Judul:
- Efektivitas fly ash dan bottom ash batu bara sebagai bahan subtitusi semen dalam
mereduksi emisi karbon monoksida dan karbon dioksida
- Efisiensi fly ash dan bottom ash batu bara sebagai bahan pengganti material subtitusi
konstruksi dalam menunjang keberlanjutan Ekosistem Karst
-
Regulasi:
- Kepmen ESDM Nomor : 17/2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst
3. Febri Andini Putri, Hildayati Amri dan Laila Suryani (Review Industri Semen)
Semen adalah komoditi yang memanfaatkan sumber daya alam[2] berupa batu
kapur[3], tanah liat, pasir besi dan pasir silika melalui proses pembakaran pada
temperatur tinggi. . Industri semen berdampak terhadap pencemaran lingkungan
yaitu perubahan tata guna tanah akibat kegiatan penambangan, kualitas air menurun
karena limbah cair dan pencemaran udara akibat limbah udara pabrik. Dampak
Industri Semen terhadap Lingkungan Industri semen menyebabkan dampak
kerusakan lingkungan sebagai berikut:
a) Lahan
Perubahan tata guna tanah akibat kegiatan penambangan dan penyerapan lahan
serta pembangunan fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan kapasitas air tanah
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kuantitas air sungai di sekitarnya.
b) Air
Kualitas air menurun karena limbah cair[147] dari pabrik dalam bentuk minyak
dan sisa air dari kegiatan penambangan. Kemudian menimbulkan lahan kritis
yang mudah terkena erosi dan pendangkalan dasar sungai[148], yang akhirnya
akan menimbulkan banjir pada musim hujan. Kuantitas air atau debit air menjadi
berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan akan mengakibatkan
penyerapan air tanah menipis. Sungai menjadi kering pada musim kemarau dan
banjir pada musim hujan karena tanah tidak lagi mampu menyerap air.
c) Udara
Debu yang terlihat dikawasan pabrik dalam bentuk kabut dan kepulan debu[149]
menimbulkan pencemaran udara. Suhu udara disekitar pabrik meningkat[150].
Gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara
berupa gas CO, CO2, SO3 dan gas lainnya yang mengandung hidrokarbon serta
belerang.
4. Djwantoro Hardjito (Abu Terbang Solusi Pencemaran Semen) – Semen
Geopolimer
Dalam produksi satu ton semen Portland, akan dihasilkan sekitar satu ton gas karbon
dioksida yang dilepaskan ke atmosfer. Dari data tahun 1995, jumlah produksi semen
di dunia tercatat 1,5 miliar ton. Hal ini berarti industri semen melepaskan karbon
dioksida sejumlah 1,5 miliar ton ke alam bebas. Menurut International Energy
Authority: World Energy Outlook, jumlah karbon dioksida yang dihasilkan tahun
1995 adalah 23,8 miliar ton. Angka itu menunjukkan produksi semen portland
menyumbang tujuh persen dari keseluruhan karbon dioksida yang dihasilkan berbagai
sumber. Pada tahun 2010, diperkirakan total produksi semen di dunia mencapai angka
2,2 miliar ton.
Pembuatan semen geopolimer dapat mereduksi hingga 80 persen jumlah karbon
dioksida yang dihasilkan dari proses pembuatan semen biasa (semen Portland).
Bahkan para peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, di bawah pimpinan Prof.
J Van Deventer mengemukakan hasil riset mereka bahwa beton geopolimer dapat
dimanfaatkan untuk memasung (‘immobilise’) bahan-bahan berbahaya yang
mengandung radioaktif maupun bahan-bahan beracun lain, seperti tailing.
Kenyataan bahwa semen geopolimer dapat diproduksi dari bahan-bahan buangan atau
limbah industri, mengurangi emisi karbon dioksida secara amat signifikan, memiliki
sifat keawetan unggul dan mampu memasung bahan-bahan beracun,
mengukuhkannya sebagai material konstruksi masa depan.
5. Rosmiati Anas (Eksploitasi Sumber Daya Alam Pt. Semen Bosowa Maros dalam
Tinjauan Sosiologi Lingkungan)
Ibu Dg. Jenne selaku masyarakat bahwa: “Disini dampaknya pencemaran udara
seperti debu,getaran pada saat peledakan terjadi, di situlah timbul juga penyakit sepeti
asma, bersin-bersin dan batuk” (hasil wawancara 2 agustus 2018).
6. Rasdiana Rahma Nur, Firda Dwi Hartanti, dan Juwari Purwo Sutikno (Studi
Awal Desain Pabrik Semen Portland dengan Waste Paper Sludge Ash Sebagai
Bahan Baku Alternatif)
Konsumsi batu kapur meningkat dari tahun 2012 ke tahun 2013. Batu kapur sebagai
konsumsi nasional banyak digunakan untuk produksi semen dan kapur, produksi
ornamen, produksi barang gelas, dan sebagainya. Dari rincian tersebut, penggunaan
batu kapur untuk produksi semen merupakan penggunaan yang terbanyak hingga
87,4% dari konsumsi total yaitu sebesar 5.047.263,31 ton.
9. Adinda Noer Khalizah, Mirna Apriani, Ahmad Erlan Afiuddin (Life Cycle
Assessment Emisi ke Udara pada Proses Pembakaran di KilnPT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban)
Sejak tahun 2013 kapasitas produksi PT.Semen Indonesia yang berada di
Kabupaten Tuban naik dari 12 juta ton per tahun menjadi sebesar 15 juta ton per
tahun.
ndustri semen merupakan antropogenik potensi polusi udara diantaranya debu,
nitrogen oksida (NO2), sulfur oksida (SOx), dan karbon monoksida (Faridah,
2011). Industri semen menghasilkan debu dari stock pile, penggalian,
pengangkutan bahan baku, kiln, pendinginan klinker, dan penggilingan (Nur,
Hartanti, dan Sutikno 2015). Zat-zat pencemar lainnya seperti karbon monoksida,
sulfur oksida, dan nitrogen oksida dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dan
pencampuran material bahan baku (Haryanto, 2015). Pencemaran udara secara
langsung atau pun tidak, turut berpengaruh terhadap penurunan kualitas kesehatan
masyarakat maupun terhadap kondisi iklim global.