlah jarak
tempuh perjalanan (mileage), Southwest menerapkan rewards berdasarkan jumlah perjalanan
(16 penerbangan satu-arah mendapatkan bonus 2 penerbangan satu-arah). Hal ini dapat
menjadi pertimbangan bagi penumpang ketika dibandingkan dengan sistem reward
berdasarkan mileage yang diterapkan maskapai lain.
4) Tidak Ada Perlakuan Khusus Bagi Frequent Flyers Pemegang Tiket Restricted
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penumpang Southwest diperlakukan setara
tanpa melihat apakah dia merupakan frequent flyers atau tidak. Hal ini menyebabkan banyak
pelanggan loyal yang menggunakan tiket restricted1 sering menuntut perlakuan khusus
ketika datang telat, agar diberikan preferential treatment melalui jatah kursi kosong di
penerbangan berikut secara cuma-cuma. Namun, Southwest memilih untuk membiarkan kursi
(full-fare) kosong daripada memberikannya kepada frequent flyers pemilik tiket restricted
yang telat.
5) Kompetisi Ketat Industri Penerbangan
Tahun 2001 merupakan saat yang cukup berat bagi industri penerbangan, terutama
setelah kejadian serangan teroris 9/11 (11 September 2001). Southwest selalu membukukan
keuntungan selama 28 tahun terakhir, namun dengan kondisi yang tidak mendukung saat itu,
perusahaan perlu memikirkan kembali strategi egaliter mereka. Tidak untuk mengubah total,
namun hanya perlu dilakukan modifikasi dan inovasi dalam layanan yang diberikan. Hal ini
tentunya diharapkan dapat menjadikan pelanggan tetap loyal kepada mereka.
3.4 Analisa dan Pembahasan Masalah
Jasa (service) merupakan suatu hal yang unik, hal ini didasari karena karakteristik jasa, yaitu:
Intangibility: jasa tidak dapat diraba, dipegang, dilihat, namun dapat dirasakan, oleh karena
itu jasa merupakan sebuah pengalaman, dimana perasaan itu berasal dari pengalaman
menggunakan jasa tersebut;
Perishability: jasa tidak dapat disimpan dan langsung habis setelah digunakan;
Inseparability: jasa tidak dapat dipisahkan dari pemberi jasa itu sendiri; dan
Variability: jasa sangat heterogen dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Dalam kasus “Rapid Rewards at Southwest Airlines”, dapat dilihat bahwa Southwest Airlines
merupakan penyedia jasa penerbangan dengan concept low cost air carrier, dimana
Southwest Airlines menyediakan alternatif bagi para pengguna jasa penerbangan untuk
terbang lebih murah jika dibandingkan dengan maskapai penerbangan lainnya.
Namun, keunggulan Southwest Airlines bukan semata-mata karena harganya yang murah,
tetapi juga karena pelayanan yang mereka berikan sesuai dengan misi dari perusahaan, yaitu
“Dedication to the highest quality of customer service delivered with a sense of warmth,
friendliness, individual pride, and company spirit”.
Dapat dilihat bahwa ada 2 competitive advantage yang dimiliki oleh Southwest Airlines,
yaitu harga yang murah dan excellent service. Laporan keuangan dari Southwest Airlines
telah membuktikan bahwa competitive advantage yang mereka miliki memberikan hasil yang
luar biasa.
Akan tetapi industri jasa penerbangan merupakan industri yang amat ketat, dimana setiap
maskapai mencoba memaksimalkan segala keunggulan dan sumber daya yang mereka miliki
untuk memperoleh kursi yang penuh di setiap penerbangan.
Dalam studi kasus ini teridentifikasi beberapa masalah yang dialami oleh Southwest Airlines:
Pertama, Recheck-in Baggage, untuk memotong biaya dan sesuai dengan nilai perusahaan
yaitu simplicity, Southwest Airlines tidak melakukan interlining yang mengakibatkan setiap
kali para penumpang hendak berpindah penerbangan, mereka harus mengambil kembali
bagasi mereka dan menggotong-gotong bagasi tersebut untuk kemudian dilakukan recheck-in
pada penerbangan berikutnya.
Hal ini tentunya akan menyulitkan bagi penumpang yang akan menempuh penerbangan jauh
dan penerbangan tersebut harus berhenti di beberapa titik, dimana penumpang tersebut harus
kembali mengambil bagasinya beberapa kali dan kemudian melakukan recheck-in di setiap
bandara yang dilalui.
Akan tetapi masalah ini sebenarnya tidak telalu berdampak, karena pada dasarnya para
pengguna Southwest Airlines adalah mereka yang berpergian dalam jarak dekat. Pada Exhibit
3 Case Study juga terlihat bahwa ternyata dengan system recheck-in baggage yang dilakukan,
Southwest Airlines memiliki kesalahan penanganan bagasi per seribu penumpang sebesar
5,07, di bawah rata-rata industri sebesar 5,29 per seribu penumpang.
Artinya, metode recheck-in baggage yang diterapkan oleh Southwest Airlines ini
memberikan dampak positif yang lebih banyak jika dibandingan efek negatif yang mungkin
timbul.
Kedua, masalah lain yang utama adalah Southwest Airlines tidak banyak memberikan pilihan
bagi para frequent customer-nya. Selama ini, bonus dari rapid rewards adalah para
penumpang dapat memperoleh tiket gratis, dimana skema tersebut sebenarnya sudah cukup
baik.
Jika kita menggunakan Gap Analysis, dapat dilihat bahwa sebenarnya terjadi Gap
antara Customer Expectation dengan Management Perception dalam menangani para
frequent customer-nya. Selama ini pihak manajemen Southwest Airlines merasa customer
sudah cukup puas jika diberikan tiket gratis setelah mereka terbang beberapa kali dengan
Southwest Airlines.
Namun, ternyata dalam studi kasus ini para frequent flyer memiliki keinginan yang berbeda,
seperti mendapatkan privilege tempat duduk, serta jika terjadi keterlambatan mereka dapat
langsung menggunakan penerbangan berikutnya tanpa biaya tambahan.
Untuk masalah ini, sebenarnya Southwest Airlines dapat memberikan beberapa pilihan bagi
customer untuk menggunakan point dari Rapid Rewards yang dimiliki:
Preferred seats: para customer dapat menggunakan point rapid rewards yang mereka
miliki untuk memilih tempat duduk yang mereka inginkan, atau bagi yang belum memiliki
point rapid rewards, dapat membayar biaya tambahan, contohnya $15 untuk memilih tempat
duduk yang mereka inginkan.
Restricted fair tickets: seorang customer yang tertinggal dari pesawat yang seharusnya,
dapat langsung terbang dengan menggunakan penerbangan berikutnya tanpa dipungut biaya,
jika dia menggunakan point rapid rewards yang dimilikinya.
Customer appreciation: kita menginginkan agar para penumpang loyal Southwest Airlines
merasa dihargai oleh pihak manajemen.
Dengan demikian diharapkan para loyal customer dari Southwest Airlines tidak akan
berpindah. Sebab, berbeda dengan barang yang jika rusak dapat diganti, sebuah pengalaman
dari jasa yang tidak menyenangkan akan tetap melekat pada seorang customer.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka rekomendasi yang dapat
diberikan kepada Southwest Airlines ialah: