Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“Diagnosis Gangguan Jiwa Depresi dan Demensia”

OLEH :

2A

Kelompok 3

Ella Angelina (203110128)

Monalisa Alya Putri (203110136)

Rahayu Marfira (203110146)

Vina Vepbryanti (203110159)

Wanda Dwi Putri (203110160)

Dosen Pembimbing :

Renidatyati, M.Kep. Sp. Jiwa

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan karunia-Nya
kepada kita sehingga sampai hari ini penulis masih diberi rahmat kemudahan untuk selalu
terbuka akal pikiran, mata, dan hati dalam rangka mencari ilmu, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa di tingkat
2.A semester genap tahun pelajaran 2021 / 2022 .

Makalah ini berisi tentang Diagnosis Gangguan Jiwa Depresi dan Demensia yang dapat
menambah wawasan bagi si pembaca. Penulis yakin karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan ibarat “ tiada gading yang tak retak ’’. Oleh karena itu, mohon kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini.

Dan penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kalangan siapapun dan
menambah wawasan bagi yang membaca.

Padang, 16 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..... ii

DAFTAR ISI …………......……………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………..........…………………………..….….... 4


B. Rumusan Masalah ……………………………..….....………………..…………....... 5
C. Tujuan Penulisan ………………………………….....………..………………........... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Depresi ......................................................................................................................... 6
B. Demensia ................................................................................................................... 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………..................................... 25
B. Saran ……………………………………………………………............................... 25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 26


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan depresi adalah jenis jenis penyakit gangguan jiwa yang sering terjadi di
masyarakat. Prevalensi gangguan depresi di Indonesia ada sebanyak 11,60% dari jumlah
penduduk di Indonesia sekitar 24.708.000 jiwa (Depsos, 2012) dan 50 persen terjadi pada
usia 20 – 50 tahun (Depkes, 2007). Perempuan dua kali lipat beresiko mengalami depresi
dibandingkan laki – laki, hal ini diperkirakan adanya perbedaan hormon, pengaruh
melahirkan, dan perbedaan stresor psikososial (Ismail dan Siste, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), gangguan depresi menempati urutan
ke empat penyakit di dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan depresi akan menempati
urutan ke dua untuk beban global penyakit tidak menular (Fadilah, 2011). Menurut data
Badan Kesehatan Dunia meningkatnya depresi yang tidak dapat dikendalikan dapat
menyebabkan banyak orang untuk bunuh diri karena tidak mampu menghadapi beban
hidup. Dan untuk mereka yang masih mampu bertahan hidup, akan mengalami
keterbelakangan mental ( Depsos, 2012).
Di Indonesia gambaran besarnya masalah kesehatan jiwa, baik anak-anak maupun
dewasa, dapat dilihat dari Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT ) tahun 1995 yang
dilakukan oleh Badan Litbangkes Depkes RI dengan menggunakan sampel susenas –
BPS ( Badan Pusat Statistik ) terhadap 65.664 rumah tangga. Temuannya menunjukkan
bahwa prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga adalah 140 orang
menderita gangguan mental emosional. Prevalensi diatas 100 per 1000 anggota rumah
tangga dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang penting (priority public
health problem) (Depkes, 2007).
Demensia adalah salah satu penyebab utama kecacatan dan ketergantungan
diantara orang dengan lanjut usia diseluruh dunia. Hal ini luar biasa tidak hanya untuk
orang-orang yang mengalami demensia, tetapi juga untuk pengasuh dan keluarga mereka.
Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang demensia mengakibatkan stigmatisasi dan
hambatan untuk diagnosis dan perawatan. Dampak demensia pada pengasuh, keluarga
dan masyarakat dapat bersifat fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep depresi ?
2. Apa itu konsep demensia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep depresi.
2. Untuk mengetahui konsep demensia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Depresi
1. Pengertian
Depresi adalah keadaan emosional individu dengan perasaan sedih, putus asa,
selalu merasa bersalah, dan tidak ada harapan lagi secara berlebihan tanpa ada bukti-
bukti yang rasional.
Menurut WHO (World Health Organization, 2010), Depresi adalah gangguan
mental serius yang ditandai dengan perasaan sedih dan cemas. Beberapa gangguan
tersebut biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi juga bisa berkelanjutan
yang dampaknya dapatmempengaruhi aktivitas sehari-hari
Menurut Davison, depresi adalah kondisi emosional yang biasanya ditandai
dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah. Menarik diri
dari orang lain, dan tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan
minat serta kesenangan dalam beraktivitas yang biasa dilakukan.

2. Etiologi
a. Faktor Fisik
1) Faktor genetic
Seseorang yang tidak akan menderita depresi hanya karena ibu, ayah, atau
saudara menderita depresi, tetapi risiko terkena depresi meningkat. Gen lebih
berpengaruh pada orang-orang yang punya periode dimana mood mereka tinggi
dan mood rendah atau gangguan bipolar. Tidak semua orang bias terkena depresi,
bahkan jika ada depresi dalam keluarga, biasanya diperlukan suatu kejadian hidup
yang memicu terjadinya depresi.
2) Susunan kimia otak dan tubuh
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang besar
dalam mengendalikan emosi kita. Hormone noradrenalin berperan mengendalikan
orak dan aktivitas tubuh, tampaknya berkurang pada mereka yang mengalami
depresi. Pada wanita, perubahan hormone dihubungkan dengan kelahiran anak
dan menopause serta meningkatkan risiko terhjadinya depresi.
3) Faktor usia
Remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi karena diusia tersebut
terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari
masa anak-anak ke masa remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah
atau bekerja, serta masa pubertas hingga ke pernikahan.
4) Gender
Wanita 2 kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi daripada pria karena
wanita lebih sering mengakui adanya depresi daripada pria dan dokter lebih cepat
mengenali depresi pada wanita.
5) Gaya hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit, seperti
penyakit jantung juga dapat memicu stress dan depresi.
6) Penyakit fisik
Penyait fisik dapat menyebabkan penyakit. Perasaan terkejut mengetahui kita
memiliki penyakit serius dapat mengarahkan hilangnya kepercayaan diri dan
penghargaan diri juga depresi.
7) Obat-obatan
Beberapa obat-obat untuk pengobatan dapat menyebabkan depresi. Namun
bukan berarti obat tersebut menyebabkan depresi dan menghentikan pengobatan
dapat lebih berbahaya daripada depresi.
8) Obat-obatan terlarang
Obat-obatan terlarang terbukti dapat menyebabkan depresi karena
mempengaruhi kimia dalam otak dan menimbulkan ketergantungan.
9) Kurangnya cahaya matahari
Individu baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi depresi ketika
musim dingin, disebut menderita Seseonal Affective Disorder (SAD).
b. Factor Psikologis
1) Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian mempengaruhi tinggi rendahnya depresi yang
dialami serta kerentanan terhadap depresi, yaitu yang memiliki konsep diri serta
pola pikir negative, pesimis, juga tipe kepribadian introvert.
2) Pola pikir
Sesorang yang merasa negative mengenai diri sendiri rentan terkena depresi.
3) Harga diri
Rendahnya harga diri pada remaja mempengaruhi seorang remaja untuk
terserang depresi. Ketidakmampuan untuk menghadapi secara positif situasi
social dapat menyebabkan rendahnya self-esteem yang mengakibatkan depresi
yang nantinya menyebabkan ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain
dan diterima dalam kelompok sosial yang menyebabkan perasaan rendahnya self
esteem.
4) Stres
Depresi dapat diakibatkan oelh adanya peristiwa-peristiwa negative yang
menyebabkan perubahan, pengalam penuh stress yang ekstrem, seperti : bencana
alam, perang, kematian, pertengkaran, dll.
5) Lingkungan keluarga
Kehilangan orang tua ketika masih anak-anak juga mempengaruhi terjadinya
depresi.
6) Penyakit jangka panjang
Ketidaknyamanan, ketidakmampuan, ketergantungan, dan ketidakamanan
dapat membuat seseorang cenderung menjadi depresi.

c. Faktor Sosial
1) Kejadian tragis, misal : kehilangan seseorang
2) Paska bencana
3) Melahirkan
4) Masalah keuangan
5) Ketergantungan terhadap narkoba atau alkohol
6) Trauma masa kecil
7) Terosilasi secara sosial
8) Faktor usia dan gender
9) Tuntutan dan peran sosial, misal : untuk tampil baik.

3. Tanda dan Gejala


Menurut Departemen Kesehatan RI. (dalam PPDGJ III, 1993) membagi depresi
dalam dua bentuk gejala utama dan gejala lainnya dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Gejala utama meliputi:
1) Perasaan depresif atau perasaan tertekan.
2) Kehilangan minat dan semangat.
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.

b. Gejala lain meliputi:


1) Konsentrasi dan perhatian berkurang.
2) Perasaan bersalah dan tidak berguna.
3) Tidur terganggu.
4) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
5) Perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri.
6) Pesimistik.
7) Nafsu makan berkurang.

4. Simtom-Simtom Depresi
a. Simtom emosional, seperti perubahan suasana hati yang spesifik berupa kesedihan
yang mendalam, perasaan sendiri dan apatis
b. Simtom kognitif, seperti pandangan negatif terhadap diri sendiri, pengalaman dan
masa depannya
c. Simtom motivasional, seperti tidak adanya keinginan untuk melakukan berbagai
aktivitas.
d. Simtom perilaku, seperti penurunan aktivitas dan minat.
e. Simtom vegetatif, seperti kehilangan nafsu makan dan insomnia.
5. Patofisiologi
a. Hipotesis Amina Biogenik, menyatakan depresi disebabkan menurunnya atau
berkurangnya norepinefrin (NE), serotonin (5-HT) dan dopamine (DA) dalam otak.
b. Hipotesis Sensitivitas Reseptor, yaitu perubahan patologis pada reseptor yang
dikarenakan terlalu kecilnya stimulasi oleh monoamine dapat menyebabkan depresi.
c. Hipotesis Desregulasi, tidak beraturannya neurotransmiter sehingga terjadi gangguan
depresi dan psikiatrik.

6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Depresi


a. Usia
Rata-rataa usia onset untuk gangguan depresi berat adalah kira-kira 40 tahun dan
50% dari pasien memiliki onset antara usia 20-50 tahun.
b. Jenis kelamin
Terdapat prevalensi gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar pada wanita
dibandingkan pria karena rendahnya kesehatan maternal.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan berkaitan dengan kesehatan fisik yang baik. Lansia yang
hanya menamatkan pendidikan dasar memiliki risiko terhadap depresi.
d. Status pernikahan
Gangguan depresi berat terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki
hubungan interpersonal yang erat atau tercerai atau berpisah.

7. Diagnosis dan Klasifikasi Depresi


Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa–III yang menganut
klasifikasi WHO : ICD - X , episode depresi (F.32) dapat diklasifikasikan menjadi 4
kelompok :
a. Episode Depresi Ringan (F.32.0)
1) Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresi ditambah
sekurang – kurangnya 2 dari 3 gejala lainnya.
2) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
3) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu.
4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya

b. Episode depresi Sedang (F.32.1)


1) Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresi ditambah
sekurang – kurangnya 3 gejala lainnya.
2) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
3) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu.
4) Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga (PPDGJ, 2013)
c. Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik (F.32.2)
1) Semua 3 gejala utama gangguan depresi harus ada ditambah sekurang –
kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas
berat.
2) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka penderita mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara
menyeluruh terhadap episode gangguan depresi berat masih dapat dibenarkan.
3) Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu,
akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu.
4) Sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau rumah tangga kecuali pada tarif yang sangat terbatas

d. Episode Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik (F.32.3)


1) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F.32.2 disertai waham,
halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan
atau malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa bertanggung jawab atas
hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina
atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor
yang berat dapat menuju pada stupor
2) Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek (mood congruent)

8. Resiko yang Ditimbulkan Akibat Depresi


a. Bunuh Diri
Orang yang menderita depresi memiliki perasaan kesepian, ketidakberdayaan dan
putus asa. Sehingga mereka mempertimbangkan membunuh dirinya sendiri.
b. Gangguan Tidur
Insomnia ataupun hypersomnia, Gangguan tidur dan depresi biasanya cenderung
muncul bersamaan. Setidaknya 80% dari orang yang menderita depresi mengalami
insomnia atau kesulitan untuk tidur. !5 % mengalami depresi dengan tidur yang
berlebihan. Kesulitan tidur dianggap sebagai gejala gangguan mood.
c. Gangguan Interpersonal
Individu yang mengalami depresi cenderung mudah tersinggung, sedih yang
berkepanjangan sehingga cenderung menarik diri dan menjauhkan diri dari orang
lain. Terkadang menyalahkan orang lain. Hal ini menyebabkan hubungan dengan
orang lain maupun lingkungan sekitar menjadi tidak baik.
d. Gangguan dalam pekerjaan
Depresi meningkatkan kemungkinan dipecat atau penderita sendiri yang
mengundurkan diri dari pekerjaan ataupun sekolah. Orang yang menderita depresi
cenderung memiliki motivasi yang menurun untuk melakukan aktivitas ataupun minat
pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Gangguan pola makan
Depresi dapat menyebabkan gangguan pola makan atau sebaliknya gangguan pola
makan juga dapat menyebabkan depresi. Pada penderita depresi terdapat dua
kecenderungan umum menegenai pola makan yang secara nyata mempengaruhi berat
tubuh yaitu :
1) Tidak selera makan
2) Keinginan makan-makanan yang manis bertambah
f. Perilaku-perilaku merusak
Beberapa orang yang menderita depresi memiliki perilaku yang merusak seperti,
agresivitas dan kekerasan, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkhohol, serta
perilaku merokok yang berlebihan.

9. Macam Depresi
a. Major Depressive Disorder (MDD)
MDD ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilangan kemampuan untuk
menikmati aktivitas yang biasa dilakukan, bersama dengan minimal 4 (empat) dari
gejala di bawah ini :
1) Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit untuk tertidur,
sering terbangun)
2) Kekakuan motorik
3) Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastic atau sebaliknya makan
berlebihan sehingga berat badan meningkat drastis.
4) Kehilangan energy, lemas, tidak bersemangat, tidak tertarik melakukan apapun
5) Merasa tidak berharga
6) Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat keputusan
7) Muncul pikiran tentang kematian berulang kali atau bunuh diri

Gejala-gejala ini muncul hamper sepanjang hari, setiap hari, selama minimal 2
(dua) minggu dan bukan dikarenakan kehilangan yang wajar, misalnya karena
suami/istri meninggal. MDD sering disebut masyarakat umumdengan istilah depresi.

b. Dysthymic Disorder (Gangguan Distimik/Distimia)


Merupakan gangguan depresi yang kronis. Individu yang didiagnosis mengalami
distimik mengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari minimal 2 (dua)
tahun. Jadi, dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, separuh dari waktu tersebut individu
ini mengalami kondisi depresif, minimal mengalami 2 (dua) gejala di bawah ini :
1) Kehilangan nafsu makan atau sebaliknya
2) Tidur terlalu banyak/terlalu sedikit
3) Merasa diri tidak berharga
4) Kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan
5) Mersa kehilangan harapan

Gejala tidak tampak jelas lebih dari 2 (dua) bulan. Tidak ada episode MDD
selama 2 tahun pertama gejala muncul. Gejala yang dialami lebih ringan daripada
MDD namun dengan waktu yang lebih lama.

10. Penatalaksanaan Obat / Terapi


a. Terapi Non Farmakologi
1) Psikoterapi : adalah terapi pengembangan untuk menghilangkan atau mengurangi
keluhan-keluhan serta mencegah kambuhnya gangguan polaperilaku maladaptif.
Teknik Psikoterapi tersusun seperti teori terapi tingkah laku, terapi
interpersonal, dan terapi untuk pemecahan sebuah masalah.
2) Elektro convulsive Theraphy (ECT) : adalah terapi dengan mengalirkan arus listrik
ke otak untuk kasus depresi berat yang berisiko bunuh diri. Terapi ECT terdiri dari 6-
12 treatment dan tergantung tingkat keparahan pasien.

b. Terapi Farmakologi
Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk memperbaiki perasaan (mood)
yaitu dengan meringankan atau menghilangkan gejala keadaan murung karena
keadaan sosial, ekonomi, penyakit, dan obat-obatan.
1) Selective serotonin Reuptake Inhibitor
Merupakan obat antidepresan yang mekanisme kerjanya menghambat
pengambilan serotonin yang telah disekresikan dalam sinap (gap antar neuron),
sehingga kadar serotonin dalam otak meningkat.
2) Antidepresan Trisiklik (TCA)
Merupakan antidepresan yang mekanisme kerjanya menghambat
pengambilan kembali amin biogenik seperti norepinerin (NE), Serotonin (5– HT)
dan dopamin didalam otak, karena menghambat ambilan kembali
neurotransmitter yang tidak selektif,sehingga menyebabkan efek samping yang
besar.
3) Serotonin /Norepinephrin Reuptake Inhibitor (SNRI)
Mekanisme kerjanya mengeblok monoamin dengan lebih selektif daripada
antidepresan trisiklik, serta tidak menimbulkan efek yang tidak ditimbulkan
antidepresan trisiklik.
4) Antidepresan Aminoketon
Adalah antidepresan yang memiliki efek yang tidak begitu besar dalam
reuptake norepinefrin dan serotonin.
5) Antidepresan Triazolopiridin
Merupakan obat antidepresan golongan triazolopiridin yang memiliki aksi
ganda pada neuron seratonergik. Mekanisme kerjanya bertindak sebagai antagonis
5 – HT2 dan penghambat 5 – HT, serta dapat meningkatkan 5 – HT1A
6) Antidepresan Tetrasiklik
Mirtazapin adalah satu – satunya obat antidepresan golongan tetrasiklik.
Mekanisme kerjanya sebagai antagonis pada presinaptic α2 – adrenergic
autoreseptor dan heteroreseptor, sehingga meningkatkan aktivitas non adrenergik
dan seratonergik
7) Mono Amin Oxidase Inhibitor ( MAOI )
Adalah suatu enzim komplek yang terdistribusi didalam tubuh, yang
digunakan dalam dekomposisi amin biogenik (norepinefrin, epinefrin, dopamin,
dan serotonin).

c. Terapi Tambahan
1) Mood Stabilizer
a) Lithium digunakan sebagai mood stabilizer pada pasien yang tidak memberikan
respon terhadap pemberian monoterapi antidepresan.
b) Lomotrigin adalah antikonvulsan yang mereduksi glutamateric dan juga sebagai
agen terapi tambahan pada depresi mayor dan juga untuk terapi dan pencegahan
relapse pada depresi bipolar
c) Valproic acid, divalproex dan Carbamazepin ini semua digunakan untuk terapi
mania pada bipolar disorder.
2) Antipsikotik
Untuk meningkatkan efek antidepresan. Ada 2 macam :
a) Typical antipsikotik : bekerja memblok dopamine D2 reseptor. Mis :
Chorpromazine, Fluphenazine,dan Haloperidol
b) Atypical antipsikotik : untuk terapi pada depresi mayor resisten. Mis :clozapine,
olanzapine, dan aripripazole.

11. Pencegahan Depresi


a. Bersikap realistis terhadap apa yang kita harapkan dan apa yang bisa kita lakukan.
b. Tidak menyalahkan diri sendiri atau orang lain saat kita melakukan suatu kesalahan
atau mengalami kegagalan.
c. Tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain ataupun kehidupan orang lain.
d. Pikirkan untuk menyimpan keputusan besarsampai sembuh dari depresi, seperti
menikah, bercerai, tentang pekerjaan atau sekolah. Bicarakanlah dengan teman,
professional (psikolog, konselor atau psikiater)atau orang yang kita sayangi atau kita
anggap mampu membantu untuk melihat gambaran besarnya.
e. Dukungan keluarga, social dengan mengatakan jika kita mengalami masalah atau
sedang mengalami depresi.
f. Rutin lakukan olahraga dan kegiatan outdoor
g. Tidak terlalu menyesali suatu kejadian, bersikap tenang dan tidak mudah marah
h. Bangunlah harga diri dan mencoba bersikap dan berpikir positif.
i. Tidak menyendiri, menjauhi diri dari pergaulan, lebih bersosialisasi, melakukan
aktivitas dengan lingkungan sekitar
j. Lebih religious, mendekatkan diri kepada Tuhan YME

B. Demensia
1. Pengertian
Demensia adalah suatu gangguan organik yang biasanya diakibatkan oleh proses
degeneratif yang progresif yang mengenai fungsi kognitif. Demensia merupakan
sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif (biasanya tanpa
gangguan kesadaran) yang mempengaruhi kepribadian pasien.
Demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegenerative yang timbulkarena
adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengangangguan fungsi
luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai denganberburukan kontrol emosi,
perilaku, dan motivasi
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke III (PPDGJ –III)
menyatakan bahwa demensia merupakan suatu sindrom yang diakibatkan oleh
penyakit atau gangguan otak yang biasanya bersifat kronikprogresif dimana terdapat
gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel(multiple higher cortical function)
termasuk di dalamnya daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap
(comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai
(judgement). Demensia umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan
kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi
hidup.

2. Etiologi
a. Penyebab demensia yang reversible
1) Drugs (obat)
Misalnya obat sedative, obat penenang, obat anti konvulsan, obat anti
hipertensi, obat anti aritmia. Semua obat memiliki efek samping yang potensial
misalnya depresi, disorientasi, dan demensia, termasuk obat yang kita kira tidak
berbahaya seperti penghilang rasa sakit, obat batuk dan obat pencahar.
2) Emotional (emosional)
Gangguan emosional misalnya depresi. Riwayat pasien yang mendukung
demensia adalah kerusakan bertahap seperti tangga (stepwise) misalnya depresi
yang menyebabkan kehilangan memori dan kesukaran membuat keputusan diikuti
oleh periode yang stabil dan kemudian akan menurun lagi. Awitan dapat perlahan
atau mendadak.
3) Metabolic dan endokrin
Misalnya adalah diabetes melitus, hipoglikemia, gangguan tiroid,
gangguan elektrolit. Komplikasi diabetes mellitus tipe 2 menyebabkan terjadinya
perubahan dan gangguan di berbagai sistem, termasuk sistem saraf pusat, dan hal
ini berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif.
4) Eye and ear
Disfungsi mata dan telinga.
5) Nutritional
Kekurangan vitamin B6 (pellagra), vit B1 (sindrom wernicke), vitamin
B12 (anemia pernisiosa), asam folat dan asam lemak omega-3. Kekurangan asam
lemak omega-3 dapat meningkatkan risiko penurunan kognitif yang berkaitan
dengan usia atau demensia. Para ilmuan percaya bahwa asam lemak omega-3
DHA adalah perlindungan terhadap penyakit demensia.
6) Tumor dan trauma
Tumor otak terutama tumor metastatik (dari payudara dan paru) dan
meningioma akan mengganggu keseimbangan antara neurotransmitter di otak
7) Infeksi
Ensefalitis oleh virus misalnya herpes simplek, bakteri misalnya
pneumococcus, TBC, parasit, fungus, abses otak, neurosifilis. Penyebab demensia
terkait infeksi adalah semua agen penyebab infeksi pada SSP dapat secara tunggal
atau bersama-sama menyebabkan terjadinya infeksi dengan memanfaatkan faktor
virulensi yang dimilikinya. Dengan faktor virulensi tersebut, agen infeksi mampu
menginduksi respon inflamasi di otak dengan akibat terjadinya proses
neurodegenerasi, suatu proses yang mengakibatkan terjadinya demensia.
8) Arterosklerosis
Komplikasi penyakit arterosklerosis adalah infark miokard dan gagal
jantung. Jantung dan paru-paru berhubungan dengan berat ringannya kekurangan
oksigen di otak. Kekurangan oksigen ini pada gilirannya dapat menyebabkan
episode akut kebingungan dan dapat menyebabkan demensia kronis.

b. Penyebab demensia yang non reversible


1) Penyakit degenerative
Misalnya penyakit alzheimer, penyakit huntington, kelumpuhan
supranuklear progresif, penyakit parkinson.
2) Penyakit vaskuler
Misalnya penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia multi-infark),
embolisme serebral, arteritis, anoksia sekunder akibat henti jantung, gagal
jantung.
3) Demensia traumatic
Misalnya perlukaan kranio-serebral, demensia pugi-listika.

3. Tanda dan Gejala


a. Gejala awal : Kinerja mental menurun, fatique, mudah lupa, gagal dalam tugas.
b. Gejala lanjut : Gangguan kognitif, gangguan afektif, gangguan perilaku.
c. Gejala umum : Mudah lupa, ADL terganggu, disorientasi, cepat marah, kurang
konsentrasi, resiko jatuh.

4. Patofisiologi
Patofisologi demensia masih belum diketahuisecara pasti, namun diperkirakan
terjadi berbagai proses molekular yang menyebabkan hilangnya hubungan
sinaps, kematian dan disfungsi sel otak, gliosis, serta inflamasi. Mekanisme
molekular yang dimaksud adalah proteinopati.
Pada demensia, terbentuk protein abnormal di otak, misalnya amilod beta dan
protein tau pada penyakit alzheimer. Selain itu, badan lewy dapat ditemukan pada
penyakit bada lewy dan parkinson, sedangkan prion ditemukan pada penyakit
creutfeldt-jacob (sapi gila).

5. Faktor Resiko Demensia


a. Udara
Faktor resiko lingkungan di udara menyebabkan terjadinya demensia, disebabkan
tingginya kadar nitrogen oksidan, asap tembakau terbukti terkait dengan resiko
demensia akibat paparan lingkungan, asap tembakau dirumah, kantor dan di tempat
kerja dan tempat lainnya. Durasi paparan serta memperkirakan kumulatif eksposur.
b. Alumunium
Tingkat konsumsi aluminium dalam air minum lebih dari 0,1 mg per hari
dikaitkan dengan resiko demensia.
c. Pekerjaan
Orang dengan pekerjaan yang terlalu sering terkena kebisingan atau radiasi resiko
terjadinya demensia.
d. Vitamin D
Orang yang kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan resiko dan
pengembangan penyakit demensia.

6. Klasifikasi
a. Demensia Alzheimer
Penyakit ini secara perlahan merampas kecerdasan, keawasan, dan bahkan
kemampun penderitanya untuk mengontrol fungsi tubuh mereka dan akhirnya
membunuh mereka. Resikonya meningkat dengan pesat seiring dengan usia.
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif
2) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia,
gangguanfungsi eksekutif
3) Tidak mampu mempelajari/mengingat informasi baru
4) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan)
5) Kehilangan inisiatif
b. Demensia Fronto-Temporal
Disebabkan oleh atrofi otak. Penyakit ini terutama timbul antarausia 45-65 tahun.
Disinhibisi (diantaranya kekerasan), apati dan sedikit berbicara dengan keterampilan
yang berhubungan ruang serta ingatan yang relatif normal bisa membantu untuk
membedakan secara klinis penyakit ini dengan demensia Alzheimer. Perubahan
kepribadian, disinhibisi, peningkatan berat badan, atauobsesi terhadap makanan
mengarah pada frontotemporal demensia, bukanpenyakit Alzheimer.
c. Demensia Lewybody
Demensia lewybody adalah bentuk demensia dengan karakteristik Alzheimer dan
penyakit Parkinson. Gejala demensia lewybody dapat berbeda pada awalnya.Kadang
diawali dengan gangguan gerakan yang terlihat seperti Parkinson, tapi kemudian
mereka mengembangkan gejala demensia. Terkadang terdapat gangguan memori
yang tampak seperti Alzheimer pada awalnya, tapi mereka kemudian
mengembangkan halusinasi dan masalah perilaku lainnya.
d. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan
setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia. Tanda-
tanda neurologis fokal seperti :
1) Peningkatan reflek tendon dalam
2) Kelainan gaya berjalan
3) Kelemahan anggota gerak

7. Kriteria Derajat Demensia


a. Ringan : Walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial, kapasitas
untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan penilaian umum yang
baik.
b. Sedang : Hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas.
c. Berat : Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak berkesinambungan,
inkoheren

8. Stadium Demensia
a. Stadium I (Stadium Amnestik)
Berlangsung selama 2-4 tahun dengan gejala yang timbul antara lain gangguan
pada memori, berhitung, dan aktivitas spontan menurun. Fungsi memori yang
terganggu bisa menyebabkan lupa akan hal baru yang dialami, kondisi seperti ini
tidak mengganggu aktivitas rutin dalam keluarga.
b. Stadium II (Stadium Demensia)
Berlansung selama 2-10 tahun dengan gejala yang dialami seperti disorintasi,
gangguan bahasa, mudah bingung, dan penurunan fungsi memori lebih berat sehingga
penderita pada stadium ini tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, mengalami
gangguan visuospasial, tidak mengenali anggota keluarganya, tidak ingat sudah
melakukan tindakan sehingga mengulanginya lagi, mengalami depresi berat sekitar
15-20%.
c. Stadium III
Pada stadium ini berlangsung sekitar 6-12 tahun dengan gejala yang ditimbulkan
penderita menjadi vegetatif, kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain,
membisu, daya ingat intelektual srta memori memburuk sehingga tidak mengenal
keluarganya sendiri, tidak bisa mengendalikan buang air besar maupun kecil.
Menyebabkan trauma kematian atau akibat infeksi.

9. Tahapan Demensia
a. EarlyStage
Lansia yang mengalami Demensia dimulai secara bertahap sehingga akan sulit
mengenali persis kapan gejala dimulai. Dalam tahap ini penderita mengalami
kehilangan memori jangka pendek, menjadi depresi dan sering agresif, menjadi
disorientasi pada waktu, menjadi kehilangan keakraban dengan sekitarnya,
menunjukan kesulitan dalam berbahasa, kurangnya inisiatif dan motivasi, hilangnya
minat dan hobi serta aktifitas.
b. MiddleStage
Dalam tahap ini, gajala yang cukup jelas terlihat dan mengganggu pekerjaan,
sosialisasi serta kegiatan sehari-hari adalah menjadi sangan pelupa terutama kejadian
baru yang dialami, kesulitan melakukan pekerjaan rumah tangga, kesulitan
menemukan kata yang tepat untuk diungkapkan, mudah berpergian dan tidak dapat
kembali ketmpat asal, mendengar dan melihat sesuatu yang tidak ada, tidak bisa
mengatur dirinya sendiri dan bergantung pada orang lain.
c. LateStage
Pada tahan ini tahap akhir, pasien akan kehilangan fungsi serta lebih
ketergantungan pada orang lain seprtisusah untuk makan, sulit untuk berbicara, tidak
dapat mengenali orang atau obyek, berada di kursi roda ataupun tempat tidur,
kesulitan berjalan, memiliki inkontenesia bowel dan urinary, kesulitan mengerti dan
mengiterpretasikan kejadian.

10. Diagnosis
Perkembangan defisit kognitif multiple yang dimanifestasikan baik :
a. Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru dan
untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya).
b. Satu ( atau lebih) gangguan kognitif berikut : afasia (gangguan bahasa), apraksia
(gangguan kemampuan aktivitas motorik walaupun fungsi motorik adalah utuh),
agnosia (kegagalan mengenali/mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik
adalah utuh),gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu merencanakan.
Mengorganisasikan, mengurutkan dan abstrak), defisist tidak terjadi semata-mata
selama perjalanan delirium.

11. Pengukuran Demensia


Ada beberapa tes yang dapat membantu mendiagnosis demensia, misalnya Mini
Mental State Examination (MMSE). Kriteria diagnostik untuk demensia, yaitu:
a. Kemampuan intlektual menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan
dan lingkungan.
b. Defisit kognitif selalu melibatkan memori, biasanya didapatkan kemampuan berpikir
abstrak, menganalisis masalah, pertimbangan terganggu, dan perubahan kepribadian.
c. Sadar saat melakukan wawancara dengan mewancarai penderita, ada beberapa yang
dapat ditelusuri seperti waktu menanyakan nama, alamat, pekerjaan, umur, tanggal
lahir dan riwayat penyakit. Dengan pernyataan ini dapat memperoleh kesan mengenai
memori, kelancaran bahasa, dan mengucapkan kata-kata. Dapat juga menanyakan
apakah responden merasa tidak sehat, mengalami kekurangan, apakah responden
menyadari penderitaannya.
Kuesioner MMSE ini terdapat beberapa pernyataan tentang ingatan. Masing-
masing pertanyaan mempunyai nilai 0 sampai 5. Kategori demensia normal responden
harus mempunyai nilai 24-30, kategori probable gangguan kognitif mempunyai nilai 17-
23, dan untuk kategori definite mempunyai nilai 0-16.

12. Penatalaksanaan Obat / Terapi


a. Penguat kognisi
Penguat kognisi bekerja melalui 2 cara yang berbeda. Kolinesterase Inhibitor
(AChEI) bekerja dengan meningkatkan kadar asetilkolin di otak untuk
mengkompensasi hilangnya fungsi kolinergik. Mekanisme lain adalah dengan
stimulasi terus-menerus pada reseptor NMDA. Obat yang digunakan antara lain:
donepezil, memantine, rivastigmin, galantamin, dan AChEIs.
b. Terapi untuk behavioural and psychological symptoms of dementia (BPSD)
Obat antipsikotik digunakan secara off label untuk pasien demensia. Obat yang
digunakan antara lain : risperidon, haloperidol, onlanzapin, dan quetiapine.
c. Terapi depresi dan gangguan mood
Berdasarkan review sistematik yang meliputi Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRIs) dan Tricycyclic antidepressants (TCAs), antidepresan bermanfaat
dalam mengurangi episode depresi dan memperbaiki fungsi secara umum. Obat yang
digunakan antara lain : valproate, carbamazepine, dan obat golongan antidepresan.
d. Terapi kombinasi
Sediaan obat golongan inhibitor kilonesterase dan antagonis NMDA bekerja
melalui mekanisme yang bebeda, sehingga terapi kombinasi keduanya diharapkan
dapat memberikan efek adiktif. Terapi kombinasi yang telah diteliti berupa kombinasi
antara obat golongan inhibitor kolinesterase dengan memantin, SSRI, vitamin
supplemen maupun dengan modalitas terapi intervensinon-farmakologi. Obat yang
digunakan antara lain : kombinasi AChEIs dengan memantine, kombinasi AChEIs
dengan SSRI, kombinasi AChEIs dengan vitamin supplemen, dan kombinasi AChEIs
dengan intervensi non-farmakologi.
e. Terapi alternatif/komplimenter
Obat yang digunakan pada terapi ini antara lain : ginkgo biloba, asam
lemakomega-3, asam folat dan vitamin B, dan vitamin E.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Depresi adalah keadaan emosional individu dengan perasaan sedih, putus asa,
selalu merasa bersalah, dan tidak ada harapan lagi secara berlebihan tanpa ada bukti-
bukti yang rasional.
Demensia adalah suatu gangguan organik yang biasanya diakibatkan oleh proses
degeneratif yang progresif yang mengenai fungsi kognitif. Demensia merupakan
sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif (biasanya tanpa gangguan
kesadaran) yang mempengaruhi kepribadian pasien.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembaca dan memperluas wawasan pembaca dan penuli minta maaf atas
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan serta mohon atas kritik dan sarannya agar
penulis menjadi lebih baik dalam penulisan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Yosep Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama

Aditomo, A. & Retnowati, S. (2004). Perfeksionisme, harga diri, dan kecenderungan depresi
pada remaja akhir. Jurnal Psikologi (1), 1-15

Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kring, Johson, Davison & Neale. (2009). Abnormal Psychology.Eleventh edition. Berkeley: John
wiley & Sons.

Kaplan dan Sadock. (2002). Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, edisi
ketujuh, jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai